Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak,
protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa
konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes
mellitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi Hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2015 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah
tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada
umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria.
Orang sering cemas bila tekanan darahnya tinggi atau rendah. Tapi yang lebih
penting sebenarnya adalah mengetahui batas toleransinya. Secara umum ada dua
komponen tekanan darah, yaitu tekanan sistolik (angka atas) alias kekuatan
pendorong yang timbul akibat pengerutan bilik jantung, dan tekanan diastolik (angka
bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat
jantung mengendur antardenyut. Akibat dari mengerut dan mengendurnya jantung ini
timbul tekanan pada dinding arteri atau pembuluh darah. Tekanan darah dikatakan
tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang diperlukan untuk memelihara aliran
darah yang tetap.
Tekanan darah juga tergantung pada aktivitas tubuh seperti berolahraga, kegiatan
rumah tangga, stres, rasa cemas ataupun rasa takut. Pada saat itu, tekanan darah
meninggi dan bisa menembus batas normal. Namun, dengan beristirahat tekanan
darah akan kembali normal. Dikatakan normal apabila tekanan sistolik tidak lebih dari
140 mm Hg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mm Hg. Yang paling ideal
adalah 120/80 sistolik/diastolik). Tekanan dikatakan tinggi kalau sistolik lebih dari
160 mm Hg dan diastolik di atas 99 mm Hg, dan angka itu muncul selama tiga kali
pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 - 8 minggu.Dalam bukunya Kiat
Menghindari Penyakit Jantung, dr. Mark Payne menekankan, bila seseorang sudah
cenderung memiliki penyakit tekanan darah tinggi, nomor satu ia harus selalu
memperhatikan diastoliknya. Sebagai patokan, untuk usia 20 - 60 tahun, batas normal
diastolik 90 - 100 mm Hg. Di atas 65 tahun 100 - 110 mm Hg. Namun, "Bila angka
diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," tulis dr. Sadoso Sumosardjuno,
DSOK, dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3.

1
2

Dalam kenyataan, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas,
apalagi bila masih dalam taraf awal. Satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah
melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun. Untuk mereka
yang mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai
sejak usia 20-30-an
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab utamakesakitan
dan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO)melaporkan bahwa pada
tahun 2002 PPOK menempati urutan kelimasebagai penyebab utama kematian di
dunia dandiperkirakan pada tahun 2030 akanmenjadi penyebab kematian ketiga di
seluruh dunia. Menurut perkiraan WHO,terdapat 80 juta orang menderita PPOK
derajat sedang Lebih dari 3 jutameninggal karena PPOK pada tahun 2005, sekitar 5%
dari jumlah semuakematian secara global. (WHO, 2016).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas darigangguan,
yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma.Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan
dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru paru.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyebabkematian kelima
terbesar di Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang lebih dari25% populasi dewasa.
(Smeltzer & Bare, 2015).
Akhir akhir ini chronic obstructive pulmonary disease (COPD )ataupenyakit paru
obstruksi kronik (PPOK) semakin menarik untuk dibicarakanoleh karena prevalensi
dan mortalitas yang terus meningkat. Di Amerika kasuskunjungan pasien PPOK di
instansi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta,726.000 memerlukan perawatan
dirumah sakit dan 119.000 meninggal selamatahun 2000. Sebagai penyebab kematian,
PPOK menduduki peringkat ke empatsetelah penyakit jantung, kanker dan penyakit
serebro vaskular .Biaya yangdikeluarkan untuk penyakit ini mencapai 24 Miliyar per
tahunnya. World health organization (WHO) bahwa menjelang tahun 2017 prevalensi
PPOK akanmeningkatBerdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
1995,PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat kematian ke lima
diIndonesia Prevalensi bronkitis kronik dan PPOK berdasarkan SKRT tahun
1995adalah 13 per 1000 penduduk, denganperbandingan antara laki-laki
dan perempuan adalah 3 berat. Menurut SKRT tahun 2001 penyakit saluran
napasmenduduki peringkat ketiga penyebab ke matian ut ama di Indonesia
setelahsistem sirku lasi, infeksi dan parasit. Hasil survei penyakit tidak menular
3

olehDirektorat Jenderal PPM & PL di 5 Rumah Sakit Propinsi di Indonesia


(JawaBarat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, danSumatera Selatan) Pada
tahun2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang
angkakesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan
lainnya(2%) (Depkes RI, 2004)Rata- rata kematian akibat PPOK meningkat cepat,
terutama pada penderita laki- laki lanjut usia. Bronkhitis kronis ditandai oleh adanya
sekresimukus bronkus yang berlebihan dan tampak dengan adanya batuk
produktif selama 3 bulan atau lebih, dan setidaknya berlangsung selama 2 tahun
berturut-turut, serta tidak disebabkan oleh penyakit lain yang mungkin
menyebabkangejala tersebut (lawrence M. Tierney, 2002)Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan di RSDM MoewardiSurakarta ditemukan pasien dengan
diagnosa PPOK, tertama di Ruang Anggrek 1sejak Tanggal 01 Januari 2013 sampai
Tgl 1 Maret 2013 ada 40% dari 200 pasienyang dirawat di Ruang Anggrek 1.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui lebih dalam tentang hypertensi heart disease (HHD) dan penyakit
paru obstruksi kronik (PPOK) pada asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tinjauan teori mengenai hypertensi heart disease (HHD) dan
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
b. Melakukan asuhan keperawatan pada Ny.W dengan hypertensi heart disease
(HHD) dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
c. Melakukan pengkajian
d. Melakukan diagnosa keperawatan
e. Melakukan menyusun rencana keperawatan
f. Melakukan intervensi keperawatan
g. Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan pada asuhan
keperawatan tersebut

Anda mungkin juga menyukai