Anda di halaman 1dari 16

 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Permasalahan dan isu mengenai lingkungan hidup kini telah menjadi isu yang
terus berkembang yang menggambarkan realitas yang terjadi di sekitar kita dengan
keadaan ketidakpastian dan mengkhawatirkan. Bertambahnya jumlah penduduk,
degradasi lingkungan akibat ulah manusia, dan daya dukung lingkungan yang
menurun demi memenuhi kebutuhan manusia yang mengatasnamakan pembangunan

dapat menyebabkan bencana seperti: banjir, tanah longsor, erosi, degradasi lahan, dan
lain sebagainya. Bencana-bencana tersebut di duga sebagai akibat dari kerusakan
lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim.

Menurut pengamat, krisis lingkungan membagi perkembangan krisis


lingkungan ke dalam dua periode, yakni krisis lingkungan pertama dan krisis
lingkungan kedua. Periode krisis lingkungan pertama dipicu oleh publikasi buku
Silent Springs karya Rachel Carson pada tahun 1962. Carson mengkritik penggunaan

dan produksi pestisida (DDT) secara berlebihan di Amerika Serikat. Dengan merujuk 
 pada derita yang dialaminya sendiri, ia menyimpulkan bahwa pemakaian DDT telah
menimbulkan dampak samping seperti kanker. Berbeda dengan krisis lingkungan
  pertama, pada periode krisis lingkungan kedua, baik akar penyebab maupun
kebijakan yang diambil berskala global. Menurut Homer-Dixon, penyebab krisis
lingkungan tersebut mencakup enam sumber, yaitu perubahan iklim yang disebabkan
oleh efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon, degradasi dan hilangnya tanah
 pertanian yang subur, penggundulan hutan, pengurangan dan polusi suplai air bersih,
dan penipisan daerah penangkapan ikan. Keenam sumber perubahan lingkungan
tersebut disertai dengan pertumbuhan penduduk dan distribusi sumberdaya yang tidak 
merata telah melahirkan kelangkaan lingkungan (environmental scarcity).1
1
Suharko. 1998.”Model-Model Gerakan Ngo Lingkungan (Studi Kasus di Yogyakarta)” dalam
Jurnal Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol.2, No. 1, hal. 43.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 1/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

Sebagai isu global, masalah lingkungan mendapat perhatian serius dari hampir 
semua negara di dunia. Sebab, krisis lingkungan tersebut tersebar ke setiap negara,
meskipun dengan derajat yang berbeda-beda. Seluruh negara di dunia terlibat dalam
mencari solusi terhadap persoalan tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam G7,
misalnya, mengagendakan isu ini pada pertemuan mereka pada tahun 1989. Ini
menunjukkan bahwa persoalan lingkungan yang sebelumnya dianggap berada pada
wilayah low politics tiba-tiba dikaitkan dengan isu-isu sentral politik dunia. Isu
lingkungan global menjadi soal ketiga terpenting mendampingi agenda klasik dalam
 politik internasional, yakni soal keamanan dan ekonomi.2 

Puncak dari semua itu adalah diselenggarakannya konferensi tentang


Biodiversity di Rio Dejainero, Brazil pada tahun 1992 dan hasilnya telah diratifikasi
oleh sebagian besar negara di dunia. Konferensi ini dihadiri oleh 150 negara dan
2.500 NGO..  KTT ini menghasilkan kompromi atau kesepakatan mengenai perlunya
 pembangunan berkelanjutan, yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup,
  pembangunan ekonomi, dan sosial. Kesepakatan tersebut tertuang dalam tiga
dokumen yang secara hukum mengikat dan tiga dokumen yang secara hukum tidak 
mengikat. Ketiga dokumen yang mengikat yaitu Convention on Biological Diversity
(CBD) atau Kovensi Keanekaragaman Hayati, United Nations Framework 
Convention on Climate Change (UNFCCC) atau Konvensi Kerangka PBB tentang
Perubahan Iklim, Convention to Combat Desertification (CCD) atau Konvensi
tentang Mengatasi Degradasi Lahan. Ketiga dokumen yang tidak mengikat yaitu Rio
Declaration (Deklarasi Rio) tentang 27 prinsip yang menekankan hubungan antara
lingkungan dan pembangunan,   Forest Principles (  Authoritative Statement of 

 Principles for a Global Consensus on Management, Conservation, and Sustainable


  Development of all Types of Forests) menyatakan pentingnya hutan bagi
  pembangunan ekonomi, penyerap karbon atmosfer, perlindungan keragaman hayati,
dan pengelolaan daerah aliran sungai, Agenda 21 adalah rencana komprehensif 

2
 Ibid 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 2/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

mengenai program pembangunan berkelanjutan ketika memasuki abad 21 (Murdiono,


et al 2004).

