Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

ANALISIS KASUS

Gonore dalam arti luas mecakup dari semua penyakit yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae. Merupakan penyakit yang mempunyai insidens tinggi
diantara IMS.1 Gonore adalah penyakit terbanyak nomor dua yang dilaporkan di
Amerika Serikat, yaitu sebanyak 310.000 kasus pada tahun 2010, kasusnya
semakin banyak pada negara berkembang2 Pada kasus ini Tn. S, laki-laki, berusia
17 tahun, sudah menikah, riwayat berganti-ganti pasangan yang berarti Tn. S
merupakan seksual aktif. Gonore terbanyak pada usia muda dan seksual aktif.
Gonore yang simptomatik banyak dialami oleh laki-laki, juga pada ras kulit
hitam.4
Keluhan subyektif pada uretritis Gonore berupa rasa gatal, panas di bagian
distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria.
polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai
darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.1 Berdasarkan anamnesis
didapatkan hasil sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien mengeluh keluar
nanah dari lubang kencing, nanah sering keluar bersamaan dengan BAK, tetapi
kadang nanah keluar tanpa disertai BAK. Nanah yang keluar kental, berwarna
putih kekuningan dan tidak berbau. Nanah tidak disertai dengan darah. BAK tidak
lancar, keluar sedikit-sedikit tetapi sering. Pasien juga mengatakan ia mengalami
nyeri ketika hendak BAK dan di akhir BAK, disertai timbulnya benjolan di
sebelah kanan lipatan paha dan sakit bila ditekan. Terkadang ia juga merasakan
gatal pada selangkangannya. Keluhan semakin lama semakin buruk, keluar nanah
semakin sering dialami, terasa panas pada penis, sakit ketika hendak dan sesudah
BAK dan sakit pada selangkangan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada orifisium uretra externum (OUE)
tampak hiperemis, discharge mukopurulen, kental dan tidak berbau. Pada Gonore
pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.1 Pasien

20
21

mengatakan kalau sebelumnya terdapat benjolan di lipat paha kanan yang sakit
bila digerakkan.
Tabel 4.1 Perbandingan Gonore dangan Kasus

Gonore Kasus
Epidemiologi - >Laki-laki - Jenis Kelamin : laki-laki.
- Negara Berkembang - Tinggal di negara
berkembang.
- Usia muda - Usia 17 tahun.
- Seksual aktif - Sudah menikah, riwayat
berganti pasangan.
Anamnesis rasa gatal, panas di bagian - Terasa gatal
distal uretra di sekitar - Nyeri saat hendak dan
orifisium uretra sesudah BAK.
eksternum, kemudian - BAK sering tapi sedikit-
disusul disuria. sedikit.
polakisuria, keluar duh - Keluar nanah dari lubang
tubuh dari ujung uretra. kencing.
Pemeriksaan fisik tampak orifisium uretra Pada orifisium uretra
eksternum eritematosa, externum (OUE) tampak
edematosa dan ektropion. hiperemis, discharge
Tampak pula duh tubuh mukopurulen, kental dan
yang mukopurulen tidak berbau.

Pemeriksaan Sediaan langsung pulasan Gram negatif diplococcus


Penunjang gram : Gram negatif
diplococcus

Infeksi Genital Non Spesifik adalah Infeksi Menular Seksual berupa


peradangan di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan oleh kuman
nonspesifik. Penyebab terbanyak adalah Chlamydia trachomatis. Di beberapa
negara insiden IGNS merupakan IMS yang paling tinggi. Banyak ditemukan pada
22

keadaan sosial ekonomi yang lebih tinggi, usia lebih tua dan aktivitas seksual
yang tinggi. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Pada pria gejala
baru timbul biasanya 1-3 minggu kontak seksual dan umumnya tidak seberat
gonore. Pada kasus ini Tn. S, laki-laki, berusia 17 tahun, sudah menikah, riwayat
berganti-ganti pasangan yang berarti Tn. S merupakan seksual aktif.
Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering
kencing dan keluarnya duh tubuh seropurulen. Dibandingkan dengan gonore
perjalanan penyakit lebih lama karena masa inkubasi yang lebih lama dan ada
kecenderungan kambuh kembali.1 Sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien
mengeluh keluar nanah dari lubang kencing, nanah sering keluar bersamaan
dengan BAK, tetapi kadang nanah keluar tanpa disertai BAK. Nanah yang keluar
kental, berwarna putih kekuningan dan tidak berbau. Nanah tidak disertai dengan
darah. BAK tidak lancar, keluar sedikit-sedikit tetapi sering. Pasien juga
mengatakan ia mengalami nyeri ketika hendak BAK dan di akhir BAK. Pada
kasus ini nanah yang keluar kental dan tidak berbau atau mukopurulen.
Tabel 4.2 Perbandingan IGNS dengan kasus

IGNS Kasus
Epidemiologi - >Laki-laki - Jenis Kelamin : laki-laki.
- Usia lebih tua - Usia 17 tahun.
- Keadaan sosial lebih - Belum bekerja.
tinggi.

Anamnesis disuria ringan, perasaan nyeri saat BAK, terasa gatal,


tidak enak di uretra, sering nanah berwarna putih
kencing dan keluarnya duh kekuningan, kental dan tidak
tubuh seropurulen. berbau. Sakit pada
selangkangan.

Infeksi Mycoplasma genitalium ini terjadi melalui kontak seksual.


Meningkat pada orang dengan partner seksual lebih dari satu, kegiatan seks yang
tidak aman dan ras kulit hitam. Prevalensi yang cukup tinggi bila kontak seksual
23

dilakukan oleh laki-laki dengan laki-laki. Pada kasus ini seorang laki-laki, usia 17
tahun memiliki pasangan seks lebih dari satu yaitu dengan perempuan PSK.
Jarak waktu dari terjadi kontak sampai menimbulkan keluhan berkisar
antara 4 minggu sampai 50 hari. Terdapat studi besar yang mendemonstrasikan
keterkaitan infeksi M. genitalium dengan Proctitis.9 Pada laki-laki 70% kasus
infeksi ini simptomatik, berupa uretritis (akut, persisten maupun rekuren), dysuria,
urethral discharge, Proctitis dan balanopostitis (pada salah satu studi). Sedangkan
pasien mengalami sakit saat hendak dan setelah BAK, keluar nanah dari lubang
kencing, berwarna putih kekuningan, kental dan tidak berbau dan tidak
mengalami sakit pada daerah sekitar anus. Pada kasus keluar nanah dari lubang
kencing, nanah mukopurulen, nyeri saat BAK, terasa gatal, tidak mengalami sakit
pada daerah sekitar anus. Pasien mengatakan 4-7 hari sebelumnya ia melakukan
kontak seksual dengan perempuan PSK.

Tabel 4.3 Perbandingan Infeksi M. genitalium dan Kasus

Infeksi M. genitalium Kasus


Epidemiologi - Partner sex lebih dari - Partner sex lebih dari 1.
1. - Pasangan seksual
- Meningkat pada perempuan.
pasangan - Seksual aktif.
homoseksual.
- Seksual aktif.
Anamnesis - Jarak kontak seksual - Kontak seksual 4-7 hari
dengan keluhan 4 sebelum timbul keluhan.
minggu – 50 hari. - Keluar nanah dari lubang
- Dysuria. kencing, nanah
- urethral discharge. mukopurulen.
- Proctitis. - nyeri saat BAK .
- Tidak mengalami sakit
pada daerah sekitar anus.
24

Berdasarkan epidemiologi Gonore, IGNS dan infeksi M. genitalium paling


banyak dialami oleh laki-laki dengan seksual aktif. Sedangkan pada M. genitalium
insiden terbanyak pada homoseksual. Pada anamnesis sulit membedakan antara
Gonore, IGNS dan Infeksi M. genitalium karena ketiganya memiliki gejala
subjektif yang hampir sama yaitu disuria, gatal, keluar nanah dari saluran kencing.
Tetapi pada infeksi M. genitalium didapatkan Proctits. Dari pemeriksaan fisik
terdapat perbedaan jenis discharge antara Gonore yang bersifat mukopurulen dan
IGSN yang bersifat seropurulen.

Tatalaksana
Pada kasus ini belum diketahui hasil dari pemeriksaan penunjang,
sehingga tatalaksana didasarkan pada gejala klinis. Berdasarkan pedoman
nasional penanganan infeksi menular seksual (2015), Pasien yang datang dengan
keluhan duh tubuh uretra atau disuria maka nilai adakah faktor risiko pada pasien
tersebut, yaitu bila dalam satu bulan terakhir mengalami satu atau lebih faktor
risiko di bawah ini 1) Pasangan seksual lebih dari 1, 2) Berhubungan seks dengan
penjaja seks, 3) Episode IMS 1/lebih, 4) Perilaku pasangan seks berisiko tinggi.
Pada kasus ini pasien memiliki faktor risiko yaitu memiliki lebih dari satu
pasangan seks dan berhubungan seks dengan penjaja seks. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dan tampak duh uretra, sehingga pasien ditatalaksana sebagai
uretritis gonokokus dan non gonokokus.
25

Bagan 4.1 duh tubuh uretra laki -laki dengan pendekatan sindrom2

Berikut penatalaksanaan nonfarmakologi dan farmakologi pada pasien ini:


Non Farmakologi
- Menganjurkan pasien untuk tidak melakukan seks dengan pasangannya
dulu sampai dinyatakan sembuh secara laboratoris, bila tidak
memungkinkan gunakan kondom saat berhubungan.
- Menjelaskan mengenai penyakit dan menjelaskan bahwa penyakitnya
diperoleh melalui hubungan seksual.
- Menganjurkan pasien untuk tidak berganti-ganti pasangan seks.
- Kunjungan ulang bila dalam 7 hari keluhan tidak hilang.

Farmakologi
Cefixime 1x400 mg, per oral. Berdasarkan pedoman nasional penanganan
infeksi menular seksual (2015), obat yang diberikan pada uretritis gonokokus
26

adalah sefiksim 400 mg, dosis tunggal dan diberikan per oral. Pilihan obat lainnya
adalah kanamisin 2 g, melalui injeksi IM dosis tunggal atau seftriakson 250 mg
dosis tunggal melalui injeksi IM.2

Diberikan obat golongan sefalosporin karena tingginya kemampuan resisten


N. Gonorheae, dipilih pada generasi tiga karena pada generasi tiga memiliki
aktivitas yang baik pada bakteri gram negatif, dan diberikan cefixime satu kali
sehari karena cefixime memiliki konsentrasi obat bebas di atas MIC selama 22-50
jam. Seperti pada teori yaitu pengobatan pada gonore rumit karena kemampuan N.
Gonorrheae menjadi resisten terhadap antibiotik. Pada tahun 1943, Penicillin
menjadi terapi pilihan dalam penatalaksanaan Gonore, tetapi beberapa waktu
kemudian timbul galur N. gonorrhoeae yang resisten terhadap Penicillin.9 2007,
di Amerika Serikat timbul resistensi N. Gonorrheae terhadap fluoroquinolone dan
meninggalkan golongan sefalosporin sebagai satu-satunya golongan antibiotik
yang digunakan sebagai pengobatan Gonore di Amerika Serikat.9 Sefalosporin
generasi ketiga memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dibandingkan dua
generasi sebelumnya, dan sefalosporin generasi keempat memiliki aktifitas yang
baik pada bakteri gram positive maupun negatif. Kelompok obat dari sefalosporin
generasi ketiga antara lain seftazidim, seftriakson, sefiksim, sefpodoksim
proksetil, sefdinir dan seftibuten. Secara Umum sefalosporin generasi ketiga dan
sefamisin aktif melawan N.gonorheae. Telah dilakukan beberapa penelitian pada
sefalosporin generasi kedua tetapi sefalosporin generasi ketiga yang paling sering
digunakan untuk mengobati infeksi N. Gonorheae. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Inggris didapatkan hasil ceftriaxone 250 mg secara IM dan cefixime
27

400 mg oral memiliki konsentrasi obat bebas di atas MIC selama 22-50 jam.
Maka mereka merekomendasikan ceftriaxone 250 mg secara IM dan cefixime 400
mg oral sebagai terapi pilihan menggantikan ciprofloxacin.6 Alasan lain dipilih
cefixime 400 mg oral sebagai terapi karena pada tahun 2012 di Indonesia
dilakukan studi oleh Departemen kesehatan di 3 Kota di Indonesia, salah satunya
di Palembang, dilakukan tes resistensi N. gonorhoeae terhadap wanita penjaja
seks dan diperoleh hasil resistensi 0 % resisten terhadap antibiotik sefiksim.2

Dan pengobatan diberikan selama 7 hari didasarkan pada penelitian


sebelumnya yang mendapati clearance pada pasien yang menerima pengobatan
Gonore sebesar >95%. 11
Bila dilihat dari keseluruhan mulai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,
prognosis pasien ini adalah :
1) Quo ad vitam adalah bonam karena dari anamnesis tidak ditemukan tanda-
tanda komplikasi.
2) Quo ad Functionam adalah bonam karena bila telah ditatalaksana fungsi
bagian dari tubuh yang terkena tidak terganggu.
3) Quo ad Sanationam adalah dubia ad bonam, dengan syarat pasangan pasien
diberi tatalaksana, menghindari seks dengan selain pasangan dan sebaiknya
28

menggunakan kondom karena gonore merupakan penyakit yang didapat


melalui kontak seksual.

Anda mungkin juga menyukai