PENDAHULUAN
1
baru sebanyak 25.618 kasus. Kasus Tuberkulosis (TB) terbanyak di Propinsi Jawa
Timur yaitu di Surabaya sebanyak 3990 kasus, diikuti kabupaten Jember dengan 3334
kasus. Pada tahun 2012 kematian Tuberkulosis (TB) di Surabaya diperkirakan
mencapai 10.108 pasien BTA positif. Berdasarkan data awal angka kejadian
Tuberkulosis (TB) di Surabaya mulai bulan Januari sampai Desember tahun 2013
sebanyak 377 pasien dan mengalami peningkatan di tahun 2014 (Januari sampai
Desember) menjadi 389 pasien. Angka kejadian di bulan Januari hingga bulan
September tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 192 kasus karena pasien
Tuberkulosis (TB) yang DO (Drop Out) sebanyak 26 kasus, pasien yang mempunyai
tempat tinggal dekat dengan Puskesmas, disarankan oleh petugas Rumah Sakit untuk
datang mengambil obat dekat rumah untuk meningkatkan ketaatan pengobatan yang
telah dijadwalkan ( Dinkes Jawa Timur, 2015)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC
3. Untuk mengetahui gejala penyakit TBC
4. Untuk mengetahui terjadinya penyakit TBC
5. Untuk mengetahui bagaimana penanganan penyakit TBC
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-mediated
hypersensitivity). biasanya disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Penyakit
ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan
nodus limfe.. (Brunner & Suddarth, 2013)
2.2 ETILOGI
Penyebab penyakit Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis
dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3
– 0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau
tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering
diebut hasil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman
tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin. Bersifat dorman dan
aerob. Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 ̊C selama 5-10 menit atau
pada pemanasan 60 ̊ C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95 % selama 15-30
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam diudara terutama ditempat yang lembap dan
dan gelap. Namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara (Widoyono, 2011).
3
2.3 WOC TBC
4
2.4 GAMBARAN KLINIS
Tuberculosis sering dijuluki “ The great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik .
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik
dan gejala sistematik :
1) Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini, sehingga gejala ini banyak ditemukan.
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk
kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak – bercak darah, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh
darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.
Gejala klinis Haemoptoe :
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara
membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia Kadang-kadang terjadi
5
f. Benzidin test negative
2. Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung.
d. Darah bersifat asam
e. Anemia sering terjadi
f. Benzidin test positif
3. Epistaksis
a. Darah menetas dari hidung
b. Batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia jarang terjadi
c. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti
efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila system persarafan di Pleura terkena.
6
Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam dikarenakan saat bakteri penyebab TB
masuk ke dalam tubuh, tubuh akan melakukan mekanisme pertahanan untuk melawan
bakteri tersebut. Salah satunya adalah dengan memperbanyak pembentukan makrofag
yang berasal dari monosit. Makrofag ini merupakan salah satu jenis sel darah putih
yang ketika bekerja, ia akan memproduksi suatu molekul kimiawi yang disebut
dengan TNF-alfa (Tumor Necrosis Factor - alfa). Molekul inilah yang kemudian
memberikan signal pada otak untuk meningkatkan set point termoregulator di
hipotalamus. karena peningkatan set point termoregulator ini, tubuh akan terpicu
untuk meningkatkan suhu tubuh yakni dengan cara memperkecil diameter pembuluh
darah (vasokonstriksi) untuk mencegah kehilangan panas berlebih serta mensignalkan
respons untuk menggigil. Setelah set point ini tercapai, tubuh akan berusaha
mengeluarkan kelebihan panas tubuh, salah satunya adalah dengan cara berkeringat.
Mengapa keringat berlebih ini lebih mencolok terjadi di malam hari ? Hingga kini
mekanisme terjadinya belum diketahui secara pasti. Namun, hal ini kemungkinan
berkaitan dengan irama sirkardian tubuh. Dalam keadaan normal (tidak sedang sakit
sekalipun), suhu tubuh umumnya akan paling rendah saat dini hari (36.1°C) dan
paling tinggi saat petang. Karenanya, peningkatan suhu tubuh ketika petang dan
malam hari tentu akan lebih mencolok.
Anoreksia, Penurunan Berat Badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan
berupa: tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya
gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu, bulan akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak nafas, walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai
gejala pneumonia.
( Wahid Abdul, Imam suprapto, 2013).
7
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
8
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
a. Hemtomtis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
f. Insufisiensi kardio pulmoner (Wahid Abdul, Imam Suprapto, 2013).
2.7 PENATALAKSANAAN
TB paru ditangani terutama dengan agens antituberkulosis selama 6 sampai 12
bulan. Durasi terapi yang lama penting untuk memastikan bahwa organisme telah
diberantas dan mecegah relaps ( Brunner, Suddart Ed 12, 2015).