Dalam pertemuan United Nations Framework Convention on Climate Change


(UNFCCC) atau Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim pada 11
Desember 1997 di Kyoto, Jepang telah disepakati perjanjian yang di kenal dengan
sebutan Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah kesepakatan yang mengatur upaya
  penurunan emisi GRK oleh negara maju, secara individu atau bersama-sama di
 bawah   Framework Convention on Climate Change.3  Sebanyak 180 negara
menandatangani protokol ini.

Dalam Protokol Kyoto, 38 negara industri berkomitmen memotong emisi gas


rumah kaca yang mereka hasilkan mulai tahun 2008 hingga 2012 pada level 5,2% di
  bawah level yang mereka hasilkan sebelum 1990.4  Tujuan Protokol Kyoto adalah
untuk mencapai "stabilitas" konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer hingga level yang
akan mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Protokol Kyoto
terdiri dari 28 pasal dan dua lampiran (annex) serta menetapkan penurunan emisi

GRK akibat kegiatan manusia, mekanisme penurunan emisi, kelembagaan, serta


 prosedur penataan dan penyelesaian sengketa.5 Negara berkembang tidak diwajibkan
menurunkan emisi tetapi bisa melakukannya secara sukarela dan diminta
melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang lebih bersih dan lebih ramah iklim.
Untuk itu, negara maju diwajibkan memfasilitasi alih teknologi dan menyediakan
dana bagi program pembangunan berkelanjutan yang ramah iklim.

Keberlanjutan masa pemberlakuan protokol Kyoto mendapat tantangan di

karenakan sikap awal dari negara-negara maju yang notabene penyumbang emisi

3
Dari Rio ke Bali via Kyoto: Memahami peraturan internasional tentang perubahan iklim (Bagian
Kedua), dalam http://www.beritabumi.or.id/?g=liatinfo&infoID=ID0005&ikey=3, 12 Januari 2012.
4
Protokol Kyoto Ditandatangani, dalam http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/agenda,Protokol-
Kyoto-Ditandatangani-766.html, 13 Januari 2012.
5
 Ibid 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 3/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

terbesar terlihat enggan untuk berkomitmen, seperti Amerika Serikat yang belum
menandatangani Protokol Kyoto di KTT ke-15 Perubahan Iklim di Kopenhagen,
Denmark yang berlangsung pada tanggal 7-18 Desember 2009. 6  Negara maju lain
hanya akan mau memperpanjang masa berlaku Protokol Kyoto jika AS meratifikasi
dan mematuhi kewajiban penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam protokol
tersebut.7  Sikap Amerika Serikat tentu saja mempunyai alasan yang kuat. Menurut
 pandangan Amerika Serikat, Protokol Kyoto ‘cacat fatal’, dan akan melumpuhkan
  perekonomian Amerika Serikat.8 Hal ini tentu saja masuk akal, mengingat
 perekonomian Amerika Serikat di topang oleh industri minyak menyumbang emisi

CO2 terbesar kedua di dunia setelah China. Departemen Energi Amerika Serikat yang
menghitung tingkat emisi gas rumah kaca memperlihatkan data, sepanjang 2010
 jumlah karbon dioksida yang terlepas ke udara 564 juta ton (setara 512 metrik ton)
yang sebagaian besar dari tiga negara, yaitu: Cina, Amerika Serikat, dan India sebagi
 penyumbang terbesar emisi karbon dioksida.9  Akibat sikap Amerika Serikat yang
 belum menandatangani Protokol Kyoto, maka masa berlaku Protoko Kyoto berakhir 
 pada tahun 2012.

Masa berlakunya Protokol Kyoto yang telah berakhir di tahun 2012,


mengundang kekhawatiran diberbagai kalangan di karenakan kesepakatan yang
ditandatangani pada 1997 tersebut mengikat lebih dari 40 negara untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca. Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi masalah
 perubahan iklim di bawah kerangka Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan
Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC)
mengadakan COP 13 UNFCCC di Bali, Indonesia. Lebih dari 10 ribu politisi dan

6
Delegasi RI Akan Paksa AS Ratifikasi Protokol Kyoto, dalam
http://www.kompas.com/lipsus112009/gjread/2009/12/08/15585662/Delegasi.RI.Akan.Paksa.AS.Ratif 
ikasi.Protokol.Kyoto, 13 Januari 2012.
7
Amerika Serikat Ganjalan Protokol Kyoto, dalam http://www.cappa.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=23%3Aamerika-serikat-ganjalan-protokol-
kyoto&catid=14%3Akabar-kita&Itemid=1, 13 Januari 2012.
8
 Ibid 
9
Tingkat Emisi Karbon Semakin Buruk, dalam http://bataviase.co.id/node/863899, 17 Januari
2012.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 4/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

  pakar ambil bagian dalam konfrensi ini mengingat Protokol Kyoto masa berlaku
Prtokol Kyoto yang telah berakhir. 10 Ketua Konvensi Iklim PBB Yvo de Boer dalam
  pembukaan konfrensi menekankan bahwa akan dibahas sebuah road map bagi
 perjanjian mendatang.11 Berbagai pihak mengharapkan dari pertemuan ini mencapai
kata sepakat untuk menyepakati Roadmap yang diajukan untuk mengganti Protokol
Kyoto.

