Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi, semakin tinggi
pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin pesatnya
perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Dampaknya akan
meningkatkan pula zat-zat polutan yang dikeluarkan kegiatan industri maupun
transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat polutan di udara ini tentu akan
berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara.
Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan global,
polusi, sampah, dan hujan asam.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada tahun
1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di
bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari
peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa bahan pencemar di
udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam dan
menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air
hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0.
Keasaman ini dihasilkan ketika karbondioksida dan materi asam alami lainnya
terurai dalam uap air yang bercampur di udara.
Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita tahu bahwa banyak gas
polutan yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk sulfur dioksida yang
umumnya dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara,
dan nitrogen oksida dari kendaraan bermotor serta bahan bakar fosil yang
digunakan oleh industri. Kedua unsur tersebut bersenyawa di atmosfer dengan air,
oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa asam lainnya. Persenyawaan ini
membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur dan asam nitrat.
Cahaya matahari mempercepat laju reaksi proses itu.

1
Hujan asam menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau,
sungai serta menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material
gedung, patung-patung dan peninggalan sejarah.
Begitu besar dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada makalah ini akan dibahas
mengenai bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan asam terhadap manusia
dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya hujan asam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hujan asam?
2. Bagaimanakah proses terbentuknya hujan asam?
3. Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan?
4. Upaya apa saja yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah terjadinya
hujan asam?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam.
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya hujan asam.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah
terjadinya hujan asam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Hujan Asam


Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui
dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History
of the Air“. Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous
or salino-sulforus spiris“.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke
18 memaksa penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sember utama
energi untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi prekursor (faktor
penyebab) dari hujan asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal
biasanya prekursor ini hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran
hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada
tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri
di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya
yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada
tahun 1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya
hingga mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di
Amerika Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan
Amerika yang rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya,
baik melalui bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.

2.2 Definisi Hujan Asam


Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa dengan
pH di bawah 5,7 (Hunter BT, 2004 dalam Rahardiman, Arya. 2009). Hujan yang
normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan dengan
pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan
bereaksi dengan CO2 di udara.

3
Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 (Asam Karbonat) dan
terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka
pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya
asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfir ke bumi
bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering”. Sehingga dikenal pula
dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan ) basah dan deposisi kering .
Hujan asam dapat terjadi ketika ada reaksi antara air, oksigen dan zat-zat asam
lainnya di atmosfer. Sinar matahari akan mempercepat terjadinya reaksi antar zat-
zat tersebut.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang
seperti SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar
atmosfer bumi sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi,
efek samping dari hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih
parah dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah
yang kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke
permukaan bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena
pengendapan asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air
hujan tetapi juga melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan
langsung. Istilah deposisi asam lebih bermakna luas dari hujan asam.

2.3 Macam -Macam Hujan Asam


Hujan asam (deposisi asam) ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan
deposisi basah.
a) Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup
oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena
pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi
kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa
udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari
sumber pencemaran.

4
b) Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan
dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula
terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam
itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Deposisi jenis ini dapat terjadi
sangat jauh dari sumber pencemaran.

2.4 Penyebab Terjadinya Hujan Asam

Gambar 1. Penyebab Hujan Asam.

1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Dan berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF ( Bahan
Bakar Fosil ), peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung
belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Saat BBF di
bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di
udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat. Oksida
nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber utama hujan
asam.
Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan sebagai produk
oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar. Gas ini

5
dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak mentah,
pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja.

2. Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan
dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut , seperti vegetasi membusuk,
plankton, dapat mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer
akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan
pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi
asam dan tersimpan ke tanah. Secara keseluruhan, pembakaran industri
bertanggung jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi
kendaraan bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).

2.5 Proses Terbentuknya Hujan Asam

Gambar 2. Mekanisme Terbentuknya Hujan Asam.

Berikut ini tahapan- tahapan terjadinya hujan asam:

1. Di Bumi terdapat beragam aktivitas baik aktivitas alam maupun aktivitas


manusia yang menimbulkan berbagai macam gas penyebab hujan asam,
seperti karbondioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen
oksida

6
2. Kemudian di Bumi juga terjadi penguapan oleh berbagai macam sumber air
yang disebabkan karena pemanasan sinar matahari dan menghasilkan uap air
yang banyak.
3. Setelah itu uap air yang timbul dari pengembunan tersebut akan bertemu
dengan gas- gas yang menyebabkan terjadinya hujan asam tersebut. Yakni
karbondioksida dan karbonmonoksida dengan uap air, serta nitrogen oksida
dan sulfur oksida dengan uap air.
4. Adanya pertemuan uap air dengan karbondioksida atau karbon monoksida ini
akan menghasilkan asam yang bersifat lemah. Nitrogen oksida dan sulfur
dioksida ketika bertemu dengan uap air akan menghasilkan asam yang bersifat
kuat.
5. Kemudian kandungan yang bertemu tersebut terbawa oleh angin menuju
tempat yang jauh dari sumbernya dan semakin ke atas.
6. Ketika sudah sampai di atas, gas yag bercampur dengan uap air tersebut akan
mengalami kejenuhan sehingga menjatuhkan kandungan airnya sebagai titik-
titik air. Titik- titik air inilah yeng menjadi hujan. Hujan inilah yang yang
dinamakan sebgai hujan asam

Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida
yang ada di atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah,
sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut,
embun, salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari prekursor hujan asamnya
melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak
dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah ini.

1. Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)


Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi
photokatalitik di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH → HSO3
HSO3 + O2 → HO2 + SO3

7
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan
hidroperoksil (HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi
kembali seperti:
NO + HO2 → NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO
diudara, maka reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin
banyak SO2, maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

2. Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)


Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan
radikal hidroksil.
NO2 + OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 → NO3 + O2
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan condong menghasilkan asam pada
tanahnya mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian
mengandung urea. Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun
garam-garam ammonia yang terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan
asam sulfat.
Disisi lain amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan
membentuk ammonia hingga memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
HNO3 sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam
keras dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh
sebab itu, pengendapannya akan merusak tanaman terutama daun (Manahan, 1994
dalam Rahmawaty, 2002).

8
3. Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya
melibatkan Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi diatas merupakan bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan
deplesi lapisan ozon di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan
asam biasanya berkisar antara 62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat
dan 6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di
Indonesia, terutama disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang
terpusat di pulau ini. Pada tahun 1989, tingkat precursor SOx di Indonesia
mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx mencapai 175.000 ton per
tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26 ton SO2 dan
66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar (Musfil A.S., (2008)
dalam Sumahamijaya, I., (2009)).

2.6 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan


Banyak dampak negatif yang disebebkan oleh hujan asam, baik terhadap
manusia maupun terhadap lingkungan. Berikut akan dijelaskan dampak dari
terjadinnya hujan asam :
a) Dampak Hujan Asam bagi Kesehatan Manusia
Pada dasarnya gas sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx)
bersifat membahayakan bagi kesehatan manusia. Kedua gas tersebut akan
bereaksi di udara membentuk sulfat dan nitrat yang berupa partikel halus yang
dapat masuk terhirup ke saluran pernapasan manusia, bahkan partikel halus sulfat
dan nitrat tersebut dapat masuk ke dalam ruangan indoor. Menurut berbagai studi
yang dilakukan, kedua partikulat halus tersebut dapat menyebabkan seseorang
sakit yang berhubungan dengan kelainan jantung dan paru-paru. Misalnya balita,

9
orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat
hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air
berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium
dapat menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di
tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak
melakukan penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan
asam di Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York
Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in New
Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan
asam.

b) Dampak Hujan Asam bagi Tumbuhan

Gambar 3. Kerusakan Pada Tanaman Akibat Hujan Asam

Hujan asam juga membawa dampak buruk bagi berbagai macam


tumbuhan. Air yang bersifat asam yang jatuh ke tanah dapat melarutkan berbagai
macam nutrient dan juga mineral yang sangat diperlukan oleh tumbuhan. Nutrien
dan mineral tersebut akan terbawa jauh sebelum tumbuhan sempat mengambilnya.
Ditambah lagi, air yang sifatnya asam, akan menyebabkan meningkatnya

10
kandungan elemen toksik, seperti Aluminium di tanah yang justru menghambat
pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Akibat dari dampak tersebut
adalah daun-daun akan berubah warna menjadi coklat hingga akhirnya tumbuhan
mati.
Dampak yang lebih parah akan dirasakan oleh tumbuh-tumbuhan yang
terdapat di area pegunungan yang tinggi. Tumbuhan tersebut akan lebih sering
terpapar oleh awan atau kabut yang sifatnya asam, karena terbentuk akibat hujan
asam yang terjadi. Paparan tersebut akan membuat tumbuhan kehilangan
nutriennya, sehingga tumbuhan akan lebih rentan terserang berbagai ancaman
lainnya, seperti cuaca. Tanaman kemudian mulai mati, karena kekurangan air.
Adanya pelapukan dalam batang menandakan terjadinya kerusakan sistem
transportasi air pada tanaman. Ulrich dari Universitas Gottingen (Jerman)
menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon spruce dan beech
mencapai umur lebih dari30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).

c) Dampak Hujan Asam bagi Perairan

Gambar 4. Hewan perairan yang mati Akibat Hujan Asam

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa hujan asam dapat mengubah pH


lingkungan, termasuk lingkungan perairan. Adanya hujan asam dapat
menyebabkan meningkatnya konsentrasi aluminium dan magnesium di
lingkungan air yang akan membuat pH perairan menjadi turun hingga mencapai 5
atau bahkan di bawah 4.8.

11
Pada kondisi pH 5 akan banyak hewan perairan yang mati karena
ketidakmampuan dirinya untuk beradaptasi pada lingkungan asam. Alga, ikan,
plankton-plankton, amfibi, siput, kerang-kerangan dan yang lainnya akan
menerima dampak yang buruk akibat terjadinya hujan asam pada lingkungan
tempat tinggal mereka. Secara keseluruhan, hujan asam dapat mengurangi
keragaman hayati pada suatu ekosistem yang pada akhirnya dapat mengganggu
rantai makanan dan keseimbangan alam.

d) Dampak Hujan Asam bagi Bangunan

Gambar 5. Patung Yang Rusak Terkikis Oleh Hujan Asam

Hujan asam akan menyebabkan timbulnya karat pada logam, seperti


perunggu, ataupun rusaknya cat bangunan atau kendaraan serta rusaknya berbagai
monumen, patung, ataupun makam yang terbuat dari batu. Dampak tersebut
secara signifikan akan mengurangi nilai dari bangunan atau objek itu sendiri.
Kerugian secara finansial pun akan terasa manakala perbaikan akan kerusakan
bangunan diperlukan. Jika sudah begini, Kita pun harus mulai berbenah untuk
mengurangi emisi gas SO2 dan NOx ke udara.

12
e) Dampak Hujan Asam bagi Industri Otomotif (Cat Kendaraan)

Gambar 6. Cat Mobil yang Rusak Akibat Hujan Asam

Hujan asam juga membawa dampak buruk bagi industri otomotif, yaitu
rusaknya cat kendaraan secara permanen. Hujan asam membuat selaput cat mobil
menjadi rusak dan menurut para ahli kerusakan yang terjadi tidak bisa dipulihkan.
Satu-satunya cara adalah dengan mengecatnya kembali. Hal tersebut
menimbulkan masalah tersendiri bagi industri otomotif, biaya pemulihan cat
kendaraan akibat hujan asam.

2.7 Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan
bakar yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat
pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan
dan penghematan energi.
a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas alam
akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-
belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol,
etanol dan hidrogen.

13
b) Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in
multiple burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan
penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga 80-
95 % (Ophardt, C.O., 2003).
c) Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran.
Teknologi yang sudah banyak dipakai ialah flue gas desulfurization (FGD). Cara
lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah
yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
d.) Mengaplikasikan prinsip 3R ( Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang,
dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang
sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.

1. Reuse
Reuse yaitu menggunakan sisa sampah yang masih bisa dipakai.
a. Pemanfaatan kembali botol – botol bekas menjadi wadah
b. Pemanfaatan kantong plastik bekas menjadi kemasan belanja untuk
pembungkus
c. Pemanfaatan pakaian atau kain – kain bekas menjadi bahan kerajinan tangan,
perangkat pembersih maupun berbagai keperluan lainnya.

2. Recycle
Recycle yaitu mendaur ulang sampah, mendaur ulang sampah memang tidak
mudah karena kadang dibutuhkan teknologi dan penanganan khusus. Ada
beberapa cara yang bias dilakukan yaitu :
a. Mengumpulkan kertas, majalah, dan surat kabar
b. Mengumpulkan sisa – sisa kaleng atau botol gelas
c. Menggunakan berbagai produk kertas maupun barang lainnya hasil daur ulang.

