Maret, 2007
KATA PENGANTAR
Berdasarkan pasal 3 ayat (2) PP Nomor 27 tahun 1999, dan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, PT Makmur Sejahtera Wisesa tidak
wajib melaksanakan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi
kegiatan Pembangunan dan Pengoperasian PLTU (2 x 30 MW) di Daerah Tanjung -
Tabalong, Kalimantan Selatan.
Dengan disusunnya dokumen UKL dan UPL ini, PT Makmur Sejahtera Wisesa
menunjukkan kesungguhannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan
pengopersian PLTU Tanjung-Tabalong yang berwawasan lingkungan, serta
berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan daerah secara berkelanjutan
sesuai dengan komitmen dan kebijakan perusahaan di bidang lingkungan hidup.
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman
Tabel 2-1 Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU ……. 2-2
Tabel 2-2 Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap 2-5
Konstruksi ...................................................................................
Tabel 2-3 Jenis-jenis material yang dibutuhkan .......................................... 2-7
Tabel 2-4 Jenis bangunan dan fasilitas lainnya dalam lokasi PLTU ……… 2-8
Tabel 2-5 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi ............. 2-9
Tabel 2-6 Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi ................. 2-9
Tabel 3-1 Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada
rencana pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya …………..
3-3
Tabel 3-2 Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU …………………... 3-4
Tabel 3-3 Hasil analisis contoh pada berbagai lokasi pengambilan sampel
3-12
Tabel 3-4 Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan
3-16
tanah ………………………………………………………………….
3-17
Tabel 3-5 Pendugaan besarnya erosi tanah …………………………………
Tabel 3-6 Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya
3-18
bahaya erosi …………………………………………………………
Tabel 3-7 Jenis Satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU 3-20
Tabel 3-8 Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas
Murung Pudak, Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan
3-28
2006 ...........................................................................................
Tabel 4-1 Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan dan
pengoperasian PLTU ………………………………………………
4-1
Tabel 4-2 Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan
4-2
Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ……………..
Tabel 4-3 Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan
4-3
Persepsi Masyarakat pada Tahap Pra Konstruksi ……………...
Tabel 4-4 Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap
4-4
Kualitas Udara pada Tahap Konstruksi ………………………….
Tabel 4-5 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap
4-5
Fisiografi pada Tahap Konstruksi …………………………………
Tabel 4-6 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap
4-7
Tanah pada Tahap Konstruksi ……………………………………
Tabel 4-7 Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana
4-9
terhadap Fisiografi pada Tahap Konstruksi ……………………..
Tabel 4-8 Dampak kegiatan konstruksi bangunan PLTU terhadap
4-10
Fisiografi pada Tahap Konstruksi ………………………………….
Tabel 4-9 Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap
4-12
Biota Darat pada Tahap Konstruksi ………………………………
LAMPIRAN TEKS
Lampiran Teks 2-1 Peta Situasi Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong dan
Lokasi Pengelolaan/Pemantauan Lingkungan
Lampiran Teks 3-1 Data Uji Kualitas Udara, Kebisingan, dan Emisi di Dalam
dan Sekitar Llingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-
Tabalong
Lampiran Teks 3-3 Data Hasil Uji Kualitas Air di Dalam dan Sekitar Lingkungan
Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong
Lampiran Teks 3-4 Data Hasil Uji Kualitas Tanah di Dalam Lingkungan
Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong
Lampiran Teks 3-5 Data Hasil Uji Biota Akuatik di Dalam dan Sekitar
Lingkungan Rencana Lokasi PLTU Tanjung-Tabalong
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN 1- 1
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1- 2
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
• Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam hal ini
PLTU Tanjung-Tabalong untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan yang
diselenggarakan.
• Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong serta institusi
pengawas yang berwenang.
1. PENDAHULUAN 1- 3
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Jabatan : Kepala
1. PENDAHULUAN 1- 4
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1- 5
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 1990 tentang Tata
Cara Pemusnahan Pelumas Bekas dan Pengawasannya
1. PENDAHULUAN 1- 6
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. PENDAHULUAN 1- 7
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
BAB II
RENCANA KEGIATAN
2. RENCANA KEGIATAN 2- 1
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 2-1
Jadwal rencana pembangunan dan pengoperasian PLTU
Kegiatan Tahun
2006 2007 2008 2009
Tahap Pra Konstruksi:
1. Survey Sept – Des.
2. Penguasaan lahan Jan - Feb
3. Persetujuan dana Februari
Tahap Konstruksi:
1. Pekerjaan Enjiniring Maret
2. Pengadaan alat September
3. Persiapan lapangan dan
Mei
pekerjaan sipil
4. Pemasangan struktur baja September
5. Pemasangan alat Januari
6. Hydro Test Boiler Unit 1 Agustus
7. Hydro Test Boiler Unit 2 September
8. Pemasangan Boiler Unit 1 Agustus
9. Pemasangan Boiler Unit 2 Oktober
10. PemasanganTurbine Unit 1 September
11. PemasanganTurbine Unit 2 November
Tahap Operasi:
1. Pengoperasian dan sinkronisasi
Desember
Turbin Unit 1
2. Pengoperasian dan sinkronisasi
Februari
Turbin Unit 2
3. Pengoperasian komersial Unit 1 Maret
4. Pengoperasian komersial Unit 2 Maret
2. RENCANA KEGIATAN 2- 2
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2- 3
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak proyek PLTU (± 86
ha), sebagian lahan untuk jalur pipa pengambilan air dari Sungai Tabalong, dan
water intake di Sungai Tabalong.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 4
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 2-2
Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Konstruksi
2. RENCANA KEGIATAN 2- 5
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2- 6
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
• Pekerjaan pagar, pintu pagar dan pos keamanan lokasi proyek yang
diperlukan untuk memberikan batas lokasi proyek yang akan digunakan dan
mempermudah pengawasan dan pengamanan lokasi proyek.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 7
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2- 8
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 2-5
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Konstruksi
Pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 144 orang dengan
perincian ditunjukkan dalam Tabel 2-6. Sebagian tenaga kerja ini direkrut dari
tenaga kerja konstruksi setelah melalui tahap seleksi, sedangkan lainnya
diperoleh dari pengangkatan tenaga baru yang memenuhi kualifikasi secara
spesifik.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 9
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 2-6
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Operasi
Jumlah
A Operasi PLTU
(Orang)
1 Operator PLTU 12
2 Operator Boiler dan Alat Bantu 10
3 Operator Bag Filter / ESP, Tata Udara 4
4 Operator TG dan Sistem Pelumasan 4
5 Penanganan Debu dan Gas Buang 4
6 Sistem Suplai Air 7
7 Sistem Penanganan Batubara 11
B Pengolah Air dan Lingkungan
1 Ahli Kimia 2
2 Tenaga Analis 6
C Pemeliharaan
1 Ahli Mekanik 4
2 Supersvisor Mekanik 7
3 Teknisi Mekanik 25
4 Ahli Listrik 3
5 Supervisor Listrik 4
6 Teknisi Listrik 16
7 Ahli Instrumen dan Sistem Kontrol 3
8 Supervisor Instrumen dan Kontrol 3
9 Teknisi Instrumen dan Kontrol 12
10 Ahli Sipil dan Pemeliharaan Gedung 1
11 Supervisor Sipil dan Pemeliharaan Gedung 2
12 Kepala Keamanan 1
13 Tenaga Keamanan 3
TOTAL 144
2. RENCANA KEGIATAN 2- 10
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Sistem Boiler
Sistem Turbin
2. RENCANA KEGIATAN 2- 11
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu harus diproses pada pre-
treatment plant yang dilengkapi dengan clarifier untuk menghilangkan berbagai
kotoran seperti kandungan padatan tersuspensi dan silika koloida. Selanjutnya
air yang telah bersih dialirkan ke treated water basin yang mempunyai kapasitas
penampungan sekitar 8 jam kebutuhan air PLTU.
Demineralized Plant
Untuk penambah air boiler (make-up water), air tersebut harus diproses
lagi menggunakan demineralizer plant untuk menghasilkan air demin.
Demineralized plant system direncanakan menggunakan cation resin beds,
degassifier towers, anion resin beds dan mixed bed exchanger. Sebelum masuk
DM plant, air disaring dengan presure filter dan karbon aktif. Kapasitas DM plant
adalah 2 x 25 m3/jam. Hasil proses ini disimpan dalam 2 buah tangki penyimpan.
Skematik Diagram DM Water System dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-4.
Deaerator.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 12
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Neraca Pemakaian Air PLTU (water balance diagram) dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-5.
Bahan bakar yang digunakan PLTU adalah batubara dari Tambang Wara
dengan nilai kotor 3.800 kcal/kg, Spesifikasi Batubara Wara dapat dilihat pada
Lampiran Teks 2-6. Dengan kapasitas 2 X 30 MW, diperkirakan PLTU ini akan
memerlukan batubara sebanyak 50 ton / jam atau sekitar 1200 ton per hari.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 13
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
• Bottom Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu dan
batubara yang tidak terbakar yang jatuh dan terkumpul di bed ash hopper.
Bottom ash dipindahkan secara pneumatik dengan Dense Phase System dari
bed as hopper ke bed ash silo.
• Fly Ash Handling System, yang berfungsi untuk memindahkan abu yang
terkumpul di bag filter hopper. Setiap hopper dilengkapi pemindah abu
secara pneumatik menggunakan udara bertekanan. fly ash dikirim ke fly ash
silo memakai sistem pipa.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 14
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2) Turbin Uap
Jumlah : 2 Unit
Tipe : Kondensing
Daya : 30 MW
Tekanan masuk : 90 bar(a)
Temperatur kerja : 535 oC
Laju aliran uap : 125 Ton / jam
Tekanan keluar : 0.1 bar(a)
3) Pompa Umpan Boiler (Boiler Feed Pump)
Jumlah Pompa : 3 Unit ( 2 operasi + 1 cadangan )
Kapasitas : 150 m3/jam (masing-masing)
Tekanan dorong : 116 bar(a)
4) Deaerator
Jumlah : 2 Unit
Tipe : Spray & Tray
Tekanan kerja : 6 bar(a)
Temperatur kerja : 159 oC
Kapasitas : 10 menit penyimpanan antara level minimum dan
normal
2. RENCANA KEGIATAN 2- 15
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
6) Kondensor
Jumlah : 2 Unit
Tipe : Shell &Tube
Kapasitas aliran uap : 83 Ton / jam (masing-masing)
Tekanan kerja : 0.1bar(a) @ 30°C Amb. Temp.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 16
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
1. Cerobong akan mengeluarkan zat partikulat, gas (CO, SOx, NOx) dan
panas. Polutan – polutan ini dapat menyebabkan korosi pada material,
iritasi saluran pernafasan dan berbagai macam efek pada tumbuh-
tumbuhan.
Untuk membatasi polusi sisa pembakaran yang keluar dari PLTU, maka
cerobong dibuat yang tinggi agar polutan tersebar sehingga konsentrasi
polutan dipermukaan tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan
(Lihat Lampiran 3-6, Prakiraan Kadar Emisi PLTU). Disain cerobong
PLTU Tanjung ini sekitar 120 m.
Abu sisa pembakaran yang berupa fly ash yang keluar bersama dengan
udara panas akan tersaring dalam bag filter. Dengan efisiensi penyerapan
bag filter yang mencapai 99 %, maka fly ash yang keluar lewat cerobong
jumlahnya relatif kecil. Untuk PLTU Tanjung ini partikulat yang keluar dari
cerobong akan lebih kecil dari 50 mg / Nm3 (Standar World Bank).
2. RENCANA KEGIATAN 2- 17
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
yang keluar dari cerobong akan dibawah standar emisi yang diijinkan
yaitu sekitar 750 mg / Nm3 (Standar Indonesia).
Konsep disain PLTU adalah memaksimalkan daur ulang air yang dipakai
dan meminimalkan air buangan. Blow down menara pendingin akan
mengeluarkan air panas, air dengan kadar garam tinggi dan bahan-bahan
kimia yang digunakan untuk pengolahan air sirkulasi. Seperti ditunjukkan
pada Neraca Pemakaian Air (Water Balance Diagram), air keluaran dari
blow down menara pendingin dialirkan ke kolam pengumpul. Dari kolam
pengumpul sebagian digunakan untuk keperluan pada coal handling
system dan ash handling system. Sisanya akan dibuang dalam saluran
air yang ada setelah dipastikan bahwa kenaikan suhu buangan adalah
kurang dari 3°C melebihi suhu badan air penerima.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 18
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2- 19
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
• Abu terbang (fly ash), yang merupakan sisa pembakaran batubara yang
terbawa bersama-sama gas buang
• Abu dasar (bottom ash), yang merupakan abu sisa pembakaran batubara
yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran.
Abu dasar dan debu batubara akan ditimbun di tempat penimbunan khusus
yang dilengkapi dengan lapisan kedap air (HDPE / LDPE) dan penampungan air
lindi.
Untuk memenuhi ketentuan batasan emisi partikel abu yang keluar dari
chimney, yaitu maksium 50 mg/m3 (Standar Bank Dunia), maka dipasang alat
penangkap abu (bag filter) dengan effisiensi minimum 99%.
Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara dapat
diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses
operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair
tersebut secara umum tergolong zat pencemar dengan kriteria yang bersifat
fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak).
Limbah cair yang dihasilkan akan diolah hingga memenuhi kriteria
kualitas air yang boleh dibuang ke badan air sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku, dalam hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, serta Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 58
Tahun 1994 tentang Penggolongan Limbah Cair.
2. RENCANA KEGIATAN 2- 20
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
2. RENCANA KEGIATAN 2- 21
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
BAB III
RONA LINGKUNGAN AWAL
3.1.1 Iklim
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi Muara Uya sebagai
stasiun terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 10 tahun
antara 1990 - 2000, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara
29,23 - 31,17 OC (Sumber Data : Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru). Suhu
maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan
Desember sampai Januari.
Pola iklim mikro dalam wilayah studi tidak berbeda dengan pola dalam
dataran Banua Lima yang dipengaruhi oleh lereng Barat Pegunungan Meratus
yang berhutan dan bentangan rawa yang luas di sebelah Barat. Kelembaban
relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara
74.6 % – 85.6 % (Sumber Data: Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru).
Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot
atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan
Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober
(kemarau) arah angin dominan berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),
sedangkan pada musim hujan (Nopember – April) angin berhembus dari arah
Timur (E) dan Tenggara (SE).
Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL ini
seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1, menunjukkan arah
angin Timur Laut – Barat Daya dan kecepatan 2 – 5 m/s, kelembaban 45 – 65%
dan suhu 30 – 320C.
Tabel 3-1
Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pembangunan PLTU dan daerah sekitarnya
Tabel 3-2
Kualitas udara di sekitar rencana lokasi PLTU
Hasil pengukuran debu dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL
ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m3)
lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32
µg/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di
udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora
tumbuhan yang terbang ditiup angin.
Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi PLTU pada 3 (tiga) titik
pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah 36,45
– 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik
pantau di sekitar rencana lokasi PLTU adalah 43,8 – 58,9 dBA. Kebisingan ini
bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang
ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh
ditiup angin.
Lokasi rencana tapak proyek PLTU beserta saluran air penunjangnya yang
menghubungkan PLTU hingga sungai Tabalong menempati daerah yang mempunyai
kelerengan umum 5-15%, ketinggian tempat terdapat pada level ketinggian 24
mdpal – 56 mdpal. Sungai dari rencana lokasi PLTU mengalir ke sungai Mangkusip
yang merupakan anak sungai Tabalong. Pola aliran yang berkembang pada sungai
Mangkusip adalah sub dendritik dengan ciri lembah sungai berbentuk U melebar
kesamping serta bermeander. Kondisi sungai tersebut dapat dikelompokkan dalam
stadium sungai tua.
3.1.4 Geologi
Dalam tatanan geologi regional, wilayah studi menempati bagian timur laut
Sub Cekungan Barito berdekatan dengan Pegunungan Meratus yang menjadi
bagian dari Cekungan Kutai. Dalam tatanan stratigrafi regional wilayah studi dan
sekitarnya disusun oleh batuan sedimenter tersier dan kuarter meliputi: Formasi
Tanjung (Tet) berumur Eosen, Formasi Berai (Tomb) berumur Oligomiosen,
Formasi Warukin (Tmw) berumur Miosen, Formasi Dahor (Qtd) dan Endapan
Alluvial (Qa).
sifat fisik batuan penyusun Formasi Warukin adalah padat, kurang kompak,
permeabilitas rendah setempat-setempat tinggi dengan daya dukung batuan
sedang - tinggi. Sedang karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah
bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi, pada daerah terbuka sangat
rentan erosi. Wilayah tapak proyek tidak terdapat sumberdaya mineral batubara,
dibuktikan dengan singkapan batubara di bekas tambang Wara yang lokasinya
berada disebelah tenggara dari tapak proyek.
3.1.5 Hidrologi
• Sungai Mangkusip, terletak sebelah Barat daerah studi, sungai orde ke 2 dan
mendapat pengaliran air dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran
sesaat (musim kemarau) profil penampang basah dengan lebar 2 m dengan
kedalaman rata-rata Y = 0,15 m (titik pengukuran jembatan Mangkusip).
Pengukuran kecepatan hanya dapat dilakukan dengan alat pelampung, dan
mendapatkan debit Q = 49 liter/dt ( hitungan pada Lampiran Teks-3).
