Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai sumber protein hewani yang kandungan gizinya lengkap. Adapun komposisi kimia daging secara umum yaitu : air 75 % (68 – 80 %) ; protein 19 % (16 – 22 %) ; substansi non protein yang larut 3,5 % dan lemak 2,5 % (Forrest dkk., 1975). Pelunakan daging secara fisika melalui pemasakan, merupakan proses perubahan struktur serat protein dari yang rigid menjadi amorf. Pengempukan daging terkadang disertai dengan melarutnya sebagian protein artinya keempukan daging dapat dilihat dari dua parameter, yakni berdasarkan uji fisik atas serat daging dan atau berdasarkan uji biokimia protein terlarut (Silaban, 2009). Pelunakan daging secara kimia dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara enzimatis dan non enzimatis. Secara enzimatis menggunakan enzim protease sedangkan non enzimatis menggunakan asam. Pelunakan daging secara enzimatis hingga saat ini belum banyak dilakukan. Belum banyak penelitian yang mengkaji hal ini, karena keterbatasan sumber enzim dan juga keterbatasan referensi atas nilai gizi makanan yang diolah dengan enzim. Menurut perkiraan, perlakuan enzimatis terhadap daging sebelum dimasak dapat menghemat energi, karena enzim protease terlebih dahulu akan mengubah struktur serat protein yang sukar larut, sehingga daging yang telah direndam dengan ekstrak enzim protease tidak perlu dimasak berlama-lama untuk memperoleh daging yang empuk. Enzim proteolitik dianggap penting dalam metabolisme protein dan banyak digunakan dalam industri pangan, misalnya untuk mengempukkan daging. Ada banyak jenis enzim proteolitik yang dikenal seperti enzim papain, bromelin, rennin, protease dan fisin yang mempunyai sifat menghidrolisa protein. 2.2 Tujuan Untuk mengetahui pengaruh enzim papein dan enzim bromelin dalam pengempukan daging sapi. serta untuk mengetahui pengaruh suhu,waktu terhadap respon yang diberikan oleh enzim kepada daging. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daging Daging adalah salah satu hasil ternak yang hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai sumber protein hewani yang kandungan gizinya lengkap. Adapun komposisi kimia daging secara umum yaitu : air 75 % (68 – 80 %) ; protein 19 % (16 – 22 %) ; substansi non protein yang larut 3,5 % dan lemak 2,5 % (Forrest dkk., 1975). Pelunakan daging secara fisika melalui pemasakan, merupakan proses perubahan struktur serat protein dari yang rigid menjadi amorf. Pengempukan daging terkadang disertai dengan melarutnya sebagian protein artinya keempukan daging dapat dilihat dari dua parameter, yakni berdasarkan uji fisik atas serat daging dan atau berdasarkan uji biokimia protein terlarut (Silaban, 2009). 2.2 Bromelin Bromelin merupakan campuran protease yang diisolasi dari tanaman nanas, dengan nama latin Ananas comosus (Linn.) (Gautam, 2010: 68). Jenis protease dalam bromelin adalah protease sulfhidril (Tochi, 2008: 513). Bromelin dimanfaatkan untuk pengempukan daging, obat gangguan pencernaan (contohnya Benozym dan Elsazym) (ISFI, 2007: 366), dan anti inflamasi (Secor Jr. dkk., 2005: 68). Aktivitas bromelin dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu bagian tanaman nanas sebagai sumber enzim, jenis substrat, inhibitor, dan jenis presipitan yang digunakan untuk pemurnian bromelin (Esih, 2006). Enzim bromelin yang diisolasi dari daging buah nanas matang memiliki aktivitas lebih tinggi daripada enzim bromelin yang diisolasi dari daun dan buah nanas mentah. Kondisi optimum reaksi enzimatis bromelin dari daging buah nanas matang dicapai pada pH 6,5 pada temperatur 50oC selama 20 menit, (Priya dkk., 2012: 12-13). Menurut Tochi (2008: 513) aktivitas bromelin stabil pada rentang pH 2 sampai 9. Enzim bromelin mempunyai nomor komisi enzim EC.3.4.22.32 untuk stem bromelin dan EC.3.4.22.33 untukfruit bromelin. Sama seperti papain, enzim ini juga merupakan golongan dari enzimhidrolase yang memotong ikatan peptida dengan sistein endopeptidase, perbedaanya jika nomer 33 itu menunjukan nomer dari enzim bromelin yang didapat dari buah nanas, dan nomer 2 itu artinya bahwa enzim bromelin didapatkan dari batang pohon nanas. 2.2 Papain Papain adalah enzim protease yang terdapat dalam getah papaya. Enzim papain berfungsi sebagai proteolitik atau enzim pemecah protein. Dalam getah pepaya terkandung berbagai enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam buah pepaya yang masih muda masing – masing 10% dan 45%. Papain merupakan satu dari enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya. Pada pepaya, getah termasuk enzim proteolitik. Protein dasar itu memecah senyawa protein menjadi pepton. Hidrolisis enzim papain mengakibatkan struktur daging menjadi terbuka, protein miofibril dan sarkoplasma hancur, ikatan antar serabut otot berkurang dan memendek, serabut otot mudah putus, volume antar ruang serabut otot mengembang, akibatnya pH daging dan kemampuan protein daging dalam mengikat air menurun dan akhirnya mengindikasikan daging jadi empuk Fogle. dkk., 1982).Kondisi optimum reaksi enzimatis papain dicapai pada pH 5,8 -7 dan pada suhu 40oC. Enzim papain mempunyai nomor komisi enzim EC.3.4.22.2. Nomor kode enzim tersebut menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisis. Digit pertama menunjukkan kelompok utama enzim berdasarkan pada jenis rekasi utama yang dikatalisis. Papain dan bromelin memiliki nomor 3 pada digit pertamanya, yang menunjukkan bahwa kedua enzim termasuk ke dalam kelompok utama hidrolase. Kelompok utama hidrolase mengkatalisis reaksi hidrolase dengan pertolongan air, atau reaksi transfer suatu gugus dari suatu substrat ke air sebagai aseptor. Sehingga dapat diketahui bahwa enzim papain dan bromelin akan bereaksi menggunakan air sebagai substratnya. Digit kedua pada nomor kode enzim papain menunjukkan subkelas/sub kelompok, substrat atau jenis reaksi. Nomor kode enzim papain dan bromelin digit kedua yaitu 4. Subkelas nomor 4 dari reaksi hidrolisis adalah enzim yang aktif pada rantai peptida atau peptidase. Sehingga dapat diketahui, yang menjadi substrat enzim papain dan bromelin ini adalah ikatan peptida. Peptidase adalah enzim yang menghidrolisis rantai peptida. Peptidase sangat penting bagi banyak proses biologi termasuk pencernaan protein makanan, pengaturan perputaran protein intraseluler, koagulasi aliran darah, kehadiran antigen, dan aktivasi berbagai protein, termasuk enzim, hormon peptida, dan neotransmiter. Digit ketiga pada nomor kode enzim papain dan bromelin yaitu 22. Digit ketiga pada nomor kode enzim menunjukkan sub kelas, molekul aseptor, dan jenis-jenis reaksi yang lebih detail lagi. Nomor 22 pada digit ketiga ini menunjukkan cysteinendopeptidase (postfermentation). Molekul aseptor dari enzim papain dan bromelin adalah sistein endopeptidase. Sistein protease (EC.3.4.22) adalah molekul protein yang memiliki massa sekitar 21-30 kDa. EC.3.4.22.2 (peptydil peptide hydrolase) memiliki digit keempat yaitu 2. Digit keempat pada nomor kode enzim menunjukkan nomor seri dalam sub kelas enzim tersebut. Nomor seri enzim papain dalam subkelas cystein endopeptidase adalah 2 atau papain. 2.3 HCl Penambahan HCl dapat membuat daging semakin empuk, karena asam kuat (HCl) dapat menghidrolisis jaringan sel pada daging sehingga daging menjadi empuk. Faktor yang sangat mempengaruhi aktifitas kerja enzim yaitu waktu dan suhu. Apabila penggunaan enzim papain dan enzim bromelin dalam suhu tinggi, maka enzim tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga enzim akan terdenaturasi, dan bila digunakan dalam suhu yang dingin (rendah) maka enzim tidak aktif. Sehingga pada percobaan ini, dilakukan variasi waktu dan suhu untuk mengetahui manakah suhu dan waktu yang paling efektif dalam pengempukan daging. Selain itu, praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh enzim bromelin serta papain pada proses pengempukan daging. BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu pisau, blender, kain saring, erlenmeyer, water bath, dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu nanas 1 buah untuk mendapatkan enzim bromelin, daging 50 gram, 1 buah papaya untuk mendapatkan enzim papain, HCL 0,1 M, dan aquades. Pembuatan HCL Dalam pembuatan HCL 0,1 M membutuhkan labu ukur dengan ukuran 1000 ml. HCL 0,1 M dapat diperoleh dengan melarutkan 3,1 ml HCL dengan 1000 ml aquades. Pembuatan Ekstrak Nanas Langkah awal yang dilakukan untuk mendapatkan ekstrak nanas yaitu dengan memotong 1 buah nanas agar mudah dihancurkan dalam blender. Dalam proses penghancuran tersebut, tidak ditambahkan air atau aquades. Hal ini dikarenakan nanas sudah memiliki kandungan air yang cukup banyak untuk memudahkan proses penghancuran. Kemudian dilakukan penyaringan hasil ekstraksi dengan kain saring agar dihasilkan ekstrak nanas tanpa ampas. Pembuatan Ekstrak Pepaya Pertama pepaya muda dipotong untuk memudahkan dalam proses blender. Dalam proses penghancuran tersebut, tidak ditambahkan air atau aquadest. Hal ini dikarenakan pepaya sudah memiliki kandungan air yang cukup banyak untuk memudahkan proses penghancuran. Kemudian dilakukan penyaringan hasil ekstraksi dengan kain saring agar dihasilkan ekstrak pepaya tanpa ampas. Pengkondisian Erlenmeyer Aplikasi enzim papain dan bromelin pada proses pengempukan daging ini dilakukan dengan beberapa konsentrasi suhu dan waktu yaitu suhu ruang dan suhu 40C dengan lama waktu 5, 10, dan 15 menit. a. Kontrol Pada pembuatan kontrol ini dibutuhkan Erlenmeyer yang berisikan 100 ml aquades dan 5 gr daging. b. Suhu ruang dan 40C Terdapat 3 buah erlenmeyer yang disimpan di masing-masing suhu. Erlenmeyer pertama berisikan 100 ml HCl 0,1 M dan 5 gram daging, erlenmeyer kedua berisi 95 ml HCl 0,1 M + 5 ml ekstrak nanas + 5 gram daging, dan erlenmeyer ketiga berisi 95 ml HCl 0,1 M + 5 ml papain + 5 gram daging.