14
3. Reduce
Reduce yaitu mengurangi sampah, ada beberapa cara untuk mengurangi sampah
yaitu :
a. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik
pembungkus barang belanjaan
b. Membeli susu, makanan kering, deterjen, dan lain – lain dalam paket yang
besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama
c. Membeli kemasan isi ulang untuk shampoo dan sabun daripada membeli botol
baru setiap kali habis.

e) Penambahan kapur kedalam tanah


Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap
tanah ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam
tanah atau kedalam danau karena dapat menetralkan sifat asam.

f) Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali.


Keberhasilan program reboisasi dan rehabilitasi lahan akan dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama dalam aspek:
1. Penghasil Oksigen (O2), dan penyerap gas-gas pencemar udara
2. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
3. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
4. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi.
5. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas mengenai hujan asam dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah
5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena
karbondioksida di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah yaitu asam Karbonat (H2CO3).
2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
3. Secara sedehana, proses pembentukan hujan asam sebagai berikut: Pada
dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan
nitrogen oxides (NOx) yangkeduanya dihasilkan melalui pembakaran.
4. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain
Kelebihan zat asam pada perariran akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang
bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh,
korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
5. Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar
saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan
penghematan energy, Mengaplikasikan prinsip 3R ( Reuse, Recycle, Reduce)
serta penambahan zat kapur pada tanah.

16
3.2 Saran
Salah satu dari aktifitas manusia yang belebihan dan tidak terkendali dapat

menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitar, ekosistem di alam dan

menyebabkan kerugian pada kesehatan manusia itu sendiri. Harus adanya kerja

sama antara pemerintah dan masyarakat baik pada kalangan industri atau umum

dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan penurunan polusi udara yang

diharapkan dapat mencegah terjadinya hujan asam. Menjaga dan melestarikan

lingkungan demi kelangsungan hidup manusia bagi anak cucu kita kelak .

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2009. Cause and Effects of Acid Rain. http://www.buzzle.com/ articles/


causes –and – effects – of – acid – rain.html. Diakses pada: 22 Januari 2014
Arfa, Rizdela. ( 2012 ). Penyebab Terjadinya Hujan Asam. Diperoleh dari :
http://younggeomorphologys.wordpress.com/2011/01/15/hujan-asam-peny ebab-
dan-prosespembentukannya/. Diakses pada : 16 Januari 2014.
Desy Fatma. 2016. Hujan Asam : Pengertian, Proses, Manfaat, dan Dampaknya.
http://ilmugeografi.com/ Diakses pada: Senin, 23 Juli 2018
Hariyanto. 2012. Upaya Pencegahan dan Dampak hujan asam.
http://prodiipa.wordpress.com/kelas-vii/hujan-asam/upaya-pencegahan-dampak-
hujan-asam/ .Diakses pada : 20 Januari 2014.

Kurniawan, Anas. 2011 . Hujan Asam ( Acid Rain ).


http://annaskurniawan.wordpress.com/2011/06/01/hujan-asam-acid-rain / .
Diakses pada : 16Januari 2014
Istavita Utama. 2017. Drfinisi Hujan Asam Serta Sebaab dan Akibatnya.
http://underpapers.blogspot.com. Diakses pada: Senin, 23 Juli 2018
Nandika, Dodi.,2004. Hujan Asam Suatu Fenomena yang Mengancam Kelestarian
Hutan . http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/. Diakses pada : 22 Januari
2014
Ophardt, C.O. 2003. AcidRain. http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook.
Diakses pada :16 Januari 2014.
Pakmo. 2015. Proses terjadinya hujan asam dan dampaknya bagi kehidupan.
http://www.pakmono.com/2015/05/proses-terjadinya-hujan-asam-dan-
dampaknya-bagi-kehidupan.html. Diakses pada: Senin, 23 Juli 2018
Prasetyo, Anam. 2013. Dampak Hujan Asam dan Penyebab Terjadinya Hujan
Asam.http://prasetyomanan.blogspot.com/2013/10/penyebab-dan-dampak-hujan-
asam.html .Diakses pada : 22 Januari 2014.
Rahardiman, Arya. 2009. HujanAsam.
http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/ hujan -asam. html. Diakses pada: 20
Januari 2014
Rahmawaty, ( 2002 ). Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan . Fakultas
PertanianProgram Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/857/1/ hutan-rahmawaty2.pdf.
Diakses pada : 20 Januari 2014

18

Anda mungkin juga menyukai