• Sungai Jaing, sungai ini terletak sebelah Timur daerah studi, merupakan
salah satu anak sungai Tabalong. Pengukuran sesaat profil penampang
basah dan pengukuran kecepatan, dimana lebar rata-rata b = 8,50 m dengan
kedalaman rata-rata Yr = 0,85 m. Pengukuran kecepatan dengan Current
Meter dibeberapa titik mendapatkan kecepatan rata-rata Vr = 0,34 m/dt,
sehingga debit rata-rata Qr = 2,45 M 3 /dt ( perhitungan pada Lampiran Teks
3-2)
b. Sungai Tepian Hilir, sungai ini bagian hilirnya dari sungai Tepian hulu,
dimana keberadaan air permukaan berakumulasi dengan limpasan air
lainnya.
Pengukuran sesaat Sungai Tepian Hilir pada titik jembatan Kampung Tepian
dimana lebar b= 6,5 m, kedalaman rata-rata y = 1 m, pengukuran kecepatan
dengan alat current meter didapat V = 0,06 m/dt dan mendapatkan debit Q =
0,4 m3/dt.
ini akan di analisa untuk prakiraan erosi dan sedimentasi di wilayah studi
terutama kawasan sungai tepian.
c. Sungai Mangkusip, sungai ini merupakan orde sungai ke dua yang mendapat
aliran dari hulunya yaitu sungai Tepian. Pengukuran sesaat profil lintang
sungai dengan lebar penampang basah b = 5 m, kedalaman rata-rata y =
0,36 m. Hasil pengukuran kecepatan dengan current meter mendapatkan
kecepatan V = 0,325 m/dt sehingga didapat debit sesaat Q = 0,585 m3/dt.
Debit ini mengalir ke hilirnya bermuara pada sungai Tabalong yang
merupakan sungai orde 3.
Kondisi air tanah yang tersedia cukup memadai, jika mengamati dari
keberadaan sumur-sumur di sekitar konsentrasi penduduk pinggiran jalan raya
Mabuun, di mana fluktuasi kedalaman air sumur ± 5 – 7 m dari level muka tanah
setempat. Pergerakan air tanah di perkirakan bergerak dari arah Utara, daerah
kontur tinggi bergerak ke Selatan mengikuti dengan keadaan kontur lebih rendah
sampai mencapai alur pengumpul air permukaan dan air tanah yaitu sungai
Tabalong dengan laju pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 −4 cm/dt.
Air tanah di wilayah studi terdapat dalam sistem akifer yang disebut
dengan strip thin leaky-multiaquifer system. Dalam sistem akifer ini aliran air
tanah bersifat anisotropik, padamana drawdown searah strike lebih dominan
dibanding drawdown searah dip. Fenomena ini mengindikasikan bahwa transmisi
air lebih banyak terjadi dalam arah horisontal, sehingga terdapat daerah
pengaruh yang searah dengan strike.
Tekstur tanah lapisan atas termasuk lempung berdebu, dan tanah lapisan
bawah termasuk liat berdebu. Struktur tanah lapisan atas termasuk blok
menyudut dengan berukuran besar (30 – 60 mm) dan tingkat perkembangan
kuat, konsistensi agak teguh. Sedangkan tanah lapisan bawah berstruktur blok
menyudut dengan perkembangan kuat dan berukuran besar 50 – 100 mm,
konsistensi teguh.
bawah permukaan tanah terdapat lapisan plintit yang kompak padat teguh.
Kandungan bahan organik tanah lapisan atas tergolong rendah – sedang (1,75 -
2,40 % C-Org). Tidak terdapat sarasah pada tanah lapisan atas, tetapi sangat
padat dengan akar alang-alang.
3.1.9 Tanah
Tabel 3-3
Hasil analisis contoh tanah pada berbagai lokasi pengambilan sampel
Lokasi Sampel
No. Parameter Satuan T1 T1 T2 T2 T3 T3
(0-30) (30-60) (0-30) (30-60) (0-30) (30-60)
1 Tekstur
Pasir % 8.29 6.17 29.63 24.29 23.03 15.16
Sumber : Data primer hasil analisa laboratorium Kualitas Tanah PPLH-UNLAM Banjarbaru (Lampiran Teks 3-4)
tanah tergolong rendah (10.03 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (6.98 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (14.44 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.09 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan sedang
(0.28 me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100
g tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (3.50 me/100 g tanah).
Kejenuhan basa dikelaskan sangat rendah (17.56%), dengan kapasitas tukar
kation (KTK) dikelaskan sedang (24.91 me/100 g). Tanah di lahan ini
mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.38; pH KCl = 3.60).
Tekstur tanah tergolong liat.
Tabel 3-4
Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah
Tabel 3-5
Pendugaan besarnya erosi tanah
Lokasi
No. R K LS CxP A
Pemantauan
1 T1 1215 0.13 0.85 0.9 143.57
2 T2 1215 0.12 0.45 0.45 57.08
3 T3 1215 0.10 0.95 0.38 117.27
Keterangan :
R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah
LS = Panjang lereng dan slope C = Faktor vegetasi
P = Faktor pengelolaan A = Erosi (ton/ha/tahun)
maksimum tanah dari masing-masing lokasi yang menunjukan nilai erosi antara
57.08 hingga 143.57 ton/ha./tahun. Berdasarkan kriteria tingkat bahaya erosi
pada Tabel 3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada masing-masing lokasi
memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).
Tabel 3-6
Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi
Keadaan vegetasi yang di rencana areal PLTU dan sekitarnya terdiri atas
hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan tanaman pekarangan.
Pada tapak proyek untuk tingkat semai didominasi oleh alaban (Vitex
pubescens), karamunting gunung (Rhodomyrus tomentosa), pelawan (Tristani
obovata), beringin (Ficus benjamina), jamai (Rhodomnia ceneria) dan kujanjing
(Pterospernum javanicum). Untuk tingkat pancang didominasi alaban (Viteks
pubescens), pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), bati-bati
(Adina minutiflora), bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga
hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah pada
tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio, karamunting kodok,
kacang polong. Secara keseluruhan keadaan vegetasi di areal tapak PLTU dari
segi keragaman dan potensi tidak terlalu besar.
Pada areal sekitar tapak PLTU untuk vegetasi hutan sekunder muda
(belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu jenis alaban (Vitex
pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu alang-alang,
rumput teki, pandan, kerinyuh, hering, putri malu.
Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam studi
UKL-UPL PLTU memperlihatkan adanya sejumlah genera fitoplankton yang
dijumpai di wilayah studi. Terdapat 3 (tiga) phylum yang mengkontribusi
keanekaragaman hayati planktonik di kawasan studi, yaitu 6 genera dari phylum
Cyanophyta, 7 genera dari phylum Chlorophyta, dan 3 genera dari phylum
Chrysophyta (Lampiran Teks 3-5). Jenis fitoplankton yang ditemukan dengan
jumlah tertinggi adalah Oscillatoria dari phylum Cyanophyta. Secara kuantitatif
phylum Chlorophyta memperlihatkan keberadaan jumlah sel yang terbanyak dan
jumlah spesies (jenis) tertinggi.
Tabel 3-7
Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL PLTU
(dilanjutkan)
Dari hasil analisa contoh plankton yang telah dilakukan, dalam wilayah
studi UKL-UPL PLTU hanya ditemukan 4 genera, yakni Castrada luthera,
Notholca, Rotaria, dan Floscularia (Lampiran Teks 3-5). Indek keanekaragaman
zooplankton semua berada dibawah 1, kecuali pada satu stasiun (PP-05, s.
Tabalong) indek keanekaragaman mencapai nilai 2. Data ini memperkuat dugaan
kondisi perairan di wilayah studi yang telah tercemar.
3.3.1 Kependudukan
3.3.2 Ekonomi
PDRB Kabupaten Tabalong dari tahun 2003, 2004 dan 2005 berturut-turut
adalah Rp 1.925.278.647.000,- , Rp 2.228.905.165.000,- dan Rp
2.458.276.384.000.-. Peranan utama di dominasi oleh sektor Pertambangan dan
Penggalian, yaitu sebesar Rp 1.486.429.174.000,- pada Tahun 2005. Kemudian
disusul oleh sektor pertanian dengan Rp 441.328.137.000,-, yang ketiga sektor
Jasa dengan nilai Rp 183.877.124.000,-. Sedang sektor yang paling kecil adalah
sektor Listrik dan air minum yang hanya Rp 3.201.433.000,-. (Sumber Data:
Tabalong Dalam Angka 2006).
PDRB per kapita tahun 2005 tumbuh sebesar 13,38% (atas dasar harga
berlaku). PDRB per kapita penduduk Tabalong tahun 2005 yang dilihat
berdasarkan harga berlaku adalah sebesar Rp 9.815.210,-. Atau secara rata-
rata tiap orang mendapatkan 26.891 rupiah per hari. Sedangkan tingkat
produktivitas yang dilihat dari PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar
4,04% atau jika dinilai berdasarkan nilainya adalah sebesar Rp 7.268.285,- naik
dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 6.986.276,-.
Menurut responden keadaan kegiatan gotong royong ini sama saja dari
dulu sampai sekarang. Hal ini dinyatakan oleh 53,33% dari responden. Yang
menyatakan semakin baik ada 43,33% dari total responden.
Hubungan antar etnis di desa sendiri sangat akrab dan tidak ada konflik,
serta berlangsung harmonis.
Dari ketiga desa ini tidak ada cagar budaya yang terlihat maupun
terpantau dengan pertanyaaan-pertanyaan ke responden. Demikian pula untuk
Desa Warukin yang merupakan desa etnis dari Dayak Manyaan. Cagar budaya
untuk Dayak Manyaan ini kemungkinan ada di Kalimantan Tengah di daerah
Ampah dan Tamiang Layang.
• Adanya peluang dan kesempatan kerja secara langsung dan tidak langsung
keberadaan PLTU, merupakan tanggapan positif dan harapan dari
responden.
• Dampak negatif yang terjadi menurut responden, adanya erosi, limbah debu,
menambah anggaran, dan sebagian kelompok mementingkan kelompoknya
sendiri untuk mengurusi perusahaan.
Tabel 3-8
Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Murung Pudak,
Kabupaten Tabalong Tahun 2004, 2005 dan 2006
Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat bahwa
penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu menduduki urutan
paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit ISPA ini sangat erat
hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam rumah maupun di luar (udara
ambien). Penyakit ISPA ini perlu diwaspadai peningkatannya seiring dengan
operasional PLTU, karena polutan udara yang dapat disebarkan melalui
cerobong.
Penyakit lainnya yang diderita oleh masyarakat yang berhubungan
dengan kualitas lingkungan adalah:1) penyakit Diare pada urutan ke 8, penyakit
ini berkaitan dengan terjadinya perubahan kualitas air, karena operasional PLTU
juga mengeluarkan limbah cair, sehingga peningkatan kasus penyakit ini juga
perlu diwaspadai, 2) penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas pada
urutan ke 10, seperti halnya ISPA penyakit ini juga lebih banyak disebabkan oleh
perubahan kualitas udara namun bisa juga disebabkan oleh kejadian infeksi
kuman, sehingga peningkatan penyakit ini juga perlu mendapat perhatian.
Status gizi masyarakat yang digambarkan dari status gizi bayi di wilayah
kerja Puskesmas Murung Pudak, dapat dikatakan bahwa sebagian besar bayi /
balita di sekitar rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian PLTU memiliki
status gizi yang tergolong baik, yaitu sebesar 98,99%, sedangkan sebagian kecil
sisanya, yaitu 1,01% memiliki status gizi buruk. Kondisi ini dalam standar skala
kualitas lingkungan termasuk dalam kategori baik dengan nilai 5.
87,2%, sedangkan sisanya 12,8% adalah termasuk dalam kategori permanen. Dari
segi suhu, kelembaban dan kebersihan ruangan juga termasuk baik, yaitu terasa
sejuk dan bersih 89,7% dan sisanya 10,3% keadaan rumah terasa panas dan
cukup bersih, sedangkan segi penerangan rumah 94,9% termasuk dalam kategori
baik, sedangkan sisanya 5,1 % termasuk dalam kategori kurang. Kondisi sanitasi
perumahan ini secara keseluruhan dalam skala kualitas lingkungan termasuk
kategori baik, dengan nilai 4.
Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk
keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari sumur gali,
43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air yang berasal dari
PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari dari PDAM
adalah penduduk yang berada di Desa Mabuun yang terutama digunakan untuk
keperluan minum, sedangkan untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka
juga menggunakan air sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai.
Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori jelek
dengan nilai 2.
BAB IV
Tabel 4-1
Matrik identifikasi dampak kegiatan pembangunan
dan pengoperasian PLTU Tanjung - Tabalong
Pasca
No. Kegiatan Pra- Konstruksi Operasi
Operasi
Komponen
1 2 1 2 3 4a 4b 5 1 2 1
Lingkungan
1 GEO-FISIK–KIMIA b
• Kualitas udara b b
• Kebisingan b
• Fisiografi b b b
• Tanah b
• Hidrologi b
• Kualitas air b b
2 BIOLOGI b
• Biota darat b b
• Biota akuatik b b
3 SOSIAL b
• Ekonomi b b b
• Sosial Budaya b
• Persepsi masy. b b b b b b b
4 KESEHATAN MASY. b b b
Keterangan:
b= ada dampak
Tabel 4-2
Dampak kegiatan survey lapangan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Survey lapangan oleh Menimbulkan keingin-tahuan dan Dampak bersifat positif Hasil wawancara terhadap 30 orang
dan/atau negatif penting responden dari Desa-Desa Mabuun, Maburai,
Proyek PLTU dan Tim spekulasi dari sebagian anggota (+/-P)., tersebar luas, dan Warukin menunjukkan sebanyak 47%
Studi UKL-UPL terha- masyarakat di sekitar tapak proyek berlangsung selama tahap telah mengetahui adanya rencana PLTU
pra-konstruksi, dapat Tanjung. Rencana itu telah diketahui sejak 4
dap Sikap dan Per-sepsi terhadap kepastian lokasi, belum menimbulkan konflik tahun yang lalu (responden Desa Maburai).
Masyarakat jelasnya ganti rugi atau kompensasi dengan masyarakat ter- Untuk responden Desa Warukin, rencana ini
lahan, adanya persetujuan atau utama dari Desa Mabu’un, diperoleh ketika diadakan survey UKL-UPL
Maburai, dan Warukin yang PLTU Tanjung. Semua responden setuju
penolakan masyarakat tanpa dasar diperkirakan memanfaatkan pembangunan PLTU.
yang jelas bagi masyarakat. Dampak lahan di lokasi PLTU, Dari 30 responden, 77 % (23 respondent)
memiliki dampak lanjutan. menyatakan PLTU Tanjung memberikan
positif atau negatif.
Dampak negatif dapat dampak positif, hanya 2 orang menyatakan
dieliminasi dengan ada dampak negatif. 5 responden disamping
pengelolaan melalui pende- menyatakan dampak positif ada pula yang
katan sosial, ekonomi, dan menyatakan dampak negatif. Dampak negatif
teknis lingkungan. yang dikemukakan adalah kekawatiran
adanya erosi, limbah debu, menambah
anggaran, dan sebagian kelompok
mementingkan kelompoknya sendiri untuk
mengurusi perusahaan.
4- 2
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-3
Dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Pengadaan lahan untuk Kepuasan atau ketidak puasan Dampak bersifat positif dan/atau Hanya ada 1 orang responden yang
lokasi PLTU terhadap besaran kompensasi atau tali asih negatif penting (+/-P), tersebar luas, menyatakan bahwa lahan perke-
Sikap dan Persepsi terhadap nilai lahan, berkenaan berlangsung selama tahap pra- bunannya terkena rencana pem-
Masyarakat dengan taksiran luas dan nilai lahan konstruksi, dapat menimbulkan bangunan PLTU. Responden terse-
yang tergantung kepada status lahan, konflik dengan masyarakat but bersedia diberikan tali asih
tanaman yang ada, pengakuan terutama dari Desa Mabuun, (kompensasi), dengan persyaratan
pemanfaatan lahan oleh oknum Maburai yang diperkirakan ada musyawarah lebih dahulu antara
masyarakat, serta ketidak inginan memanfaatkan lahan di lokasi pengguna tanah dengan MSW.
pemilik lahan untuk melepas “hak” PLTU, memiliki dampak lanjutan Responden lainnya juga
atas lahannya. Dampak akan positif terhadap kemanan dan ketertiban. menyarankan, bahwa sebaiknya
apabila masyarakat puas dengan nilai Intensitas dampak berupa pemberian tali asih, dimusyawa-
tali asih, sebaliknya negatif apabila timbulnya kontroversi di rahkan antara MSW dengan
masyarakat menolak. Dampak masyarakat, pemerintah Kab. pengguna lahan
lanjutannya adalah pemenuhan jadwal Tabalong, atau pelaksana proyek.
keberlangsungan proyek PLTU Dampak negatif dapat dieliminasi
dengan pengelolaan melalui pende-
katan sosial, ekonomi, dan teknis
lingkungan.
