Prodi : BPKS 19 B Tugas : Penentuan ajir/pancang di daerah tersa kontur
1.1 PEMBUATAN TERAS
Untuk memperoleh hasil yang optimum, Konservasi Tanah dan Pembuatan Teras menjadi sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Penanaman kelapa sawit pada saat ini banyak di areal berbukit.Pembuatan teras memerlukan biaya yang tinggi maka harus standar.Manfaat pembuatan teras :Mengurangi erosi sekaligus menahan air dan unsur hara.Mempermudah pekerjaan perawatan dan panen. Mempermudah pengeluaran TBS baik dengan angkong maupun mekanisasi.Manfaat pemancangan violle system ’L’:Populasi per ha sesuai yang standar.Pelaksanaan mudah dan biaya murah. Berdasarkan bentuk dan manfaatnya teras tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua. Teras Individu Teras individu disebut juga denga tapak kuda. Teras ini diperuntukan untuk areal dengan kemiringana antara 8 – 15 º. Teras individu dapat dikerjakan setelah sebagian areal selesai dipancang. Dengan berpedoman ada sistem pancang tanaman mata lima yang mengikuti arah pancang utara – selatan sesuai dengan kemiringan areal minimum dan maksimum yang sudah ditentukan. Teras Bersambung Disebut juga dengan teras kontur. Jenis teras ini untuk areal dengan kemiringa lebih dari 15 – 20 º. Bentuk areal tersebut dikatakan bergelombang sampai dengan berbukit. Berbeda denga teras individu teras kontur dipasang dengan sebelum areal dipancang tanaman. Untuk mempermudah pemancangan, gunakan kawatyang diberi label. 1.2 Pancang dan Kerapatan Tanam Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat layout Jalan Utama Kebun (JUK) dan Jalan Produksi (JP), agar arah barisan tanaman dapat dibuat rapi. Pembuatan pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala. Pancang Tanam Areal Datar-Sampai Berombak Pada areal datar sampai berombak, pancang kepala dipasang dengan jarak antar pancang 500 m memanjang blok dan setiap 100 m searah lebar blok. Diantara pancang kepala dipasang anak pancang. Jarak antar anak pancang di areal datar sampai berombak ditentukan berdasarkan kerapatan tanamnya (lihat Tabel 4) Pola tanam segitiga sama sisi. Kerapatan tanaman per hektar didasarkan pada kondisi lahan dan pola pengelolaan Pancang Tanam Areal Berbukit Sebelum kegiatan pancang tanam dilakukan, terlebih dahulu diawali pembuatan teras kontur. Dalam pembuatan teras kontur, jarak horizontal antara teras kontur akan bervariasi tergantung dengan perbedaan lereng. Idealnya, jarak horizontal antara teras kontur rata-rata 9 m. Untuk memudahkan operator bulldozer, warna pancang dari setiap teras harus berbeda supaya tidak terjadi berpotongan pembuatan teras dari level satu ke lainnya. Apabila jarak antara pancang teras kurang dari 7 m , maka pemancangan untuk pembuatan teras harus dihentikan dan diberi rambu silang. Sebaliknya jika jarak antara pancang teras lebih dari 12 m, maka harus dibuat anak teras dengan cara menambah jalur pancang anak teras dengan warna pancang yang berbeda. Untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang merata dan standar, perlu dilakukan penyesuaian jarak tanam sepanjang teras kontur. A. Penentuan Base Line Base line adalah pancang kepala yang merupakan pedoman awal dalam melakukan leveling teras. Pembuatan base line adalah sebagai berikut: a) Base line dikerjakan bukit per bukit. b) Cari kemiringan rata-rata dimana tidak terlalu datar dan tidak terlalu terjal. c) Pemancangan dimulai dari lokasi/bukit tertinggi sampai ke kaki bukit dengan jarak antar pancang 9 m horizontal dengan bantuan alat Theodolite. d) Pancang base line diberi warna merah, putih dan biru berulangulang dari pancang awal sampai pancang terakhir di kaki bukit.
B. Penentuan Pancang Teras (Teveling)
Pancang teras pertama dimulai dari pancang base line pada kemiringan 90 (derajat). Pembuatan pancang teras menggunakan teodolite oleh surveyor PMNP. Warna pancang teras sesuai dengan warna pancang base line, misalnya pada base line berwarna merah, maka untuk teras tersebut adalah pancangnya berwarna merah, dan seterusnya. Warna pancang teras dibedakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perpotongan antar teras oleh alat berat pada saat bekerja. Bila jarak antar teras < 7m, maka pemancangan dihentikan dan diberi tanda ”Cross” ( X ). Sebaliknya jika jarak pancang antar teras > 12m, maka dibuat pancang anak teras (teras sisip) dengan warna pancang yang berbeda. Pancang akan menjadi “batas atas/posisi backdrop” teras pada saat bulldozer bekerja.
C. Pemacangan violle system model ”L”
Bahan : Tali sling panjang 22 m. Cat (8 warna). Kawat, paku, Batang kayu. Pipa dan Elbow Paralon 1/2”.
Cara kerja violle system model ”L”
Satu team terdiri dari 3 orang. Orang ke-1 di teras atas (tebing teras atas), orang ke-2 dan ke-3 di teras bawah (orang ke-2 pegang ”L”, orang ke-3 memancang). Jarak tanam pada teras pertama/paling atas dilakukan secara manual dengan menggunakan alat ukur meteran hingga selesai disepanjang teras. Jarak tanam pada teras ini tergantung dari populasi per hektar yang dikehendaki. Orang ke- 1 bertugas memastikan posisi ujung sling pada tebing teras atas. Orang ke-2 bertugas : Memastikan posisi sling tegak lurus. Posisi elbow pada titik tanam teras bawahnya. Menginformasikan warna sling yang terlihat di elbow kepada orang ke-3. Orang ke-3 bertugas memancang pada titik – warna yang disebutkan orang ke-2. Posisi sling senantiasa horizontal. Pada teras tinggi dibantu batang kayu penyangga. Sketsa pemancangan system model L