Disusun Oleh :
2016
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi umum : meihat gambar.
2. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi kesehatan nasional, psikologi dan social yan
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, peilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh
perorangan , lingkungan keluarga , lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan,
lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain
seperti keluarga dan lingkungan social. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya
kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi konisi jiwa
seseorang , pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi
gangguan jiwa ( vibeeck, 2008 )
Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal. Kondisi
lingkungan social yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu penyebab
meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Apalagi untuk
individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu
menekan. Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah pemberian
terapi modalitas yang salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok ( TAK ). Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada
sekolompok klien yang mempunyai yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas igunakan sebagai terapi dan kelompok dihgunakan sebagai target asuhan
( Fotinash & Worret , 2004 )
Terapi kelompok adalah model pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu, fokuss terapi adalah
membuat adar diri ( self awareness ) peningkatan hubungan interpersonal, membuat
perubahan, atau ketiganya. Kelomopok adalah suatu system social yang khas yang dapat
didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling
berinteraksi, interelasi , interdependensi dan salinng membagikan norma social yang
sama. (stuart & sundeen , 1998 )
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum : klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah
yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya dan klien dapat berespons
terhadap stimulus panca indra yang diberikan.
b. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat.
2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timul dari stimulus yang
dialami.
3) Klien mamu berespon terhadap suara yang didengar.
4) Klien mampu berespon terhadap gambar yang dilihat.
5) Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar.
4. SELEKSI KLIEN
a. Kriteria Klien
Klien dengan gangguan kejiwaan : halusinasi, harga diri rendah (HDR),
b. Jumlah Peserta TAK
Peserta TAK berjumlah : 4 orang
c. Nama Peserta TAK
1) Tn.S
2) Tn.I
3) Tn.J
4) Tn.B
5. JADWAL KEGIATAN
a. Tempat Pelaksanaan TAK : ruang tamu Wisma Abiyasa
b. Lama Pelaksanaa TAK : 15 menit
c. Waktu Pelaksanaan TAK : Senin, 19 desember 2016 pukul
10.00 WIB
6. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
d. Brain Storming
7. MEDIA DAN ALAT
a. Gambar buah-buahan
b. Buku catatan laporan TAK
c. Pulpen
d. Jadwal kegiatan klien.
8. PENGORGANISASIAN
a. Leader : Ratna Arista Atikasaari
b. Co-leader : Rosalina Dyah Lestari
c. Fasilitaor : Rizki Pertiwi K
d. Observer : Rizki Swastika Putri
9. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Leader
: Co-leader
: observer
: peserta
: fasilitator
1. Memberikan
pendapat tentang
gambar
2. Memberikan
tanggapan terhadap
pendapat klien lain
3. Mengikuti kegiatan
sampai selesai.
1. Memberikan
pendapat tentang
gambar √ √ √ √
2 Memberikan
tanggapan
terhadap √ √ √ √
pendapat klien
lain
3 Mengikuti
kegiatan sampai
selesai. √ √ √ √
Lampiran 2
1. Moderator :
Moderator sudah menjalankan perannya dengan baik akan tetapi ada satu tahap yang moderator
lewati yaitu menentukan rencana tindak lanjut. Jadi, diharapkan untuk terapi aktivitas kelompok
selanjutnya moderator lebih teliti dalam melakukan tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
2. Co-Leader
Co-leader disini sudah menjalankan perannya dengan baik karena leader sendiri sudah mampu
menjalankan perannya. Akan tetapi Co-Leader lupa mengingatkan kepada leader bahwa ada satu
tahap yang terlewati yaitu rencana tindak lanjut. Jadi peran Co-leader disini kurang optimal.
3. Fasilitator
Untuk fasilitator sendiri kurang baik dalam menjalankan perannya. Fasilitator tidak menegur atau
melakukan tindakan agar peserta dapat berkonsentrasi. Perserta menjadi acuh ketika fasilitator
tidak memfokuskan kembali peserta kedalam terapi aktivitas kelompok ini.
4. Peserta
Untuk peserta sendiri sudah aktif dalam terapi aktivitas kelompok walaupun sesekali peserta asik
dengan dirinya sendiri karena fasilitator tidak mampu memfokuskan peserta keterapi tersebut.
Peserta disini juga sudah mampu memahami isi dan manfaat dari terapi aktivitas kelompok.