4- 3
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-4
Dampak kegiatan pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengadaan material Material yang dibutuhkan seperti: batu, Dampak dari kegiatan dikategorikan Peningkatan kadar debu yang terjadi
bangunan terhadap pasir, tanah urug, besi beton, besi baja, negatif penting (-P). Sifat dampak diprediksi sampai meningkat dari
Kualitas Udara kayu, genteng, sebagian didatangkan tidak kumulatif dan berbalik, lama 64,27 µg/m3 menjadi + 285,87 µg/m3
dari lokasi terdekat dengan tapak proyek berlangsung relatif pendek (selama namun hanya bersifat sesaat saja.
seperti pasir dan tanah urug. Kegiatan tahap konstruksi) meskipun dengan
pengadaan material bangunan luas wilayah persebaran dampak
diprakirakan menyebabkan perubahan yang terbatas (sepanjang jalan
kualitas udara, terutama debu. Kadar angkut), intensitas debu yang
debu yang dihasilkan oleh kegiatan lalu terdispersi akan cepat kembali lagi.
lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit
Memiliki dampak lanjutan terhadap
truk per jam) akan melampaui baku
kesehatan pekerja dan masyarakat.
mutu maksimum yang dipersyaratkan.
Dampak negatif dapat diminimasi
Sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2
dengan pengelolaan secara teknis.
meskipun sedikit meningkat namun
Tolok ukur:
masih di bawah nilai baku mutu.
Baku Mutu Udara Ambien menurut
PP No. 41 Tahun 1999
4- 4
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-5
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pembukaan dan Kegiatan pembersihan lahan pada Dampak dari kegiatan dikategorikan Tanah pada lokasi berasal dari bahan
pematangan lahan lokasi rencana pembangunan PLTU negatif kecil dan penting (-P). induk endapan liat yang telah
terhadap Fisiografi dengan luas mencapai ± 86 ha dapat Intensitas dampak yang ditimbulkan berkembang dengan ditandai telah
mengubah bentuk morfologi setempat dinilai cukup besar, berlangsung terjadinya deferensiasi horizon tanah.
karena pemotongan/penggalian pada dalan jangka waktu yang singkat. Tanah lapisan atas yang
daerah yang tinggi, pengurugan Sifat dampak tidak kumulatif dan mengandung bahan organik dengan
daerah yang cekung/rendah dan berbalik, dengan luas wilayah ketebalan sekitar 5-10 cm dengan
pemadatan/ penstabilan lereng persebaran dampak yang terbatas tingkat kesuburan rendah yang
diprakirakan akan menimbulkan ± 86 ha). Berdampak lanjutan disebabkan oleh rendahnya
dampak terhadap komponen fisiografi. terhadap tanah (peningkatan laju kejenuhan basa (KB). Pengupasan
Namun dengan terbukanya lahan dari erosi), air (peningkatan kekeruhan tanah atas pada kegiatan pembukaan
sebaran vegetasi dan soil berhumus dan suspended solid), dan biota dan pematangan lahan akan
serta adanya tumpukan soil berhumus terrestrial dan biota air. menghilangkan lapisan atas tanah
ditempat penumpukan tanah Dampak negatif dapat dikelola (solum) yang relatip lebih subur
diperkirakan dapat meningkatkan dengan pendekatan teknis. dibandingkan dengan lapisan bawah.
erosi pada musim penghujan. Proses
riil erosi dalam waktu lama dapat
berkembang menjadi gulley erosion .
(dilanjutkan)
4- 5
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
4- 6
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-6
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Tanah
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pembukaan dan Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi Dampak dari kegiatan Tanah pada lokasi berasal dari bahan
pematangan lahan rencana pembangunan PLTU dengan luas dikategorikan negatif induk endapan liat yang telah
terhadap Tanah mencapai ± 86 ha dapat mengubah bentuk penting (-P). Intensitas berkembang dengan ditandai telah
morfologi setempat karena pemotongan/ dampak yang ditimbulkan terjadinya deferensiasi horizon tanah.
penggalian pada daerah yang tinggi, dinilai cukup besar, Tanah lapisan atas yang
pengurugan daerah yang cekung/rendah dan berlangsung dalan jangka mengandung bahan organik dengan
pemadatan/ penstabilan lereng diperkirakan waktu yang singkat. Sifat ketebalan sekitar 5-10 cm dengan
akan menimbulkan dampak terhadap dampak tidak kumulatif dan tingkat kesuburan rendah yang
komponen fisiografi. Namun dengan berbalik, dengan luas disebabkan oleh rendahnya
terbukanya lahan dari sebaran vegetasi dan wilayah persebaran kejenuhan basa (KB). Pengupasan
soil berhumus serta adanya tumpukan soil dampak yang terbatas (± tanah atas pada kegiatan pembukaan
berhumus ditempat penumpukan tanah 86 ha). Berdampak dan pematangan lahan akan
diperkirakan dapat meningkatkan erosi pada lanjutan terhadap tanah menghilangkan lapisan atas tanah
musim penghujan. Proses riil erosi dalam (peningkatan laju erosi), air (solum) yang relatip lebih subur
waktu lama dapat berkembang menjadi gulley (peningkatan kekeruhan dibandingkan dengan lapisan bawah.
erosion dengan kedalaman lembah dapat Nilai erosi akan meningkat tajam
dan suspended solid), dan
mencapai 4 m. Apabila kondisi tersebut terjadi biota terrestrial dan biota puluhan kali lipat seiring dengan
maka dikhawatirkan akan mengurangi air. Dampak negatif dapat pembukaan lahan. Hasil
kemantapan lereng daerah setempat dan dikelola dengan pende- perhitungan pendugaan erosi
menjadi daerah rawan longsor. katan teknis. memperlihatkan bahwa jika
(dilanjutkan)
4- 7
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
4- 8
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-7
Dampak kegiatan pembangunan prasarana dan sarana terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pembangunan PLTU Pembangunan prasarana dan sarana Dampak yang ditimbulkan oleh Prasarana dan sarana antara lain: (1)
penunjang yang direncanakan
terhadap Fisiografi dibangun di atas lahan urugan kegiatan pembangunan prasarana coal storage yard, ash storage yard,
dikhawatirkan dapat menyebabkan dan sarana terhadap komponen cooling tower dan pump house, water
amblesan. Lahan bekas fisiografi dikategorikan negatif reservoir, oil storage tank, switchyard,
penggalian/pemotongan yang kondisi
tanah penumpu bangunannya dalam penting, meskipun dampak water treatment & DM plant, coal
kondisi relatif stabil. Bertambahnya stabilitas lereng dan daya dukung handling plant, DG building & Cooling
beban berat yang ditimbulkan oleh tanah tidak berpengaruh secara Tower, compressor house; (2) non
bangunan bertingkat dikhawatirkan
melampaui daya dukung lahan yang langsung pada manusia, luas plant buildings: stores & canteen,
pada akhirnya dapat menyebabkan wilayah persebaran dampak yang gate house, work shop
terjadinya penurunan permukaan terbatas dibandingkan dengan
tanah dan berlanjut dengan miring
atau rusaknya bangunan. luasan seluruh proyek yang
Terganggunya stabilitas lahan sebagai mencapai ± 86 ha, namun dampak
akibat yang ditimbulkan oleh beban yang ditimbulkan berlangsung lama
berat di atasnya dapat menyebabkan
terjadinya longsoran (mass sliding), dan dapat berlanjut terhadap
terutama pada musim hujan yang komponen lingkungan yang lain,
selanjutnya akan membawa sejumlah bersifat kumulatif dan tidak berbalik.
massa tanah ke lingkungan perairan
dengan akibat lanjutan terjadinya Dampak negatif dapat diminimasi
peningkatan kekeruhan pada badan dengan pengelolaan menggunakan
air penerima. pendekatan teknologi.
4- 9
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-8
Dampak kegiatan konstruksi bangunan unit sistem pembangkit PLTU Tanjung terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Konstruksi bangunan Pembangunan PLTU yang saat beroperasi Dampak dikategorikan negatif Bangunan utama PLTU antara lain:
PLTU menimbulkan getaran dan bersama beban dan penting. Penilaian ini unit-unit steam generation, turbo
terhadap Fisiografi bangunan akan menambah beban diatas didasarkan kepada intensitas generator,bag filter, deaerator, boiler
tanah penumpu bangunan. Apabila daya dampak yang ditimbulkan
dukung tanah terlampaui maka dapat terjadi cukup besar, berlangsung
amblesan yang dikhawatirkan dapat dalam jangka waktu yang
merusak fisik bangunan. Kondisi tersebut lama, bersifat kumulatif dan
mengindikasikan bahwa pembangunan tidak berbalik.
PLTU mempunyai dampak negatif terhadap Dampak negatif dapat
daya dukung tanah apabila tidak dikelola diminimasi dengan pengelo-
dengan baik. laan menggunakan pende-
Pembangunan bangunan penunjang PLTU katan teknologi.
khususnya ash disposal area yang didesain
dengan permukaan cekung kedalam
sedalam 1,5 m yang dasar permukaan
cekungannya datar akan berdampak
terjadinya perubahan relief topografi.
(dilanjutkan)
4- 10
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
4- 11
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-9
Dampak kegiatan pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pembukaan dan pema- Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi) Dampak dikategori- Sebagai rona awal biota darat hasil
tangan lahan sebagai habitat berbagai jenis fauna darat, yang kan negatif dan survey dan pengamatan saat survey
terhadap Biota Darat berlanjut hilangnya kelompok Aves, Mammalia, penting. Penilaian ini UKL-UPL pada lokasi rencana PLTU
Reptilia, Amphibia. didasarkan kepada Tanjung dan sekitarnya, ditemukan:
Flora/vegetasi: intensitas dampak Flora/vegetasi:
• Jumlah jenis pohon permudaan menurun yang ditimbulkan • Jumlah jenis pohon permudaan
jumlahnya menjadi sekitar 0 – 2 jenis cukup besar meski- dari rona awal sebanyak 17 jenis
• Jumlah jenis tumbuhan bawah/non pohon pun berlangsung • Jumlah jenis tumbuhan bawah/
berkurang menjadi sekitar 2 jenis (termasuk dalam jangka pendek non pohon dari rona awal
dua jenis tumbuhan bawah yang dilindungi akan (selama konstruksi), sebanyak 11 jenis
hilang yaitu kantong semar/Nepenthes sp. bersifat kumulatif dan Fauna:
Fauna: tidak berbalik. Aves/burung (sebagai indikator):
Aves/burung (sebagai indikator): Indeks keragaman (H’) sebesar 2,10
Jumlah jenis burung dari rona awal sebanyak 11 (keragaman sedang), dengan jumlah
jenis berubah menjadi 5 jenis, dengan perbedaan
jenis burung yang mendominasi kawasan. Burung jenis pada rona awal adalah 11 jenis
yang menempati habitat terbuka berupa semak
belukar dan vegetasi sepanjang guntung akan
bermigrasi ke tempat lain
4- 12
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-10
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengerahan dan Pengerahan tenaga kerja akan Dampak dikategorikan Dalam Tahap Konstruksi, tenaga kerja yang
pengurangan tenaga menciptakan lapangan kerja dan positif, besar, dan penting. diperlukan terdiri atas tenaga manajerial,
kerja kesempatan berusaha bagi Penilaian ini didasarkan tenaga administrasi proyek, operator
terhadap Ekonomi masyarakat. Peluang kesempatan kepada intensitas dampak kendaraan beban dan kendaraan operasional
kerja bagi masyarakat lokal relatif yang ditimbulkan berlang- lapangan, operator alat berat, tenaga kerja
terbatas karena yang dibutuhkan sung dalam jangka waktu konstruksi bangunan, dan tenaga kerja spesifik
tenaga kerja dengan kualifikasi yang lama, berlanjut dalam lainnya. Untuk kegiatan puncak tahap
tertentu. Jumlah tenaga kerja lokal Tahap Operasi, banyaknya konstruksi akan dibutuhkan tenaga kerja
yang dapat untuk kegiatan konstruksi masyarakat yang terkena sebanyak 400 orang dan 10 orang diantaranya
diperkirakan kurang dari 40% dari dampak langung positif adalah tenaga kerja asing. Jika dilihat dari asal
kebutuhan. Sedangkan pada saat (sekitar PLTU dan dalam daerah pekerja, diperkirakan sebanyak 200
operasi jumlah tenaga yang dapat Kecamatan terdekat), ada- orang berasal dari daerah sekitar proyek dan
diserap dari masyarakat lokal semakin nya dampak lanjutan 200 orang lainnya berasal dari luar daerah dan
terbatas berkenaan dengan kualifikasi berupa peningkatan kese- akan menetap sementara di dalam lokasi
yang lebih tinggi. Padahal kualifikasi jahteraan, akumulatif dan proyek.
ini tidak banyak tersedia di sekitar sinergitik, memiliki dampak
proyek. balik terhadap dampak
positif PLTU.
(dilanjutkan)
4- 13
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
4- 14
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-11
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengerahan dan Tenaga yang berasal dari luar daerah Dampak dikategorikan Hasil wawancara responden dari Mabuun,
pengurangan tenaga diprakirakan akan berdampak negatif, kecil tetapi Maburai, dan Desa Warukin, diperoleh data:
kerja terhadap kondisi sosial budaya penting. Penilaian ini mayoritas penduduk merupakan penduduk asli
terhadap Budaya masyarakat setempat. Dampak yang didasarkan kepada dari Suku Banjar, yang menganut agama Islam,
mungkin timbul berupa berubah atau intensitas dampak yang sehingga kegiatan masyarakat tidak terlepas
bergesernya nilai dan norma budaya ditimbulkan berlangsung dengan agama Islam (seperti kegiatan yasinan,
akibat terpengaruh oleh adat dan dalam jangka waktu yang selamatan, tasmiah dan arisan). Dalam satu
norma yang bersumber dari tenaga lama karena berlanjut tahun terakhir tidak pernah terjadi konflik dalam
kerja luar daerah. Tenaga kerja dalam Tahap Operasi, masyarakat.
kelompok skill dan engineering banyaknya masyarakat Mayoritas masyarakat (78%) Desa Warukin
umumnya adalah orang-orang yang yang terkena dampak dihuni oleh Dayak Warukin yang termasuk
terbiasa hidup di kota dengan nilai dan langung (sekitar PLTU dalam Suku Dayak Maanyan. Untuk komunikasi
norma budaya yang berbeda dengan dan dalam Kecamatan dengan warga lainnya digunakan Bahasa
masyarakat pedesaan. terdekat), adanya dam- Banjar, dan untuk sesamanya digunakan
Meningkatnya interaksi sosial sehu- pak lanjutan terhadap Bahasa Maanyan. Sebagian besar penduduk
bungan dengan adanya pendatang sikap dan persepsi desa beragama Kristen (Pantekosta, Katolik,
yang bekerja sebagai buruh maupun masyarakat, akumulatif Protestan, Bethel). Sedangkan yang masih
tenaga ahli juga dapat merubah pola dan sinergitik, memiliki menganut agama Hindu Kaharingan hanya
dan struktur pranata sosial yang telah dampak balik terhadap tertinggal 4 orang saja (Sumber Penghulu Adat
ada. dampak positif PLTU. Desa Warukin).
4- 15
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
4- 16
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-12
Dampak kegiatan mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Mobilisasi peralatan Dampak yang ditimbullkan terhadap Dampak dikategorikan Peralatan berat seperti excavator dan dozer
terhadap Sikap dan persepsi dan sikap masyarakat dapat negatif besar dan penting. diangkut menggunakan truck trailer dari
Persepsi Masyarakat berupa dampak turunan dari Penilaian ini didasarkan Pelabuhan Kelanis dan/atau dari tambang PT.
penurunan kualitas udara dan kepada intensitas dampak Adaro (sewa pakai). Frekuensi mobilisasi
peningkatan kebisingan atau berupa yang ditimbulkan berlang- adalah kurang dari 5 kali selama tahap
dampak langsung terkait dengan sung dalam jangka waktu Konstruksi. Kecelakaan lalu lintas atau
keselamatan lalu-lintas. Berdasarkan terbatas, banyaknya hambatan perjalanan kendaraan umum di
prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi masyarakat yang terkena jalan yang melibatkan kegiatan sangat jarang
ini tidak berdampak penting terhadap dampak langung, adanya terjadi (peluang < 1%), namun tetap
kualitas udara dan tingkat kebisingan. dampak lanjutan terhadap berdampak terhadap sikap masyarakat.
Lalu-lintas kendaraan pengangkut keamanan dan ketertiban,
material akan memicu munculnya akumulatif dan sinergitik,
dampak negatif di kalangan memiliki dampak balik
masyarakat pengguna jalan dan terhadap dampak positif
masyarakat yang bermukim di sekitar PLTU.
jalan yang dilalui oleh kendaraan Dampak negatif dapat
pengangkut peralatan berat dan diminimasi dengan
material yang akan berlanjut terhadap pendekatan sosial dan
aktifitas proyek secara keseluruhan. teknologi.
