Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PEDAHULUAN

KEPERAWATAN DEWASA I
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

OLEH :

Nama Mahasiswa : Putu Aditya S


NIM : 010109a108

Program Studi Ilmu keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo
Jl. Gedongsongo, Candirejo – Ungaran
Tahun Ajaran 2011/2012
BAB I
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang
menimbulkan obstruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialah asma,
bronchitis kronik dan imfisema pulmonal (Long Barbara C, 1995)
PPOK adalah sekelompok penyakit paru dengan etiologi tak jelas, yang
ditandai oleh pertahambahan aliran udara yang bersiat menetap pada waktu
elespirasi paksa (America College of Chest Physicians, 1975).
PPOK adalah kondisi kronis yang berhubungan dengan riwayat
amfisema, asma, bronchitis kronik, bronkiaktasis, merokok sigaret atau terjadi
pada polusi udara, terdapat sumbatan jalan nafas yang secara progresif
meningkat (Tucker SM, 1998).
PPOK adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi (Price, Sylvia A, 1995).

B. Etiologi
1. PPOK dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Kebiasaan merokok
b. Organisme yang sering ditemukan adalah streptokokus pnemoni dan
hemopilus influenza
c. Polusi udara
d. Riwayat infeksi saluran nafas
(Waspadji S, Soeparman, 1990)
2. Asma bronchial disebabkan oleh
a. Faktor ekstrinsik / alargik : kepekaan individu terhadap alargen,
biasanya protein dalam bentuk serbuk yan gdi hirup, bulu halus
binatang, kain pembalut atau makanan seperti susu atau coklat.

1
b. Faktor insrinsik atau idiopatik : faktor-faktor yang non spesifik seperti
flu biasa, latihan fisik dan emosi
(Price Sylvia A, 1995)
3. Emfisema disebabkan oleh
Etiologi pasti belum diketahui, diduga karena defisiensi enzim alfa-1 anti
ripsin (Waspadji, 1990)

C. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit ini adalah sama seperti penyakit yang
melatarbelakangi yaitu asma bronchial, bronchitis akut dan amfisema. Adapun
patofisiologi dari penyakit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Asma Bronkhial
Berawal dari adanya respon allergen pada saluran nafas, disini
antibodi Ig E berkaitan dengan allergen yang menyebabkan degranulasi sel
most. Akibat degranulasi tersebut maka mediator-mediator kimia
dilepaskan (histamin, slow mealising substance of anaphilaksis / sns-A dan
aosinophilik chemotetic factor of anaphilaksis) yang menyebabkan adanya
peningkatan sekresi mukosa bronkus, peningkatan permeabilitas kapiler,
serta konstriksi otot polos bronkus. Ketiga hal tersebut akan menyebabkan
peningkatan produksi sputum, oedema mukosa dan bronkospasme
sehingga akan mempersempit saluran pernafasan.
(Corwin, 2001, Long, 1996)
2. Bronkhitis Kronis
Dimulai dari adanya peradangan pada bronkus akibat akibat adanya
infeksi, kemudian akan menyebabkan adanya hipertrofi kelenjar mukosa
bronkus, peningkatan sel sobiet dan edema mukosa yang akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi sputum pada bronkus.
Ketersediaan sputum disini lama kelamaan menumpuk dan akan
merangsang batuk, serta menghambat aktivitas infeksi dan akhirnya
dengan adanya sputum tersebut akan menyebabkan kebersihan jalan nafas
tak efektif.

2
(Corwin, 2001, Price, 1995)
3. Emfisema
Emfisema terjadi karena adanya infeksi berulang yang menyebabkan
peradangan kronik. Disini akan dilepaskan mediator-mediator peradangan
yang akan merusak serat elastin dan jaringan kolagen paru, akibatnya
elastisitas paru akan menjadi berkurang. Jika hal ini berlangsung terus,
maka elastisitas paru akan hilang dan alveoli yang ada akan kolaps.
Hilangnya elastisitas paru akan menyebabkan pengempisan (recoil) paru
tak terjadi sehingga udara akan terperangkap dalam paru-paru ditandai
dengan meningkatnya volume residu dan dada mengembang (barral chest).
Alveoli yang kolaps akan menyebabkan sputum alveoli menjadi rusak
sehingga luas penampang alveoli menjadi berkurang. Akibatnya kecepatan
difusi gas akan turun sehingga menyebabkan gangguan pertukaran gas dan
suplai oksigen tubuh akan terganggu (Price, 1995).

D. Manifestasi Klinis
1. Bronkhitis kronis
a. Batuk produktif
b. Sesak nafas
c. Kelemahan, mual, muntah, anoreksia
d. Menggunakan tarikan otot bantu pernafasan
e. Pelebaran vena leher
f. Takhikardi
g. Pemeriksaan diagnosis : hipoksia, hipercapneu, hemotokrit meningkat
dan foto thorak memperlihatkan adanya tabular shadow.
2. Emfisema
a. Dispnea
b. Menggunakan tarikan otot bantu pernafasan
c. Wajah marah
d. Barral chost

3
e. Mual, muntah, anoreksia
f. Ekspinasi, sulit
g. Diafrosis
h. Whezing
i. Pemeriksaan diagnosis : defisiensi alfa 1-antripsin
3. Asma Bronkhial
a. Dispnea
b. Sianosis
c. Mengi
d. Batuk produktif
e. Mual, muntah, anoreksia
f. Gelisah dan anxietas
g. Peningkatan TD
h. Pada EGK tampak sinus takhikardi
(Corwin, 2001)

4
F. Pengkajian Fokus
Pengkajian fokus pada PPOK menurut Doengoes (1999) adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas, ketidakmampuan
untuk tidur, perlu ditur dalam posisi duduk tinggi, dipsnea saat
istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum, kehilangan
massa otot.

2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung atau takikardi
berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit berat), edema
dependen, tidak berhubungand enggan penyakit jangtung, bunyi
jantung, bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada), warna kulit / membran mukosa :
normal atau abu-abu / sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer,
pucat dapat menunjukkan anemia.

3. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup.
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang

4. Makanan / Cairan
Gejala : Mual / muntah, nafsu makan buruk / anoreksia (imfisema,
ketidakmampuan makan karena distress pernafasan), penurunan
BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukkan edema
(bronchitis).

5
Tanda : Turgor kulit buruk, edema dipenden, berkeringat, penurunan BB,
penurunan massa otot / lemak subkutan (empisema), palpasi
abdominal dapat, mnyatakan hepatomegali (bronchitis).

5. Higiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

6. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, rasa data tertekan, dispnea, lapar udara, kronis,
batuk produktif (bronchitis kronis), bisa juga tidak produktif
(amfisema), penggunaan oksigen pada malam hari atau terus
menerus.
Tanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase expirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema),
penggunaan otot bantu pernafasan, dada hiperinflasi dengan
peninggian diameter AP (batuk barol), gerakan diafragam
minimal, bunyi nafas tambahan (mengi, krakles, nonchi).
7. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi atau sensitif terhadap zat / faktor lingkungan,
adanya / berulangnya infeksi, kemurahan atau berkeringat
(asma).

8. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido

9. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan
dukungan dari orang terdekat, penyakit lama atau
ketidakmampuan membaik.