1.2 Perumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba menentukan

arah pembahasan sebagai garis haluan analisa agar tidak melebar dan meluas dari
 pokok pembahasan. Pertanyaan utama yang menjadi rumusan masalah dari makalah
ini yaitu :

- Apakah Bali Roadmap itu?

- Mengapa Bali Roadmap menjadi penting/urgensi bagi negara berkembang?

1.3 Kerangka Berpikir

Sebenarnya permasalahan lingkungan hidup seperti perubahan iklim bukanlah


hal yang baru. Permasalahan mengenai lingkungan hidup telah menjadi perhatian
 publik yang ditandai dengan munculnya gerakan lingkungan dan mulai berkembang
 pesat sejak akhir tahun 1950-an, dengan indikator meningkatnya perhatian publik dan
aktivis lingkungan. Gerakan ini di tandai dengan munculnya kelompok pemerhati
lingkungan di Amerika dan Inggris yang di kenal dengan “Green Party” di Amerika
atau “Partai Hijau” di Inggris.  Berdasarkan fakta tersebut, penulis menggunakan
 pendekatan environmentalism yang pada dasarnya menerima  framework  yang
  berdasarkan pada struktur politik, sosial, ekonomi dan normatif dunia yang ada
sekarang ini yang ingin memperbaiki lingkungan melalui struktur yang ada tersebut.
Penulis juga menggunakan teori collective goods, dimana lingkungan yang termasuk 
10
Konferensi Puncak Iklim di Bali Dimulai, dalam http://www.dw-
world.de/dw/article/0,,2983238,00.html, 17 Januari 2012.
11
 Ibid 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 5/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

didalamnya; air, tanah dan udara merupakan barang milik bersama, yang
apabila terjadi permasalahan lingkungan diperlukan tindakan bersama atau
kerjasama dalam mencegah dan menyelesaikan masalah tersebut karena
dampaknya dapat melintasi batas negara dan bersifat global.

1.4 Hipotesis

Kerjasama maupun tindakan bersama dalam mengatasi isu lingkungan,


sebenarnya telah banyak di bahas dalam berbagai forum nasional maupun
internasional dan dituangkan dalam berbagai kerangka kerjasama. Banyaknya

kerangka kerjasama yang dituangkan mengenai isu lingkungan, dikarenakan


  permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang bersifat global dan
dianggap merugikan bagi negara berkembang maupun negara maju apabila setiap
negara dan pihak benar-benar mematuhi kerangka kerjasama yang telah disepakati.
Dengan habisnya masa pemberlakuan Protokol Kyoto mengenai perubahan iklim
 pada tahun 2012, diharapkan Bali Roadmap yang disepakati oleh 190 negara yang
ikut serta dalam pertemuan perubahan iklim (UNFCCC)   di Bali dapat digunakan
sebagai peta atau jembatan untuk menghasilkan protokol yang baru dalam mengatasi
 perubahan iklim. Dengan adanya Bali Roadmap, maka point-point yang di capai
dalam Bali Roadmap dapat dimanfaatkan oleh negara berkembang seperti Indonesia
dalam mencegah atau mengatasi perubahan iklim yang di sebabkan oleh emisi gas
rumah kaca (GRK) dari negara-negara maju.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Hidup Dan Perubahan Iklim

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perubahan iklim, kita perlu


mengetahui apa itu pengertian lingkungan hidup dan perubahan iklim. Istilah

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 6/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

lingkungan, dapat digunakan dalam lingkungan yang umum untuk menggambarkan


dimana kita dan apa yang melingkupi kita.12 Manusia hidup di bumi ini tidak 
sendirian, melainkan bersama mahluk lain, yaitu tumbuhan, hewan dan jasad renik.
Mahluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan hidup yang hidup bersama
secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup manusia itu terkait erat
 pada mereka.13 Contoh: dari manakah kita mendapatkan oksigen untuk bernafas??
Oleh karena itu anggapan bahwa manusia adalah mahluk yang paling berkuasa adalah
tidak benar. Hal ini dikarenakan, manusia bersama tumbuhan, hewan, jasad renik,
 benda tak hidup menempati ruang suatu tertentu. Ruang yang di tempati tersebut di

sebut lingkungan hidup mahluk tersebut. Sedangkan menurut Undang Undang No. 23
Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian Lingkungan Hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Perubahan Iklim beranjak pada perubahan yang terjadi pada iklim dalam satu
kurun waktu, baik karena variabilitas alami atau dari hasil dari aktivitas manusia. 14 
Sedangkan UNFCCC (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim)
lebih memberi tekanan pada aktivitas-aktivitas manusia yang menyebabkan
 perubahan iklim. Pengertian perubahan iklim global pada prinsipnya adalah naiknya
gas-gas karbondioksida, gas metan, dan gas-gas lain yang secara normal berada
dalam jumlah kecil di atmosfer, yang dapat meneruskan cahaya matahari namun
  beserta uap air dapat menahan pantulan energi panas dari bumi sehingga
memperlambat pengeluaran panas bumi ke angkasa sehingga menghangatkan

12
Jill Steans & Lloyd Pettiford, 2009. “ International Relations: Perspectives and Themes”, dalam
Deasy Silvya Sari. “ Hubungan Internasional: Perspektif Dan Tema ”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.
376.
13
Otto Soemarwoto, 2004. “ Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan”, Jakarta: Djambatan,
hal. 51.
14
Apa itu Perubahan Iklim, dalam http://rumahiklim.org/masyarakat-adat-dan-perubahan-
iklim/apa-itu-perubahan-iklim/,16 Januari 2012.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 7/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

 permukaan bumi.15 Gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca (GRK) karena sifat gas
tersebut yang dapat memantulkan berfungsi seperti kaca yang meneruskan cahaya
matahari, dan juga menangkap energi panas dari dalamnya. Gas-gas rumah kaca
(GRK) tersebut yaitu senyawa kimia seperti uap air, karbon dioksida, metana, nitrat
oksida yang terdapat di atmosfer.16 Apabila semakin tebal konsentrasi gas GRKnya,
semakin banyak panas bumi yang tertahan di permukaan sehingga meningkatkan
suhu udara yang dekat dengan permukaan bumi yang dapat mempengaruhi iklim di
 bumi seperti pola-pola curah hujan dan angin. Dengan terjadinya perubahan iklim,
membawa dampak terhadap lingkungan seperti: beberapa jenis mahluk hidup tidak 

dapat bertahan hidup karena lingkungan tempat tinggal mereka berubah, pola curah
hujan yang berubah dan meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan banjir dan
longsor yang dapat mengakibatkan korban jiwa dan rusaknya infrastruktur serta
rusaknya struktur tanah dan tanaman.
Dampak dari perubahan iklim yang terjadi akibat aktivitas manusia, dan
  berakibat langsung terhadap kehidupan manusia itu sendiri membuat kalangan
 pemerintah dan publik secara global sadar tentang bahayanya dari dampak yang

ditimbulkan oleh perubahan iklim. Dengan adanya kesadaran secara global berbagai
upaya dilakukan untuk membahas dan mengatasi perubahan iklim   dalam berbagai
 pertemuan dunia baik tingkat PBB (UNFCCC) maupun badan dunia yang lain dalam
dua dasa warsa terakhir sejak pertemuan UNFCCC tahun 1997 di Kyoto, Jepang yang
menghasilkan Protokol Kyoto yang dirancang untuk menargetkan bagi negara-negara
industri maju membatasi emisi gas rumah kaca (GRK) mereka di tingkat global. 17 
Dengan berakhirnya mekanisme Protokol Kyoto tahun 2012 yang mana AS tidak 
turut menandatanganinya, maka upaya dunia terhadap perubahan iklim akan
mempunyai mekanisme tertentu dalam berbagai kegiatan terutama dengan adanya
15
Fakta, Perubahan Iklim Dan Efek Rumah Kaca : Global Warming, dalam
http://www.anekanews.com/2011/05/fakta-perubahan-iklim-dan-efek-rumah.html, 16 Januari 2012.
16
Gas-gas rumah kaca yang tercakup dalam Protokol Kyoto adalah karbon dioksida (CO2), nitrat
oksida, metana, sulfur heksaklorida, HFCs (senyawa hidro fluoro) dan PFCs (Perfluorokarbon). CFCs
(Klorofluorokarbon), yang juga gas rumah kaca, dicakup oleh Protokol Montreal.
17
http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/agenda,Protokol-Kyoto-Ditandatangani-766.html/Loc. Cit.

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 8/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

  pendanaan internasional dan program-program serta aksi yang lebih nyata dalam
menghadapi perubahan iklim. Upaya tersebut terlihat dari pertemuan COP 13
UNFCCC pada bulan Desember tahun 2007 di Bali yang menghasilkan Peta jalan
Bali (  Bali Road Map) yang didalam berisikan mandat tentang implementasi untuk 
mengatasi perubahan iklim.
2.2 Bali Roadmap
Bali menjadi tempat Konferensi Para Pihak atau COP 13 UNFCCC dan
  pertemuan para pihak atau Meeting of the Parties (MOP) ke 3 atau disingkat
(COP13/CMP3).18 Pertemuan ini sangat penting, karena di harapkan dapat

menghasilkan sebuah mandat/strategi/pedoman  pembahasan mengenai pengurangan


emisi GRK di masa mendatang karena Protokol Kyoto akan berakhir pada tahun
2012. Konfrensi ini menelan dana sekitar sekitar Rp.115 milliar dengan harapan agar 
dapat menghasilkan kesepakatan untuk menanggulangi perubahan iklim.19 
Perundingan yang berlangsung di Bali, berjalan sangat rumit. Sikap Amerika
ditunjukan dengan menentang masuknya angka pemotongan emisi 25-40 persen pada
2020 dari tingkat 1990 dalam rancangan kesepakatan.20 Walaupun perundingan

  berjalan sangat rumit, pada akhirnya menghasilkan sebuah Roadmap dalam


menyikapi perubahan iklim dengan catatan angka 20-40% pemotongan emisi negara
maju di tahun 2020 tidak tertera di teks deklarasi. 21 AS dan seluruh negara lainnya
menyepakati penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) 50 % di tahun 2050.22 

18
Dari Rio ke Bali via Kyoto: Memahami peraturan internasional tentang perubahan iklim (Bagian
Ketiga),dalam http://www.beritabumi.or.id/?g=liatinfo&infoID=ID0004&ikey=3, 12 Januari 2012.
19
Brigitta Isworo Laksmi, “Pemanasan Global
Ke Mana "Dunia" Bergerak? “, dalam http://www.unisosdem.org/article_detail.php?
aid=9202&coid=1&caid=56&gid=5, 17 Januari 2012.
20
Bali Roadmap Disepakati, dalam http://www.tempo.co/read/news/2007/12/16/055113629/Bali-
Roadmap-Disepakati, 17 Januari 2012.

21
Bali Road Map Tak Menyentuh Substansi Persoalan , dalam
http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2007/12/16/50673/-Bali-Road-Map-Tak-Menyentuh-
Substansi-Persoalan-/82, 17 Januari 2012.
22
 Ibid 

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 9/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

Roadmap adalah “peta” yang menjelaskan bagaimana sistem dan startegi


dalam menyikapi perubahan iklim global pasca pertemuan perubahan iklim
(UNFCCC) pada bulan Desember tahun 2007 di Bali. 23  Kesepakatan yang semula
diusulkan sebagai Bali Roadmap, kemudian dinamai  Bali Action Plan. Dalam Bali
Roadmap tercakup lima hal yaitu: Komitmen Pasca 2012 (  AWG on Long-term
Cooperative Action Under The Convention), Adaptasi/Dana Adaptasi ( Adaptation
 Fund ) , Alih Teknologi (Technology transfer ) , REDD (  Reducing Emission from
  Deforestation in Developing Countries) dan CDM (Clean Development 
Mechanism).24 Berikut ini adalah penjelasan singkat, lima hal yang tercantum dalam

Bali Road Map.

1. Komitmen Pasca 2012 (Dialog & AWG)


Semua Parties/kelompok menyadari diperlukannya reduksi
  penurunan emisi global yang lebih besar sebesar 25-40% sebagai
komitmen lanjutan dari negara maju (annex-I Protokol Kyoto) sesuai
dengan AR4 IPCC. Negara maju untuk komitmen membentuk rencana aksi
dalam melakukan langkah menurunkan emisi GRK yang terukur,
dilaporkan dan terverifikasi. Negara berkembang melakukan mitigasi
dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan melalui bantuan
tekonologi, peningkatan kapasitas, pendanaan, melalui cara-cara terukur,
nyata dan dapat dilaporkan.
 2. Dana Adaptasi
Disepakatinya elemen operasional Adaptation Fund, yaitu:
operating entity, fungsi, komposisi keanggotaan, quorum, pengambilan
keputusan, chairmanship,   frequency of meetings, observer , transparansi,
 secretariat , trustee, monetization, access to funding , pengaturan institusi,
dan review. Badan Dana Adaptasi (  Adaptation Fund Board ) sebagai
operating entity, GEF sebagai Sekretariat dan trustee oleh World Bank.
Pendanaan adaptasi bersumber dari 2% hasil penjualan CER ( Certified 
 Emissions Reduction) dari proyek CDM yang memiliki dana Euro 37 juta
(meningkat 80-300 juta USD periode 2008-2012).
3. Alih Teknologi
Peningkatan tindakan pengembangan teknologi dan transfer pada
dukungan aksi mitigasi dan adaptasi. Peningkatan dari tingkat pembahasan
23
Budi Winarno, 2011. “ Isu-Isu Global Kontemporer ”, Yogyakarta, CAPS (Center for Academic
Publishing Service), hal. 161.
24
Bali Roadmap Kesepakatan Konfrensi Pemanasan Global, dalam http://www.iec.co.id/berita/bali-
roadmap-kesepakatan-konfrensi-pemanasan-global,17 Januari 2012.

