Anda di halaman 1dari 7

2.2.

4 Proses Terjadinya Gempa

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu
lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain.
Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori
Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil
menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya
gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak
samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle).
Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer.
Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak
benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat
dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan
batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini
sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan
satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan
lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik. Pergerakan Lempeng (Plate Movement)
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan
lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen, konvergen, dan
transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun jarang, yaitu pertemuan
simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak bertemu.

1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen
2. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi,
yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip
beneath another). Batas konvergen ada 3 macam, yaitu :
a. Antara lempeng benua dengan lempeng samudra,
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng
ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh.
Pada lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi
(volcanic mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi
penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
b. Antara dua lempeng samudra
Salah satu lempeng samudera menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya,
menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang
pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi
ini ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik
(volcanic island chain).
c. Antara dua lempeng benua.
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya.
Karena keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak
cukup berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian
yang bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non
vulkanik (mountain range).
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each
other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).

2.1. Gelombang Seismik


Gempa bumi umumnya menggambarkan proses mekanika medium yang terakumulasi
dalam bentuk rapatan (stress) dan regangan (strain). Gempa bumi yang terjadi akibat osilasi
(pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium akan merambat dalam bentuk gelombang
seismik. Gelombang seismik termasuk gelombang elastik karena medium yang dilewati
bersifat elastis. Penjalaran gelombang seismik bergantung pada sifat elastik batuan. Jika
dilihat dari tempat penjalarannya, gelombang seismik dapat dibedakan menjadai gelombang
tubuh (body wave) yang menjalar di bagian dalam bumi (interior) dan gelombang permukaan
(surface wave) yang merambat di bagian luar bumi/permukaan (eksterior). Gelombang badan
terdiri dari 2 (dua) jenis gelombang yaitu gelombang P (presure wave) dan gelombang S
(shear wave), sedangkan untuk gelombang permukaan juga terdiri dari 2 (dua) macam
gelombang yaitu gelombang Love dan gelombang Rayleigh (Telford et al., 1990). Penjalaran
gelombang seismik dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Penjalaran Gelombang Seismik[ CITATION Paw16 \l 1033 ].

2.1.1. Gelombang Badan


Gelombang badan merupakan gelombang dengan karakteristik arah perambatan masuk
ke bawah permukaan bumi. Gelombang badan terdiri atas gelombang kompressional
(gelombang longitudinal atau P-wave) dan gelombang geser (gelombang transerval atau S-
wave) (Amaliyah, 2017). Gelombang badan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu gelombang
primer (P) dan gelombang sekunder (S).
Gelombang P memiliki arah getar sejajar terhadap arah rambat gelombang atau juga
disebut sebagai gelombang longitudinal seperti pada Gambar 2.1. Gelombang P memiliki
sifat dilatasi, kompresi, dan irrotasional. Dalam perekaman gelombang seismik, gelombang P
memiliki kecepatan perambatan paling besar dibandingkan dengan gelombang seismik yang
lain. Gelombang P mampu merambat melalui medium padat, cair, dan gas (Setiawati, 2016).
Kecepatan gelombang P di kerak bumi sebesar 4-7 km/s, di dalam inti dan mantel bumi
besarnya lebih dari 8 km/s, lalu di air sekitar 1,5 km/s dan di udara sekitar 0,3 km/s (Sudrajat,
2017).
Berikut ini adalah persamaan kecepatan gelombang P :

Vp=α=¿

Keterangan :
√ ( λ+ 2 μ )
ρ
=
√ ( K + 43 μ)
ρ
(2.1)
Vp = α = Kecepatan gelombang P (m/s)
λ = Konstanta Lame (N/m2)
µ = Rigiditas (N/m2)
ρ = Densitas (kg/m3)
K = Konstanta Bulk
(Lowrie, 2007)

Gambar 2.1. Skema arah perambatan gelombang P (Elnashai, 2008)

