TINJAUAN PUSTAKA
333
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
b. Garis Gores
Garis gores adalah garing yang menyatakan bagian yang tidak tampak
dimana garis tersebut harus sejajar dan sama.
4
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
5
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
2.1.3 Proyeksi
Proyeksi adalah cara menyajikan objek 3D ke dalam bentuk 2D. Berikut ini
adalah beberapa proyeksi yang ada pada gambar, yaitu:
1. Proyeksi Piktorial
Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang
dua dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara proyeksi
sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi
antara lain :
a. Proyeksi piktorial isometri
Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara
isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada
bidang dengan proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan
syarat-syarat untuk menampilkan suatau gambar dengan proyeksi
isometri. Adapun ciri dan syarat proyeksi tersebut sebagai berikut :
1. Ciri pada sumbu
- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis
mendatar.
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2. Ciri pada ukurannya
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan
panjang benda yang digambarnya.
Contoh :
20
50
20
6
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
b. Proyeksi Dimetri
Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang
perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain :
- Ciri pada sumbu
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y
mempunyai sudut 40°.
- Ketentuan ukuran
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala
pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1
Contoh :
40
40
40
Gambar 2.6 Proyeksi dimetri
Keterangan :
- Ukuran pada sumbu x 40 mm
1
- Ukuran gambar pada sumbu y digambar nya, yaitu 20 mm
2
- Ukuran pada sumbu z 40 mm
c. Proyeksi miring
7
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Bidang proyeksi
Proyeksi
8
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
A
B
A’
B’
A’
B’
D’
C’
E
A F
H B
C G
D
A’E’
B’F’
D’H
’ C’G’
1. Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada yang
menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini tergantung dari
masing pengarang buku yang menjadi refrensi.Dapat dikatakan bahwa
Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi yang letak bidangnya terbalik
dengan arah pandangannya.
9
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
2. Proyeksi Amerika
Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga ada
yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi Amerika merupakan
proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah pandangannya.
10
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
1. Toleransi Geometri
11
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Kebulatan
Keselindrisan
Toleransi Posisi
lokasi
Konsentrasi dan koaklisasi
Kesemitrisan
12
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
13
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
14
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
15
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
16
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
17
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
18
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Rumus IT :
19
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
IT = 0,8 + 0,020 . D
Rumus I :
Jadi, pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik
untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material, dan uang) yang
ada.
Metode
Energi + Teknologi
Informasi Modal
Manusia Material Mesin
20
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
22
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
24
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Metode-1:
b. Aliran logam cair dibuat setipis mungkin, kemudian disemprot dengan air atau
udara atau gas monoksida bertekanan tinggi yang menimbulkan aliran jet.
c. Logam cair yang tipis tersebut, akan berhamburan dan membentuk butiran-
butiran logam, yang disebut: powder metallurgy
25
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Metode-2
b. Akibat putaran, akan timbul gaya sentrifugal pada piringan. Hal ini akan
membantu mempercepat proses penyerbukan logam.
Gambar ilustrasi alat dari metode -2 ini, dapat dilihat dibawah ini.
Catatan:
Proses atomization ini, merupakan suatu cara yang cukup baik untuk membuat
serbuk dari logam yang bertitik didih relatif rendah, misalnya: Timah hitam,
Timah putih, Aluminium dan Seng ( Z n ). Proses atomisasi ini sering juga
disebut: granulasi.
6. Proses Polimer
Proses polimerisasi adalah proses produksi yang menggunakan polimer-
polimer sebagai materialnya (bahan baku). Polimer adalah gabungan
dari monomer-monomer yang membentuk ikatan hidrokarbon.
Bagian dari polimerisasi terdiri dari:
a. Termoplastis
Termoplastis merupakan bahan polimer yang terbentuk dari rantai
karbon yang panjang.
26
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
27
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
c. Elastomer
Elastomer merupakan bahan polimer yang terbentuk dari rantai
yang berbentuk jala.
28
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
29
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
30
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
a. Heat Treatment
31
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
33
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Tabel 2.8 Klasifikasi Proses Permesinan Menurut Jenis Mesin, Gerak Potong dan Gerak
Makan yang Digunakan
No. Jenis Mesin Gerak Potong Gerak Makan
Benda Kerja
Mesin Sekrap Pahat (Translasi) (Translasi)
(Shapping Machine)
3
Sekrap Meja Benda Kerja Pahat
(Planning Machine) (Translasi)
(Translasi)
Gergaji (Sawing
5 Pahat (Translasi) -
Machine)
34
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Tabel 2.9 Klasifikasi Proses Pemesinan Berdasarkan Mesin Perkakas yang Digunakan.
(Honing)
(Lapping)
(Super Finishing)
35
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
36
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
37
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
7 Memarut (Broc) -
(Grinding)
38
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
i. Proses Bubut
b. Abrasif
Proses Abrasif merupakan proses pemesinan yang
menggunakan pahat abrasif untuk menghasilkan permukaan
yang baik.
1) Gerinda
40
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
42
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
4) Chemical Milling
43
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
44
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Gerak makan (f) yang tersedia pada mesin bubut dibuat bertingkat
dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 0.065; 0.113; 0.130;
0.455 (mm/rev).
Keterangan gambar :
a. Spindelrevolves merupakanlubang tempat pemasangan pencekam/chuck.
b. Headstock merupakan tempat diletakkannya spindel dan gear box.
c. Tool Post adalah tempat untuk memasang pahat.
d. Feed change gear box merupakan pengatur untuk gerak makan dan
kecepatan potong
e. Lead screw gunanya untuk menggerakkan kereta saat melakukan proses
bubut untuk pembuatan ulir.
f. Carriage sebagai pembawa pahat yang melakukan gerak translasi untuk
melakukan gerak makan.
g. Gearbox adalah tempat lengan pengatur.
h. Bed merupakan tempat landasan mesin sebagai peredam getaran pada
mesin
i. Power unit merupakan kontrol untuk menghidupkan dan mematikan
mesin.
j. Feedrod merupakan poros penghubung untuk gerak makan.
46
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Benda kerja :
d0= Diameter mula-mula ; mm.
Pahat :
= Sudut geram
Mesin bubut :
a = Kedalaman potong ; mm.
47
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Berdasarkan posisi benda kerja yang akan dibuat pada mesin bubut, ada
beberapa proses bubut yaitu :
1. Bubut silindris (Turning)
3. Bubut Alur(Grooving)
5. Pemotongan (Cut-Off)
48
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Vc = .d .n ; m/min
1000
d = (do + dm)/2 ; mm
Vf = f.n ; mm/min.
tc = lt / Vf ; min.
49
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
a = ( dm– do ) / 2 ; mm
Z = A .V ; A=f.a ; mm2
Z = f .a .Vc ; cm3/min
Keterangan:
51
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Pemotong ini mirip dengan pemotong freis datar atau samping kecuali
bahwa pembuatannya sangat tipis, biasanya 5 mm atau kurang.
Ada dua pemotong sudut yaitu pemotong sudut tunggal dan pemotong
sudut ganda. Pemotong sudut tunggal mempunyai satu permukaan
kerucut, sedangkan pemotong sudut ganda bergigi pada dua permukaan
kerucut.Pemotong sudut digunakan untuk memotong lidah roda,
tanggem, galur pada pemotong freis, dan pelebar lubang.
52
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
53
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Pada freis datar antara sumbu pahat dan benda kerja sejajar.
Pada down milling gerak rotasi pahat searah dengan gerak translasi
benda kerja. Pahat bekerja turun sehingga menyebabkan benda
kerja lebih tertekan ke meja dan meja terdorong oleh pahat, gaya
dorongnya akan melebihi gaya dorong ulir atau roda gigi
penggerak meja.
54
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
55
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Beberapa parameter yang dapat diatur pada mesin freis adalah putaran
spindel (n), kecepatan makan (Vf), kedalaman potong (a). Elemen dasar dari
proses freis dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dapat
diturunkan dari kondisi pemotongan, sebagai berikut :
lw = panjang pemotongan
a = kedalaman potong
Vf = kecepatan makan
Elemen dasar pada mesin freis dapat dihitung dengan rumus berikut :
1. Kecepatan potong
v = .d .n ; m/min
1000
fz = Vf / (z n) ; mm/(gigi)
3. Waktu pemotongan
tc = lt / Vf ; min
dimana : lt = lv + lw + ln ; mm,
56
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
dimana :
lw = panjang pemotongan ; mm
ln = panjang pengakhiran ; mm
V f .a.w
Z= ; cm3 /min
1000
57
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Keterangan :
1. Gurdi (Drilling)
2. Perluasan ujung lubang (Counter Boring)
3. Penyerongan ujung lubang (Counter Sinking)
4. Perluasan atau penghalusan lubang (Roaming)
5. Gurdi lubang dalam (Gun Drilling)
58
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
a. Unit tunggal
b. Jenis jalan
60
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
2. Penggurdi Khusus
Elemen dasar dari proses gurdi dapat diketahui atau dihitung dengan
menggunakan rumus yang dapat diturunkan dari kondisi pemotongan
ditentukan sebagai berikut :
Benda kerja :
lw = panjang pemotongan benda kerja ; mm
Pahat gurdi :
d = diameter gurdi ; mm
62
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Mesin gurdi :
n = putaran poros utama ; rev/min
v = .d .n ; m/min
1000
Vf
fz = ; mm/gigi
z.n
3. Kedalaman potong:
a = d/2 ; mm
4. Waktu pemotongan:
tc = lt / Vf ; min
dimana:
lt = lv + lw + ln ; mm
ln = (d/2) tan Kr ; mm
.d 2 .V f
Z= ; cm3/m
4.1000
dilakukan oleh pahat (pada mesin sekrap) atau oleh benda kerja (pada
mesin sekrap meja) dengan arah gerak tegak lurus. Benda kerja
dipasang pada meja dan pahat (mirip dengan pahat bubut) dipasangkan
pada pemegangnya.
Keterangan gambar:
1. Tool post/head merupakan pemegang pahat
2. Deep feeding handle merupakan pengatur kedalaman makan
3. Movement wheel merupakan pengatur gerak meja
4. Vise sebagai pengapit benda kerja
5. Base dasar mesin
6. Worktable/Meja kerja sebagai tempat meletakkan benda kerja
7. Ram penggerak tool
Mesin sekrap pada umumnya digunakan untuk :
1. perataan permukaan
2. alur spiral
3. batang gigi
4. celah T, dan lain-lain.
64
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
65
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Proses yang biasa dilakukan pada mesin sekrap (pahat bermata potong
tunggal yang melakukan gerak potong (shaping) atau gerak makan
(planning), kedua gerakan tersebut berupa translasi bertahap).
Proses ini terbagi sebagai berikut:
1. Sekrap (shaping)
2. Sekrap meja (planning)
3. Sekrap alur (sloting)
Mesin Sekrap :
f = gerak makan ; mm/langkah
A = kedalaman potong ; mm
Np = jumlah langkah per menit ; langkah/min
Rs = perbandingan kecepatan ;
= Vm = Kecepatan Maju < 1
Vf Kecepatan Mundur
66
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
67
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
1. Badan (body)
Bagian pahat yang dibentuk menjadi mata potong atau tempat untuk
sisipan pahat (dari karbida atau keramik).
Lubang pada pahat melalui mana pahat dipasang pada poros utama
(spindel) atau poros pemegang dari mesin perkakas.Umumnya dipunyai
oleh pahat freis.
5. Dasar (base)
68
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
69
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Mata potong pahat merupakan tepi dari bidang geram yang aktif memotong.
Mata potong utama bertemu dengan mata potong bantu pada pojok pahat
(tool corner). Untuk memperkuat pahat maka pojok pahat dibuat melingkar
dengan jari-jari tertentu, yaitu :
r = radius pojok (corner radius/nose radius) ; mm
70
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
1. Kekerasan yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja tidak saja
pada temperatur ruang melainkan juga pada temperatur tinggi atau
memiliki hot hardness yang tinggi pada saat proses pembentukan geram
berlangsung.
2. Keuletan yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi
sewaktu pemesinan dengan interupsi maupun sewaktu memotong benda
kerja yang mengandung partikel/bagian yang keras (hard spot).
1. Baja karbon
71
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
jenis ini hanya dapat memotong logam yang lunak ataupun kayu.
Karena harganya yang relatif murah maka sering digunakan untuk tap
(untuk membuat ulir).
Keuntungannya :
c. Harganya murah
HSS merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan krom dan
tungsten. Melalui proses penuangan (molten metalurgy) kemudian
diikuti pengerolan ataupun penempaan baja dibentuk menjadi batang
atau silindris. Kecepatan potongnya (Vc) adalah 11 – 30 m/min. Pada
kondisi lunak (annealed) bahan tersebut dapat diproses secara
pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah proses laku
panas dilaksanakan kekerasannya akan cukup tinggi sehingga dapat
digunakan pada kecepatan potong yang tinggi (sampai dengan tiga kali
kecepatan potong untuk pahat CTS), sehingga dinamakan dengan “Baja
Kecepatan Tinggi”; HSS, High Speed Steel. Apabila telah aus maka
HSS dapat diasah sehingga mata potongnya tajam kembali, karena sifat
keuletan yang relatif baikPahat ini biasanya digunakan sebagai pahat
untuk mesin gurdi,bubut,sekrap. Hot Hardness dan recovery Hardness
72
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
yang cukup tinggi, dapat dicapai berkat adanya unsur paduan W, Cr,
Mo, Co.
Pengaruh unsur tersebut pada unsur dasar besi (Fe) dan karbon (C)
adalah sebagai berikut :
b. Chromium (Cr)
c. Vanadium (V)
d. Molybdenum (Mo)
73
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
e. Cobalt (Co)
1. HSS Konvesional
2. HSS Special
3. Cobalt AddedHSS : standar AISI M33; M36; T4; T5 dan T6.
4. High VanadiumHSS : standar AISI M3-1; M3 – 2; M4 ;T15.
5. High Hardness Co. HSS :standar AISI M42; M43;M44 ;M45;M 46.
a. Cast HSS.
b. Powdered HSS
c. Coated HSS.
Sifatnya diantara HSS dan karbida, yang digunakan dalam hal khusus
diantara pilihan dimana karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai
Hardness dan Wear Resistance yang terlalu rendah. Paduan Cor
Nonferro mempunyai Vc sebesar 30-100 m/min.
74
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Jenis pahat ini dibuat dalam bentuk toolbit (sisipan). Paduan Nonferro
terdiri dari 4 macam elemen utama, yaitu;
a. Co sebagai pelarut
b. Cr membentuk karbida
c. Wolfram pembentuk karbida
d. C 1%
4. Karbida
75
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
5. Keramik
7. Intan
77
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Ketahanan terhadap
2 Tidak baik Baik
suhu tinggi
Getas,
4 Sifat material Ulet, cepat aus
tidak mudah aus
78
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Plain Carbon
1 1800s Below 10 Below 5
Tool Steel
Cemented
4 carbides 1930 330-650 100-300
(WC)
Cermets
5 1950s 165-400
(TiC)
Ceramics
6 1955 330-650
(Al2O3)
Synthetic 1954, 390-
7
diamonds 1973 1300
Cubic boron
8 1969 500-800
nitride
Coated
9 1970 165-400
carbides
Tn = Umur Pahat
f = Gerak Makan
a = Kedalaman Potong
80
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
2. Proses Kimia
a. Benda kerja yang baru saja terpotong sangat kimiawi aktif sehingga
memudahkan reaksi yang mengakibatkan derajat penyatuan
(afinitas) berkurang pada bidang geram pahat.
b. Hal diatas menjadi penyebab terjadinya keausan kawah pada
bidang geram.
3. Proses Adhesi
81
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
i. Fungsi Coolant
82
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
Secara umum coolant yang biasa dipakai dapat dikategorikan dalam dua
jenis coolant, yaitu :
1. Air Blow
Larutan murni tidak bersifat melumasi tetapi hanya dipakai untuk sifat
penyerapan panas yang tinggi dan melindungi dari korosi. Dengan
menambah unsur lain yang mampu membentuk kumpulan molekul
akan mengurangi tegangan permukaan menjadi cairan permukaan aktif
sehingga mudah membasahi dandaya lumasnya naik.
83
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
84
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
1. Manual
85
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
2. Dibanjirkan (flooding)
Sistem pendingin yang terdiri atas pompa, saluran, nozel dan tangki,
dimiliki oleh hampir semua mesin perkakas.Satu atau beberapa nozel
dengan selang fleksibel diatur sehingga fluida pendingin disemprotkan
pada bidang aktif pemotongan.
Keseragaman pendinginan harus diusahakan dan bila perlu dapat dibuat
nozel khusus seperti Gambar berikut ini.
86
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
4. Dikabutkan (mist)
gerinda intan. Karena kabut tidak dapat masuk ke dalam lubang yang
realatif dalam, maka teknik pegabutan ini jarang dipakai dalam proses
gurdi (drilling).
2.7.1 Snei
88
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
1. Sebelum melakuan snei harus sudah ada ulir luar yang telah dibuat oleh
mesin bubut.
2. Snei harus berada dalam sudut 900 terhadap bidang kerja. Kelebihan gaya
akan menyebabkan ulir menjadi rusak atau tidak teratur.
3. Tempatkan snei tegak lurus terhadap bidang kerja, putar secara perlahan
dengan mendesak snei dengan menggunakan telapak tangan.
Tahapan Menyenei
Harap diperhatikan jika ukuran diameter benda kerja akan bertolak belakang
dengan pengetapan. Jika pada pengetapan berlaku rumus Diameter lubang D=
D’- k, maka pada penyenaian rumus diameter luar adalah D= D’+ k ( ILUSTRASI
PADA GAMBAR 3 DI BAWAH )
memasukkan senai pada batang, tanda ukuran berada di atas, samapi senai
terkunci oleh sekrup pengunci.
Memulai penyenaian.
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua ujung tangkai saat senai
diputar searah putaran jarum jam.
90
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
2.7.2 Tapping
b. Tap antara, mempunyai dua sampai tiga ulir serong. Tap ini dipakai
setelah mengetap dengan konis.
c. Tap rata, mempunyai ulir dengan ukuran penuh. Tap ini dipakai
untuk menyelesaikan akhir.
Prosedur Mengetap :
91
Kelompok 1
Laporan Akhir Praktikum Teknik Manufaktur I
3. Tempatkan tap konis kedalam lubang tegak lurus pada bidang kerja.
Mulailah memutar pelan-pelan dengan mendesak tap menggunakan
telapak tangan.
92
Kelompok 1