Anda di halaman 1dari 9

Portofolio Kasus Penyakit dan Komplikasinya

Topik : TB Paru Kasus Baru + suspek Spondylitis TB


Tanggal Kasus : 04 Juli 2018 Presenter : dr. Mohamad Evandiar Izwardy
Tanggal Presentasi : 10 Desember 2018 Pendamping : dr. Surahmat
Tempat Presentasi : Puskesmas Labuha
Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka  Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil


Deskripsi : Pasien, TN YB datang ke RSUD Labuha dengan keluhan batuk selama kurang 1 bulan, batuk terus menerus, saat istirahat
batuk tidak berkurang ,dahak (+), dahak terkadang warna kuning dan merah kecoklatan, pasien juga mengeluhkan demam menggigil
terutama saat malam hari, demam tidak diukur di rumah dan turun setelah minum obat penurun panas, nyeri dada disangkal, mual
muntah disangkal, pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di punggung belakang sebesar bola pingpong, benjolan bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir, nyeri (-), pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun semenjak sakit, makan dalam 1 hari hanya 1x
itupun hanya 2-3 sendok, pasien juga merasa berat badan menjadi turun semenjak sakit ,pasien menyangkal sebelum mengalami keluhan
serupa, di rumah pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa, pasiennya sebelumnya kerja di luar kota sebagai buruh cuci di
Kalimantan kurang lebih 3 bulan. BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak merokok dan tidak memiliki riwayat asma saat kecil

Riwayat pengobatan selama 6 bulan disangkal pasien. Riwayat alergi obat disangkal, riwayat DM dan HT disangkal

Tujuan :

Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  audit

Cara Bahasan  Diskusi  Presentasi dan diskusi  email  pos


Data Pasien Nama : NY YB(21 tahun)
Nomor Registrasi : 1771675
Nama Klinik :IGD RSUD Labuha

Data Utama Untuk Bahan Diskusi

1. Diagnosis dan Gambaran Klinis

Pasien, TN YB datang ke RSUD Labuha dengan keluhan batuk selama kurang 1 bulan, batuk terus menerus, saat istirahat batuk tidak
berkurang ,dahak (+), dahak terkadang warna kuning dan merah kecoklatan, pasien juga mengeluhkan demam menggigil terutama saat
malam hari, demam tidak diukur di rumah dan turun setelah minum obat penurun panas, nyeri dada disangkal, mual muntah disangkal,
pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di punggung belakang sebesar bola pingpong, benjolan bertambah besar dalam beberapa
bulan terakhir, nyeri (-), pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun semenjak sakit, makan dalam 1 hari hanya 1x itupun hanya 2-3
sendok, pasien juga merasa berat badan menjadi turun semenjak sakit ,pasien menyangkal sebelum mengalami keluhan serupa, di rumah
pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa, pasiennya sebelumnya kerja di luar kota sebagai buruh cuci di Kalimantan kurang
lebih 3 bulan. BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak merokok dan tidak memiliki riwayat asma saat kecil
Riwayat pengobatan selama 6 bulan disangkal pasien. Riwayat alergi obat disangkal, riwayat DM dan HT disangkal

2. Riwayat Pengobatan : Riwayat Alergi Obat disangkal.

3. Riwayat Penyakit :TB Paru (-), DM (-) Hepatitis (-), keganasan (-), Sakit jantung (-), Asma (-)

4. Riwayat Keluarga : TB paru di keluarga (-) DM (-), Hipertensi (-) Asma (-)

5. Riwayat Pekerjaan : Bekerja ibu rumah tangga

6. Kondisi Lingkungan Sosial : Os tinggal di wayamiga Memiliki1 anak, serumah dengan keluarga berjumlah 6 orang
7. Lain – lain
Objective
Kondisi Umum : compos mentis, tampak sakit sedang, tampak sesak
GCS : E4 V5 M6.
TB : 150cm
BB : 45 kg
Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 110 x/menit, isi cukup, regular, RR : 30 x/menit, tipe Thoraco-Abdominal. Suhu :
38,4ºC SpO2 : 95 %

Status Generalis :
 Kulit : Sawo matang, turgor baik
 Kepala : Normosefal, tidak ada deformitas
 Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
 Mata : conjungtiva anemis (-/-), Sclera icteric (-/-), pupil bulat isochor
 Telinga : Dalam batas normal
 Hidung : Deviasi (-), Sekret (-)
 Tenggorokan : Tonsil T1 / T1, Mukosa Faring tidak Hyperemis
 Gigi dan Mulut : mukosa mulut tenang.
 Leher : JVP < 5 cmH2O Pembersaran KGB (-), tidak ada deviasi trakea
 Paru
Inspeksi : frekuensi pernapasan : 30x/ menit, tipe Thoraco-Abdominal. Pergerakan pola napas simetris, penggunaan
otot bantu pernapasan (-).Barrel chest (-), sela iga tidak melebar
Palpasi : Simetris, Vocal vremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Ronchi paru kanan (+)/ Rhonki paru kiri (+). pleural friction rub (-) , Wheezing -/- dikedua lapang paru
 Jantung :
Inspeksi : Ictus Cordis 1 cm LMCS
Palpasi : Ictus cordis 1cm LMCS
Perkusi : Batas jantung normal.
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Tidak Terdapat deformitas dan efloresensi yang bermakna, ascites -, sagging of flank -
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Abdomen timpani.
Palpasi : Supel,Nyeri Tekan -. Hepar / Lien tak teraba.

 Punggung :
Terdapat benjolan di th-10 sebesar 3x3x2cm, konsistensi lunak, mobile (+) nyeri tekan (-)
Nyeri ketok CVA -/-
 Ekstermitas : Edema tungkai negatif di 4 ekstremitas
Kekuatan otot : 5/5, tonus otot : normotonus, CRT < 2 detik.
Diagnosis Utama : TB paru kasus baru + suspek spondylitis Tb
Manajemen Terapi
1. O2 Nasal kanul 2-3lpm dengan target SpO2 95%
2. IVFD RL 1000cc/24jam
3. Injeksi Parasetamol 1g per 4 jam
4. Rencana foto thoraks PA/Lateral; Pemeriksaan darah lengkap, cek sputum BTA

Hasil Pembelajaran :

1. Mengatahui gejala-gejala penyakit TB dan Terapinya


2. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada kasus TB
3. Mengetahui pengobatan pasien dengan TB
DASAR TEORI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. WHO tahun 2004 menyatakan bahwa
terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Laporan WHO
tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti
sebesar 39 orang per 100.000 penduduk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini
berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi
(60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut
cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik
(droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non
spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB
dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di
jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN.
Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal.
Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang
meradang (limfangitis).

Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara
menyembuhkan pasien. Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit; tidak sekedar memastikan pasien
menelan obat sampai dinyatakan sembuh, tetapi juga berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan, petugas yang terkait,
pencatatan, pelaporan, evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya.
Penatalaksanaan TB dimulai dari penemuan pasien TB yang terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi
penyakit dan tipe pasien. Setelah pasien masuk dalam klasifikasi yang telah ditentukan, barulah pengobatan yang tepat dapat dilaksanakan.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan
dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
3. Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan
kategori anak sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Pada kasus-kasus tertentu, terkadang terjadi Multy Drugs Resistence. Untuk menangani kasus ini dapat maka dapat digunakan OAT
lini ke-2. Saat ini paduan yang dianjurkan ialah OAT yang masih sensitif minimal 2 –3 OAT lini 1 ditambah dengan obat lini 2, yaitu
Ciprofloksasin dengan dosis 1000 – 1500 mg atau ofloksasin 600 – 800 mg (obat dapat diberikan single dose atau 2 kali sehari).
Pengobatan terhadap tuberkulosis resisten ganda sangat sulit dan memerlukan waktu yang lama yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa
sampai 24 bulan.
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) merupakan standar yang melengkapi guideline program penanggulangan
tuberkulosis nasional yang konsisten dengan rekomendasi WHO. Standar tersebut bersifat internasional dan baru di launching pada bulan
Februari 2006.

International Standard for Tuberculosis Care terdiri dari 17 standar yaitu 6 estándar untuk diagnosis , 9 stándar untuk pengobatan
dan 2 standar yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

Prognosis :
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Qou ad Functionam : Dubia Ad bonam
Qou ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. Eddy, PS. Sejarah dan Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis. Simposium Tuberkulosis. Surabaya, Des. 1982 : 11-20.
2. Raviglione MC, Snider DE, Kochi Arata, Global Epidemiology of Tuberculosis JAMA 1995 ; 273 : 220-26.
3. WHO.TB A Clinical manual for South East Asia. Geneva, 1997; 19-23.
4. Aditama T.Y. Tuberculosis Situation in Indonesia, Singapore, Brunei Darussalam and in Philippines, Cermin Dunia Kedokteran
1993 ; 63 : 3 –7.
5. Hudoyo, A. Penerapan Strategi DOTS bagi Penderita TB, Dalam Simposium dan Semiloka TB Terintegrasi. RSUP Persahabatan,
Jakarta, 1999.
6. Broekmans, JF. Success is possible it best has to be fought for, World Health Forum An International Journal of Health
Development. WHO, Geneva, 1997 ; 18 : 243 – 47.
7. Bing, K. Diagnostik dan klasifikasi tuberkulosis paru. RTD Diagnosis dan Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Pam Semarang, Mei
1989 1-6.
8. Suryatenggara, W. Peranan pyrazinamide dalam pengobatan tuberkulosis Yogyakarta 1984 : 43-55. paru jangka pendek.
Simposium Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Paru Bandung, 57-63.
9. PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta. 2002.
10. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta, 2007; 3-4.
11. Widodo, Eddy. Upaya Peningkatan Peran Masyarakat Dan Tenaga Kesehatan Dalam Pemberantasan Tuberkulosis. IPB, Bogor.
2004.
12. Werdhani, Retno Asti. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi,
Dan Keluarga FKUI. 2002.

Anda mungkin juga menyukai