Anda di halaman 1dari 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a) Jenis-jenis Erosi di Lahan

Gambar Erosi Jenis Erosi

Erosi Lembar

Erosi Alur

Erosi Alur

Erosi Lembar
b) Vegetasi Dilahan

Gambar Vegetasi Jenis Vegetasi

Gulma Semusim (Rumput Gajah, putri


malu)

Gulma 2 musim
c) Perhitungan Sudut Elevasi

133.8 m 157.42 m

B C
95.5 m

1) Sudut elevasi C adalah


𝑆𝑖𝑛 𝐶 Sin 𝐵
=
𝐴𝐵 𝐴𝐶

𝐴𝐵
𝑆𝑖𝑛 𝐶 = 𝑆𝑖𝑛 𝐵
𝐴𝐶
(133.8)𝑚
𝑆𝑖𝑛 𝐶 = (1) = 0.849
(157.42)𝑚
𝐶 = 𝑎𝑟𝑐 − 𝑆𝑖𝑛(0.849) = 58.1°
Jadi besar sudut elevasi C adalah 58.1°

Maka sudut A adalah;


A= 180° - (90° + 58.1°)
= 180° - 148.1°
= 31.9°
B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan di lapangan terdapat 2 macam erosi yang
terjadi, dimana erosi tersebut adalah erosi lembar dan erosi alur. Erosi lembar
adalah erosi yang memecah partikel tanah yang hampir seragam, sehingga erosi
ini menampakkan erosi yang seragam, dalam kasus ini pada daerah tersebut tidak
adanya vegetasi atau tanaman yang menutup permukaan tanah yang seragam,
sedangkan daerah tersebut dimanfaat sedikitnya sebagai tempat peternakan dan
berada tidak jauh dari bagian permukaan sungai, hal ini termasuk perubahan tata
guna lahan, hal ini akan memungkinkan timbulnya erosi yang besar akibat
banyaknya penggunaan lahan yang kurang baik untuk meminimalisisr terjadinya
potensi erosi seperti tingginya kawasan permukiman dan pertanian lahan kering.
Hal ini tidak berbeda dengan lokasi yang ditemukannya erosi alur yang bahkan
tingkatannya menjadi lebih naik dari erosi lembar.
Erosi alur adalah Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai
kedalaman kurang dari 30cm dan lebar kurang dari 50cm. Ini sering terjadi pada
tanah-tanah yang baru saja diolah. Erosi alur ini terjadi dengan kelerengan yang
relative lereng. Pada kawasan tersebut sama halnya denga erosi lembar tidak
adanya vegetasi yang merata untuk menutup dan meminimalisir terjadinya erosi.
Vegetasi yang ada pada lahan tersebut tidaklah banyak dan tidak menutup seluruh
permukaan tanah yang ada, padahal daerah tersebut dekat dengan sungai dimana
memiliki debit air,lebar singai dan panjang sungai yang sangan luas.
Berdasarkan hal ini perlu adanya tindakan yang dilakukan agar mengurangi
atau meminimalisir terjadinya erosi tersebut, erosi tidak dapat dihilangkan namun
perlu dilakukan upaya untuk memperkecil hal itu terjadi, menurut Suripin (2004)
mengatakan, erosi tidak bisa dihilangkan sama sekali atau tingkat erosinya nol,
khususnya untuk lahan-lahan pertanian. Tindakan yang dilakukan adalah dengan
mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih dibawah ambang batas yang
maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi yang tidak melebihi laju
pembentukan tanah.
Maka hal ini perlu dilakukan konservasi lahan, tujuan upaya konservasi lahan
potensial erosi selain untuk meminimalkan potensi erosi secara umum juga untuk
meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal, memperbaiki lahan yang
rusak/kritis, dan melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah akibat erosi. Dari
hasil identifikasi hasil pada potensi erosi yang terjadi, diketahui bahwa lahan
potensial erosi terbesar berdasarkan penggunaan lahan di DAS tersebut ialah
pemukiman ,pertanian kering, dan peternakan. Ada 2 konservasi yang akan
dilakukan yakni dengan metode vegetatef dan metode mekanik.
Dimana dalam metode vegetative dilakukan dengan memberikan tanaman
penutup tanah yang rapat dan merata lagi, seperti dengan rerumputan yang merata
disetiap areal, selain itu juga peru adanya ditanam pepohonan yang perakarannya
dalam, kuat dan pohon yang besar di sekitar pinggiran sungai tujuannya untuk
menutup permukaan tanah guna melindungi permukaan tanah dari pukulan
langsung butiran hujan sehingga mengurangi terjadinya erosi dan mengurangi laju
dan volume limpasan permukaan dan menahan agar tanah tetap solit.
Dengan Teknk mekanik yang dapat diterapkan di DAS misalnya dengan
pembuatan teras gulud dan teras bangku. Teras gulud umumnya dibuat pada lahan
dengan kemiringan 10-15% yang biasanya dilengkapi dengan saluran
pembuangan air yang tujuannya untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir
pada waktu hujan sehingga erosi dapat dicegah dan penyerapan air dapat
diperbesar. Teras bangku sering diterapkan pada lereng 10-40% yang merupakan
teras yang dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakannya dengan
dibidang olah sehingga terjadi deretan menyerupai tangga yang bermanfaat
sebagai pengendali aliran permukaan dan erosi. Hal ini dapat dilakukan mengingat
tinggi daerah yang ±10 m dan memiliki sudut elevasi atau sudut lereng yang
lumayan besar yakni lebih dari 30°.
Dari kedua metode yang telah kami tawarkan mungkin bisa memperkecil
terjadinya erosi di kawasan tersebut dan meminimalisirnya,mengingat kawasan
tersebut digunakan sebagai sarana dalam pertanian dan peternakan dan dekat
dengan aliran sungai.
DAPUS
Suripin., 2004. Pengembangan Sistem Drainase yang Berkelanjutan. Andi Offset,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai