BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan dan isu mengenai lingkungan hidup kini telah menjadi isu yang
terus berkembang yang menggambarkan realitas yang terjadi di sekitar kita dengan
keadaan ketidakpastian dan mengkhawatirkan. Bertambahnya jumlah penduduk,
degradasi lingkungan akibat ulah manusia, dan daya dukung lingkungan yang
menurun demi memenuhi kebutuhan manusia yang mengatasnamakan pembangunan
dapat menyebabkan bencana seperti: banjir, tanah longsor, erosi, degradasi lahan, dan
lain sebagainya. Bencana-bencana tersebut di duga sebagai akibat dari kerusakan
lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim.
dan produksi pestisida (DDT) secara berlebihan di Amerika Serikat. Dengan merujuk
pada derita yang dialaminya sendiri, ia menyimpulkan bahwa pemakaian DDT telah
menimbulkan dampak samping seperti kanker. Berbeda dengan krisis lingkungan
pertama, pada periode krisis lingkungan kedua, baik akar penyebab maupun
kebijakan yang diambil berskala global. Menurut Homer-Dixon, penyebab krisis
lingkungan tersebut mencakup enam sumber, yaitu perubahan iklim yang disebabkan
oleh efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon, degradasi dan hilangnya tanah
pertanian yang subur, penggundulan hutan, pengurangan dan polusi suplai air bersih,
dan penipisan daerah penangkapan ikan. Keenam sumber perubahan lingkungan
tersebut disertai dengan pertumbuhan penduduk dan distribusi sumberdaya yang tidak
merata telah melahirkan kelangkaan lingkungan (environmental scarcity).1
1
Suharko. 1998.”Model-Model Gerakan Ngo Lingkungan (Studi Kasus di Yogyakarta)” dalam
Jurnal Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, Vol.2, No. 1, hal. 43.
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 1/16
Sebagai isu global, masalah lingkungan mendapat perhatian serius dari hampir
semua negara di dunia. Sebab, krisis lingkungan tersebut tersebar ke setiap negara,
meskipun dengan derajat yang berbeda-beda. Seluruh negara di dunia terlibat dalam
mencari solusi terhadap persoalan tersebut. Negara-negara yang tergabung dalam G7,
misalnya, mengagendakan isu ini pada pertemuan mereka pada tahun 1989. Ini
menunjukkan bahwa persoalan lingkungan yang sebelumnya dianggap berada pada
wilayah low politics tiba-tiba dikaitkan dengan isu-isu sentral politik dunia. Isu
lingkungan global menjadi soal ketiga terpenting mendampingi agenda klasik dalam
politik internasional, yakni soal keamanan dan ekonomi.2
2
Ibid
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 2/16
karenakan sikap awal dari negara-negara maju yang notabene penyumbang emisi
3
Dari Rio ke Bali via Kyoto: Memahami peraturan internasional tentang perubahan iklim (Bagian
Kedua), dalam http://www.beritabumi.or.id/?g=liatinfo&infoID=ID0005&ikey=3, 12 Januari 2012.
4
Protokol Kyoto Ditandatangani, dalam http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/agenda,Protokol-
Kyoto-Ditandatangani-766.html, 13 Januari 2012.
5
Ibid
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 3/16
terbesar terlihat enggan untuk berkomitmen, seperti Amerika Serikat yang belum
menandatangani Protokol Kyoto di KTT ke-15 Perubahan Iklim di Kopenhagen,
Denmark yang berlangsung pada tanggal 7-18 Desember 2009. 6 Negara maju lain
hanya akan mau memperpanjang masa berlaku Protokol Kyoto jika AS meratifikasi
dan mematuhi kewajiban penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam protokol
tersebut.7 Sikap Amerika Serikat tentu saja mempunyai alasan yang kuat. Menurut
pandangan Amerika Serikat, Protokol Kyoto ‘cacat fatal’, dan akan melumpuhkan
perekonomian Amerika Serikat.8 Hal ini tentu saja masuk akal, mengingat
perekonomian Amerika Serikat di topang oleh industri minyak menyumbang emisi
CO2 terbesar kedua di dunia setelah China. Departemen Energi Amerika Serikat yang
menghitung tingkat emisi gas rumah kaca memperlihatkan data, sepanjang 2010
jumlah karbon dioksida yang terlepas ke udara 564 juta ton (setara 512 metrik ton)
yang sebagaian besar dari tiga negara, yaitu: Cina, Amerika Serikat, dan India sebagi
penyumbang terbesar emisi karbon dioksida.9 Akibat sikap Amerika Serikat yang
belum menandatangani Protokol Kyoto, maka masa berlaku Protoko Kyoto berakhir
pada tahun 2012.
6
Delegasi RI Akan Paksa AS Ratifikasi Protokol Kyoto, dalam
http://www.kompas.com/lipsus112009/gjread/2009/12/08/15585662/Delegasi.RI.Akan.Paksa.AS.Ratif
ikasi.Protokol.Kyoto, 13 Januari 2012.
