Anda di halaman 1dari 5

Manajemen risiko merupakan proses dalam mengelola, mengontrol ketidakpastian yang berkaitan

dengan risiko. Ada saatnya perbankan dihadapkan dengan berbagai risiko yang semakin kompleks
sehingga perbankan diharuskan meningkatkan penerapan manajemen risiko untuk meminimalisir risiko
yang terjadi seperti krisis perbankan.

Untuk mengatasi krisis tersebut, bank menggunakan Standar Based II dimana terdapat 8 jenis alternatif
penilaian profil risiko yang wajib dikelola dan dilaporkan oleh seluruh bank yaitu penilaian risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko reputasi dan risiko
kepatuhan. Untuk mengelola risiko kredit, bank menerapkan manejemen risiko kredit dan wajib
melaporkannya dalam laporan tahunan bank dengan harapan peluang atas kredit macet dapat
diminimalisir. Sedangkan untuk mengelola risiko pasar yakni dengan melakukan inovasi secara terus-
menerus terhadap model yang telah digunakan sesuai dengan standar yang ada.

Dalam pengelolaan risiko stratejik, bank harus mengidentifikasi analisis risiko yang membutuhkan banyak
sumber daya yang berisiko tinggi. Bank juga harus memantau dan mengendalikan pengembangan
implementasi stratejik secara berkala. Dalam pengelolaan risiko reputasi, bank harus mencatat setiap
kejadian yang terkait dengan risiko reputasi seperti jumlah potensi kerugian yang diakibatkan oleh
kejadian tersebut.

Penerapan manajemen risiko dalam perbankan harus didukung dengan cara pengelolaannya dimana hal
tersebut dapat dllakukan dengan empat cara, yaitu :

Identifikasi, pengelolaan manajemen risiko dengan cara identifikasi dapat dilakukan dengan menganalisis
segala sumber risiko dari produk dan aktivitas bank serta memastikan bahwa risiko tersebut telah
melalui proses manajemen risiko yang layak sebelum diterapkan secara luas.

Pengukuran, pengelolaan manajemen risiko dengan cara pengukuran wajib dilakukan secara berkala baik
untuk produk, portofolio maupun seluruh aktivitas bisnis bank.

Pemantauan, pengelolaan manajemen risiko dengan cara pemantauan dapat dilakukan dengan
menyiapkan satu sistem back-up dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan.

Pengendalian, pengelolaan manajemen risiko dengan proses pengendalian risiko yang memadai harus
diterapkan oleh setiap bank untuk mengurangi potensi kerugian seperti penerbitan garansi, keamanan
aset dan kredit derivatif.
Bank memiliki berbagai jenis risiko yang terdiri atas 8 (delapan) risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar,
Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko
Reputasi.

Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban
kepada Bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank yang kinerjanya
bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana

aaaa

(borrower). Risiko Kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur,
wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko
Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian Risiko inheren.

Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif,
akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Risiko Pasar meliputi
antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko ini dapat
berasal baik dari posisi trading book maupun posisi banking book.

Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko
likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank. Sumber risiko ini antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian
eksternal.

Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko
ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari
atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak
memadai.

Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil keputusan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi
dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko Kepatuhan antara lain
timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar
bisnis yang berlaku umum.

Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari
persepsi negatif terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber
Risiko Reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).

Apa Fungsi Manajemen Resiko dalam Perbankan?

Manajemen resiko tidak hanya diperlukan dalam dunia perbankan saja. Namun juga dapat diterapkan di
berbagai bidang usaha atau aktivitas. Masing-masing bidang memiliki faktor resiko yang beragam. Dalam
perbankan, manajemen resiko merupakan hal yang sangat krusial karena faktor resiko yang muncul
dapat bersumber dari berbagai faktor, serta definisi resiko yang hanya terbatas pada kerugian yang
timbul di masa mendatang. Karena itu penerapan manajemen resiko dalam perbankan diharapkan dapat
mengendalikan resiko serta kerugian yang mungkin terjadi.

Penerapan manajemen resiko pada perbankan akan meningkatkan shareholder value, menyediakan
informasi pada pengelola bank kemungkinan terjadinya kerugian di masa datang, meningkatkan metode
dan pengambilan keputusan yang sistematis berdasarkan informasi yang tersedia. Informasi ini
digunakan sebagai landasan dalam melakukan pengukuran kinerja bank yang labih akurat, menilai resiko
kegiatan usaha bank, serta menciptakan infrastruktur manajemen resiko yang kuat untuk meningkatkan
daya saing bank. Sedangkan bagi otoritas pengawasan perbankan, dengan diterapkannya manajemen
resiko akan mempermudah melakukan penilaian dalam hal resiko kerugian yang dihadapi bank yang
dapat mempengaruhi permodalan, serta sebagai dasar penilaian dalam menentukan strategi dan
pengawasan bank.

manajemen resikoDalam dunia perbankan, resiko merupakan kejadian yang memiliki potensi yang dapat
diperkirakan dan tidak diperkirakan yang dapat memberikan dampak dengatif pada pendapatan dan
permodalan bank. Karena itu, pada tahap awal penerapan manajemen resiko, bank harus dapat
mengindentifikasi resiko secara mendalam, baik yang sudah ada atau yang mungkin akan timbul. Setelah
proses identifikasi secara menyeluruh, langkah selanjutnya bank melakukan pengukuran, pemantauan,
dan pengendalian resiko. Pengukuran bertujuan agar bank dapat memperhitungkan resiko yang dihadapi
usahanya sehingga dapat memperkirakan dampak terhadap permodalan. Untuk melakukan pemantauan
resiko, bank mengevaluasi eksposur resiko, terutama yang bersifat material atau yang dapat
mempengaruhi permodalan bank.

Hasil evaluasi tersebut kemudian disajikan tepat waktu, akurat, dan informatif yang digunakan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindak lanjut. Dari hasil pantauan tersebut, bank
akan melakukan pengendalian resiko melalui penambahan modal, melindungi nilai, atau menerapkan
teknik lainnya. Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, resiko bisnis yang dihadapi juga turut
berkembang, seperti resiko kredit, resiko pasar, resiko likuiditas, dan sebagainya. Untuk meminimalisir
resiko kerugian, bank harus melaksanakan transaksi tersebut dengan mengacu pada kebijakan dan
pedoman manajemen resiko yang sudah ditetapkan yang berlandaskan pada prinsip kehati-hatian.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya sitem perbankan yang sehat dan stabil, tapi
yang dianggap memiliki peran yang krusial adalah penerapan sistem pengawasan bank yang efektif.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Basel Committee on Banking Supervision menetapkan prinsip –
prinsip dasar pengawasan bank yang efektif yang digunakan sebagai acuan bagi otoritas pengawas bank
dalam melakukan pengawasan bank yang efektif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sistem pengawasan bank meliputi:

1. Kebijakan ekonomi makro yang stabil

2. Ketersediaan infrastruktur yang memadai, seperti hukum, prinsip akuntansi keuangan, akuntan publik
yang kredibel, ketentuan pasar modal dan pembayaran
3. Disiplin pasar yang efektif

4. Prosedur penyelesaian permasalahan yang efektif

5. Penyediaan jaring pengaman yang memadai

Inti dari penerapan manajemen resiko adalah pemenuhan terhadap prosedur dan metode pengelolaan
resiko sehingga operasional bank tetap terkendali pada batasan yang dapat diterima bank. Namun,
karena perbedaan kondisi pasar, struktur, dan kompleksitas usaha bank yang beragam, maka tidak ada
suatu sistem manajemen resiko yang dapat diterapkan oleh seluruh bank. Karena itu bank harus
menetapkan sistem manajemen resiko yang sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen resiko
dalam bank.

Anda mungkin juga menyukai