Pengertian Manajemen Risiko
Pengertian Manajemen Risiko
Dalam pengelolaan risiko stratejik, bank harus mengidentifikasi analisis risiko yang
membutuhkan banyak sumber daya yang berisiko tinggi. Bank juga harus memantau dan
mengendalikan pengembangan implementasi stratejik secara berkala. Dalam pengelolaan
risiko reputasi, bank harus mencatat setiap kejadian yang terkait dengan risiko reputasi
seperti jumlah potensi kerugian yang diakibatkan oleh kejadian tersebut.
b. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif, termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk
Risiko perubahan harga option.
e. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan.
f. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
Manajemen resiko tidak hanya diperlukan dalam dunia perbankan saja. Namun juga
dapat diterapkan di berbagai bidang usaha atau aktivitas. Masing-masing bidang memiliki
faktor resiko yang beragam. Dalam perbankan, manajemen resiko merupakan hal yang
sangat krusial karena faktor resiko yang muncul dapat bersumber dari berbagai faktor, serta
definisi resiko yang hanya terbatas pada kerugian yang timbul di masa mendatang. Karena itu
penerapan manajemen resiko dalam perbankan diharapkan dapat mengendalikan resiko serta
kerugian yang mungkin terjadi.
Dalam dunia perbankan, resiko merupakan kejadian yang memiliki potensi yang
dapat diperkirakan dan tidak diperkirakan yang dapat memberikan dampak dengatif pada
pendapatan dan permodalan bank. Karena itu, pada tahap awal penerapan manajemen resiko,
bank harus dapat mengindentifikasi resiko secara mendalam, baik yang sudah ada atau yang
mungkin akan timbul. Setelah proses identifikasi secara menyeluruh, langkah selanjutnya
bank melakukan pengukuran, pemantauan, dan pengendalian resiko. Pengukuran bertujuan
agar bank dapat memperhitungkan resiko yang dihadapi usahanya sehingga dapat
memperkirakan dampak terhadap permodalan. Untuk melakukan pemantauan resiko, bank
mengevaluasi eksposur resiko, terutama yang bersifat material atau yang dapat
mempengaruhi permodalan bank.
Hasil evaluasi tersebut kemudian disajikan tepat waktu, akurat, dan informatif yang
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindak lanjut. Dari
hasil pantauan tersebut, bank akan melakukan pengendalian resiko melalui penambahan
modal, melindungi nilai, atau menerapkan teknik lainnya. Seiring dengan perkembangan
dunia bisnis, resiko bisnis yang dihadapi juga turut berkembang, seperti resiko kredit, resiko
pasar, resiko likuiditas, dan sebagainya. Untuk meminimalisir resiko kerugian, bank harus
melaksanakan transaksi tersebut dengan mengacu pada kebijakan dan pedoman manajemen
resiko yang sudah ditetapkan yang berlandaskan pada prinsip kehati-hatian.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya sitem perbankan yang
sehat dan stabil, tapi yang dianggap memiliki peran yang krusial adalah penerapan sistem
pengawasan bank yang efektif. Untuk mengatasi masalah tersebut, Basel Committee on
Banking Supervision menetapkan prinsip – prinsip dasar pengawasan bank yang efektif yang
digunakan sebagai acuan bagi otoritas pengawas bank dalam melakukan pengawasan bank
yang efektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas sistem pengawasan bank meliputi:
Inti dari penerapan manajemen resiko adalah pemenuhan terhadap prosedur dan
metode pengelolaan resiko sehingga operasional bank tetap terkendali pada batasan yang
dapat diterima bank. Namun, karena perbedaan kondisi pasar, struktur, dan kompleksitas
usaha bank yang beragam, maka tidak ada suatu sistem manajemen resiko yang dapat
diterapkan oleh seluruh bank. Karena itu bank harus menetapkan sistem manajemen resiko
yang sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen resiko dalam bank.