Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan secara bertahap dan terbatas pada


tahun pelajaran 2013/2014 di sejumlah satuan pendidikan meliputi SD, SMP,
SMA, dan SMK. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif maka dalam Permendikbud
tentang Standar Proses dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu
dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya)
bukan hanya menyelesaikan masalah. Di samping itu pembelajaran diarahkan
untuk melatih peserta didik berfikir analitis dalam pengambilan keputusan
bukan berfikir mekanistis (rutin) serta mampu bekerjasama dan berkolaborasi
dalam menyelesaikan masalah.

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang


strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum.
Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka
didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui
pemikiran dan penelitian secara mendalam.

Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan ilmiah (saintifik) dalam


pembelajaran dan penilaian otentik yang menggunakan prinsip penilaian
sebagai bagian dari pembelajaran. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran
perlu diperkuat dengan menerapkan model pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery / inquiry learning). Mata pelajaran Kimia
di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan
keterampilan dan penalaran. Para ahli kimia (kimiawan) mempelajari gejala
alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses itu misalnya pengamatan
dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur pada saat
mengumpulkan dan menganalisis data

Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah pedoman mata pelajaran kimia


dalam rangka membantu guru dalam memahami konsep Kurikulum 2013
terkait dengan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Kompetensi Inti, dan
Kompetensi Dasar serta pendekatan saintifik dan penilaian otentik dalam mata
pelajaran kimia sehingga guru mampu mengimplementasikan Kurikulum
2013.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk dapat memahami model konsep kurikulum kimia 2013 SMA kelas
XI
2. Untuk dapat mengetahui dan memahami komponen-komponen kurikulum
kimia 2013 SMA kelas XI
BAB II
ISI

2.1 Model Konsep Kurikulum Kimia 2013 SMA Kelas XI

Adapun hasil pengamatan berdasarkan kurikulum Kimia 2013 SMA Kelas XI


model konsep kurikulum yang digunakan adalah kurikulum subyek akademis
dengan sedikit penggabungan dengan kurikulum teknologi. Dengan alasan
yang mendukung model konsep tersebut antara lain:
1. Kurikulum subyek akademis
a. Topik pokok pada pembelajaran diorganisasikan berdasarkan atas
fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan masalah-masalah
yang ada. Misalnya seperti kelimpahan, sifat fisika, dan sifat kimia
suatu unsur disusun berdasarkan fenomena alam yang sebenarnya.
b. Pembelajaran tersusun tanpa ada batasan-batasan ilmu. Misalnya
materi Struktur Atom dan Sistem Periodik, Ikatan kimia dan Bentuk
molekul, Larutan Elektrolit dan Larutan Non-elektrolit, Konsep Reaksi
Oksidasi Reduksi dan Bilangan Oksidasi, Tatanama senyawa
anorganik dan organik, Stoikiometri dibahas dalam sudut padang ilmu
kimia yang sebenarnya.
c. Setelah itu mengenai evaluasi hasil belajar dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang menunjukkan apakah siswa sudah mencapai
kompetensi yang diharapakan dan mencapai indikator.

2. Kurikulum teknologi pendidikan:


a. Era globalisasi modern seperti sekarang ini penggunaan teknologi
sudah tidak asing lagi bahkan sangat penting dalam dunia pendidikan.
Oleh karena itu, proses pembelajaran kurikulum kimia 2013 SMA
kelas XI juga memanfaatkan teknologi misalnya internet sebagai
media dan sumber belajar. Akan tetapi tetap menjadikan buku sebagai
pedomannya.

2.2 Komponen-Komponen dalam Kurikulum Kimia 2013 SMA Kelas XI

Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan


dipertimbangkan, yaitu:
a. tujuan yang ingin dicapai,
b. materi yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan,
c. susunan materi/pengalaman belajar,
d. evaluasi apakah tujuan yang ditetapkan tercapai (Tyler, 1949).

Komponen-komponen kurikulum antara lain:


a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif
pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan
Nasional, bahwa : " Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab".