10

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 10/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

teknis hingga implementasi melalui mempercepat jalan penyebaran,


 penggunaan dan transfer teknologi yang ramah lingkungan, Peningkatan
aksi padamitigasi
tindakan penyediaan
dan sumber
adaptasi keuangan dan dukungan
serta kerjasama teknologi,investasi pada
memperkuat
akses pendanaan bagi negara berkembang.
4. Reducing Emission from Deforestation in Developing Countries (REDD)
Semua pihak menyepakati bahwa langkah nyata dalam mereduksi
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan merupakan kepentingan
mendesak.Program kerja telah ditetapkan dan difokuskan pada, misalnya,
kajian perubahan tutupan lahan dan emisi GRK, metode untuk 
mendemonstrasikan pengurangan emisi dari deforestasi. Hal ini penting
untuk mengangkat kebutuhan komunitas lokal dan warga asli. Persetujuan
dilakukannya demonstration activities degradasi, deforestrasi dan

 REDD
pengelolaan hutan
National yang berkelanjutan
dan Sub-National baselinesdimasukkan
. dalam mekanisme
5. Clean Development Mechanism (CDM)
Distribusi pelaksanaan CDM sampai level sub-regional. Perubahan
Skala AR CDM dari 8 kton menjadi 16 kton yang dilakukan oleh
masyarakat berpendapatan rendah, dengan kriteria low income
communities ditentukan oleh negara tuan rumah. Langkah ini akan
memperluas jumlah proyek dan distribusi proyek di negara-negara yang
sebelumnya tidak dapat ikut serta dalam kategori proyek ini. Carbon
Capture and Storage (CCS) dimasukan ke dalam proyek CDM. CCS
secara luas diakui sebagai teknologi penting untuk melanjutkan
25

 penggunaan bahan bakar minyak yang bersih.


Walaupun tidak tercantum pengurangan emisi bagi negara-negara maju,
setidaknya dari point-point yang disepakati terlihat kepentingan negara berkembang
telah terakomodir seperti adanya pengaturan dana adaptasi, Ahli teknologi, dan
REDD yang sebelumnya belum disepakati dalam Protokol Kyoto.
2.3 Urgensinya Bali Roadmap Bagi Negara Berkembang. Studi Kasus: REDD
(  Reducing Emisison from Deforestation in Developing Countries) Di

Indonesia.
Disepakatinya Bali Roadmap, merupakan kabar yang menggembirakan dan
menggambarkan tercapainya kepentingan negara-negara berkembang. Iran sebagai
salah satu negara berkembang berharap juga kepentingan negara berkembang

25
 Ibid 

11

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 11/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

tercantum dalam Bali Roadmap yang akan dihasilkan dari Konferensi PBB untuk 
Perubahan Iklim.26 Harapan Iran ini disampaikan ketika Menteri Lingkungan Hidup
Iran berkunjung ke Indonesia untuk menyampaikan kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Hal ini dikarenakan pada Konferensi Para Pihak atau COP 13 UNFCCC
dan pertemuan para pihak atau Meeting of the Parties (MOP) ke 3, Indonesia menjadi
tuan rumah (host ). Peran aktif Indonesia dalam berbagai forum internasional yang
membahas masalah lingkungan, tentu saja perlu diapresiasi. Indonesia Akan tetapi
apakah usaha Indonesia tersebut benar-benar murni untuk menyelamatkan lingkungan
atau didalamnya terdapat kepentingan??

Indonesia di tahun 2009 dengan kepemilikan hutan kurang lebih 138 juta
hektar memiliki peranan yang penting dalam menjaga suhu bumi.27 Akan tetapi di
tahun 2011, saat ini kawasan hutan hanya tersisa 80 juta hektar dari 130 juta hektar 
yang disebabkan adanya eksploitasi yang dilakukan selama kurang lebih 40 tahun. 28 
Kerugiaan yang ditaksir akibat kerusakan hutan menurut Direktur Greenomics
Indonesia, Elfian Effendi mengungkapkan; akibat alih fungsi hutan selama 40 tahun
terakhir, kerugian yang diderita negara dan masyarakat Indonesia minimal Rp 589,3
triliun per tahun.29 Kerugian total itu terbagi menjadi tiga bagian, yakni Rp 170,2
triliun untuk kerugian kayu, Rp 320,6 triliun akibat hancurnya ekologi, serta kenaikan
inflasi Rp 88,5 triliun per tahun. Belum lagi tuntutan penduduk, dan pengelolaan
lingkungan yang tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan dapat merugikan rakyat
miskin dan perekonomian di Indonesia. Contoh: perikiraan total kerugian
  perekonomian akibat keterbatasan akses ke air bersih dan sanitasi yang aman

26
Bali Roadmap Harus Memuat Kepentingan Negara Berkembang, dalam
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/12/13/2551.html
27
, 17 Januari 2012.
Menhut MS Kaban : Luas Hutan di Indonesia 138 Juta Hektar , dalam
http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=555:menhut-ms-kaban-
luas-hutan-di-indonesia-138-juta-hektar&catid=8:green-industry&Itemid=13, 18 Januari 2012.
28
Luas Hutan Indonesia Terus Berkurang, dalam http://www.pelitaonline.com/read-
cetak/3019/luas-hutan-indonesia-terus-berkurang/,18 Januari 2012.
29
Alih Fungsi Hutan Negara Rugi Rp 589,3 Triliun Setahun, dalam
http://www.dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=334&idBerita=317, 18 Januari
2012.

12

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 12/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

setidaknya mencapai 2 persen dari PDB setiap tahun sedangkan biaya tahunan yang
ditimbulkan polusi udara bagi perekonomian Indonesia telah diperhitungkan
mencapai sekitar $400 juta per tahun.30

Disepakatinya Bali Roadmap, dapat membantu meringankan pembiayaan


rehabilitasi hutan dikerenakan alokasi alokasi dana dari pemerintah sebesar Rp. 5
triliun per tahun dari Kementerian Kehutanan belum cukup untuk memenuhi target
rehabilitasi hutan yang membutuhkan dana hingga puluhan triliun rupiah.31 Hal ini
yang membuat Indonesia berusaha keras agar kepentingan Indonesia dalam
  perundingan di Bali tercapai untuk membantu pendanaan bagi hutan indonesia
dengan disepakatinya dana adaptasi dan  Reducing Emission from Deforestation in
 Developing Countries (REDD).

REDD singkatan dari   Reducing Emissions from Deforestation and Forest 


 Degradation, merupakan  sebuah skema Internasional (secara sukarela) pemberian
insentif dari negara pengemisi karbon (negara Industri / Annex 1, seperti Amerika
Serikat) kepada negara yang mempunyai hutan luas (seperti Indonesia) karena

keberhasilannya mengurangi emisi dari deforestasi (hilang) dan degradasi


(berkurang) hutannya.32 Pemberian insentif ini dimaksudkan untuk memberikan
“ganti rugi”, karena dengan tidak menebang pohon (menghilangkan hutan) atau
mengurungkan niatnya menebang pohon, pemilik hutan akan mengalami kerugian
ekonomi. Insentif yang diberikan berupa dukungan finansial (uang), transfer 
teknologi, dan atau peningkatan kapasitas dalam menjaga hutan.33 Skema ini mulai
menjadi perdebatan sejak Papua Nugini dan Kosta Rika menjabarkan proposal

30
Bank Dunia dan Lingkungan Hidup di Indonesia, dalam
http://web.worldbank.org/wbsite/external/countries/eastasiapacificext/indonesiainbahasaextn/0,,conten
tmdk:21556989~pagepk:1497618~pipk:217854~thesitepk:447244,00.html#, 18 Januari 2012.
31
Agus Warsito: Rehabilitasi Hutan Terbentur Masalah Dana, dalam
http://iklimkarbon.com/2010/10/06/agus-warsito-rehabilitasi-hutan-terbentur-masalah-dana/,19 Januari
2012.
32
Perubahan Iklim dan REDD, dalam http://www.aman.or.id/in/publikasi/buku/103-perubahan-
iklim-dan-redd.html, 18 Januari 2012.
33
 Ibid 

13

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 13/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

  pengurangan emisi deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada tahun 2005.34 
Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi perubahan iklim COP
13 UNFCCC pada bulan Desember tahun 2007 di Bali, di mana ide tersebut telah
 berkembang dengan mengikutsertakan isu “degradasi hutan”.35

Kompensasi REDD memerlukan kesepakatan menyangkut tingkat referensi


emisi yang berbeda bagi masing-masing negara, yang akan berimplikasi terhadap
efektivitas penurunan emisi, efisiensi biaya, dan distribusi dana REDD di antara
negara-negara peserta. Penentuan tingkat referensi emisi ini melibatkan perimbangan
antara kepentingan dan tujuan yang berbeda, dapat diilustrasikan dalam persamaan
 berikut:
Dana REDD Total = Keuntungan bersih negara-negara REDD +
Sumber: Laporan Tentang Penilaian Terhadap Beberapa Pilihan Untuk Pengurangan Emisi Dari
Deforestasi Dan Degradasi Hutan (REDD), Ringkasan Esekutif Pemerintah Norwegia.

Dengan adanya mekanisme bantuan berupa kompensasi dana maka


kepentingan Indonesia terpenuhi dengan adanya dana adaptasi dan skema  Reducing 
 Emission from Deforestation in Developing Countries (REDD) yang tercantum dalam

Bali Roadmap untuk mereboisasi hutan agar hutan tetap lestari. Kompensasi bantuan
ini, terlihat dengan bantuan dari pemerintah Norwegia yang sejak awal berkomitmen
mengelontorkan uang senilai US$ 1 miliar bagi kelangsungan hutan di Indonesia. 36 
Akan tetapi bantuan dari implementasi REDD juga rawan akan konflik dan
mendapatkan tantangan dari berbagai bentuk lobi dari pihak industri terkait dengan
kepentingannya.37 Dengan adanya bantuan berupa uang dari pihak yang
 berkepentingan, dapat dijadikan alasan untuk boleh menebang hutan dan menanam
34

  REDD, apakah itu?, dalam http://www.redd-indonesia.org/index.php?


option=com_content&view=article&id=180&Itemid=68, 18 Januari 2012.
35
 Ibid 
36
Menguak Tabir REDD: US$ 1 MIliar Vs Puluhan Triliun Rupiah, dalam
http://www.financeindonesia.org/showthread.php?1696-Menguak-Tabir-REDD-US-1-MIliar-Vs-
Puluhan-Triliun-Rupiah, 18 Januari 2012.
37
Implementasi REDD Rawan “Digoda” Lobi Industri, dalam
http://www.ekologisme.com/kebijakan-pemerintah/implementasi-redd-rawan-digoda-lobi-industri/707, 
diakses pada tanggal 18 Januari 2012.

14

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 14/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

kembali. Tindakan korupsi dari pejabat yang berwenang juga dapat menghambat
 program-program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam pelestarian hutan. Oleh
sebab itu dibutuhkan komitmen dan koordinasi bersama antar pihak yang terkait agar 
hutan Indonesia dapat lestari.

BAB III

KESIMPULAN

Berakhirnya Protokol Kyoto pada tahun 2012, tidak serta merta upaya untuk 
mengatasi perubahan iklim kandas begitu saja. Upaya yang dilakukan komunitas

internasional dan organiasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa yang


mengurusi masalah perubahan iklim di bawah kerangka Konvensi Kerangka PBB
tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate
Change/UNFCCC) mengadakan COP 13 UNFCCC di Bali, Indonesiam mengingat
Protokol Kyoto masa berlaku Prtokol Kyoto yang telah berakhir. Dalam pembukaan

15

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 15/16
 

5/13/2018 Ba li Roa dma p Da la m Me ngha da pi Pe r uba ha n Iklim - slide pdf.c om

Program Studi s2 Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 

Universitas Gadjah Mada

konfrensi menekankan bahwa akan dibahas sebuah road map bagi perjanjian
mendatang. Berbagai pihak tentu saja mengharapkan dari pertemuan ini mencapai
kata sepakat untuk menyepakati Roadmap yang diajukan untuk mengganti Protokol
Kyoto.

Bali Roadmap merupakan sebuah “peta” yang menjelaskan bagaimana sistem


dan startegi dalam menyikapi perubahan iklim global yang merupakan sebuah
langkah awal yang signifikan dan merupakan kabar yang menggembirakan bagi
negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan dalam Bali Roadmap telah di
sepakati lima hal yaitu: Komitmen Pasca 2012 (  AWG on Long-term Cooperative
  Action Under The Convention), Adaptasi/Dana Adaptasi (  Adaptation Fund ), Alih
Teknologi (Technology transfer ), REDD ( Reducing Emission from Deforestation in
  Developing Countries) dan CDM (Clean Development Mechanism) yang di dalam
kelima hal tersebut terakomodir kepentingan bagi negara berkembang terutama dalam
 penyelamatan hutan.

Indonesia dengan kepemilikan hutan kurang lebih 138 juta hektar memiliki

  peranan yang penting dalam menjaga suhu bumi dan dapat memanfaatkan hal-hal
yang tercantum dalam Bali Roadmap salah satunya yaitu mengenai skema REDD
( Reducing Emission from Deforestation in Developing Countries ). Skema merupakan
sebuah skema Internasional (secara sukarela) pemberian insentif dari negara
 pengemisi karbon seperti Indonesia karena keberhasilannya mengurangi emisi dari
deforestasi (hilang) dan degradasi (berkurang) hutannya. Kompensasi bantuan ini,
terlihat dengan bantuan dari pemerintah Norwegia yang sejak awal berkomitmen
mengelontorkan uang senilai US$ 1 miliar bagi kelangsungan hutan di Indonesia.
Akan bantuan dari implementasi REDD juga rawan akan konflik dan mendapatkan
tantangan dari berbagai bentuk lobi dan praktek penyelewengan seperti korupsi yang
dapat menghambat program pemerintah Indonesia dalam pelestarian hutan. Oleh
sebab itu dibutuhkan komitmen dan koordinasi bersama antar pihak yang terkait agar 
hutan Indonesia dapat lestari.

16

http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 16/16

Anda mungkin juga menyukai