PERENCANAAN JEMBATAN
3.1 Umum
Perencanaan diharuskan berdasarkan prosedur-prosedur yang memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterima untuk mendapatkan suatu keadaan batas
selama umur rencana jembatan.
Jembatan di anggap akan di bagun sesuai dengan persyaratan perencanaan dan
pemelihara sebaik mungkin selama umur rencana. Jembatan tidak di rancang untuk seluruh
kemungkinan beban dan kondisi ekstrem seperti kondisi yang timbul dalam keadaan perang.
Namun, setiap aksi atau pengaruh yang mungkin terjadi dapat diprediksi sebelumnya secara
rasional harus di pertimbangkan dalam desain/perencanaan, termasuk metode pelaksanaan
(Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan, 2015).
Adapun sebelum melakukan pelaksanan perencanaan jembatan dibutuhkan survey atau
penyelidikan di lapangan. Ada dua lingkup pekerjaan penyelidikan yaitu survei pendahuluan
dan survei detail.
3.1.1 Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan atau reconnaissasnce survey bertujuan untuk memperoleh
data awal sebagai bagian penting bahan kajian teknis dan bahan untuk pekerjaan
selanjutnya. Survei ini diharapjan mampu memberikan saran serta menjadi bahan
pertimbangan terhadap survei detail. Pada tahapan survei pendahuluan ini di perlukan
beberapa peta dasar, diantaranya yaitu :
1. Peta Topografi
Peta topografi digunakan untuk menggambarkan situasi atau kondisi yang
ada dilapangan. Berikut contoh peta topografi terlampir pada gambar 3.1
2. Peta Geologi
Peta geologi digunakan untuk menggambarkan bentuk data serta informasi
geologi dari suhu di suatu wilayah atau daerah yang berdasarkan skala. Berikut
pada gambar 3.2 merupakan contoh dari peta geologi.
Interval (m)
Kondisi Lebar Koridor (m) Jembatan /
Longsoran
Datar, Landai, dan Lurus 75+75 25 m
Pegunungan 75+75 25 m
Tikungan 50 (luar) + 100 (dalam) 25 m
3.2.2 Data Studi Kasus
Dari studi kasus merupakan kejadian yang sebenarnya dimana jembatan sebelumnya
mengalami kegagalan. Kegagalan bangunan jembatan ini diakibatkan karena
intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan jembatan terjadi
keruntuhan, bangunan jembatan sebelumnya merupakan jenis jembatan box culvert.
Lintasan pada area jembatan ini termasuk area lintasan basah yaitu jika terjadi
insensitas curah hujan yang tinggi maka debit air sungai akan meningkat, sedangkan
saat terjadi musim kemarau air sungai akan terjadi penyusutan.
Pada kasus ini jembatan sering terendam jika terjadi intensitas curuh hujan yang
tinggi dan membawa meterial batuan yang terseret arus banjir. Berikut merupakan
survei topografi yang mencakup data pengukuran lapangan yang terdiri atas
pengukuran patok BM (batchmark), pada survei topografi meliputi data pengukuran
lapangan yang terdiri atas pengukuran titik BM 1 dan BM 2 yaitu:
a) Titik BM 1
X : 459391.294
Y : 9081699.186
Z : 120.899
b) Titik BM 2
X : 459401.961
Y : 9081815.307
Z : 122.396
Dibawah ini merupakan gambar peta situasi yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3.5 Peta Situasi
Sumber : (Peta Situasi)
Dari studi kasus jembatan ini, kondisi lapangan berada di wilayah pegunungan
dan didapatkan dari survei topografi koridor pegunungan mengasilkan lebar
koridor 50 meter. Rencana trase jalan pada survei topografi, dan mendapatkan
interval penampang melintang 50 meter.
Berdasarkan dari data survei topografi interval hulu dan hilir yang dihasilkan
merupakan 10 meter
3.2.3 Rekomedasi Desain
Berdasarkan data studi kasus yang di lakukan pada survei topografi, terdapat beberapa
rekomendasi yaitu :
1. Pengukuran untuk penampang melintang paling sedikit menggunakan interval (m) agar
dilakukan paling sedikit per 25 meter, begitupun pada potongan melintang paling sedikit
interval 25 meter.
2. Pengukuran pada bagian luas area yang di lakukan survei di sungai untuk bagian luas di
lakukan mimal 200 meter
3. Pengukuran lebar koridor pada pegunungan dilakukan yaitu 75 + 75
4. Pada trase jalan dilakukan dengan syarat 25 meter karena akan mempengaruhi biaya
kontruksi yang akan di keluarkan.
Hujan
No Year Sk* Dy2 Sk** I Sk** I
Maximum
1 1991 76,3 3,23 0,50 0,11 0,11
2 1992 122,5 49,43 116,36 1,62 1,62
3 1993 137,7 64,63 198,93 2,12 2,12
4 1994 87,2 14,13 9,51 0,46 0,46
5 1995 82,9 9,83 4,60 0,32 0,32
6 1996 85,3 12,23 7,13 0,40 0,40
7 1997 66,8 -6,27 1,87 -0,21 0,21
8 1998 18,5 -54,57 141,79 -1,79 1,79
9 1999 20 -53,07 134,10 -1,74 1,74
10 2000 60 -13,07 8,13 -0,43 0,43
11 2001 43,8 -29,27 40,79 -0,96 0,96
12 2002 87 13,93 9,24 0,46 0,46
13 2003 85,8 12,73 7,72 0,42 0,42
14 2004 69,9 -3,17 0,48 -0,10 0,10
15 2005 47,4 -25,67 31,37 -0,84 0,84
16 2006 48 -25,07 29,92 -0,82 0,82
17 2007 52 -21,07 21,13 -0,69 0,69
18 2008 69 -4,07 0,79 -0,13 0,13
19 2009 56,1 -16,97 13,71 -0,56 0,56
20 2010 125,3 52,23 129,92 1,72 1,72
21 2011 92,9 19,83 18,73 0,65 0,65
Jumlah 1534 0,00 926,72 0,00 16,57
Rerata 73,1 0,00 44,13 0,00 0,79
Max 137,7 64,6 198,9 2,1 2,1
Min 18,50 -54,57 0,48 -1,79 0,10
Berdasarkan data yang tersaji, dapat dihitung Q/n0,5 dan R/n0,5 sebagai
berikut.
Perhitungan :
n = 21
Dy = 30,4
Sk**max = 2,12
Sk**min = -1,79
Q = I Sk**maks I = 2,12
Sk**maks -
R = Sk**min = 3,92
Kesimpulan :
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui data Muka Air Normal (MAN)
dan data Muka Air Banjir (MAB). Muka Air Normal pada lokasi tersebut
mencapai +0,924 meter dari dasar sungai hungga garis MAN. Sedangkan
untuk Muka Air Banjir (MAB) mencapai +3,264 meter dari dasar sungai
hingga garis MAB. Namun untuk ruang bebas di bawah jembatan belum
diketahui karena belum ditentukan letak dan tinggi jembatannya.
c) Debit Banjir Rencana selama 50 Tahun
Berdasarkan data hasil survei hidrologi diketahui perhitungan debit banjir
rencana selama periode 50 tahun sebagi berikut.
Metode :
Nakayasu
Lokasi :
Jembatan "X"
a : 2,00
tr : 1,28 jam
Tabel 3. 4 Perhitungan Debit Banjir Rencana
Ro : 1,00 mm
t Q R1 R2 R3 R4 Base Debit
No
jam m3/s/mm 81,05 21,07 14,78 11,76 Flow
mm mm mm mm m3/s m3/s
1 - - - - -
0 0
2 ,31 ,02 1,27 - 1,27
1 0
3 ,00 ,27 21,64 - - 21,64
1 0
4 ,31 ,51 41,15 0,33 - 41,48
2 1 1 1
5 ,00 ,41 14,24 5,63 - - 19,86
2 1 1 1
6 ,31 ,99 60,93 10,70 0,23 - 71,86
3 1 1 1
7 ,00 ,43 16,22 29,69 3,95 - - 49,86
4 0 1
8 ,00 ,90 72,66 30,21 20,83 3,14 - 26,84
5 0 1
9 ,00 ,57 46,36 18,89 21,19 16,58 - 03,02
6 0
10 ,00 ,42 33,89 12,05 13,25 16,87 - 76,06
R1 R2 R3 R4 Base Debit
t Q
No 3 81,05 21,07 14,78 11,76 Flow
jam m /s/mm
mm mm mm mm m3/s m3/s
7 0
11 ,00 ,31 24,78 8,81 8,45 10,55 - 52,59
8 0
12 ,00 ,22 18,12 6,44 6,18 6,73 - 37,47
9 0
13 ,00 ,17 13,55 4,71 4,52 4,92 - 27,70
10 0
14 ,00 ,13 10,71 3,52 3,30 3,60 - 21,13
11 0
15 ,00 ,10 8,47 2,78 2,47 2,63 - 16,35
12 0
16 ,00 ,08 6,70 2,20 1,95 1,97 - 12,82
13 0
17 ,00 ,07 5,30 1,74 1,54 1,55 - 10,13
14 0
18 ,00 ,05 4,19 1,38 1,22 1,23 - 8,01
15 0
19 ,00 ,04 3,31 1,09 0,97 0,97 - 6,34
16 0
20 ,00 ,03 2,62 0,86 0,76 0,77 - 5,01
17 0
21 ,00 ,03 2,07 0,68 0,60 0,61 - 3,96
18 0
22 ,00 ,02 1,64 0,54 0,48 0,48 - 3,13
19 0
23 ,00 ,02 1,29 0,43 0,38 0,38 - 2,48
20 0
24 ,00 ,01 1,02 0,34 0,30 0,30 - 1,96
21 0
25 ,00 ,01 0,81 0,27 0,24 0,24 - 1,55
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021,
pada pembangunan jembatan jika skala Panjang ≥ 500 m maka wajib menggunakan Amdal
dan jika skala Panjang jembatan < 500 m maka menggunakan dokumen UKL-UPL. Panjang
jembatan yang akan dibangun pada studi kasus ini yaitu 104 m maka jembatan ini cukup
dilengkapi dengan dokumen lingkungan UKL-UPL saja. (PerMen LHK Nomor 4 Tahun 2021
Tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
3.4 Data Geoteknik
3.4.1 Teori
Struktur tanah sangatlah diperlukan untuk suatu pembangunan, tertutama
untuk menentukan perlaukan tanah pada tempat yang akan dilakukan
pembangunan. Dengan begini kita bisa menentukan apa saja yang diperlukan
dalam pekerjaan konstruksi. Misalnya jenis pondasi yang akan dibangun, oleh
karena itu geoteknik sangat diperlukan terutama untuk pekerjaan sipil.
Geoteknik memegang peranan penting dalam pekerjaan konstruksi.
Melalui pengetahuan yang mendalam tentang perilaku dan karakteristik tanah
dan batuan. Data yang digunakan juga harus tepat dan akurat, dan dengan
geoteknik perencana akan dapat merencanakan suatu proyek dengan baik,
efisien dan tepat. (REDA, 2023)
Untuk bisa mendapatkan data geoteknik secara akurat, diperlukan survey
untuk tanah itu sendiri. Pengujian pada tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pengujian lapangan
a. Sondir (Dutch Cone Penetration Test)
Sondir adalah salah satu metode geoteknik yang digunakan untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah keras dan sifat daya dukung maupun daya
ikat setiap kedalaman.
b. SPT (Standart Penetration Test)
SPT adalah salah satu jenis uji tanah yang digunakan untuk mengetahui
daya dukung tanah selain CPT.
c. Pengeboran (Dangkal & Dalam)
Pengujian pengeboran dilakukan untuk mengetahui lapirsan tanah dan
mengambil sampel tanah pada lokasi pembangunan.
2. Pengujian labolatorium
a. Uji batas index properties
Uji ini bertujuan untuk menunjukkan sifat-sifat fisik tanah seperti kadar
air dan berat volume tanah, serta memberikan hubungan terhadap sifat-sifat
mekanis sepert kekuatan dan pemampatan atau kecenderungan untuk
mengembang dan permeabilitas.
b. Uji CBR labolatorium
Untuk mengetahui perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan
tanah arau perkerasan terhadap kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
c. Uji konsolidasi
Untuk mengetahui kecepatam konsolidasi dan besarnya penurunan tanah
apabila mendapatkan beban.
d. Uji kuat geser tanah
Untuk memperoleh besaran tanahan geser tanah pada tegangan normal
tertentu.
3.4.2 Data Studi Kasus
Gambar 3.12 Data Boring Log BH 1
Pada gambar 3.1.1 dapat dilihat hasil dari data yang didapatkan dengan
studi kasus pada pengujian boring pertama didapatkan pada 0 sampai 3 meter
pertama didapatkan hasil berupa tanah berbentuk pasir kasar dengan gradasi
buruk. Pada kedalaman 3 sampai 12 meter dibawah terdapat gravel dan kerakal
dengan diameter maksimal 15 cm batuan andesit bulat tidak menyudut. Dan
pada kedalaman 12 sampai 20 meter didapatkan tanah lanau kepasiran dengan
plastisitas rendah dengan warna coklat kekuningan yang sangat padat.
Dalam studi kasus ini, pondasi yang digunakan adalah pondasi dalam kaison
(sumuran) dikarenakan jika menggunakan pondasi tiang bor ataupun tiang
pancang tidak cocok karena tanah keras berbatu. Pondasi sumuran digunakan
karena melihat tanah yang berbatu sehingga lebih mudah untuk mencari
material pondasi dan tidak membutuhkan banyak material batu
Sumber : (BMKG, 2018)
3.6 Survey Detail
Survey detail bertujuan untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi
jembatan yang ditinjau (jika untuk perencanaan jembatan yang telah ada) (SIMATU,
2014).