7
Amerika Serikat Ganjalan Protokol Kyoto, dalam http://www.cappa.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=23%3Aamerika-serikat-ganjalan-protokol-
kyoto&catid=14%3Akabar-kita&Itemid=1, 13 Januari 2012.
8
Ibid
9
Tingkat Emisi Karbon Semakin Buruk, dalam http://bataviase.co.id/node/863899, 17 Januari
2012.
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 4/16
pakar ambil bagian dalam konfrensi ini mengingat Protokol Kyoto masa berlaku
Prtokol Kyoto yang telah berakhir. 10 Ketua Konvensi Iklim PBB Yvo de Boer dalam
pembukaan konfrensi menekankan bahwa akan dibahas sebuah road map bagi
perjanjian mendatang.11 Berbagai pihak mengharapkan dari pertemuan ini mencapai
kata sepakat untuk menyepakati Roadmap yang diajukan untuk mengganti Protokol
Kyoto.
arah pembahasan sebagai garis haluan analisa agar tidak melebar dan meluas dari
pokok pembahasan. Pertanyaan utama yang menjadi rumusan masalah dari makalah
ini yaitu :
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 5/16
didalamnya; air, tanah dan udara merupakan barang milik bersama, yang
apabila terjadi permasalahan lingkungan diperlukan tindakan bersama atau
kerjasama dalam mencegah dan menyelesaikan masalah tersebut karena
dampaknya dapat melintasi batas negara dan bersifat global.
1.4 Hipotesis
BAB II
PEMBAHASAN
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 6/16
sebut lingkungan hidup mahluk tersebut. Sedangkan menurut Undang Undang No. 23
Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian Lingkungan Hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perubahan Iklim beranjak pada perubahan yang terjadi pada iklim dalam satu
kurun waktu, baik karena variabilitas alami atau dari hasil dari aktivitas manusia. 14
Sedangkan UNFCCC (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim)
lebih memberi tekanan pada aktivitas-aktivitas manusia yang menyebabkan
perubahan iklim. Pengertian perubahan iklim global pada prinsipnya adalah naiknya
gas-gas karbondioksida, gas metan, dan gas-gas lain yang secara normal berada
dalam jumlah kecil di atmosfer, yang dapat meneruskan cahaya matahari namun
beserta uap air dapat menahan pantulan energi panas dari bumi sehingga
memperlambat pengeluaran panas bumi ke angkasa sehingga menghangatkan
12
Jill Steans & Lloyd Pettiford, 2009. “ International Relations: Perspectives and Themes”, dalam
Deasy Silvya Sari. “ Hubungan Internasional: Perspektif Dan Tema ”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.
376.
13
Otto Soemarwoto, 2004. “ Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan”, Jakarta: Djambatan,
hal. 51.
14
Apa itu Perubahan Iklim, dalam http://rumahiklim.org/masyarakat-adat-dan-perubahan-
iklim/apa-itu-perubahan-iklim/,16 Januari 2012.
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 7/16
permukaan bumi.15 Gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca (GRK) karena sifat gas
tersebut yang dapat memantulkan berfungsi seperti kaca yang meneruskan cahaya
matahari, dan juga menangkap energi panas dari dalamnya. Gas-gas rumah kaca
(GRK) tersebut yaitu senyawa kimia seperti uap air, karbon dioksida, metana, nitrat
oksida yang terdapat di atmosfer.16 Apabila semakin tebal konsentrasi gas GRKnya,
semakin banyak panas bumi yang tertahan di permukaan sehingga meningkatkan
suhu udara yang dekat dengan permukaan bumi yang dapat mempengaruhi iklim di
bumi seperti pola-pola curah hujan dan angin. Dengan terjadinya perubahan iklim,
membawa dampak terhadap lingkungan seperti: beberapa jenis mahluk hidup tidak
dapat bertahan hidup karena lingkungan tempat tinggal mereka berubah, pola curah
hujan yang berubah dan meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan banjir dan
longsor yang dapat mengakibatkan korban jiwa dan rusaknya infrastruktur serta
rusaknya struktur tanah dan tanaman.
