Ucapan rasa syukur dan puji tidak bosan-bosan selalu kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena setiap curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga
kami mampu merampungkan laporan praktikum Mata Kuliah Kultur Jaringan .
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
Sterilisasi .............................................................................................................12
Penanaman ..........................................................................................................13
4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aglaonema atau yang lebih dikenal dengan sebutan Srirejeki ini sudah
tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Sesuai dengan namanya tanaman ini
diyakini sebagian orang mampu membawa hoki (keberuntungan) atau rezeki bagi
pemiliknya.
5
Berdasarkan penempatannya aglaonema digolongkan sebagai tanaman
hias indoor (tanaman hias dalam ruangan), yaitu tanaman yang menyukai tempat
teduh. Penempatan aglaonema pada tempat terbuka dan terkena sinar matahari
langsung dapat menyebabkan daun menguning dan kering sehingga menyebabkan
pertumbuhannya terganggu. Lingkungan tumbuh optimal aglaonema adalah
menyukai tempat yang berintensitas matahari tidak lebih dari 75 %dengan tingkat
kelembapan nisbi 50 % - 60 %.
Sebagai tanaman hias, penggolongan aglaonema berdasarkan point of
interest (yang menjadi titik perhatian) dikelompkkan kedalam jenis tanaman hias
berdaun indah, artinya fokus atau yang menjadi titik pusat perhatian tanaman ini
bukan pada bunganya melainkan pada bagian daun.
Tanaman wortel berupa rumput dan menyimpan cadangan makanannya
di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, basah, berakar tunggang, sekumpulan
tangkai daun yang keluar dari ujung umbi bagian atas yang bentuk dan
fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Umbi berwarna
kuning kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika dimakan mentah terasa renyah
dan agak manis.
B. Tujuan Praktikum
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kultur Jaringan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja,
pertumbuahn dan perkembangannya dalam botol saja tetapi juga sangat bisa
dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah
akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Praperlakuan
dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam
rangka menghilangkan hambatan. Hambatan dapat berupa hambatan kemikalis,
fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai
dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif
pengelolaannya (Anjar 2008).
7
merupakan sel-sel yang paling cepat membelah dan sel yang paling sedikit
adalah sel yang paling lambat pertumbuhannya. Media seleksi dapat
berdasarkan unsur-unsur hara atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke
dalam media (Luri 2009).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu
dengan penggunaan panas, menggunakan bahan kimia dan dengan cara
penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap
disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Bila tanpa kelembaban
maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dari pihak lain,
sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi atau
bahan kimiawi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan
disterilkan. Yang umum digunakan secara rutin di laboratorium adalah
menggunakan panas (Hadioetomo 2006).
B. Aglaonema
8
Selain nama Aglaonema sp, tanaman hias daun ini juga mempunyai nama
lain seperti Chinese Evergreen, karena orang yang pertama kali
membudidayakannya adalah orang Cina. Hat Deleon dari USA melakukan
persilangan antara Aglaonema custisii dan Aglaonema treubi. Aglaonema hibrida
yang dihasilkan diberi nama Aglaonema Silver Queen. Sejak itu, Aglaonema sp
di Amerika tidak banyak mengalami perkembangan. Perkembangan lebih pesat
sekitar tahun 1990 dengan diperkenalkannya sekitar 15-20 kultivar
baru. Silangan-silangan baru ini umumnya berasal dari University of Florida dan
Sunshine Foliage World, Zolfo Springs, Florida ( Leman, 2004 ).
C. Wortel
9
beberapa jenis, di antaranya: Wortel (Daucus carota, Linn.). Jenis imperator, yakni
wortel yang memiliki umbi akar berukuran panjang dengan ujung meruncing dan
rasanya kurang manis. - jenis chantenang, yakni wortel yang memiliki umbi akar
berbentuk bulat panjang dan rasanya manis. Perbanyakan secara kultur in vitro
pada wortel dilakukan untuk memperbanyak tanaman dan juga sebagai bahan
pelatihan kultur jaringan karena perlakuan sterilisasi dan penanaman relatif lebih
mudah.
10
BAB III METODOLOGI
11
Gambar 1.sterilisasi alat dengan Autoclaf
3. Pembuatan Media
Pertama yang dilakukan yaitu timbang agar seberat 4g dan gula
15g. Kemudian botol kultur dimasukan kedalam plastik kaca dan diikat
menggunakan karet untuk tahap sterilisasi. Isi autoklaf dengan air lalu
masukan dandang kukus kemudian kukus botol selama 15 menit.
Sementara menunggu proses sterlisasi dilakukan pembuatan media MS
500ml di masukan ke dalam gelas ukur lalu campurkan agar dan gula,
kemudia masak diatas kompor listrik dan diaduk sampai mengumpal.
Setalah itu masukan larutan tersebut kedalam botol kultur yang telah siap
kemudian ditutup rapat. Lalu botol tersebut kita simpan didalam ruangan
yang steril dan bebas dari bateri. Dan liat kondisi botol tersebut kemudian
hari, jika botol tersebut terkena jamur maka botol tersebut terkana bakteri.
12
4. Penanaman
Setelah dilakukan pembuatan media barulah dilakukan langkah
selanjutnya yaiu penanaman. Botol yang tidak tumbuh jamur didalamnya
yang telah disimpan didalam ruangan sterilisasi selama beberapa hari
dibawa ke dalam laminar air flow yang sudah ada bahan untuk
penanamanya. Langkah pertama potong wotel ukuran kecil, kemudian
celupkan ke dalam aquadest agar selama 2kali penculupan agar tidak
terjangkit bakteri, setelah itu celupkan ke dalam alkohol selama 2kali juga
menggunakan pinset, dan lalu letakkan potongan wortel ke dalam petridish
dan beri betadine sekitar 3tetes. Barulah pindahkan potongan wortel
terebut ke dalam botol yg steril dan potong bagian wortel menjadi kecil.
Setlah itu dilakukan penutupan dgn plastik wrap dengan rapat agar tidak
terjadinya kontaminasi terhadap media nya. Dan amati selama 3kali dalam
seminggu.
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan 1
1 Banyak Abu-abu
2 Banyak ( menutupi permukaan Putih,oren
media)
3 banyak Putih,hijau
4 Sedikit (hanya tumbuh pada Putih
eksplan)
5 sedikit Putih
6 banyak Putih,abu-abu
14
7 Banyak dan tebal Putih
8 sedikit Putih,hitam
9 Sedikit Putih
10 Sedikit Abu-abu
Catatan : untuk setiap setiap tabel pengamatan sampel no 1-5 adalah
Aglonema,sedangkan no 6-10 adalah sampel wortel.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini Bahan eksplan yang digunakan berupa umbi wortel
dan aglonema.Pada bahan tanam sebelum dilakukan penanaman terlebuih dahulu
dilakukan sterilisasi.Sterilisasi eksplan dilakukan dalam laminar airflow
menggunakan dengan melakukan perendaman dengan alkoho ,baiclin dll.
Sterilisasi bahan harus dilakukan dengan tepat, apabila perendaman clorox terlalu
lama maka jaringan dari bahan tanam akan mengalami kematian (browning)
sehingga tidak mampu membentuk individu baru, apabila sterilisasi terlalu singkat
maka bahan tanam yang digunakan akan membawa bibit – bibit kontaminasi.
Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi, walaupun sterilisasi
telah dilakukan dengan berbagai cara, namun kadang-kadang kontaminasi tetap
saja terjadi. Dalam hal ini dikarenakan pada eksplan telah terjadi kontaminasi
internal. Cara penggulangannya dilakukan treatment pada tanaman yang akan
dijadikan sebagai sumber eksplan dengan mencuci eksplan pada larutan fungisida
dan bakterisida.
Hasil praktikum kali ini gagal karna seluruh media dan ekplan tanam
mengalami kontaminasi hal ini disebabkan banyak factor yaitu :
15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dalam proses penanaman sebaiknya dicontohkan terlebih dahulu cara
penanaman eksplan yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan sterilisasi bahan
yang berakibat terjadinya kontaminasi ataupun browning.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ali, NBV., Estu R., Hendro S. 2003. Wortel dan Lobak. Panebar Swadaya. Bogor.
Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen
Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena).
http://www.irwantoshut.com Diakses pada tanggal 22 Desember 2008.
17
LAMPIRAN
18
19