1. PENDAHULUAN
a. Sebagai sumber daya alam, tanah mempunyai dua fungsi, yaitu:
• sebagai sumber unsur hara bagi tanaman
• sebagai matriks akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan serta tempat
unsur-unsur hara dan air ditambahkan
b. Kedua fungsi tersebut dapat habis atau hilang akibat tidak adanya konservasi tanah.
c. Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaharui dengan pemupukan secara intensif, tetapi
hilangnya fungsi kedua tidak mudah untuk diperbaharui. Karena proses pembentukan
tanah diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun.
d. Manfaat pemupukan tidak akan bisa maksimal, apabila usaha-usaha konservasi tanah
dan air tidak dilakukan secara optimal.
e. Usaha-usaha konservasi tanah dan air, meliputi : pencegahan erosi tanah, peningkatan
bahan organik, menjaga kelembaban tanah dan perbaikan drainase tanah.
c. Teras bersambung (continous terrace atau contour terrace) pada tanah miring dan
sangat miring.
d. Tapak kuda (individual terrace atau plat form) pada tanah agak miring.
e. Pembuatan parit (drainase) pada tanah-tanah rendahan
f. Membuat parit dan teras konservasi pada areal yang bergelombang mengikuti
kemiringan lereng.
c. Tanah galian digunakan untuk benteng di belakang parit dan dipadatkan (Lihat Gambar
3.1a dan 3.1b.).
1% 00 34' 50 meter
2% 10 09' 40 meter
5% 20 52' 20 meter
6% 30 26' 18 meter
a. Penempatan : pada tanah miring dan sangat miring dan + 1.200 meter teras/Ha.
b. Ukuran : panen manual = lebar 2,5 m panen mekanis = lebar 4,8 m
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 04
Pembuatan
• Pembuatan teras bersambung harus selalu dimulai dari tempat yang paling tinggi
(atas) hingga ke tempat yang lebih rendah.
• Letak garis contur untuk teras bersambung harus timbang air (water pass).
• Teras bersambung harus dibuat dengan permukaan yang miring ke dinding teras
dengan sudut miring 10 - 15o dan tepat pada pancang tanaman.
• Lebar teras 4 m, sedangkan teras penghubung antar tanaman lebarnya 1 m (Lihat
Gambar 3.3a dan 3.3b.)
Tahapan Pembuatan
• Permukaan tanah dibersihkan dari humus, tunggul-tunggul dan kayu.
• Tanah galian disusun untuk tanah bagian yang ditimbun, setelah terbentuk diadakan
pengerasan (peng”geblek”an) hingga padat dan tanah timbunan harus membentuk
kemiringan 10-15o ke dinding teras.
• Setelah itu baru dibuat benteng kecil dipinggir teras dengan ukuran lebar 30 cm dan
tinggi 10 cm.
c. Pemeliharaan Teras
• Pada tahap awal diperlukan pemeriksaan yang teratur untuk konsolidasi teras yang
rusak.
• Pada tahap konsolidasi selanjutnya adalah memperbaiki kembali permukaan dengan
sudut miring tetap 10-15o dan memadatkan pinggiran (bila diperlukan) yang
dilaksanakan setahun sekali.
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 05
Gambar 3.3a. Penampang melintang teras bersambung tepat pada pancang tanaman
(bandingkan dengan Gambar 3.3b.).
Foto 3.4. Contoh teras bersambung (continous terrace atau contour terrace)
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 06
Catatan : untuk areal yang sudah tertanam dan belum ada teras (konsolidasi)
Memancang
• Areal yang akan dibuat tapak kuda terlebih dahulu harus dipancang menurut
pancang tanaman (berbeda dengan pembuatan contour atau teras bersambung).
Tahapan Pembuatan
• Pembuatan tapak kuda tepat pada pancang tanaman.
• Mula- mula permukaan tanah dibersihkan dari humus, akar-akar, tunggul dan kayu.
• Tanah galian disusun untuk tanah bagian yang ditimbun, setelah terbentuk diadakan
pengerasan (pemadatan) hingga padat pada tanah timbunan tersebut dan harus
membentuk kemiringan 10-15o.
• Kemudian dibuat benteng kecil di pinggir tanah timbunan (Gambar 3.6a dan 3.6b.)
c. Pemeliharaan
• Pada tahap awal diperlukan pemeliharaan yang teratur untuk konsolidasi tapak kuda
yang rusak.
• Pada tahap konsolidasi selanjutnya adalah memperbaiki kembali permukaan dengan
sudut kemiringan 10-15o dan memadatkan pinggirannya (bila diperlukan) yang
dilaksanakan setahun sekali.
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 07
Gambar 3.6a. Penampang melintang teras individu (tapak kuda / plat form)
a. Drainase Alur (outlet) adalah pembuangan air yang berlebih dari dalam kebun ke luar
kebun (Lihat Gambar 3.8.).
b. Drainase Utama / Parit Primer (main drain) adalah parit penampungan dari parit-parit
sekunder/kaki bukit dan mengalirkannya ke alur/outlet. Ukuran 4m x 4m dengan dasar
2m (Lihat Gambar 3.9.).
c. Drainase Pengumpul / Parit Sekunder (collection drain) adalah parit yang langsung
menampung air dari permukaan lapangan terutama bagian-bagian yang rendah dan
mengalirkannya ke parit primer. Ukuran 2m x 2m dengan dasar 1m (Lihat Gambar
3.10.).
d. Drainase Lapangan / Parit Tersier (field drain) adalah parit cabang yang dibuat untuk
membantu mengalirkan air pada tanah rendahan/gambut ke parit sekunder. Ukuran
1m x 1m dengan dasar 0,6m (Lihat Gambar 3.11.).
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 09
Gambar 3.9. Contoh drainase utama atau parit primer (main drain)
Gambar 3.10. Contoh drainase pengumpul atau parit sekunder (collection drain)
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 010
Gambar 3.11. Contoh drainase lapangan atau parit tersier (field drain)
e. Besar kecilnya ukuran parit primer tergantung pada banyaknya air yang perlu
ditampung.
f. Penggalian tanah dilakukan dengan cangkul dan sekop (cara manual) atau
excavator (cara mekanis). Tanah hasil galian dibuang ke kanan dan atau ke kiri
parit untuk pembuatan kaki lima dengan lebar minimal 1 meter.
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 011
Gambar 3.16. Arah parit pada lokasi pertemuan parit yang harus dibuat
4. PARIT ISOLASI
a. Parit isolasi adalah parit yang dibuat sebagai batas areal konsesi kebun dengan areal
pihak lain, yang sebelumnya telah disahkan oleh instansi yang berwenang (BPN)
dengan adanya tanda patok batas kebun (Lihat Gambar 3.17.).
b. Fungsinya adalah untuk mencegah pihak lain melakukan okupasi ke lahan kebun,
serangan hama : babi, dsb. dan pencurian buah (dimasa TM).
c. Parit ini juga berfungsi sebagai saluran drainase air dari areal kebun ke main drainage
(alur/sungai) dan menahan masuknya air dari luar ke dalam kebun.
d. Ukuran parit disesuaikan dengan kondisi areal, seperti sebagai berikut:
• Areal mineral = parit ukuran 1,5 x 1,5 m
• Areal lowland = parit ukuran 2 x 2 m
• Areal gambut = parit ukuran 4 x 4 m
Gambar 3.17. Contoh parit isolasi sebagai batas areal kebun dengan hutan
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 014
a. Standar input / kebijakan pencucian saluran air/parit adalah 30% dari total panjang parit
per tahun
b. Diskripsi kondisi saluran air/parit, tercantum pada Tabel 3.2. dibawah ini.
> 50% dari biaya 25-50% dari biaya < 25% dari biaya
Analisa Biaya
pembuatan pembuatan pembuatan
b. Parit Sekunder
• Pemeliharaan parit sekunder cukup dilakukan dengan pengorekan tanah dan
membuangnya tanah tersebut ke luar kaki lima.
• Pengorekan tanah harus dimulai dari parit bagian bawah, yaitu lokasi pertemuan
antara parit sekunder dengan parit primer
No. Policy Nomor Indeks :
3xx/PTK-KSV/2004 KONSERVASI TANAH DAN AIR III / 015
• Cara pengorekannya dimulai pada ketinggian dasar parit yang sama dengan dasar
parit primer. Perhatikan dan bila diperlukan, lakukan perbaikan pada lokasi
"junction" sehingga berfungsi secara maksimal.
• Agar air dapat mengalir dengan lancar, harus diperhatikan supaya pengorekan
senantiasa timbang air.
• Kaki lima untuk parit sekunder dibuat selebar 60 cm dari bibir parit yang nantinya
dapat dipergunakan untuk jalan kontrol/pemeriksaan.
• Pengikisan gulma di kanan-kiri tebing parit hanya boleh dilakukan pada 30 cm di
atas dasar parit.
• Rotasi pencucian parit ini dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun.