Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK

2010
10.21

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang disebut
pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat
makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Pasokan zat makanan dan
darah ini harus selalu lancar karena jantung bekerja keras tanpa henti. Pembuluh darah koroner
lah yang memiliki tugas untuk memasok darah ke jantung (Delmi 2010).

Di Indonesia penyakit ini adalah pembunuh nomor satu dan jumlah kejadiannya terus meningkat
dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992 persentase penderita
PJK di Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4% (Delmi 2010).

Meski menjadi pembunuh utama, tetapi masih sedikit sekali orang yang tahu tentang PJK ini.
Terutama tentang faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut. Dalam ilmu
epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk
melakukan tindakan pencegahan. Karena bagaimanapun mencegah lebih baik dari mengobati
(Delmi 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga upaya pencegahan harus bersifat
multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan
faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada penanganan PJK. Oleh
sebab itu mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini diataranya adalah:

1. Mengetahui pengertian dari penyakit jantung iskemik


2. Mengetahui sebab-sebab kematian setelah penyumbatan koroner akut
3. Mengetahui faktor pemicu penyakit jantung koroner
4. Mengetahui pengobatan penyakit jantung koroner, dan
5. Mengetahui rencana tindakan keperawatan

Manfaat

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi kepada
masyarakat mengenai penyakit jantung koroner khususnya penyakit jantung iskemik. Informasi
tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat dalam membangun perilaku hidup sehat dan
pola makan yang benar dengan mengonsumsi makanan yang bergizi dan sehat. Selain itu
informasi ini dapat digunakan oleh pihak konsultan gizi sebagai salah satu bahan literatur dalam
memberikan informasi mengenai penyakit jantung iskemik.

PEMBAHASAN

Penyakit Jantung Iskemik

Sebab tunggal tersering dari kematian adalah penyakit jantung iskemik, yang disebabkan oleh
insufisiensi aliran darah koroner (Guyton & Arthur 1990).

1. Aterosklerosis Sebagai Penyebab Penyakit Jantung Iskemik

Sebab tersering dari berkurangnya aliran darah koroner adalah skelerosis, dimana kolesterol dan
lemak secara berangsur-angsur ditumpukkan di bawah lapisan intima pada banyak tempat di
dalam arteri. Kemudian daerah penumpukan ini dimasuki oleh jaringan fibrosa, dan mereka juga
sering mengalami kalsifikasi. Hasil akhirnya adalah timbulnya “daerah-daerah ateroskelrotik”
dan dinding arteri sangat keras, tidakdapat berkonstriksi dan dilatasi.

2. Penyumbatan Koroner Akut

Penyumbatan akut arteri koronaria sering terjadi pada orang yang telah menderita penyakit
jantung koroner arterosklerotik yang berat, tetapi hampir tidak pernah pada orang dengan
sirkulasi koroner normal. Keadaan ini dapat disebabkan oleh salah satu dari beberapa macam
efek, sebagai berikut:

 Daerah aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekuan darah setempat, disebut trombus,
ynag sebalikya menyumbat arterti tersebut.
 Sering suatu arteri nutrisia kecil dekat daerah arterosklerosis pecah dan mengeluarkan
darah sehingga mengakibatkan penonjolan. Penonjolan ini dapat menurunkan aliran
darah arteri.
 Spasme setempat suatu arteri koronaria dapat juga menyebabkan penyumbatan tibatiba.

3. Infark Miokardium

Segera setelah penyumbatan koroner akut, aliran darah berhneti di dalam pembuluhpembuluh
koroner di luar penyumbatan tersebtu, kecuali untuk sejumlah kecil aliran kolateral pembuluh-
pembuluh sekitar. Daerah otot yang sama sekali tidak mempunyai aliran darah atau alirannya
sedemikian kecil sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung dikatakan mengalami
infark. Seluruh proses itu disebut suatu infark miokardium.