6
Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan suara kemana distress
pernafasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan
dengan anggota keluarga lain.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik atau laboratorium yang biasa dilakukan pada
paien PPOK meliputi :
1. Pemeriksaan sputum : akan ditemukan eosinopilia dengan reaktifitas alergi
2. Hitung sel darah lengkap (JDL) dengan deferensial, leukositosis,
eosinopilia, hemoglobin di atas rata-rata Hb dan hematokrit dengan
hipoxemia kronis.
3. Evaluasi gas darah : peningkatan PCO2 bila 50-60, memerlukan bantuan
ventilasi, penurunan cepat pada pH dan asidosis pernafasan.
4. Penurunan saturasi O2
5. Pemeriksaan sinar x dada : expansi paru berlebihan, atelektasis,
pneumonia, pneumomediastinum.
6. Tes fungsi pulmoner dan tes sensitifitas
(Tucker, 1999)

7
H. Diagnosa dan Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional


1 Bersihan jalan nafas tidak Tujuan :
efektif berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
bronkospasme, peningkatan keperawatan, masalah yang
produksi secret, obstruksi, berhubungan dengan
trakhiranbiak ditandai dengan kebersihan jalan nafas dapat
pernyataan kesulitan bernafas, teratasi dengan baik.
perubahan kedalaman dan Kriteria, pasien akan :
percepatan pernafasan, 1. Menunjukkan batuk efektif
penggunaan otot-otot bantu dan meningkatkan
pernafasan, bunnyi nafas tidak pertukaran gas pada paru.
normal, mengi, ronkhi, krekols, 2. Menyebabkan strategi untuk
batuk menetap dengan atau menurunkan kekentalan
tanpa sputum. sekresi.
Intervensi :
- Kaji atau pantau frekuensi - Takipnea biasanya ada
pernafasan. Catata resiko pada beberapa derajat dan
inspirasi / ekspirasi dapat ditemukan pada
penerimaan/ selama stress
/ adanya proses infeksi
akut. Pernafasan dapat
melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang
dibanding ekspirasi.
- Catat adanya dispnea, - Disfungsi pernafasan
misal : keluhan “lapar adalah variable yang
udara”, gelisah, ansitas, tergantung pada tahap
distress pernafasan proses kronis selain
penggunaan otot bantu. proses akut yang
menimbulkan perawatan
di rumah sakit, mis:
ifeksi, reaksi alergi.

8
- Ajurkan klien tentang - Batuk yang tidak
metode yang tepat terkontol adalah
pengontrolan batuk : melelehkan dan tidak
efektif menyebabkan
frustasi
a. Nafas dalam dan a. Duduk tegak memin-
perlahan saat duduk dahkan organ-organ
setegak mungkin. abdomen menjauhi
dari paru-paru,
memungkinkan
ekspansi lebih luas.
b. Lakukan pernafasan b. Pernafasan diafragma
diafragma menurunkan frekuensi
pernafasan dan
meningkatkan ventilasi
alveoli
c. Tahan nafas selama 3-5 c. Meningkatkan volume
detik kemudian secara udara pada paru
perlahan keluarkan mempermudah
sebanyak mungkin pengeluaran sekresi
melalui mulut (sangkar
iga bawah dan abdomen
harus turun).
- Ajarkan klien tindakan
untuk menurunkan vikositas
sekresi :
a. Mempertahankan hidrasi - Sekresi kental sulit untuk
yang adekuat : diencerkan dan dapat
meningkatkan masukan menyebabkan sumbatan
cairan 2-3 quart sehari mucus, yang mengarah
bila bukan merupakan pada atelektasis.
kontra indikasi karena
penurunan curah jantung
penyakit ginjal.

b. Pertahankan
kelembaban adekuat

9
udara yang dihirup
- Auskultasi paru sebelum - Pengkajian ini membantu
dan sesudah pasien batuk mengevaluasi keefektifan
upaya batuk klien.
- Dorong / berikan perawatan - Hygiene mulut ynag baik
sesudah pasien batuk meningkatkan rasa
kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
- Observasi karakteristik - Batuk dapat menetap
batuk. Mis: menetap, batuk tetapi tidak efektif
pendek, basah, bantu khususnya bila pasien
tindakan untuk lansia, sakit akut /
memperbaiki keefektifan kelemahan batuk paling
upaya batu. efektif pada posisi duduk
tinggi atau kepala di
bawah setelah perkusi
dada.
Kolaborasi :
- Berikan obat sesuai indikasi - Merilekskan otot halus
- Bronkadilatar, mis: B- dan menurunkan spasme
agonis epineprin (adrenalin, jalan nafas, mengi dan
vaponefrin), albuteral produksi mukosa, obat-
(proventil, ventolin) obatan dan mungkin per
terbutalin (brethine oral, injeksi atau inhalasi
brethane) isgetarine
(brokasol, bronkamester)
- Xantin mis: aminofilin, - Menurunkan edema
oxtrifilin (choledyl), teofilin mukosa dan spasme otot
(bronkodyl, theodur) polos dengan peningkatan
langsung siklus AMP.
Dapat juga menurunkan
kelemahan otot /
kegagalan pernafasan
dengan meningkatkan
kontrakbilitas diafragma.
Meskipun teofilin telah
dipilih untuk terapi,

10
penggunaan teofilin
mungkin sedikit atau
tidak menguntungkan
pada program obat B-
agonis adekuat. Namun
ini dapat
mempertahankan
bronkodilaris sesuai
penurunan efek dosis
antar B-agonis. Penelitian
saat ini menunjukkan
teofilin menggunakan
korelasi dengan
penurunan frekuensi
perawatan di rumah sakit.
- Kromolin (intal) flunisolidal - Menurunkan inflamasi
(aeorbid) jalan nafas lokal dan
edema dengan
menghambat efek
histamin dan mediator
lain.
- Steroid oral IV dan inhlasi - Kartikosteroid digunakan
metal, prednisolon (mediol) untuk mencegah reaksi
dekrametason (decradol) alergi / menghambat
antihistamin mis: pengeluaran histamin
beklometason (vanceril, menurunkan berat dan
beclonent) flamsinda frekuensi spasme jalan
(almacort) nafas, inflamasi
pernafasan dan dispnea
- Anti microbial - Banyak antimikrobial
dapat diindikasikan untuk
mengontrol infeksi
pernafasan / pneumonia.
Catatan : meskipun tidak
ada pneumonia terapi
dapat meningkatkan
aliran udara dan

11
memperbaiki hasil.
- Analgesik, penekan batuk / - Batuk menetap yang
antusif mis: kodein, produk melelahkan perlu ditekan
dextrometorfan (Benylin untuk menghemnat energi
DM, comfrex, dan memungkinkan
nouvahistime) pasien istirahat.
- Berikan humidifikasi - Kelembaban menurunkan
tambahan mis : nebuliser kekentalan secret
ultranik, hamidifier aerasol mempermudah
ruangan. pengeluaran dan dapat
membantu menurunkan /
mencegah pembentukan
mukosa tebal pada
bronkus.
- Bantu pengobatan - Drainase postural dan
pernafasan mis: IPPB, perkusi bagian penting
fisioterapi dada. untuk membaung
banyaknya sekresi
- Awasi / buat grafik seri -
GDA nadi aksimeti, foto
dada.
2. Gangguan pertukaran gas Tujuan :
berhubungan dengan kapiler Setelah dilakukan asuhan
alveoli, obstruksi jalan nafas keperawatan, masalah yang
oleh secret spasma bronkus, berhubungan dengan gangguan
ditandai dengan dispnea, pertukaran gas dapat teratasi
bingung dan gelisah, dengan baik dan benar.
ketidakmampuan membuang Kriteria hasil :
secret, hipoksia, hiper kapnea - Menunjukkan perbaikan
perubaan tanda-tanda vital. ventilasi dan oksigen
jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal
dan bebas gejala distress
pernafasan.
- Berpartisipasi dalam
program pengobatan dalam
tingkat kemampuan /

12
situasi.
Intervensi :
- Kaji frekuensi, kedalaman - Berguna dalam evaluasi
pernafasan catat derajat distress pernafasan
penggunaan otot aksesori, dan kronisnya proses
nafas bibir, ketidak- penyakit.
mampuan bicara.
- Tinggikan kepala tempat - Pengiriman O2 dapat
tidur bantu pasien untuk diperbaiki dengan posisi
memilih posisi yang mudah duduk tinggi dan latihan
untuk bernafas dorong nafas nafas untuk menurunkan
dalam perlahan nafas bibir kolaps jalan nafas,
sesuai kebutuhan / toleransi dispnea dan kerja nafas.
individu.
- Kaji / awasi secara rutin - Sianosis mungkin perifer
kulit dan warna membran (terlihat pada kuku) /
mukosa. sentral (terlihat pada bibir
dan telinga) keabu-abuan
dan sianosis sentral
mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
- Dorong mengeluarkan - Kental, tebal dan
sputum penghisapan bila banyaknya sekresi adalah
diindikasikan. sumber utama yang
pertukaran gas pada jalan
nafas kecil, penghisapan
dibutuhkan bila batuk
tidak efektif.

13
Kolaborasi
- Awasi / gambarkan seri - PaCO2 biasanya
GDA dan nadi oksimetri meningkat (bronchilas
emfisema) dan PaO2
secara rutin umum
menurun sehingga
hipoksia terjadi dengan
derajat lebih kecil / lebih
besar. Catatan ; Pa Co2
“normal” / meningkat
menandakan kegagalan
pernafasan yang akan
datang selama asmatik.
- Berikan O2 tambahan yang - Dapat memperbaiki /
sesuai dengan indikasi hasil mencegah memburuknya
GDA dan toleransi pasien. hipoksia. Catatan :
emfisema kronis,
mengatur pernafasan
pasien ditentukan oleh
kadar O2 dan mungkin
dikeluarkan dengan
peningkatan PaO2
berlebihan.
3. Perubahan nutrien kurang dari Tujuan :
kebutuhan tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan penurunan intake per keperawatan, masalah yang
oral, peningkatan kebutuhan berhubungan dengan
metabolik yang berkaitan perubahan nutrien dapat
dengan dispnea, anoreksia, teratasi dengan baik.
kelemahan, produksi sputum Kriteria hasil :
dan efek samping obat ditandai - Klien akan menunjukkan
dengan mual dan muntah, BB peningkatan BB menuju
menurun, klien tak tujuan yang tepat
menghabiskan porsi makan. - Menunjukkan perilaku /
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan /

14
mempertahankan BB yang
tepat.
Intervensi:
- Kaji kebiasaan diet, - Pasien distress pernafasan
masukan manakanan saat akut sering anoreksia
ini, catat derajat kesulitan karena dispnea produksi
makan, evaluasi berat badan sputum dan obat, selain
dan ukuran tubuh. itu banyak pasien PPOM
mempunyai kebiasaan
makan buruk meskipun
kegagalan pernafasan
membuat status
hipemetabolik dengan
peningkatan kebutuhan
kalori. Sebagai akibat
penurunan pasien sering
masuk rumah sakit
dengan beberapa derajat
mall nutrisi, orang yang
mengalami emfisema
sering kurus dengan
pengobatan kurang.
- Dorong periode istirahat - Membantu menurunkan
selama 1 jam sebelum kelelamahan selama
makan berikan makan porsi waktu makan dan
kecil tapi sering. memberikan kesempatan
untuk meningkatkan
masukan kalori total.
- Hindari makanan penghasil - Dapat menghasilkan
gas dan minuman distensi abdomen yang
karbohidrat. mengganggu nafas
abdomen dan gerakan
diafragma dan dapat
meningkatkan dispnea.

15
- Hindarkan makanan yang - Suhu ekstrim dapta
sangat panas dan dingin. mencetuskan
meningkatkan spamse
batuk
- Timbang BB pasien sesuai - Berguna untuk
indikasi. menentukan kebutuhan
kalori menyusun tujuan
BB dan evaluasi
keadekuatan rencana
nutrisi. Catatan :
penurunan BB dapat
berlanjut meskipun
masukan adekuat sesuai
teratasinya edema.
Kolaborasi :
- Konsul ahli gizi / nutrisi - Metode makan dan
pendukung tim untuk kebutuhan kalori
memberikan makanan yang didasarkan pada situasi /
mudah cerna, secara nutrisi kebutuhan individu untuk
seimbang, mis : nutrisi berikan nutrisi maksimal
tambahan oral / selang dengan upaya minimal
nutrisi parental. pasien dalam penggunaan
energi.
- Kaji pemeriksaan - Mengevaluasi / mengatasi
laboratorium mis: albumin kekurangan dan
serum, transferim, profit mengawasi kefekfitan
asam amino besi, terapi nutrisi.
pemeriksaan keseimbangan
nitrogen glukosa,
pemeriksaan fungsi hati,
elektrolit, berikan vitamin /
elektrolit sesuai indikasi.

16
4. Resiko tinggi terhadap infeksi Tujuan :
berhubungan dengan tidak Setelah dilakukan asuhan
adekuatnya pertahanan utama keperawatan masalah yang
berkaitan dengan adanya berhubungan dengan infeksi
penurunan kerja silia sputum dapat teratasi dengan baik.
ynag menetap dan malntrisi. Kriteria hasil : klien akan
- Menyatakan pemahaman
penyebab / faktor resiko
individu.
- Mengidentifikasi intervensi
untuk mencegah /
menurunkan resiko infeksi.
- Menunjukkan teknik,
perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan
yang aman.
Intervensi :
- Awasi suhu - Demam dapat terjadi
karena infeksi atau
dehidrasi.
- kaji pentingnya latihan - Aktifitas ini
nafas, batuk efektif, meningkatkan mobilisasi
perubahan posisi sering dan dan pengeluaran secret
masukan cairan adekuat. untuk menurunkan resiko
terjadinya infeksi paru.
- Observasi warna, - Secret berbau, kuning /
karakteristik bau sputum. kehijauan menunjukkan
adanya infeksi paru.
- Dorong keseimbangan - Menurunkan konsumsi /
antara aktifitas dan istirahat. kebutuhan keseimbangan
O2 dan memperbaiki
pecahan pasien terhadap
infeksi meningkatkan
penyembuhan.

17
- Diskusikan kebutuhan - Malnutrisi dapat
masukan nutrisi adekuat. mempengaruhi kesehatan
umum dan menurunkan
tahanan terhadap infeksi.
Kolaborasi :
- Dapatkan spesimen sputum - Dilakukan untuk
dengan batuk / penghisapan mengidentifikasi
untuk pewarnaan kuman organisme penyebab dan
gram, kultur / sensitivitas. kerentanan terhadap
berbagai antimikronbial
- Berikan anti microbial - Dapat diberikan untuk
sesuai indikasi. organisme khusus yang
teridentifikasi dengan
kultur dan sensitivitas /
diberikan secara
profilaktik karna resiko
tinggi.
5. Intoleransi aktifitas Tujuan :
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
ketidakseimbangan suplai O2 keperawatan, masalah yang
dengan kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ditandai dengan dispnea saat intoleransi aktivitas dapat
beraktifitas, nilai ASI / aktifitas teratasi dengan baik.
kesehatan rendah mundah Kriteria hasil : klien akan :
lelah, kelemahan umum - Memperagakan metode
batuk bernafas dan
penghematan energi yang
efektif
- Mengidentifikasi tingkat
aktivitas yang realistis untuk
dicapai atau dipertahankan.

18
Intervensi :
- Secara bertahap tingkatan - Mempertahankan
aktivitas harian klien sesuai pernafasan lambat sedang
peningkatan toleransi. dari latihan yang diawasi
memperbaiki kebutuhan
otot asesori dan fungsi
pernafasan.
- Ajarkan klien teknik nafas - Pernafasan diafragma
efektif seperti pernafasan menghalangi pernafasan
diafragma dan pursed-lip dangkal cepat, tidak
efisien yang selalu
menyertai PPOK,
pernafasan pursep-lip
memperlambat ekspirasi
mempertahankan alveoli
mengembangkan lama
dan memberikan kontol
terhadap dispnea.
- Ajarkan pentingnya - Bila lengan tidak
penyangga berat lengan. ditopang, otot-otot
pernafasan perlu
melakukan pran ganda :
meningkan pernafasan
menstabilkan dinding
dada dalam menyangga
berat lengan dan aktivitas
(Beslin, 1992).
- Pertahankan terapi O2 - O2 tambahan
tambahan sesuai kebutuhan. meningkatkan kadar O2
yang bersirkulasi dan
memperbaiki toleransi
aktivitas.

19
- Memberikan dukungan - Rasa takut terhadap
emosional dan semangat. kesulitan bernafas dapat
menghambat peningkatan
aktivitas.
6. Ansietas berhubungan dengan Tujuan : -
status kesehatan dispnea Setelah dilakukan asuhan
ditandai dengan perilaku keprawtaan, masalah yang
gelisah, peningkatan cemas, berhubungand negan ansietas
kesulitan untuk tidur. dapta teratasi dengan baik.
Kriteria : klien akan:
- Mengungkapkan perasaan
terhadap ansietas
- Memperagakan teknik
pernafasan untuk
mengurangi dispena.
Intervensi :
- Upayakan akan lingkungan - Dengan menurunkan
yang tenang saat klien rangsang eksternal
mengalami kesulitan meningkatkan relaksasi.
bernafas.
- Jangan meninggalkan klien - Klien membutuhkan
sendiri selama periode sulit kepastian bahwa bantuan
bernafas akut. selalu tersedia bila
diperlukan.
- Tanggapi rasa takut klien - Rasa takut mencetuskan
berikan penguatan positif dipsnea dan dispnea
terhadap upaya yang meningkatkan rsa takut
dilakukan tanggapi bila klien mengatakan
dispnea memburuk dari tindakan ini mengurangi
biasanya. rasa takut dan kesulitan
bernafas yang mereka
alami (Devito, 1992)

20
- Berikan bantuan untuk - Klien tidak akan mampu
semua tugas selama episode melakukan aktifitas yang
akut sesak nafas. biasa ia lakukan (Devito,
1992).
- peragakan teknik bernafas - Permodelan peran teknik
dan suruh klien bernafas agar klien
melakukannya dengan menirunya akan
perawat. menurunkan kebutuhan
energi tambahan dalam
berkonsentrasi.
- Dorong klien untuk - Dengan
menggunakan teknik mengkonsentrasikan
bernafas khususnya selama pernafasan diafragma atau
waktu ansietas meningkat, pursed-lipp melambatkan
pandu klien dalam latihan frekuensi pernafasan dan
bernafas. memberikan klien rasa
terkontrol.
7. Gangguan pola tidur Tujuan : -
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
perubahan status kesehatan keperawatan masalah yang
dispnea saat tidur ditandai berhubungan dengan gangguan
dengan klien mengeluh sulit pola tidur dapat teratasi dengan
tidur baik.
Kriteria hasil : klien akan :
- Melaporkan kepuasan
keseimbangan istirahat dan
aktifitas
Intervensi : -
- Tingkatkan relaksasi - tidur akan sulit dicapai
sampai tercapai relaksasi
lingkungan rumah sakit
dapat mengganggu
relaksasi.

21
- Rencana prosedur untuk - Secara umum orang harus
membatasi gangguan tidur menuntaskan seluruh
biarkan klien tidur sedikit- siklus tidur (70-100 m)
dikitnya jam tanpa empat sampai lima kali
gangguan. semalam untuk merasa
segar.
- Jelaskan mengapa hipnotik / - Obat-obatan ini akan
sedatif harus dijalani kehilangan efektifitasnya
setelah seminggau
peningkatan dosis
membawa resiko
ketergantungan.
- Ajarkan klien tindakan - Rasa frustasi akan
untuk meningkatkan tidur: meningkat bila
misalnya upay auntuk tirud memaksakan tidur dalam
hanya jika merasa keadaan tidak
mengantuk. mengantuk / tidak rileks.
- Lakukan tindakan untuk - Tindakan ini membantu
mengontrol kontuk. mencegah rangsang batuk
dan gangguan tidur.

I. Penatalaksanaan
1. Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara
2. Therapy eksaserbasi dilakukan dengan :
a. Anti biotic
1) Ampicillin 4 x 0,25 – 0,5 g / hari jika kuman hemofilus influenza /
streptokokus
2) Augmentin (amoksilin dan klavulanat) jika kuman hemofilus
b. Therapy oksigen
c. Fisiothraphy

22
d. Bronkhodilator
1) Slabutomal 5 mg / 1 patropium bromida 250 mg diberikan tiap 6
jam dengan nebulizer
2) Aminophilin 0,25 – 0,5 g IV
3. Therapy jangka panjang
a. Anti biotic
b. Bronkhodilator
c. Fisio therapy
d. Ekspektoransia

23
E. Pathway
Faktor predisposisi

Enfisema
Bronchitis kronik Asma
Peradangan kronis Infeksi berulang
Reaksi antibodi Ig E + alergen
Inflamasi bronkusi Mediator peradangan merusak saraf alastin
Degranulasi sel mast dan jaringan kolagen paru-paru
Hipertropi kelenjar mukosa
peningkatan sel goblet, Pelepasan mediator kimia Elastisitas paru turun dan alveoli tetap
oedema mukosa
Peningkatan sekresi mukosa Peningkatan permeabilitas kapiler Konstruksi otot polos
dan oedema mukosa bronkhialis Septum alveoli Retoil secara pasif
rusak tidak terjadi
Peningkatan produksi Bronkespasme
Luas penampang Udara akan
sputum Mempersempit saluran
alveoli turun terperangkap dalam
nafas
Merangsang pasien bernafas paru-paru
lewat mulut Merangsang batuk Dispnea Suplai O2
berkurang Kecepatan difusi Volume residu paru
Mukus kering dan kental meningkat meningkat
Memperlambat aktivitas silia Terutama saat tidur Gelisah
dan fagositosis
Hygiene buruk Gangguan Dada mengembang
pertukaran gas (barrel chest)
Nafsu makan buruk Gangguan pola
Bersihan jalan Cemas /
tidur Kebutuhan O2 meningkat
nafas tidak efektif ansietas
BB turun mal nutrisi
Hipoksia, hiperkapnea, Mudah lelah
sianosis
Perubahan nutrisi kurang Resiko infeksi Kemampuan aktivitas
dari kebutuhan tubuh Asidosis menekan sistem menurun
saraf pusat

Narkosa karbondioksida Intoleransi


aktivitas

24
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan


Edisi 2, Alih Bahasa : Monica Ester dan Setiawan, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek


Klinik, Edisi 6, Alih Bahasa : Monica Ester, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Corwin, Elisabeth J, 2001, Buku Saku Patofisiologi, Alih Bahasa : Bram V,


Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa : I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Hudak, Carolyn M dan Gallo, Barbara M, 1997, Keperawatan Kritis Pendekatan


Holistik, Edisi VI, Alih Bahasa : Allenidekaina dkk, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah 2, Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, Alih Bahasa : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung, Jakarta: EGC

Persatuan Ahli Penyakit Dalam, 1991, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai
Penerbit FKUI

Price, Silvia A dan Wilson, Lorraine M, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis,


Proses-proses Penyakit, Edisi 4, Alih Bahasa : Peter Anugrah, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tucker, Susan Martin et.al, 1998, Standard Perawatan Pasien Edisi Volume 2,
Alih Bahasa : Yasmin Asih dkk, Jakarta: EGC

25

Anda mungkin juga menyukai