PENDAHULUAN
1
Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau,
sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material
gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.
Begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas
mengenai bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia
dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya hujan asam.
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam.
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya hujan asam.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah
terjadinya hujan asam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 (Asam Karbonat) dan
terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka
pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya
asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfir ke bumi
bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering”. Sehingga dikenal pula
dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan ) basah dan deposisi kering .
Hujan asam dapat terjadi ketika ada reaksi antara air, oksigen dan zat-zat asam
lainnya di atmosfer. Sinar matahari akan mempercepat terjadinya reaksi antar zat-
zat tersebut.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang
seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar
atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi,
efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih
parah dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah
yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke
permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena
pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air
hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan
langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
4
b) Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan
dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula
terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam
itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Deposisi jenis ini dapat terjadi
sangat jauh dari sumber pencemaran.
1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Dan berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF ( Bahan
Bakar Fosil ), peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung
belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Saat BBF di
bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di
udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Oksida
nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber utama hujan
asam.
Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan sebagai produk
oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar. Gas ini
5
dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak mentah,
pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja.
2. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut , seperti vegetasi membusuk,
plankton, dapat mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer
akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan
pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi
asam dan tersimpan ke tanah. Secara keseluruhan, pembakaran industri
bertanggung jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi
kendaraan bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).
6
2. Kemudian di Bumi juga terjadi penguapan oleh berbagai macam sumber air
yang disebabkan karena pemanasan sinar matahari dan menghasilkan uap air
yang banyak.
3. Setelah itu uap air yang timbul dari pengembunan tersebut akan bertemu
dengan gas- gas yang menyebabkan terjadinya hujan asam tersebut. Yakni
karbondioksida dan karbonmonoksida dengan uap air, serta nitrogen oksida
dan sulfur oksida dengan uap air.
4. Adanya pertemuan uap air dengan karbondioksida atau karbon monoksida ini
akan menghasilkan asam yang bersifat lemah. Nitrogen oksida dan sulfur
dioksida ketika bertemu dengan uap air akan menghasilkan asam yang bersifat
kuat.
5. Kemudian kandungan yang bertemu tersebut terbawa oleh angin menuju
tempat yang jauh dari sumbernya dan semakin ke atas.
6. Ketika sudah sampai di atas, gas yag bercampur dengan uap air tersebut akan
mengalami kejenuhan sehingga menjatuhkan kandungan airnya sebagai titik-
titik air. Titik- titik air inilah yeng menjadi hujan. Hujan inilah yang yang
dinamakan sebgai hujan asam
Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida
yang ada di atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah,
sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut,
embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya
melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak
dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.
7
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi
kembali seperti:
NO + HO2 → NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO
diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin
banyak SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
8
3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya
melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan
deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan
asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat
dan 6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di
Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang
terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia
mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per
tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan
66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar (Musfil A.S., (2008)
dalam Sumahamijaya, I., (2009)).
9
orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat
hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air
berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium
dapat menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di
tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak
melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan
asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York
Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in New
Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan
asam.
10
kandungan elemen toksik, seperti Aluminium di tanah yang justru menghambat
pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Akibat dari dampak tersebut
adalah daun-daun akan berubah warna menjadi coklat hingga akhirnya tumbuhan
mati.
Dampak yang lebih parah akan dirasakan oleh tumbuh-tumbuhan yang
terdapat di area pegunungan yang tinggi. Tumbuhan tersebut akan lebih sering
terpapar oleh awan atau kabut yang sifatnya asam, karena terbentuk akibat hujan
asam yang terjadi. Paparan tersebut akan membuat tumbuhan kehilangan
nutriennya, sehingga tumbuhan akan lebih rentan terserang berbagai ancaman
lainnya, seperti cuaca. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air.
Adanya pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem
transportasi air pada tanaman. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman)
menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon spruce dan beech
mencapai umur lebih dari30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).
11
Pada kondisi pH 5 akan banyak hewan perairan yang mati karena
ketidakmampuan dirinya untuk beradaptasi pada lingkungan asam. Alga, ikan,
plankton-plankton, amfibi, siput, kerang-kerangan dan yang lainnya akan
menerima dampak yang buruk akibat terjadinya hujan asam pada lingkungan
tempat tinggal mereka. Secara keseluruhan, hujan asam dapat mengurangi
keragaman hayati pada suatu ekosistem yang pada akhirnya dapat mengganggu
rantai makanan dan keseimbangan alam.
12
e) Dampak Hujan Asam bagi Industri Otomotif (Cat Kendaraan)
Hujan asam juga membawa dampak buruk bagi industri otomotif, yaitu
rusaknya cat kendaraan secara permanen. Hujan asam membuat selaput cat mobil
menjadi rusak dan menurut para ahli kerusakan yang terjadi tidak bisa dipulihkan.
Satu-satunya cara adalah dengan mengecatnya kembali. Hal tersebut
menimbulkan masalah tersendiri bagi industri otomotif, biaya pemulihan cat
kendaraan akibat hujan asam.
2.7 Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan
bakar yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat
pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan
dan penghematan energi.
a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas alam
akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-
belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol,
etanol dan hidrogen.
13
b) Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in
multiple burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan
penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-
95 % (Ophardt, C.O., 2003).
c) Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah flue gas desulfurization (FGD). Cara
lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah
yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
d.) Mengaplikasikan prinsip 3R ( Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,
dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang
sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
1. Reuse
Reuse yaitu menggunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai.
a. Pemanfaatan kembali botol – botol bekas menjadi wadah
b. Pemanfaatan kantong plastik bekas menjadi kemasan belanja untuk
pembungkus
c. Pemanfaatan pakaian atau kain – kain bekas menjadi bahan kerajinan tangan,
perangkat pembersih maupun berbagai keperluan lainnya.
2. Recycle
Recycle yaitu mendaur ulang sampah, mendaur ulang sampah memang tidak
mudah karena kadang dibutuhkan teknologi dan penanganan khusus. Ada
beberapa cara yang bias dilakukan yaitu :
a. Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar
b. Mengumpulkan sisa – sisa kaleng atau botol gelas
c. Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.
14
3. Reduce
Reduce yaitu mengurangi sampah, ada beberapa cara untuk mengurangi sampah
yaitu :
a. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik
pembungkus barang belanjaan
b. Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain – lain dalam paket yang
besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama
c. Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol
baru setiap kali habis.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas mengenai hujan asam dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah
5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena
karbondioksida di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah yaitu asam Karbonat (H2CO3).
2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
3. Secara sedehana, proses pembentukan hujan asam sebagai berikut: Pada
dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yangkeduanya dihasilkan melalui pembakaran.
4. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain
Kelebihan zat asam pada perariran akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang
bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh,
korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
5. Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar
saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan
penghematan energy, Mengaplikasikan prinsip 3R ( Reuse, Recycle, Reduce)
serta penambahan zat kapur pada tanah.
16
3.2 Saran
Salah satu dari aktifitas manusia yang belebihan dan tidak terkendali dapat
menyebabkan kerugian pada kesehatan manusia itu sendiri. Harus adanya kerja
sama antara pemerintah dan masyarakat baik pada kalangan industri atau umum
dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan penurunan polusi udara yang
lingkungan demi kelangsungan hidup manusia bagi anak cucu kita kelak .
17
DAFTAR PUSTAKA
18