4- 17
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-13
Dampak kegiatan pengadaan material pembangunan PLTU Tanjung terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengadaan material Dampak yang ditimbulkan terkait Dampak dikategorikan Material yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembangunan dengan dampak turunan karena negatif dan penting. pembangunan PLTU Tanjung seperti: batu, pasir,
tanah urug, besi beton, besi baja, kayu, dan genteng.
terhadap sikap dan penurunan kualitas udara dan Penilaian ini didasarkan
Bahan-bahan tersebut sebagian didatangkan dari
persepsi masyarakat peningkatan kebisingan serta terkait kepada intensitas
lokasi terdekat dengan tapak proyek seperti pasir.
dengan dampak langsung terhadap dampak yang ditimbulkan Batu dan tanah urug, sebagian lainnya terutama
kenyamanan dan keselamatan berlalu- berlangsung dalam material yang terbuat dari logam didatangkan dari
lintas. Keluar masuknya kendaraan jangka waktu terbatas, luar Pulau Kalimantan melalui Pelabuhan Klanis,
pengangkut material ke dan dari lokasi banyaknya masyarakat sebagian bahan bangunan dibawa dari Banjarmasin
yang menggunakan jalan propinsi sepanjang 200 km.
proyek PLTU sebagian akan melintasi yang terkena dampak
Material yang diangkut termasuk peralatan untuk
daerah permukiman dan jalan umum. langung, adanya dampak
konstruksi sistem pembangkit. Rona awal kualitas
Hal tersebut dapat menimbulkan lanjutan terhadap udara di tapak proyek dengan parameter yang
gangguan terhadap kenyamanan keamanan dan dominan adalah kadar debu terukur 39,31 µg/m
3
3
berlalu-lintas dan memicu munculnya ketertiban, akumulatif dan (KU.1), dan di pemukiman terdekat 64,27 µg/m (KU-
kekhawatiran akan keselamatan lalu- sinergitik, memiliki 2), sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 pada
lintas. Tindakan kriminal, terutama dari dampak balik terhadap semua titik pengukuran terdeteksi dalam jumlah yang
sangat kecil.
oknum masyarakat terhadap material dampak positif PLTU.
Kecelakaan lalu lintas atau hambatan perjalanan
yang disimpan dalam lokasi proyek Pengelolaan dampak
kendaraan umum di jalan yang melibatkan kegiatan
potensial untuk terjadi (misalnya negatif dapat diminimasi sangat jarang terjadi (peluang < 1%), namun tetap
pencurian, penggelapan) sehingga dengan pendekatan berdampak terhadap sikap masyarakat.
merugikan proyek (keterlambatan sosial dan teknologi. Material bangunan disimpan di tempat terbuka dan
dalam penyelesaian konstruksi). peralatan lainnya diamankan dalam gudang di tapak
proyek.
4- 18
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-14
Dampak kegiatan pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengerahan dan Dampak kegiatan berasal dari Dampak dikategorikan negatif dan/atau Berdasarkan sumber data
pengurangan tenaga kerja munculnya kecemburuan sosial positif, kecil tetapi penting. Penilaian ini Monografi Kabupaten Tabalong
terhadap Sikap dan berkaitan dengan peluang dan didasarkan kepada intensitas dampak 2006, hanya sebanyak 28,6%
Persepsi Masyarakat kesempatan bekerja pada yang ditimbulkan berlangsung dalam (5.000 orang) penduduk Kabupaten
kegiatan proyek. jangka waktu yang lama karena Tabalong yang berusia 19 – 24
Berdasarkan aspirasi penduduk berlanjut dalam Tahap Operasi, tahun berpendidikan tingkat SLTA.
yang didapat dari hasil studi rona banyaknya masyarakat yang terkena
awal lingkungan terlihat adanya dampak langung (sekitar PLTU dan
animo yang cukup besar dari dalam Kecamatan terdekat), adanya
penduduk untuk dapat bekerja di dampak lanjutan terhadap ekonomi,
PLTU Tanjung - Tabalong. sosial budaya, demografi, keamanan
Responden sangat berharap dan ketertiban masyarakat, akumulatif
dapat dilibatkan sebagai tenaga dan sinergitik, memiliki dampak balik
kerja. Sementara itu tingkat terhadap dampak positif PLTU.
pendidikan yang dimiliki oleh Dampak positif dan/atau negatif
tenaga kerja yang ada tergolong tergantung kepada intensitas
rendah. Berdasarkan kualifikasi pengelolaan dampak.
tenaga kerja yang dibutuhkan,
(dilanjutkan)
4- 19
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
4- 20
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-15
Dampak kegiatan pengadaan mateial bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengadaan material Kegiatan mengakibatkan terjadinya perubahan Dampak dikategorikan negatif, kecil Berdasarkan data
bangunan terhadap kualitas udara berupa peningkatan tetapi penting. Penilaian ini didasarkan Puskesmas Murung Pudak,
terhadap Kesehatan kadar debu, yang terpapar pada msyarakat kepada intensitas dampak yang urutan penyakit yang
sekitar maupun terhadap para pekerja proyek. ditimbulkan berlangsung dalam jangka terbanyak adalah penyakit
Dalam rona awal lingkungan penyakit yang pendek, banyaknya masyarakat yang pulpa dan jaringan perifikal,
sering diderita oleh masyarakat adalah flu yang terkena dampak langung (sekitar PLTU penyakit ISPA (infeksi
juga dapat digolongkan dengan penyakit ISPA. dan dalam Kecamatan terdekat), saluran pernafasan akut)
Pengotoran udara oleh debu dapat memicu adanya dampak lanjutan terhadap dan penyakit hypertensi.
frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau ekonomi, sosial budaya, akumulatif dan Kondisi demikian menun-
bahkan memperpanjang lama sakit. sinergitik, memiliki dampak balik jukkan skala kualitas
terhadap dampak positif PLTU. lingkungan termasuk dalam
Tolok Ukur: kategori sangat baik
Angka kesakitan pada masyarakat dengan nilai 5.
4- 21
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-16
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Pengoperasian PLTU yang membakar Dari segi intensitas PLTU dengan kapasitas 2 x 30 MW,
sejumlah batubara akan menghasilkan dampak, dinilai besar membakar batubara 25 ton/jam pembangkit,
terhadap Kualitas Udara emisi yang dikeluarkan dari cerobong. karena diprediksi dapat melalui perhitungan yang didasarkan atas
Emisi tersebut diprakirakan; SOx meningkatkan polutan spesifikasi batubara yang dibakar (dari
sebagai SO2 = 41.616.000 μg/detik, udara terutama partikel dan Tambang Wara PT. Adaro Indonesia), maka
NOx sebagai NO2 = 17.800.000 gas CO2 sampai melebihi emisi yang dikeluarkan dapat pula
μg/detik, CO2 = 3.611.000.000 baku mutu. Dari sisi waktu diprediksikan, seperti yang telah dituliskan
μg/detik dan fly ash = 4.190.000 dampak ini berlangsung pada kolom Jenis Dampak. Kemudian setelah
μg/detik. Walaupun emisi tersebut lama yaitu selama kegiatan dilakukan perhitungan sebaran polutan
dilepaskan pada cerobong dengan operasi dan dampak ini tersebut dengan “Model Gauss”, untuk kadar
ketinggian yang cukup memadai (120 menyebablkan dampak yang sesuai dengan komposisi udara normal
meter), tetapi kemungkinan polutan turunan terhadap biota diperoleh:
tersebut untuk menambah polutan di darat (flora/fauna) dan Parameter Potensi sebaran pada kecepata
udara ambien masin dimungkinkan kesehatan masyarakat. angin ekstrim (6 m/det)
SO2 2 km
oleh tiupan angin. Oleh karena itu dampak ini CO2 6 – 7 km, siang 3 km pada
Perubahan kualitas udara pada tahap diklasifikasikan sebagai malam
ini juga dapat disebabkan kegiatan dampak besar dan penting. NO2 2 km
suplai batubara dan dari kegiatan ini Sifat Dampak : Negatif Debu 4 km (tanpa bag filter)
polutan yang utama adalah debu yang Tolok Ukur : Sumber : Lampiran Teks 3-6
kadarnya dapat mencapai > 1000 • PP No. 41/1999 (Baku Sedangkan sebaran debu dari aktifitas
μg/m3. Mutu Udara Ambien) hauling batubara dapat dianalogikan dengan
• KEP-13/MENLH/3/ jalan beberapa tambang batubara, yang pada
1995 (Baku Mutu Emisi saat cuaca kering kadar debunya mencapai >
Sumber Tidak 1000 µg/m3.
bergerak/ PLTU) (Data dan hasil analisis dicantumkan dalam
Lampiran Teks 3-6
Tabel 4-17
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Beroperasinya PLTU tentu Dari segi intensitas dampak, dinilai besar Penyebaran tingkat kebisingan dari
karena diprediksi dapat meningkatkan
terhadap Kebisingan menghasilkan bunyi/ kebisingan kebisingan pada permukiman terdekat sumbernya (point sources), dihitung
yang relatif tinggi. Khusus untuk sampai melebihi baku mutu yang dengan formula L2 = L1 – 10 log
ditetapkan. Dari sisi waktu dampak ini
bising di dalam ruang turbin dapat (d2/d1)2. Dengan formula tersebut
berlangsung lama yaitu selama kegiatan
mencapai 80 - 85 dBA dan bising operasi dan dampak ini menyebabkan maka batas daerah pemukiman
ini merupakan paparan (exposure) dampak turunan terhadap biota darat terdekat dengan bangunan utama
(terutama fauna) dan persepsi
bagi tenaga kerja dan berpotensi masyarakat. Oleh karena itu dampak ini PLTU adalah radius + 200 meter,
juga untuk menyebar ke diklasifikasikan sebagai dampak besar sedangkan untyuk keperluan
dan penting.
pemukiman terdekat. Rona perkantoran PLTU dapat dibuat
Sifat Dampak : Negatif.
kebisingan yang terukur di Dampak dapat diminimasi dengan dengan konstruksi dinding beton
rencana lokasi adalah 36,45 dBA pengelolaan menggunakan pendekatan yang kuat tanpa celah, sehingga
teknologi.
dan demikian analogi untuk Tolok Ukur : kebisingan dari turbin tidak masuk
pemukiman terdekat dengan • KEP-48/MENLH/11/1996 (Baku ke ruang kantor.
rencana lokasi proyek dimana Tingkat Kebisingan, 55 untuk
pemukiman dan 70 untuk Industri)
kebisingan tersebut masih di • Kepmenaker nomor 51/1999 (NAB
bawah baku mutu maksimum Faktor Fisika di Tempat Kerja), 85
dBA untuk 8 jam kerja sehari
untuk baku tingkat kebisingan.
Tabel 4-18
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Air untuk PLTU diambil dari sungai Dampak dikategorikan Pengoperasian PLTU memerlukan air yang
terhadap Hidrologi Tabalong, sehingga dapat negatif, besar, dan penting diambil dari Sungai Tabalong melalui pipa
mempengaruhi keseimbangan air (-P). Berlangsung dalam tanam dengan debit sesuai kebutuhan.
sungai Tabalong, karena keberadaan jangka panjang (selama Kebutuhan air untuk kondensor adalah 300
air sungai juga dibutuhkan oleh pihak tahap operasi). Intensitas m3/jam dan D.M. water system adalah 50 m3.
lainnya. dampak yang ditimbulkan Oleh karenanya diperlukan analisis
Hasil analisis besaran debit minimum tergolong besar meskipun probabilitas frekwensi debit ( debit eksterm
dan probabilitas/peluang yang akan berpeluang terjadi hanya minimum ) sungai Tabalong, agar dapat
terjadi pada kurun waktu tertentu pada musim kemarau pada diketahui kapasitas minimum daya dukung
(periode ulang), yakni periode ulang periode 25 tahunan dengan debit sungai Tabalong untuk melayani
25 tahun yang akan datang, akan wilayah persebaran kebutuhan masyarakat luas.
terjadi debit minimum Qmin = 0,51 dampak yang cukup luas.
3
m /dt sebanyak satu kali, atau untuk Jumlah manusia yang
periode ulang 50 th yang akan datang terkena dampak tergolong
akan terjadi satu kali Qmin = 0,23 banyak, terutama di bagian
3
m /dt. hilir water intake terhadap
masyarakat yang
(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI 4 - 24
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-19
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Dampak yang ditimbulkan oleh Dampak bersifat negatif, Hasil analisis kualitas air pada saat survey
terhadap Kualitas Air kegiatan pengoperasian PLTU besar, dan penting (-P). UKL-UKL PLTU Tanjung terhadap sample air
terhadap kualitas air bersumber dari Berlangsung dalam jangka pada tapak proyek (PP-01), di sekitar tapak
buangan limbah padat dan limbah cair panjang (selama tahap proyek (PP-02), dan Sungai Mangkusip
yang dilakukan selama proses operasi). Intensitas diperoleh data:
Item Sample sites
kegiatan pembangkitan tenaga listrik. dampak yang ditimbulkan PP-01 PP-02 PP-04
Limbah domestik umumnya bersumber tergolong besar dan TDS 16,2 18,2 14,8
TSS 29,0 34,0 19,0
dari hasil ekskresi (wc), kamar mandi, berdampak lanjut terhadap pH 5,3 6,7 5,2
DO 5,17 5,48 5,19
dan dapur yang disalurkan ke dalam komponen lingkungan biota BOD 8,02 7,27 9,65
septic tank. Limbah ini dianggap tidak air, sosial, budaya, sikap COD 22,51 10,52 18,56
Sulfat 96,0 12,0 67,0
terbuang ke lingkungan, sehingga tidak dan persepsi masyarakat. Mn 0,005 0,002 0,007
Al 0,002 0,001 0,002
menghasilkan dampak. Sedangkan Dampak dapat diminimasi Fe 0,52 0,140 0,55
limbah non domestik berasal dari air dengan pengelolaan Zn 0,001 0,001 0,002
Cu 0,003 0,001 0,003
larian lapangan penumpukan batubara, menggunakan pendekatan
Data hasil analisis dicantumkan dalam Lampiran Teks 3-3
abu, dan dari unit water treatment. teknologi.
Limbah cair domestik yang dialirkan ke dalam
Jika limbah cair yang dibuang ke
septic tank tidak perlu di buang ke luar
lingkungan sekitar tersebut tanpa
lingkungan PLTU. Limbah padat organik
proses pengolahan terlebih dahulu
yang dibuang dalam TPA secara berkala
diangkut dan dibuang oleh Dinas Kebersihan
Kab. Tanjung, sehingga pengaruhnya
terhadap kualitas air tidak signifikan.
(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI 4 - 26
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-20
Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Tabel 4-21
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Pengoperasian PLTU dengan Dampak bersifat negatif, Kondisi biota darat dalam masa akhir
terhadap Biota Darat penggunaan bahan bakar batubara akan besar, dan penting (-P). Tahap Konstruksi akan berubah positif
menghasilkan fly ash yang diperkirakan Berlangsung dalam jangka dengan adanya pengelolaan lingkungan,
akan meningkatkan kadar partikulat matter panjang (selama tahap terutama adanya vegetasi yang ditanam.
di udara. Berdasarkan hasil prediksi akan operasi). Vegetasi tipe pohon, tanaman perdu,
terjadi peningkatan kadar debu (fly ash) Intensitas dampak yang rerumputan yang semakin berkembang
melebihi baku mutu ambien yang ditimbulkan tergolong dan terpelihara baik akan menjadi habitat
dipersyaratkan hingga radius 6 – 7 km dari cukup besar meskipun bagi fauna darat, terutama kelompok
lokasi proyek. Peningkatan kadar debu dalam wilayah persebaran Aves. Akan tetapi tergantung kepada
terbang (fly ash) tersebut diperkirakan yang terbatas, berdampak pengelolaan debu, kondisi biota darat
dapat mengganggu/ menurunkan lanjutan terhadap kompo- dapat mencapai klimaks.
produktifitas usaha perkebunan (kelapa nen lingkungan sosial,
sawit dan karet) yang terdapat di sekitar ekonomi, sikap dan
lokasi proyek. Dampak juga mengenai persepsi masyarakat.
populasi fauna darat (terutama Aves) yang Dampak negatif dapat
berkurang atau menghilang dari kawasan dikelola dengan mengguna-
PLTU dan wilayah terkena dampak debu. kan pendekatan teknologi
dan biologis.
(dilanjutkan)
4. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI 4 - 29
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
Tabel 4-22
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Pengoperasian PLTU akan melibatkan Dampak dikategorikan Hasil sampling, pengamatan, analisis
terhadap Biota Akuatik bekerjanya sub-sub sistem penunjang negatif penting. Intensitas terhadap biota akuatik di tapak proyek (PP-1),
yang dalam pengoperasiannya akan dampak yang ditimbulkan sekitar tapak proyek (PP2), dan Sungai
menghasilkan limbah padat dan dinilai besar, berlangsung Mangkusip (PP-4) diperoleh:
limbah cair. Setelah melalui dalam jangka waktu yang Item Plankton (Fito/zoo)
pengolahan limbah tersebut akan lama dan terus-menerus, PP-01 PP-02 PP-04
Kelimpahan 245/16 1307/168 363/72
dibuang ke lingkungan luar hingga ke bersifat kumulatif (tidak Indeks 1.99/1.00 3.12/0.45 2.50/0.76
keanekaragaman
badan air penerima. dapat atau sangat lambat Indeks 0.86/1.00 0.94/0.45 0.89/0.76
Limbah padat yang potensial diasimilasi oleh lingkungan) keseragaman
Indeks dominasi 0.29/0.50 0.13/0.83 0.20/0.65
berdampak terhadap biota akuatik dan berbalik (kualitas air Jumlah taksa 5/2 10/2 7/2
(dilanjutkan)
Tabel 4-23
Dampak kegiatan pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pemeliharaan PLTU Pemeliharaan PLTU akan dilakukan Dampak dinilai negatif tetapi
Keterangan lihat Tabel 4-22
terhadap Biologi Akuatik secara rutin 1 kali setahun agar penting (-P). Intensitas dampak
kehandalan PLTU tetap terjaga. terhadap kualitas air yang berlanjut
Pelaksanakan kegiatan pemeliharaan pada biota akuatik dalam air
tersebut akan meng-hasilkan limbah pemukaan dinilai cukup besar
dengan berbagai karakteristik yang meskipun berlangsung dalam
selanjutnya akan dibuang ke badan air jangka waktu yang relatif singkat
penerima. Limbah yang diperkirakan (sebagai shock loading), memiliki
potensial berdampak terhadap biota air sifat kumulatif dalam waktu sangat
bersumber dari : pendek. Dampak dapat berlanjut
• pembersihan boiler dari kerak terhadap komponen sosial,
dengan limbah berupa logam ekonomi, sikap dan persepsi
teroksidasi masyarakat.
perbaikan dan pembersihan peralatan
balance of plant dengan limbah berupa
logam dan ceceran oli.