Otot jantung memerlukan kira-kira 1,3 ml oksigen per 100 gram jaringan otot per 100 gram
jaringan otot per menit hanya untuk mempertahankan kehidupannya saja. Oleh karena itu, bila
masih ada 10 sampai 15 persen saja dari aliran darah koroner waktu istirahat normal, otot
tersebut tidak akan mati. Tetapi, di bagia tengah dari suatu infark yang besar, aliran darah
biasanya lebih sedikit sehingga ototnya benar-benar mati (Guyton & Arthur 1990).
4. Infark Miokardium yang Disebabkan oleh Iskemia Miokardium tetapi Tanpa Penyumbatan
Koroner

Diduga telah terjadi suatu lingkaran setan, sebagai berikut:

 Perfusi koroner dari suatu daerah jantung yang terisolasi menjadi demikian rendah
sehingga beberapa otot jantung menjadi tidak berfungsi.
 Otot yang tidak berfungsi menyebabkan berkurangnya pompa ventrikel dan berdilatasi
dan mencuri aliran darah dari otot sekitar. Sebagai akibatnya, karena kebutuhan oksigen
yang lebih besar tetapi penyediaan oksigen yang lebih sedikit, otot sekitar ini juga tidak
berfungsi jika ia juga mempunyai aliran darah koroner yang terbatas.
 Proses tersebut berlangsung terus sampai semua otot jantung di dalam daerah di mana
penyediaan darahnya buruk menjadi tidak berfungsi dan mengalami infark (Guyton &
Arthur 1990).

Sebab-Sebab kematian Setelah Penyumbatan Koroner Akut

1. Menurunnya Curah Jantung

Bila beberapa serabut otot jantung tidak berfungsi sama sekali dan serabut-serabut lain terlalu
lemah untuk berkontraksi dengan tenaga yang besar, seluruh kemampuan pompa ventrikel yang
terkena juga berkurang.

Bila jantung tidak dapat berkontraksi dengan kekuatan cukup untuk memompa darah kedalam
percabangan arteri, terjadi kegagalan jantung dan kematian jaringan perifer sebagai akibat
iskemia perifer. Keadaan ini disebut syok koroner, syok jantung, atau kegagalan dengan curah
jantung rendah (Guyton & Arthur 1990).

2. Pembendungan Darah di Dalam Sistem Vena

Bila jantung tidak memompa darah ke depan, harus ada darah yang terbendung di dalam sistem
vena dari sirkualsi paru-paru atau sirkulasi sistemik. Bila bendungan tersebut menjadi sangat
hebat, kematian sering disebabkan oleh udem paru-paru atau, kadangkadang oleh gejala-gejala
bendungan sistemik.

3. Rupturnya Daerah Infark

Beberapa hari setelah infark yang besar, serabut-serabut otot yang mati mulai mengalami
degenerasi, dan otot jantung yang yang mati tersebut menjadi sangat tipis. Jika ini terjadi, tingkat
regangan sistolik menjadi makin besar sampai akhirnya jantung tersebut ruptur.

Bila suatu ventrikel ruptur, keluarnya darah ke dalam rongga perikardium cepat menyebabkan
timbulnya tamponade jantung, yaitu penekanan jantung dari luar oleh darah yang terkumpul di
dalam kavum perikardium. Karena jantung tertekan, darah tidak dapat mengalir ke dalam atrium
kanan dengan mudah, dan penderita meninggal karena menurunnya curah jantung dengan tiba-
tiba (Guyton & Arthur 1990).
4. Fibrilasi ventrikel setelah infark Miokardium

Kecenderungan terjadinya fibrilasi sangat besar setelah suatu infark yang besar, tetapi kadang-
kadang fibrilasi terjadi setelah suatu penyumbatan kecil saja [3]. Paling tidak ada empat macam
faktor yang menimbulkan kecenderungan untuk terjadinya fibrilasi jantung (Guyton & Arthur
1990).

 Hilangnya penyediaan darah ke otot jantung secara akut menyebabkan keluarnya kalium
dengan cepat dari daerah otot yang iskemik.
 Iskemia otot menyebabkan suatu “injury current”.
 Refleks simpatis yang kuat timbul setelah infark masif, terutama karena jantung tidak
memompa volume darah yang memadai ke dalam percabangan arteri.
 Infark miokardium sendiri sering menyebabkan ventrikel berdialtasi secara berlebihan.

Faktor Pemicu Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung, stroke, dan penyakit periferal arterial merupakan penyakit yang mematikan. Di
seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak
lepas dari gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola
hidup (Delmi 2010).

Faktor-faktor pemicu serangan jantung adalah antara lain:

1. Merokok
2. Mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi
3. Kurang gerak
4. Malas berolahraga
5. Stres
6. Kurang istirahat

Faktor resiko dari penyakit jantung koroner, seperti hipertensi, dislipidemia, kegagalana toleransi
glukosa, dan ketidaknormalan vaskular, ternyata juga telah ada pada anak yang kelebihan berat
badan (Delmi 2010).

Rasa Nyeri Pada Penyakit Koroner

Biasanya, orang tidak dapat merasakan jantungnya, tetapi otot jantung iskemik benar-benar
menimbulkan perasaan nyeri. Sebab pasti nyeri ini tidak diketahui, tetapi dianggap bahwa
iskemia menyebabkan otot melepaskan zat-zat asam seperti asam laktat atau produk-produk lain
yang menimbulkan nyeri seperti histamin dan kinin (Guyton & Arthur 1990).

1. Angina Pektoris

Pada kebanyakan orang yang mengalami konstriksi prigresif dari arteri koronarianya, nyeri
jantung, yang disebut angina pektoris, mulai timbul bilamana beban terhadap jantung menjadi
terlalu besar dibandingkan dengan aliran darah koroner. Nyeri ini biasanya dirasakan di bawah
bagian atas sternum dan sering juga dipindahkan ke permukaan tubuh, paling sering ke lengan
krir dan bahu kiri tetapi juga seringnnke leher dan wajah atau ke lengan dan bahu sisi yang
berlawanan (Guyton & Arthur 1990).

Terdapat 3 tipe angina, yaitu:

 Angina stabil, terjadi iskemi otot jantung dan hipoksia yang bersifat sementara yang tidak
menimbulkan kerusakan berarti. Arterti koroner mengalami penyempitan akibat
ateroskelorosis.
 Angina tidak stabil terjadi bahkan saat istirahat, dengan episode-episode yang lebih berat
dalam hal frekuensi, keparahan, dan durasi, dibandingkan dengan angina stabil, dan
kadang menimbulkan kerusakan otot jantung yang permanen.
 Angina variant adalah hipoksia dan iskemi otot jantung akibat vasopasme arteri koroner
secara temporer. Vasospasme bisa terjadi di daerah yang aterosklerotik maupun di darah
saat arteri koroner yang normal (Anonim 2010).

Bila seseorang terkena serangan angina, pada umumnya ia mempunyai kemungkinan sangat
besar untuk mengalami penyumbatan koroner yang akut.

2. Obat Untuk Mengatasi Angina

Angina dapat diobati dengan organik nitrat dan zat pengeblok beta-adrenergik dan khas oleh
nyeri sesak berat pada dada. Tujuan utama mencegah dan mengurangi angina adalah untuk
membatasi keperluan oksigen jantung sedemikian jumlah persediaan oksigen oleh arteri stenosi
dicukupi. Ester nitrat seperti nitrogliserin menurunkan tekanan darah arteri, dan gilirannya,
menurunkan kerja ventrikel kiri. Aksinya ditimbulkan oleh kekuatan efek vasodilator dari aksi
nitrat langsung pada sistem arteri dan bahkan berkembang lebih besar, pada sistem venus.
Hasilnya merupakan penurunan tekanan pengisis jantung dan ukuran ventrikuler dan
menurunkan keperluan oksigen, membiarkan sistem koronari memuaskan permintaan oksigen
jaringan miokaridal dan mengurangi nyeri angina (Doerge & Robert 1989).

Pengobatan Penyakit Jantung Koroner

1. Modern

Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya Penyakit Jantung Koroner
antar lain : ECG, Treadmill, Echokardiografi dan Arteriorgrafi Koroner (yang sering dikenal
sebagai Kateterisasi) (Rasidin 2010).

Dengan pemeriksaan ECG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung Anda
dengan tingkat ketepatan 40%. Kemudian bila dianggap perlu, akan dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan Treadmill Echokardiografi (Rasidin 2010).

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kemungkinan akan dianjurkan untuk melakukan


pemeriksaan Arteriografi Koroner (Kateterisasi) yang mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi
(99 – 100%) untuk memastikan apakah Anda mempunyai Penyakit Jantung koroner (Rasidin
2010).

Kateterisasi Jantung merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur serta
fungsi jantung, termasuk ruang jantung, katup jantung, otot jantung, sserta pembuluh darah
jantung termasuk pembuluh darah koroner, terutama untuk mendeteksi adanya pembuluh darah
jantung yang tersumbat (Rasidin 2010).

Bila hasil dari film tersebut diketahui adanya penyempitan pembuluh koroner, maka dokter akan
memberitahukan tindakan pengobatan selanjutnya apakah cukup dengan obat atau dengan
tindakan pelebaran bagian pembuluh darah jantung yang menyempit atau tersumbat dengan
menggunakan alat alat tertentu atau ditiup, Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty, di
singkat PTCA atau akhir akhir ini disebut Percutaneous Coronary intervention yang disingkat
PCI; atau harus dilakukan Operasi Jantung Terbuka (Open Heart Surgery) untuk memasang
pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat Coronary Artery
Bypass Surgery disingkat CABG (Rasidin 2010).

Dengan semakin canggihnya peralatan Angiografi dan berkembangnya teknik teknik baru, pada
umumnya tindakan kateterisasi secara praktis dianggap tidak ada resiko (Rasidin 2010).

Tindakan “peniupan” atau “balonisasi” atau “Angioplasti” bertujuan untuk melebarkan


penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya mempunyai
balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan pembuluh darah
jantung. Dengan demikian penyempitan tersebut menjadi terbuka (Rasidin 2010).

Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang – kadang diperlukan tindakan lain yang
dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan ring atau cincin penyanggah (Stent),
pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (Rotablation) atau pengerokan kerak pembuluh
darah (Directional Atherectomy) (Rasidin 2010).

2. Tradisional

Berikut resep tradisional racikan dari Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma:

 1-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang di cuci dan dipotong-potong, kemudian


diblender dengan air secukupnya dan direbus hingga mendidih. Tambahkan madu
secukupnya, lalu diminum.
 2-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang dicuci bersih dan dipotong-potong + 10 butir
angco, dibuang bijinya. Semua bahan diblender dengan air secukupnya, tambahkan 10
gram bubuk umbi daun dewa (thien chi). Aduk rata, lalu diminum.
 2 buah mengkudu/pace/noni yang matang, dicuci dan dipotong-potong + 30 gram daun
dewa direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Saring, tambahkan madu
secukupnya. Aduk rata lalu diminum.

Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur. Resep tersebut untuk membantu proses
penyembuhan (Delmi 2010).
Pemantauan Penyakit Jantung Koroner dengan Telemetry

Ada kalanya pasien dengan PJK/ACS saat dirawat di rumah sakit cukup memerlukan perawatan
di ruang stabil, seperti di ruang rawat medikal/surgikal tanpa harus dirawat secara intensif di
CCU. Disini ada satu alat yang digunakan untuk memonitor irama jantung/sinus rytme dan
gambaran rekaman EKG jantung pasien yang dikenal dengan nama telemetry (Rasidin 2010).

Alat ini berukuran sebesar ponsel umumnya diletakkan di dada pasien, dan dapat dimasukkan
saku dengan tali pengikat yang dikaitkan dengan elektroda (5 – 6 kabel). Telemetry dilekatkan
melalui kabel , dengan tempat sama seperti saat meletakkan patch alat monitor jantung. Sehingga
meskipun pasien selalu dianjurkan untuk bedrest/tirah baring bagi penderita PJK/ACS, namun
dengan telemetry pasien tidak selalu memerlukan cardiac monitor yang statis (Rasidin 2010).

