Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rian Sanjaya nst_201911057

Prodi : BPKS 19 B
Tugas : Penentuan ajir/pancang di daerah tersa kontur

1.1 PEMBUATAN TERAS


    Untuk memperoleh hasil yang optimum, Konservasi Tanah dan Pembuatan Teras
menjadi sangat penting di perkebunan  kelapa sawit. Penanaman kelapa sawit pada saat
ini banyak di areal berbukit.Pembuatan teras memerlukan biaya yang tinggi maka
harus standar.Manfaat pembuatan teras :Mengurangi erosi sekaligus menahan air dan
unsur hara.Mempermudah pekerjaan perawatan dan panen. Mempermudah
pengeluaran TBS baik dengan angkong maupun mekanisasi.Manfaat pemancangan
violle system ’L’:Populasi per ha sesuai yang standar.Pelaksanaan mudah dan biaya
murah.
 Berdasarkan bentuk dan manfaatnya teras tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua.
Teras Individu
      Teras individu disebut juga denga tapak kuda. Teras ini diperuntukan untuk areal
dengan kemiringana antara 8 – 15 º. Teras individu dapat dikerjakan setelah sebagian
areal selesai dipancang. Dengan berpedoman ada sistem pancang tanaman mata lima
yang mengikuti arah pancang utara – selatan sesuai dengan kemiringan areal
minimum dan maksimum yang sudah ditentukan. 
Teras Bersambung
       Disebut juga dengan teras kontur. Jenis teras ini untuk areal dengan kemiringa
lebih dari 15 – 20 º. Bentuk areal tersebut dikatakan bergelombang sampai dengan
berbukit. Berbeda denga teras individu teras kontur dipasang dengan sebelum areal
dipancang tanaman. Untuk mempermudah pemancangan, gunakan kawatyang diberi
label.
1.2 Pancang dan Kerapatan Tanam
Pancang titik tanam dilakukan sesudah dibuat layout Jalan Utama Kebun (JUK)
dan Jalan Produksi (JP), agar arah barisan tanaman dapat dibuat rapi. Pembuatan
pancang tanam diawali dengan pemasangan pancang kepala.
 Pancang Tanam Areal Datar-Sampai Berombak
Pada areal datar sampai berombak, pancang kepala dipasang dengan jarak antar
pancang 500 m memanjang blok dan setiap 100 m searah lebar blok. Diantara
pancang kepala dipasang anak pancang. Jarak antar anak pancang di areal datar
sampai berombak ditentukan berdasarkan kerapatan tanamnya (lihat Tabel 4) Pola
tanam segitiga sama sisi. Kerapatan tanaman per hektar didasarkan pada kondisi
lahan dan pola pengelolaan
 Pancang Tanam Areal Berbukit
Sebelum kegiatan pancang tanam dilakukan, terlebih dahulu diawali pembuatan
teras kontur. Dalam pembuatan teras kontur, jarak horizontal antara teras kontur
akan bervariasi tergantung dengan perbedaan lereng. Idealnya, jarak horizontal
antara teras kontur rata-rata 9 m. Untuk memudahkan operator bulldozer, warna
pancang dari setiap teras harus berbeda supaya tidak terjadi berpotongan pembuatan
teras dari level satu ke lainnya. Apabila jarak antara pancang teras kurang dari 7 m ,
maka pemancangan untuk pembuatan teras harus dihentikan dan diberi rambu
silang. Sebaliknya jika jarak antara pancang teras lebih dari 12 m, maka harus
dibuat anak teras dengan cara menambah jalur pancang anak teras dengan warna
pancang yang berbeda. Untuk mendapatkan kerapatan tanaman yang merata dan
standar, perlu dilakukan penyesuaian jarak tanam sepanjang teras kontur.
A. Penentuan Base Line
Base line adalah pancang kepala yang merupakan pedoman awal dalam
melakukan leveling teras. Pembuatan base line adalah sebagai berikut: a) Base
line dikerjakan bukit per bukit. b) Cari kemiringan rata-rata dimana tidak terlalu
datar dan tidak terlalu terjal. c) Pemancangan dimulai dari lokasi/bukit tertinggi
sampai ke kaki bukit dengan jarak antar pancang 9 m horizontal dengan bantuan
alat Theodolite. d) Pancang base line diberi warna merah, putih dan biru
berulangulang dari pancang awal sampai pancang terakhir di kaki bukit.

B. Penentuan Pancang Teras (Teveling)


Pancang teras pertama dimulai dari pancang base line pada kemiringan 90
(derajat). Pembuatan pancang teras menggunakan teodolite oleh surveyor
PMNP. Warna pancang teras sesuai dengan warna pancang base line, misalnya
pada base line berwarna merah, maka untuk teras tersebut adalah pancangnya
berwarna merah, dan seterusnya. Warna pancang teras dibedakan dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya perpotongan antar teras oleh alat berat pada saat
bekerja. Bila jarak antar teras < 7m, maka pemancangan dihentikan dan diberi
tanda ”Cross” ( X ). Sebaliknya jika jarak pancang antar teras > 12m, maka
dibuat pancang anak teras (teras sisip) dengan warna pancang yang berbeda.
Pancang akan menjadi “batas atas/posisi backdrop” teras pada saat bulldozer
bekerja.

C. Pemacangan violle system model ”L”


Bahan : Tali sling panjang 22 m. Cat (8 warna). Kawat, paku, Batang kayu.
Pipa dan Elbow Paralon 1/2”.

Cara kerja violle system model ”L”


Satu team terdiri dari 3 orang. Orang ke-1 di teras atas (tebing teras atas), orang
ke-2 dan ke-3 di teras bawah (orang ke-2 pegang ”L”, orang ke-3 memancang).
 Jarak tanam pada teras pertama/paling atas dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat ukur meteran hingga selesai disepanjang teras. Jarak tanam
pada teras ini tergantung dari populasi per hektar yang dikehendaki.  Orang ke-
1 bertugas memastikan posisi ujung sling pada tebing teras atas.  Orang ke-2
bertugas :  Memastikan posisi sling tegak lurus.  Posisi elbow pada titik tanam
teras bawahnya.  Menginformasikan warna sling yang terlihat di elbow kepada
orang ke-3.  Orang ke-3 bertugas memancang pada titik – warna yang
disebutkan orang ke-2.  Posisi sling senantiasa horizontal.  Pada teras tinggi
dibantu batang kayu penyangga.
Sketsa pemancangan system model L

Anda mungkin juga menyukai