Anda di halaman 1dari 21

BAB I

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Nn.LR
2. Usia : 22 thn
3. Status : Belum menikah
4. Pekerjaan : Swasta
5. Suku/Kebangsaan : Jawa /Indonesia
6. Pendidikan : SMA
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jatipuro, Karanganyar
9. Ruang Ranap : Bangsal F
10. Masuk ke RS: 27-11-2017
11. Keluar dari RS: 30-11-2017
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama: Benjolan di payudara kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Terdapat benjolan pada payudara kanan, pasien pertama kali menyadarinya sekitar
1 tahun yang lalu dengan ukuran sebesar kedelai dan sekarang ukuran agak
bertambah menjadi sebesar kelereng. Ketika dipegang keras, bisa digerakkan,
pasien tidak merasa nyeri, tidak ada kelainan pada kulit payudara, tidak ada
cairan, darah, atau nanah yang keluar dari puting. Pasien tidak merasakan adanya
benjolan diketiak maupun dilokasi lainnya. Tidak ada sesak dan tidak ada nyeri
tulang, BAB lancar, BAK lancar.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat tumor payudara : disangkal


b. Riwayat alergi : disangkal
c. Riwayat mondok di rumah sakit : disangkal
d. Riwayat DM : disangkal
e. Riwayat hipertensi : disangkal
f. Riwayat operasi : disangkal
g. Riwayat trauma : disangkal
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat menarche : Pertama kali menarche diusia 12 tahun, siklus
menarche tidak menentu terkadang 1bulan/2bulan/3bulan sekali dan durasi
menarche 7-9 hari.
b. Riwayat melahirkan : disangkal
c. Riwayat menyusui : disangkal
d. Riwayat Penggunaan KB : disangkal
e. Riwayat minum alkohol : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat hipertensi : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: sedang, compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Nadi : 86 x/menit
c. Respirasi : 22 x/menit
d. Suhu : 36,40C
e. BB : 52kg
f. TB : 156cm
3. Kepala
a. Rambut : Rambut hitam, lurus, tidak mudah rontok
b. Kulit kepala : Laserasi (-), ketombe (-)
c. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra
(-/-)
d. Hidung : Sekret (-), mukosa (dbn)
e. Telinga :
a. Daun telinga : Simetris, tanda peradangan (-)
b. Liang telinga : Sekret (-)
f. Mulut :
a. Gigi : Gigi putih bersih dan tidak ada yang tanggal
b. Lidah : Lidah kotor (-)
c. Mukosa : Mulut kering (-), bau mulut (-)

4. Leher
a. Pembesaran kelenjar limfe regional tidak ditemukan.
b. JVP dalam batas normal.

5. Thorax
a. Cor
1) Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak, tidak terlihat massa dan
tanda jejas, bentuk dada normal.
2) Palpasi : Ictus Cordis teraba dan kuat angkat di SIC V linea
midclavicularis sinistra.
3) Perkusi :
a) Kanan Atas : SIC II parasternalis dextra
b) Kanan Bawah : SIC IV parasternalis dextra
c) Kiri Atas : SIC II parasternalis sinistra
d) Kiri Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra
4) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II dalam batas normal,
reguler, tidak terdapat bising.

b. Pulmo
1) Inspeksi : Pengembangan dada kiri dan kanan simetris,
ketinggalan gerak dada tidak ditemukan, retraksi intracostal
(-), massa dan perubahan warna kulit (-)
2) Palpasi :
a) Ketinggalan gerak (-/-)
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
b) Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N

3) Perkusi :
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
a. Batas paru dan hepar : SIC V Linea midclavicularis dextra
b. Batas paru dan jantung : SIC II Linea midclavicularis sinistra

4) Auskultasi :
Ronkhi Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -

6. Abdomen
a. Inspeksi : didnding abdomen dbn
b. Auskultasi : peristaltik usus dalam batas normal.
c. Palpasi : tidak teraba masa.
d. Perkusi : timpani (+)

7. Extremitas
a. Clubbing finger tidak ditemukan.
b. Edema tidak ditemukan.
c. Pitting edema (-)
d. Akral hangat pada keempat anggota gerak.
8. Status Lokalis
a. At regio mammae dekstra
1) Inspeksi : tampak benjolan di mammae (-), nipple rectracted (-), hiperemis
(-) , secret (-)
2) palpasi : Teraba benjolan konsistensi keras dikuadran superolateral,
permukaan licin, mobile (+), ukuran kurang lebih d=3 cm, nyeri (-), niplle
discharge (-) darah(-)
b. At regio mammae sinistra
1) Inspeksi : tampak benjolan di mammae (-), nipple rectracted (-), hiperemis
(-) , secret (-)
2) palpasi : Tidak teraba benjolan, nyeri (-), niplle discharge (-) darah(-)
c. At region Axilla Dextra dan Sinistra

Tidak ditemukan adanya benjolan dan tidak ada pembesaran KGB.

d. At region Supraklavikula Dextra dan Sinistra

Tidak ditemukan benjolan dan tidak ada pembesaran KGB.


D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Hematologi ( 9 November 2017)
Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Leukosit 10.0 3.8-10.6 N
Eritrosit 4.75 4.40-5.90 N
Hemoglobin 14.2 13.2-17.3 N
Hematokrit 42.8 40-52 N
Indeks eritrosit
MCV 90.1 80-100 N
MCH 29.9 26-35 N
MCHC 33.2 32-37 N
Trombosit 311 150-450 N
RDW-CV 12.6 11.5-14.5 N
PDW 8.9
MPV 9.0
P-LCR 15.9
PCT 0.28
Golongan Darah O
* Ket : H = High
L = Low
N = Normal

2. Pemeriksaan Kimia Darah


Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Gula Darah Sewaktu 92 70-120 N
Ureum 21.3 0-31 N
Kreatinin 0.73 0.60-1.10 N
Sero Imunologi
Hbs Ag Non Reaktif Non reaktif N
Anti HIV Non Reaktif Non reaktif N
Ket : H = High
N = Normal
3. Pemeriksaan Coagulasi

Hasil Nilai Rujukan Keterangan


PT
Kontrol ( PT) 10.70 8-80-12.00 N
Pasien (PT) 9.70 9.40-11.30 N
INR (PT) 0.93 0.81-1.21 N
APTT
Kontrol (APTT) 34.40 28.0-37.80 N
Pasien (APTT) 35.90 26.40-37.50 N

4. Foto Thorax PA
Hasil :

- Cor : Tidak membesar


- Pulmo : Corakan bronchovaskuler meningkat, apex kedua pulmo tenang,
diafragma dan sinus baik.
- Kesan : Gambar Bronchitis
5. Pemeriksaan Widal
Widal Hasil
Typhi O Positif, titer 1:80
Para Typhi AO Positif, titer 1:160
Para Typhi BO Negatif
Typhi H Negatif
Para Typhi AH Negatif
Para Typhi BH Positif, titer 1:320

E. DIAGNOSIS
Tumor mammae dekstra suspect FAM
Bronchitis
Thyphoid Fever

F. TINDAKAN/PENATALAKSANAAN
 Tindakan Bedah : Eksisi tumor mamae dekstra

 Medikamentosa:
- RL+Aminofluid 20tpm
- Inj Cefazolim 2x1gr
- Inj Ketorolac 3x30mg
- Inj Ranitidine 2x50mg
- Cloramphenicol 3x500mg
- Ambroxol 3x1
G. FOLLOW UP
Senin, 27 November 2017
S: A:
Benjolan di payudara kanan semenjak 1 Tumor mamae dekstra
tahun yang lalu, sebesar kelereng, nyeri
(-), cairan keluar dari puting (-).
O: P:
TD : 100/700 mmHg Plan Operasi Selasa 28-11-2017
HR : 110 x/menit Cek Widal
RR : 22 x/menit
S : 36,20C
KU/KS :Cukup / CM
Benjolan di payudara kanan d= ±3cm
lunak, imobile, nyeri tekan (-), secret (-
), darah (-), retraksi puting payudara (-),
dimpling (-), pembesaran KGB (-).
Selasa, 28 November 2017
S: A:
Benjolan di payudara kanan semenjak 1 Tumor mamae dekstra
tahun yang lalu, sebesar kelereng, nyeri Bronchopneumonia
(-), cairan keluar dari puting (-), pasien
mengeluhkan cemas akan operasi
O: P:
TD : 90/60 mmHg Eksisi Tumor payudara dekstra
HR : 110 x/menit RL+Aminofluid 20tpm
RR : 22 x/menit Inj Cefazolin 2x1gr
S : 36,40C Inj Ketorolac 3x30mg
KU/KS :Cukup / CM Inj Ranitidine 2x50mg
Benjolan di payudara kanan d= ±3cm Cloramphenicol 3x500mg
lunak, imobile, nyeri tekan (-), secret (- Ambroxol 3x1
), darah (-), retraksi puting payudara (-),
dimpling (-), pembesaran KGB (-).
Rabu, 29 November 2017
S: A:
Pasien mengeluhkan nyeri post operasi PPOK Eksaserbasi Akut
Pneumonia
CPCD
Geriatri
O: P:
TD : 90/60 mmHg BLPL
HR : 110 x/menit Cloramphenicol 3x500mg
RR : 22 x/menit Ibuprofen 2x400mg
S : 36,40C
KU/KS :Cukup / CM
Terdapat luka bekas operasi di
payudara kanan ±7cm, secret (-), darah
(-), bengkak (-).
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Payudara
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar
dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus. Sedangkan jaringan
stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia
superfisialis dinding torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula
sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam. Adapun anatomi
payudara tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Anatomi mammae anterior

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang


merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri
interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus
subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah
payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening
pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus
profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter,
kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula atau route of Grouzsman, dan 25%
sisanya menuju kelenjar getah bening mammaria interna. Sistem limfatik payudara
tersaji pada gambar 2.
Gambar 2.
Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan
penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan
leher.
B. Definisi Tumor Payudara

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus (Kumar dkk, 2007). Dalam klinik, istilah tumor sering
digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat
disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma
membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma
(Sukardja, 2000).

C. Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara
belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
Jenis kelamin Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.

1. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor
payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
2. Faktor genetik Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu,
gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker payudara.
3. Faktor usia Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
4. Faktor hormonal Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama
jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor payudara.
5. Usia saat kehamilan pertama Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali
lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
6. Terpapar radiasi
7. Intake alkohol
8. Pemakaian kontrasepsi oral Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan
resiko tumor payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.

D. Jenis Tumor Payudara


Beberapa jenis tumor payudara (Kumar dkk, 2007):
1. Fibroadenoma
Fibroadenoma sejauh ini adalah tumor jinak tersering pada payudara
perempuan. Peningkatan mutlak atau nisbi aktivitas estrogen diperkirakan berperan
dalam pembentukannya, dan lesi serupa mungkin muncul bersama dengan
perunbahan fibrokistik ( fibroadenosis ). Fibroadenosis biasanya terjadi pada
perempuan muda; insidensi puncak adalah pada usia 30-an.
Morfologi :
Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah
digerakan, dan bergaris tengah 1-10 cm. Walaupun jarang, tumor mungkin multiple
dan, juga sama jarangnya, tumor mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm
(fibroadenoma raksasa). Berapa pun ukurannya, tumor ini biasanya mudah “dikupas”.
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna seragam cokelat-putih
pada irisan, dengan bercak-bercak kuning-merah muda yang mencerminkan daerah
kelenjar. Secara histologis, tampak stroma fibroblastik longgar yang mengandung
rongga mirip duktus berlapis epitel dengan ukuran dan bentuk beragam. Rongga mirip
duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan
membran basal jelas dan utuh. Meski pun di sebagian lesi rongga duktus terbuka,
bundar sampai oval, dan cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian
lainnya tertekan oleh profilerasi ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang
rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur iregular mirip-bintang
(fibroadenoma intrakanalikularis).
Secara klinis, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter,
diskret, dan mudah digerakan. Lesi mungkin membesar pada akhir daur haid dan
selama hamil. Pascamenopause, lesi mungkin mengecil dan mengalami kalsifikasi.
Pemeriksaan sitogenetik memperlihatkan bahwa sel stroma bersifat monoklonal
sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari tumor ini. Penyebab proliferasi
duktus tidak diketahui; mungkin sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor
pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Fibroadenoma hampir tidak pernah
menjadi ganas.
2. Tumor Filoides
Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan daripada fibroadenoma dan diperkirakan
berasal dari stroma intralobulus, jarang dari fibroadenoma yang sudah ada. Tumor ini
mungkin kecil ( garis tengah 3-4 cm), tetapi sebagian besar tumbuh hingga berukuran
besar, mungkin masif sehingga payudara membesar. Sebagian mengalami lobulasi
dan menjadi kistik; karena pada potongan memperlihatkan celah mirip daun, tumor ini
disebut tumor filoides (kata Yunani untuk “seperti daun”). Dahulu, tumor ini memiliki
nama, yang mengusutkan lidah sistosarkoma filoides, suatu nama yang tidak
menguntungkan karena tumor ini umumnya jinak meskipun sebagian menjadi ganas.
Perubahan yang paling merugikan adalah peningkatan selularitas stroma disertai
anaplasia dan aktivitas mitotik yang tinggi, disertai oleh peningkatan pesat ukuran,
biasanya dengan invasi jaringan payudara disekitarnya oleh stroma maligna. Sebafian
besar tumor ini tetap lokalisata dan disembuhkan dengan eksisi; lesi maligna mungkin
kambuh, tetapi lesi ini juga cenderung terlokalisasikan. Hanya yang paling ganas,
sekigtar 15% kasus, menyebar ke tempat jauh.
3. Papiloma Intraduktus
Ini adalah pertumbuhan tumor neoplastik di dalam suatu duktus. Sebagian besar
lesi bersifat soliter, ditemukan didalam sinus dan duktus laktiferosa utama. Lesi ini
menimbulkan gejala klinis berupa (1) keluarnya discharge serosa atau berdarah dari
puting payudara, (2) adanya tumor subareola kecil dengan garis tengah beberapa
milimeter, atau (3) (yang jarang) retraksi puting payudara.
Morfologi :
Tumor biasanya tunggal dengan garis tengah kurang dari 1 cm, terdiri atas
pertumbuhan yang halus, bercabang-cabang didalam suatu kista atau duktus yang
melebar. Secara histologis, tumor terdiri atas papila-papila, masing-masing memiliki
aksis jaringan ikat yang dibungksusoleh sel epitel silindris atau kuboid yang sering
terdiri atas dua lapis, dengan lapisan epitel luar terletak diatas lapisan mioepitel.
Pada beberapa kasus, terbentuk banyak papiloma di beberapa duktus atau
papilomatosis intraduktus. Lesi kadang-kadang menjadi ganas, sedangkan papiloma
soliter hampir selalu tetap jinak. Demikian juga, karsinoma papilaris perlu
disingkirkan; tumor ini tidak memiliki komponen mioepitel dan memperlihatkan
atipia sel yang parah dengan gambaran mitotik abnormal.

E. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Pemeriksa menentukan usia pasien dan tanyakan riwayat reproduksi, termasuk
usia saat menarche, ketidakteraturan menstruasi, dan usia saat menopause.
Tanyakan apakah pernah operasi payudara sebelumnya, khususnya biopsi
payudara dan apa saja temuan patologisnya. Tanyakan apakah pernah
histerektomi. Tanya tentang riwayat kehamilan dan menyusui.Riwayat
penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada menopause. Tanyakan riwayat kanker
khususnya kanker mammae di keluarga. Tanyakan tentang keluhan yang
dirasakan pasien terutama pada bagian payudara, apakah ada nyeri payudara,
keluar cairan dari puting, dan ada atau tidaknya massa di payudara. Jika ada massa
berapa lama massa itu hadir, apa yang telah terjadi sejak penemuannya, dan
apakah ada perubahan dengan siklus haid. Jika mengarah pada kanker, lakukan
penyelidikan tentang gejala konstitusional seperti nyeri tulang, penurunan berat
badan dan perubahan pernapasan (Towsand, 2008).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dimulai dengan pasien dalam posisi duduk tegak dengan inspeksi
untuk melihat adanya massa, asimetris, dan perubahan kulit. Puting susu
diperiksa, apakah ada retraksi atau tidak, keluar cairan atau tidak, cairan berwarna
apa dan perhatikan apakah ada retrasi payudara, perubahan warna payudara
menjadi kemerahan, massa pada axilla dan ketidaknyamanan otot sekitar
payudara. Penggunaan pencahayaan yang tepat secara tidak langsung dapat
mengobservasi adanya dimpling halus dari kulit atau puting disebabkan oleh
neoplasma menarik ligamen Cooper. Manuver sederhana seperti peregangan
lengan ke atas kepala atau menegangkan otot pectoralis dapat menilai
kesimetrisan payudara dan dimpling. Edema kulit, sering disertai dengan eritema,
menghasilkan tanda klinis dikenal sebagai peau d'orange.Hati-hati jika ada
peradangan dapat keliru dengan mastitis akut.Perubahan inflamasi dan edema
pada kanker disebabkan karena obstruksi saluran limfatik subkutis oleh emboli sel
karsinoma. Kadang-kadang, tumor besar dapat menghasilkan obstruksi saluran
getah bening yang mengakibatkan edema kulit diatasnya (nodul satelit).
Sementara pasien masih dalam posisi duduk, pemeriksa mengangkat lengan
pasien dan palpasi ketiak untuk mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah
bening axilla.Ruang supraklavikula dan infraklavikularis sama-sama diraba untuk
mengetahui adanya pembesaran kelenjar limfe.Massa dideskripsikan sesuai
dengan ukuran, bentuk, konsistensi, mobile atau terfiksir, nyeri atau tidak dan
lokasi (Towsend dkk, 2008).
3. Evaluasi Setelah Ditemukan Massa
a. Biopsy
1) Fine-Needle Aspirasi :
-Angka kesakitan rendah.
- Murah.
- Hanya 1-2 % rata-rata positif palsu.
- Negatif palsu sampai 10 %.
- Membutuhkan ahli patologis yang memiliki keahlian (Stead, 2003).
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari
diagnosis fisik massa payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum 22-
gauge. Kegunaan utama FNA ialah dapat membedakan massa yang solid
dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali massa ditemukan pada
payudara. FNA akan ditunda jika mamografi atau hasil evaluasi radiografi
lain membingungkan. Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan
rutin payudara, biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan
pemeriksaan penunjang yang lain. Karsinoma tidak akan terdeteksi jika
biopsi bedah dilakukan ketika (1) aspirasi jarum tidak menghasilkan cairan
kista dan massa padat yang dapat didiagnosis, (2) cairan kista yang
dihasilkan kental dan bercampur darah, dan (3) cairan dapat dihasilkan
tetapi massa tidak terlihat (Towsend dkk, 2008).
Sensitivitas FNA untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan
spesifitasnya 98% (Haskell dkk, 2010).
2) Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif dilakukannya
biopsy terbuka, tetapi penggunannya masih sangat jarang (Haskell dkk,
2010).
3) Biopsy Terbuka (Eksisi)
Setelah dilakukannya biopsi terbuka maka specimen harus segera
dikirim ke laboratorium untik pemeriksan histologi (Haskell dkk, 2010).
b. Mamografi
- Mengidentifikasi kanker pada 5/1000 wanita.
- Memiliki sensitifitas 85-90%.
- Positif palsu 10%, negatif palsu 6-8%.
Mamografi digunakan sebagai screening untuk wanita dengan keluhan
pada mammae dan mengindikasikan adaanya kanker, juga biasanya digunakan
untuk mendeteksi kanker mammae asimptomatik.Mammografi dapat
mengambarkan keadaan payudara dalam 2 posisi, craniocaudal (CC) dan
mediolateral oblique (MLO).Posisi MLO merupakan posisi terbaik untuk
menggambarkan kondisi jaringan mammae bagian kuadran atas dan axillary
tail of spence.Sedangkan CC memberikan gambaran yang baik untuk kondisi
jaringan mammae dari aspek medial. Selain itu, mamografi juga digunakan
sebagai guide untuk prosedur pemeriksaan lain seperti FNA.
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae adalah
massa solid dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil disekitarnya),
penebalan jaringan mammae yang asimetris, dan mikrokalsifikasi. Gambaran
kalsifikasi disekitar lesi atau massa mengindikasikan adanya kanker mammae
pada massa yang tidak dapat teraba dan mikrokalsifikasi merupakan satu-
satunya gambaran kanker mammae pada wanita muda (Brunicardi, 2011).
c. MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi.
Karena itu jika dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat adanya
kanker, maka saat dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan ditemukan
adanya kanker pun sangat rendah.Biasanya MRI digunakan untuk screening
pada wanita muda yang mempunyai riwayat genetik kanker mammae dan
evaluasi dengan mamografi terbatas disebabkan peningkatan densitas jaringan
mammae, pada wanita yang baru saja didiagnosis kanker mammae dan pada
wanita yang punya riwayat kanker mammae kontralateral (Brunicardi, 2011).
d. Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting
termasuk jika mengandung darah.Sebelumnya kontras disuntikan ke salah satu
atau lebih duktus kelenjar mammae kemudian lakukan mammografi dengan
posisi supinasi. Kanker akan terlihat sebagai massa irregular atau multipel
filling defect intraluminal (Brunicardi, 2011).
e. Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering
digunakan selain mamografi.USG sangat penting dalam memcahkan masalah
temuan equivocal pada mamografi, medefinisikan kista dan menunjukan
keabnormalan lesi solid secara spesifik.Pada USG kista mammae digambarkan
dengan batas halus dengan gambaran echoic.Massa benigna digambarkan
dengan kontur halus, berbentuk lingkaran atau oval, echoic dan batas jelas.
Kanker mammae digambarkan sebagai massa dengan dinding yang irregular
dan batas halus tetapi tidak bisa mendeteksi massa < 1 cm. Usg juga
digunakan sebagai guide FNA (Brunicardi, 2011).
f. Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
tumor marker.Untuk kanker mammae, tumor marker yang paling spesifik
adalah CEA dan CA 15-3, digunakan untuk mengetahui perjalanan penyakit
dan respon terhadap therapi. Normalnya bernilai < 35 µ/ml dan bisa
meningkat pada kehamilan menjadi 50 µ/ml (Haskell dkk, 2010).

