Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau
dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika
suatu obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi
lebih atau kurang Aktif (Harknes, 1989).
Interaksi obat merupakan kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas
obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau
menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir
oleh kita adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa saja
terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan
mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan infuse.
Kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, sehingga
interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun,
ada juga interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin
sebelum penisilin dibuat dalam jumlah besar.
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan
dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme,
dan Ekskresi (ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil
dari sifat sifat farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara
antagonis reseptor dan agonis untuk reseptor yang sama.
Obat dapat berinteraksi karena pengobatan dengan beberapa obat sekaligus
(polifarmasi), makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat
lain.
Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu:
a. Obat Presipitan yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi efek obat
lain. Ciri - ciri dari obat presipitan adalah sebagai berikut:
 Obat - obat dengan ikatan protein yang kuat sehingga akan menggusur
obat dengan ikatan protein yang lemah. Dengan demikian obat-obat yang
tergusur kadarnya akan bebas dalam darah dan meningkat sehingga
menimbulkan efek toksik.
 Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(Inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati.
 Obat-obat yang dapat mempengaruhi atau merubah fungsi ginjal sehinga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi.
b. Obat Objek merupakan obat yang hasil atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Cirinya adalah :
Mempunyai kurva dose response yang curam
Obat-obat dengan rasio toksis yang rendah
Insiden interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena
dokumentasinya masih sangat kurang, sering kali lolos dari pengamatan karena
kurangnya pengetahuan para dokter akan mekanisme dan kemungkinan
terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas
sering kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat,
sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas sering kali diduga akibat
bertambahnya keparahan penyakit.
Selain itu terlalu banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk
diingat dan kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual
(populasi tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang
berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu),
penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan
faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama pemberian kronik)
II.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat
a. Faktor penderita:
1) Umur (yang paling peka adalah bayi, balita dan orang lanjut usia)
2) Sifat keturunan
3) Penyakit yang sedang diderita
4) Fungsi hati dan ginjal
b. Faktor obat:
1) Jumlah obat yang digunakan
2) Jangka waktu pengobatan
3) Jarak waktu penggunaan dua obat
4) Urutan pemberian ohat
5) Bentuk sediaan obat
II.3 Mekanisme terjadinya interaksi-obat
Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni :
1. interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas)
2. interaksi secara farmakokinetik
3. interaksi secara farmakodinamik.
II.4 Interaksi obat secara Farmasetik
1) Interaksi obat terhadap farmaseutik

Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh

(sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur. Pencampuran

obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau

kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,

perubahan warna lain-lain atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini

biasanya tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

Contohnya : Penicillin G jika dicampur dengan vitamin C akan terjadi

endapan penicillin.

Referensi :
Harkness, R., 1989, Interaksi Obat, hal 31, Penerbit ITB, Bandung.

Setiawati, A., 2007, Interaksi Obat dalam Gunawan, S.G, 2007, Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, hal 862-873, Bagian Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi V, 88, Penerbit ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai