Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Ucapan rasa syukur dan puji tidak bosan-bosan selalu kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena setiap curahan rahmat serta anugerah-Nya, sehingga
kami mampu merampungkan laporan praktikum Mata Kuliah Kultur Jaringan .

Adapun penyusunan laporan adalah dengan maksud memenuhi kewajiban


penyusunan laporan praktikum mata kuliah Kultur Jaringan dan sebagai syarat
mengikuti ujian pratikum mata kuliah Kultur Jaringan.

Penulis sekaligus pula menghaturkan terima kasih bagi segenap orang


yang tak bisa kami sebutkan satu-persatu, yang sudah mendukung untuk
merampungkan laporan ini.Terkait membuat laporan ini, penulis benar benar
menyadari ditemukan banyak keterbatasan yang ada pada laporan ini. Dengan
sebab itu, penulis sungguh-sungguh meminta saran beserta kritik yang
membangun dari segenap pihak supaya laporan ini tambah baik lagi dan dapat
berguna bagi khalayak umum.

Dharmasraya, Desember 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
DAFTAR TABEL ....................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 5
Latar Belakang ............................................................................................ 5
Tujuan Praktikum ....................................................................................... 5
Manfaat Praktikum ..................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................... 11
A. Tempat Dan Waktu ...................................................................... 11
B. Bahan Dan Alat ............................................................................. 11
C. Cara Kerja ...................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 14
A. Hasil ................................................................................................ 14
B. Pembahasan .................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17
LAMPIRAN ................................................................................................ 18

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengamatan tanggal 19 November 2018 ..............................................14

Tabel 2. Pengamatan tanggal 30 November 2018 ..............................................14

3
DAFTAR GAMBAR

Sterilisasi .............................................................................................................12

Pembuatan media Ms ..........................................................................................12

Penanaman ..........................................................................................................13

Pengamatan tanggal 19 November 2018.............................................................18

Pengamatan tanggal 30 November 2018.............................................................18

4
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kultur jaringan merupakan salah satu perbanyakan tanaman secara


vegetatif dengan cara menumbuhkan bagian-bagian tertentu dari tanaman,
seperti sel, jaringan dan organ dalam kondisi yang aseptik dan secara in
vitro. Kultur jaringan juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik
menumbuh kembangbiakkan bagian tanaman dalam kondisi aseptik secara in
vitro, yang dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur
buatan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan zat pengatur tumbuh
serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol.

Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium


padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media akan
mempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatan pertumbuhan dan diferensiasinya.
Keadaan fisik media ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena efeknya
terhadap osmolaritas larutan dalam media serta ketersediaan oksigen bagi
pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.

Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk


mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.
Unsur-unsur yang dibutuhkan pada media kultur jaringan antara lain
seperti unsur mikro, unsur makro, gula, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan
agar-agar. Media yang digunakan pada praktikum ini adalah media MS
(Murashige and Skoog). Media ini mempunyai konsentrasi yang tepat untuk
semua jenis eksplan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi
atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara memanaskannya dengan autoklaf.

Aglaonema atau yang lebih dikenal dengan sebutan Srirejeki ini sudah
tidak asing lagi ditelinga masyarakat. Sesuai dengan namanya tanaman ini
diyakini sebagian orang mampu membawa hoki (keberuntungan) atau rezeki bagi
pemiliknya.

5
Berdasarkan penempatannya aglaonema digolongkan sebagai tanaman
hias indoor (tanaman hias dalam ruangan), yaitu tanaman yang menyukai tempat
teduh. Penempatan aglaonema pada tempat terbuka dan terkena sinar matahari
langsung dapat menyebabkan daun menguning dan kering sehingga menyebabkan
pertumbuhannya terganggu. Lingkungan tumbuh optimal aglaonema adalah
menyukai tempat yang berintensitas matahari tidak lebih dari 75 %dengan tingkat
kelembapan nisbi 50 % - 60 %.
Sebagai tanaman hias, penggolongan aglaonema berdasarkan point of
interest (yang menjadi titik perhatian) dikelompkkan kedalam jenis tanaman hias
berdaun indah, artinya fokus atau yang menjadi titik pusat perhatian tanaman ini
bukan pada bunganya melainkan pada bagian daun.
Tanaman wortel berupa rumput dan menyimpan cadangan makanannya
di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, basah, berakar tunggang, sekumpulan
tangkai daun yang keluar dari ujung umbi bagian atas yang bentuk dan
fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Umbi berwarna
kuning kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika dimakan mentah terasa renyah
dan agak manis.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak


tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara
generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya,
dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktwu
yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit
lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui bagaimana cara


untuk membuat media tanam kultur jaringan Ms serta bagimana cara untuk
melakukan teknik kultur jaringan tanaman Aglaonema dan Wortel dengan baik
sehingga dihasilkan tanaman kultur jaringan yang diinginkan.

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian


tanaman seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik
sehingga dapat menjadi tanaman lengkap. Dengan kultur jaringan dapat diperoleh
perbanyakan mikro atau produksi tanaman dalam jumlah besar dan waktu yang
diperlukan relative lebih singkat (Susila 2006).

Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil


nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan
berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak
dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media
cair. Media padat umumnya berupa padatan gel seperti agar, nutrisi
dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media
cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak
tergantung kebutuhan(Hemawan dan Na’iem 2006).

Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja,
pertumbuahn dan perkembangannya dalam botol saja tetapi juga sangat bisa
dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah
akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Praperlakuan
dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam
rangka menghilangkan hambatan. Hambatan dapat berupa hambatan kemikalis,
fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai
dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif
pengelolaannya (Anjar 2008).

Sel-sel yang heterogen dari jaringan yang komplek menunjukkan


pertumbuhan yang berbeda. Dengan mengubah komposisi media, terjadi
seleksi sel-sel yang mempunyai sifat khusus. Hal ini berarti bahwa media
tumbuh menentukan komposisi kalus. Sel yang jumlahnya paling banyak

7
merupakan sel-sel yang paling cepat membelah dan sel yang paling sedikit
adalah sel yang paling lambat pertumbuhannya. Media seleksi dapat
berdasarkan unsur-unsur hara atau zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke
dalam media (Luri 2009).

Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu
dengan penggunaan panas, menggunakan bahan kimia dan dengan cara
penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap
disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Bila tanpa kelembaban
maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Dari pihak lain,
sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi atau
bahan kimiawi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan
disterilkan. Yang umum digunakan secara rutin di laboratorium adalah
menggunakan panas (Hadioetomo 2006).

Pembuatan media pada prinsipnya dilakukan dengan melarutkan semua


komponen media dalam air sesuai dengan konsentrasinya pada formulasi yang
diinginkan. Namun, penimbangan satu persatu komponen media untuk
setiappembuatan media kultur adalah tidak praktis dan hanya dapat dilakukan jika
jumlah zatnya cukup besar. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan
larutan stok. Larutan stok adalah larutan berisi satu atau lebih komponen media
yang konsentrasinya lebih besar dari konsentrasi komponen tersebut dalam
formulasi media akan dibuat (Torres 2005).

B. Aglaonema

Aglaonema sp merupakan tanaman hias daun, karena keindahan


tanaman ini terletak pada bentuk, corak, dan warna daunnya. Aglaonema sp
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri kata aglaos yang berarti terang dan nema
yang berarti benang (benang sari). Tanaman ini berasal dari negara Asia, seperti
Cina bagian selatan, Indonesia, Malaysia, Birma, Thailand, dan Philipina
(Leman, 2004).

8
Selain nama Aglaonema sp, tanaman hias daun ini juga mempunyai nama
lain seperti Chinese Evergreen, karena orang yang pertama kali
membudidayakannya adalah orang Cina. Hat Deleon dari USA melakukan
persilangan antara Aglaonema custisii dan Aglaonema treubi. Aglaonema hibrida
yang dihasilkan diberi nama Aglaonema Silver Queen. Sejak itu, Aglaonema sp
di Amerika tidak banyak mengalami perkembangan. Perkembangan lebih pesat
sekitar tahun 1990 dengan diperkenalkannya sekitar 15-20 kultivar
baru. Silangan-silangan baru ini umumnya berasal dari University of Florida dan
Sunshine Foliage World, Zolfo Springs, Florida ( Leman, 2004 ).

Perbanyakan tanaman Aglaonema sp terdiri dari tiga cara yaitu


perbanyakan generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan
menggunakan biji dan munculnya tunas baru/ anakan, sedangkan perbanyakan
vegetatif adalah perbanyakan dengan menggunakan bagian vegetatif yaitu stek
batang. Adapun cara perbanyakan generatif dan vegetatif dapat menghasilkan
tanaman Aglaonema yang baru, tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama.
Cara perbanyakan dengan kultur in vitro, dapat mempersingkat waktu untuk
mendapatkan tanaman Aglaonema yang baru. Selain itu juga dapat menghasilkan
tanaman Aglaonema yang berjumlah banyak dan seragam pertumbuhannya.

C. Wortel

Tanaman wortel berupa rumput dan menyimpan cadangan makanannya


di dalam umbi. Mempunyai batang pendek, basah, berakar tunggang, sekumpulan
tangkai daun yang keluar dari ujung umbi bagian atas yang bentuk dan
fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Umbi berwarna
kuning kemerah-merahan, berkulit tipis, dan jika dimakan mentah terasa renyah
dan agak manis

Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang


tahun. Terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan
lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 ineter di atas permukaan laut.
Tumbuhan wortel mernbutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh pada sernua
musim. Menurut para botanis, wortel (Daucus carota) dapat dibedakan atas

9
beberapa jenis, di antaranya: Wortel (Daucus carota, Linn.). Jenis imperator, yakni
wortel yang memiliki umbi akar berukuran panjang dengan ujung meruncing dan
rasanya kurang manis. - jenis chantenang, yakni wortel yang memiliki umbi akar
berbentuk bulat panjang dan rasanya manis. Perbanyakan secara kultur in vitro
pada wortel dilakukan untuk memperbanyak tanaman dan juga sebagai bahan
pelatihan kultur jaringan karena perlakuan sterilisasi dan penanaman relatif lebih
mudah.

Tanaman wortel diperbanyak dengan bijinya. Biji untuk penanaman ini


dikenal dengan istilah benih. Benih wortel berwarna cokelat, ukurannya keci,
berbulu dan saling melekat satu sama lain. Setiap 1 gr benih terdapat 200 biji.
Benih wortel dapat diperoleh dengan cara membeli di kios atau toko-toko
pertanian. Kebutuhan benih wortel untuk setiap hektarnya sekitar 1,5 kg-3 kg (Ali
et al,2003). Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan antara lain dalam
pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas serta embriogenesis. Pemilihan
konsentrasi dan jenis auksin ditentukan antara lain oleh tipe pertumbuhan dan
perkembangan eksplan yang dikehendaki. Penggunaan auksin dengan daya
aktivitas kuat (antara lain 2,4-D, NAA atau dikombinasikan dengan sitokinin
dengan konsentrasi rendah) umumnya digunakan untuk induksi kalus
embriogenik. Selain itu, jenis dan konsentrasi hormon, jenis asam amino serta
rasio auksin dan sitokinin sangat menentukan dalam menginduksi pembentukan
kalus ( Purnamaningsih, 2006).

10
BAB III METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dlaksanakan pada tanggal 03 November 2018 - 30
November 2018 di Laboratorium kampus III Universitas Andalas Dharmasraya.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama praktikum mulai dari sterilisasi hingga
penanaman dan pengamatan adalah autoklaf, oven, (Laminar Air FlowCabinet)
dilengkapi lampu UV, Dandang, botol kultur 10buah, pinset, lampu bunsen,
pisau, cawan petri, ember, kompor gas, spatula.Bahan yang digunakan selama
praktikum adalah air, aquadest, tanaman wortel, betadine,bayclin, kertas label,
agar 4g, gula 15g, dan media MS 500ml
C. Cara Kerja
1. Pengenalan Alat
Sebelum kita memulai praktikum tentang pembuatan media. Hal pertama
dilakukan yaitu pengenalan alat untuk praktikum. Pengenalan alat ini
bertujuan agar kita dapat mengetahui cara dan kegunaan alat yang dipakai
saat praktikum. Oleh sebab itu dilakukan pengenalan agar tidak terjadinya
kesalah pemahaman dalam praktikum.
2. Sterilisasi Alat
Alat yang paling umum digunakan untuk mensterilkan alat bantu tanam
dan media adalah autoklaf. Meskipun demikian alat bantu tanam seperti
pinset dan gunting dapat disterilkan menggunakan pemanasan. Alat bantu
tanam,seperti pinset, gunting, cawan petri, dan bila hendak disterilisasi
menggunakan autoklaf perlu dibungkus terlebih dahulu menggunakan kertas
alunimnium. Suhu yang digunakan untuk sterilisasi alat adalah 121°C pada
tekanan 17.5 psi selama 1 jam.Kemudian sterilisasi botol media sebanyak 10
botol per kelompok.

11
Gambar 1.sterilisasi alat dengan Autoclaf
3. Pembuatan Media
Pertama yang dilakukan yaitu timbang agar seberat 4g dan gula
15g. Kemudian botol kultur dimasukan kedalam plastik kaca dan diikat
menggunakan karet untuk tahap sterilisasi. Isi autoklaf dengan air lalu
masukan dandang kukus kemudian kukus botol selama 15 menit.
Sementara menunggu proses sterlisasi dilakukan pembuatan media MS
500ml di masukan ke dalam gelas ukur lalu campurkan agar dan gula,
kemudia masak diatas kompor listrik dan diaduk sampai mengumpal.
Setalah itu masukan larutan tersebut kedalam botol kultur yang telah siap
kemudian ditutup rapat. Lalu botol tersebut kita simpan didalam ruangan
yang steril dan bebas dari bateri. Dan liat kondisi botol tersebut kemudian
hari, jika botol tersebut terkena jamur maka botol tersebut terkana bakteri.

Gambar 2.Pembuatan Media

12
4. Penanaman
Setelah dilakukan pembuatan media barulah dilakukan langkah
selanjutnya yaiu penanaman. Botol yang tidak tumbuh jamur didalamnya
yang telah disimpan didalam ruangan sterilisasi selama beberapa hari
dibawa ke dalam laminar air flow yang sudah ada bahan untuk
penanamanya. Langkah pertama potong wotel ukuran kecil, kemudian
celupkan ke dalam aquadest agar selama 2kali penculupan agar tidak
terjangkit bakteri, setelah itu celupkan ke dalam alkohol selama 2kali juga
menggunakan pinset, dan lalu letakkan potongan wortel ke dalam petridish
dan beri betadine sekitar 3tetes. Barulah pindahkan potongan wortel
terebut ke dalam botol yg steril dan potong bagian wortel menjadi kecil.
Setlah itu dilakukan penutupan dgn plastik wrap dengan rapat agar tidak
terjadinya kontaminasi terhadap media nya. Dan amati selama 3kali dalam
seminggu.

Gamabar 3.penanaman di dalam laminar airflow

Gambar 4.Media kultur diletakkan di ruangan inkubasi

13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan 1

Sampel Miselium Warna

1 Sedah ada miselium tumbuh tapi putih


masih sedikit sekali
2 Sudah ada (di permukaan media Putih
dan sekitar aglonema)
3 Tidak ada -
4 Tidak ada -
5 Tidak ada -
6 Ada tapi sedikit putih
7 Sedikit sekali putih
8 Ada sedikit (dipermukaa media) putih
9 Tidak ada -
10 Tidak ada -
Tabel 2. Pengamatan 2Tidak melakukan pengamatan
Tabel 3. Pengamatan 3Tidak melakukan pengamatan
Tabel 4. Pengamatan 4Tidak melakukan Pengamatan
Tabel 5. Pengamatan 5Tidak melakukan pengamatan
Tabel 6. Pengamatan 6
Sampel Miselium Warna

1 Banyak Abu-abu
2 Banyak ( menutupi permukaan Putih,oren
media)
3 banyak Putih,hijau
4 Sedikit (hanya tumbuh pada Putih
eksplan)
5 sedikit Putih
6 banyak Putih,abu-abu

14
7 Banyak dan tebal Putih
8 sedikit Putih,hitam
9 Sedikit Putih
10 Sedikit Abu-abu
Catatan : untuk setiap setiap tabel pengamatan sampel no 1-5 adalah
Aglonema,sedangkan no 6-10 adalah sampel wortel.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini Bahan eksplan yang digunakan berupa umbi wortel
dan aglonema.Pada bahan tanam sebelum dilakukan penanaman terlebuih dahulu
dilakukan sterilisasi.Sterilisasi eksplan dilakukan dalam laminar airflow
menggunakan dengan melakukan perendaman dengan alkoho ,baiclin dll.
Sterilisasi bahan harus dilakukan dengan tepat, apabila perendaman clorox terlalu
lama maka jaringan dari bahan tanam akan mengalami kematian (browning)
sehingga tidak mampu membentuk individu baru, apabila sterilisasi terlalu singkat
maka bahan tanam yang digunakan akan membawa bibit – bibit kontaminasi.
Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi, walaupun sterilisasi
telah dilakukan dengan berbagai cara, namun kadang-kadang kontaminasi tetap
saja terjadi. Dalam hal ini dikarenakan pada eksplan telah terjadi kontaminasi
internal. Cara penggulangannya dilakukan treatment pada tanaman yang akan
dijadikan sebagai sumber eksplan dengan mencuci eksplan pada larutan fungisida
dan bakterisida.

Hasil praktikum kali ini gagal karna seluruh media dan ekplan tanam
mengalami kontaminasi hal ini disebabkan banyak factor yaitu :

1. Sterisasi alat yg kurang baik


2. Kaidah yg kurang tetap dengan penuntun
3. Kesalahan praktikan
4. Dan gangguan teknis berupa mati lampu inkubasi dll
5. Factor lingkungan lain

15
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegagalan dari kultur jaringan dari tanaman Aglonema dan Wortel


dikarenakan terjadinya bowning, kontaminasi media tanam.Kontaminasi yang
terjadi karena sterilisasi dari bahan maupun media kurang sempurna sehingga
mikrobia-mikrobia masih hidup dan berkembang di dalam botol kultur.

B. Saran
Dalam proses penanaman sebaiknya dicontohkan terlebih dahulu cara
penanaman eksplan yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan sterilisasi bahan
yang berakibat terjadinya kontaminasi ataupun browning.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali, NBV., Estu R., Hendro S. 2003. Wortel dan Lobak. Panebar Swadaya. Bogor.

Husen, M. 2008. Kontaminasi Dalam Kultur Jaringan. http://eshaflora.com.


Diakses pada tanggal 18 Desember 2008.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen
Jadi Stek Pucuk Meranti Putih (Shorea montigena).
http://www.irwantoshut.com Diakses pada tanggal 22 Desember 2008.

Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat


Varietas Padi melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen 2(2):74-80.
Rahardja, P.E. 1988. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara
Modern. Panebar Swadaya. Jakarta
Wetherel, D.F. 2008. Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Avery Publishing
Group Inc. New Jersey.

17
LAMPIRAN

1. PENGAMATAN TANGGAL 19 NOVEMBER 2018

2. PENGAMATAN TANGGAL 30 NOVEMBER 201

18
19

Anda mungkin juga menyukai