Gelombang P seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 mampu merambat melalui medium
padat, cair, dan gas dimana semua itu memiliki sifat kompresibel (K ≠ 0). Perlu diketahui
bahwa dalam cairan dan gas tidak mengalami tegangan geser maka nilai µ pada medium cair
dan gas akan bernilai nol.
Sedangkan gelombang S memiliki perambatan yang lebih lambat daripada gelombang
P. Pada Gambar 2.2 dapat diketahui bahwa arah gerak partikel gelombang S tegak lurus
dengan arah rambat gelombangnya. Gelombang S ini terbagi menjadi dua yaitu komponen
horizontal (SH) dan komponen vertikal (SV) (Putri, 2016). Gelombang SH adalah gelombang
S yang gerak partikelnya terpolarisasi pada bidang horizontal, sedangkan gelombang SV
adalah gelombang S yang gerak partikelnya terpolarisasi pada bidang vertikal. Persamaan
gelombang S ditunjukkan sebagai berikut :

Vs= β=¿
√ µ
ρ
(2.2)

Keterangan :
Vp = β = Kecepatan gelombang S (m/s)
µ = Rigiditas (N/m2)
ρ = Densitas (kg/m3)
(Lowrie, 2007).
Gambar 2.2. Skema arah perambatan gelombang S (Elnashai, 2008)

Gelombang S hanya dapat merambat pada medium padat karena pada medium cair dan gas µ
bernilai nol sehingga kecepatannya juga akan bernilai nol (Telford et al., 1990).

2.2.2. Gelombang Permukaan


Gelombang permukaan merupakan gelombang seismik yang memiliki arah rambatan
hanya pada batas permukaan medium. Berdasarkan sifat gerakan partikel media elastik,
gelombang permukaan merupakan gelombang yang kompleks yang memiliki frekuensi
rendah dan amplitude besar. Gelombang permukaan menjalar akibat adanya efek free surface
dimana terdapat perbedaan sifat elastik. Ada dua jenis gelombang permukaan ada dua yaitu
gelombang Rayleigh dan gelombang Love (Susilawati, 2008).
Gelombang Rayleigh terjadi karena adanya interferensi konstruktif antara gelombang P
dan S komponen vertikal, akibatnya partikel gelombang Rayleigh akan dipolarisasikan pada
bidang vertikal seperti pada Gambar 2.3. Gelombang Rayleigh memiliki nilai amplitudo yang
menurun secara eksponensial terhadap pertambahan kedalaman (Lowrie, 2007). Gelombang
Rayleigh termasuk gelombang dengan sifat merusak karena memiliki nilai amplitudo besar
dan frekuensi yang rendah sehingga pergerakan gelombangnya menggulung (retrograde)
(Reynold, 1997). Karena termasuk jenis gelombang permukaan, maka pada sumber yang
lebih dekat ke permukaan akan memiliki gelombang Rayleigh yang lebih kuat dibandingkan
sumber yang terletak di dalam bumi (Lay dan Wallace, 1995).
Gambar 2.3. Skema arah perambatan gelombang Rayleigh (Elnashai, 2008)

Besar nilai kecepatan gelombang Rayleigh selalu lebih kecil daripada kecepatan
gelombang S. Persamaanya adalah sebagai berikut :
1
vR = 0,9( v s) 2 (2.3)

Keterangan :
vR = Kecepatan gelombang Rayleigh (m/s)
vs = Kecepatan gelombang S (m/s)
(Telford, et al., 1990).
Sedangkan gelombang Love merupakan gelombang dimana gerakan partikelnya berupa
kombinasi antara gerakan partikel gelombang primer dan gelombang sekunder. Gelombang
Love terjadi karena interferensi konstruktif dari gelombang P dan S komponen horizontal
sehingga terbentuk pada bidang datar (horizontal) antara permukaan (Lowrie, 2007). Arah
perambatan gelombang ini dapat diilustrasikan oleh Gambar 2.4. Gelombang ini lebih cepat
apabila dibandingkan gelombang Rayleigh. Penjalaran gelombang Love akan memberikan
efek geser medium ke arah horisontal tegak lurus pada arah rambat gelombang di permukaan
tanah (Nugroho, 2017).
Arah rambat gelombang Love akan menyebabkan bangunan di atas tanah mengalami
getaran kearah mendatar sehingga menimbulkan potensi kerusakan pada bangunan (Effendi,
2018). Besar kecepatan gelombang ini tergantung nilai panjang gelombang dan memiliki
variasi di sepanjang permukaan di mana nilainya adalah β1 < VL < β2 (Lowrie, 2007).
Gambar 2.4. Skema arah perambatan gelombang Love (Elnashai, 2008)

Anda mungkin juga menyukai