Anda di halaman 1dari 31

BAB III

PERENCANAAN JEMBATAN

3.1 Umum
Perencanaan diharuskan berdasarkan prosedur-prosedur yang memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterima untuk mendapatkan suatu keadaan batas
selama umur rencana jembatan.
Jembatan di anggap akan di bagun sesuai dengan persyaratan perencanaan dan
pemelihara sebaik mungkin selama umur rencana. Jembatan tidak di rancang untuk seluruh
kemungkinan beban dan kondisi ekstrem seperti kondisi yang timbul dalam keadaan perang.
Namun, setiap aksi atau pengaruh yang mungkin terjadi dapat diprediksi sebelumnya secara
rasional harus di pertimbangkan dalam desain/perencanaan, termasuk metode pelaksanaan
(Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan, 2015).
Adapun sebelum melakukan pelaksanan perencanaan jembatan dibutuhkan survey atau
penyelidikan di lapangan. Ada dua lingkup pekerjaan penyelidikan yaitu survei pendahuluan
dan survei detail.
3.1.1 Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan atau reconnaissasnce survey bertujuan untuk memperoleh
data awal sebagai bagian penting bahan kajian teknis dan bahan untuk pekerjaan
selanjutnya. Survei ini diharapjan mampu memberikan saran serta menjadi bahan
pertimbangan terhadap survei detail. Pada tahapan survei pendahuluan ini di perlukan
beberapa peta dasar, diantaranya yaitu :
1. Peta Topografi
Peta topografi digunakan untuk menggambarkan situasi atau kondisi yang
ada dilapangan. Berikut contoh peta topografi terlampir pada gambar 3.1

Gambar 3.1 (Contoh Peta Topografi)


Sumber : (Kaplun, 2021)

2. Peta Geologi
Peta geologi digunakan untuk menggambarkan bentuk data serta informasi
geologi dari suhu di suatu wilayah atau daerah yang berdasarkan skala. Berikut
pada gambar 3.2 merupakan contoh dari peta geologi.

Gambar 3.2 (Contoh Peta Geologi)


Sumber : (Contoh Peta Geologi, 2017)

3. Peta Tata Guna Lahan


Peta tata guna lahan digunakan untuk menggambarkan bentuk penggunaan
tanah yang ada hubungannya antara lingkungan geografi serta aktivitas manusia.
Berikut contoh gambar prta tata guna lahan terlampir pada gambar 3.3 sebagai
berikut.

Gambar 3.3 (Contoh Peta Tata Guna Lahan)


Sumber : (Peta Tata Guna Lahan)

4. Peta Curah Hujan


Peta curah hujan digunakan untuk menggambarkan persebaran curhah hujan di
wilayah tertentu. Berikut contoh peta curah hujan terlampir pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 (Contoh Peta Curah Hujan)

3.1.2 Survei Detail


Survei detail bertujuan untuk menemukan struktur alami dan buatan
manusia pada sebidang tanah seperti vegetasi, jenis tanah, bangunan, utilitas
lahan, pagar dan pembatas, jalan, penanda tanah, dan sebagainya
(JUROVICH SURVEYING, 2018)
A. Inventaris Jembatan
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data secara umum terkait
kondisi jembatan yang ditinjau (jika untuk perencanaan jembatan yang
telah ada) (SIMATU, 2014).
a. Jenis kegiatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi
terkait existing jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang
ditinjau. Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini
adalah sebagai berikut :
a) Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
b) Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, ruang bebas
dan jenis lantai.
c) Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan
perbaikan atau pemeliharaan.
d) Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
e) Foto dokumentasi minimum 2 lembar untuk setiap jembatan
yang diambil dari arah memanjang dan melintang. Foto
ditempel pada format yang standar. Format yang digunakan
untuk invertarisasi jembatan mengacu pada format BMS.
b. Syarat dari hasil pengambilan data harus didiskusikan untuk
mendapatkan persetujuan dari proyek, dan nantinya akan dipakai
sebagai panduan kegiatan selanjutnya. Proses pengambilan data
atau inventarisasi harus menggunakan format standar / mengacu
pada BMS. Komponen jembatan yang harus dicatat dalam
inventarisasi jembatan minimal sebagai berikut dibawah ini :
a) Bangunan atas jembatan.
b) Bangunan bawah jembatan.
c) Sungai / saluran jalan air.

Jenis kerusakan, bentuk atau kelakuan kerusakan harus dicatat,


bila perlu dilengkapi dengan gambar sketch atau foto, dan cara
memelihara serta penanganan perbaikan harus diuraikan.

3.2 Data Topografi


3.2.1 Umum
Topografi merupakan ilmu yang mendalami tentang ukuran, bentuk, serta perbedaan
elevasi permukaan bumi atau suatu wilayah. Pada perencanaan jembatan, topografi
merupakan hal yang penting dengan tujuan untuk mengetahui elevasi serta kondisi
daratan di sekitar lokasi jembatan, sehingga dapat menentukan tinggi dasar jembatan,
jarak dan lebar bentang serta bentuk-bentuk pilar. Topografi dapat dimanfaatkan
untuk memperkirakan aliran air pada sekitar lokasi jembatan, sehingga dapat
menentukan desain drainase yang tepat dan dapat meminimalkan risiko banjir atau
kerusakan yang disebabkan air.
Tabel 3.1 Luas Survei Area

Area Koridor Luas Interval Penampang


Survey Melintang
 Arah Hulu dan Hilir  200 m
Sungai 25 m
 Arah Kiri dan Kanan  50 m
Rencana Dari garis tepi sungai / jalan
Trase Jalan – pertemuan jalan pendekat 250 m 25 m
dengan jembatan
Lokasi Interval penampang
Jembatan melintang maupun 10 m, 15 m, 25 m
memanjang terhadap sungai
dan jalan

Tabel 3.2 Pengukuran Penampang Melintang

Interval (m)
Kondisi Lebar Koridor (m) Jembatan /
Longsoran
Datar, Landai, dan Lurus 75+75 25 m
Pegunungan 75+75 25 m
Tikungan 50 (luar) + 100 (dalam) 25 m
3.2.2 Data Studi Kasus
Dari studi kasus merupakan kejadian yang sebenarnya dimana jembatan sebelumnya
mengalami kegagalan. Kegagalan bangunan jembatan ini diakibatkan karena
intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan jembatan terjadi
keruntuhan, bangunan jembatan sebelumnya merupakan jenis jembatan box culvert.
Lintasan pada area jembatan ini termasuk area lintasan basah yaitu jika terjadi
insensitas curah hujan yang tinggi maka debit air sungai akan meningkat, sedangkan
saat terjadi musim kemarau air sungai akan terjadi penyusutan.
Pada kasus ini jembatan sering terendam jika terjadi intensitas curuh hujan yang
tinggi dan membawa meterial batuan yang terseret arus banjir. Berikut merupakan
survei topografi yang mencakup data pengukuran lapangan yang terdiri atas
pengukuran patok BM (batchmark), pada survei topografi meliputi data pengukuran
lapangan yang terdiri atas pengukuran titik BM 1 dan BM 2 yaitu:
a) Titik BM 1
X : 459391.294
Y : 9081699.186
Z : 120.899
b) Titik BM 2
X : 459401.961
Y : 9081815.307
Z : 122.396
Dibawah ini merupakan gambar peta situasi yang disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3.5 Peta Situasi
Sumber : (Peta Situasi)

Gambar 3.6 Muka Air Tanah


Sumber : (Peta Situasi)
Muka air banjir berada pada ketinggian elevasi +118.74, sedangkan muka air
nomal berada pada elevasi + 116.40.
Gambar 3.7 Peta Situasi Lokasi Jembatan
Sumber : (Peta Situasi)

Pengukuran Situasi/Detail berdasarkan survei yang dilakukan, bentang jembatan


yang runtuh sebelumnya adalah sepanjang 104 meter dan lebar jembatan beton
yang rusak 6 meter.

Gambar 3.8 Cross Sungai

Sumber : (Peta Situasi)

Dari studi kasus jembatan ini, kondisi lapangan berada di wilayah pegunungan
dan didapatkan dari survei topografi koridor pegunungan mengasilkan lebar
koridor 50 meter. Rencana trase jalan pada survei topografi, dan mendapatkan
interval penampang melintang 50 meter.

Gambar 3.9 Cross Sungai


Sumber : (Peta Situasi)

Berdasarkan dari data survei topografi interval hulu dan hilir yang dihasilkan
merupakan 10 meter
3.2.3 Rekomedasi Desain
Berdasarkan data studi kasus yang di lakukan pada survei topografi, terdapat beberapa
rekomendasi yaitu :
1. Pengukuran untuk penampang melintang paling sedikit menggunakan interval (m) agar
dilakukan paling sedikit per 25 meter, begitupun pada potongan melintang paling sedikit
interval 25 meter.
2. Pengukuran pada bagian luas area yang di lakukan survei di sungai untuk bagian luas di
lakukan mimal 200 meter
3. Pengukuran lebar koridor pada pegunungan dilakukan yaitu 75 + 75
4. Pada trase jalan dilakukan dengan syarat 25 meter karena akan mempengaruhi biaya
kontruksi yang akan di keluarkan.

3.3 Data Hidrologi


3.3.1 Teori
Hidrologi adalah ilmu geografi yang mempelajari tentang pergerakan, distribusi, dan
kualitas air yang ada dibumi. (Hidrologi, 2017). Hidrologi sangat penting dalam
perencanaan jembatan karena dapat memprediksi potensi bahaya banjir dan kondisi
sungai yang akan mempengaruhi desain, lokasi, dan konstruksi jembatan. Survey
hidrologi digunakan untuk melengkapi parameter-parameter perencanaan bangunan
air yaitu bendungan, bendung, dan juga jembatan yang dalam hal ini jembatan yang
dimaksud adalah jembatan di atas lalu-lintas sungai atau saluran air. (ismail, 2010) .
Kumpulan data hidrologi dapat diperoleh melalui proses survey hidrologi dan
disajikan dalam bentuk tabel, daftar, maupun disertai gambar. Adapaun tujuan dari
survey hidrologi antara lain (Hinawah Teguh Santoso, 2024) :
1. Menghitung debit banjir rencana selama periode 50 tahun.
2. Menghitung tinggi muka air banjir dan dibandingkan dengan data banjir
lapangan.
3. Menghitung scouring/penggerusan akibat kecepatan air.
4. Untuk menentukan elevasi perletakan jembatan dan rencana.
5. Untuk melakukan analisis hidrologi, diperlukan data tentang:
a. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) yang meliputi:
1) Daerah curah hujan,
2) Tata guna lahan,
3) Jenis permukaan tanah,
4) Kemiringan lahan dan lain lain.
b. Karakteristik sungai meliputi:
1) Kecepatan aliran dan gejala arah.
2) Debit dan daerah pengaruh banjir.
3) Tinggi air banjir, air rendah, dan air normal.
4) Lokasi gerusan (scouring) serta jenis / sifat erosi maupun
pengendapan.
5) Kondisi aliran permukaan pada saat banjir.

3.3.2 Data Studi Kasus


Setelah melakukan survey hidrologi di lokasi yang direncanakan untuk penggantian
jembatan, diperoleh beberapa data hidrologi meliputi :
a) Data Curah Hujan
Data curah hujan maksimum dalam jangka 10 tahun sudah tersedia dan tersaji
pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3. 3 Curah Hujan Maksimum

Hujan
No Year Sk* Dy2 Sk** I Sk** I
Maximum
1 1991 76,3 3,23 0,50 0,11 0,11
2 1992 122,5 49,43 116,36 1,62 1,62
3 1993 137,7 64,63 198,93 2,12 2,12
4 1994 87,2 14,13 9,51 0,46 0,46
5 1995 82,9 9,83 4,60 0,32 0,32
6 1996 85,3 12,23 7,13 0,40 0,40
7 1997 66,8 -6,27 1,87 -0,21 0,21
8 1998 18,5 -54,57 141,79 -1,79 1,79
9 1999 20 -53,07 134,10 -1,74 1,74
10 2000 60 -13,07 8,13 -0,43 0,43
11 2001 43,8 -29,27 40,79 -0,96 0,96
12 2002 87 13,93 9,24 0,46 0,46
13 2003 85,8 12,73 7,72 0,42 0,42
14 2004 69,9 -3,17 0,48 -0,10 0,10
15 2005 47,4 -25,67 31,37 -0,84 0,84
16 2006 48 -25,07 29,92 -0,82 0,82
17 2007 52 -21,07 21,13 -0,69 0,69
18 2008 69 -4,07 0,79 -0,13 0,13
19 2009 56,1 -16,97 13,71 -0,56 0,56
20 2010 125,3 52,23 129,92 1,72 1,72
21 2011 92,9 19,83 18,73 0,65 0,65
Jumlah 1534 0,00 926,72 0,00 16,57
Rerata 73,1 0,00 44,13 0,00 0,79
Max 137,7 64,6 198,9 2,1 2,1
Min 18,50 -54,57 0,48 -1,79 0,10
Berdasarkan data yang tersaji, dapat dihitung Q/n0,5 dan R/n0,5 sebagai
berikut.

Perhitungan :

n = 21

Dy = 30,4

Sk**max = 2,12

Sk**min = -1,79

Q = I Sk**maks I = 2,12
Sk**maks -
R = Sk**min = 3,92

Kesimpulan :

Q / n0,5 = 0,463 < 1,105 90% Diterima

R / n0,5 = 0,854 < 1,353 90% Diterima

b) Data Tinggi Muka Air


Berikut merupakan gambar potongan memanjang profil sungai yang akan
dibangun jembatan.

Gambar 3. 10 Potongan memanjang sungai

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui data Muka Air Normal (MAN)
dan data Muka Air Banjir (MAB). Muka Air Normal pada lokasi tersebut
mencapai +0,924 meter dari dasar sungai hungga garis MAN. Sedangkan
untuk Muka Air Banjir (MAB) mencapai +3,264 meter dari dasar sungai
hingga garis MAB. Namun untuk ruang bebas di bawah jembatan belum
diketahui karena belum ditentukan letak dan tinggi jembatannya.
c) Debit Banjir Rencana selama 50 Tahun
Berdasarkan data hasil survei hidrologi diketahui perhitungan debit banjir
rencana selama periode 50 tahun sebagi berikut.

Perhitungan Hidrograf Debit Banjir Rancangan

Metode :
Nakayasu
Lokasi :
Jembatan "X"

Kala ulang : 50 tahun

Panjang sungai : 13,25 km

Luas DAS : 23,27 km2

a : 2,00

tr : 1,28 jam
Tabel 3. 4 Perhitungan Debit Banjir Rencana
Ro : 1,00 mm

t Q R1 R2 R3 R4 Base Debit
No
jam m3/s/mm 81,05 21,07 14,78 11,76 Flow
mm mm mm mm m3/s m3/s

1 - - - - -
0 0
2 ,31 ,02 1,27 - 1,27
1 0
3 ,00 ,27 21,64 - - 21,64
1 0
4 ,31 ,51 41,15 0,33 - 41,48
2 1 1 1
5 ,00 ,41 14,24 5,63 - - 19,86
2 1 1 1
6 ,31 ,99 60,93 10,70 0,23 - 71,86
3 1 1 1
7 ,00 ,43 16,22 29,69 3,95 - - 49,86
4 0 1
8 ,00 ,90 72,66 30,21 20,83 3,14 - 26,84
5 0 1
9 ,00 ,57 46,36 18,89 21,19 16,58 - 03,02
6 0
10 ,00 ,42 33,89 12,05 13,25 16,87 - 76,06
R1 R2 R3 R4 Base Debit
t Q
No 3 81,05 21,07 14,78 11,76 Flow
jam m /s/mm
mm mm mm mm m3/s m3/s
7 0
11 ,00 ,31 24,78 8,81 8,45 10,55 - 52,59
8 0
12 ,00 ,22 18,12 6,44 6,18 6,73 - 37,47
9 0
13 ,00 ,17 13,55 4,71 4,52 4,92 - 27,70
10 0
14 ,00 ,13 10,71 3,52 3,30 3,60 - 21,13
11 0
15 ,00 ,10 8,47 2,78 2,47 2,63 - 16,35
12 0
16 ,00 ,08 6,70 2,20 1,95 1,97 - 12,82
13 0
17 ,00 ,07 5,30 1,74 1,54 1,55 - 10,13
14 0
18 ,00 ,05 4,19 1,38 1,22 1,23 - 8,01
15 0
19 ,00 ,04 3,31 1,09 0,97 0,97 - 6,34
16 0
20 ,00 ,03 2,62 0,86 0,76 0,77 - 5,01
17 0
21 ,00 ,03 2,07 0,68 0,60 0,61 - 3,96
18 0
22 ,00 ,02 1,64 0,54 0,48 0,48 - 3,13
19 0
23 ,00 ,02 1,29 0,43 0,38 0,38 - 2,48
20 0
24 ,00 ,01 1,02 0,34 0,30 0,30 - 1,96
21 0
25 ,00 ,01 0,81 0,27 0,24 0,24 - 1,55

3.3.3 Rekomendasi Konsep Desain


Mengacu pada data survei hidrologi yang akan digunakan sebagai dasar dari
perancangan jembatan terdapat beberapa nilai karakteristik pada sungai dan
daerah aliran yang sudah diketahui, meliputi data curah hujan maksimum, data
perhitungan debit banjir rencana selama periode 50 tahun serta data tinggi
muka air banjir dan muka air normal. Sedangkan untuk data yang belum
tersedia yaitu data lokasi gerusan (scouring) serta jenis / sifat erosi maupun
pengendapan.

3.5 Data Lingkungan


3.5.1 Teori
Kegiatan survei lingkungan dilakukan untuk memastikan informasi dan
data terkait upaya terpadu dalam melakukan penanganan dampak terhadap
lingkungan yang terkena dampak akibat pelaksanaan pekerjaan yang sedang
dijalankan. Sehingga pelestarian potensi sumber daya alam dapat tetap
dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan lingkungan dapat dicegah.
Survei lingkungan termasuk dalam salah satu tahapan dari survei detail.
Survei lingkungan ini menggunakan prinsip berkelanjutan maka dampak
tersebut dapat diminimalisirkan dan untuk mengambil langkah positifnya
dapat melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) – Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
Amdal adalah Kajian mengenai dampak penting pada Lingkungan Hidup dari
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan sebagai
prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan serta termuat dalam Perizinan Berusaha, atau persetujuan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah rangkaian
proses pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup yang dituangkan
dalam bentuk standar untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan
keputusan serta termuat dalam perizinan Berusaha, atau persetujuan
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. (PP Nomor 22 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
2021). UKL dan UPL memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi komponen kegiatan yang memiliki potensi dapat
menimbulkan dampak lingkungan
2. Mengidentifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan akan
terdampak pembangunan jembatan
3. Memprediksi dan mengevaluasi besarnya dampak lingkungan yang akan
terjadi
4. Merumuskan saran serta tindak lanjut untuk mengurangi dampak negatif,
yang akan dijelaskan dalam rumusan umum UKL dan UPL.
3.5.2 Studi Kasus

Gambar 3.11 Foto Lokasi Jembatan

Dilihat pada gambar diatas, situasi lingkungan di sekitar jembatan yang


runtuh berada di kawasan persawahan dan dekat dengan gunung berapi.
Penyebab runtuhnya jembatan dikarenakan curah hujan yang tinggi
sehingga menyebabkan banjir, selain itu material lahar dingin yang terbawa
arus yang berasal dari gunung berapi juga menjadi penyebab jembatan bisa
runtuh. Sehingga harus dibangun jembatan baru karena jembatan ini
menghubungkan kota A, kota B dan kota C dan bersifat urgent.

3.5.3 Rekomendasi Konsep Desain

Untuk kedepannya, pembangunan dilakukan dengan meruntuhkan


jembatan yang lama dan dibangun ulang jembatan baru ditempat yang
sama. Dikarenakan jembatan baru akan diperlebar 1 m dari yang semula 6
m, sehingga akan dilakukan pembebasan lahan. Pembebasan lahan tersebut
akan berdampak pada sawah sawah yang ada disekitar lokasi proyek yang
akan dibangun jembatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021,
pada pembangunan jembatan jika skala Panjang ≥ 500 m maka wajib menggunakan Amdal
dan jika skala Panjang jembatan < 500 m maka menggunakan dokumen UKL-UPL. Panjang
jembatan yang akan dibangun pada studi kasus ini yaitu 104 m maka jembatan ini cukup
dilengkapi dengan dokumen lingkungan UKL-UPL saja. (PerMen LHK Nomor 4 Tahun 2021
Tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
3.4 Data Geoteknik
3.4.1 Teori
Struktur tanah sangatlah diperlukan untuk suatu pembangunan, tertutama
untuk menentukan perlaukan tanah pada tempat yang akan dilakukan
pembangunan. Dengan begini kita bisa menentukan apa saja yang diperlukan
dalam pekerjaan konstruksi. Misalnya jenis pondasi yang akan dibangun, oleh
karena itu geoteknik sangat diperlukan terutama untuk pekerjaan sipil.
Geoteknik memegang peranan penting dalam pekerjaan konstruksi.
Melalui pengetahuan yang mendalam tentang perilaku dan karakteristik tanah
dan batuan. Data yang digunakan juga harus tepat dan akurat, dan dengan
geoteknik perencana akan dapat merencanakan suatu proyek dengan baik,
efisien dan tepat. (REDA, 2023)
Untuk bisa mendapatkan data geoteknik secara akurat, diperlukan survey
untuk tanah itu sendiri. Pengujian pada tanah dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Pengujian lapangan
a. Sondir (Dutch Cone Penetration Test)
Sondir adalah salah satu metode geoteknik yang digunakan untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah keras dan sifat daya dukung maupun daya
ikat setiap kedalaman.
b. SPT (Standart Penetration Test)
SPT adalah salah satu jenis uji tanah yang digunakan untuk mengetahui
daya dukung tanah selain CPT.
c. Pengeboran (Dangkal & Dalam)
Pengujian pengeboran dilakukan untuk mengetahui lapirsan tanah dan
mengambil sampel tanah pada lokasi pembangunan.
2. Pengujian labolatorium
a. Uji batas index properties
Uji ini bertujuan untuk menunjukkan sifat-sifat fisik tanah seperti kadar
air dan berat volume tanah, serta memberikan hubungan terhadap sifat-sifat
mekanis sepert kekuatan dan pemampatan atau kecenderungan untuk
mengembang dan permeabilitas.
b. Uji CBR labolatorium
Untuk mengetahui perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan
tanah arau perkerasan terhadap kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
c. Uji konsolidasi
Untuk mengetahui kecepatam konsolidasi dan besarnya penurunan tanah
apabila mendapatkan beban.
d. Uji kuat geser tanah
Untuk memperoleh besaran tanahan geser tanah pada tegangan normal
tertentu.
3.4.2 Data Studi Kasus
Gambar 3.12 Data Boring Log BH 1

Pada gambar 3.1.1 dapat dilihat hasil dari data yang didapatkan dengan
studi kasus pada pengujian boring pertama didapatkan pada 0 sampai 3 meter
pertama didapatkan hasil berupa tanah berbentuk pasir kasar dengan gradasi
buruk. Pada kedalaman 3 sampai 12 meter dibawah terdapat gravel dan kerakal
dengan diameter maksimal 15 cm batuan andesit bulat tidak menyudut. Dan
pada kedalaman 12 sampai 20 meter didapatkan tanah lanau kepasiran dengan
plastisitas rendah dengan warna coklat kekuningan yang sangat padat.

Gambar 3.13 Data Boring Log BH 2

Dilanjutkan dengan kegiatan boring kedua, data boring dapat dilihat


pada gambar 3.1.2. pada kedalaman 0 sampai 3 meter didapatkan pasir kerikilan
dan pasir kasar dengan diameter maksimal 10 cm. Untuk kedalaman 3 sampai
12 meter dibawah tanah terdapat gravel dan kerakal dengan diameter maksimal
15 cm batuan andesit bulat tidak menyusut. Dan untuk kedalaman 12 sampai 20
meter didapatkan lanau kepasiran dengan plastisitas rendah berwarna cokelat
kekuningan yang sangat padat.

Gambar 3.14 Data Boring Log BH 3

Dilanjutkan dengan data boring yang ketiga didapatkan data seperti


gambar 3.1.3 diatas. Pada kedalaman 0 sampai 3 meter didapatkan kerikil dan
pasir kasar bergradasi buruk dengan diamteter maksimal 10 cm. Untuk
kedalaman 3 sampai 12 meter terdapat gravel dan krakal dengan diameter
maksimal 15 cm. Dan untuk kedalaman 12 sampai 20 meter didapatkan tanah
lanau kepasiran dengan daya plastisitas yang rendah berwarna coklat
kekuningan dengan bintik bintik putih yang sangat padat.
3.4.3 Rekomendasi Konsep Desain

Perencanaan pondasi jembatan yang digunakan adalah pondasi dalam,


dengan kedalaman yang sudah telah ditentukan. Dengan melihat data Boring
log dapat dilihat bahwa tanah yang di uji merupakan jenis tanah keras berbatu.
Kedalaman perencanaan pondasi yang digunakan adalah 8 meter, karena pada
kedalaman 12 – 20 meter merupakan tanah keras berbatu.

Dalam studi kasus ini, pondasi yang digunakan adalah pondasi dalam kaison
(sumuran) dikarenakan jika menggunakan pondasi tiang bor ataupun tiang
pancang tidak cocok karena tanah keras berbatu. Pondasi sumuran digunakan
karena melihat tanah yang berbatu sehingga lebih mudah untuk mencari
material pondasi dan tidak membutuhkan banyak material batu
Sumber : (BMKG, 2018)
3.6 Survey Detail
Survey detail bertujuan untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi
jembatan yang ditinjau (jika untuk perencanaan jembatan yang telah ada) (SIMATU,
2014).

Anda mungkin juga menyukai