THT Difteri Fix
THT Difteri Fix
STROKE HEMORAGIC
Pembimbing :
Disusun oleh :
J510185006
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
STROKE HEMORAGIC
OLEH:
Pembimbing:
Dipresentasikan dihadapan:
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bentakan Baki, Sukoharjo
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
No. RM : 383xxx
Tanggal masuk RS : 23-09-2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Tiba-tiba kelemahan anggota gerak kiri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo pada hari Minggu 23
September 2018 jam 19.17 WIB dengan keluhan tiba-tiba kelemahan anggota
gerak kiri sejak tadi sore. Keluhan dirasakan muncul secara mendadak,
diseluruh anggota gerak kiri, keluhan dirasakan setelah pasien pulang dari
sawah. Keluhan ini disertai dengan adanya nyeri kepala, bicara pelo, dan
muntah. Penurunan konsentrasi disangkal, BAB dan BAK normal, riwayat
Hipertensi diakui, riwayat stroke diakui, riwayat trauma
sebelumnya disangkal, riwayat Penurunan BB dalam waktu singkat
disangkal, riwayat pingsan sebelumnya terjadi pada saat pasien mengalami
trauma, riwayat nyeri kepala yang menahun disangkal, riwayat sakit kencing
manis disangkal, riwayat alergi disangkal, riwayat kejang disangkal, riwayat
sakit gigi disangkal, riwayat sinusitis disangkal.
5. Anamnesis Sistem
a. Serebrospinal : penurunan kesadaran (-), pusing berputar (-
), nyeri kepala (+), kejang (-)
b. Cardiovaskular : nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)
c. Respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak napas (-)
d. Gastrointestinal : mual (-), muntah (+), nyeri perut (-)
e. Muskuloskletal : kelemahan anggota gerak (+) S, nyeri otot (-
)
f. Integumentum : ruam (-), gatal-gatal (-)
g. Urogenital : disuria (-), inkontenisia (-)
6. Resume Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo pada hari Minggu 23
September 2018 jam 19.17 WIB dengan keluhan tiba-tiba kelemahan anggota
gerak kiri sejak tadi sore. Keluhan dirasakan muncul secara mendadak,
diseluruh anggota gerak kiri, keluhan dirasakan setelah pasien pulang dari
sawah. Keluhan ini disertai dengan adanya nyeri kepala, bicara pelo, dan
muntah. Riwayat hipertensi diakui, stroke diakui, diabetes, disangkal.
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : Sedang, GCS E4V5M6
b. Vital sign
Tekanan darah : 170/90 mmhg
Heart rate : 82 x/menit
Respiratory rate : 30 x/menit
Suhu : 36,20 C
2. Status generalis
a. Kepala : bentuk normocephal, deformitas(-) bentuk dan ukuran
normocephal,simetris,pulsasi/berdenyut(+),nyeri tekanan(-)
b. Mata : oedem palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil ishokor (+/+)
c. Leher : pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tyroid (-),
peningkatan JVP (-), kaku kuduk (-), brudzinski 1 (-)
d. Thorak :
1). Pulmo
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Inspeksi Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketingglan
gerak, pelebaran costa (-), retraksi (-), bentukdada
normal
Palpasi Tidak ada nafas yang tertinggal, fremitus dada kanan
dan kiri sama
Perkusi Sonor di paru kanan dan kiri
Auskultasi Terdengar suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-
), Ronkhi (-/-)
2). Jantung
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Inspeksi Ictus cordis tak tampak
Palpasi Ictus cordis tak kuat angkat, teraba di SIC V mid
clavicula sinistra
Perkusi Bunyi : redup
Batas jantung :
Batas kiri jantung
Atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan jantung
Atas : SIC II linea parasternalis dextra
Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Auskultasi BJ I/II murni reguler, bising systole (-), gallop (-)
3). Abdomen
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Inspeksi Luka (-), sikatrik (-)
Auskultasi Suara peristaltik normal, Suara tambahan (-)
Palpasi Nyeri tekan (+), defans muskular (-), hepar dan lien
tidak teraba (-)
perkusi Asites (-), timpani pada 4 kuadran
4). Ekstremitas
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan
Ekstremitas superior Akral hangat (+), edem (-), gerakan
dextra terbatas (-)
Ekstremitas superior Akral hangat (+), edem (-), gerakan
sinistra terbatas (+)
Ekstremitas inferior Akral hangat (+), edem (-), gerakan
dextra terbatas (-)
Ekstremitas inferior Akral hangat (+), edem (-), gerakan
sinistra terbatas (+)
Reflek fisiologis
- Reflek biseps : +/-
- Reflek triseps : +/-
- Reflek patella : +/-
- Reflek achiles : +/-
Reflek patologis
- Reflek hoffman-Tromer : -/+
- Reflek Babinski : -/+
- Reflek chaddock : -/+
- Reflek oppenheim : -/+
- Reflek gordon : -/+
- Reflek scaefer : -/+
Pemeriksaan Rangsang Menigeal
- Kaku kuduk : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Brudzinski III : (-)
- Brudzinski IV : (-)
- Tanda kernig : (-)
D. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan 24-09-2018
Kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
KIMIA KLINIK
E. Resume Pemeriksaan
Pada pemeriksaan keadaan umum didapatkan kondisi pasien sedang
dengan GCS 15 (E4V5M6) pasien sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 30x/menit dan suhu
36,20C. Hasil pemeriksaan Laboratorium menunjukan LDL meningkat. Hasil
pemeriksaan CT Scan Kepala adalah gambaran oedem cerebri dan gambaran
sinusitis maxillaris bilateral. Pada status motoric didapatkan kelemahan anggota
gerak kiri. Pada pemeriksaan Nervus Cranialis (terdapat perbedaan hasil antara
kiri dan kanan pada N III, IV, VI, VII, XI), reflex fisiologis (negative pada
anggota gerak kiri) dan reflek patologis (positif pada anggota gerak kiri). Pada
pemeriksaan rangsang menigeal Kaku kuduk (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II
(-), Brudzinski III (-) , Brudzinski IV(-), Tanda kernig(-).
F. Diagnosis
1. Diagnosis klinis : Tiba-tiba kelemahan anggota gerak kiri, nyeri
kepala, muntah dan bicara pelo
2. Diagnosis topic : Hemiparesis Sinistra
3. Diagnosis etiologi : Stroke Hemoragic
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- Ranap
- O2 3 liter permenit
- Inf. Tutofusin 20 tpm
- Inj. Citicholin 1000mg / 8 jam
- Inj. Ondancentron / 8 jam
- Inj. Asam Tranexamat 500mg / 8 jam
- Pasang DC
- Head CT Scan Polos
FOLLOW UP
Follow up 25 September 2018
S :Pasien mengeluhkan anggote gerak kiri lemah, A :
pusing, bicara pelo, badan terasa pegal. Stroke Hemoragic
Hipertensi
O: P:
GCS : E4M6V5 (15) a) Inf. Asering 16 tpm
TD :220/110 mmHg b) Inj. Citicoline 500mg /12
HR : 88x/menit jam
RR :20 x/menit c) Inf Mannitol 125cc /8 jam
S :36.70C d) Inj. Asam Tranexamat
MMT 5/2 500mg / 8 jam
5/2 e) Amlodipine 1x5mg
Hasil:
Tak tampak soft tissue swelling extracranial
Gyri, sulci dan fissure sylvii tampak prominent
Batas kortex dan medulla megabur
Tampak lesi hyperdens batas tegas bentuk amorf di lobus temporo-parietalis
sampai thalamus dextra
Tampak lesi hyperdens intra ventrikel lateralis dextra
Midlne ditengah, tak terdeviasi
Air cellulae mastoidea dan sinus paranasal normodens
Tak tampak discontinuitas pada sisterna tulang
Kesan:
Gbr ICH di lobus temporo-parietalis sampai thalamus dextra
Gbr IVH intra ventrikel lateralis dextra
B. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap sebagai
stroke.7
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara spontan
yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal, seperti
kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari pecahnya
aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian aneurisma yang
menonjol di daerah yang lemah dari dinding arteri itu.7
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul
pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah
bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri.
Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital.7
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan subaraknoid dari
pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena (malformasi arteri) di dalam atau
di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi
biasanya hanya diidentifikasi jika gejala berkembang. Jarang sekali suatu bentuk
bekuan darah pada katup jantung yang terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke
arteri yang memasok otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. arteri
kemudian dapat melemah dan pecah.7
A. Perdarahan Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah dari jumlah
penderita, serangan dimulai dengan sakit kepala parah, sering selama aktivitas.