Sehingga jika pasien tersebut ingin ke toilet ataupun melakukan latihan/exercise, pasien dapat
selalu termonitor kondisi jantungnya dengan monitor dari ruang telemetry/CCU. Telemetry
bersifat portable dan tidak menyakitkan pasien. Namun apabila pasien ingin mandi atau
melakukan prosedur khusus (CT, X-ray, Echocardiogram, dsb), maka telemetry perlu dilepas,
karena terdapat rangkaian elektrik dan hantaran gelombang suara yang dapat mengganggu pasien
(Rasidin 2010).

Telemetry merupakan alat komunikasi wireless (gelombang suara) yang merubah gelombang
suara kedalam bentuk data. Prinsip dasar telemetry adalah menangkap parameter dalam frekuensi
gelombang, yang kemudian dirubah kedalam data. Setelah itu data ini dapat ditransfer ke media
lain, seperti telepon, jaringan komputer atau melalui serat optic (Rasidin 2010).

Alat ini dalam bidang kesehatan dikenal dengan istilah Bio telemetry atau The Wireless Medical
Telemetry Service (WMTS), yang umum dimonitor dari ruang CCU (Coronary Care Unit).
Telemtery digunakan pada pasien di ruang medikal/penyakit dalam atau surgikal/bedah , untuk
merekam abnormalitas irama/denyut jantung. Pasien dipasang telemetry (dengan 5 – 6 kabel
patch), yang dapat langsung merekam dan mengintreprestasikan data irama jantung pasien. Alat
ini sangat berguna untuk diagnosis awal kondisi patologi jantung oleh dokter dan membantu
perawat melihat kondisi penyakit pasien jantung koroner akut atau kritis (Rasidin 2010).

Rencana Tindakan Keperawatan

Sebagai seorang perawat, juga perlu diketahui rencana tindakan apa yang harus dilakukan pada
pasien dengan penyakit jantung koroner, baik itu ketika serangan angina, atau pun setelahnya,
yaitu:

1. Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina


2. Kaji catat respon pasien / efek obat
3. Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak
4. Pantau kecepatan irama jantung
5. Pertahankan lingkungan tenang, nyaman, batasi pengunjung bila perlu
6. Pantau perubahan seri EKG
7. Berikan makanan lembut, biarkan klien istirahat selama 1 jam setelah makan.
8. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
9. Berikan anti-angina sesuai indikasi (Rasidin 2010)

PENUTUP

Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah
koroner oleh arteriosklerosis yang merupakan proses degeneratif meskipun di pengaruhi oleh
banyak faktor. Penyebab penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke
otot jantung.

Salah satu ciri dari penyakit jantung koroner yaitu angina, yang merupakan nyeri yang biasanya
dirasakan di bawah bagian atas sternum dan sering juga dipindahkan ke permukaan tubuh, paling
sering ke lengan krir dan bahu kiri tetapi juga sering ke leher dan wajah atau ke lengan dan bahu
sisi yang berlawanan. Gejala ini sangat perlu diketahui, sehingga deteksi adanya penyakit
jantung koroner dapat lebih dini.

Mengingat bahwa penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang cukup
mematikan, maka, perlu diketahui faktor-faktor penyebabnya, seperti merokok, mengkonsumsi
makanan berkolesterol tinggi, kurang gerak, malas berolahraga, stress, dan kurang istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Diktat Farmakologi Keperawatan. Banjarbaru: FK UNLAM.

Delmi RA. 2010. Penyakit jantung koroner. http://www.scribd.com/doc/30488417/ Penyakit-


Jantung-Koroner [19 Agustus 2010]

Doerge, Robert F. 1989. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Semarang: IKIP Semarang
Press.

Guyton, Arthur C. 1990. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 5 Bagian 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai