PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang giat malaksanakan
pembangunan di segala bidang. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi, mempunyai
peranan yang penting di dalam kelancaran transportasi untuk pemenuhan hidup. Sehingga
jalan yang lancar, aman dan nyaman telah menjadi kebutuhan hidup utama. Tetapi seperti
yang kita ketahui, terkadang perjalanan kita terganggu oleh sungai, selat, danau maupun jalan
lalu lintas biasa sehingga perlu adanya suatu penghubung agar kita dapat melintasinya dalam
hal ini adalah jembatan.
Jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi strategis bagi pergerakan lalu lintas.
Jembatan adalah istilah umum untuk suatu konstruksi yang dibangun sebagai jalur
transportasi yang melintasi sungai, danau, rawa, maupun rintangan lainnya.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka konstruksi
jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baikdari segi kecepatan,
kenyamanan, maupun keamanan. Disamping itu mengingat keterbatasan dana maka
pemilihan jenis konstruksi yang paling ekonomis perlu diusahakan agar biaya pembangunan
dapat ditekan serendah mungkin.
Pada pembangunan jembatan jalan raya dengan bentang pendek, sebaiknya digunakan
konstruksi beton bertulang sebagai gelagar utama. Mengingat dalam tahun-tahun mendatang
pemerintah masih membangun jembatan-jembatan jalan raya dengan bentang yang pendek
untuk menghubungkan daerah satu dengandaerah yang lain dan sampai saat ini jenis
konstruksi beton bertulang merupakan jenis konstruksi yang baik untuk diterapkan pada
pembangunan jembatan dengan bentang yang pendek.
BAB II
PUSTAKA
2.1 Definisi Jembatan
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas yang
terputus pada kedua ujungnya akibat adanya hambatan berupa : sungai/ lintasan air,lembah,
jalan / jalan kereta api yang menyilang dibawahnya. Struktur bawah jembatan adalah pondasi.
3. Stabilitas konstruksi
Metode pelaksanaan harus mempertimbangan kondisi lalu lintas yang ada agar
tetap berjalan dengan lancar dan aman.
6. Pertimbangan pemeliharaan
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu – lintas
kendaraan, gaya rem,beban pejalan kaki ,dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a. Plat lantai kendaraan,
b. Gelagar (Girder)
Beban hidup pada gelagar jembatan dinyatakan dengan beban “D” atau
beban jalur.
Pada struktur atas jembatan sendiri terdapat dua jenis gelagar yang mempunyai fungsi
yang spesifik dalam mendukung fungsi jembatan secara keseluruhan.
Gelagar induk
Adalah batang diagonal baja yang berfungsi untuk menahan gaya angin.
e. Tumpuan (bearing).
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan
beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah,aliran air dan
hanyutan,tumbukan,gesekan pada tumpuan dsb. Untuk kemudian diasalurkan ke
fondasi. Selanjutnya beban – beban tersebut disalurkan pleh fondasi ke tanah dasar.
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan, harus diketahui terlebih dahulu
mengenai keadaan,susunan dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah
masalah teknik yang sering dijumpai oleh ahli – ahli teknik sipil adalah dalam
menentukan daya dukung dan kemungkinan penurunan/settlement yang terjadi.
Struktur bawah jembatan umumnya meliputi :
a. Pangkal jembatan (Abutmen)
Sebagai penerus gaya – gaya yang bekerja pada struktur atas ke pondasi.
Konsol pendek untuk jacking ini memproyeksikan dari kolom atau dinding
yang digunakan untuk mendukung balok atau elemen lainnya seperti slab
pendekatan. Yang juga dikenal sebagai braket.
g. Tumpuan (Bearing).
Pedestals merupakan kolom pendek yang berada diatas abutmen atau pilar
yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas.
i. Pilar jembatan (Pier)
Tumpuan (Bearing).
Underdarin adalah salah satu sistem draninase yang terbuat dari pipa yang
diperporasi dimana mampu mengalihkan aliran air permukaan. Dari
struktur ke saluran – saluran drainase yang tersedia. Underdrain memiliki
fungsi untuk menyediakan drainase yang memadai bagi komponen –
komponen bangunan bawah.
Approach
2.4 Fondasi
Pengertian umum dari pondasi adalah struktur bawah bangunan yang berhubungan
langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di permukaan tanah yang
mempunyai fungsi memikul beban bagian bangunan lain diatasnya. Pondasi harus
diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban-
beban bangunan (beban isi bangunan), gaya – gaya luar seperti :tekanan angin ,gempa bumi
dan lain – lain. Disamping itu tidak boleh terjadi penurunan level melebihi batas yang
diijinkan.
Pondasi merupakanbagian struktur dari bangunan yang sangat penting, karenan
menopang bangunan diatasnya,maka pembangunannya harus memenuhi persyaratan utama
sebagai berikut :
1. Cukup menahan muatan geser akibat muatan tegak ke bawah.
2. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil (tanah gerak),tahan terhadap
perubahan cuaca.
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 12
3. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.
Struktur bawah bangunan pondasi terdiri dari tanah dan bangunan bawah pondasi.
Pondasi berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban bangunan
tersebut ke dalam tanah dibawahnya.suatu sistem pondasi harus mampu mendukung beban
bangunan diatasnya,termasuk gaya-gaya luar seperti gaya angin,gempa,dll.
Pembuatan pondasi dihitung berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Berat bangunan yang harus dipikul berikut beban-beban hidup,mati serta beban-beban
lain dan beban-beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal.
2. Jenis tanah dan daya dukung tanah.
3. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh ditempat.
4. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.
5. Lokasi dan lingkungan pekerjaan.
6. Waktu dan biaya pekerjaan.
Namun demikian penggunaan tiang bor akan memberikan beberapa kerugian, antara
lain :
1) pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah yang berkerikil,
2) pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik,
3) air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga
mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang,
4) pembesaran ujung bawah tiang dapat dilakukan bila tanah berupa pasir.
Cara pelaksanaan pekerjaan tiang bor sangat berpengaruh pada kelakuan tiang dalam
mendukung beban. Umumnya, tinjauan gangguan akibat pelaksanaan pekerjaan tiang bor
ditujukan pada perubahan sifat-sifat tanah. Pemasangan tiang bor dapat memberikan
pengaruh-pengaruh yang berbeda pada tanah (Hardiyatmo, 2006).
Tiang bor dalam tanah granuler
Pada waktu pengeboran, biasanya dibutuhkan tabung luar (casing) sebagai pelindung
terhadap longsoran dinding galian dan larutan tertentukadang-kadang juga digunakan dengan
maksud yang sama untuk melindungi dinding galian tersebut. Gangguan kepadatan tanah,
terjadi saat tabung pelindung di tarik ke atas saat pengecoran. Karena itu, dalam perhitungan
kapasitas tiang bor di dalam pasir, Tomlinson (1975) menyarankan untuk menggunakan sudut
gesek dalam () ultimit dari contoh terganggu, kecuali jika tiang diletakkan pada kerikil
padat dimana dinding lubang yang bergelombang tidak terjadi. Jika pemadatan yang seksama
dapat diberikan pada beton yang berada di dasar tiang, maka gangguan kepadatan tanah dapat
dieliminasi sehingga sudut gesek dalam () pada kondisi padat dapat digunakan. Akan tetapi,
pemadatan tersebut mungkin sulit dikerjakan karena terhalang tulangan beton.
Tiang bor dalam tanah kohesif
Penelitian pengaruh pekerjaan pemasangan tang bor pada adhesi antara dinding tiang
dan tanah di sekitarnya, menunjukkan bahwa nilai adhesi lebih kecil dari pada nilai kohesi
tak terdrainase (undrained cohesion) tanah sebelum pemasangan tiang. Hal ini, adalah akibat
dari pelunakan lempung di sekitar dinding lubang. Pelunakan tersebut adalah pengaruh dari
bertambahnya kadar air lempung oleh pengaruh-pengaruh : air pada pengecoran beton,
pengaliran air tanah ke zone yang bertekanan lebih rendah di sekitar lubang bor, dan air yang
Beberapa alasan pilihan mengapa dipilih penggunaan pondasi tiang pancang ini dapat
mempertimbangkan dengan kondisi seperti berikut :
1. Pada saat tanah dibawah struktur mengalami kompresibilitas yang tinggi dimana
tanah tersebut tidak mampu menahan beban yang dipindahkan dari struktur diatasnya, jadi
dengan kata lain Pondasi Tiang Pancang di gunakan untuk memindahkan beban beban yang
bekerja pada struktur diatasnya sampai pada lapisan tanah yang keras atau biasa disebut
Tiang Pancang Tahanan Ujung (End Bearing Pile Resistance. Namun apabila lapisan tanah
yang keras masih terlalu jauh kedalam sehingga panjang Pondasi Tiang Pancang tidak
memungkin lagi untuk digunakan maka beban beban yang bekerja dapat dipikul oleh tahanan
samping dari Pondasi Tiang Pancang atau disebut dengan Pondasi Tiang Pancang Tahanan
Samping (Friction Piles Resistance).