Namun, pada orang tua, sakit kepala mungkin ringan atau tidak ada. Gejala
disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus memburuk sebagai
perdarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan, kelumpuhan, hilangnya sensasi,
dan mati rasa, sering hanya mempengaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak
dapat berbicara atau menjadi bingung. Visi dapat terganggu atau hilang. Mata
dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Mual, muntah, kejang,
dan hilangnya kesadaran yang umum dan dapat terjadi dalam beberapa detik untuk
menit.2,9
B. Perdarahan Subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali
menekan pada saraf atau kebocoran sejumlah kecil darah, biasanya sebelum pecah
besar (yang menyebabkan sakit kepala), menghasilkan tanda-tanda peringatan,
seperti berikut:2,9
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-kadang
disebut sakit kepala halilintar)
Sakit pada mata atau daerah fasial
Penglihatan ganda
Kehilangan penglihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit ke minggu sebelum pecahnya
aneurisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala yang tidak biasa ke dokter
segera.2,9
Aneurisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-tiba parah
dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering diikuti dengan
kehilangan kesadaran singkat. Hampir setengah dari orang yang terkena meninggal
sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang tetap berada dalam koma atau
tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa bingung, dan mengantuk. Dalam
beberapa jam atau bahkan menit, penderita mungkin menjadi tidak responsif dan
sulit untuk dibangunkan. 2,9
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak
mengiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan leher
kaku serta sakit kepala terus, sering dengan muntah, pusing, dan nyeri pinggang. 2
Sekitar 25% dari orang yang mengalami gejala-gejala yang
mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu dari otak, seperti berikut: 2,9
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan menjadi permanen dalam beberapa
menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5 sampai 10 hari pertama.
Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan beberapa masalah serius
lainnya, seperti: 2,9
Hydrocephalus: Dalam waktu 24 jam, darah dari perdarahan subaraknoid
dapat membeku. Darah beku dapat mencegah cairan di sekitar otak
(cairan serebrospinal) dari pengeringan seperti biasanya tidak. Akibatnya,
darah terakumulasi dalam otak, peningkatan tekanan dalam tengkorak.
Hydrocephalus mungkin akan menyebabkan gejala seperti sakit kepala,
mengantuk, kebingungan, mual, dan muntah-muntah dan dapat
meningkatkan risiko koma dan kematian.
Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak
dapat kontrak (kejang), membatasi aliran darah ke otak. Kemudian,
jaringan otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati,
seperti pada stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip
dengan stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu
sisi tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam
seminggu.
Fisher grade
Dari keempat grading tersebut yang dipakai dalam studi cedera kepala yaitu
modified Hijdra score dan Fisher grade. Sistem skoring pada no 1 dan 2 dipakai
pada kasus SAH primer akibat rupturnya aneurisma. 10
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnosis stroke dan
menyingkirkan diagnosis bandingnya. Laboratorium yang dapat dilakukan pada
penderita stroke diantaranya adalah hitung darah lengkap, profil pembekuan darah,
kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa.2
Pemeriksaan pencitraan juga diperlukan dalam diagnosis. Pencitraan otak
adalah langkah penting dalam evaluasi pasien dan harus didapatkan dalam basis
kedaruratan. Pencitraan otak membantu dalam diagnosis adanya perdarahan, serta
dapat menidentifikasi komplikasi seperti perdarahan intraventrikular, edem otak,
dan hidrosefalus. Baik CT non kontras ataupun MRI otak merupakan pilihan yang
dapat digunakan.2
CT non kontras otak dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
dari stroke iskemik. Pencitraan ini berguna untuk membedakan stroke dari patologi
intrakranial lainnya. CT non kontras dapat mengidentifikasi secara virtual
hematoma yang berdiameter lebih dari 1 cm.2
MRI telah terbukti dapat mengidentifikasi stroke lebih cepat dan lebih bisa
diandalkan daripada CT scan, terutama stroke iskemik. MRI dapat mengidentifikasi
malformasi vaskular yang mendasari atau lesi yang menyebabkan perdarahan.2
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah elektrokardiogram (EKG)
untuk memulai memonitor aktivitas hantung. Disritmia jantung dan iskemia
miokard memiliki kejadian signifikan dengan stroke.2
Stroke dapat didiagnosa banding dengan penyakit-penyakit lain seperti:
ensefalitis, meningitis, migrain, neoplasma otak, hipernatremia, stroke iskemik,
perdarahan subaraknoid, hematoma subdural, kedaruratan hipertensif,
hipoglikemia, labirinitis, dan Transient Ischemic Attack (TIA).2
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor’s Principles of Neurology. Edisi
8. BAB 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascular
Disease. McGraw Hill: New York, 2005.
8. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:
Jakarta, 2007.