Pengobatan tuberculosis paru menggunakan obat anti tuberculosis (OAT) dengan
metode directly observed treatment shortcourse (DOTS) .
1. Kategori I (2 HRZE/4H3R3) untuk pasien TBC baru.
2. Kategori II ( 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 ) untuk pasien ulangan (pasien yang
pengobatan kategori I-nya gagal atau pasien yang kambuh dan penderita dengan
pengobatan setelah lalai).
3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 ) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+).
4. OAT Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan BTA
(+). Diberikan obat setiap hari selama 1 bulan . obat di minum sekaligus 1 (satu)
jam sebelum makan pagi.
9
KATEGORI 1
a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan ( 2 HRZE) :
1) INH (H) : 300 mg - 1 tablet
2) Rifampisin (R) : 450 mg – 1 tablet
3) Pirazinamid (Z) : 1500 mg – 3 kaplet @ 500 mg
4) Etambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @ 250 mg
Obat terebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini
disebut KOMBIPAK II
b. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3) :
1) INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg
2) Rifampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet
Obat tersebut diminum 3 (tiga) kali dalam seminggu ( intermiten) sebanyak 54 kali.
Regimen ini disebut KOMBIPAK III . (Widoyono, 2011)
Cara pencegahan penyakit TBC :
a. Hidup sehat ( makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olahraga
teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stress).
b. Bila batuk mulut ditutup
c. Jangan meludah di sembarang tempat
d. Lingkuhan sehat
e. Vaksinasi pada bayi
Pencegahan Penularan :
1. Pencegahan Penularan di RS
Infeksi nosocomial merupakan kuman-kuman dari orang sakit di rumah sakit
yang dapat menular pada orang yang ada di rumah sakit yang dapat menular pada
orang yang ada di rumah sakit baik dokter, perawat dan pengunjung. Tingkat bahaya
infeksi Nosokomial inicukup besar, pasalnya tingkat resistensi (kekebalan) kuman
terhadap obat sudah tinggi. Jika, jika di tularkan pada orang lain maka kumannya
akan kebal dengan beberapa obat yang di berikan. Agar tercegah dari infeksi
Nosokomial ketika berkunjung ke rumah sakit sebaiknya mengikuti peraturan tetap
rumah sakit sebagai pencegahan, misalnya mengikuti jam berkunjung. Sebab, diluar
10
jam berkunjung risiko penularan infeksi Nosokomial sangat tinggi karena ada
kegiatan lain misalnya pembersihan ruangan, penggantian sprei, penggantian
pembalut luka dan sebagainya .
“ Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya segala kuman-kuman penyakit,
jadi dilarang anak dibawah umur lima tahun dibawa kerumah sakit karena mereka
sangat rentan terinfeksi “
Bagi tim medis yang setiap harinya berada dirumah sakit, harus mengikuti aturan
tetap yang sudah dibuat, pertama melalui pencegahan infeksi dengan melakukan
imunisasi yang bias mencegah infeksi Nosokomial, membiasakan mencuci tangan
sebelum dan setelah memegang pasien.
Pencegahan Penularan di Rumah :
a. Jika berbicara tidak berhadapan
b. Bila batuk mulut di tutup dan tidak meludah di sembarang tempat (ludah di tutupi
tanah atau meludah ke tissue)
c. Peralatan makan harus disendirikan
d. Ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat . (Wahid Abdul, Imam
suprapto, 2013)
11
ASKEP KASUS PADA TN.T PADA PENDERITA PENYAKIT TBC
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn.T
Umur : 63 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Bahasa : Madura
Pendidikan : SD
1. Keluhan utama :
12
,N: 94X/mnt, S: 37,5°C, saat diinsfeksi dada: bentuk dada simetris,
ekspansi dada tidak simetris antara dada kanan dan kiri, paru kanan lebih
tertinggal,sesak napas(+), vokal premitus kanan menurun, ronchi
(+),dyspnoe(+), BB:47 Kg dengan Tb:158cm, mual - muntah (+), klien
tampak kurus dan anemis
sebelumnya.
63
th
13
Keterangan: = Laki laki
= Perempuan
= Garis pernikahan
= Garis keturunan
= Garis serumah
63th
= Klien dengan umur
6. Riwayat Alergi
kondisinya sembuh.
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
14
Mandi √ √
Berpakaian/berdandan √ √
Eliminasi/toileting √ √
Berpindah √ √
Berjalan √ √
Naik tangga √ √
Berbelanja √ √
Memasak √ √
Pemeliharaan rumah √ √
b. kebersihan diri
c. Aktivitas sehari-hari
15
d. Rekreasi
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah rekreasi karena bekerja dan
e. Olahraga:
Waktu tidur: Siang : 1-2 jam Waktu tidur: Siang: tidak bisa tidur
a. Pola makan
16
Kesulitan menelan : tidak
b. Pola Minum
6. Pola eliminasi
17
7. Pola Kognitif Perseptual
Berbicara : normal
Tingkat ansietas : sedang, karena sesak nafas dan selalu meminta ingin
Vertigo : tidak
Nyeri : -
Harga diri : klien merasa kurang puas dengan kondisinya saat ini
1. Pola Koping
18
Selama sakit klien kurang bisa memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
secara mandiri, serta keluarga yang menjaga di rumah sakit hanya satu orang
saja
c. Kemampuan adaptasi
Adaptasi sesuai akan tetapi merasa terganggu dan selalu meminta ingin
pulang ke rumah
19
Masalah keluarga mengenai perawatan di RS:
Keluarga yang menjaga klien hanya menantunya saja dan tidak ada keluarga
Agama :Islam
Pelaksanaan ibadah : baik, akan tetapi saat di rumah sakit klien tidak
1. Tanda-Tanda Vital
f. Kesadaran : komposmentis
GCS :E:4V:5M:6
Berat badan : 47 kg
LILA : 19,5cm
BBI : 36 - 44 Kg
20
2. Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, warna rambut putih (uban),
Palpasi : tidak terba nyeri tekan, tidak teraba oedem, tidak teraba lesi
3. Mata
4. Telinga
kurang baik
5. Hidung
Inspeksi : hidung simetris, terdapat dua cavum nasi, satu septum nasi,
cuping hidung
6. Mulut
Inspeksi : simetris, mukosa bibir kering pucat, gigi tidak rata, terdapat
lidah bersih
21
7. Leher
8. Dada:
Jantung:
murmur
Paru:
Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi dada tidak simetris antara dada
dyspnoe(+)
Perkusi : redup
9. Abdomen
22
Auskultasi : Bising usus 9x/m
Perkusi : tympani
10. Urogenital
11. Ekstremitas
5 5
5 5
Kekuatan otot
tungkai simetris 5 5
5 5
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada perbedaan warna dengan
baik
23
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat pitting edema, CRT <2dt,
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Hematologi :
1) Leukosit : 11.450/Ml
2) Hemoglobin : 9,30 gr/dL
3) Hematokrit : 24,9 %,
4) Laju endap darah: 150 mm
b. Kimia darah:
Fungsi hati SGOT : 58 u/l SGPT : 79u/l
2. Pemeriksaan radiologi
a. Sputum BTA 3x (+)
II. TERAPI
2. Pct 4x500mg
ambroxol 3x1 sendok
curcuma 3x2
prednisone 3x3 tab
3. Rifampicin ,Etambitol ,INH,Pirazinamid
24
B. ANALISA DATA
No. Analisa Data Etiologi Masalah
DS : klien mengatakan Mycobacterium Ketidakefektifan
1. batuk berdahak dan sesak tuberculosis bersihan jalan nafas
serta badannya lemas ↓
Airbone/inhalasi
DO :
droplet
1. dyspnoe(+),
↓
2. ekspansi dada tidak
Saluran pernapasan
simetris antara dada
↓
kanan dan kiri, paru Saluran pernapasan atas
kanan lebih tertinggal ↓
3. sesak napas(+) Bakteri yang besar
4. vokal premitus kanan bertahan di bronkus
menurun ↓
Peradangan bronkus
5. ronchi (+),
↓
Penumpukan secret
↓
Tidak efektif
↓
Secret sulit di
keluarkan
25
2. DS : klien mengatakan Mycobacterium Ketidakefektifan
Kl sesak. tuberculosis pola nafas
Do : ↓
Airbone/inhalasi
· 1. RR: 30x/mnt
droplet
· 2. ekspansi dada tidak
↓
simetris antara dada kanan
Saluran pernapasan
dan kiri, paru kanan lebih
↓
tertinggal
Saluran pernapasan atas
Se 3. sesak napas(+) ↓
· 4. dyspnoe(+) Bakteri yang besar
bertahan di bronkus
↓
Peradangan bronkus
↓
Penumpukan secret
↓
Tidak efektif
↓
Secret sulit di
keluarkan
↓
Obstruksi
↓
Sesak nafas
26
3. DS : klien mengatakan tidak Mycobacterium Ketidakseimbangan
tuberculosis
nafsu makan nutrisi kurang dari
DO : Pola nutrisi metabolik di Masuk ke parenkim paru kebutuhan tubuh.
rumah
Frekuensi : 3x/hari Menempel di jalan nafas
Porsi : habis
Jenis : nasi, sayur, lauk
1. Antropometri : Tuberkulosis paru
TB : 140cm
BB : Berkembang
menghancurkan jaringan
LILA : 19,5cm sekitar
BBI : 36 - 44 Kg
IMT : 18,36
2. Biokimia :
a. Leukosit : 11.450/Ml Bagian tengah nekrosis
b. Hemoglobin : 9,30
Membentuk jaringan keju
gr/dL
c. Hematokrit : 24,9 %,
Sekret keluar saat batuk
d. Laju endap darah: 150
mm Batuk produktif terus
menerus
e. SGOT : 58 u/l
f. SGPT : 79u/l Distensi abdomen
3. Clinical
Pemeriksaan Fisik
Abdomen Mual dan muntah
Inspeksi: flat, tidak ada acites,
tidak ada spider navy
Auskultasi : Bising usus 9x/m Intake nutrisi kurang
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Mukosa bibir kering dan
pucat,hygienitas kurang baik
4. Diet :
TETP
27
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidaefektifan bersihan jalan napas b.d secret kental dan kelemahan upaya
batuk
2. Ketidak efektifan pola napas b.d menurunnya ekspansi paru
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
28
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
29
tambahan; ronchi, menandakan terdapat
wheezing. penumpukan sekret atau
6. Berikan posisi yang sekret berlebih di jalan nafas.
nyaman untuk 6. posisi memaksimalkan
mengurangi dispnea. ekspansi paru dan
7. Bersihkan sekret dari menurunkan upaya
mulut dan trakea; pernapasan. Ventilasi
lakukan penghisapan maksimal membuka area
sesuai keperluan. atelektasis dan meningkatkan
8. Ajarkan batuk efektif gerakan sekret ke jalan nafas
9. Kolaborasi pemberian besar untuk dikeluarkan.
oksigen 7. Mencegah obstruksi atau
aspirasi. Penghisapan dapat
diperlukan bia klien tak
mampu mengeluarkan sekret
sendiri.
8. Fisioterapi dada/ back
massage dapat membantu
menjatuhkan secret yang ada
dijalan nafas.
9. Meringankan kerja paru untuk
memenuhi kebutuhan oksigen
serta memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
2. Ketidakefektifan Tujuan : Setelah dilakukan A. Manajemen jalan nafas A. Manajemen jalan nafas
pola nafas tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam pasien 1. Posisikan pasien semi 1. Untuk memaksimalkan
menunjukkan keefektifan pola fowler potensial ventilasi
nafas, dengan kriteria hasil:
2. Auskultasi suara 2. Memonitor kepatenan jalan
nafas, catat hasil
30
penurunan daerah napas
ventilasi atau tidak
Status pernafasan dan adanya suara adventif
kepatenan jalan nafas 3. Monitor pernapasan
dan status oksigen 3. Memonitor respirasi dan
1. Frekuensi, irama, keadekuatan oksigen.
yang sesuai
kedalaman pernapasan
dalam batas normal
(5) B. Terapi Oksigen B. Terapi Oksigen
2. Tidak menggunakan
otot-otot bantu 1. Mempertahankan jalan 1. Menjaga keadekuatan
pernapasan (5) napas paten ventilasi
2. Kolaborasi dalam 2. Meningkatkan ventilasi dan
Tanda-tanda vital : pemberian oksigen asupan oksigen
Tanda Tanda vital dalam terapi 3. Menjaga aliran oksigen
rentang normal (tekanan darah, 3. Monitor aliran oksigen mencukupi kebutuhan pasien
31
4. Monitor pola nafas:
bradypnea, tachypnea,
hiperventilasi, 4. Memonitor keadaan
respirasi kussmaul, pernapasan klien
respirasi cheyne-
stokes dll
32
durasi, tingkat mual. Apabila karakteristik
keparahan, faktor mual dan faktor penyebab
frekuensi, presipitasi mual diketahui maka dapat
yang menyebabkan menetukan intervensi yang
mual. diberikan.
7. Anjurkan pasien 7. Makan sedikit demi sedikit
makan sedikit demi dapat meningkatkn intake
sedikit tapi sering. nutrisi.
8. Anjurkan pasien untuk 8. Makanan dalam kondisi
makan selagi hangat hangat dapat menurunkan rasa
9. Delegatif pemberian mual sehingga intake nutrisi
terapi antiemetik dapat ditingkatkan.
9. Antiemetik dapat digunakan
sebagai terapi farmakologis
dalam manajemen mual
dengan menghamabat sekres
asam lambung.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
3.2 Saran
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat
secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri
ke klinik/puskesmas.
34
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Abdul & Imam Suprapto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Klasifikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : MediAction.
35