Adapun tujuan dalam Mata pelajaran kimia di SMA/MA sebagai berikut:


1. Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia,
laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan
tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya
bersifat tentatif.
2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: sikap jujur dan obyektif
terhadap data; disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan; sikap terbuka (bersedia menerima pendapat orang lain serta
mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya
tidak benar); ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan
ilmiah (tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi/data
empiris); dan bekerjasama dengan orang lain.
3. Membentuk sikap positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik untuk
mempelajari kimia lebih lanjut karena kemampuan kimia
menjelaskan secara molekuler berbagai peristiwa alam dan berperan
penting dalam pengembangan teknologi.
4. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya sebagai
bekal belajar kimia di perguruan tinggi.
5. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan
pengujian hipotesis dengan melakukan eksperimen (yang mungkin
melibatkan penggunaan instrumen), pengambilan data, pengolahan
dan interpretasi data, serta mengomunikasikan hasil eksperimen
secara lisan dan tertulis.
6. Meningkatkan kesadaran terhadap aplikasi ilmu kimia yang dapat
bermanfaat dan juga mungkin merugikan bagi individu, masyarakat,
dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan
melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
7. Menerapkan konsep-konsep kimia untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

b. Komponen Isi/Materi Kimia SMA Kelas XI

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak
didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi
kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program
masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut
disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Pada Kurikulum 2013, materi pembelajaran dirumuskan dari KD KI-3.
Secara garis besar materi pembelajaran kimia di SMA kelas XII menurut
Permendikbud No.69 Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Senyawa Hidrokarbon dan Minyak Bumi (Struktur, Sifat dan
Penggolongan Senyawa Hidrokarbon, Pembentukan dan Pemisahan
Minyak Bumi, Dampak Pembakaran Hidrokarbon),
2. Termokimia (Reaksi Eksoterm dan Endoterm, Menentukan Entalpi
Reaksi); Laju Reaksi (Teori Tumbukan, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Laju Reaksi, Orde Reaksi);
3. Kesetimbangan Kimia (Faktor-faktor yang mempengaruhi Pergeseran
Kesetimbangan, Tetapan Kesetimbangan);
4. Asam dan Basa (Perkembangan Konsep Asam dan Basa, Indikator
asam-basa, pH, Titrasi Asam-Basa);
5. Hidrolisis (Sifat Garam yang terhidrolisis, Tetapan Hidrolisis, pH
garam) ;
6. Larutan Penyangga (Sifat Larutan Penyangga, pH larutan Penyangga,
Peranan Larutan Penyangga dalam Tubuh Mahluk Hidup);
7. Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan (memprediksi terbentuknya
Endapan, Pengaruh Penambahan Ion Senama);
8. Sistem Koloid (Jenis Koloid, Sifat Koloid, Pembuatan Koloid, Peranan
koloid dalam Kehidupan Sehar-hari dan Industri)

c. Strategi Pembelajaran

Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar


yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi
pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi
pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur
kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus
dalam pengajaran.

Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana


kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide,
harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu
mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya
menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi
pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.

Berdasarkan Permendikbud tentang Standar Proses, disebutkan bahwa


proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Sesuai dengan hakekat Kurikulum 2013, pembelajaran kimia meliputi


pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta kemampuan berpikir melalui
interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang melalui kegiatan
pembelajaran dalam silabus dan RPP. Dalam kegiatan pembelajaran
peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan apa yang
sudah ditemukan dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran harus
menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut
dengan instructional effect (efek langsung). Pembelajaran ini berkenaan
dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3
dan KI-4. Keduanya dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1
dan KI-2. Dapat dikatakan bahwa pengembangan KD dari KI-1 dan KI-2
terjadi sebagai nurturant effect (efek pendamping) dari kegiatan
pembelajaran menyangkut KD dari KI-3 dan KI-4.

Sebelum melaksanakan pemilihan materi pembelajaran, terlebih dahulu


perlu diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran. Kriteria pokok
pemilihan materi pembelajaran adalah standar kompetensi lulusan, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi
pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh gurudi satu pihak dan
harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi
pembelajaran yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan materi
pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran, sampailah kita
pada langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran. Secara garis
besar langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran meliputi:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pengembangan
materi pembelajaran. Sebelum menentukan materi pembelajaran
terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek
tersebut perlu ditentukan karena setiap aspek standar kompetensi dan
kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran. Perlu ditentukan apakah standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang harus dipelajari siswa termasuk aspek atau
ranah:
a. Kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
sintesis, analisis, dan penilaian.
b. Psikomotorik yang meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin.
c. Afektif yang meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian, dan
internalisasi.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau materi pembelajaran yang berbeda-beda untuk
membantu pencapaiannya.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi materi pembelajaran. Sejalan
dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran
juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci
dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan
prosedur, seperti telah diuraikan di depan.
3. Memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasaryang telah teridentifikasi tadi.
Pemilihan jenis materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan
standar kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu, perlu
diperhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi.
Sebagaimana disebutkan di point B di atas, materi yang akan diajarkan
perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip,
prosedur, afektif, atau gabungan lebih dari pada satu jenis materi.
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan,maka
guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya.
Identifikasi jenis materi pembelajaranjuga penting untuk keperluan
mengajarkannya, sebab setiap jenis materi pembelajaran memerlukan
strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem
evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan
materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan
keledai”, “jembatan ingatan”(mnemonics), sedangkan metode untuk
mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.Cara yang paling mudah
untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan
adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar,
kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa
fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik.
Mengacu pada hakekat, tujuan dan karakter materi kimia maka
pembelajaran kimia semestinya dirancang dengan mengakomodasi
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut.