2. Apabila struktur diatas menerima beban horizontal maka Pondasi Tiang Pancang akan
lebih mampu memikul beban horizontal sekaligus memikul beban vertikal dibandingkan
dengan pondasi dangkal. Beban horizontal ini biasanya banyak terjadi pada bangunan
bangunan bertingkat tinggi serta bangunan bangunan lepas pantai yang menerima beban
beban angin dan gelombang.
3. Apabila tanah dibawah struktur mempunyai sifat expansive atau swelling (Tanah
expansive atau swelling adalah tanah yang akibat terjadi perubahan kadar air maka akan
terjadi perubahan secara cepat baik pada sifat sifat fisik daripada tanah seperti Indeks Plastis,
Plastis Limit demikian juga pada sifat sifat mekanis daripada tanah seperti Kuat Geser
Tanah )sampai pada kedalaman yang tidak memungkinkan lagi untuk penggunaan pondasi
dangkal sehingga di gunakanlah Pondasi Tiang Pancang dimana dengan Pondasi Tiang
Pancang kita dapat mendesain sampai kedalaman melewati areal tanah expansive atau
swelling tersebut.
4. Pada bangunan bangunan seperti towers (menara menara), offshore structure
(bangunan lepas pantai) yang sering mengalami gaya angkat keatas (uplift force) maka
a. Semen
Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau semen portland
pozzolan. Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat – silkat kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan
tambahan yang biasa disebut gips. Sedangkan semen portland pozzolan merupakan campuran
merata antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan yang mempunyai sifat pozzolan,
yang dibuat dengan cara menggiling klinker semen portland dengan bahan yang mempunyai
sifat pozzolan secara bersama – sama. Bahan yang mempunyai sifat pozzolan yaitu bahan
yang sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silikat atau aluminat yang reaktif dan dalam
keadaan halus (lolos ayakan 0,21mm) bereaksi dengan air dan kapur padam pada suhu
normal (24C – 27C) menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air (Tjokrodimuljo,
1996). Semen Portland yang digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 15-2049-1994.
Bahan utama pembentuk semen Portland adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina
(Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang alkali (Mulyono. 1993). Isi kombinasi dari
total empat oksida tersebut kira-kira 90% dari berat semen, karenanya dikenal sebagai unsur
utama atau major oxides didalam semen. 10% yang lainnya terdiri dari magnesia (MgO),
oksida alkali (Na2 dan K2O), titania (TiO2), fosforus- pentoksida (P2O5), dan gypsum, yang
dikenal sebagai unsur minor atau minor oxides didalam semen (Supartono, 1998).
Terdapat 4 (empat) senyawa kimia utama penyusun semen Portland menurut
Tjokrodimuljo (1996), seperti tersebut dibawah ini.
a. Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
b. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
c. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.
d. Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.
Menurut Tjokrodimulyo (1996) semen dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu
sebagai berikut ini :
a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis lain.
b. Jenis II merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan
suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton.
Menurut Dipohusodo (1999), umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton
mencapai jumlah ± 70% - 75% dari seluruh volume massa padat beton. Oleh karena itu sifat
dan mutu agregat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap sifat dan mutu beton yang
dihasilkan. Sifat yang penting dari agregat adalah kepadatan dan kekerasan massa agregat
yang dapat diukur dari kekuatan hancur dan kekuatan terhadap benturan karena dapat
berpengaruh terhadap ikatan dengan semen, porositas, karakteristik terhadap penyerapan air
yang dipengaruhi oleh perubahan cuaca, ketahanan terhadap zat kimia dan ketahanan
terhadap penyusutan. Pada prinsipnya agregat yang baik harus keras, kuat, dan ulet serta
kekuatannya harus melebihi kekuatan pasta semen yang telah mengeras.
1. Batu
Batu memiliki ukuran butiran lebih dari 40 mm dan tidak digunakan sebagai bahan
penyusun beton. Batu harus dipecah terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum
digunakan sebagai bahan penyusun beton.
2. Kerikil (Agregat Kasar)
Agregat kasar dalam beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alam dari
batuan ataupun batuan pecah yang diperoleh dari hasil pemecahan batu yang memiliki ukuran
butiran antara 5 – 40 mm.
Dari segi kekuatan, beton dengan proporsi campuran yang sama tetapi menggunakan
agregat kasar dengan tekstur yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula,
agregat dengan permukaan bersudut akan menghasilkan kekuatan beton yang lebih besar
dibandingkan agregat dengan tekstur/permukaan yang bundar dan licin. Hal tersebut
dikarenakan bentuk tekstur permukaan agregat yang kasar akan menghasilkan beton dengan
BAB III
Tinjauan Umum Proyek
Adapun batas – batas lokasi proyek pembangunan jembatan linggamas adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Aliran Sungai Klawing
Sebelah Barat : Desa Petir (Kec.kalibagor – Kabupaten Banyumas)
Sebelah Selatan : Aliran Sungai Klawing
Sebelah Timur : Desa Kedung Benda (Kec.Kemangkon – Kab.Purbalingga)
Diawali dengan perencanaan yang matang oleh pihak perencana. Setelah perencanaan
selesai maka proyek dapat dilaksanakan. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka
dalam pelaksanaannya diperlukan pengendalian (monitoring) yang terangkum dalam proses
evaluasi. Dengan harapan bahwa pelaksanaan proyek telah sesuai dengan sasaran dan
mengacu pada perencanaan awal.
Dalam pembangunan diperlukan suatu manajemen proyek yang baik, hal tersebut
dapat dilihat dalam gambar sebagaiberikut:
Perencanaan
Umpan
Balik
Sasaran Proyek
Tercapai
Berita Acara
Penyerahan
Proyek
Evaluasi Pelaksanaan
Pengendalian
(Monitoring)
Hubungan kerjasama antara unsur-unsur yang terlibat dalam proyek dituangkan dalam
surat perjanjian atau kontrak sehingga apabila ada perselisihan maka dapat diselesaikan
berdasarkan surat perjanjian tersebut. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek diharapkan
dapat bekerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah diatur sehingga
Hubungan antara pemilik proyek, perencana, pengawas dan kontraktor terlihat dalam Gambar
2.3. Bagan koordinasi kerja pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor
Perencana Pengawas
CV.Kubang CV.Sandi
Engineering Selzaza
Consultan Consultan
Kontraktor
PT. Krakatau
Indah.
Keterangan :
: Garis koordinasi
: Garis instruksi
Gambar 3.3 Bagan koordinasi kerja.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya hubungan antar organisasi pokok
yang baik antara lain :
a. adanya kejelasan tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk masing-masing
unsur atau pihak yang terlibat;
b. hubungan yang jelas antar unsur akan merangsang komunikasi timbal balik
yang terbuka.
Hubungan setiap unsur yang terlibat dalam proyek sangat mempengaruhi keberhasilan
setiap kegiatan proyek guna mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap unsur harus mampu
menunjukkan kerja sama yang baik dengan melakukan tugas dan wewenangnya masing-
masing.
a. Pemilik proyek (owner)
Owner adalah orang atau badan, baik swasta maupun instansi pemerintah, yang
memiliki gagasan untuk mendirikan bangunan dan menanggung biaya pembangunan
tersebut dan memberi tugas kepada suatu badan atau orang untuk melaksanakan
gagasan tersebut yang dianggap mampu untuk melaksanakannya.Pada proyek ini yang
bertindak sebagai owner adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga, dan
Dinas Sumberdaya Air dan Binamarga Kabupaten Banyumas..Tugas, tanggung jawab
dan wewenang owner meliputi :
Dimas Tri Widiatmoko
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Pada Proyek
Pembangunan Jembatan Linggamas Tahap I 37
1) menyediakan dana perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan sesuai dengan
perjanjian kontrak;
b. Konsultan Perencana
Konsultan pengawas atau direksi lapangan adalah orang atau badan yang
ditunjuk secara tertulis oleh pemilik proyek untuk mengawasi jalannya proyek agar
jalannya proyek tersebut sesuai dengan dokumen kontrak sampai pembayaran terakhir
dilaksanakan.Pada proyek ini yang bertindak sebagai perencana dan yang bertindak
sebagai pengawas adalah CV. Sandi Selzasa Consultan dan PT. Mitra Fitrah Alam.
Tugas dan tanggung jawab pengawas yaitu :
d. Kontraktor
Tenaga kerja yang terlibat dalam proyek Pembangunan Jembatan Linggamas ini dapat
diklasifikasikan menjadi :
a. Tenaga Ahli
Tenaga ahli merupakan tenaga yang berpendidikan sarjana dan berpengalaman banyak
dalam bidang konstruksi. Tugasnya mengkoordinasi segala pekerjaan, mengusulkan gambar-
gambar revisi dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi selama proyek berlangsung.
Contoh: konsultan pengawas, konsultan perencana.
b. Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana merupakan tenaga-tenaga yang berpendidikan minimal STM atau
sederajat dan berpengalaman di bidangnya. Tugasnya antara lain mengawasi jalannya
pekerjaan dari awal sampai akhir, mengontrol hasil pekerjaan proyek, melakukan pengukuran
dan membuat gambar kerja. Contoh: pengawas lapangan, pelaksana lapangan.
c. Tenaga Kerja Terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja di lapangan yang sudah terlatih dan mempunyai
keterampilan khusus dalam bidang teknis pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Tugasnya
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan keterampilannya. Contoh: mandor, kepala tukang.
d. Tenaga Kerja Tidak Terampil
Tenaga kerja tidak terampil adalah tenaga kerja di lapangan yang tidak mempunyai
ketrampilan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Tugasnya melaksanakan
pekerjaan yang diperintahkan kepadanya.
Untuk mendukung tercapainya kesuksesan pelaksanaan proyek, jumlah tenaga kerja
harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Selain itu, penempatannya harus sesuai dengan
kualitas dan keahliannya. Kontraktor harus menjaga kelancaran pekerjaan dan menjamin
keamanan tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundangan mengenai ketenagakerjaan dan
peraturan-peraturan lain dari Kementerian Tenaga Kerja RI yang diantaranya adalah :
a. mengasuransikan seluruh tenaga kerja ke dalam Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK);
b. melaksanakan butir-butir Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
c. menyediakan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) untuk
mengantisipasi kecelakaan yang terjadi sebagai pertolongan pertama.
Dalam Network Planning (NWP), tercantum urutan waktu yang akan digunakan
untuk menyelesaikan suatu bagian pekerjaan, urutan pekerjaan yang harus dilakukan,
pekerjaan yang harus didahulukan, dilakukan bersamaan ataupun diperlambat.
Dengan membuat NWP ini, akan memberikan manfaat yang sangat besar yaitu dapat
diketahui logika ketergantungan antar kegiatan proyek, dapat ditunjukkan dengan jelas
waktu-waktu penyelesaian yang kritis dan yang tidak memungkinkan dapat dicapainya
pelaksanaan proyek lebih ekonomis, dan terdapatnya kepastian dalam penggunaan sumber
tenaga, bahan, dan peralatan.
3.6.2 Time Schedule
Kurva S merupakan terjemahan lanjutan dari time schedule yang isinya memuat
akumulasi pekerjaan pada waktu tertentu yang digambarkan dalam bentuk grafik. Dalam
kurva S dimuat semua yang ada dalam time schedule dan dilengkapi dengan
pengakumulasian bobot pekerjaan pada interval waktu tertentu.
Pada kurva S ini, yang dipantau adalah penggunaan waktu pada keseluruhan
pekerjaan proyek terhadap volume pekerjaan yang harus diselesaikan dan dibandingkan
dengan rencana waktu yang dibuat untuk menyelesaikan pekerjaan sampai volume waktu
tertentu. Kurva S dapat dilihat dilampiran.
3.6.4 Sistem Koordinasi dan Sistem Informasi Proyek
Tujuan diberlakukannya sistem koordinasi dan sistem informasi proyek dalam proyek
Pembangunan jembatan linggamas Purbalingga ini adalah untuk menciptakan keselarasan
antara hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa dengan kebijakan pengguna
jasa. Sistem koordinasi proyek berupa rapat koordinasi yang meliputi :
a. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
Rapat tinjauan manajemen dilakukan dalam dua tingkatan yaitu tingkatan proyek dan
tingkatan wilayah. RTM proyek dilakukan setiap seminggu sekali atau lebih yang dihadiri
oleh seluruh staf proyek, sedangkan RTM wilayah dilakukan pada setiap bulan sekali yang
dilaksanakan di Kantor Pusat. Tujuan RTM adalah untuk mengevaluasi dan mengendalikan
perkembangan proyek secara mingguan sehingga permasalahan yang ada di proyek dapat
segera teratasi.
b. Rapat Koordinasi Lapangan dengan pengguna jasa (owner)
Rapat ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan proyek berjalan,
disamping sebagai wahana untuk bertukar pikiran guna mencari solusi jika terjadi permasalah
di lapangan. Dalam rapat ini penyedia jasa (kontraktor) wajib memberikan keterangan-
keterangan yang diperlukan oleh pengguna jasa (owner) termasuk mengenai mutu
pelaksanaan proyek.
c. Rapat Direksi
Rapat ini dihadiri oleh berbagai pihak yaitu dari pihak penyedia jasa (kontraktor),
pengguna jasa (owner) dan konsultan perencana serta konsultan pengawas. Tujuan rapat ini
adalah untuk kepentingan koordinasi dan evaluasi kemajuan proyek yang sedang berjalan
serta pengambilan kebijakan yang sesuai bila terjadi permasalahan di proyek.
3.7 Pengendalian Prestasi Kemajuan Kerja
Keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja dibutuhkan dalam setiap proyek, karena
untuk meminimalisir hal-hal yang dapat merugikan dan mencelakakan para pekerja. Jadi
dalam pembangunan proyek, terdapat perlindungan disetiap aspeknya agar mengurangi
tingkat kecelakaan kerja. Proyek jembatan linggamas mewajibkan kepada setiap pekerja
untuk mematuhi rambu-rampu K3 yang telah dipasang.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara
maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari
resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan,
kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.(Simanjuntak, 1994).
Jika ditarik sebuah kesimpulan,keselamatan kerja adalah suatu sistem yang
terintegrasi yang yang wajib digunakan pada sebuah pekerjaan atau proyek konstruksi yang
digunakan untuk meminimalisir kecelakaan kerja atau kejadian – kejadian yang tidak terduga
yang tidak diharapkan pada sebuah pekerjaan,agar memperoleh produktifitas pekerjaan yang
tinggi.Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-
mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.
Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari
atas.
3. Kacamata Kerja
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah
mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong
gerobak cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan
dengan besi pada gerobak.
5. Helm
Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada dan disediakan
oleh kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan preventif jauh lebih baik
untuk mengurangi resiko kecelakaan.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor: Per/Men/2006 Tentang Alat Pelindung Diri, ada beberapa tempat yang wajib
menggunakan alat pelindung diri
3.9.1 Peralatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat kerja antara lain:
a. kondisi alat harus dalam keadaan baik
dan layak dioperasikan. Sebelum dipakai, diperiksa terlebih dahulu mesin, minyak mesin,
air untuk pendingin, dan sebagainya;
b. diusahakan untuk tidak membebani alat
kerja melebihi kapasitas yang telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya;
c. dipilih operator yang benar-benar ahli
dan berpengalaman.
b. Excavator
Alat ini digunakan untuk penggalian tanah. Mobilitas excavator cukup baik karena
menggunakan track shoe yang digunakan secara hidraulik, tetapi bukan berarti mampu
berjalan jauh karena bisa mengakibatkan panas pada travel motornya. Pada proyek ini
menggunakan jenis PC 200, dengan kapasitas bucket 0,8 m3.
c. Mesin cut-off
Cut-off machine atau yang sering dikenal dengan mesin cutting atau juga mesin
pemotong besi adalah mesin yang memiliki kemampuan untuk memotong besi dengan
ketebalan besi tertentu.
Namun metode pondasi borpile ini bukan tanpa kekurangan,dan kekurangan dari pondasi
borpile tersebut antara lain :
a. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran, namun
dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai keadaan cuaca
memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup
b. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan longsor.
c. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik, maka diatasi dengan cara ujung pipa tremi berjarak 25-30 cm
dari dasar lubang pondasi.
c. Pembersihan Lapangan
Pembersihan lapangan dimaksudkan agar diperoleh permukaan lokasi proyek
yang bebas dari hal-hal yang dapat mengganggu pelaksanaan pembangunan, seperti
pohon, puing-puing bangunan lama ataupun material yang sudah tidak terpakai.
Pembersihan lapangan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak bangunan
yang sudah berdiri. Selama pekerjaan berlangsung, lapangan harus dijaga
kebersihannya dan penempatan bahan material serta alat yang digunakan dalam
proyek harus diatur agar memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Seluruh sisa
material yang tidak terpakai dan sisa-sisa sampah harus disingkirkan dari lapangan
pekerjaan.
d. Pembuatan direksi keet dan gudang kerja
Untuk kantor direksi, pemborong harus membuat keet dengan disertai ruangan
kerja untuk kontraktor dan stafnya, ruang pengawas, ruang rapat, ruang kesehatan
pekerja, dan gudang. Pemborong juga harus merencanakan site material dan gudang
kerja seperti gudang material semen, tempat pabrikasi pembesian lengkap dengan
peralatan dan pekerjanya. Kebersihan maupun perawatan bangunan menjadi tanggung
jawab pihak pemborong. Pembuatan gudang material difungsikan sebagai tempat
untuk menyimpan bahan-bahan/material bangunan yang harus terlindung dari hujan
maupun udara dingin serta alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan sehingga
terjamin keamanannya. Pembuatan keet, gudang, site drop material harus
direncanakan sedemikian rupa agar dalam pelaksanaan menjadi mudah dan lancar
serta tidak mengganggu jalannya proyek tersebut.
e. Pengadaan air untuk pekerjaan.
Pihak pemborong harus memperhitungkan penyediaan air, baik untuk keperluan
pekerjaan bangunan, air minum untuk pekerja dan untuk keperluan lainnya.
Penyediaan air untuk proyek pekerjaan ini dilakukan dengan pembuatan sumur artesis
yang mengambil air dari mata air setempat lokasi proyek atau cara-cara lain yang
Setelah pipa tremi dipasang ke dalam lubang bor, ujung atas pipa tremi perlu
ditahan dengan garpu tremi sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan
tidak jatuh (Gambar 4.9). Setelah itu ujung pipa tremi siap untuk dipasang dan truk
ready mixed siap mendekat untuk melakukan pengecoran. Pada ujung atas lubang pipa
tremi diberi anyaman kawat supaya bisa menjaga mutu beton selama mengalir di
dalam pipa tremi.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang
langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena berat
f. Pengangkatan casing
Setelah pengecoran selesai dilakukan, maka casing perlu untuk segera dicabut agar
tidak melekat ke beton segar yang telah mengeras, sehingga sulit untuk diangkat lagi.
Pengangkatan dilakukan dengan clawler crane untuk mempermudah pengangkatan
dan pemindahan casing (Gambar 4.11).
NO Permasalahan Solusi
1. Akses jalan menuju lokasi proyek Melakukan pengawasan dengan
sedikit sulit,karena sempitnya menerapkan sistem buka-tututp
jalan menuju lokasi proyek,tidak jalan,sehingga truk mixer dapat dengan
jarang menyebabkan Truk mixer leluasa memasuki area proyek.
BAB V
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pengalaman yang didapat penulis
selama mengikuti kegiatan kerja praktik adalah sebagai berikut ini.
a. Adanya jam lembur karena adanya keterlambatan pelaksanaan proyek yang disebakan
faktor cuaca yang cukup ekstrim.
b. Sering terjadi banjir sehingga menghambat pelaksanaan proyek.
c. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja kurang diperhatikan, sebagai contoh para
pekerja sering tidak memakai helm lapangan.
DAFTAR PUSTAKA