Anda di halaman 1dari 2

Stroke merupakan defisit neurologik yang timbul semata mata karena penyakit pembuluh

darah otak dan bukan oleh sebab lainnya (MissBach J, 2007).


Di Indonesia penyakit stoke dan jantung menempati peringkat pertama tingkat kevatalan
penyakit tidak menular(PTM) yang di rawat inap di rumah sakit tahun 2009-2010 dengan
presentase 8,7% (Snell RS, 2010).
Stroke merupakan penyeab kematian nomor 2 dari PTM yang di rawat inap di Rumah Sakit
Indonesia tahun 2010 setelah perdarahan intra kranial dengan presentase 13,72% (Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI, 2012).
Stroke adalah penyakit serebro Vaskular yang bermanivestasi sebagai gangguan neurologic
yang mendadak. Sakit kepala, hipertensi akut, dan muntah dengan defisit neurologi yang
terjadi pada hemoragic, membedakannya dengan stroke iskemik (Roper AH: 2005)
Pasien stroke sering mengalami disfagia terutama pada fase akut yaitu sekitar 30-50% pasien,
sehingga pasien beresiko mengalami dehidrasi, mel nutrisi, dan aspirasi pnemonia (Wirth R,
dkk; 2013)
Faktor resiko penyakit stroke terdiri atas faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan
dapat di modifikasi. Faktor reiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia ≥ 45 tahun pada
laki-laki dan ≥55 tahun pada perempuan atau menopause prematur tanpa terapi penggantian
estrogen termasuk juga riwayat stroke dalam kelurga. Sementara hipertensi, diaetes mellitus,
vibrilasi atrium, merokok, kecanduan alkohol, obesitas, dan dislipidemia yang disertai dengan
penyakit jantung koroner merupakan faktor resiko yang dapat dimodifikasi (Brown CT, dkk;
2011).
Faktor lain yang berperan pada penyakit stroke adalah kadar asam urat darah yang tinggi.
Peningkatan kadar asam urat darah berhubungan dengan outcome klinis yang buruk pada
pasien stroke. Hal ini berkaitan dengan ketealan arteri dan fungsi endotel pembuluh darah
(Khan F, dkk; 2008).
Tata laksana nutrisi yang diberikan bertujuan untuk mencegah malnutrisi dan
mempertahankan status hidrasi yang adekuat, akibat disfagia, penurunan kesadaran, dan
depresi yang dapat mengurangi asupan nutrisi pasien. Pemberian nutrisi dapat dilakukan
melalui jalur enteral dan parenteral jika terjadi disfagia. Selain itu faktor resiko stroke perlu
di pertimbangkan juga dalam memberikan nutrisi (Remig VM, Roman GC; 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok tertarik untuk mengembangkan

desain inovatif dalam rangka pemberian nutrisi melalui NGT (Nasogastric Tube) pada

pasien Stroke Non Hemoragic dan Stroke Hemoragic di Ruang Alamanda RSUD

dr.Adhyatma,MPH Semarang.

B. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara pemberian nutrisi

melalui NGT (Nasogastric Tube) pada pasien Stroke Non Hemoragic dan Stroke

Hemoragic

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan karakteristik responden Stroke Non Hemoragic dan Stroke

Hemoragic

b. Memberikan edukasi pemerian nutrisi pada pasien Stroke Non Hemoragic dan

Stroke Hemoragic

C. Manfaat Penulisan

Hasil desain inovatif ini dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu:

1. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai

referensi dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pengelolaan pasien

yang mengalami Stroke Non Hemoragic dan Stroke Hemoragic

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi ilmiah

3. Bagi masyarakat

Sebagai masukan dalam meningkatkan perilaku tentang pemerian nutrisi pada pasien

Stroke Non Hemoragic dan Stroke Hemoragic

Anda mungkin juga menyukai