d. Pendekatan Pembelajaran
1. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan
saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti
pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan
suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak,
pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project-
based learning, problem-based learning, inquiry learning.
Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung
(direct instructional) dan tidak langsung (indirect
instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran
yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui
interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta
didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.
Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak
pembelajaran (instructional effect).

Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi


selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan
menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect).
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan
nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini
berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang
dilakukan dalam proses pembelajaran langsung.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran kimia dapat
diterapkan dengan langkah-langkah metode ilmiah, yaitu:
melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang
eksperimen untuk menguji hipotesis, menerima atau menolak
hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan.
Implementasi pendekatan ilmiah pada kurikulum 2013
tercermin pada kegiatan pembelajaran dalam silabus, yakni
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi dan mengomunikasikan.

2. Pendekatan Keterampilan Proses


Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik khusus dalam
pendekatan pembelajaran. Pembelajaran kimia lebih
menekankan pada penerapan keterampilan proses. Aspek-aspek
pada pendekatan ilmiah (scientific approach) terintegrasi pada
pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah.
Keterampilan proses sains merupakan seperangkat
keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah. Keterampilan yang dilatihkan ini dikenal
dengan keterampilan proses IPA. American Association for
the Advancement of Science (1970) mengklasifikasikannya
menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terpadu. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman
pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat
lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
e. Rancangan Pembelajaran
Dokumen operasional untuk rancangan pembelajaran setiap mata
pelajaran adalah Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
 Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling
sedikit memuat:
 Identitas mata pelajaran
 Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan
kelas;
 kompetensi inti, merupakan gambaran secara
kategorial mengenai
 kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran;
 kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang terkait muatan atau mata pelajaran;
 materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk
butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;
 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan
oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan;
 penilaian, merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik;
 alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran
dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau
satu tahun; dan
 sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
relevan.
Pengembangan silabus mengacu pada Permendikbud tentang
Standar Isi, Permendikbud tentang Standar Proses,
Permendikbud tentang Standar Penilaian, dan Permendikbud
tentang Kurikulum SMA/MA. Untuk Kurikulum 2013 silabus
dikembangkan di tingkat pusat yang digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.

f. Media dan Sumber Belajar

Belajar merupakan proses komunikasi antara guru dengan peserta


didik serta antar peserta didik itu sendiri. Dalam proses
komunikasi diperlukan media agar proses komunikasi tersebut
berlangsung secara efektif. Media merupakan segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk
belajar. Sementara menurut Permendikbud tentang Standar Proses
dinyatakan bahwa “Media pembelajaran adalah alat bantu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran”.