F. Tatalaksana

Pembedahan: Eksisi
 Indikasi:usia >40 tahun
 ukuran > 3 cm (sel atipia banyak ditemukan)
 simptomatis dan pasien tidak nyaman, konservatif masa membesar > 20%
 Lokasi eksisi adalah diatas masa jika lokasi tumor 3 cm atau kurang dari
nipple dianjurkan insisi periareolar.
Eksisi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi
payudara dan untuk menghindari bekas luka. Eksisi bedah lebih disukai untuk
menangani fibroadenoma, eksisi sederhana dilakukan pada mayoritas kasus
dan mastektomi dilakukan untuk fibroadenoma raksasa. Selain estetika, bekas
luka di payudara tidak pernah baik bahkan dari perspektif dokter bedah. Bekas
luka ini merupakan faktor risiko independen untuk keganasan. Bekas luka
seringkali menimbulkan rasa sakit selama menyusui (Ajitha, 2012).
Teknik eksisi fibroadenoma melalui insisi periareolar lebih
menguntungkan dari segi estetika. Bekas luka dapat terkamuflase oleh warna
kulit areolar yang gelap dan kelenjar areolar yang bertekstur kasar. Teknik ini
diindikasikan untuk pasien dengan karakteristik sebagai berikut: diameter
areola lebih dari 3.5-5 cm, jarak dari batas terluar massa sampai tepi terdekat
areola ≤ 5 cm, diameter terbesar fibroadenoma yang dapat teraba ≤ 3 cm, dan
usia ≤ 35 tahun (Adhikary dkk, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Adhikary S, Sood S, Dhungel K, Rajbanshi S, Shakya V, Khaniya S.
Endoscopic excision of a fibroadenoma breast: trans axillary approach. Kathmandu
Univ Med J. 2012;38(2):106108
Ajitha MB, Srinivasan N, Shivaswamy BS, Vijaykumar A. A systematic study
on fibroadenoma of the breast. IJABR.2012;03(12):891-5.
Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartz’s Principles of Surgery
Eight. 2011.
Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc
Graw Hill. United State of America. 2003.

Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Aster JC. The female breast. In: Schmitt W,
editor. Robbins and cotran pathologic basis of disease. 7th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2005. p.270-80, 1120-140.

Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier.


United State of America. 2008.
Haskell, Charles M and Dennis A. Casciato. Breast Cancer at Manual of
Clinical Oncology Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. United State of
America. 2000.

Anda mungkin juga menyukai