(dilanjutkan)
Tabel 4-24
Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap ekonomi
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian dan Pengoperasian dan pemeliharaan Dampak bersifat negatif, Hasil wawancara pada responden survey UK-
pemeliharaan PLTU PLTU akan menghasilkan limbah besar, dan penting (-P) dan UPL PLTU Tanjung diperoleh data mengenai
pendapatan rumah tangga sebagai berikut:
terhadap Ekonomi padat (fly ash) yang dapat dampak besar positif (+P).
Sebagian besar responden di Desa Mabuun
menurunkan produktifitas usaha Berlangsung dalam jangka
merupakan karyawan swasta perusahaan
perkebunan karet dan kelapa sawit panjang (selama tahap perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa
yang terdapat di sekitar lokasi proyek operasi). Intensitas dam- Maburai sebagian besar merupakan pekebun
jika tidak dikelola dengan baik. pak yang ditimbulkan ter- karet, kemudian yang lainnya swasta.
Penurunan produktifitas usaha golong cukup besar Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar
perkebunan berarti penurunan meskipun dalam wilayah responden meupakan pekebun karet dan
pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang
pendapatan masyarakat yang ber- persebaran yang terbatas,
merupakan karyawan pertambangan.
mata pencaharian sebagai petani berdampak lanjutan ter-
Penghasilan utama bervariasi antara Rp
kebun, termasuk perkebunan PT. hadap komponen ling- 300.000,- dan Rp 2.500.000,-. Tertinggi
Cakung Permata Nusa di sebelah kungan sosial, sikap dan didapatkan di Desa Warukin dan Desa
Timur rencana lokasi PLTU. persepsi masyarakat. Mabuun, sedangkan penghasilan terendah
Dampak bersifat kumulatif didapatkan di Desa Warukin.
dan sinergis. Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp
400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan
tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan
usahanya berupa pembibitan karet.
Tabel 4-25
Dampak kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian dan Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Dampak dinilai positif dan Keterangan lihat Tabel 4-14.
negatif penting (+/-P).
pemeliharaan PLTU persepsi dan sikap masyarakat bersumber dari: (1) Penilaian ini didasarkan
terhadap Sikap dan peningkatan kadar debu terbang (fly ash), (2) kepada intensitas dampak
yang ditimbulkan cukup
Persepsi Masyarakat penurunan kualitas air hingga melampaui baku mutu besar dan mencakup
yang dipersyaratkan, dan (3) pemakaian air Sungai wilayah Desa Maburai dan
Tabalong oleh PLTU dalam musim kemarau. Mabuun, berlangsung
dalam jangka waktu yang
Berdasarkan hasil prediksi dampak terhadap lama, bersifat kumulatif dan
komponen udara diperkirakan sebaran debu yang berbalik, menimbulkan
dampak lanjutan terhadap
melebihi kadar yang diperbolehkan dapat mencapai
komponen sosial lainnya.
radius 4 km dari lokasi proyek (lihat Keterangan Tabel Dampak positif dinyatakan
4-16). Di samping itu, pengoperasian PLTU juga oleh responden (93 %).
Dampak positif ini dapat
akan menghasilkan bahan buangan (limbah) cair ditingkatkan menggunakan
yang jika tidak sempurna proses pengolahannya akan pendekatan sosial
Dampak negatif dapat
dapat mencemari badan air penerima.
diminimalkan dengan
menggunakan pendekatan
teknologi, sosial, dan
ekonomi.
Tabel 4-26
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pengoperasian PLTU Pengoperasian PLTU menyebabkan Dampak dikategorikan negatif Dalam rona awal lingkungan
terhadap Kesehatan terjadinya peningkatan beberapa polutan tetapi penting (-P). Penilaian itu penyakit yang sering diderita oleh
Masyarakat udara di udara ambien sekitar proyek didasarkan kepada jumlah masyarakat adalah flu yang juga
dengan radius 6 – 7 km (CO2) terutama masyarakat yang terkena dampak dapat digolongkan dengan penyakit
terhadap sebaran debu/abu yang meskipun terbatas namun sangat ISPA.
merupakan polutan terbanyak yang keluar penting karena menyangkut
dari cerobong pembangkit. Peningkatan kesehatan ma-syarakat pada
kadar debu di udara ambien ini merupakan warga di sekitar wilayah desa
pajanan bagi masyarakat sekitar PLTU dan Maburai dan Desa Mabuun.
ini dapat menjadi pemicu terjadinya kasus Intensitas dampak dapat
penyakit yang berhubungan dengan menimbulkan kontroversi di
pernafasan. Pengotoran udara oleh debu masyarakat, pemerintah daerah,
adalah salah satu faktor pemicu seringnya atau pelaksana proyek. Sifat
atau frekuensi serangan ISPA bagi dampak kumulatif dan berbalik.
penduduk atau bahkan memperpanjang Dampak bersifat sinergis dengan
lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat sumber dampak lainnya. Memiliki
sembuh dengan sendirinya tanpa dampak lanjutan terhadap
pengobatan selama 14 hari). Penyakit ini komponen sosial dan ekonomi
dapat membentuk pola kejadian penyakit yang berkenaan dengan social
dalam masyarakat yang ditentukan oleh cost untuk kesehatan.
sanitasi lingkungan.
Tabel 4-27
Dampak pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi
Tahap Pasca Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pemanfaatan eks PLTU Setelah berakhirnya pengoperasian Dampak dikategorikan positif, dan Karyawan PLTU yang kehilangan
PLTU Tanjung maka akan terjadi penting (+P). Berlangsung dalam pekerjaan pada awal Tahap Pasca
Tanjung proses pemulihan lingkungan fisik, jangka panjang (selama tahap Operasi adalah 144 orang (Tabel 2-6).
terhadap Fisik, Kimia, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar pasca operasi). Intensitas Jika nilai pesangon rata-rata sebesar
tapak proyek. Proses dan intensitas dampak yang ditimbulkan Rp. 300.000.000, maka modal yang
dan Biologi pemulihan tergantung kepada jenis tergolong cukup besar dengan dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M.
pemanfaatan prasarana dan sarana peluang terjadi nya perbaikan
eks PLTU. Diprakirakan lingkungan komponen lingkungan, wilayah
aspek lingkungan fisik, kimia, dan persebaran dampak yang cukup
biologi, menjadi semakin baik apabila luas. Jumlah manusia yang
eks PLTU dimanfaatkan untuk terkena dampak tergolong
kegiatan non industri yang tidak atau banyak, terutama di bagian hilir
kurang menghasilkan polutan ke water intake terhadap masyarakat
udara, air, dan tanah. Dampak yang memanfaatkan air sungai
lanjutannya akan mengenai aspek Tabalong secara langsung dan
biologi yang semakin baik. suplai air bersih dari PDAM
bagian hilir. Sifat dampak
kumulatif (dapat diasimilasi oleh
lingkungan) dan berbalik (dapat
dipulihkan), berdampak lanjut
terhadap komponen sosial,
ekonomi, budaya serta persepsi
masyarakat terhadap PLTU.
Tabel 4-28
Dampak pemanfaatan eks PLTU Tanjung terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat
Tahap Pasca Operasi
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
Pemanfaatan eks PLTU Pada thap Awal Pasca Operasi, Dampak dikategorikan Karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan
karyawan PLTU yang kehilangan positif dan penting (+P). pada awal Tahap Pasca Operasi adalah 144
Tanjung pekerjaan akan mengalami Berlangsung dalam jangka orang (Tabel 2-6). Jika nilai pesangon rata-
terhadap Sosial dan guncangan (shock) sementara. panjang (selama tahap rata sebesar Rp. 300.000.000, maka modal
Pesangon yang diperoleh dari pasca operasi). Intensitas yang dapat digunakan adalah Rp. 43,2 M.
Kesehatan Masyarakat perusahaan ini merupakan modal dampak yang ditimbulkan Hasil wawancara pada responden survey UK-
utama untuk membuka usaha di tergolong cukup besar UPL PLTU pada tahap Pra Konstruksi
permukiman sekitar lokasi eks PLTU dengan peluang terjadinya diperoleh data mengenai pendapatan rumah
maupun di tempat lainnya. Eks perbaikan komponen sosial tangga sebagai berikut:
karyawan dapat pula dipekerjakan ekonomi dan kesehatan Sebagian besar responden di Desa Mabuun
pada kegiatan yang memanfaatkan masyarakat dengan lingkup merupakan karyawan swasta perusahaan
eks PLTU. yang cukup luas. Dampak perkebunan dan pertambangan. Untuk Desa
Dampak lanjutan dari perbaikan fisik, terhadap perbaikan sosial Maburai sebagian besar merupakan pekebun
kimia, dan biologi di dalam dan sekitar ekonomi dan kesehatan karet, kemudian yang lainnya swasta.
tapak proyek, memberikan dampak masyarakat menyebar luas Sedang untuk Desa Warukin, sebagian besar
perbaikan terhadap kehidupan sosial sampai di luar tapak responden merupakan pekebun karet dan
dan kesehatan masyarakat. proyek, bahkan dapat pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang
Kehidupan sosial masyarakat di tapak mencapai wilayah diluar merupakan karyawan pertambangan.
proyek dan sekitar proyek menjadi Kecamatan Murung Pudak. Penghasilan utama pada tahap Pra
lebih baik dengan memanfaatkan Dengan memanfaatkan Konstruksi bervariasi antara Rp 300.000,- dan
bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas segala fasilitas dari proyek Rp 2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa
sosial ekonomi dan lahan-lahan yang maka dapat meningkatkan Warukin dan Desa Mabuun, sedangkan
ada untuk peningkatan kehidupan kesejahteraan masyarakat penghasilan terendah didapatkan di Desa
sosialnya. di tapak proyek dan Warukin.
sekitarnya.
(dilanjutkan)
Kesehatan masyarakat di tapak Dampak positif penting Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp
proyek dan wilayah sekitarnya dapat diperbesar dengan 400.000,- dan Rp 3.000.000,-. Penghasilan
menjadi lebih baik dengan tidak mengadakan pendekatan tertinggi didapatkan di Desa Maburai dengan
adanya lagi limbah yang dihasilkan sosial dan ekonomi. usahanya berupa pembibitan karet.
dari PLTU dan Fasilitas lingkungan yang Dalam rona awal lingkungan penyakit yang
telah ada dapat dimanfaatkan oleh sering diderita oleh masyarakat adalah flu
masyarakat, seperti pemanfaatan fasilitas yang juga dapat digolongkan dengan penyakit
air bersih. ISPA
BAB V
Tabel 5-1
Matrik evaluasi dampak penting kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTU
• Kualitas udara -P -P +P
• Kebisingan -P
• Fisiografi -P -P -P
• Tanah -P
• Hidrologi -P
• Kualitas air -P -P
2 BIOLOGI +P
• Biota darat -P -P
• Biota akuatik -P -P
3 SOSIAL +P
• Ekonomi +P -P -P
• Sosial Budaya -P
Tabel 5-2
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan survey
lapangan pada Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Survey lapangan oleh Proyek PLTU dan Tim Studi UKL-UPL:
Penting menimbulkan keingin-tahuan dan spekulasi dari sebagian anggota
masyarakat di sekitar tapak proyek terhadap kepastian lokasi, belum
jelasnya besaran tali asih atau kompensasi lahan, adanya persetujuan
atau penolakan masyarakat tanpa dasar yang jelas oleh masyarakat.
Dampak positif atau negatif.
2) Upaya Pengelolaan • Melaksanakan sosialisasi rencana kegiatan untuk memberikan
Dampak kejelasan kepada masyarakat tentang: (a) tujuan dan manfaat
pembangunan dan pengoperasian PLTU, (b) adanya kompensasi,
tali asih lahan, tanaman, bangunan yang lahannya digunakan
sebagai lokasi PLTU, (c) adanya proses pembebasan lahan yang
berpedoman pada norma-norma yang berlaku, dengan
mengutamakan asas musyawarah mufakat dan menyelesaikannya
sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme yang disepakati.
• Melaksanakan komunikasi dan dialog antara MSW dengan
masyarakat luas untuk memperoleh umpan balik yang efektif dan
menangkap aspirasi logis yang berkembang di masyarakat.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak Pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan masyarakat di sekitar
tapak proyek mengenai rencana PLTU di sekitar permukimannya.
4) Tolok ukur dampak • Masyarakat mengetahui adanya rencana pembangunan dan
pengoperasian PLTU pada lokasi yang ditetapkan sehingga
ketidak pastian dan spekulasi dari masyarakat dapat dicegah
• Kep. Kep Bapedal Nomor 08 tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabu’un, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang
dan Pemantauan berkepentingan
Lingkungan • Masyarakat dan manajemen perkebunan kelapa sawit dan karet
PT. Cakung Permata Nusa
6) Periode Pengelolaan • Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan pengadaan lahan
dan Pemantauan dilaksanakan)
Lingkungan
Tabel 5-3
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
lahan terhadap Sikap dan Persepsi masyarakat
Tahap Pra Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Pengadaan lahan untuk lokasi PLTU terhadap Sikap dan Persepsi
Penting Masyarakat:
Kepuasan atau ketidak puasan besaran kompensasi atau tali asih
terhadap lahan, berkenaan dengan taksiran luas dan nilai tanaman yang
tergantung kepada status lahan, tanaman yang ada, pengakuan
penggunaan lahan oleh oknum masyarakat, serta ketidak inginan
pengguna lahan untuk melepas lahannya. Dampak akan positif apabila
masyarakat puas dengan nilai tali asih, sebaliknya negatif apabila
masyarakat menolak. Dampak lanjutannya adalah pemenuhan jadwal
proyek PLTU.
2) Upaya Pengelolaan • Melaksanakan pembebasan lahan berpedoman pada peraturan yang
Dampak berlaku, dengan mengutamakan asas musyawarah mufakat dan
menyelesaikannya sesegera mungkin sesuai dengan mekanisme
yang disepakati.
• Pengawasan dan keterbukaan terhadap proses penilaian lahan,
tanaman, bangunan yang akan dibebaskan
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Kesepakatan antara proyek dan masyarakat untuk nilai tali asih atau
kompensasi terhadap tanaman, bangunan yang dibebaskan
• Proses penyerahan nilai kompensasi dan tali asih kepada
masyarakat yang bersangkutan
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak positif:
• Pembebasan lahan masyarakat untuk MSW berlangsung lancar
• Masyarakat pemilik lahan merasa puas terhadap nilai kompensasi
dan tali asih yang diterimanya
Terhadap dampak negatif:
• Adanya konflik antara pihak yang sebelumnya memanfaatkan lahan
tapak proyek dengan MSW serta kontraktornya dalam penyelesaian
pembebasan lahan.
Tolok Ukur:
• UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
• UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
• PP Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
• Peraturan Meneg Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1993 tentang
Tatacara Memperoleh Ijin Lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi
Perusahaan Dalam Rangka Penanaman Modal, Jo. Peraturan
Meneg Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi.
• Peraturan Kep. BPN No. 2 Tahun 1995 tentang Izin Lokasi
• Perda Kalimantan Selatan Nomor 9 Tahun 2000 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabu’un, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang
dan Pemantauan berkepentingan
Lingkungan
6) Periode Pengelolaan • Tahap Pra Konstruksi (sebelum kegiatan Konstruksi dilaksanakan)
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-4
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
material bangunan terhadap Kualitas Udara
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Pengadaan material bangunan terhadap Kualitas Udara:
Penting Material yang sebagian didatangkan dari lokasi terdekat dengan tapak
proyek seperti pasir dan tanah urug diprakirakan menyebabkan
perubahan kualitas udara, terutama debu. Kadar debu yang dihasilkan
oleh kegiatan lalu lintas kendaraan beban (sekitar 18 unit truk per jam)
akan melampaui baku mutu maksimum yang dipersyaratkan.
Sedangkan kadar gas CO, SO2 dan NO2 meskipun meningkat namun
masih dibawah nilai baku mutu.
2) Upaya Pengelolaan • Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam
Dampak di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa
• Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada
pengangkut
• Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang padat
penduduknya pada musim kemarau
• MSW dan kontraktor mengadakan koordinasi dengan PT. Cakung
Permata Nusa mengenai penggunaan jalan perkebunan kelapa
sawit dan karet.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang
dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan
kendaraan) yang melalui jalan desa
• Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya
yang berkenaan dengan kegiatan proyek
• Kadar debu, CO, SO2 dan NO2
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes timbulnya
paparan debu akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material
dan bahan bangunan
• Adanya kecelakaan lalulintas yang secara langsung atau tidak
langsung melibatkan kegiatan proyek
Tolok Ukur:
• Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999
• UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabu’un, Desa Maburai, dan permukiman lainnya yang
dan Pemantauan dilalui kendaraan
Lingkungan • Jalan perkebunan PT. Cakung Permata Nusa
Tabel 5-5
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan
dan pematangan lahan terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Fisiografi::
Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi rencana pembangunan PLTU
dengan luas mencapai ± 86 ha dapat mengubah bentuk morfologi
setempat karena pemotongan/penggalian pada daerah yang tinggi,
pengurugan daerah yang cekung/rendah dan pemadatan/penstabilan
lereng diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap komponen
fisiografi. Erosi dan longsornya tanah dapat menyebabkan terjadinya
dampak lanjutan berupa peningkatan kekeruhan air di Sungai
Mangkusip.
2) Upaya Pengelolaan Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau
Dampak batuan:
• Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang,
lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum
10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45º.
• Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m,
º
tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30 untuk
º
penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara.
• Alur sungai (“guntung”) semaksimal mungkin dipertahankan
termasuk vegetasi di sepanjang alur.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Stabilitas lahan yang dimatangkan.
• Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan
tanah
• Perubahan alur sungai dalam tapak proyek
Tolok Ukur:
• UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
5) Lokasi Pengelolaan • Areal tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-6
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana PLTU terhadap Tanah
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Pembukaan dan pematangan lahan PLTU terhadap Tanah:
Penting Tumpukan tanah yang tidak dikelola akan menyebabkan terjadinya
erosi pada tumpukan tanah ditempat penumpukan.
Pembersihan lahan akan menyebabkan hilangnya tanaman penutup
tanah yang berfungsi mencegah erosi. Kondisi tersebut diperparah
dengan kondisi lahan yang memiliki kelerengan yang bervariasi dari 5-
25%. Erosi akan mengangkut sejumlah massa tanah sehingga akan
menurunkan kualitas tanah dan mempengaruhi kualitas air tanah
dengan meningkatkan sedimen terlarut. Erosi dan longsornya tanah
dapat menyebabkan terjadinya dampak lanjutan berupa peningkatan
kekeruhan air di Sungai Mangkusip.
Disamping itu, meskipun status kesuburan tanah lapisan atas termasuk
dalam kategori rendah namun pengupasan tanah atas akan
menyebabkan penurunan tingkat kesuburan yang bisa mencapai 50%
dari tingkat kesuburan semula. Lapisan atas tanah akan digantikan
oleh lapisan bawah tanah (sub soil) yang memiliki tingkat kesuburan
lebih rendah.
2) Upaya Pengelolaan • Tumpukan vegetasi dipisahkan dari tanah lapisan atas. Vegetasi
Dampak dibiarkan membusuk (sebagai humus) tanpa dibakar
• Tanah lapisan atas dan humus dikembalikan ke tempat semula
terutama pada lahan yang akan dijadikan taman.
• Pencegahan erosi dengan membuat terasering.
• Alur sungai dan vegetasinya semaksimal mungkin tetap
dipertahankan seperti keadaan aslinya.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Erosi dan stabilitas lahan yang dimatangkan
• Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan
tanah
• Perubahan alur sungai dan vegetasinya dalam tapak proyek
Tolok Ukur:
• UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
5) Lokasi Pengelolaan • Areal tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-7
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembangunan
prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pembangunan prasarana dan sarana PLTU terhadap Fisiografi:
Pembangunan prasarana dan sarana penunjang secara keseluruhan
yang direncanakan dibangun di atas lahan urugan dikhawatirkan dapat
menyebabkan amblesan. Lahan bekas penggalian/pemotongan yang
kondisi tanah penumpu bangunannya dalam kondisi relatif stabil.
Bertambahnya beban berat yang ditimbulkan oleh bangunan bertingkat
potensial melampaui daya dukung lahan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah dan berlanjut
dengan miring atau rusaknya bangunan. Terganggunya stabilitas lahan
sebagai akibat yang ditimbulkan oleh beban berat di atasnya dapat
menyebabkan terjadinya longsoran (mass sliding), terutama pada
musim hujan yang selanjutnya akan membawa sejumlah massa tanah
ke lingkungan perairan dengan akibat lanjutan terjadinya peningkatan
kekeruhan pada badan air penerima.
2) Upaya Pengelolaan Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan
Dampak di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek:
• Melaksanakan soil test dengan baik dan merancang pondasi yang
benar untuk semua bangunan dan struktur.
• Pembukaan tanah yang membentuk lereng dibuat berjenjang,
lebar jenjang minimal 5 m, dan tinggi jenjang tunggal maksimum
10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan maksimum 45º.
• Mengatur penempatan material galian dengan lebar jenjang 10 m,
tinggi 10 m, dan kemiringan lereng secara keseluruhan 30º untuk
º
penempatan permanen, dan 45 untuk penempatan sementara.
• Pembangunan prasarana dan sarana PLTU semaksimal mungkin
diusahakan berada di luar alur sungai (“guntung”).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya
• Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan
tanah
• Perubahan fisik banguna dan sarana lainnya
Tolok Ukur:
• UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
5) Lokasi Pengelolaan • Areal tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-8
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pembangunan PLTU terhadap Fisiografi
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Konstruksi bangunan PLTU terhadap Fisiografi:
Penting Pembangunan bangunan PLTU yang saat beroperasi menimbulkan
getaran dan bersama beban bangunan akan menambah beban diatas
tanah penumpu bangunan. Pembangunan bangunan penunjang
pembangkit khususnya ash disposal area (area buangan debu) akan
berdampak terjadinya perubahan relief topografi dengan permukaannya
datar.
Dampak-dampak dari kegiatan pembangunan pembangkit adalah
terlampauinya daya dukung yang menyebabkan amblesan secara lokal
dan perubahan topografi.
2) Upaya Pengelolaan Mencegah terjadinya longsoran tebing dan timbunan tanah atau batuan
Dampak di dalam lokasi proyek yang dapat berlanjut ke sekitar lokasi proyek:
• Merancang dengan benar struktur yang berat dan tinggi,
memperhitungkan daya dukung tanah dan beban lain seperti
angin, dan sebagainya.
• Analisis intensif terhadap pembebanan bangunan PLTU terhadap
daya dukung tanah.
• Membentuk lereng yang benar dan perlindungan lereng pada
semua tempat.
• Konstruksi bangunan PLTU semaksimal mungkin di luar alur
sungai (“guntung”).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Stabilitas lahan yang terbebani oleh bangunan dan sarana lainnya
• Keberadaan ekosistem dan alur sungai dalam tapak proyek.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Indikasi atau gejala terjadinya longsoran tebing dan timbunan
tanah
• Perubahan fisik bangunan
Tolok Ukur:
• UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
5) Lokasi Pengelolaan • Areal tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-9
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pembukaan
dan pematangan lahan terhadap Biota Darat
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Pembukaan dan pematangan lahan terhadap Biota Darat:
Penting Berkurang atau hilangnya flora darat (vegetasi) sebagai habitat
berbagai jenis fauna darat, yang berlanjut hilangnya kelompok Aves,
Mammalia, Reptilia, Amphibia.
Flora/vegetasi:
• Jumlah jenis pohon permudaan menurun jumlahnya menjadi
sekitar 0 – 2 jenis
• Jumlah jenis tumbuhan bawah/non pohon berkurang menjadi
sekitar 2 jenis (termasuk jenis tumbuhan bawah yang
dilindungi akan hilang yaitu kantong semar (Nepenthes sp). Indeks
keragaman (H’) vegetasi pohon alamiah yang berkembang di
guntung/ceruk akan berubah nilainya menjadi 0 (rendah)
Fauna:
Aves/burung (sebagai indikator):
Indeks keragaman (H’) akan berubah menjadi 1,01 (rendah) karena
burung yang menempati habitat terbuka dan vegetasi sepanjang alur
sungai akan bermigrasi ke tempat lain
2) Upaya Pengelolaan • Perlu dibuat rencana kegiatan penghijauan di areal proyek dengan
Dampak senantiasa mengadopsi jenis-jenis tanaman lokal.
• Semaksimal mungkin mempertahankan alur sungai seperti
keadaan aslinya, sehingga konservasi terhadap flora alamiah
masih dapat terjaga.
• Membuat koleksi jenis tumbuhan yang dilindungi agar kemudian
hari keberadaannya dapat dipertahankan.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan dampak terhadap keberadaan alur sungai
sebagai habitat asli yang dikonservasi
• Fauna darat: populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia,
Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam
radius .6 – 7 km
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Semakin menurunnya populasi fauna darat, teutama Aves di dalam
dan sekitar PLTU Tanjung.
5) Lokasi Pengelolaan • Di dalam dan sekitar tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-10
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap ekonomi
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Ekonomi:
Pengerahan tenaga kerja akan menciptakan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat. Peluang kesempatan kerja
bagi masyarakat lokal relatif terbatas karena yang dibutuhkan tenaga
kerja dengan kualifikasi tertentu. Jumlah tenaga kerja lokal yang dapat
untuk kegiatan konstruksi diperkirakan kurang dari 40% (156 orang)
dari kebutuhan. Sedangkan pada saat operasi jumlah tenaga yang
dapat diserap dari masyarakat lokal semakin terbatas berkenaan
dengan kualifikasi yang lebih tinggi. Padahal kualifikasi ini tidak banyak
tersedia di sekitar proyek.
Dengan adanya kesempatan berusaha bagi masyarakat, keberadaan
PLTU diprakirakan berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis
usaha baru dan perputaran peredaran mata uang (multiplier effects).
2) Upaya Pengelolaan • Mendorong berkembangnya perekonomian lokal seperti toko, kios,
Dampak warung dengan penyediaan bahan keperluan sehari-hari secara
lengkap, mencukupi, dan berkualitas dengan harga bersaing.
• Mengadakan pembinaan terhadap eks. karyawan yang di PHK
untuk pemanfaatan pesangon sebagai modal usahanya.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Masyarakat lokal yang bekerja pada MSW atau kontraktornya dan
tempat permukimannya.
• Perubahan perekonomian lokal yang diamati dari peningkatan
jumlah usaha ekonomi, fisik bangunan di permukiman sekitar tapak
proyek.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak positif:
• Jumlah tenaga kerja lokal yang terserap oleh MSW dan
kontraktornya
• Jumlah unit usaha di daerah-daerah yang berdekatan dengan
lokasi proyek dan pemukiman tenaga kerja pendatang tumbuh
secara signifikan
• Adanya perubahan tampilan fisik di permukiman sekitar tapak
proyek PLTU Tanjung yang mengindikasikan peningkatan
kesejahteraan masyarakat
5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-11
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sosial Budaya
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Budaya:
tenaga yang berasal dari luar daerah diprakirakan akan berdampak
terhadap kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Dampak yang
mungkin timbul berupa berubah atau bergesernya nilai dan norma
budaya akibat terpengaruh oleh adat dan norma yang bersumber dari
tenaga kerja luar daerah.
Meningkatnya interaksi sosial sehubungan dengan adanya pendatang
yang bekerja sebagai buruh maupun tenaga ahli juga dapat merubah
pola dan struktur pranata sosial yang telah ada. Masuknya pendatang
sebagai tenaga kerja pada MSW untuk proyek PLTU secara sosial
budaya potensial berdampak negatif penting.
2) Upaya Pengelolaan • Membantu memelihara keharmonisan hubungan antar kelompok
Dampak • Membantu melestarikan norma dan nilai budaya yang positif dan
kondusif
• Memberi keteladanan budaya kerja profesional yang jujur dan
bertanggung jawab
• Membantu menumbuhkan kesadaran untuk saling menghargai
perbedaan latar belakang budaya pekerja pendatang dan budaya
lokal
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Perubahan sosial budaya masyarakat lokal
• Penerimaan masyarakat lokal terhadap pendatang dari luar daerah
• Interaksi sosial antara masyarakat lokal dan pendatang dari luar
daerah
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Perubahan norma dan nilai/gaya hidup masyarakat setempat
• Perubahan pola kekerabatan dan nilai agama
5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-12
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan mobilisasi
peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Mobilisasi peralatan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat:
Penting Dampak yang ditimbullkan terhadap persepsi dan sikap masyarakat dapat
berupa dampak turunan dari penurunan kualitas udara dan peningkatan
kebisingan atau berupa dampak langsung terkait dengan keselamatan
lalu-lintas. Berdasarkan prakiraan dampak, kegiatan mobilisasi ini hanya
berdampak penting yang ditimbulkan oleh lalu-lintas kendaraan
pengangkut material yang dapat memicu munculnya dampak negatif bagi
masyarakat pengguna jalan dan masyarakat yang bermukim di sekitar
jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut peralatan berat dan
material yang akan berlanjut terhadap aktifitas proyek secara
keseluruhan. Dampak dapat berlanjut terhadap keamanan dan
ketertiban, serta komponen sosial lainnya.
2) Upaya Pengelolaan • Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam di
Dampak jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa (untuk menghindarkan
kecelakaan lalu lintas dan mengurangi paparan debu).
• Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada
pengangkut.
• Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan
MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas sesuai
peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak pihak
(masyarakat dan perusahaan).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Lalu lintas kendaraan angkutan material proyek PLTU yang
dioperasikan oleh MSW (frekuensi kendaraan, kecepatan kendaraan)
yang melalui jalan desa
• Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya
yang berkenaan dengan kegiatan proyek
• Sikap masyarakat terhadap debu yang ditimbulkan oleh kegiatan lalu
lintas proyek
• Kadar debu, CO, SO2 dan NO2
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes dan tuntutan
terhadap kasus lalu lintas, kerusakan jalan dan infrastruktur lainnya
dalam kegiatan mobilisasi peralatan berat dan material PLTU.
Masyarakat yang terkena dampak mengajukan protes karena debu
akibat lalu lintas kendaraan pengangkutan material dan bahan
bangunan
Tolok Ukur:
• Baku mutu udara ambien untuk kadar debu menurut PP. No. 41
tahun 1999
• UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung
dan Pemantauan • Masyarakat di sekitar permukiman yang merupakan jalur jalan
Lingkungan mobilisasi
6) Periode Pengelolaan • Tahap Konstruksi
dan Pemantauan
Tabel 5-13
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan
material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengadaan material pembangunan terhadap Sikap dan Persepsi
Masyarakat:
Dampak yang ditimbulkan terkait dengan dampak turunan karena
penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan serta terkait
dengan dampak langsung terhadap kenyamanan dan keselamatan
berlalu-lintas. Keluar masuknya kendaraan pengangkut material ke
dan dari lokasi PLTU sebagian akan melintasi daerah permukiman dan
jalan umum. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan berlalu-lintas dan memicu munculnya kekhawatiran akan
keselamatan lalu-lintas. Tindakan kriminal, terutama dari oknum
masyarakat terhadap material yang disimpan dalam lokasi proyek
potensial untuk terjadi (misalnya pencurian, penggelapan) sehingga
merugikan proyek (keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi).
2) Upaya Pengelolaan • Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimum 40 km/jam
Dampak di jalan umum dan 25 km/jam di jalan desa
• Mangatur frekwensi lalu-lintas dengan menghindari konvoi armada
pengangkut.
• Melakukan penyiraman di ruas jalan desa yang dilalui kendaraan
proyek di daerah padat penduduk pada musim kemarau.
• Meningkatkan keamanan di tapak proyek PLTU dan jalur
transportasi material.
• Penyelesaian kasus lalu lintas yang ditimbulkan oleh kepentingan
MSW (atau kontraktornya) sesegera mungkin, secara tuntas
sesuai peraturan, proporsional, dan memuaskan bagi kedua belak
pihak (masyarakat dan perusahaan)
• Penyelesaian kasus kriminal yang ditimbulkan oleh oknum
masyarakat atau oknum perusahaan terhadap material MSW
sesegera mungkin, secara tegas sesuai hukum.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Lalu lintas kendaraan angkutan material PLTU (frekuensi
kendaraan, kecepatan kendaraan) yang melalui jalan desa.
• Penanganan dan penyelesaian kasus lalu lintas dan kasus lainnya
yang berkenaan dengan kegiatan proyek
• Penanganan dan penyelesaian kasus kriminal yang berkenaan
dengan kegiatan proyek
• Sikap masyarakat terhadap paparan debu yang ditimbulkan okeh
kegiatan lalu lintas proyek
• Kadar debu, CO, SO2 dan NO2
• Tingkat kebisingan
(dilanjutkan)
Tabel 5-14
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengerahan
dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja terhadap Sikap dan
Penting Persepsi Masyarakat:
Dampak kegiatan berasal dari munculnya kecemburuan sosial
berkaitan dengan peluang dan kesempatan bekerja pada kegiatan
proyek. Padahal animo masyarakat lokal sekitar tapak proyek cukup
besar untuk dapat bekerja di PLTU. Sementara itu tingkat pendidikan
yang dimiliki oleh tenaga kerja yang ada tergolong rendah.
Berdasarkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, maka sebagian
besar masyarakat di sekitar tapak proyek hanya dapat berperan
sebagai pekerja menengah bawah.
Jumlah masyarakat yang terkena dampak cukup banyak meliputi warga
di sekitar wilayah desa Mabuun dan Desa Maburai. Kedua desa
tersebut merupakan daerah yang secara langsung terkena dampak dari
kegiatan proyek.
2) Upaya Pengelolaan • Mengadakan penerimaan tenaga kerja lokal dan pengurangan
Dampak tenaga kerja secara bijaksana dengan mempertimbangkan kondisi
masyarakat lokal dan perusahaan berdasarkan hasil analisa
kualifikasi yang tersedia.
• Keterbukaan pihak PLTU tentang pola rekruitmen dan
pengurangan tenaga kerja untuk menciptakan persepsi
masyarakat lokal secara positif terhadap kebijaksanaan ketenaga
kerjaan yang diambil oleh pihak PLTU dan Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Tabalong.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Masyarakat lokal yang terserap dalam proyek pada Tahap
Konstruksi
• Adanya keluhan hingga unjuk rasa yang memprotes kebijaksanaan
penerimaan tenaga kerja dan pengurangan, termasuk yang
dilakukan oleh kontraktor MSW
• Gejolak yang timbul dari tenaga kerja lokal yang diputuskan
hubungan kerjanya oleh MSW
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak positif:
• Adanya tanggapan yang baik, pemahaman, dan penerimaan
terhadap kebijakan proyek terhadap rekriutmen tenaga kerja lokal
untuk bekerja pada MSW atau kontaktornya dalam Tahap
Konstruksi
Terhadap dampak negatif:
• Penerimaan dan pengurangan tenaga kerja pada MSW dan
kontraktornya (dalam Tahap Konstruksi) menimbulkan keresahan,
protes, atau gejolak pada karyawan atau pekerja terutama yang
berasal dari masyarakat lokal.
5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa
dan Pemantauan Mabuun dan Desa Maburai).
Lingkungan
Tabel 5-15
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengadaan material
bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Konstruksi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengadaan material bangunan terhadap Kesehatan Masyarakat:
Perubahan terhadap kualitas udara berupa peningkatan kadar debu,
yang terpapar pada masyarakat sekitar maupun terhadap para pekerja
proyek. Dalam rona awal lingkungan penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat adalah flu yang juga dapat digolongkan dengan penyakit
ISPA. Pengotoran udara oleh debu dapat memicu frekuensi serangan
ISPA bagi penduduk atau bahkan memperpanjang lama sakit.
2) Upaya Pengelolaan • Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui
Dampak bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan
MSW dan kontraktor serta masyarakat sekitar lokasi proyek
• Melaksanakan pengelolaan terhadap kualllitas udara seperti yang
diuraikan pada Tabel 5-4 dan Tabel 5-12.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Keluhan karyawan dan masyarakat berkenaan dengan kesehatan
yang diduga bersumber dari debu dan kualitas udara sebagai
dampak kegiatan proyek.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Pola penyebaran penyakit yang berkaitan dengan peningkatan
kadar debu ambien
• Angka kesakitan yang terrekam di Puskesmas, Pustu
5) Lokasi Pengelolaan • Masyarakat di sekitar tapak proyek PLTU Tanjung (terutama Desa
dan Pemantauan Mabuun dan Desa Maburai).
Lingkungan
Tabel 5-16
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU
terhadap Kualitas Udara
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Udara:
Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan
menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong. Emisi tersebut
diprakirakan; SOx sebagai SO2 = 41.616.000 μg/detik, NOx sebagai
NO2 = 17.800.000 μg/detik, CO2 = 3.611.000.000 μg/detik dan fly ash =
4.190.000 μg/detik. Walaupun emisi tersebut dilepaskan pada
cerobong dengan ketinggian yang cukup memadai (120 meter), tetapi
kemungkinan polutan tersebut untuk menambah polutan di udara
ambien masin dimungkinkan oleh tiupan angin.
Perubahan kualitas udara pada tahap ini juga dapat disebabkan oleh
adanya kegiatan suplai dan pemindahan batubara dan oleh abu dari
penampungan debu (ash dyke). Dari kegiatan ini polutan debu
3
kadarnya dapat mencapai > 1000 μg/m .
2) Upaya Pengelolaan • Stabilisasi dan perawatan permukaan lapangan penumpukan
Dampak batubara
• Berkelanjutan memonitor emisi cerobong dengan CEMS
(Continuos Emmision Monitoring System).
• Menyediakan Dust Filter pada crushing plant.
• Menjaga agar ash disposal selalu basah untuk mencegah
terbentuknya fly ash ke udara.
• Melakukan penyiraman di lokasi/areal stockpile/stockyard untuk
mengurangi potensi pencemaran debu, terutama pada musim
kemarau dan hari-hari dimana tidak ada hujan
• Melakukan penyiraman pada “crushing plant” dan conveyor
menuju “coal feeder” dengan water sprayer untuk mengurangi
disversi debu.
• Perawatan mesin PLTU secara teratur dan tepat waktu agar
diperoleh kinerja alat yang maksimal dan kinerja sistem
pembakaran yang sempurna.
• Pemeliharaan Bag House Filter secara periodik, sesuai dengan
petunjuk penggunaannya.
• Tanggapan dan penyelesaian secara secara cepat mengenai
keluhan masyarakat terhadap kualitas udara sebagai dampak
kegiatan PLTU
• Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak
mudah patah sebagai zona penyangga (buffer zone) di sekeliling
lokasi PLTU yang berfungsi untuk menyerap gas dan debu
• Penghijauan dalam areal PLTU, terutama yang diperuntukan
taman.
• Membuang sisa pembakaran (bottom ash) pada tempat
pembuangan khusus yang tertutup air.
• Penggunaan masker bagi pekerja di stockpile dan crusher.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kualitas udara yang
sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi
yang digunakan
• Kualitas Udara yang meliputi parameter: debu PM 10 (SPM), CO,
NO2 dan SO2
(dilanjutkan)
Tabel 5-17
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan PLTU
terhadap Kebisingan
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengoperasian PLTU terhadap Kebisingan:
Beroperasinya PLTU tentu menghasilkan bunyi/kebisingan yang relatif
tinggi. Khusus untuk bising di dalam ruang turbin dapat mencapai 80 -
85 dBA dan bising ini merupakan paparan bagi tenaga kerja dan
berpotensi juga untuk menyebar ke pemukiman terdekat. Kebisingan
juga terjadi saat start up PLTU dan pengoperasian boiler safety valve,
dan dapat mencapai lebih 100 dBA. Tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Rona kebisingan yang terukur di rencana lokasi adalah 36,45 dBA
(KU-1, Lampiran Teks 3-1) dan demikian analogi untuk pemukiman
terdekat dengan rencana lokasi proyek dimana kebisingan tersebut
masih di bawah baku mutu maksimum (55 dBA) untuk baku tingkat
kebisingan bagi kawasan pemukiman dan 85 dBA bagi kawasan kerja.
2) Upaya Pengelolaan • Penggunaan alat pelindung diri berupa sumbat atau tutup telinga
Dampak bagi pekerja operator ataupun tenaga kerja lainnya yang
memasuki ruang power house, serta operator alat berat.
• Memasang peredam suara untuk fan dan safety valve untuk
mengurangi kebisingan.
• Pengaturan jadwal atau shift kerja dalam rangka mengurangi
jumlah jam paparan kebisingan khusus bagi operator.
• Melengkapi ruang kerja operator dengan kipas angin/fan.
• Penanaman vegetasi jenis pohon yang tinggi, berdaun lebat, tidak
mudah patah sebagai zona penyangga (buffer zone) di sekeliling
lokasi PLTU yang berfungsi untuk minimasi kebisingan
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan dampak terhadap kebisingan yang
sekaligus akan digunakan untuk mengevaluasi kelayakan teknologi
yang digunakan
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Adanya keluhan masyarakat di sekitar lokasi proyek mengenai
kebisingan yang ditimbulkan oleh pengoperasian PLTU
Tolok Ukur:
• Kepmenaker nomor 51/1999, tentang NAB Faktor Fisika di Tempat
Kerja
5) Lokasi Pengelolaan • Permukiman di sekitar tapak proyek (terutama Desa Maburai dan
dan Pemantauan Desa Mabuun)
Lingkungan • Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung
Permata Nusa
6) Periode Pengelolaan • Setiap 3 (tiga) bulan
dan Pemantauan • Kasuistis
Lingkungan
Tabel 5-18
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak Pengoperasian PLTU terhadap Hidrologi:
Penting Air untuk PLTU diambil dari sungai Tabalong, sehingga dapat
mempengaruhi keseimbangan air sungai Tabalong, karena keberadaan
air sungai juga dibutuhkan oleh pihak lainnya di bagian hilir water intake
PLTU Tanjung.
Berdasarkan analisis probabilitas frekwensi debit sungai Tabalong
3
terdapat debit minimum Qmin < 1 m /dt dengan peluang kejadian 4 %
dan jika dibandingkan keperluan lain (Qout), maka memberikan indikasi
bahwa sungai Tabalong berpeluang terjadi kekeringan. Keadaan ini
akan dapat mengganggu masyarakat pengguna air sungai di bagian
hilirnya.
2) Upaya Pengelolaan • Mengendalikan, membatasi volume dan waktu pengambilan air di
Dampak Sungai Tabalong dengan memperhatikan ketersediaan dan
kecukupan air untuk pemanfaatan lainnya.
• Menyediaan alternatif sumber air lain antara lain underground
water atau air water treatment tambang batubara PT. Adaro di
Wara sebagai cadangan untuk menutupi kekurangan air pada
bulan-bulan kering
• Memanfaatkan kawasan PLTU untuk preservasi air tanah dengan
membuat: sumur-sumur resapan bagi air hujan dari bangunan,
saluran air yang menuju kolam-kolam penampung air hujan
(runoff).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Aspek Hidrologi yang meliputi: kondisi dan kuantitas air Sungai
Tabalong di bagian hilir (water intake PLTU)
• Keluhan masyarakat pengguna air di bagian hilir (water intake
PLTU)
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Masyarakat pengguna air di bagian hilir mengalami kekurangan air
dalam musim kemarau.
Tolok Ukur:
• UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air
• Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
• Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
5) Lokasi Pengelolaan • Areal PLTU Tanjung
dan Pemantauan • Water intake PLTU Tanjung
Lingkungan • Masyarakat pengguna di bagian hilir water intake PLTU Tanjung
6) Periode Pengelolaan • Satu kali dalam musim hujan
dan Pemantauan • Dua kali dalam musim kemarau (pertengahan dan puncak musim)
Lingkungan • Kasuistis
Tabel 5-19
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengoperasian PLTU terhadap Kualitas Air:
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pengoperasian PLTU terhadap
kualitas air bersumber dari buangan limbah padat dan limbah cair yang
dilakukan selama proses kegiatan pembangkitan tenaga listrik. Limbah
domestik dianggap tidak terbuang ke lingkungan, sehingga tidak
menghasilkan dampak. Sedangkan limbah non domestik berasal dari
air larian lapangan penumpukan batubara dan dari unit water treatment.
Jika limbah cair yang dibuang ke lingkungan sekitar tersebut tanpa
proses pengolahan terlebih dahulu diperkirakan akan dapat
menyebabkan penurunan kualitas air yang akan berdampak lanjut
terhadap biota akuatik pada badan air penerima limbah cair tersebut.
Berdasarkan karakteristik limbah cair yang dihasilkan, baik oleh
kegiatan domestik maupun pada proses pembangkitan tenaga listrik
diperkirakan terdapat sejumlah parameter kualitas air yang secara
langsung atau tidak langsung akan mengalami perubahan ke kondisi
yang lebih jelek, yaitu: warna, suhu, pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe,
Cl2, H2S, BOD, COD, minyak dan lemak.
2) Upaya Pengelolaan • Pengoperasian unit pengolahan air limbah (wastewater treatment)
Dampak dan coal yard pond seoptimal mungkin untuk memperoleh
keluaran hasil olahan air limbah sesuai kriteria yang dipersyaratkan
• Mengelola limbah B3, oli bekas, dumping area di seluruh unit
kegiatan PLTU sesuai peraturan yang berlaku.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan limbah cair agar tidak mencemari perairan
dan sekaligus sebagai dasar untuk mengevaluasi teknologi
pengelolaan limbah cair yang diaplikasikan
• Volume dan kualitas air limbah di dalam dan outlet wastewater
treatment serta perairan penerima untuk parameter: warna, suhu,
pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Mn, H2S, BOD, COD, minyak
dan lemak.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Hanya sebagian parameter kualitas air dari water treatment yang
dikeluarkan ke perairan penerima yang memenuhi BMA.
• Adanya keluhan masyarakat pengguna air terhadap air sungai
yang menerima treated water dari PLTU
Tolok Ukur:
• Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
• Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran
• Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28
tahun 1994 untuk kualitas air permukaan
• Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58
tahun 1994 untuk kualitas air limbah.
(dilanjutkan)
6) Periode Pengelolaan • Setiap 6 (enam) bulan, pada musim hujan dan musim kemarau
dan Pemantauan • Kasuistis
Lingkungan
Tabel 5-20
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pemeliharaan PLTU terhadap Kualitas Air:
Kegiatan pemeliharaan PLTU dilakukan secara berkala setiap tahun
untuk meningkatkan efektifitas keandalan mesin pembangkit tenaga
listrik. Pemeliharaan dan pengecekan sistem kerja peralatan dilakukan
terhadap: boiler dan bag house (akan menghasilkan logam teroksidasi),
peralatan balance of plant (akan menghasilkan logam dan ceceran oli),
kolam penampung lindi, batubara dan oil water separator (akan
menghasilkan padatan tersuspensi, logam dan ceceran oli). Hasil
pemeliharaan peralatan ini apabila tidak terkelola dengan baik potensial
untuk masuk ke dalam aliran air ke sungai sehingga meningkatkan
kadar COD, padatan tersuspensi, minyak, dan logam berat di perairan
umum.
2) Upaya Pengelolaan • Pengoperasian unit pengolahan air limbah (wastewater treatment)
Dampak seoptimal mungkin untuk memperoleh keluaran hasil olahan air
limbah sesuai kriteria yang dipersyaratkan
• Mengelola limbah B3, oli bekas, dumping area di seluruh unit
kegiatan PLTU Tanjung sesuai peraturan yang berlaku
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan limbah cair agar tidak mencemari perairan
dan sekaligus sebagai dasar untuk mengevaluasi teknologi
pengelolaan limbah cair yang diaplikasikan
• Volume dan kualitas air limbah di dalam dan outlet wastewater
treatment serta perairan penerima untuk parameter: warna, suhu,
pH, TSS, turbidity, DO, NH3-N, Fe, Mn, H2S, BOD, COD, minyak
dan lemak.
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Sebagian parameter kualitas air dari water treatment yang
dikeluarkan ke perairan penerima masih melebihi BMA yang
dipersyaratkan
• Adanya keluhan masyarakat pengguna air terhadap air sungai
yang menerima treated water dari PLTU yang terjadi dalam waktu
tertentu (shock loading)
Tolok Ukur:
• Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
• Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran
• Baku mutu air Golongan B menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 28
tahun 1994 untuk kualitas air permukaan
• Baku mutu air Golongan I menurut SK. Gub. Prov. Kal.Sel. No. 58
tahun 1994 untuk kualitas air limbah
5) Lokasi Pengelolaan • Water treatment PLTU Tanjung
dan Pemantauan • Air sungai penerima treated water (Sungai Mangkusip)
6) Periode Pengelolaan • Satu kali per tahun (sesuai waktu pemeliharaan)
dan Pemantauan • Kasuistis
Tabel 5-21
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak Pengoperasian PLTU terhadap Biota Darat:
Penting Pengoperasian PLTU dengan penggunaan bahan bakar batubara akan
menghasilkan fly ash yang diperkirakan akan meningkatkan kadar
partikulat di udara. Berdasarkan hasil prediksi akan terjadi peningkatan
kadar debu (fly ash) melebihi baku mutu ambien yang dipersyaratkan
hingga 6 – 7 km dari lokasi proyek. Peningkatan kadar debu terbang
(fly ash) tersebut diperkirakan dapat mengganggu/ menurunkan
produktifitas usaha perkebunan (kelapa sawit dan karet) yang terdapat
di sekitar lokasi proyek. Dampak juga mengenai populasi fauna darat
(terutama Aves) yang berkurang atau menghilang dari kawasan PLTU
dan wilayah terkena dampak debu.
Flora/vegetasi: Deskriptif dan sifatnya temporal terutama di musim
kemarau, dedaunan vegetasi akan terganggu/tertutup debu bila debu
batu bara sisa pembakaran dan abu tidak terkelola dengan baik
Fauna: Aves (sebagai indikator): Indeks keragaman (H’) akan berubah
dari sebesar 2,10 (keragaman sedang) akan berubah menjadi 0,875
(rendah) karena hanya burung-burung tertentu yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru dengan beroperasionalnya PLTU
Secara umum, kesehatan vegetasi di dalam dan sekitar tapak proyek
akan terganggu dan mengurangi keragaman fauna
2) Upaya Pengelolaan • Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas
Dampak udara seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16 dan secara intensif
melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).
• Memasang cerobong dengan tinggi 120 m untuk membatasi
penyebaran abu.
• Memasang bag filter untuk membasahi partikulat dari cerobong
2
sampai < 50 mg/m .
• Penghijauan di areal PLTU.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan dampak terhadap penurunan kualitas dan
kuantitas hasil perkebunan karet dan kelapa sawit yang berada
dalam radius 6 - 7km dari sumber dampak
• Fauna darat: populasi, keanekaragaman (Aves, Mammalia,
Reptilia, Amphibia) yang terdapat di sekitar lokasi proyek dalam
radius .6 - 7 km
• Kemajuan kegiatan penghijaun
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negat0if:
• Adanya keluhan masyarakat di sekitar PLTU terhadap
produktivitas perkebunannya
• Semakin menurunnya populasi fauna darat, terutama Aves di
sekitar dan didalam PLTU Tanjung.
5) Lokasi Pengelolaan • Wilayah hingga jarak 6 - 7 km di sekitar tapak proyek (PLTU)
dan Pemantauan • Emplasemen perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Cakung
Lingkungan Permata Nusa di sekitar tapak proyek (PLTU Tanjung)
• Perkebunan rakyat di sekitar tapak proyek (PLTU Tanjung)
6) Periode Pengelolaan • Setiap 3 (tiga) bulan
dan Pemantauan • Kasuistis
Lingkungan
Tabel 5-22
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak Pengoperasian PLTU terhadap Biota Akuatik
Penting Limbah padat yang potensial berdampak terhadap biota akuatik
bersumber dari endapan lumpur (sludge) yang terkumpul di dasar
kolam pengendapan air larian permukaan lapangan penumpukan
batubara dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya.
Sedangkan limbah cair kegiatan operasi PLTU bersumber dari limbah
domestik, air larian permukaan, limbah cair proses proses operasi, sisa
atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak).
Pembuangan limbah padat dan limbah cair ke badan air penerima
meskipun telah melalui pengolahan akan berdampak langsung pada
penurunan kepadatan dan kelimpahan serta perubahan komposisi jenis
biota akuatik. Dampak tidak langsung dari pembuangan limbah
terhadap biota air dapat melalui penurunan kualitas air sebagai media
hidup biota akuatik.
2) Upaya Pengelolaan Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara
Dampak seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara
intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektifitas program pengelolaan dalam mengeliminir dampak
lanjutan dari kualitas air permukaan terhadap ekosistem perairan
• Biota Air yang mencakup aspek Indeks Keanekaragaman, struktur
komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, nekton)
4) Tolok ukur dampak Terhadap dmpak negatif:
Perubahanan indeks keanekaragaman, struktur komunitas dan
kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan) dibandingkan dengan
kondisi rona awal
5) Lokasi Pengelolaan • Perairan penerima treated wastewater (bagian hulu dan tengah
dan Pemantauan Sungai Mangkusip)
Lingkungan
6) Periode Pengelolaan • Setiap 6 (enam) bulan pada musim hujan dan musim kemarau
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-23
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pemeliharaan PLTU terhadap Biota Akuatik
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pemeliharaan PLTU terhadap Biologi Akuatik:
Kegiatan akan menghasilkan limbah dengan berbagai karakteristik
(sebagai shock loading) diperkirakan potensial berdampak terhadap
biota air bersumber dari :
• pembersihan boiler dari kerak dengan limbah berupa logam
teroksidasi
• perbaikan dan pembersihan peralatan balance of plant dari limbah
berupa logam dan ceceran oli.
• pengerukan dan pemindahan endapan yang ditampung kolam
penampung lindi abu, batubara, dan oil separator akan
menghasilkan limbah berupa partikel tersuspensi dan terlarut,
minyak mineral, dan logam terlarut.
Pembuangan limbah tersebut ke badan air penerima akan berdampak
langsung terhadap biota air dan berdampak tidak langsung melalui
penurunan kualitas air yang menjadi media hidup biota air.
2) Upaya Pengelolaan Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas udara
Dampak seperti yang diuraikan pada Tabel 5-19 dan Tabel 5-20 dan secara
intensif melaksanakan upaya-upaya perbaikan secara berkelanjutan
(continual improvement).
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektifitas program pengelolaan dalam mengeliminir dampak
lanjutan dari kualitas air permukaan terhadap ekosistem perairan
• Biota Air yang mencakup aspek Indeks Keanekaragaman, struktur
komunitas dan kelimpahan biota air (plankton, benthos, nekton)
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
Perubahanan indeks keanekaragaman, struktur komunitas dan
kelimpahan biota air (plankton, benthos, ikan) dibandingkan dengan
kondisi rona awal
5) Lokasi Pengelolaan • Perairan penerima treated wastewater (bagian hulu dan tengah
dan Pemantauan Sungai Mangkusip)
Lingkungan
6) Periode Pengelolaan • Satu kali pada waktu kegiatan pemeliharaan tahunan PLTU
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-24
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Ekonomi:
Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU akan menghasilkan limbah
padat (fly ash) yang dapat menurunkan produktifitas usaha perkebunan
karet dan kelapa sawit yang terdapat di sekitar lokasi proyek.
Keberadaan PLTU Tanjung dapat meningkatkan aktivitas ekonomi di
Desa Mabuun dan Desa Maburai, yang ditimbulkan oleh perubahan
kepadatan penduduk dan permukimannya di kedua desa itu.
Adanya kesempatan berusaha, keberadaan PLTU diprakirakan
berdampak cukup besar dalam menumbuhkan jenis usaha baru.
(multiplier effects).
2) Upaya Pengelolaan • Mendukung program pemerintah dalam meningkatkan
Dampak perekonomian lokal yang diselaraskan dengan kemampuan PLTU
melalui program Community Development, termasuk pemanfaatan
abu batubara.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektifitas pelaksanaan program community program terhadap
perekonomian lokal
• Perkembangan perekonomian lokal di sekitar PLTU yang diamati
dari jenis usaha masyarakat, pendapatan, kesejahteraan
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak positif:
• Program community development secara signifikan selaras
program pemerintah dan mampu meningkatkan perekonomian
lokal
• Adanya perubahan positif ekonomi lokal dibandingkan dengan
rona awal
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-25
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pengoperasian dan
pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak
Penting Pengoperasian dan pemeliharaan PLTU terhadap Sikap dan Persepsi
Masyarakat:
Dampak kegiatan pengoperasian PLTU terhadap persepsi dan sikap
masyarakat bersumber dari: (1) peningkatan kadar debu terbang (fly
ash), (2) penurunan kualitas air hingga melampaui baku mutu yang
dipersyaratkan, dan (3) pemakaian air Sungai Tabalong oleh PLTU
Tanjung dalam musim kemarau. Berdasarkan hasil prediksi dampak
terhadap komponen udara diperkirakan sebaran debu yang melebihi
kadar yang diperbolehkan dapat mencapai radius 6 – 7 km dari lokasi
proyek. Di samping itu, pengoperasian pembangkit juga akan
menghasilkan bahan buangan (limbah) cair yang jika tidak sempurna
proses pengolahannya akan dapat mencemari badan air penerima.
2) Upaya Pengelolaan • Memastikan bahwa pengelolaan dampak terhadap kualitas udara
Dampak dan kualitas air permukaan seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16
Tabel 5-19, dan Tabel 5-20 dilakukan dengan benar.
• Melaksanakan program pengembangan kemasyarakatan yang
bermanfaat bagi kedua belah pihak
• Mensosialisasikan kontribusi sosial ekonomi PLTU (melalui
pembayaran pajak, royalti dan kewajiban lainnya) terhadap
pembangunan daerah.
• Melaksanakan upaya-upaya pengelolaan dampak lingkungan
hidup fisik, kimia, biologi dan aspek sosial lainnya yang dinilai
negatif dan memaksimalkan peningkatan dampak kegiatan yang
positif
• Pengaturan pengambilan air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam
musim kemarau
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektivitas pengelolaan dampak debu dan kualitas air yang berasal
dari lokasi tapak proyek.
• Pemanfaatan air Sungai Tabalong oleh PLTU dalam musim
kemarau dan pengaruhnya terhadap pemakai air sungai di bagian
hilir water intake PLTU Tanjung
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Jumlah keluhan terkait dengan peningkatan kadar debu dan
penurunan kualitas air permukaan dan kuantitas air Sungai
Tabalong.
• Intensitas unjuk rasa atau aksi protes yang dilakukan penduduk
setempat sebagai cara mengekspresikan persepsi dan sikap
negatif terhadap kegiatan PLTU.
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
dan Pemantauan Tanjung
Lingkungan • Pemakai air di bagian hilir water intake PLTU Tanjung
6) Periode Pengelolaan • Setiap 6 (enam) bulan dalam musim hujan dan musim kemarau
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-26
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan
pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat
Tahap Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
pemantauan
dampak
1) Sumber Dampak Pengoperasian PLTU terhadap Kesehatan Masyarakat:
Penting Terjadinya peningkatan beberapa polutan udara di udara ambien
sekitar proyek dengan radius 6 - 7 km, terutama terhadap sebaran
debu/abu yang merupakan polutan terbanyak yang keluar dari
cerobong pembangkit. Peningkatan kadar debu di udara ambien ini
merupakan paparan bagi masyarakat sekitar PLTU dan ini dapat
menjadi pemicu terjadinya kasus penyakit yang berhubungan dengan
pernafasan. Pengotoran udara oleh debu adalah salah satu faktor
pemicu seringnya atau frekuensi serangan ISPA bagi penduduk atau
bahkan memperpanjang lama sakit (biasanya ISPA ringan dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan selama 14 hari.
Penyakit ini dapat membentuk pola kejadian penyakit dalam
masyarakat yang ditentukan oleh sanitasi lingkungan
2) Upaya Pengelolaan • Melaksanakan kegiatan pengelolaan dampak terhadap kualitas
Dampak udara dan kualitas air seperti yang diuraikan pada Tabel 5-16,
Tabel 5-19, dan Tabel 5-20 dengan sungguh-sungguh
• Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui
bantuan fasilitas dan bantuan pelayanan kesehatan bagi karyawan
PLTU, kontraktor dan masyarakat sekitar lokasi PLTU.
• Mengendalikan peningkatan jumlah angka kesakitan melalui
pembatasan penyebaran debu serta mengeleminir penyebaran
limbah cair
• Memelihara tingkat kesehatan masyarakat baik di lingkungan kerja
dan pemukiman karyawan dan masyarakat di sekitar PLTU.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Efektifitas dan hasil pengelolaan lingkungan hidup dalam
memelihara tingkat kesehatan masyarakat baik di lingkungan kerja
dan pemukiman karyawan dan masyarakat di sekitar PLTU.
• Pola penyebaran penyakit dan keterkaitannya dengan kadar debu
ambient dan sanitasi lingkungan
4) Tolok ukur dampak Terhadap dampak negatif:
• Adanya penyebaran penyakit yang terkait dengan peningkatan
kadar debu ambient, penurunan kualitas air dan kondisi sanitasi
lingkungan
• Angka kesakitan
5) Lokasi Pengelolaan • Desa Mabuun dan Desa Maburai serta desa lain di sekitar PLTU
dan Pemantauan Tanjung
Lingkungan • Pemakai air di bagian hilir water treatment PLTU Tanjung
6) Periode Pengelolaan • Setiap 6 (enam) bulan dalam musim hujan dan musim kemarau
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-27
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan
eks PLTU terhadap fisik, kimia, dan biologi
Tahap Pasca Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak Pemanfaatan eks PLTU terhadap Fisik, Kimia, dan Biologi:
Penting Setelah berakhirnya pengoperasian PLTU maka akan terjadi proses
pemulihan lingkungan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan sekitar tapak
proyek. Proses dan intensitas pemulihan tergantung kepada jenis
pemanfaatan prasarana dan sarana eks PLTU. Diprakirakan lingkungan
aspek lingkungan fisik, kimia, dan biologi, menjadi semakin baik apabila
eks PLTU dimanfaatkan untuk kegiatan non industri yang tidak atau
kurang menghasilkan polutan ke udara, air, dan tanah. Dampak
lanjutannya akan mengenai aspek biologi yang semakin baik.
Dampak dikategorikan positif dan penting (+P).
2) Upaya Pengelolaan • Pemeliharaan lingkungan eks PLTU selama lahan, bangunan, dan
Dampak mesin belum atau tidak dimanfaatkan untuk mencegah dan
meminimasi dampak negatif yang mungkin timbul
• Memanfaatkan prasarana dan sarana PLTU untuk kegiatan non
industri atau kegiatan yang relatif sedikit menghasilkan polutan
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Perubahan parameter fisik, kimia, dan biologi sebelum eks PLTU
dimanfaatkan oleh kegiatan lain.
• Perubahan parameter fisik, kimia, dan biologi sesudah eks PLTU
dimanfaatkan oleh kegiatan lain mengacu kepada amdal atau UKL-
UPL kegiatan tersebut.
4) Tolok ukur dampak • Lahan, bangunan, dan mesin eks PLTU tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan fisik, kimia, dan biologi selama belum
dimanfaatkann oleh kegiatan lain.
5) Lokasi Pengelolaan • Lahan, bangunan, mesin eks PLTU Tanjung-Tabalong
dan Pemantauan
Lingkungan
Tabel 5-28
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada dampak kegiatan pemanfaatan
eks PLTU terhadap sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat
Tahap Pasca Operasi
No. Pengelolaan dan Uraian
Pemantauan
Dampak
1) Sumber Dampak
Pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat:
Penting
Pada awal tahap Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan
pekerjaan akan mengalami guncangan (shock) sementara. Pesangon
yang diperoleh dari perusahaan ini merupakan modal utama untuk
membuka usaha di permukiman sekitar lokasi eks PLTU maupun di
tempat lainnya. Eks karyawan dapat pula dipekerjakan pada kegiatan
yang memanfaatkan eks PLTU. Keadaan itu secara umum tidak
berdampak terhadap perekonomian masyarakat. Akan tetapi bagi
Pemerintah Kabupaten Tabalong akan kehilangan sumber PAD.
Meskipun demikian, pemanfaatan eks PLTU dapat menggantikan sumber
PAD.
Dampak lanjutan dari perbaikan fisik, kimia, dan biologi di dalam dan
sekitar tapak proyek, memberikan dampak perbaikan terhadap kehidupan
sosial dan kesehatan masyarakat.
Kehidupan sosial masyarakat di tapak proyek dan sekitar proyek menjadi
lebih baik dengan memanfaatkan bangunan-bangunan, fasilitas-fasilitas
sosial ekonomi dan lahan-lahan yang ada untuk peningkatan kehidupan
sosialnya.
Kesehatan masyarakat di tapak proyek dan wilayah sekitarnya menjadi
lebih baik dengan tidak adanya lagi limbah yang dihasilkan dari PLTU.
Fasilitas lingkungan yang telah ada dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,
seperti pemanfaatan fasilitas air bersih.
Dampak dikategorikan positif dan penting.
2) Upaya Pengelolaan • Pemeliharaan lingkungan eks PLTU selama lahan, bangunan, dan
Dampak mesin yang belum atau tidak dimanfaatkan untuk mencegah dan
meminimasi dampak negatif terhadap aspek sosial yang mungkin
timbul, antara lain:
• Pemeliharaan taman, kolam water treatment, jalan, drainase
• Penempatan tenaga keamanan dan pengawasan
• Mengoptimalkan dampak positif terhadap aspek sosial dan
kesehatan masyarakat dengan memanfaatkan keberadaan eks
PLTU, antara lain:
• Sebagai sarana wisata bagi masyarakat sekitarnya pada
taman dan lingkungannya.
• Sebagai sarana kegiatan masyarakat dengan memanfaatkan
bangunan yang ada selama belum dialih fungsikan untuk
kegiatan lainnya.
• Memanfaatkan prasarana dan sarana PLTU untuk kegiatan non
industri atau kegiatan yang relatif sedikit menghasilkan polutan.
• Pemanfaatan eks PLTU dilakukan dalam waktu singkat, terutama
untuk kegiatan ekonomi sebagai sumber PAD dan sumber
pendapatan masyarakat.
3) Upaya Pemantauan Pemantauan dampak dilakukan terhadap:
Dampak • Kondisi lingkungan lahan, bangunan, mesin serta fasilitas lainnya
tetap seperti ketika PLTU masih aktif
• Kegiatan masyarakat di dalam lingkungan eks PLTU
4) Tolok ukur dampak • Tidak terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan eks PLTU
• Lingkungan eks PLTU tidak dimanfaatkan secara negatif oleh
masyarakat sekitarnya
(dilanjutkan)
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1981. Standard methods for the examination of water and wastewater. 14th
ed., APHA Inc. Washington.
Davis, C.D. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan State Univ.,
Michigan.
Kottelat, M., A.J. Whitten, Sri Nurani, Kartikasari, Soetikno, dan Wirjoatmodjo.
1993. Ikan air tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Editions
(HK) Ltd & EMDI Project. Jakarta.
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Princeton Univ.
Press, Princeton.
Mueller, D., Dumbois dan Ellenberg H., (1974). Aims and Methods of Vegetation
Ecology. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Pancho, J.V. and M. Soerjani. 1978. Aquatic weeds of Southeast Asia. A systematic
account of common Southeast Asia aquatic weeds. Nat. Publ. Coop. Incorp.
Quezon City, Philippines.
Halaman
(REF-1)
PT MAKMUR SEJAHTERA WISESA
UKL-UPL PLTU TANJUNG-TABALONG
ReppRott. 1987. Review of phase I results East and South Kalimantan 2 vols.
Regional physical planing programme for transmigration. Direktorat Bina
Program Indonesia. Jakarta.
Soil Survey Staff. 1994. Keys to Soil Taxonomy. SMSS Technical Monograph
No.19.
Soewarno. 1995. Hidrologi 1 dan 2. Aplikasi staristik untuk analisa data. Penerbit
Nova. Jakarta.
Wichmeier, W.H. and Smith, D.D. 1978. Predicting rainfall erosion losses: a guide to
conservation planing. USDA. Agriculture Handbook No. 537.
Halaman
(REF-2)