Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang giat malaksanakan
pembangunan di segala bidang. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi, mempunyai
peranan yang penting di dalam kelancaran transportasi untuk pemenuhan hidup. Sehingga
jalan yang lancar, aman dan nyaman telah menjadi kebutuhan hidup utama. Tetapi seperti
yang kita ketahui, terkadang perjalanan kita terganggu oleh sungai, selat, danau maupun jalan
lalu lintas biasa sehingga perlu adanya suatu penghubung agar kita dapat melintasinya dalam
hal ini adalah jembatan.
Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi strategis bagi pergerakan lalu lintas.
Jembatan adalah istilah umum untuk suatu konstruksi yang dibangun sebagai jalur
transportasi yang melintasi sungai, danau, rawa, maupun rintangan lainnya.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka konstruksi
jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baikdari segi kecepatan,
kenyamanan, maupun keamanan. Disamping itu mengingat keterbatasan dana maka
pemilihan jenis konstruksi yang paling ekonomis perlu diusahakan agar biaya pembangunan
dapat ditekan serendah mungkin.
Pada pembangunan jembatan jalan raya dengan bentang pendek, sebaiknya digunakan
konstruksi beton bertulang sebagai gelagar utama. Mengingat dalam tahun-tahun mendatang
pemerintah masih membangun jembatan-jembatan jalan raya dengan bentang yang pendek
untuk menghubungkan daerah satu dengandaerah yang lain dan sampai saat ini jenis
konstruksi beton bertulang merupakan jenis konstruksi yang baik untuk diterapkan pada
pembangunan jembatan dengan bentang yang pendek.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 1
1.2 Tujuan Kerja Praktik.
Tujuan dilaksanakannya Kerja Praktik adalah :
1) Mengetahui dan memahami proses pelaksanaan pekerjaan pondasi bore pile,
pembesian, dan pengecoran di lapangan secara langsung,
2) Mengetahui dan memahami penggunaan alat-alat berat dalam pelaksanaan proyek,
3) Mengetahui dan memahami kinerja sumber daya manusia yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek,
4) Mengetahui dan memahami pengetahuan baru dalam disiplin ilmu teknik sipil yang
tidak didapat di bangku perkuliahan dengan pengalaman praktek di lapangan, dan
5) Menganalisis masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan dan pemecahan yang
dapat dilakukan.
1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktik
Ruang lingkup pekeraan yang ditinjau dari pelaksanaan kerja praktik pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas yang terletak di banyumas-purbalingga ini
meliputi :
1) Pengenalan struktur organisasi di lokasi proyek secara umum,
2) Pengamatan untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembuatan jembatan,
3) Pengamatan urutan pelaksanaan pekerjaan pondasi jembatan,
4) Pengamatan Sumber Daya Manusia (SDM) pada Proyek Pembangunan Jembatan,
5) Penyusunan laporan kerja praktik dari hal-hal yang didapat dari lokasi pelaksanaan
kerja prakrik.

1.4 Sistematika Laporan


Sistematika laporan kerja praktik pada proyek pembangunan Jembatan Linggamas ini
adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang kerja praktik,tujuan kerja praktik,ruang lingkup pekerjaan
proyek dan sistematika laporan.
Bab II Pustaka

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 2
Bab ini berisi tentang definisi jembatan,macam-macam jembatan,struktur jembatan,
metode pelaksanaan pondasi dalam.
Bab III Tinjauan Umum Proyek
Bab ini membahas mengenai lokasi proyek,data umum proyek,data teknis proyek,
.organisasi dan manajemen proyek,pengendalian proyek,serta peralatan dan material yang
digunakan.
Bab IV Analisis Tinjauan Khusus
Bab ini berisi tentang metode pelaksanaan pekerjaan pondasi pada proyek pembangunan
Jembatan Linggamas
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang saran dan kesimpulan.

BAB II
PUSTAKA
2.1 Definisi Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas yang
terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa : sungai/ lintasan air,lembah,
jalan / jalan kereta api yang menyilang dibawahnya. Struktur bawah jembatan adalah pondasi.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 3
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan,kestabilan bangunan
diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang
diinginkan (Demetrios E.Trionas,P.E ,2002).
Secara garis besar konstruksi jembatan terdiri dari dua komponen utama yaitu bangunan
atas (super structure/upper structure) dan bangunan bawah (sub structure). Bangunan atas
merupakan bagian jembatan yang menerima langsung beban dari orang dan kendaraan yang
melewatinya. Bangunan atas terdiri dari komponen utama yaitu lantai jembatan, rangka
utama, gelagar melintang, gelagar memanjang,diafragma, pertambatan dan perletakan/andas.
Selain itu juga terdapat kompenen penunjang pada bangunan atas yaitu trotoir, perlengkapan
sambungan, ralling, pagar jembatan, drainase, penerangan dan parapet. Bangunan bawah
merupakan bagian jembatan yang menerima beban dari bangunan atas ditambah tekanan
tanah dan gaya tumbukan dari perlintasan di bawah jembatan. Bangunan bawah meliputi pilar
jembatan (pier), pangkal jembatan (abutment) dan pondasi.
Dalam merencanakan suatu jembatan,perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Pemilihan lokasi / alinyemen

Pada umumnya lokasi jembatan direncanakan dengan mengikuti rencana


alinyemen dari jalan raya yang telah ditentukan terlebih dahulu,akan tetapi dalam
kondisi khusus dimana kemungkinan – kemungkinan untuk membangun
jembatan yang telah ditentukan tersebut tidak memugkinkan (karena kondisi
tanah atau kondisi aliran sungai) maka dimungkinkan alinyemen jalan sedikit
dikorbankan.
2. Penentuan kondisi eksternal (geometri jembatan,lebar,panjang dan tinggi)

Pada pemilihan panjang bentang,posisi abutmen,pier dan arah jembatan harus


mempertimbangkan unsur-unsur yang paling dominan,yaitu:
 Topografi daerah setempat

 Kondisi tanah dasar

 Kondisi aliran sungai

3. Stabilitas konstruksi

Stabilitas jembatan tentu saja menjadi tujuan utama dari perencanaan


jembatan,dengan selalu terikat pada prinsip bahwa konstruksi harus memenuhi

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 4
kriteria : kuat,kokoh dan stabil. Dalam perencanaan dimungkinkan dilakukan
kajian alternatif,sehingga dipilih alternatif yang paling baik.
4. Ekonomis

Pertimbangan kosntruksi juga harus memperhitungkan faktor ekonomis,dengan


biaya seekonomis mungkin dapat dihasilkan jembatan yang kuat dan aman.
5. Pertimbangan pelaksanaan

Metode pelaksanaan harus mempertimbangan kondisi lalu lintas yang ada agar
tetap berjalan dengan lancar dan aman.
6. Pertimbangan pemeliharaan

Pertimbangan aspek pemeliharaan dalam perencanaan jembatan akan tetap


mendapatkan perhatian perencana dalam bahan konstruksi dan tipe
konstruksinya. Misalnya,faktor pengaruh air,garam zat korosif dan sebagainya.
7. Keamanan dan kenyamanan

Aspek keamanan merupakan faktor utama dalam perencanaan jembatan,misalnya


dalam pemasangan railing, tinggi trotoar dan lain – lain. Aspek kenyamanan
terletak pada alinyemen disekitar jembatan (terutama bila di ditikungan) yang
perlu dibuat dengan ari – jari yang cukup besar dan perbedaan kelandaian yang
kecil.
8. Estetika

Bentuk penampilan yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya perlu


dipertimbangkan dalam pemilihan setiap elemen konstruksi jembatan.

2.2 Jenis jembatan


Jenis jembatan berdasarkan fungsi,lokasi,bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini
telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi,mulai
dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 5
 berdasarkan fungsinya,jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Jembatan jalan raya (highway bridge),
2) Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
3) Jembatan pejalan kaki atau penyebrangan (pedestrian bridge),
 Berdasarkan lokasinya,jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Jembatan diatas sungai atau danau,
2) Jembatan diatas lembah,
3) Jembatan diatas jalan yang ada (fly over),
4) Jembatan diatas saluran irigasi/drainase (culvert),
5) Jembatan di dermaga (jetty)
 Berdasarkan bahan konstruksinya,jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam :
1) Jembatan kayu (log bridge)
2) Jembatan beton (concrete bridge),
3) Jembatan beton prategang (pretressed concrete bridge),
4) Jembatan baja (steel bridge),
5) Jembatan komposit (compossite bridge)
 Jembatan berdasarkan tipe strukturnya dapat dibedakan menjadi beberapa
macam,antara lain :
1) Jembatan plat (slab bridge),
2) Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
3) Jembatan gelagar (grider bridge),
4) Jembatan rangka (truss bridge),
5) Jembatan pelengkung (arch bridge),
6) Jembatan gantung (suspension bridge),
7) Jembatan kabel (cable stayed bridge),
8) Jembatan kantilever (cantilever bridge)

2.3 Struktur Jembatan


Jembatan terdiri dari beberapa bagian struktur yang berfungsi untuk menyokong beban
dari satu bagian ke bagian lain yang menerima beban masing-masing. Strukur dari jembatan
itu antara lain ; Struktur atas,Struktur bawah dan pondasi. Dan berikut ini adalah penjelasan
mengenai struktur-struktur pondasi tersebut (Demetrios E.Trionas,P.E) :
1) Struktur Atas (superstructures)

Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu – lintas
kendaraan, gaya rem,beban pejalan kaki ,dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a. Plat lantai kendaraan,

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 6
Plat lantai berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang diasumsikan
tertumpu pada dua sisi. Plat lantai merupakan bagian yang menyatu dengan sistem
struktur yang lain, yang didesain untuk mendistribusikann beban – beban sepanjang
jembatan.

b. Gelagar (Girder)

Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban – beban yang bekerja


diatasnya dan menyalurkan bangunan di bawahnya.Pembebanan gelagar meliputi :
 Beban mati, beban mati meliputi berat sendiri gelagar dan beban yang
bekerja diatasnya (pelat lantai jembatan, perkerasan dan air hujan )

 Beban hidup pada gelagar jembatan dinyatakan dengan beban “D” atau
beban jalur.

Pada struktur atas jembatan sendiri terdapat dua jenis gelagar yang mempunyai fungsi
yang spesifik dalam mendukung fungsi jembatan secara keseluruhan.
 Gelagar induk

Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk


mendistribusikan beban – beban secara longitudinal dan didesain untuk menahan
lendutan.gelagar induk identik dengan penamaan dari bagian tipe atas jembatan,
misal gelagar tipe balok disebut dengan istilah girder sedangkan gelagar tipe
rangka disebut dengan istilah truss, dan sebagainya.
 Gelagar sekunder

Gelagar sekunder terdiri dari gelagar meilntang dan memanjang . gelagar


melintang merupakan pengikat antar gelagar induk yang didesain untuk menahan
deformasi melintang dari rangka struktur atas dan membantu pendistribusian
bagian dari beban vertikal antara gelagar induk. Gelagar memanjang pada
jembatan merupakan pengikat antara gelagar melintang dan bantalan.
c. Balok diagfragma,

Sering dikenal dengan pengaku jembatan.merupakan bagian yang tidak


dapat diabaikan keberadaannya. Fungsinya adalah untuk menahan pergerakan
balok girder ke arah samping agar tetap pada posisinya jika dikenai beban
horisontal.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 7
d. Ikatan pengaku (ikatan angin,ikatan melintang),

Adalah batang diagonal baja yang berfungsi untuk menahan gaya angin.

e. Tumpuan (bearing).

Adalah sebuah sistem mekanis yang mengirimkan beban vertikal


superstruktur. contoh bearing sistem mekanis yang terbuat dari baja rol bekerja
pada pelat baja besar atau bantalan persegi panjang yang terbuat dari neoprene.
penggunaan dan fungsi dari bantalan sangat bervariasi tergantung pada ukuran dan
konfigurasi jembatan

2.) Struktur Bawah (substructures)

Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan
beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah,aliran air dan
hanyutan,tumbukan,gesekan pada tumpuan dsb. Untuk kemudian diasalurkan ke
fondasi. Selanjutnya beban – beban tersebut disalurkan pleh fondasi ke tanah dasar.
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan, harus diketahui terlebih dahulu
mengenai keadaan,susunan dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah
masalah teknik yang sering dijumpai oleh ahli – ahli teknik sipil adalah dalam
menentukan daya dukung dan kemungkinan penurunan/settlement yang terjadi.
Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :
a. Pangkal jembatan (Abutmen)

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 8
Abutment merupakan struktur penahan tanah yang mendukung bangunan
atas pada bagian ujung – ujung suatu jembatan. Abutment berfungsi untuk
menahan gaya longitudinal di bagian bawah ruas jalan yang melintas. Abutment
dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. Pada proyek ini, bagian
abutment menggunakan struktur beton bertulang dengan mutu beton K-275.
Adapun fungsi abutmen antara lain :
 Sebagai perletakan balok jembatan atau beam.

 Sebagai perletakan plat injak.

 Sebagai penerus gaya – gaya yang bekerja pada struktur atas ke pondasi.

 Sebagai penahan tekanan tanah aktif.

b. Dinding belakang (Back wall)

Dinding belakang (backwall) merupakan komponen utama dari suatu


abutmen yang berfungsi sebagai struktur penahan (tanah) pada tiap – tiap jalan
pendekat.
c. Dinding penahan (Breast wall)

Bagian mekanis pada jembatan yang mentransmisikan beban vertikal dari


bagian suprastruktur ke bagian substruktur jembatan.

d. Dinding sayap (Wing Wall),

Wing wall merupakan suatu dinding samping pada dinding belakang


abutmen atau stem yang didesain untuk membantu atau menahan keutuhan atau
stabilitas tanah dibelakang abutmen. Pada beberapa struktur,wingwall didesain
cenderung secara konservatif, yang mengakibatkan dinding lebih besar daripada
jembatan.
e. Oprit, Plak injak (Aproach slab)

Oprit adalah timbunan dibelakang abutment yang merupakan akses


penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada. Oprit jembatan berfungsi
untuk melandaikan jalan yang menuju dan meninggalkan jembatan,sehingga pada
waktu memasuki jembatan tidak terlalu menanjak.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 9
Perencanaan oprit perlu diperhatikan agar desian oprit yang dihasilkan nantinya
dapat aman dan awet sesuai dengan umur rencana yang ditentukan serta dibuat
seekonomis mungkin,sehingga dari segi biaya rendah serta segi estetikanya
memenuhi syarat keindahan.
f. Konsol pendek untuk jacking (Corbel),

Konsol pendek untuk jacking ini memproyeksikan dari kolom atau dinding
yang digunakan untuk mendukung balok atau elemen lainnya seperti slab
pendekatan. Yang juga dikenal sebagai braket.
g. Tumpuan (Bearing).

Adalah sebuah sistem mekanis yang mengirimkan beban vertikal


superstruktur. contoh bearing sistem mekanis yang terbuat dari baja rol bekerja
pada pelat baja besar atau bantalan persegi panjang yang terbuat dari neoprene.
penggunaan dan fungsi dari bantalan sangat bervariasi tergantung pada ukuran
dan konfigurasi jembatan.
h. Pedestals

Pedestals merupakan kolom pendek yang berada diatas abutmen atau pilar
yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas.
i. Pilar jembatan (Pier)

Pilar jembatan merupakan struktur yang mendukung bangunan atas pada


pertengahan antara dua abutment. Pilar digunakan apabila bentang jembatan
terlalu panjang,atau bentang lebih dari satu. Sepertih halnya abutment,pilar
juga dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk. Desain pilar perlu
memperhatikan estetika karena sangat mempengaruhi keindahan tampak
jembatan. Pilar sendiri terdiri dari beberapa bagian, antara lain :
 Kepala Pilar (Pier Head)

 Pilar (Pier),yg berupa dinding,kolom, atau portal,

 Konsol pendek untuk jacking (Corbel),

 Tumpuan (Bearing).

Selain bangunan atas dan bangunan bawah,jembatan juga memiliki bangunan


pelengkap,seperti :

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 10
a. Lapisan permukaan / perkerasan

Lapisan permukaan / perkerasan menahan kontak kendaraan yang melintasi


jembatan. Lapisan permukaan / perkerasan adalah lapisan yang terpisah
dengan struktur jembatan dimana terbuat dari material aspal dengan ketebalan
51 – 102 mm.
b. Perlengkapan adalah suatu bagian dari jembatan yang bukan komponen yang
penting tetapi melayani beberapa kepentingan terhadpa fungsi struktur secara
menyeluruh. Adapun perlengkapan jembatan yang berpengaruh terhadap
fungsi jembatan, antara lain :

 Perlindungan lereng dan timbunan

Merupakan lereng yang meruncing mulai dari abutmen sampai timbunan


yang dibungkus dengan material baik batuan kering maupun blok
perkerasan. Perlindungan lereng dan timbunan memiliki estetia yang
indah dan memiliki pengendalian erosi yang memadai.
 Underdrain

Underdarin adalah salah satu sistem draninase yang terbuat dari pipa yang
diperporasi dimana mampu mengalihkan aliran air permukaan. Dari
struktur ke saluran – saluran drainase yang tersedia. Underdrain memiliki
fungsi untuk menyediakan drainase yang memadai bagi komponen –
komponen bangunan bawah.
 Approach

Approach merupakan bagian dari jalan yang mendekati dan menjauhi


abutment. Menurut AASHTO,approach adalah penggabungan lebar jalur
jalan dengan bahu jalan. Ukuran approach sama dengan lebar jalur jalan
pada jembatan atau penyempitan dari ruas jalan standar. (disesuaikan
dengan lebar jalur jalan pada jembatan).
 Traffic Barriers

Berfungsi untuk mengurangi terjadinya kecelakaan ketika suatu jalan


meninggalkan jalan. Traffic barriers terbuat dari beton bertulang berupa
parapets ataupun terbuat dari baja berupa rel pengaman.
 Sandaran (Railling)

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 11
Railling jembatan berfungsi sebagai pagar pengaman bagi para pengguna
jasa jalan.selain itu juga berungsi sebagai nilai estetika.
 Lampu jembatan

Gunanya untuk menerangi jalan bagi kendaraan dan orang yang


melewatinya.
3. Fondasi jembatan
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah
dasar.berdasarkan sistimnya fondasi abutmen atau pier jembatan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis,antara lain :
a. Fondasi Telapak (spread footing)

b. Fondasi sumuran (caisson)

c. Fondasi tiang (pile foudation)

 Tiang Pancang kayu (log Pile),

 Tiang Pancang baja (Steel Pile),

 Tiang pancang beton prategang pracetak (precast pestressed concrete pile),

 Tiang beton cetk ditempat (concrete cat in place),

 Tiang Pancang komposit (compossite Pile),

2.4 Fondasi
Pengertian umum dari pondasi adalah struktur bawah bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di permukaan tanah yang
mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lain diatasnya. Pondasi harus
diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban-
beban bangunan (beban isi bangunan), gaya – gaya luar seperti :tekanan angin ,gempa bumi
dan lain – lain. Disamping itu tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang
diijinkan.
Pondasi merupakanbagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karenan
menopang bangunan diatasnya,maka pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama
sebagai berikut :
1. Cukup menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak),tahan terhadap
perubahan cuaca.
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 12
3. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari tanah dan bangunan bawah pondasi.
Pondasi berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban bangunan
tersebut ke dalam tanah dibawahnya.suatu sistem pondasi harus mampu mendukung beban
bangunan diatasnya,termasuk gaya-gaya luar seperti gaya angin,gempa,dll.
Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Berat bangunan yang harus dipikul berikut beban-beban hidup,mati serta beban-beban
lain dan beban-beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
2. Jenis tanah dan daya dukung tanah.
3. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh ditempat.
4. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
5. Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
6. Waktu dan biaya pekerjaan.

2.4.1 Jenis – jenis pondasi


Secara umum terdapat dua macam pondasi,yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
Pondasi dangkal digunakan bila bangunan yang berada diatasnya tidak terlalu besar,rumah
sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa digunakan untuk bangunan umum lainnya yang
berada diatas tanah keras. Yang termasuk pondasi dangkal adalah pondasi batu kali
setempat,pondasi lajur batu kali,pondasi telapak/pelat setempat(beton), pondasi lajur
beton,pondasi strouspile dan pondasi tiang pancang kayu.
Sedangkan pondasi dalam ialah pondasi yang dipakai diatas tanah lembek,pondasi ini
juga dipakai pada bangunan dengan bentangan cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan
bangunan bertingkat. Yang termasuk pondasi dalam antara lain ; pondasi tiang pancang
(beton,besi,pipa baja),pondasi sumuran,pondasi borpile dan lain – lain. Dalam bab ini hanya
akan ditekankan pada pondasi dalam khususunya agar pembaca dapat membedakan metode
pekerjaan pondasi bore pile dan tiang pancang.
Pemilihan suatu pondasi biasanya tergantung pada jenis lapisan tanah dan beban rencana
yang akan bekerja padanya. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu pondasi :
1) dapat menjamin kedudukan konstruksi terhadap semua gaya yang bekerja padanya,
2) tanah pendukungnya cukup kuat sehingga tidak terjadi kehancuran geser, dan
3) settlement atau deflection yang terjadi tidak melampaui yang diizinkan.
Besarnya daya dukung pondasi selalu menjadi pertimbangan dalam pemilihan suatu pondasi
tiang. Secara teori, besarnya daya dukung dinyatakan sebagai besarnya gaya minimum yang
menyebabkan kehancuran geser pada tanah pendukungnya.
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 13
Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan terletak sangat dalam.
Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya
angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-
gaya penggulingan akibat beban angin. Tiang-tiang juga digunakan untuk mendukung
bangunan dermaga. Pada bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan
kapal dan gelombang air. Beberapa maksud penggunaan pondasi tiang, antara lain :
1) untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak, ke tanah
pendukung yang kuat,
2) untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu
sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk
mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah di sekitarnya,
3) untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat
tekanan hidrostatis atau momen penggulingan,
4) untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya miring,
5) untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut bertambah,
dan
6) untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah tergerus air.
Berdasarkan perpindahannya pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 kategori
(Hardiyatmo, 2006).
1) Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal atau berlubang
dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga terjadi perpindahan
volume tanah yang relative besar. Termasuk dalam tiang perpindahan besar adalah
tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal atau berlubang), tiang baja
bulat (tertutup pada ujungnya).
2) Tiang perpindahan kecil (small displacement pile) adalah sama seperti tiang
kategori pertama hanya volume tanah yang dipindahkan saat pemancangan relative
kecil, contohnya : tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton prategang
berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, tiang
ulir.
3) Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile) terdiri dari tiang yang dipasang di
dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah. Termasuk dalam tiang tanpa
perpindahan adalah tiang bor, yaitu tiang beton yang pengecorannya langsung di
dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa baja diletakkan dalam lubang dan dicor
beton).

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 14
A . Pondasi Tiang Bor
Tiang bor dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru
kemudian diisi dengan tulangan dan dicor beton. Tiang ini, biasanya dipakai pada tanah yang
stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat
bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan
pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan
lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahan ujung tiang.

Gambar 2.1 Skema alat bor

Penggunaan tiang bor akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :


1) tidak ada resiko kenaikan muka tanah,
2) kedalaman tiang dapat divariasikan,
3) tanah dapat divariasikan dan dicocokan dengan data laboratorium,
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 15
4) tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam, dengan diameter besar, dan dapat
dilakukan pembesaran ujung bawahnya jika tanah dasar berupa lempung atau batu lunak,
5) penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan
pemancangan.

Namun demikian penggunaan tiang bor akan memberikan beberapa kerugian, antara
lain :
1) pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah yang berkerikil,
2) pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik,
3) air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga
mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang,
4) pembesaran ujung bawah tiang dapat dilakukan bila tanah berupa pasir.
Cara pelaksanaan pekerjaan tiang bor sangat berpengaruh pada kelakuan tiang dalam
mendukung beban. Umumnya, tinjauan gangguan akibat pelaksanaan pekerjaan tiang bor
ditujukan pada perubahan sifat-sifat tanah. Pemasangan tiang bor dapat memberikan
pengaruh-pengaruh yang berbeda pada tanah (Hardiyatmo, 2006).
 Tiang bor dalam tanah granuler
Pada waktu pengeboran, biasanya dibutuhkan tabung luar (casing) sebagai pelindung
terhadap longsoran dinding galian dan larutan tertentukadang-kadang juga digunakan dengan
maksud yang sama untuk melindungi dinding galian tersebut. Gangguan kepadatan tanah,
terjadi saat tabung pelindung di tarik ke atas saat pengecoran. Karena itu, dalam perhitungan
kapasitas tiang bor di dalam pasir, Tomlinson (1975) menyarankan untuk menggunakan sudut
gesek dalam () ultimit dari contoh terganggu, kecuali jika tiang diletakkan pada kerikil
padat dimana dinding lubang yang bergelombang tidak terjadi. Jika pemadatan yang seksama
dapat diberikan pada beton yang berada di dasar tiang, maka gangguan kepadatan tanah dapat
dieliminasi sehingga sudut gesek dalam () pada kondisi padat dapat digunakan. Akan tetapi,
pemadatan tersebut mungkin sulit dikerjakan karena terhalang tulangan beton.
 Tiang bor dalam tanah kohesif
Penelitian pengaruh pekerjaan pemasangan tang bor pada adhesi antara dinding tiang
dan tanah di sekitarnya, menunjukkan bahwa nilai adhesi lebih kecil dari pada nilai kohesi
tak terdrainase (undrained cohesion) tanah sebelum pemasangan tiang. Hal ini, adalah akibat
dari pelunakan lempung di sekitar dinding lubang. Pelunakan tersebut adalah pengaruh dari
bertambahnya kadar air lempung oleh pengaruh-pengaruh : air pada pengecoran beton,
pengaliran air tanah ke zone yang bertekanan lebih rendah di sekitar lubang bor, dan air yang

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 16
dipakai untuk pelaksanaan pembuatan lubang bor. Pelunakan pada tanah lempung dapat
dikurangi jika pengeboran dan pengecoran dilaksanalan dalam waktu 1 atau 2 jam (Palmer
dan Holland, 1996).
Pelaksanaan pengeboran juga mempengaruhi kondisi dasar lubang yang dibuat. Hal ini,
mengakibatkan pelunakan dan ganguan tanah lempung di dasar lubang, yang berakibat
menambah besarnya penurunan. Pengaruh gangguan ini sangat besar terutama bila diameter
ujung tiang diperbesar, dimana tahanan ujungnya sebagian ditumpu oleh ujung tiang. Karena
itu, penting untuk membersihkan dasar luabng. Gangguan yang lain dapat pula terjadi akibat
pemasangan tiang yang tidak baik, seperti: pengeboran yang melengkung, pemisahan
campura beton saat pengecoran dan pelengkuangan tulangan beton saat pemasangan.
Ditinjau dari fungsinya, material pembentuk beton adalah semen dan air untuk
membentuk pasta semen sebagai perekat yang bersama dengan agregat halus membentuk
mortar yang berfungsi mengikat agregat kasar menjadi satu kesatuan yang kompak. Agregrat
kasar berfungsi sebagai pengisi untuk memberikan kekuatan dan memperkecil penyusutan,
sedangkan mortar akan menutupi seluruh permukaan agregat kasar dimana setelah mengeras
akan menjadi satu kesatuan massa yang kompak dan padat.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 17
B.Pondasi Tiang Pancang
Pondasi Tiang pancang adalah jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation). Secara
definitif, tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari berbagai bahan
bangunan (kayu, beton atau baja) yang digunakan untuk mentransmisikan beban-beban
permukaan ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah. Hal tersebut
dapat merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang aau pemakaian
beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah sepanjang ujung tiang pancang.
Pondasi tiang pancang digunakan untuk mentransfer beban yang dipikul pondasi
(struktur serta penggunanya) ke lapisan tanah yang dalam, dimana dapat dicapai daya dukung
yang lebih baik. Pondasi tiang pancang ini juga berguna untuk menahan gaya angkat akibat
tingginya muka air tanah dan gaya dinamis akibat gempa.
Jika dilihat dari pemakaiannya, maka pondasi tiang pancang dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu tiang pancang tunggal dengan tiang pancang kelompok. Sedangkan, bila dilihat
dari bahan yang dipakai menjadi tiang pancang, maka tiang pancang dapat dibedakan
menjadi tiang pancang kayu, tiang pancang baja, tiang pancang beton pracetak, tiang
pancamg beton prategang dan tiang pancang komposit.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa tiang pancang pada saat ini banyak digunakan
di Indonesia sebagai pondasi bangunan, seperti bangunan jembatan, gedung bertingkat,
pabrik atau gedung-gedung industri, menara, dermaga, bangunan mesin-mesin berat dan lain
sebagainya yang mana mereka tersebut merupakan konstruksi-konstruksi yang memiliki dan
menerima pembebanan yang relatif berat. Penggunaan tiang pancang untuk konstruksi ini
biasanya bertitik tolak pada beberapa hal yang mendasar seperti anggapan adanya beban yang
besar sehingga pondasi langsung jelas tidak dapat digunakan, kemudian jenis tanah pada
lokasi yang bersangkutan relatif lunak (lembek) sehingga pondasi langsung tidak ekonomis
lagi untuk dipergunakan.
Dikarenakan begitu pentingnya peranan dari pondasi tiang pancang ini, maka, jika
dalam pembuatannya dibandingkan dengan pembuatan pondasi yang lainnya, pondasi tiang
pancang ini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :
1. Biaya pembuatannya kemungkinan besar (dengan melihat letak lokasi dan
lainnya), lebih murah bila dikonversikan dengan kekuatan yang dapat dihasilkan.
2. Pelaksanaannya lebih mudah

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 18
3. Di Indonesia, peralatan yang digunakan tidak sulit untuk didapatkan.
4. Para pekerja di Indonesia sudah cukup terampil untuk melaksanakan bangunan
yang mempergunakan pondasi tiang pancang.
5. Waktu pelaksanaannya relatif lebih cepat.
Kriteria pemakaian tiang pancangdiperggunakan untuk suatu pondasi bangunan
tergantung pada kondisi :
 Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya
pembangunan lepas pantai)
 Tanah dasar dibawah bangunan tidak mampu memikul banguan yang ada
diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban jauh dari permukaan tanah.
 Pembangunan diatas tanah tidak rata.
 Memikul kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)
Spesifikasi pondasi tiang pancang ini didasarkan dari bahan pembuatannya sebagai
berikut :
1. Tiang Pancang beton
2. Tiang Pancang kayu
3. Tiang Pancang baja
1. Tiang pancang Beton
Tiang pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam
yaitu :
- Cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor) dan
- Precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik).
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang
sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil,
sedangkan berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
pengangkatan dan pemancangan.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 19
Gambar 2.2 Precast Pile

2. Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang
pada suatu dermaga. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan
kayu yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu
belian.
Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi
yang diijinkan.
Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan,
yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi
peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan
tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu
keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.

Gambar 2.3 Tiang pancang kayu


3. Tiang Pancang Baja
Pondasi tiang pancang baja biasanya berbentuk profil H ataupun berbentuk pipa baja.
Pada tiang pancang baja pipa, dapat dipilih dengan ujung terbuka bebas ataupun tertutup.
Sering kali tiang baja pipa dilakukan pengisian dengan pengecoran beton setelah
pemancangan, namun dalam beberapa hal dan kondisi, pengecoran tersebut dirasakan tidak
perlu dilakukan. Berdasarkan pengalaman, bentuk ujung terbuka lebih menguntungkan dari
segi kedalaman penetrasi dan dapat dikombinasikan dengan pengeboran bila diperlukan,
misalnya penetrasi tiang pada tanah berbatu.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 20
Gambar 2.4 Tiang pancang baja

Beberapa alasan pilihan mengapa dipilih penggunaan pondasi tiang pancang ini dapat
mempertimbangkan dengan kondisi seperti berikut :
1. Pada saat tanah dibawah struktur mengalami kompresibilitas yang tinggi dimana
tanah tersebut tidak mampu menahan beban yang dipindahkan dari struktur diatasnya, jadi
dengan kata lain Pondasi Tiang Pancang di gunakan untuk memindahkan beban beban yang
bekerja pada struktur diatasnya sampai pada lapisan tanah yang keras atau biasa disebut
Tiang Pancang Tahanan Ujung (End Bearing Pile Resistance. Namun apabila lapisan tanah
yang keras masih terlalu jauh kedalam sehingga panjang Pondasi Tiang Pancang tidak
memungkin lagi untuk digunakan maka beban beban yang bekerja dapat dipikul oleh tahanan
samping dari Pondasi Tiang Pancang atau disebut dengan Pondasi Tiang Pancang Tahanan
Samping (Friction Piles Resistance).
2. Apabila struktur diatas menerima beban horizontal maka Pondasi Tiang Pancang akan
lebih mampu memikul beban horizontal sekaligus memikul beban vertikal dibandingkan
dengan pondasi dangkal. Beban horizontal ini biasanya banyak terjadi pada bangunan
bangunan bertingkat tinggi serta bangunan bangunan lepas pantai yang menerima beban
beban angin dan gelombang.
3. Apabila tanah dibawah struktur mempunyai sifat expansive atau swelling (Tanah
expansive atau swelling adalah tanah yang akibat terjadi perubahan kadar air maka akan
terjadi perubahan secara cepat baik pada sifat sifat fisik daripada tanah seperti Indeks Plastis,
Plastis Limit demikian juga pada sifat sifat mekanis daripada tanah seperti Kuat Geser
Tanah )sampai pada kedalaman yang tidak memungkinkan lagi untuk penggunaan pondasi
dangkal sehingga di gunakanlah Pondasi Tiang Pancang dimana dengan Pondasi Tiang
Pancang kita dapat mendesain sampai kedalaman melewati areal tanah expansive atau
swelling tersebut.
4. Pada bangunan bangunan seperti towers (menara menara), offshore structure
(bangunan lepas pantai) yang sering mengalami gaya angkat keatas (uplift force) maka

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 21
Pondasi Tiang Pancang akan lebih mampu menahan beban tersebut daripada Pondasi
Dangkal.
5. Struktur bangunan jembatan seperti pada Abutment dan Piers seringkali mengalami
masalah pengerusan (scouring) oleh karena arus air yang kuat pada areal sekitar pondasi
sampai pada kedalaman yang cukup dalam sehingga apabila digunakan Pondasi Dangkal
maka akan terjadi kegagalan struktur sementara Pondasi Tiang Pancang akan lebih baik untuk
kondisi ini seperti dalam.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 22
2.5.3 Materi Penyusun Fondasi

a. Semen

Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau semen portland
pozzolan. Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat – silkat kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan
tambahan yang biasa disebut gips. Sedangkan semen portland pozzolan merupakan campuran
merata antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan yang mempunyai sifat pozzolan,
yang dibuat dengan cara menggiling klinker semen portland dengan bahan yang mempunyai
sifat pozzolan secara bersama – sama. Bahan yang mempunyai sifat pozzolan yaitu bahan
yang sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silikat atau aluminat yang reaktif dan dalam
keadaan halus (lolos ayakan 0,21mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada suhu
normal (24C – 27C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuljo,
1996). Semen Portland yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 15-2049-1994.
Bahan utama pembentuk semen Portland adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina
(Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang alkali (Mulyono. 1993). Isi kombinasi dari
total empat oksida tersebut kira-kira 90% dari berat semen, karenanya dikenal sebagai unsur
utama atau major oxides didalam semen. 10% yang lainnya terdiri dari magnesia (MgO),
oksida alkali (Na2 dan K2O), titania (TiO2), fosforus- pentoksida (P2O5), dan gypsum, yang
dikenal sebagai unsur minor atau minor oxides didalam semen (Supartono, 1998).
Terdapat 4 (empat) senyawa kimia utama penyusun semen Portland menurut
Tjokrodimuljo (1996), seperti tersebut dibawah ini.
a. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
b. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
c. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.
d. Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.
Menurut Tjokrodimulyo (1996) semen dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu
sebagai berikut ini :
a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lain.
b. Jenis II merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 23
c. Jenis III merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
yang tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi yang rendah.
e. Jenis V merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
tinggi terhadap sulfat.
b. Agregat

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan
suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton.
Menurut Dipohusodo (1999), umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton
mencapai jumlah ± 70% - 75% dari seluruh volume massa padat beton. Oleh karena itu sifat
dan mutu agregat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton yang
dihasilkan. Sifat yang penting dari agregat adalah kepadatan dan kekerasan massa agregat
yang dapat diukur dari kekuatan hancur dan kekuatan terhadap benturan karena dapat
berpengaruh terhadap ikatan dengan semen, porositas, karakteristik terhadap penyerapan air
yang dipengaruhi oleh perubahan cuaca, ketahanan terhadap zat kimia dan ketahanan
terhadap penyusutan. Pada prinsipnya agregat yang baik harus keras, kuat, dan ulet serta
kekuatannya harus melebihi kekuatan pasta semen yang telah mengeras.
1. Batu
Batu memiliki ukuran butiran lebih dari 40 mm dan tidak digunakan sebagai bahan
penyusun beton. Batu harus dipecah terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum
digunakan sebagai bahan penyusun beton.
2. Kerikil (Agregat Kasar)
Agregat kasar dalam beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alam dari
batuan ataupun batuan pecah yang diperoleh dari hasil pemecahan batu yang memiliki ukuran
butiran antara 5 – 40 mm.
Dari segi kekuatan, beton dengan proporsi campuran yang sama tetapi menggunakan
agregat kasar dengan tekstur yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula,
agregat dengan permukaan bersudut akan menghasilkan kekuatan beton yang lebih besar
dibandingkan agregat dengan tekstur/permukaan yang bundar dan licin. Hal tersebut
dikarenakan bentuk tekstur permukaan agregat yang kasar akan menghasilkan beton dengan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 24
friksi geseran yang lebih besar, serta menambah kekuatan ikatan antara agregat dengan pasta
semen.
c. Pasir
Agregat halus dalam beton adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu yang memiliki
ukuran butiran antara 0,15 – 5mm. Pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada dasar sungai,
atau dari tepi laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Pasir galian, merupakan pasir yang tajam, bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan
garam, tetapi biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah.
2. Pasir sungai, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan.
3. Pasir laut, merupakan pasir yang berbutir halus dan bulat karena gesekan serta banyak
mengandung garam – garaman.
Agregat halus berperan penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian
workability, kekuatan, dan keawetan beton. Oleh karena itu pemakaian pasir sebagai
pembentuk beton harus dilakukan secara selektif. Hal ini dikarenakan pasir sering
mengandung mineral – mineral reaktif dan kotoran – kotoran organik.
d. Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan menghasilkan pasta untuk mengikat
butiran-butiran agregat menjadi suatu benda yang utuh, homogen, rapat serta mempunyai
kekerasan dan kekuatan bila sudah kering. Selain itu menjadi bahan pelumas antara butir-
butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Air yang diperlukan untuk bereaksi
dengan semen hanya 25 % berat semen, namun dalam kenyaataannya nilai faktor air semen
yang dapat dipakai harus melebihi 0,35. Kelebihan ini dipakai sebagai pelumas. Namun
kelebihan ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan menurun serta akan
terjadi penyusutan yang besar, selain itu air yang berlebih bersama-sama dengan semen
bergerak ke permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang (bleeding) yang kemudian
menjadi buih dan membentuk satu lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput tipis).
Selaput tipis ini akan mengurangi lekatan antar lapisan beton dan merupakan bidang sambung
yang lemah. Bila jumlah air yang digunakan terlalu sedikit akan mempengaruhi
kesempurnaan reaksi hidrasi dan proses pengerjaan (workability) yang sulit dalam
pengadukan.
Air yang akan digunakan untuk campuran beton hendaknya harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
a. Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gr/ltr.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 25
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gr/ltr.
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
e. Tulangan Baja
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-
retak. Beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur dengan dibantu perkuatan
tulangan baja, Tulangan baja akan menahan gaya tarik yang timbul. Bahan baja yang
digunakan memiliki sifat teknis menguntungkan, dan baja tulangan dapat berupa batang baja
lonjoran ataupun kawat rangkai las (wire mesh); yang berupa batang kawat baja yang
dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan. Bahan terakhir tersebut terutama dipakai
untuk pelat dan cangkang tipis atau struktur lain yang tidak mempunyai tempat cukup bebas
untuk pemasangan tulangan, jarak spasi, selimut beton sesuai dengan persyaratan pada
umumnya. Bahan rangka baja dengan pengelasan yang dimaksud, diperoleh dari hasil
penarikan baja pada suhu rendah dan dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau
persegi panjang dengan dilas pada semua titik pertemuannya.
Tulangan penguat dapat terdiri dari batang tulangan, bahan yang terbuat dari anyaman
kawat yang dilas, atau tali kawat. Batang tulangan untuk konstruksi biasa, digunakan yang
mempunyai tonjolan (tulangan yang berprofil). Tonjolan tersebut mempunyai fungsi untuk
mencegah pergeseran dari tulangan relatif terhadap beton sekelilingnya. Tulangan baja ini
disebut tipe deform.
Percobaan serta pengujian untuk melakukan pendekatan dan penelitian yang
berhubungan dengan sifat ekonomis penulangan beton telah banyak dilakukan di beberapa
negara, diantaranya adalah percobaan penulangan dengan ferro cement yang menggunakan
bahan kayu, bambu, atau bahan lain untuk penulangan beton. Selain itu dapat pula berupa
beton dengan perkuatan fiber (serat) yang menggunakan serat-serat baja sebagai bahan
perkuat atau serat dan serbuk bahan lain untuk memperbaiki mutu bahan betonnya sendiri,
misalnya dengan menggunakan abu terbang (fly ash).
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam
perhitungan perencanaan beton bertulang ialah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas
(Es). Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui prosedur pengujian standar sesuai
dengan SII 0136-84. Tegangan leleh baja adalah tegangan baja pada saat mana meningkatnya
tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Pada perencanan atau analisis
beton bertulang pada umumnya, nilai tegangan luluh baja tulangan diketahui atau ditentukan
pada awal perhitungan.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 26
2.6 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang Bor

Pengeboran merupakan proses awal dimulainya pengerjaan fondasi tiang bor.


Kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Metode
pengeboran dan peralatan yang digunakan sesuai dengan kondisi bawah permukaan tanah,
misal terdapat batuan atau material di bawah permukaan tanah yang perlu diantisipasi.
Cara kuno untuk konstruksi tiang borpile adalah dengan menggali secara manual,
kemudian melakukan pengecoran beton. Jenis tiang bor yang dikerjakan dengan cara ini
sering disebut tiang Strauz. cara ini amat membatasi kedalaman dan jenis tanah yang dapat
ditembus, sehingga terutama hanya digunakan untuk bangunan residential atau bangunann
ringan lainnya. Dengan ditemukannya alat-alat borpile modern, maka pelaksanaan konstruksi
menjadi lebih mudah. untuk suatu jenis alat pembor, lama waktu pemboran tergantung dari
kemampuan dan tenaga dari mesin.

Gambar 2.4 Skema cara kerja mesin bor

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 27
Adapun beberapa metode dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor adalah
sebagai berikut ini :
1. Metode dengan cara kering (Dry Method)
Cara ini membutuhkan tanah jenis kohesif dan muka air tanah berada pada
kedalaman di bawah dasar lubang bor, atau jika permeabilitas tanah sedernikian
kecilnya sehingga pengecoran beton dapat dilakukan sebelum pengaruh air
terjadi.
2. Pemboran dengan casing
Casing diperlukan karena runtuhan tanah (caving) atau deformasi lateral dalam
lubang bor dapat terjadi. Perlu dicatat bahwa slurry perlu dipertahankan sebelum
casing masuk. Dalam kondisi tertent, casing harus dimasukkan dengan
menggunakan vibrator. Penggunaan casing harus cukup panjang dan mencakup
seluruh bagian tanah yang dapat runtuh akibat penggalian dan juga diperlukan
bila terdapat tekanan artesis.
Kadang kala casing sukar dicabut kembali bila beton sudah mengalami setting,
tetapi sebaliknya casing tidak boleh dicabut mendahului elevasi beton karena
tekanan air di sekeliling dinding dapat menyebabkan curing beton tidak
sempurna. Casing juga dibutuhkan pada pengecoran di atas tanah atau di tengah-
tengah air misalnya pada pondasi untuk dermaga atau iembatan.
3. Pelaksanaan dengan Slurry
Metode borpile ini hanya dapat dilakukan untuk suatu situasi yang
membutuhkan casing. Perlu dicatat di sini bahwa tinggi slurry dalam lubang bor
harus mencukupi untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air
di sekitar lubang bor. Bentonite yang dieampur dengan air adalah bahan yang
dipakai sebagai slurry. Umumnya diperlukan bentonite sebanyak 4% hingga 6%
untuk pencampuran tersebut. Dalam penggunaan slurry, umumnya, dikehendaki
agar tidak membiarkan bahan ini terlalu lama dalam lubang galian sehingga
campuran tersebut tidak menyebabkan suatu bentuk bahan kental (cake) yang
menempel di dinding lubang bor. Bila lubang bor telah siap, maka anyaman
tulangan segera dimasukkan, selanjutnya dimasukkan treminya. Merangkai
tulangan dan memasukkan tulangan ke dalam lubang bar susunan tulangan
untuk pondasi tiang bor ditentukan oleh besarnya gaya-gaya dalam (momen,
geser dan gaya normal) yang dihitung oleh perencana. Dalam banyak hal,
bilamana tiang bor hanya hanya memikul beban lateral di kepala tiang, maka
tulangan tidak harus sampai ke dasar pondasi. Cukup sampai posisi di mana
gaya- gaya tersebut harus dipikul oleh beton dan tulangan bersama-sama.Tetapi

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 28
bilamana tiang bor digunakan sebagai shoulder pile, tulangan umumnya harus
dipasang pada seluruh kedalaman. Karena momen terbesar berada di sekitar
kedalaman batas galian, maka kerapatan tulangan lebih besar pada lokasi
tersebut. Aspek penting lain dalam tulangan adalah kekakuan yang harus
dipertahankan pada saat pengangkatan tulangan, agar tidak berubah bentuk dan
tetap lurus pada saat rnasuk ke dalam lubang bor. Untuk memproleh bentuk
yang silindris kadang-kadang diperlukan pengkaku (stiffener) pada penampang
melintang dan tulangan. Tahu beton (concrete decking) dapat diperlukan untuk
mempertahankan adanya selimut beton pada sisi luar tulangan. Umumnya untuk
pelaksanaan pengecoran beton digunakan mixer beton yang dikirim dalam truk-
truk mixer, sehingga kualitas beton dapat mencapai keseragaman yang lebih
baik. Untuk memasukkan beton ke dalam lubang bor harus digunakan pipa tremi
rerutama dimana muka air tanah cukup tinggi. Bilamana beton dijatuhkan secara
bebas ke dalam lubang bor diperkirakan dapar teriadi segregasi dan muncul
rongga-rongga yang sulit dikontrol. Pengecoran beton ke dalam lubang bor tidak
boleh terputus. .Slump beton urnumnya diambil cukup tinggi untuk memastikan
beton mengisi seluruh rongga ke dalam lubang dan membentuk selimut beton
yang melindungi tantangan dari air dan tanah disekitarnya. Untuk memasukan
beton pertama kali melalui pipa tremi, umumnya diberi penyumbat agar beton
dapat masuk ke dalam lubang bor tanpa bercampur dengan air dan tanah.
sebagai penyumbat, dapat digunakan beberapa cara, di antaranya menggunakan
pasta semen atau campuran pasta semen clan polypropylene. Pengendalian mutu
untuk pelaksanaan pembuatan pondasi tiang bor meliputi pemeriksaan kondisi
tanah pada saat pengeboran, cara handling dan penempatan tulangan, mutu
beton dan pengukuran volume beton. Pengawasan mutu yang diperlukan untuk
lubang bor adalah pemeriksaan alignment yang terakhir, jenis tanah yang
diperoleh dan pembersihan dasar lubang.

2.7 Kedalaman dan syarat perencanaan fondasi tiang bor (borepile


foundation)
Fondasi tiang bor dapat digunakan pada kedalaman tertentu tergantung pada besar
beban dan kondisi tanah. Kedalaman ujung tiang bor dapat ditentukan melalui uji sondir.
Pemboran lubang yang tidak menerus (terhenti beberapa waktu) akan mengakibatkan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 29
terjadinya keruntuhan tanah (caving). Oleh karena itu, casing digunakan baik selama
pemboran maupun pengecoran, terutama apabila tanah dasar merupakan tanah lempung.
Fondasi dibuat di bawah kolom-kolom utama pendukung bangunan. Seluruh beban
bangunan dilimpahkan ke kolom-kolom utama, dan diteruskan ke fondasi di bawahnya,
sehingga fondasi dapat dikatakan sebagai akar dari bangunan tempat untuk bertumpunya
kolom-kolom utama.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan fondasi tiang bor
antara lain adalah sebagai berikut ini :
1. Alinemen tiang bor atau penyimpangan terhadap lokasi tiang bor. Pada umumnya
toleransi penyimpangan fondasi tiang bor adalah 15 cm. Penyimpangan lebih dari 15 cm
akan mengakibatkan timbulnya momen akibat eksentrisitas.
2. Mutu beton tidak memenuhi persyaratan. Masalah ini memang jarang terjadi di awal
pengerjaan tiang bor, karena mutu beton dapat direncanakan sesuai dengan mutu yang
dikehendaki. Mutu beton akan benar-benar teruji saat umur silinder beton sekurang-
kurangnya 21 hari. Bila ternyata mutu beton rendah maka perlu dilakukan pemeriksaan
kembali daya dukung strukturnya baik terhadap beban tekanan maupun beban momen.
3. Pemeriksaan kekentalan beton dapat dilakukan dengan uji slump, slump yang
disyaratkan bagi pondasi tiang bor adalah sebesar 15 - 18 cm.
4. Longsoran tanah pada lubang bor. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyempitan
lubang bor (necking) sehingga diameter tiang bor itu akan mengecil sendiri. Evaluasi
kondisi tanah perlu dilakukan apabila diameter tiang bor lebih kecil dari 70% dari
diameter rencana.
5. Pada tanah di mana terdapat lapisan pasir yang mudah longsor, sering kali
mengakibatkan terputusnya beton sehingga tiang bor tidak menerus.
6. Tulangan baja terekspos keluar dan berkarat. Hal ini terjadi karena endapan lumpur yang
ada di dasar lubang bor menimbulkan gangguan dan menghambat pengerjaan fondasi
tiang bor.

BAB III
Tinjauan Umum Proyek

Penyelenggara proyek pembangunan secara menyeluruh yang dimulai dari


perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik sampai dengan pemanfaatannya
adalah merupakan proses tahapan yang harus dikerjakan secara sistematik. Di dalam proses
atau tahapan ini terdapat bermacam-macam unsur pendukung yang saling berkaitan satu sama
lain. Unsur-unsur yang membentuk suatu ikatan kerjasama di mana masing-masing memiliki

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 30
peranan,fungsi dan tanggung jawab yang jelas. Tujuan yang hendak dicapai pada dasarnya
adalah efisiensi yang optimum dari tenaga, waktu, dan biaya proyek terhadap hasil yang
diperoleh.
Proyek pembangunan jembatan linggamas akan membuka akses bagi masyarakay sekitar
yang saat ini banyak memanfaatkan jasa penyebrangan menggunakan perahu untuk keperluan
melintas dari dan ke desa mereka,tetapi juga diyakini akan menjadi akses utama jalur
ekonomi vital antara kabupaten banyumas dan purbalingga, serta akan menjadi pendorong
peningkatan kemajuan dan kemakmuran masyarakat di eks karsidenan banyumas.
Jembatan linggamas mempunyai panjang 140 meter dan lebar 9,5 meter. Diperkirakan
menelan biaya mencapai 4,5 milyar dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap 1 berupa
pembangunan abutmen dan pilar serta sebagian urugan untuk oprit jembatan dengan
anggaran Rp.16.450.000.000 dan APBD kabupaten Purbalingga Rp. 9.269.795.000, termasuk
bantuan dari provinsi jawa tengah sebesar 5 milyar,masing-masing 2,5 milyar kedua
kabupaten.

3.1 Lokasi Proyek


Lokasi proyek pembangunan Jembatan Linggamas terletak di Sungai Klawing, lokasi
akan dibangunnya jembatan, yakni di Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas
dan Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 31
Gambar 3.1 lokasi proyek

Adapun batas – batas lokasi proyek pembangunan jembatan linggamas adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Aliran Sungai Klawing
Sebelah Barat : Desa Petir (Kec.kalibagor – Kabupaten Banyumas)
Sebelah Selatan : Aliran Sungai Klawing
Sebelah Timur : Desa Kedung Benda (Kec.Kemangkon – Kab.Purbalingga)

2.2 Data Umum Proyek

a. Nama Proyek : Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I.


b. Lokasi : Desa Petir Kecamatan Kalibagor,Kabupaten,Banyumas dan
Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon,Kabupaten
Purbalingga.
c. Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, dan Dinas

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 32
Sumberdaya Air dan Bina Marga Kabupaten Banyumas.
d. Konsultan Perencana : CV.Kubang Engineering Consultan.
e. Konsultan Pengawas : CV. Sandi Selzasa Consultan.
PT. Mitra Fitrah Alam.
f. Kontraktor Pelaksana : PT. Krakatau Indah.
g. Nilai Kontrak : Rp. 16.450.000.000( termasuk PPN 10%)
h. Jenis Kontrak : Unit Price.
i. Sumber Dana : APBD Kabupaten Banyumas dan Purbalingga
j. Waktu Pelaksanaan : 150 hari.
k. Waktu Pemeliharaan : 180 hari.

2.3 Data Teknis Proyek

a. Tipe Jembatan : Prestressedconcrete bridge.


b. Bentang Jembatan : 140 m.
c. Lebar jembatan : 9,5 m.
d. Jenis Pondasi : Pondasi Bor Pile.
e. Jembatan : Panjang = 140 m, Lebar = 9,5 m.
f. Abutment : Abutment kiri ( 10,50 x 11,50 m ).
Abutment kanan ( 10,5 x 11,50 m ).
g. Pilar : Pilar ( 5,20 x 5,80 m).

3.4 Manajemen Proyek dan Hubungan Kerja


Manajemen suatu proyek adalah kegiatan merencanakan, mengelola, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan. Manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan)
vertikal maupun horisontal (Dipohusodo, 1996).
Manajemen proyek sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proyek baik
sebelum, saat, dan sesudah proyek tersebut dilaksanakan. Manajemen yang baik akan
memberikan hasil yang baik pula terhadap kegiatan yang dilakukan. Lingkup dan pengertian
manajemen proyek memiliki persamaan dengan manajemen secara umum, yaitu
menghasilkan suatu produk barang atau jasa sesuai dengan keinginan.
Lingkup kegiatan manajemen proyek terdiri dari :
a. perencanaan (planning),

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 33
b. pengorganisasian (organizing),
c. pelaksanaan (actuating),
d. pengawasan (controlling),dan
e. evaluasi (evaluating).

Diawali dengan perencanaan yang matang oleh pihak perencana. Setelah perencanaan
selesai maka proyek dapat dilaksanakan. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka
dalam pelaksanaannya diperlukan pengendalian (monitoring) yang terangkum dalam proses
evaluasi. Dengan harapan bahwa pelaksanaan proyek telah sesuai dengan sasaran dan
mengacu pada perencanaan awal.
Dalam pembangunan diperlukan suatu manajemen proyek yang baik, hal tersebut
dapat dilihat dalam gambar sebagaiberikut:

Perencanaan
Umpan
Balik
Sasaran Proyek
Tercapai
Berita Acara
Penyerahan
Proyek

Evaluasi Pelaksanaan
Pengendalian
(Monitoring)

Gambar 3.2Siklus mekanisme manajemen proyek(Dipohusodo, 1996).


Lima lingkup manajemen ini akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan
struktur organisasi yang baik dan efektif. Organisasi ini merupakan sarana yang disusun
sesuai dengan keperluan yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan proyek
adalah sebagai berikut :
a. pemilik proyek (owner),
b. konsultan perencana,
c. konsultan pengawas,dan
d. pelaksana (kontraktor).

Hubungan kerjasama antara unsur-unsur yang terlibat dalam proyek dituangkan dalam
surat perjanjian atau kontrak sehingga apabila ada perselisihan maka dapat diselesaikan
berdasarkan surat perjanjian tersebut. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek diharapkan
dapat bekerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah diatur sehingga

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 34
akan ada kerjasama yang harmonis. Terdapat beberapa macam hubungan dengan pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan proyek antara lain:
a. Hubungan antara pemilik proyek dengan konsultan perencanaseperti :

1) ada ikatan kontrak kerja;

2) konsultan perencana menyerahkan hasil desain atau perencanaan


kepada pemilik proyek;

3) pemilik proyek memberi imbalan jasa kepada konsultan perencana.

b. Hubungan antara pemilik proyek dengan konsultan pengawasseperti :

1) ada ikatan kontrak kerja;

2) pengawas bertanggung jawab kepada pemilik proyek;

3) pengawas menyerahkan hasil pengawasan proyek kepada pemilik


proyek;

4) pemilik proyek memberi imbalan jasa kepada konsultan pengawas.

c. Hubungan antara pemilik proyek dengan kontraktorseperti :

1) ada ikatan kontrak kerja;

2) kontraktor melaksanakan pekerjaan yang diberikan pemilik proyek,


kemudian menyerahkan kembali kepada pemilik tepat pada waktunya;

3) pemilik proyek memberikan biaya pelaksanaan dan imbalan jasa


konstruksi pada kontraktor.

d. Hubungan antara kontraktor dengan konsultan pengawasseperti :

1) ada ikatan aturan pelaksanaan proyek;

2) kontraktor melaksanakan proyek dengan mendapat pengawasan dari


pengawa;

3) kontraktor melaksanakan proyek sesuai dengan perencana

Hubungan antara pemilik proyek, perencana, pengawas dan kontraktor terlihat dalam Gambar
2.3. Bagan koordinasi kerja pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 35
Pemilik
PU,Binamarga

Perencana Pengawas
CV.Kubang CV.Sandi
Engineering Selzaza
Consultan Consultan

Kontraktor
PT. Krakatau
Indah.

Keterangan :
: Garis koordinasi
: Garis instruksi
Gambar 3.3 Bagan koordinasi kerja.

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya hubungan antar organisasi pokok
yang baik antara lain :
a. adanya kejelasan tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk masing-masing
unsur atau pihak yang terlibat;

b. hubungan yang jelas antar unsur akan merangsang komunikasi timbal balik
yang terbuka.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 36
3.4.1 UnsurPengelola Proyek

Hubungan setiap unsur yang terlibat dalam proyek sangat mempengaruhi keberhasilan
setiap kegiatan proyek guna mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap unsur harus mampu
menunjukkan kerja sama yang baik dengan melakukan tugas dan wewenangnya masing-
masing.
a. Pemilik proyek (owner)
Owner adalah orang atau badan, baik swasta maupun instansi pemerintah, yang
memiliki gagasan untuk mendirikan bangunan dan menanggung biaya pembangunan
tersebut dan memberi tugas kepada suatu badan atau orang untuk melaksanakan
gagasan tersebut yang dianggap mampu untuk melaksanakannya.Pada proyek ini yang
bertindak sebagai owner adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, dan
Dinas Sumberdaya Air dan Binamarga Kabupaten Banyumas..Tugas, tanggung jawab
dan wewenang owner meliputi :
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 37
1) menyediakan dana perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sesuai dengan
perjanjian kontrak;

2) bertindak sebagai pengambil keputusan tertinggi yang mengikat mengenai


pembangunan proyek serta menunjuk kontraktor dan konsultan melalui proses
pelelangan;

3) menandatangani dan mengesahkan semua dokumen proyek, seperti surat


perintah kerja, surat perjanjian dengan kontraktor, dan konsultan serta
dokumen pembayaran;

4) menuntut terselesaikannya proyek sesuai jadwal dan standar mutu yang


ditentukan;

5) berwenang memberikan instruksi kepada kontraktor maupun konsultan baik


secara langsung maupun secara tertulis;

6) memiliki wewenang penuh terhadap kepemilikan proyek;

7) berhak memberikan sanksi terhadap unsur-unsur proyek yang tidak


menjalankan tugas dan tanggung jawabnya yang telah diatur dalam perjanjian
kontrak sebelumnya.

b. Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang bergerak di dalam bidang perencanaan


konstruksi yang ditunjuk dan menerima tugas dari pemilik proyek untuk
merencanakan pembangunan proyek secara lengkap seperti yang diinginkan oleh
pemilik proyek. Konsultan perencana harus cermat dalam memaparkan ide-idenya,
membandingkan kualitas dan fungsi, menghimpun dan memodifikasi semua
rancangannya serta harus mempertimbangkan dan mengambil keputusan mengenai
rancangan dan manajemen konstruksi yang akan memberikan penaksiran-penaksiran
pembanding mengenai biaya dan waktu.
Pada proyek ini yang bertindak sebagai perencana adalah CV. Kubang
Engineering Consultan. Tugas dan tanggung jawab perencana meliputi :
1) Tahap perencanaan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 38
Pada tahapan untuk persyaratan perencanaan yang menyangkut keadaan
proyek dengan kondisi lingkungan sekitar proyek, perencana harus melakukan
konsultasi dulu dengan Dinas Pekerjaan Umum setempat.
2) Tahap persiapan perencanaan

Pekerjaan persiapan perencanaan ini meliputi penyelidikan, penelitian


dan penilaian yang antara lain meliputi :
a) keadaan pada saat perencanaan dan kebutuhannya, baik dalam jangka
dekat maupun jangka panjang di kemudian hari;
b) melakukan analisa biaya dan persyaratan pembangunan;
c) melakukan analisa tanah untuk bangunan konstruksi.
3) Tahap konsep perencanaan
Pada tahap ini, pekerjaan yang dilakukan adalah :
a) melakukan penyusunan konsep dasar perencanaan melalui studi
perbandingan atas beberapa kemungkinan;
b) melakukan penelitian tentang kemungkinan-kemungkinan perkembangan
dari beberapa kemungkinan.
4) Tahap penyusunan master plan
Master plan merupakan gambar keseluruhan bangunan dalam keadaan
akhir secara garis besar sesuai dengan perencanaan program keseluruhan.
5) Tahap schematic design

Schematic design merupakan penerjemah yang kreatif dari perencana ke


dalam gambar-gambar teknik dan rancangan atau merupakan perwujudan yang
optimal sedemikian rupa sehingga jika digambar tidak ada lagi perubahan.
6) Tahap akhir

Dalam tahap pengembangan perencanaan ini, schematic design digarap


lebih lanjut sehingga merupakan rencana akhir yang akan dilaksanakan
dengan batasan biaya menurut prioritas sehingga dihasilkan alternatif yang
optimal, efisien dalam pembangunan dan pemeliharaan bangunan.
c. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas atau direksi lapangan adalah orang atau badan yang
ditunjuk secara tertulis oleh pemilik proyek untuk mengawasi jalannya proyek agar
jalannya proyek tersebut sesuai dengan dokumen kontrak sampai pembayaran terakhir
dilaksanakan.Pada proyek ini yang bertindak sebagai perencana dan yang bertindak
sebagai pengawas adalah CV. Sandi Selzasa Consultan dan PT. Mitra Fitrah Alam.
Tugas dan tanggung jawab pengawas yaitu :

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 39
1) mewakili pemilik proyek dalam pengawasan secara berkala serta meneliti
hasil-hasil yang telah dikerjakan;
2) memberikan instruksi atau koreksi kepada kontraktor apabila terjadi hal-hal
yang menyimpang dari standar perencanaan;
3) menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan berhak
memerintahkan untuk mengadakan pemeriksaan khusus terhadap bagian
pekerjaan tertentu yang dianggap menyimpang dari perencanaan;
4) mengadakan pengawasan dan menyetujui biaya sesuai kemajuan pekerjaan
dan atas pekerjaan tambah kurang;
5) menilai dan mengesahkan berita acara tambahan waktu dan berita acara
pekerjaan.

d. Kontraktor

Kontraktor adalah unsur atau pihak yang bertugas untuk melaksanakan


pekerjaan yang ditunjuk melalui proses pelelangan. Dalam melakukan tugasnya,
kontraktor harus mengacu kepada persyaratan dan gambar-gambar yang ada dalam
dokumen kontrak.
Pada proyek ini yang ditunjuk oleh owner adalah PT.Krakatau Indah. Tugas dan
tanggung jawab kontraktor meliputi :
1) mengerjakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah tercantum
dalam dokumen kontrak;
2) menyiapkan dengan segera tenaga kerja, bahan perlengkapan dan jasa
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan hasil yang dapat
diterima owner;
3) berkonsultasi dengan perencana dan pengawas mengenai hal-hal yang
kurang jelas;
4) menjamin keamanan dan ketertiban bahan bangunan dan peralatan serta
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan menjaga kebersihan
lingkungan;
5) memberikan kenyamanan kepada masyarakat lingkungan proyek;
6) membuat perbaikan dari kerusakan-kerusakan atau kekurang
sempurnaan selama masa pelaksanaan pekerjaan dan masa pemeliharaan
serta bertanggung jawab dalam hal fisik;

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 40
7) menyerahkan hasil pekerjaan pada waktunya

3.4.2 Pengendalian Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam proyek Pembangunan Jembatan Linggamas ini dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Tenaga Ahli
Tenaga ahli merupakan tenaga yang berpendidikan sarjana dan berpengalaman banyak
dalam bidang konstruksi. Tugasnya mengkoordinasi segala pekerjaan, mengusulkan gambar-
gambar revisi dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi selama proyek berlangsung.
Contoh: konsultan pengawas, konsultan perencana.
b. Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana merupakan tenaga-tenaga yang berpendidikan minimal STM atau
sederajat dan berpengalaman di bidangnya. Tugasnya antara lain mengawasi jalannya
pekerjaan dari awal sampai akhir, mengontrol hasil pekerjaan proyek, melakukan pengukuran
dan membuat gambar kerja. Contoh: pengawas lapangan, pelaksana lapangan.
c. Tenaga Kerja Terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja di lapangan yang sudah terlatih dan mempunyai
keterampilan khusus dalam bidang teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Tugasnya
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan keterampilannya. Contoh: mandor, kepala tukang.
d. Tenaga Kerja Tidak Terampil
Tenaga kerja tidak terampil adalah tenaga kerja di lapangan yang tidak mempunyai
ketrampilan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Tugasnya melaksanakan
pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.
Untuk mendukung tercapainya kesuksesan pelaksanaan proyek, jumlah tenaga kerja
harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Selain itu, penempatannya harus sesuai dengan
kualitas dan keahliannya. Kontraktor harus menjaga kelancaran pekerjaan dan menjamin
keamanan tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundangan mengenai ketenagakerjaan dan
peraturan-peraturan lain dari Kementerian Tenaga Kerja RI yang diantaranya adalah :
a. mengasuransikan seluruh tenaga kerja ke dalam Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK);
b. melaksanakan butir-butir Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
c. menyediakan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) untuk
mengantisipasi kecelakaan yang terjadi sebagai pertolongan pertama.

3.5 Pengendalian Biaya

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 41
Pengendalian biaya, yang secara umum bisa diasumsikan sebagai penekanan
biaya, dapat dilakukan dengan cara merekayasa pelaksanaan proyek yang dilakukan
baik oleh manajer lapangan, engineer maupun bagian bagian logistik dengan tanpa
mengurangi kuantitas dan kualitas dari hasil kerja.
Pengendalian biaya dilakukan dengan memakai rencana anggaran biaya, time schedule
dan kurva S. Dari time schedule dapat dilihat kemajuan proyek yang sedang berjalan. Bila
kurva S aktual berada di bawah kurva S rencana maka pekerjaan berjalan lebih lambat dari
yang semestinya. Tetapi bila kurva S aktual berada di atas kurva S rencana maka pekerjaan
berjalan lebih cepat dari yang semestinya.
3.6 Pengendalian Waktu Pekerjaan

Pengendalian waktu pelaksanaan mutlak dilakukan dalam suatu proyek karena


pelaksanaannya dibatasi oleh waktu rencana. Pengendalian waktu dilakukan dengan cara
membandingkan prestasi kerja kemajuan fisik di lapangan dengan pengendalian waktu
seluruh pekerjaan dapat terselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang direncanakan dan
berjalan dengan lancar. Pengendalian waktu dilakukan dengan membuat time schedule yang
menggambarkan jadwal masing-masing tahapan pekerjaan. Jadwal ini dibuat oleh tim
pelaksana dan disetujui oleh pemilik proyek.
3.6.1 Network Planning

Dalam Network Planning (NWP), tercantum urutan waktu yang akan digunakan
untuk menyelesaikan suatu bagian pekerjaan, urutan pekerjaan yang harus dilakukan,
pekerjaan yang harus didahulukan, dilakukan bersamaan ataupun diperlambat.
Dengan membuat NWP ini, akan memberikan manfaat yang sangat besar yaitu dapat
diketahui logika ketergantungan antar kegiatan proyek, dapat ditunjukkan dengan jelas
waktu-waktu penyelesaian yang kritis dan yang tidak memungkinkan dapat dicapainya
pelaksanaan proyek lebih ekonomis, dan terdapatnya kepastian dalam penggunaan sumber
tenaga, bahan, dan peralatan.
3.6.2 Time Schedule

Dalam kaitannya dengan pengendalian waktu, time schedule memberikan gambaran


kondisi penggunaan waktu yang nyata di lapangan. Dengan time schedule, tiap bobot
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan berapa besar ketinggalan yang harus dikejar
sampai batas waktu yang ditentukan dapat diketahui. Dari time schedule juga dapat diketahui
kapan suatu pekerjaan harus dimulai dan diselesaikan.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 42
3.6.3 Kurva S

Kurva S merupakan terjemahan lanjutan dari time schedule yang isinya memuat
akumulasi pekerjaan pada waktu tertentu yang digambarkan dalam bentuk grafik. Dalam
kurva S dimuat semua yang ada dalam time schedule dan dilengkapi dengan
pengakumulasian bobot pekerjaan pada interval waktu tertentu.
Pada kurva S ini, yang dipantau adalah penggunaan waktu pada keseluruhan
pekerjaan proyek terhadap volume pekerjaan yang harus diselesaikan dan dibandingkan
dengan rencana waktu yang dibuat untuk menyelesaikan pekerjaan sampai volume waktu
tertentu. Kurva S dapat dilihat dilampiran.
3.6.4 Sistem Koordinasi dan Sistem Informasi Proyek

Tujuan diberlakukannya sistem koordinasi dan sistem informasi proyek dalam proyek
Pembangunan jembatan linggamas Purbalingga ini adalah untuk menciptakan keselarasan
antara hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa dengan kebijakan pengguna
jasa. Sistem koordinasi proyek berupa rapat koordinasi yang meliputi :
a. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
Rapat tinjauan manajemen dilakukan dalam dua tingkatan yaitu tingkatan proyek dan
tingkatan wilayah. RTM proyek dilakukan setiap seminggu sekali atau lebih yang dihadiri
oleh seluruh staf proyek, sedangkan RTM wilayah dilakukan pada setiap bulan sekali yang
dilaksanakan di Kantor Pusat. Tujuan RTM adalah untuk mengevaluasi dan mengendalikan
perkembangan proyek secara mingguan sehingga permasalahan yang ada di proyek dapat
segera teratasi.
b. Rapat Koordinasi Lapangan dengan pengguna jasa (owner)
Rapat ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proyek berjalan,
disamping sebagai wahana untuk bertukar pikiran guna mencari solusi jika terjadi permasalah
di lapangan. Dalam rapat ini penyedia jasa (kontraktor) wajib memberikan keterangan-
keterangan yang diperlukan oleh pengguna jasa (owner) termasuk mengenai mutu
pelaksanaan proyek.
c. Rapat Direksi
Rapat ini dihadiri oleh berbagai pihak yaitu dari pihak penyedia jasa (kontraktor),
pengguna jasa (owner) dan konsultan perencana serta konsultan pengawas. Tujuan rapat ini
adalah untuk kepentingan koordinasi dan evaluasi kemajuan proyek yang sedang berjalan
serta pengambilan kebijakan yang sesuai bila terjadi permasalahan di proyek.
3.7 Pengendalian Prestasi Kemajuan Kerja

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 43
Untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan yang telah dicapai dan sebagai
pertanggungjawaban, maka pengawas lapangan memberi laporan tertulis kepada kontraktor
pelaksana untuk dicek, dan kemudian dibuat laporan. Laporan yang disusun terdiri dari tiga
macam yaitu :
a. Laporan harian
Merupakan laporan yang dibuat setiap hari secara tertulis berdasarkan pengamatan
pekerjaan yang dilakukan pada hari itu.
b. Laporan mingguan
Laporan ini berdasarkan laporan harian yang disusun pada minggu tersebut. Laporan
ini memuat daftar nilai bobot pekerjaan, prestasi mingguan dan nilai bobot terhadap seluruh
pekerjaan.
c. Laporan bulanan
Dibuat berdasarkan laporan mingguan selama satu bulan yang telah dibuat. Laporan
ini berisi bobot pekerjaan, prestasi pekerjaan pada bulan tersebut dan bobot prestasi terhadap
seluruh pekerjaan
3.8 Pengendalian Keselamatan Kerja

Keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja dibutuhkan dalam setiap proyek, karena
untuk meminimalisir hal-hal yang dapat merugikan dan mencelakakan para pekerja. Jadi
dalam pembangunan proyek, terdapat perlindungan disetiap aspeknya agar mengurangi
tingkat kecelakaan kerja. Proyek jembatan linggamas mewajibkan kepada setiap pekerja
untuk mematuhi rambu-rampu K3 yang telah dipasang.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara
maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.(Simanjuntak, 1994).
Jika ditarik sebuah kesimpulan,keselamatan kerja adalah suatu sistem yang
terintegrasi yang yang wajib digunakan pada sebuah pekerjaan atau proyek konstruksi yang
digunakan untuk meminimalisir kecelakaan kerja atau kejadian – kejadian yang tidak terduga
yang tidak diharapkan pada sebuah pekerjaan,agar memperoleh produktifitas pekerjaan yang
tinggi.Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 44
c) Teliti dalam bekerja
d)Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan
kerja.
Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia
pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan. Kesehatan
berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya
seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental
dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan
pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktorfaktor yang dapat menyebabkan
manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau
pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat
(Mily, 2009).
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial,
dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah
pada masa yang akan datang (Prasetyo,2009).
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002)
tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 45
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata


Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan
adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Sejak awal tahun 1980-an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan tentang
keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per-01/Men/1980. Peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi
tersebut, walaupun belum pernah diperbaharui sejak dikeluarkannya lebih dari 20 tahun
silam, namun dapat dinilai memadai untuk kondisi minimal di Indonesia. Hal yang sangat
disayangkan adalah pada penerapan peraturan tersebut di lapangan. Rendahnya kesadaran
masyarakat akan masalah keselamatan kerja,dan rendahnya tingkat penegakan hukum oleh
pemerintah, mengakibatkan penerapanperaturan keselamatan kerja yang masih jauh dari
optimal, yang pada akhirnya menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja.
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja,
yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan
perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja
yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang
konstruksi, diatur melalui
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup
Ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada
tiap bagian konstruksi bangunan.
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 46
Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk
konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup omprehensif, namun terkadang
sulit dimengerti karena menggunakan istilahistilah yang tidak umum digunakan, serta tidak
dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut
tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan
perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas
konstruksi.
Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada penyelenggaraan
konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3 yang bersifat umum dan yang
bersifat khusus untuk penyelenggaraan konstruksi yakni:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
masing-masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Tingginya
kecelakaan kerja yang banyak terjadi pada proyek konstruksi bisa menyebabkan dampak
secara langsung terhadap perusahaan dan penyedia jasa.

Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya
kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).
1. Pakaian Kerja

Gambar 3.4 Pakaian Kerja

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 47
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh
- pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat karakter lokasi
proyek konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya
pakaian kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh
karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini mumnya
menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

2. Sepatu Kerja

Gambar 3.5 Sepatu kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-
mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.
Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari
atas.

3. Kacamata Kerja

Gambar 3.5 Kacamata kerja


Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau
serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran
sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan
perlindungan. Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 48
Gambar 3.6 Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah
mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong
gerobak cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan
dengan besi pada gerobak.
5. Helm

Gambar 3.7 Helm


Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar
sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari
atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas.
Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah
yang tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman

Gambar 3.8 Sabuk Pengaman

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 49
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian
tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atau safety
belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja
pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga

Gambar 3.9 PenutupTelinga


Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh
mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat
jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker

Gambar 3.10 Masker

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat


kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat
kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan
memotong, mengamplas, mengerut kayu.
9. Tangga

Gambar 3.11 Tangga


Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan dan
penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi aman harus menjadi
pertimbangan utama.
10. P3K

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 50
Gambar 3.12 P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk itu,
pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan
pertama.

11.Slogan dan Rambu – rambu K3


Pemasangan spanduk yang berisi pesan K3 telah terbukti manfaatnya dalam usaha
untuk mencegah kecelakaan kerjadi lokasi kerja. Rangkaian kata yang tertera dalam slogan
K3 mengingatkan kepada para pekerja yang membacanya. Pekerja yang melihat spanduk
slogan K3 akan tersentuh hatinya untuk menjalankannya seperti kata yang tertera dalam
slogan tersebut

Gambar 3.13 Rambu-rambu K3

Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada dan disediakan
oleh kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan preventif jauh lebih baik
untuk mengurangi resiko kecelakaan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor: Per/Men/2006 Tentang Alat Pelindung Diri, ada beberapa tempat yang wajib
menggunakan alat pelindung diri

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 51
3.9 Peralatan dan Material Proyek

3.9.1 Peralatan

Untuk menunjang kelancaran Proyek Pembangunan Jembatan Linggamas ini


diperlukan berbagai peralatan konstruksi, baik alat-alat berat maupun peralatan lainnya.
Penggunaan peralatan dilokasi proyek dan jumlah alat yang digunakan disesuaikan dengan
berbagai faktor yang ada di lapangan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. lokasi pekerjaan,
b. keadaan lapangan,
c. jenis pekerjaan,
d. volume pekerjaan,
e. waktu yang tersedia,
f. biaya yang tersedia.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja antara lain:
a. kondisi alat harus dalam keadaan baik
dan layak dioperasikan. Sebelum dipakai, diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin,
air untuk pendingin, dan sebagainya;
b. diusahakan untuk tidak membebani alat
kerja melebihi kapasitas yang telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya;
c. dipilih operator yang benar-benar ahli
dan berpengalaman.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 52
Peralatan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jembatan Linggamas dapat
dikelompokkan dalam alat pekerjaan tanah, pekerjaan pembetonan, pekerjaan pembesian dan
pekerjaan kayu.

3.9.1.1 Peralatan Pekerjaan Tanah


Peralatan yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tanah adalah sebagai
berikut ini.
a. Alat ukur tanah
Alat ini digunakan untuk pekerjaan pengukuran, antara lain untuk menetapkan titik-
titik pondasi, penetapan as bangunan terhadap bangunan-bangunan disekitarnya, kedudukan
antara as satu dengan as lainnya, penentuan tinggi lantai, penyetelan bekisting, penyetelan
kolom, dan lain-lain. Dalam proyek ini alat yang digunakan adalah waterpass dan total
station.

Gambar 3.12 Theodolite

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 53
Gambar 3.14 Waterpass

b. Excavator
Alat ini digunakan untuk penggalian tanah. Mobilitas excavator cukup baik karena
menggunakan track shoe yang digunakan secara hidraulik, tetapi bukan berarti mampu
berjalan jauh karena bisa mengakibatkan panas pada travel motornya. Pada proyek ini
menggunakan jenis PC 200, dengan kapasitas bucket 0,8 m3.

Gambar 3.15 Excavator


c. Silinder pemadat tanah
Alat ini digunakan untuk memadatkan tanah timbunan agar didapatkan kepadatan
tanah sesuai dengan rencana.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 54
Gambar 3.16 Silinder Pemadat Tanah
d. Bulldozer
Bulldozer merupakan traktor yang dipasangkan blade dibagian depannya. Blade
berfungsi untuk mendorong, atau memotong material yang ada didepannya. Jenis pekerjaan
yang biasanya menggunakan bulldozer adalah mengupas top soil dan pembersihan lahan dari
pepohonan, pembukaan jalan baru, pemindahan material pada jarak pendek dan mengisi
kembali saluran.

Gambar 3.17 Bull dozer


e. Dump truck
Alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak
jauh. Muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya, alat
ini dapat membongkar sendiri.

Gambar 3.18 Dump truck

3.4.1.2 Peralatan Pekerjaan Pembetonan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 55
Peralatan yang digunakan pada saat pekerjaan pembetonan adalah sebagai berikut ini.
a. Truck mixer
Pada proyek ini menggunakan beton ready mix jadi diperlukan truck mixer untuk
mengangkut adukan beton.

Gambar 3.19 Truck mixer


b. Concrete pump
sebuah alat yang digunakan untuk mentransfer cairan beton dengan dipompa.Biasa
dipakai pada gedung bertingkat tinggi dan pada area yang sulit untuk dilakukan pengecoran.

G ambar 3.20 Concrete pump


c. Concrete Vibrator
Alat ini digunakan untuk proses perataan adukan beton pada saat pengecoran.
Concrete Vibrator ini digunakan selama pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak merusak acuan maupun posisi besi tulangan. Pada prinsipnya alat
penggetar ini terdiri dari :
1) sumber tenaga (mesin diesel),
2) batang penggetar, dan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 56
3) jarum penggetar.

Gambar 3.21 Concrete vibrator


d. Concrete Mixer
Merupakan alat yang digunakan untuk membuat beton yang digunakan pada
pengecoran non struktur seperti lantai kerja. Satu unit concrete mixer mempunyai kapasitas
0.3 m3 – 0.6 m3. Adukan beton yang didapatkan oleh alat ini akan lebih homogen jika
dibandingkan cara adukan manual.

Gambar 3.22 Concrete mixer


3.1.3 Peralatan Pekerjaan Pembesian
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembesian adalah sebagai berikut ini.
a. Alat pembengkok besi tulangan
Sesuai dengan namanya, alat ini digunakan untuk membengkokkan besi tulangan
guna mendapatkan bentuk pembesian yang sesuai dengan rencana.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 57
Gambar 3.23 Bar bender
b. Alat pemotong besi
Alat yang digunakan untuk memotong besi tulangan pada proyek ini ada dua macam,
yaitu mesin pemotong besi untuk memotong besi berdiameter besar dan alat pemotong besi
manual untuk memotong besi berdiameter kecil.

Gambar 3.24 Bar cutter

c. Mesin cut-off
Cut-off machine atau yang sering dikenal dengan mesin cutting atau juga mesin
pemotong besi adalah mesin yang memiliki kemampuan untuk memotong besi dengan
ketebalan besi tertentu.

Gambar 3.25 Mesin cut-off


d. Perancah
Perancah adalah alat yang berupa kayu, bambu atau besi dengan ukuran jarak dari
satu lantai ke lantai berikutnya. Perancah berfungsi sebagai penahan tulangan dan adukan
beton. Kelebihan dari penggunaan perancah besi adalah :
1) kekuatannya sangat besar,
2) dapat dibongkar pasang dengan mudah dan cepat,
3) letaknya teratur karena ukuran perancah sama,
4) dapat diatur ketinggiannya.
5)

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 58
e. Bekisting
Bekisting merupakan cetakan beton lengkap dengan konstruksi pendukung yang
memungkinkan pengecoran beton sampai mengeras. Bekisting harus menggunakan bahan
yang kuat, tidak berlubang, bersih, dan permukaannya rata.
Bekisting yang digunakan pada proyek ini adalah plywood/tego tebal 12-18 mm yang
dibentuk sedemikian rupa dengan perancah kayu-kayu kelas III/kayu meranti, Bekisting
dibuat sedemikian rupa dengan perancah-perancah/sekur-sekur yang kokoh dan cukup,
sehingga pada saat pengecoran bekisting tidak mengalami kerusakan/jebol.

3.1.4 Peralatan Pekerjaan Kayu


a. Gergaji
Digunakan untuk memotong kayu dan papan pada pembuatan bekisting. Gergaji yang
digunakan yaitu gergaji pemotong.
b. Meteran
Meteran ini berfungsi untuk mengukur kayu dan papan sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.
c. Penggaris Siku dan Pensil
Kedua alat ini berfungsi untuk memberi garis batas kayu yang akan dipotong atau
dibelah.
d. Palu dan catut
Palu digunakan untuk memasang paku pada pekerjaan bekisting dan sambungan kayu
atau untuk keperluan lain yang serupa. Palu ukuran besar digunakan untuk memukul patok,
dan yang lebih besar lagi untuk meratakan pondasi.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 59
3.2 Material
Sebagai komponen yang sangat menentukan mutu dari hasil pekerjaan, maka mutu
bahan bangunan yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam
Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS). Penggunaan bahan bangunan hendaknya bahan
yang baru, sedangkan pemakaian bahan bekas atau lama harus dengan persetujuan dari
pemberi tugas agar ada kesesuaian bahan yang dipesan dengan syarat-syarat yang tertulis
dalam RKS.
Agar bahan bangunan tetap dalam kondisi yang layak pakai, maka cara
penyimpanannya harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab pelaksana. Apabila selama
penyimpanan bahan menjadi tidak layak pakai, maka pelaksana wajib mengganti dengan
bahan yang memenuhi syarat.
3.2.1 Baja Tulangan
Kondisi fisik besi tulangan harus baru, berwarna abu-abu dan tidak berkarat. Untuk
mendapatkan jaminan akan kualitas besi tulangan yang diminta, maka disamping adanya
sertifikat untuk setiap jenis diameter dari pabrik, juga harus dimintakan sertifikat contoh dari
laboratorium.
Baja merupakan campuran antara besi (Fe), logam lain dan karbon. Pada proyek ini
baja yang digunakan sebagai tulangan keseluruhan adalah baja yang dipakai untuk konstruksi
beton bertulang dengan D29, D25, D22, D19, D16, 12, 10 dan 6. Memiliki panjang 12
m. Baja tulangan dalam konstruksi beton bertulang yang berfungsi untuk menahan tegangan
tarik. Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi persyaratan antara lain bebas dari

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 60
kotoran, minyak, karat dan tidak cacat serta memiliki penampang yang sama sesuai dengan
tata cara perancangan dan pelaksanaan konstruksi beton.
Dalam penggunaannya, baja tulangan harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
1. bebas dari kotoran, lapisan lemak, karat dan tidak cacat (retak, mengelupas, atau
luka);
2. mempunyai penampang rata;
3. baja tulangan baja yang digunakan berupa batang polos untuk tulangan saluran dan
batang ulir untuk tulangan pondasi.

Gambar 3.26 Baja Tulangan


3.2.2Semen
Semen yang digunakan untuk proyek jembatan linggamas ini adalah Portland
Cement jenis I menurut NI 8 atau tipe I menurut ASTM, memenuhi S 400 menurut Standard
Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia. Merk yang dipilih tidak
boleh ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan pengawas lapangan.

Gambar 3.27 Semen

Beton yang dibuat dengan menggunakan semen portland umumnya membutuhkan


sekitar 14 hari untuk mencapai kekuatan yang cukup, agar acuan dapat dibongkar dan beban-
beban mati dan konstruksi dapat dipikul. Kekuatan rencana beton yang demikian dicapai
dalam waktu sekitar 28 hari (Binsar, 1994).

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 61
3.2.3 Agregat Halus
Agregat halus / pasir adalah bahan yang lolos ayakan no 4 (diameter kurang dari 5
mm). Agregat kasar (kerikil) adalah semua bahan yang berukuran lebih besar atau tidak lolos
saringan no 4 (Binsar, 1994). Ukuran maksimum agregat kasar dalam struktur beton diatur
dalam peraturan untuk kepentingan berbagai komponen, namun pada dasarnya bertujuan agar
agregat dapat masuk atau lewat di antara sela-sela tulangan baja. Pada proyek ini digunakan
pasir Sungai Serayu, Cilacap.

Gambar 3.28 Agregat Halus


3.2.4 Agregat Kasar
Volume agregat dalam beton mencapai 75% dari volume total beton, sehingga sifat
agregat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku beton yang sudah mengeras
(Binsar, 1994). Sifat agregat tidak hanya mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga
mempengarui ketahanan (durabilitas, daya tahan terhadap penurunan mutu akibat siklus
pembekuan–pencairan). Oleh karena itu agregat lebih murah dari semen, maka logis untuk
menggunakannya dengan persentase yang setinggi mungkin.
Agregat harus dirapikan dan di semen sepadat mungkin, agar tercapai kekuatan dan
ketahanan yang maksimum dan bersifat ekonomis. Tingkatan agregat diatur berdasarkan
ukurannya dan campuran yang layak telah dinyatakan dalam persentase agregat halus dan
kasar.
Umumnya volume agregat dalam adukan beton mencapai jumlah 70%-75% dari
seluruh volume padat beton (Dipohusodo, 1999). Untuk mencapai kuat beton baik perlu
diperhatikan kepadatan dan kekerasan massa beton, karena umumnya semakin padat dan
keras suatu agregat akan semakin tinggi kekuatan dan durabilitasnya (daya tahan terhadap
penurunan mutu akibat perubaan cuaca). Susunan gradasi butiran yang baik diperlukan untuk
membentuk massa padat beton. Selain itu bahan agregat kasar harus cukup keras, memiliki
sifat kekal, tidak bersifat reaktif terhadap alkali, dan tidak mengandung bagian bagian kecil

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 62
(<70 micron) atau lumpur. Nilai kuat tekan beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu
bahan agregat ini.

Gambar 3.29 Agregat kasar


3.2.5 Batu Pecah
Batu pecah yang digunakan dalam proyek Jembatan Linggamas batu pecah yang
berukuran antara 20-30 cm, apabila terdapat batu pecah berukuran lebih dari 30 cm maka
dilakukan pemecahan kembali dengan menggunakan martil. Batu pecah ini digunakan untuk
pekerjaan pasangan batu dan pekerjaan beton cyclop.

Gambar 3.30 Batu pecah


3.2.6 Kawat Bronjong
Kawat ini berfungsi sebagai pengikat batu kali pada bronjong.

Gambar 3.31 Kawat bronjong

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 63
3.2.7 Kayu, Papan Pinolit dan Separator
a. Kayu berfungsi sebagai pengapit bekisting digunakan kayu dengan ukuran 5/7
cm.

Gambar 3.32 Kayu 5/7


b. Papan pinolit dengan tebal 18 mm, digunakan sebagai bekisting.

Gambar 3.23 papan pinolit + kayu 5/7


c. digunakan untuk memperkuat bekisting saat pengecoran.

Gambar 3.34 Besi Pengikat

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 64
3.2.8 Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan kawat baja yang diameternya relatif kecil. Kawat ini
digunakan untuk mengikat tulangan baja agar memiliki jarak yang konsisten sesuai dengan
rencana. Untuk itu kawat harus kuat dan lentur. Pada proyek ini digunakan kawat bendrat
dengan diameter 1 mm.

Gambar 3.25 Kawat bendrat

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 65
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

4.1 Pertimbangan Menggunakan Pondasi Borpile


Pada dasarnya dalam sebuah proyek konstruksi,khususnya yang menggunakan pondasi
dalam diperlukan beberapa pertimbangan,pertimbangan – pertimbangan tersebut termasuk
didalamnya faktor teknis dan non teknis yang berkaitan dengan baik tidaknya pemilihan
digunakannya sebuah pondasi berdasarkan keadaan yang ada di dalam suatu proyek.berikut
ini adalah beberapa alasan mengapa dipilih penggunaan metode borpile,khususnya pada
proyek jembatan linggamas ini.antara lain :
a. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
b. Borpile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya.
c. Borpile tunggal dapat digunakan dalam tiang kelompok atau pile cap.
d. Ketika pemancangan,getaran tanah akan mengakibatkan kerusakan bangunan di
dekatnya,namun dengan menggunakan pondasi borpile,hal ini dapat dicegah.
e. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan membuat
tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya bergerak ke
samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi bore pile.
f. Selama pelaksanaan pondasi bore pile tidak ada suara yang ditimbulkan oleh alat
pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang.
g. Karena dasar dari pondasi bore pile dapat diperbesar, hal ini memberikan ketahanan
yang besar untuk gaya ke atas.
h. Permukaan diatas dimana dasar bore pile didirikan dapat diperiksa secara langsung.
i. Pondasi bore pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.

Namun metode pondasi borpile ini bukan tanpa kekurangan,dan kekurangan dari pondasi
borpile tersebut antara lain :
a. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran, namun
dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai keadaan cuaca
memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup
b. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan longsor.
c. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik, maka diatasi dengan cara ujung pipa tremi berjarak 25-30 cm
dari dasar lubang pondasi.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 66
d. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah
sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang. Air yang mengalir
langsung dihisap dan dibuang kembali ke dalam kolam air.
e. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak dilakukan,
maka dipasangcasing untuk mencegah kelongsoran.
f. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan material, untuk
pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak, maka ukuran tiang bore
pile disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan.
g. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi,
kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna karena adanya
lumpur yang tertimbun di dasar, maka dipasang pipa paralon pada tulangan bore
pile untuk pekerjaan base grouting.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 67
4.2Pelaksanaan Pondasi Borpile
Pelaksanaan pekerjaan pondasi Jembatan Linggamas ini dilakukan dalam empat
tahapan,yaitu pekerjaan persiapan,pelaksanaan pekerjaan bor pile,pembesian,dan
pengecoran pondasi.

4.2.1 Pekerjaan Persiapan


Kontraktor harus memperhatikan berbagai sarana dan prasarana penunjang
yang nantinya akan diperlukan sebelum, selama, dan sesudah proyek berlangsung
sebelum melakukan pekerjaan inti. Persiapan yang matang akan memperlancar
pekerjaan selama berlangsungnya proyek sehingga memenuhi persyaratan efektifitas
waktu, tenaga, dan biaya tanpa mengurangi mutu dari hasil pekerjaan itu sendiri.
a. Pekerjaan pengukuran

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari suatu pekerjaan persiapan.


Kegiatan pengukuran akan menghasilkan lokasi-lokasi tanah bangunan yang pasti,
posisi as bangunan dan tekstur dari permukaan tanah asli. Pada Proyek ini,
kontraktor harus membuat tanda tetap sebagai dasar ukuran ketinggian lantai dan
bagian-bagian bangunan lainya. Pekerjaan pengukuran akan membantu dalam
menentukan posisi bangunan yang akan didirikan. Patokan-patokan dan ukuran tinggi
telah ditentukan dalam gambar dan disesuaikan dengan kondisi eksisting lapangan dan
site plan.

Gambar 4.1 Pengukuran lapangan

b. Penentuan letak As bangunan

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 68
Berdasar hasil pengukuran kemudian ditentukan sebuah patok dasar yang
akan menjadi acuan dalam penentuan as bangunan. Penentuan as bangunan digunakan
untuk acuan letak kolom dan fondasi yang mendukung beban dari kolom. Penentuan
as bangunan dalam proyek ini menggunakan alat thedolith dan waterpass. Proses
penentuan as bangunan diperiksa ulang dengan penembakan alat theodolith pada
lokasi as pondasi.

c. Pembersihan Lapangan
Pembersihan lapangan dimaksudkan agar diperoleh permukaan lokasi proyek
yang bebas dari hal-hal yang dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan, seperti
pohon, puing-puing bangunan lama ataupun material yang sudah tidak terpakai.
Pembersihan lapangan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bangunan
yang sudah berdiri. Selama pekerjaan berlangsung, lapangan harus dijaga
kebersihannya dan penempatan bahan material serta alat yang digunakan dalam
proyek harus diatur agar memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Seluruh sisa
material yang tidak terpakai dan sisa-sisa sampah harus disingkirkan dari lapangan
pekerjaan.
d. Pembuatan direksi keet dan gudang kerja
Untuk kantor direksi, pemborong harus membuat keet dengan disertai ruangan
kerja untuk kontraktor dan stafnya, ruang pengawas, ruang rapat, ruang kesehatan
pekerja, dan gudang. Pemborong juga harus merencanakan site material dan gudang
kerja seperti gudang material semen, tempat pabrikasi pembesian lengkap dengan
peralatan dan pekerjanya. Kebersihan maupun perawatan bangunan menjadi tanggung
jawab pihak pemborong. Pembuatan gudang material difungsikan sebagai tempat
untuk menyimpan bahan-bahan/material bangunan yang harus terlindung dari hujan
maupun udara dingin serta alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan sehingga
terjamin keamanannya. Pembuatan keet, gudang, site drop material harus
direncanakan sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan menjadi mudah dan lancar
serta tidak mengganggu jalannya proyek tersebut.
e. Pengadaan air untuk pekerjaan.
Pihak pemborong harus memperhitungkan penyediaan air, baik untuk keperluan
pekerjaan bangunan, air minum untuk pekerja dan untuk keperluan lainnya.
Penyediaan air untuk proyek pekerjaan ini dilakukan dengan pembuatan sumur artesis
yang mengambil air dari mata air setempat lokasi proyek atau cara-cara lain yang

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 69
memenuhi syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk air yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan diambil dari aliran sungai sekitar karena mengingat lokasi
proyek yg berada diatas aliran sungai klawing yang dibendung sementara
menggunakan bronjong dan padatan tanah.
f. Pengamanan Proyek.
Pengamanan proyek dilakukan dengan membayar jasa keamanan satpam pada
lokasi proyek serta memilih satu koordinator keamanan selama proyek tesebut
berlangsung, sehingga kontraktor harus menyediakan kantor jaga satpam. Fungsi
pengamanan antara lain untuk menjaga agar konsentrasi pekerjaan agar tidak
terganggu oleh kegiatan di luar lokasi proyek, proses menerima tamu dari luar pekerja
teratur, menghindari pencurian material proyek, serta untuk menjaga agar pekerja
tidak selesai bekerja sebelum waktu kerja selesai.

4.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan bor pile.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 70
a. Persiapan lalu lintas alat berat
Untuk menunjang lalu lintas yang dilalui alat berat diperlukan pelat-pelat
baja yang disusun pada lokasi yang keadaan tanahnya diragukan kekuatannya
agar alat-alat berat yang digunakan tidak ambles, karena biaya untuk mengangkat
alat berat yang ambles cukup mahal.

Gambar 4.2 Persiapan lalu lintas alatberat

b. Perakitan tulangan pondasi bore pile


Tulangan untuk bore pile dirakit pada lokasi yang berdekatan dengan lokasi
pengeboran agar pengangkatan tulangannya mudah dilakukan. Tulangan untuk
bore pile terdiri dari tulangan longitudinal dan tulangan spiral yang dirakit dengan
menggunakan kawat bendrat maupun pengelasan untuk lebih memperkuat.

Gambar 4.3 Perakitan Tulangan


c. Pelaksanaan pekerjaan pengeboran
Pekerjaan pengeboran merupakan proses awal dimulainya pengerjaan
pondasi bore pile, kedalaman dan diameter bore pile menjadi parameter utama
dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 71
permukaan tanah. Hal ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode dan
peralatan yang cocok. Jika pengeboran dilakukan secara asal, dapat
mengakibatkan mata bor-nya stuck di bawah. Pelaksanaan pengeboran pada tahap
awal mengunakan mata bor (flight auger).

Gambar 4.4 Pengeboran dengan flight auger


Selama melakukan pengeboran casing harus selalu dipasang karena
berfungsi untuk menjaga tanah di sekitar lubang bor agar tidak runtuh. Biasanya
pemasangan casing dilakukan ketika pengeboran sudah mencapai kedalaman 4-5
meter.

Gambar 4.5 Pemasangan Casing


Jika dalam pelaksanaan pengeboran dijumpai tanah keras berbatu maka mata bor
diganti dengan core barrel agar dapat menembus lapisan tanah berbatu.
Setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman
rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor
sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual ( dengan memasukkan
meteran ke dalam lubang untuk melihat kedalaman lubang bor ). Jika kedalaman

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 72
lubang bor telah terpenuhi maka lumpur yang kemungkinan masih tertinggal di
dasar lubang perlu dibersihkan dengan menggunakan cleaning bucket yang
berfungsi untuk mengangkat lumpur yang terdapat pada lubang bor. Ketika
lubang bor telah dibersihkan dari lumpur, maka lubang bor telah siap untuk di
pasang tulangan dan segera di cor.

Gambar 4.6 Pengangkatan lumpur dengan cleaning bucket


d. Pemasangan Tulangan
Apabila kedalaman lubang bor telah terpenuhi, maka tulangan bore pile
dapat ditempatkan dengan menggunakan crawler crane. Karena dalam
pelaksanaan proyek ini kedalaman lubang bor mencapai 30 meter maka tulangan
perlu untuk disambung dengan melakukan pengelasan

Gambar 4.7 Pemasangan Tulangan

e. Pengecoran Pondasi Bore Pile


Setelah proses pemasangan tulangan maka proses selanjutnya adalah pengecoran
beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya
suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada
tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan.
Akibat dari adanya air dan bentonite pada lobang bor menyebabkan pengecoran
memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi (Gambar 4.8). Pipa tersebut terdiri
dari beberapa bagian pipa yang dapat dirakit sesuai dengan kedalaman lubang bor.
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 73
Pada ujung bawah pipa tremi berfungsi untuk mengeluarkan beton segar yang terdapat
di dalam pipa tremi.

Gambar 4.8 Pemasangan Pipa Tremi

Setelah pipa tremi dipasang ke dalam lubang bor, ujung atas pipa tremi perlu
ditahan dengan garpu tremi sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan
tidak jatuh (Gambar 4.9). Setelah itu ujung pipa tremi siap untuk dipasang dan truk
ready mixed siap mendekat untuk melakukan pengecoran. Pada ujung atas lubang pipa
tremi diberi anyaman kawat supaya bisa menjaga mutu beton selama mengalir di
dalam pipa tremi.

Gambar 4.9 Pipa Tremi ditahan oleh garpu tremi

Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang
langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena berat

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 74
jenis beton lebih besar dari berat jenis lumpur maka beton makin lama-makin kuat
untuk mendesak air yang bercampur lumpur naik ke atas (gambar 4.10)

Gambar 4.10 Pengecoran Pondasi Bore Pile


Selama proses pengecoran, pipa tremi harus tetap berada di dalam beton segar
kurang lebih 2 meter dari permukaan beton segar yang telah tertuang. Hal itu
dikarenakan agar antara beton segar dan lumpur tidak tercampur yang dapat
mengakibatkan terbentuknya bad concrete. Selain itu pipa tremi yang tertanam di
dalam beton juga berguna untuk membantu proses pemadatan beton. Dalam
pengecoran ketinggian pondasi bore pile diberi kelebihan sekitar 1 meter dari
ketinggian atau elevasi rencana. Hal itu guna mengantisipasi adanya bad concrete
yang mungkin terbentuk. Dengan adanya kelebihan 1 meter dan pengupasan kepala
pondasi bore pile diharapkan bad concrete yang terbentuk akan terkupas.

f. Pengangkatan casing
Setelah pengecoran selesai dilakukan, maka casing perlu untuk segera dicabut agar
tidak melekat ke beton segar yang telah mengeras, sehingga sulit untuk diangkat lagi.
Pengangkatan dilakukan dengan clawler crane untuk mempermudah pengangkatan
dan pemindahan casing (Gambar 4.11).

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 75
Gambar 4.11 Pengecoran selesai dilakukan

4.2.3 Pengujian Beton


1. Pengujian Nilai Slump Adukan Beton
Pengujian dilakukan untuk mengukur tingkat kekentalan adukan beton, yang
berguna pada saat pekerjaan beton ( workability ). Pengujian ini dilakukan
pada setiap adukan beton sebelum digunakan untuk pengecoran(Gambar 5.22).
Alat yang digunakan adalah kerucut Abrams, berupa corong baja berbentuk
conus berlubang pada kedua ujungnya, bagian bawah berdiameter 10 cm,
diameter atas 5 cm, dan tingginya 30 cm. Cara pengujiannya adalah sebagai
berikut :
a. Kerucut Abrams diletakkan diatas papan yang rata dan tidak
menyerap air dengan diameter yang besar dibagian bawah,
b. Adukan beton dimasukan kedalam kerucut secara hati-hati dan
dijaga agar kerucut tidak bergerak,

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 76
c. Kerucut diisi adukan beton sebanyak 1/3 volume, kemudian
ditusuk-tusuk dengan tongkat baja (diameter 16 mm, panjang 60
cm) sebanyak 25 kali tusukan,
d. Langkah c tadi diulang sampai kerucut penuh dengan adukan
beton, selanjutnya permukaan adukan diratakan dan didiamkan
selama 1 menit,
e. Corong ditarik vertikal keatas, dan diukur penurunan adukan
yang terjadi. Hasil pengukuran ini menunjukan nilai slump
adukan beton.
Pada pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor nilai slump yang
disyaratkan adalah 182 cm.

Gambar 4.12 Pengujian Slump

2. Pengujian Kuat Tekan Beton


Mutu beton selama pelaksanaan harus diperiksa secara kontinyu dengan
pemeriksaan benda uji yang dibuat. Masing-masing truk mixer membuat 3
benda uji(Gambar 5.23). Hasil pengujian ini dipakai untuk memperhitungkan
apakah perlu diadakan perubahan dalam perbandingan campuran adukan
beton. Cara pembuatan benda uji adalah sebagai berikut :
a. Adukan beton yang telah diperiksa nilai slumpnya, dimasukkan
kedalam cetakan silinder beton yang terbuat dari besi/baja dengan
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm,
b. Sebelum adukan dimasukan kedalam cetakan, cetakan diolesi
dulu dengan oli, kemudian adukan beton dimasukan dan
dipadatkan.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 77
Cetakan dibuka setelah 3 hari dan kemudian direndam dalam air. Kemudian
benda uji tersebut diuji kekuatan tekan beton karakteristiknya pada umur 28
hari.

Gambar 4.13 Benda Uji Silinder Beton

4.3 Pelaksanaan K3 pada Proyek Pembanguna Jembatan Linggamas.


Seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan. Maka ini dapat dijadikan pedoman pelaksanaan K3 dalam
proyek jembatan linggamas ini, secara keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang
berpedoman pada keputusan menteri tenaga kerja tersebut masih dirasa kurang karena
masih banyak hal – hal yang perlu diperhatikan dalam ketentan penggunaan K3
Proyek,hal – hal tersebut diantaranya :
1. Kurangnya kesadaran pemilik proyek dan para pekerja untuk menggunakan
peralatan keselamatan kerja.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 78
2. Kurangnya kesadaran para pekerja dalam melaksanakan ataupun menggunakan
peralatan konstruksi sehingga menyebabkan kecelakaan kerja.
3. Seringnya diadakan jam lembur berdampak kurang baik bagi para pekerja yang
menyebabkan para pekerja sering mengeluh kelelahan.
4. Minimnya peralatan K3 yang terdapat dalam proyek.
Dari hal – hal tersebut seharusnya dapat digunakan sebagai introspeksi pihak
owner ataupun pihak kontraktor dan pihak lain yang bersangkutan untuk lebih
mempedulikan pedoman pelaksanaan K3 dalam sebuah proyek konstruksi. Agar
kesehatan,keselamatan dan keamanan para pekerja dapat terjamin dan dapat
mensejahterakan kesejahteraan para pekerja sehingga menimbulkan
kenyamanan,keamanan para pekerja saat melaksanakan pekerjaan.

4.4 Masalah dan solusi dalam pelaksanaan proyek pembangunan Jembatan


Linggamas.

Masalah yang dihadapi dalam pembangunan proyek jembatan linggamas antara


lain:

NO Permasalahan Solusi
1. Akses jalan menuju lokasi proyek Melakukan pengawasan dengan
sedikit sulit,karena sempitnya menerapkan sistem buka-tututp
jalan menuju lokasi proyek,tidak jalan,sehingga truk mixer dapat dengan
jarang menyebabkan Truk mixer leluasa memasuki area proyek.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 79
pengangkut semen terlambat saat
proses pengecoran.
2. Curah Hujan yang sangat tinggi Melakukan proses pompanisasi dan
menyebabkan mobilitas proyek perkuatan cofferdam dengan menambah
terhambat dan mengakibatkan lapisan cofferdam dengan bronjong
cofferdam jebol. yang baru.
3. Keterbatasan alat untuk Menyediakan bermacam-macam mata
mengebor,maka untuk lapisan bor sesuai dengan lapisan tanah yang
tanah yang sangat keras akan di bor.
dibutuhkan modifikasi alat bor.
4. Kurangnya pengawasan dan garis Memasang garis peringatan agar warga
peringatan,sehingga warga sekitar sekitar yang ingin melihat proses
yang tidak berkepentingan dapat konstruksi tidak diperkenankan
dengan mudah memasuki area memasuki area proyek.
proyek sehingga menghambat
mobilitas pekerja.
5. Kurangnya tenaga ahli,sehingga Menambah tenaga ahli dan
tidak jarang menyebabkan memaksimalkan jam kerja,dan juga
lambannya proses pekerjaan dan menambah jam kerja dengan sistem
juga kecelakaan kerja pada saat kerja lembur untuk mengganti waktu
proses pelaksanaan di lapangan. pelaksanaan yang hilang.

BAB V
PENUTUP

8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pengalaman yang didapat penulis
selama mengikuti kegiatan kerja praktik adalah sebagai berikut ini.
a. Adanya jam lembur karena adanya keterlambatan pelaksanaan proyek yang disebakan
faktor cuaca yang cukup ekstrim.
b. Sering terjadi banjir sehingga menghambat pelaksanaan proyek.
c. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja kurang diperhatikan, sebagai contoh para
pekerja sering tidak memakai helm lapangan.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 80
d. Pengawasan pelaksanaan proyek dilakukan minimal 2 kali sehari oleh konsultan
pengawas dan direksi untuk mendapatkan hasil sesuai rencana.
8.2. Saran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proyek, supaya
proyek dapat berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut ini :
a. Melakukan persiapan yang matang sebelum pelaksanaan suatu proyek agar tidak
terjadi hambatan-hambatan yang membuat tidak lancarnya proses pelaksanaan
pekerjaan proyek.
b. Selalu melakukan atau mengusahakan penyesuaian pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan jadwal pelaksanaan yang ada melalui kordinasi pihak yang terkait agar dapat
menyelesaikan proyek dengan cepat, tepat waktu dan mendapatkan hasil yang
optimum.
c. Menjaga kualitas serta mutu dari sumber daya (tenaga kerja), dan material yang akan
digunakan agar memperoleh hasil sesuai dengan kesepakatan dalam dokumen kontrak
sehingga dapat dihindari kegagalan konstruksi
d. Mengkoordinasikan dan menciptakan suasana kerja yang komunikatif antara staf dan
karyawan atau pihak-pihak yang terkait lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 1. Kanisius,


Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Nafiri, Yogyakarta.
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk konstruksi jalan dan jembatan
No : 004 / BM/ 2006..
Peck, Ralph B., Hanson , Walter E., and Thornburn, Thomas H, Foundations
Engineering, John wiley & Sons,New York, 1974.
Lymon C. Reese,William M. Isenhower and Shin Tower Wang, Analysis & Design of
Shallow and deep foundations, JohnWilley & Sons.Inc,2006.
Steinman, D.B., and Watson, S.R., Bridges and Their Builders,2nded, Dofer
Publications Inc, New york, 1957.

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 81
http://civilioengineer.blogspot.com/2013/01/pondasi-dalam.html

Dimas Tri Widiatmoko


Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 82

Anda mungkin juga menyukai