Pesan yang disampaikan dalam proses pembelajaran seharusnya


memenuhi kriteria benar, akurat, tidak multi tafsir, dan actual.
Untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukan sumber belajar
sebagai rujukan. Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dibedakan dengan tegas
antara media dengan sumber belajar. Sebagai contoh, dalam proses
pembelajaran digunakan pesawat televisi, maka pesawat televisi
tersebut berfungsi sebagai media, sementara isi berita yang
disampaikan merupakan sumber belajar. Contoh lain dalam
pembelajaran berbasis TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi), perangkat keras yang digunakan seperti komputer,
LCD proyektor, dan layar berfungsi sebagai media pembelajaran,
sementara perangkat lunak yang ditayangkan merupakan sumber
belajar.
1. Media Pembelajaran Kimia
Media pembelajaran harus dirancang, disusun, dibuat, dan
disiapkan sedemikian rupa oleh guru sehingga dapat
digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan fungsinya.
Oleh karena itulah, media yang digunakan dalam suatu proses
pembelajaran merupakan suatu karya dan digolongkan sebagai
“teknologi dalam pembelajaran”. Berikut beberapa jenis media
dalam pembelajaran.
Dari sekian jenis media pembelajaran, pada dasarnya jenis
media yang tergolong “Alat Bantu” hampir tidak menunjukkan
perbedaan untuk semua mata pelajaran. Selain yang umum
digunakan dalam pembelajaran, dalam pembelajaran kimia
digunakan berbagai alat bantu charta dan gambar seperti tabel
periodik unsur, tabel kereaktifan unsur, serta gambar bahan
dan peralatan kimia. Jenis media “Alat Peraga” memiliki
karakter yang berbeda untuk setiap mata pelajaran. Berikut
disajikan contoh media “Alat Peraga” untuk mata pelajaran
kimia.
a. Benda Asli
Media yang tergolong benda asli dalam pembelajaran kimia
adalah semua bahan-bahan kimia baik yang dibuat (sintesis)
maupun alami, seperti batuan, pasir besi, kuarsa, bahan kimia
yang ada di laboratorium. Alat-alat laboratorium yang sering
digunakan dalam berbagai percobaan kimia termasuk ke dalam
golongan media benda asli.
b. Model
Molymod merupakan satu contoh alat peraga yang termasuk
jenis model. Contoh model lainnya yang seringkali digunakan
dalam pembelajaran kimia adalah model bangun atom dan
molekul. Alat peraga ini dapat dibuat dengan menggunakan
berbagai bahan dasar seperti balon, plastisin, bola-
bola plastik, dan lain-lain.
c. Multimedia interaktif
Media yang tergolong interaktif umumnya merupakan
gabungan dari berbagai media (visual, audiovisual, suara) serta
melibatkan interaksi dengan pebelajar secara aktif. Seiring
dengan perkembangan teknologi dan informasi, multimedia
dalam pembelajaran kimia menjadi lebih variatif. Saat telah
banyak diproduksi multimedia pembelajaran kimia interaktif
yang dapat diunduh bebas dari berbagai laman seperti Google,
Youtube, dan Wikipedia (Wikipedia.org).

2. Sumber Belajar dalam Pembelajaran Kimia


Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat
berupa buku teks mata pelajaran, majalah, koran,berita di
televisi dan radio, situs internet, pendapat nara sumber, serta
lingkungan fisik, dan alam.

Contoh situs internet yang memuat materi pembelajaran kimia


adalah sebagai berikut.
 Untuk akses software kimia dapat diunduh di:
www.cresset-group.com ; www.chemakson.com
 Untuk akses software tentang MSDS: www.dr-
software.com
 Untuk virtual lab kimia (advance chemlab simulation):
www.modelscience.com
 Untuk ensiklopedia kimia dapat diunduh di :
http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Chemistry_softw
are
 Untuk modeling molekuler dapat diunduh di:
http://www.hyper.com ; http://chemdoodle.com/ ;
http://www.sciencegeek.net/Chemistry/chemware/che
mware.shtml ; http://en.softonic.com/s/free-chemistry-
software

g. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas


pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan
salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh
informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran,
keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu
sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang
diperlukan.
 Strategi Penilaian
Penilaian Hasil Belajar adalah proses pengumpulan
informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
ranah sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan
dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan/atau setelah
proses belajar suatu kompetensi, satu semester, satu tahun untuk
suatu muatan/mata pelajaran, dan untuk penyelesaian pendidikan
pada suatu satuan pendidikan.

Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based


education), kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-
based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery
learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter
tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai
pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran
perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah
dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian otentik


(authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian otentik
memerlukan perwujudan pembelajaran otentik (authentic
instruction) dan belajar otentik (authentic learning). Hal ini
diyakini bahwa penilaian otentik lebih mampu memberikan
informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid
Penilaian otentik merupakan pendekatan, prosedur, dan
instrumen penilaian proses dan capaian pembelajaran peserta
didik dalam penerapan sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan,
dan keterampilan yang diperolehnya dalam bentuk pemberian
tugas perilaku nyata atau perilaku dengan tingkat kemiripan
dengan dunia nyata di sekolah dan di luar sekolah, misalnya
menyelidiki kadar asam asetat dalam cuka dapur. Berikut ini
merupakan hal-hal mendasar pada penilaian otentik :
- Penilaian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
pembelajaran
- Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah
- Menggunakan berbagai cara dan kriteria
- Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap)
- Peserta didik mengkonstruk responnya sendiri, bukan
sekadar memilih dari yang tersedia
- Tugas merupakan tantangan yang ada atau yang mirip
dihadapi dalam dunia nyata
- Tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang
benar [banyak/semua jawaban benar]

 Teknik dan Instrumen Penilaian


Kurikulum 2013 menerapkan penilaian otentik untuk menilai
kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Teknik dan instrumen yang dapat digunakan
untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan sebagai berikut :
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Penilaian sikap diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
dasar pada KI-1 dan KI-2. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui
observasi, penilaian diri, penilaian sejawat, dan penilaian melalui
jurnal. Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik yang hasil akhirnya
dihitung berdasarkan modus.
a. Observasi
Sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam melalui
pengamatan dengan menggunakan format yang berisi sejumlah
indikator perilaku yang diamati, baik yang terkait dengan mata
pelajaran maupun secara umum. Pengamatan terhadap sikap dan
perilaku yang terkait dengan mata pelajaran dilakukan oleh guru
yang bersangkutan selama proses pembelajaran berlangsung,
seperti: ketekunan belajar, percaya diri, rasa ingin tahu, kerjasama,
kejujuran, disiplin, peduli lingkungan, dan selama peserta didik
berada di sekolah atau bahkan di luar sekolah selama perilakunya
dapat diamati guru.

b. Penilaian diri (self assessment)


Penilaian diri digunakan untuk memberikan penguatan
(reinforcement) terhadap kemajuan proses belajar peserta didik.
Penilaian diri berperan penting bersamaan dengan bergesernya
pusat pembelajaran dari guru ke peserta didik yang didasarkan
pada konsep belajar mandiri (autonomous learning). Untuk
menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu
tinggi dan subyektif, penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria
yang jelas dan objektif. Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik
di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
2) Menentukan kompetensi yang akan dinilai.
3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
4) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek,
atau skala penilaian.
Pada dasarnya teknik penilaian diri ini tidak hanya untuk aspek
sikap, tetapi juga dapat digunakan untuk menilai kompetensi
dalam aspek keterampilan dan pengetahuan.

c. Penilaian sejawat (peerassessment)


Penilaian sejawat atau antarpeserta didik merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai
terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar pengamatan antarpeserta didik. Format yang
digunakan untuk penilaian sejawat dapat menggunakan format
seperti contoh pada penilaian diri.

d. Penilaian melalui jurnal (anecdotal record)


Jurnal merupakan rekaman catatan guru dan/atau tenaga
kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan perilaku
positif atau negatif, di luar proses pembelajaran mata pelajaran.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Soal tes tertulis yang menjadi penilaian otentik adalah soal-soal
yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri,
seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta
didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri,
misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. Kelemahan tes tertulis bentuk uraian antara lain
cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu
lebih banyak dalam mengoreksi jawaban.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan


Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan
keterampilan konkrit. Keterampilan konkrit memerlukan
keterampilan abstrak berupa pengetahuan, kemampuan berpikir
dan sikap. Keterampilan abstrak terutama terdiri dari keterampilan
berpikir sedangkan keterampilan konkrit berupa keterampilan
melakukan sesuatu dan menghasilkan sesuatu. Penilaian
kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan:
- Kinerja/praktik
- Skala penilaian
- Projek
- Produk
- Portofolio
- Tertulis
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pedoman mata pelajaran Kimia dimaksudkan untuk membantu guru dan


stakeholder dalam memahami konsep Kurikulum 2013 mata pelajaran Kimia
di SMA/MA sehingga guru terinspirasi dan mampu mengimplementasikan
kurikulum tersebut sesuai dengan tujuannya, yaitu mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Dengan adanya panduan ini diharapkan kreativitas guru
semakin meningkat sesuai kondisi dan situasi sekolah dan siswanya.

Hal yang harus selalu menjadi patokan bagi guru kimia adalah tujuan
pembelajaran Kimia di SMA/MA dan kompetensi inti. Melalui
pembelajaran Kimia siswa harus disiapkan agar melek sains, bersikap dan
bertindak ilmiah, mengetahui dan dapat melakukan kerja ilmiah atau
membangun pengetahuan melalui penyelidikan sendiri sesuai dengan tahapan
usianya, bisa diawali dengan penyelidikan yang dipandu di tahap awal.

Anda mungkin juga menyukai