Disusun Oleh
NOVILKA DWI HIDAYANTI
E0016026
Disusun Oleh:
NOVILKA DWI HIDAYANTI
E0016026
PENDAHULUAN
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya
merata jika dioleskan pada kulit, memberikan sensasi dingin dan tidak
yang masuk kedalam tubuh kita (Khaerunnisa et al., 2015). Bakteri yang ada
pada tangan dapat berupa bakteri patogen dan non patogen. Staphylococcus
aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada kulit
menjaga kebersihan tangan dalam keadaan tidak adanya air dan sabun.
tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat tradisional adalah daun,
buah, biji, dan kulit batangnya (Ramya et al., 2012). Aktivitas farmakologis
banyak terkandung dalam daun jamblang adalah fenolik, saponin, dan steroid.
aureus.
2. Apakah terdapat aktivitas antibakteri pada sediaan gel hand sanitizer dari
aureus?
3. Bagaimana daya tarik penggunaan gel hand sanitizer dari hasil data
3. Mengetahui daya tarik penggunaan gel hand sanitizer paling banyak dari
TINJAUAN PUSTAKA
(Dalimartha S, 2003).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
of Agriculture (2015)
ini dapat mencapai 30 meter dan diameter batangnya 40-90 cm. Kulit
kayu yang berada di bagian bawah tanaman kasar dan berwarna kelabu
tua, sedangkan semakin ke atas akan semakin licin dan berwarna kelabu
berujung lancip. Tepi daunnya rata dan berpinggir tipis serta tembus
sampai merah jambu, dan wangi. Pada umumnya muncul dari cabang-
pada penderita diabetes mellitus tipe II baik pada kulit kayu, biji, dan
daun dari tumbuhan ini. Selain itu, dengan rasa buahnya yang asam
2.1.2 Simplisia
tahun 2009, adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
(Anonim,1979).
dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut
(Anonim, 2000).
kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut
didalam sel dan di luar sel maka larutan yang terpekat di desak keluar
(Ahmad, 2006).
2.1.4 Kulit
integumen atau kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan
(Sherwood, 2014).
kepraktisan pada saat darurat tidak ada air. Hand satitizer mudah
dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air (Verica,
2014).
2.1.7 Gel
Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel umumnya
Howard.C, 1989).
bentuk koloid. Sifat transparan ini adalah karakter spesifik sediaan gel.
Saat ini, gel dijadikan basis untuk beberapa formula kompleks seperti:
1989).
bakteri gram positif. Bakteri ini tidak bergerak dan tidak berspora.
sebagai berikut :
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Genus : Staphylococus
karbon; sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-
berikut:
1. CMC-Na
dalam air, tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut lain. pH antara
6,5-8,5. Dapat larut dalam air dingin maupun air panas. Disimpan
2. Gliserin
tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam minyak lemak.
3. Propilen glikol
kental, praktis tidak berbau, manis dan memiliki rasa yang sedikit
4. Aquadest
dan tidak berasa. Larut dengan semua jenis larutan. Pada saat
(Hardwood, 2006).
2.1.10 Uji Fisik Sediaan Gel Hand Sanitizer
1. Uji Organoleptis
bentuk, warna dan bau dari sediaan gel yang telah dibuat. Tujuan
2. Uji pH
melihat indikator pH, sediaan harus sesuai pH kulit yaitu antara 4,5-
(Tranggono, 2007).
3. Uji Homogenitas
(Anonim, 2000).
menyebar pada kulit. Sediaan gel yang baik akan memiliki daya
sebar baik apabila diaplikasikan pada kulit. Daya sebar yang baik
2002).
2.1.11 Uji Aktivitas Antibakteri
berdifusi pada media agar tersebut. Pada umumnya hasil yang didapat
bisa diamati setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C. Area
bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada kulit. Gel yaitu
sediaan yang cukup digemari sebagai hand sanitizer. Sediaan gel hand
Isadiartuti, 2006).
air dan sabun. Hand sanitizer dalam bentuk sediaan gel sangat praktis
2.1.13 Hipotesis
METODE PENELITIAN
Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah daun jamblang yang
aureus.
sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
cumini).
2. Variabel Terikat
3. Variabel Terkendali
untuk menghilangkan kadar air dalam daun. Setelah itu, sampel daun
diaduk dan ditutup. Setelah itu didiamkan selama 5 hari. Dalam proses
2000).
(Anonim, 2000).
𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 𝐚𝐛𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐥𝐚𝐫𝐮𝐭 𝐚𝐬𝐚𝐦
(𝑾𝟑. 𝑪) − 𝑾𝟎
= 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑾𝟏
Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong (gram)
C = bobot kertas saring (gram)
W1 = bobot ekstrak awal (gram)
W3 = bobot cawan + abu yang tidak larut asam (gram)
1. Uji Flavonoid
2. Uji Alkaloid
3. Uji Tanin
(Robinson, 1995).
4. Uji Saponin
Sepuluh mL air panas dalam tabung reaksi didinginkan
1977).
dengan kontrol negatif tanpa menggunakan zat aktif dari ektrak daun
jamblang.
aquadest panas aduk cepat didalam mortir sampai terbentuk masa gel
sampai homogen, kemudian gel dilakukan uji evaluasi sifat fisik sediaan
autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. Setelah itu dituang kedalam
1. Uji Organoleptis
2. Uji homogenitas
sediaan gel hand sanitizer pada kaca arloji. Kemudian struktur diamati
ada tidaknya partikel atau zat yang belum tercampur secara homogen
(Sudjono T.A., dkk.2012).
3. Uji pH
dan 100 gram didiamkan selama 1 menit lalu diukur diameter yang
autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Jarum ose dan pinset
bakteri. Untuk kontrol negatif, kertas cakram dicelupkan dalam basis gel
2013).
Keterangan :
DV : Diameter vertikal
DC : Diameter cakram
DH : Diameter horizontal (Torar et al., 2015).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan uji sediaan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Anonim. 2012. Identifikasi Senyawa Bahan Alam Serta Uji Antioksidan Ekstrak
Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet). (online) (http://chittaputri.blogspot.
com/2012/01/identifikasi-senyawa-bahanalam-serta.html, diakses tanggal 17
Februari 2014).
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV.Terjemahan oleh
Ibrahim F. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ansiah S.W. 2014 . Naskah Publikasi Skripsi: Formulasi Sediaan Gel Antiseptik
Fraksi Polar Daun Kesum (polygonum minus Huds ).Fakultas Kedokteran
UniversitasTanjung Pontianak.
Bhusari, S. N., Muzaffar, K., & Kumar, P. (2014). Effect of carrier agents on
physical and microstructural properties of spray dried tamarind pulp
powder. Powder Technology, 266, 354–364.
Bonang G. 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta: Buku
kedokteran EGC
Dahlan dan Umrah. 2013. Buku ajaran ketrampilan dasar praktik kebidanan.
Malang: Intimedia.
Kadek, Sudarmi., Ida, Bagus., Ketut, Muksin. 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak
Daun Juwet (Syzygium cumini) Terhadap Petumbuhan Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus ATCC. Universitas Udayana: Bali. Vol(2): 47-51.
Keen, P.G.W., and M.S. Scott Morton. (1978). “Decision Support System and
Organizational Perspective.” Reading Ma : Addison-Wesley.
Khaerunnisa, et al. 2015. Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik
Tangan Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangga Arumanis (Mangifera
Indica L.). Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Islam Bandung.
Murray, P.R., K.S Rosenthal, G.S Kobayashi and M.A Pfaller. 2002. Medical
Microbiology edisi 4. United state of America.
Pelczar, M.J., Chan, E.C. dan Pelczar, M.F . 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi
Jilid I. Penerjemah: R.S. Hadioetomo. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Sherwood L. 2014. Fisiologi manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC..
Verheij, E.W.M. dan R.E Coronel,. 1997.Sumber daya Nabati Asia Tenggara
2.Penerjemah S. Danimihardja; H. Sutarno; N.W Utami Dan D.S.H.
Hopsen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wibawati, P.A,. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Betle Var.
Rubrum) Terhadap Waktu Kesembuhan Luka Insisi yang Diinfeksi
Staphylococcus Aureus pada Tikus Putih. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya.