Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AL ISLAM I

AKHLAK PRIBADI

Oleh:
Syaamil Abdul Qohar (2018430024)
Muhammad Nurifki Filino (2018437001)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


JURUSAN TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

3. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

1. Pengertian Akhlak Pribadi. .............................................................................................. 3

2. Macam Akhlak Pribadi..................................................................................................... 3

A. Shidiq ................................................................................................................................ 3

B. Amanah (dipercaya ) .......................................................................................................... 6

C. ISTIQOMAH ..................................................................................................................... 7

D. IFFAH ................................................................................................................................ 8

E. MUJAHADAH ................................................................................................................. 9

F. SYAJA’AH ..................................................................................................................... 10

G. TAWADLU ..................................................................................................................... 11

H. MALU............................................................................................................................. 12

I. SABAR............................................................................................................................ 13

J. PEMAAF ........................................................................................................................ 14

3. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang. ................................................. 16

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Globalisasi telah melanda dunia dimana-mana yang selama ini mapan mudah berubah
akibat tidak ada batasan lagi antara ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai tersebut berubah menjadi
relevan dan subjektif. Semua yang berkaitan perilaku , budi pekerti, akhlak dan moral tidak bisa
dikatakan objektif, karena nilai yang dianggap sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah
berubah. Hal-hal yang belakangan ini muncul yaitu suatu perilaku batasan antara pornografi dan
pornoaksi dengan seni yang sangat tipis dan berpakaian yang ketat, minim merupakan bagian dari
pada seni yang saat ini telah merajalela menjadi sebuah nilai budaya atau bagian dari seni yang
umum untuk masyarakat khususnya remaja muda. Kita juga sering mendengar berita-berita
tentang banyaknya akhlak-akhlak para pemuda yang rusak. Di lingkungan pelajar dan mahasiswa
misalnya, sering kita dengar tawuran antar pelajar, siswa-siswi yang tidak berakhlak, dan
pergaulan bebas. Oleh karena itu dibutuhkan penguat kembali berdasarkan Al-quran dan Al-
Hadist. Akhlak inilah berperan sebagai cermin pribadi seseorang apakah punya rasa malu,
muru’ah, amanah, jujur, adil, lemah, kasih sayang terhadap sesama, dermawan dan ikhlas dalam
bernuat, suka menolong dan lain sebagainya.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini antara lain :
a. Apa hakikat akhlak pribadi ?
b. Apa saja macam akhlak pribadi yang baik?
c. Apa saja macam akhlak pribadi yang buruk ?
d. Bagaimana contoh dalam penerapan akhlak pribadi dalam penerapan kesehariannya ?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini selain sebagai salah satu tugas mata kuliah akhlak
tasawuf yaitu sebagai sumber informasi pula kepada pembaca, sehinggga pembaca dapat
mengetahui apa itu penegertian akhlak pribadi, macam akhlak pribadi baik itu yang buruk maupun
akhlak pribadi yang jelek serta contoh penerapan sseorang dalam kehidupan sehari-hari sehingga

1
di harapkan makalah ini setidaknya dapat menyadarkan kita untuk memiliki akhlak kepribadian
yang baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Akhlak Pribadi.


Akhlak menurut kamus Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai tingkah laku atau
tabiat. Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Jadi
pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya.

Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara
rohani.

2. Macam Akhlak Pribadi.


Macam akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan
akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam akhlak pribadi yang baik:

A. Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam
keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar
perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari
penyakit hati. Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari mulut merupakan suatu
kebenaran bukan kebathilan.

Rosulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap sidiq
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima bentuk shidiq
yaitu :

 Benar perkataan ( shidiq al hadist )

Orang yang selalu berkata benar akan dikasihioleh Allah dan akan dipercaya oleh
masyarakat, dan sebaliknya orang yang berdusa oleh masyarakat akan dikucilkan dan selamnya
tidak akan dipercaya seperti peribahasa “Sekali lancung keujian seumur hidup orang tidak akan
dipercaya”

3
 Benar pergaulan ( shidiq al mu’amalah )

Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat, dan tidak
memalsu sekalipun kepadakaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui pergaulan dengan
benar tanpa memendang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.

 Benar kemauan ( shidiq al-azam )

Seorang mukmin sebelum dia memutuskan sesuatu tentu ia harus mempertimbangkan dan
menilai terlebih dahulu apakah terhdapa apa yang dilakukan apakah akan mendatangkan mudhorot
atau manfaat kepada orang lain. Tetapi bukan berarti dia menutup diri terhadap masuka atau kritik
dari orang lain.

 Benar Janji ( shidq al-wa’da )

Janji merupakan sebuah hutang yang harus dilaksanakan. Apabila seorang muslim berjanji
amaka ia akan selalu menepatinya sekalipun dengan musuh ataupun anak kecil. Karena mungkir
janji merupakan salah satu sifat munafik yang telah disebutkan dalam hadist (HR. Hmad). Karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang menepati janji dalam firmannya :

Artinya : “ Dan ceritakanlah ( Hai Muhammad kepada mereka) kisah ismail ( yang
tersebut) didalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang benar janjinya, dan dia
adalah seorang Rosul dan Nabi.”(Qs. Maryam 19 : 45 )

 Benar kenyataan ( sidq al-bal )

Seorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan
menipu kenyataan,tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada
ada.

Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga tidaksesuai dengan
kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela. Seorang muslim harus menjauhi
segala macam bentuk kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian,
palsu, fitnah, gunjing, ataupun bentuk bentuk lainnya. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari
sifat kebohongan :

4
 Khianat

Sifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang karena sifat khianat dapat
membawa mudhorot kepada orang lain secara langsung. Kalau sifat ini telah berkembang kedalam
masyarakat maka lama-kelamaan masyarakat itu akan hancur. Allah tidak menyukai orang yang
memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya :

Artinya : “ Dan janganlah kamu berdebat ( untuk membela ) orang-orang yang menghianati
dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa”

 Mungkir janji

Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang munafik
karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah, mungkir janji
menyebabkan waktuterbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong.

 Kesaksian palsu

Kesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan kemudhorotan
yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan menanggung akibat baiknyawa,
harta benda dan lain sebagainya.

 Fitnah

Pada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama atau
menggagalkanusahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang beriman
sebelum mempercayai suatu berita di adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu. Hal ini terdapat
dalam surat Al-Hujarat 49 : 6

 Gunjing

Sifat mengunjing adalah sifat sikap seseorang yang meiliki jiwa sakit, tidak ada keinginan
dalam hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang bermusuhan dan
bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat gunjing seperti
memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata meawan gunjing adalah
dengan tidak mendengarkannya.

5
B. Amanah (dipercaya )
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya
kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal
yaitu : menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas
yang diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik. Bentuk-bentuk amanah daoat
dikemukakan sebagai berikut :

 Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula.

Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti atau transaksai tertulis dalam penitipan tersebut
maka seorang muslim akan mengembalikannya apa adanya. Hal ini terlihat contoh pada barang
berharga yang dititpkan karena akan bebergian jauh, maka pada saatnya akan dikembalikan seperti
semula

 Menjaga rahasia

Seorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga,
organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Misalnya : dalam sebuah keluarga
seorang suami istri harus dapat manjaga rahasia keluarga apalagi rahasia dalam ranjang kecuali
karena alasan medi ataupun hukum.

 Tidak menyalahgunakan jabatan

Jabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib. Penyalahgunaan jabatan
untuk kepentingan person , baik keluarga, pribadi ataupun kelompok yang termasuk perbuatan
tercela yang melanggar amanah hukumnya haram. Misalnya seorang baigian storage di sebuah
perusahan membeli barang dan mendapatkan potongan harga kepada penjual, dari sisa potongan
harga tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka
hukum komisi tersebut adalah haram.

 Menunaikan kewajiban dengan baik.

Semua tugas yang diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib
menjalankannya karrena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.

 Memelihara nikmat yang telah diberikan oleh Allah

6
Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu amanah yang
harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat, harta benda dan
lain sebaginya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah harus digunakan untuk mencari
ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan bersedekah.

Lawan dari sifat Amanah adalah khianat. Khianat adalah sifat munafik yang dibenci oleh
Allah apalagi jika yang dikhianati adlah Allah atau Rosulnya. Dalam firman Allah :

Artinya : “ Hai orang, orang yang eriman janganlah kamu menghianati Allah, dan rosul dan juga
janganlah kamu menghianatiamanh-amanahyang dipercayakan kepada kamu,
sedangkan kamu mengetahuinya.” ( Qs. Al Anfal 8 : 27 )

C. ISTIQOMAH
Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus.
Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan
keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. Perintah dalam
beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :

Artinya : “ Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah sebagaimana
diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka” ( Qs. Asy
Sura : 42 : 15 )

Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal
perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut. Ibarat
berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat alam
menghntarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk
mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian
dari Allah, dalam firmannya :

Artinya : “Apakah manusia tidak mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : “ kami telah
beriman’, sedangkan mereka tidak di uji lagi.” ( Qs.Al Ankabut 29: 4 )

7
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termask
kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan akan tetap teguh dalam mengahdapi kedua
ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan dan lain
sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan. Itulah yang di
pesankan oleh Rosulullah Saw kepada Sufyan untuk selalu beristiqomah. Dalam Qs. Funshshilat
41 : 30 – 32 dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik oleh orang yang beristiqomah baik didunia
maupun di akhirat. Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah :

 Orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang negatif.
Misalnya takut mnghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun orang yang
beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalm kehidupannya didunia karena
akan dilindungi oleh Allah.

 Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendaptkan kesuksesan dalam
kehidupan perjuangan di dunia.

Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Karena
tanpa sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah terombang
ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-baling di atas
bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.
D. IFFAH
Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh. Secara
terminologi ‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan,
merusak dan menjauhkannya.

Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari ‘iffah diantara
lain ;

 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang muslim
dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan pakaiannya.tidak
mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan tidak melakukan perbuatan-
perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada perzinaan. Dalam firman allah artinya

8
“dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga kesucian dirinya, sehingga
allah memampukan mereka dengan karunia-Nya,,,”(QS.An-Nur 23:33)

 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, islam mengajarkan,
terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta minta. Al-Qur’an
menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu orang-orang miskin yang tidak
mau memohon bantuan karena sikap mereka.

Meminta minta adalah perbuatan yang merendahkan kehormatan diri. Dari pada meminta-minta
seseorang lebih baik mengerjakan apa apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal halal.

 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain kepada
dirinya, seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran.sekali-kali
jangan dia berkata bohong, mungkir janji, khianat, dan laian sebagainya.

E. MUJAHADAH
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala kemampuan.
Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala sesuatu
yang menghambat dalam melakukan pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan
melawan semua hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-
sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah. Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari
keridhaan Allah swt., maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai
tujuannya tersebut. Dalam hal ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)
Secara terperinci objek mujahadah ada 6 :
a. Jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan kedurhakaan. Karena pada dasarnya
manusiajuga diberi oleh Allah jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan kejahatan yang
di dalam Alquran disebut dengan nafsu ammarah bissuui.
b. Hawa nafsu yang tidak terkendali sehingga seseorang melakukan apa saja untuk memenuhi
hawa nafsunya tanpa memperdulikan larangan Allah swt. dan tanpa memperdulikan dampak
bagi dirinya dan orang lain.

9
c. Syaitan. Mereka selalu menggoda manusia untuk menuruti hawa nafsu sehingga mereka lupa
kepada Allah swt.
d. Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada
Akhirat, padahal keberadaan manusia didunia hanya bersifat sementara, secara individual
sampai maut datang menjemput, dan secara umum sampai kiamat datang. Kehidupan yang
abadi adalah kehidupan di akhirat.
e. Orang-orang kafir dan munafik yang tidak pernah puas hati sebelum orang-orang yang
beriman kembali menjadi kufur.
f. Para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran, termasuk dari orang-orang yang mengaku
beriman sendiri, yang tidak hanya merugikan mereka sendiri, tapi juga merugikan masyarakat.

F. SYAJA’AH
Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan dilakukan dengan penuh
pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa.
Mengendalikan amarah adalah salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.
Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah :
a. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan. Seorang muslim harus berani membela
agamanya hingga titik darah penghabisan dan mati syahid.
Contohnya yaitu ketika Rasulullah melakukan perang Badar, dengan kekuatan personil 300
orangberani menghadapi musuh dengan kekuatan 1000 personil dan ternyata Rasulullah dan
para sahabat berhasil mencapai kemenangan.
b. Keberanian menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus disampaikan sekalipun
mengandung resiko.
c. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah.
Menurut Raid Abdul Hadi, ada tujuh faktor yang meyebabkan seseorang memiliki
keberanian.
a. Rasa takut kepada Allah swt.
Takut kepada Allah swt membuat orang tidak takut kepada siapapun selama dia yakin bahwa
yang dilakukannya adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah swt. Allah berfirman :
Artinya :

10
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah
sebagai Pembuat Perhitungan.” (Q.S.AL-Ahzab:39)
b. Lebih mencintai akhirat daripada dunia
Akhirat merupakan tujuan akhir dari setiap kehidupan manusia, dunia hanyalah jembatan
menuju akhirat. Karena manusia tidak akan ragu untuk meninggalkan dunia yang fana ini
asalkan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
c. Tidak takut mati
Kematian merupakan sesuatu yang sudah pasti bagi makhluk hidup. Ketika ajal sudah datang
maka tidak ada yang bisa mencegahnya.bagi seorang pejuang agama, kematian merupakan
sesuatu yang didambakan. Semangat itulah yang menyebabkan para pejuang memiliki
keberanian luar biasa.
d. Tidak ragu-ragu
Yang menyebabkan manusia memiliki rasa takut adalah rasa keragu-raguan. Ketika seseorang
sedang ragu akan kebenaran yang ia miliki, maka ia akan takut menghadapi resiko yang ada,
begitu juga sebaliknya.
e. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah
f. Hasil pendidkan atau pembiasaan
g. Tidak menomorsatukan kekuatan materi
Lawan dari Syaja’ah adalah penakut (jubun). Penakut merupakan sifat yang tercela.
G. TAWADLU
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di
hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu adalah orang menyadari bahwa semua
kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan
potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat
segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya
karena Allah. Lawan dari tawadlu’ adalah takabbur atau sombong yaitu suka meremehkan orang
lain.

11
H. MALU
Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan
sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu
yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya
orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa gugup
sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi keistimewaan ajaran Islam.
Sifat malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :
1. Malu kepada Allah ; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan
perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta tidak mengikuti petunjuknya.
2. Malu kepada diri sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan sendirinya malu
terhadap dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan pernuatan salah sekalipun tidak ada orang lain yang
melihat atau mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.
3. Malu kepada orang lain ; setelah malu pada diri sendiri, dia akan malu melakukan sesuatu
yang merugikan orang lain.
Malu adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman seseorang, semakin teballah rasa
malunya, demikian pula sebaliknya.
Rasulullah Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking pemalunya
maka diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat malu ini dimiliki
Rasulullah SAW semenjak kanak kanak , saat anak – anak sebaya beliau kala itu saling berebut
makanan maka beliau malu melakukannya, jika pakaiannya tersingkap dan menampakkan
auratnya maka beliau akan segera bersembunyi karena malu. Jika hendak membuang air maka
diriwayatkan beliau menjauh atau pergi hingga tak seorangpun melihatnya. Karena sifat pemalu
ini beliau apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya maka terlihatlah dari roman mukanya, dan
beliau senantiasa menjauhkan pandangan matanya dari apa apa yang kurang baik. Bahkan dalam
hubungan suami istri sifat pemalu Rasulullah SAW tetap dominan, dalam hadits yang diriwayatkan
At Turmudzy dalam Asj Sjamaa il dari Siti Aisyah RA , ummul mukminin, berkata “ Aku sekali
kali belum pernah melihat kemaluan Rasulullah SAW “ ( dalam riwayat lain ada ditambahkan “
Dan beliau pun tidak pernah melihat daripadaku “ ) sedangkan yang diriwayatkan oleh Ibnul
Djauzy dari Ummu Salamah RA “ Adalah Rasulullah SAW itu apabila mendatangi seseorang dari
istrinya beliau memejamkan kedua matanya dan menutupi kepalanya “. Dua hadits ini sangat

12
menguatkan sifat pemalu beliau, kendati seorang istri sebenarnya halal hukumnya meski terlihat
auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.
Akibat Hilangnya Malu
Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh agama. Tanpa kontrol rasa malu, seseorang akan bebas melakukan
apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Dia akan menjadi manusia lepas kendali yang
merasa bebas melakukan apa saja, tanpa mempertimbangkan halal haram, baik buruk dan manfaat
mudharat perbuatannya tersebut. Dia akan melakukan apa saja untuk memuaskan hawa nafsunya.
Segala macam cara dia halalkan untuk mencapai tujuannya.
Malu, amanah, rahmah dan Islam adalah empat hal yang saling berkait. Konsekuensi logis
dari hilangnya malu adalah hilangnya amanah. Bila amanah hilang, akan hilanglah rahmah, dan
bila rahmah hilang, hilanglah Islam. Pada akhirnya orang yang tidak punya rasa malu akan
mengalami kehancuran dan kebinasaan. Dan kalu sifat malu itu juga hilang dari masyarakat, maka
masyarakat itupun akan mengalami kehancuran dan kebinasaan.

I. SABAR
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-
kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal –
hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu.
Macam – macam sabar
Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-Qur’an, sabar dapat dibagi
kepada enam macam :
1. Sabar menerima cobaan hidup
2. Sabar dari keinginan hawa nafsu
3. Sabar dalam taat kepada Allah swt.
4. Sabar dalam berdakwah
5. Sabar dalm perang
6. Sabar dalam pergaulan

13
Keutamaan Sabar
Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat sabar
dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain dikaitkan dengan keyakinan (QS. As-
Sajdah 32:24), syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42), dan taqwa (QS. Ali
‘Imran 3:15-17). Orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar
memang sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh orang kafir (non
muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut, namun nabi sendiri tidak pernah marah
karena beliau tahu bahwa orang yang sering meludahinya adalah orang yang belum tahu akan
islam dan belum mendapatkan hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering
meludahi nabi muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali menjenguknya adalah nabi
muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang kafir tadi menangis dan langsung memeluk islam.
Jaza’u
Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza’u yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah, cemas dan
putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela. Orang yang
dihinggapi sifat ini bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah goyah,
berputus asa dan mundur dari medan perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan keberhasilan
juga cepat lupa diri.

J. PEMAAF
Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun
rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf tersebut disebut
dengan al-‘afwu yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih.
Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus
menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari
kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan
psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu hikmahnya kenapa
Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum dimintai maaf.
Suatu teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki Arab bernama
Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak
membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang oleh Umar dan diikat dengan tali. Rasulullah yang

14
mengetahui orang itu malah menyuruh Umar untuk memberinya makan dan melepaskannya. Umar
yang kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia ingin membunuhnya. Namun Rasulullah tidak
menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah untuk mengucap kata “Laa ilaha illallah”, tetapi si
lelaki tidak mau dan pergi. Keesokan harinya dia datang kepada Rasulullah dan mengucap kata
“Laa ilaha illallah”, sehingga dia masuk Islam. Demikian contoh sikap Rasulullah yang pemaaf
dan tidak dendam sekalipun kepada orang yang hendak membunuhnya, yang pada akhirnya
membuahkan hasil yang bermanfaat.
Lapang Dada
Tindakan meminta maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada. Berlapang
dada dalam bahasa Arab disebut dengan ash-shafhu yang secara etimologis berarti lapang.
Halaman pada sebuah buku dinamai shafhah karena kelapangan dan keluasannya. Dari siniash-
shafhu dapat diartikan kelapangan dada.
Ibarat menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis, kesalahan itu akan dihapus
dengan alat penghapus dengan alat penghapus. Tapi serapi-rapi menghapus tentu akan
meninggalkan bekas, bahkan barangkali kertas tersebut menjadi kusut. Supaya lebih baik dan rrapi,
sebaiknya diganti saja kertasnya dengan lembaran baru. Menghapus kesalahan itulah yang disebut
dengan memaafkan, sedangkan berlapang dada adalah menukar lembaran yang salah dengan
lembaran yang baru. Jadi berlapang dada menuntut seseorang untuk membuka lembaran baru
hingga sedikitpun hubungan tidak ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang telah
dihapus kesalahannya.

Dendam
Lawan dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati dan
menunggu kesempatan untuk membalas. Seorang yang pendendam tidak akan mau memaafkan
kesalahan orang lain sekalipun orang tersebut meminta maaf kepadanya. Baginya, tidak ada maaf
sebelum dia dapat kesempatan membalaskan sakit hatinya. Orang yang enggan member maaf pada
hakikatnya enggan memperoleh ampunan dari Allah swt.
Sifat pendendam tidak hanya merusak pergaulan bermasyarakat tapi jiga merugikan dirinya
sendiri. Energi akan terkuras dalam memelihara dan berusaha untuk melampiaskan dendamnya.
Andaikata seseorang tidak mampu menguasai marahnya segera terhadap orang lain yang
menyakiti atau menyinggung perasaannya, dia boleh menghindar untuk menenangkan dan

15
menguasai nafsu marahnya. Rasulullah memberi waktu tiga hari, karena tiga hari tersebut
dianggap sudah cukup untuk meredakan kemarahan. Setelah itu dia wajib kembali menyambung
tali persaudaraan dan persahabatan sesama Muslim.

3. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang.

Akhlak Pribadi seseorang tidaklah selalu baik. Karena pada dasarnya akhlak seseorang itu
ada dua macam yaitu akhlak baik dan aklak buruk. Ada juga akhlak pribadi seseorang yang baik
kemudian dapat berubah menjadi buruk karena iman seseorang yang kurang kuat dan terpengaruh
oleh beberapa faktor dari luar diantaranya :

a. Faktor Lingkungan

Jika kita hidup dalam lingkunga yang bukan kaum muslim, yang keseharianya masyarakatnya
berbuat maksiat, maka seseorang terkadang imannya akan goyah. Oleh karena itu iman yang kuat
dibutuhkan oleh kaum muslim. Dan sebaiknya berhati-hatilah dalam memilih lingkungan.

b. Faktor teman

Teman dapat mempengaruhi akhlak seseorang ibaratnnya “ jika kita dekat dengan penjual
parfum maka kita akan harum, dan jika kita dekat dengan penjual tembakau maka kita akan bau
tembakau “ jadi pada intinya teman dapat mempengaruhi akhlak seseorang. Oleh karena itu kita
harus pandai-pandai dalam bergaul agar akhlak kita tidak terpengaruh kepada orang lain. Tentunya
akhlak yang tidak baik.

c. Faktor intern

Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Adapan yang termasuk dalam
faktor intern adalah sebagai berikut : Gharizah atau naluri (instink) Menurut Prof. Dr. Ahmad
Amin gharizah adalah suatup embawaan yang menyebabkan seseorang itu dapat berbuat apa
yangdi kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa yang akandi perbuatnya untuk
mengerjakan perbuatan ini.

Oleh karena ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk baik
diantaranya sebagai berikut :

a. Akidah (Keyakinan) Yang Benar


16
b. Berdo’a kepada Allah SWT

c. Mujahadah (Perjuangan)

d. Muhasabah (Intropeksi Diri)

e. Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia

f. Melihat dampak negatif dari akhlak tercela

g. Jangan Pernah Berputus asa

h. Bercita – cita yang Tinggi

i. Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil)

j. Terbuka dengan Kritikan dan Saran

k. Bersahabat dengan orang memiliki akhlak mulia

l. Membaca Buku-buku tentang akhlak

17
BAB III
PENUTUP

Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara
rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang baik dan akhlak
pribadi yang buruk. Aklak pribadi yang baik misalnya sidiq, iffah, amanah, mujahadah, istiqomah,
saj’ah, tawadhu, malu, dan lain sebagainya. Akhlak pribadi yang buruk misalnya suka berbohong,
berkhianat, pantang menyerah tidak tau mali dan lain sebagainya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain, faktor
intern yaitu faktor yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor dari luar baik
dari keluarga, kelompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu agar sifat pribadi seseorang
muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk baik
diantaranya sebagai berikut: Akidah (Keyakinan) Yang Benar, Berdo’a kepada Allah
SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi Diri),Tafakkur (Merenung) Dampak
positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak negatif dari akhlak tercela , Jangan Pernah Berputus
asa, Bercita – cita yang Tinggi, Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain sebagainya

18
DAFTAR PUSTAKA

Luis Ma’uLuf, kamus al-Munajid, al-maktabah al-katulikiyah, beitut, t.t hlm. 194.
Baca, Raid ‘Abdul Hadi, Mamarat al-Haq jilid IIIB, Hlm. 146-147
Al-Munjid Fi al-lughah wa al-i’lam (Beirut : Dar asy-Syuruq, 1986 ), hlm. 663
Ilyas, Yunahar, 2009. “ Kurnia Akhlak”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset.
Asmaran, 1992. “Pengantar Studi Akhlak”. Jakarta : Rajawali Citra Pers
Darma. 2010. Akhalak pribadi. http://dafiyoe.blogspot.com/2010/11/akhlak-pribadi.html di akses
pada tanggal 20 Maret 2012 pada jam 21.00
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab5-akhlak.pdf di akses pada tanggal
25 Maret 2012 pada jam 15.00

19

Anda mungkin juga menyukai