Dampak dari perubahan iklim yang terjadi akibat aktivitas manusia, dan
berakibat langsung terhadap kehidupan manusia itu sendiri membuat kalangan
pemerintah dan publik secara global sadar tentang bahayanya dari dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim. Dengan adanya kesadaran secara global berbagai
upaya dilakukan untuk membahas dan mengatasi perubahan iklim dalam berbagai
pertemuan dunia baik tingkat PBB (UNFCCC) maupun badan dunia yang lain dalam
dua dasa warsa terakhir sejak pertemuan UNFCCC tahun 1997 di Kyoto, Jepang yang
menghasilkan Protokol Kyoto yang dirancang untuk menargetkan bagi negara-negara
industri maju membatasi emisi gas rumah kaca (GRK) mereka di tingkat global. 17
Dengan berakhirnya mekanisme Protokol Kyoto tahun 2012 yang mana AS tidak
turut menandatanganinya, maka upaya dunia terhadap perubahan iklim akan
mempunyai mekanisme tertentu dalam berbagai kegiatan terutama dengan adanya
15
Fakta, Perubahan Iklim Dan Efek Rumah Kaca : Global Warming, dalam
http://www.anekanews.com/2011/05/fakta-perubahan-iklim-dan-efek-rumah.html, 16 Januari 2012.
16
Gas-gas rumah kaca yang tercakup dalam Protokol Kyoto adalah karbon dioksida (CO2), nitrat
oksida, metana, sulfur heksaklorida, HFCs (senyawa hidro fluoro) dan PFCs (Perfluorokarbon). CFCs
(Klorofluorokarbon), yang juga gas rumah kaca, dicakup oleh Protokol Montreal.
17
http://www.vhrmedia.com/vhr-corner/agenda,Protokol-Kyoto-Ditandatangani-766.html/Loc. Cit.
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 8/16
pendanaan internasional dan program-program serta aksi yang lebih nyata dalam
menghadapi perubahan iklim. Upaya tersebut terlihat dari pertemuan COP 13
UNFCCC pada bulan Desember tahun 2007 di Bali yang menghasilkan Peta jalan
Bali ( Bali Road Map) yang didalam berisikan mandat tentang implementasi untuk
mengatasi perubahan iklim.
2.2 Bali Roadmap
Bali menjadi tempat Konferensi Para Pihak atau COP 13 UNFCCC dan
pertemuan para pihak atau Meeting of the Parties (MOP) ke 3 atau disingkat
(COP13/CMP3).18 Pertemuan ini sangat penting, karena di harapkan dapat
18
Dari Rio ke Bali via Kyoto: Memahami peraturan internasional tentang perubahan iklim (Bagian
Ketiga),dalam http://www.beritabumi.or.id/?g=liatinfo&infoID=ID0004&ikey=3, 12 Januari 2012.
19
Brigitta Isworo Laksmi, “Pemanasan Global
Ke Mana "Dunia" Bergerak? “, dalam http://www.unisosdem.org/article_detail.php?
aid=9202&coid=1&caid=56&gid=5, 17 Januari 2012.
20
Bali Roadmap Disepakati, dalam http://www.tempo.co/read/news/2007/12/16/055113629/Bali-
Roadmap-Disepakati, 17 Januari 2012.
21
Bali Road Map Tak Menyentuh Substansi Persoalan , dalam
http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2007/12/16/50673/-Bali-Road-Map-Tak-Menyentuh-
Substansi-Persoalan-/82, 17 Januari 2012.
22
Ibid
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 9/16
10
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 10/16
REDD
pengelolaan hutan
National yang berkelanjutan
dan Sub-National baselinesdimasukkan
. dalam mekanisme
5. Clean Development Mechanism (CDM)
Distribusi pelaksanaan CDM sampai level sub-regional. Perubahan
Skala AR CDM dari 8 kton menjadi 16 kton yang dilakukan oleh
masyarakat berpendapatan rendah, dengan kriteria low income
communities ditentukan oleh negara tuan rumah. Langkah ini akan
memperluas jumlah proyek dan distribusi proyek di negara-negara yang
sebelumnya tidak dapat ikut serta dalam kategori proyek ini. Carbon
Capture and Storage (CCS) dimasukan ke dalam proyek CDM. CCS
secara luas diakui sebagai teknologi penting untuk melanjutkan
25
Indonesia.
Disepakatinya Bali Roadmap, merupakan kabar yang menggembirakan dan
menggambarkan tercapainya kepentingan negara-negara berkembang. Iran sebagai
salah satu negara berkembang berharap juga kepentingan negara berkembang
25
Ibid
11
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 11/16
tercantum dalam Bali Roadmap yang akan dihasilkan dari Konferensi PBB untuk
Perubahan Iklim.26 Harapan Iran ini disampaikan ketika Menteri Lingkungan Hidup
Iran berkunjung ke Indonesia untuk menyampaikan kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Hal ini dikarenakan pada Konferensi Para Pihak atau COP 13 UNFCCC
dan pertemuan para pihak atau Meeting of the Parties (MOP) ke 3, Indonesia menjadi
tuan rumah (host ). Peran aktif Indonesia dalam berbagai forum internasional yang
membahas masalah lingkungan, tentu saja perlu diapresiasi. Indonesia Akan tetapi
apakah usaha Indonesia tersebut benar-benar murni untuk menyelamatkan lingkungan
atau didalamnya terdapat kepentingan??
Indonesia di tahun 2009 dengan kepemilikan hutan kurang lebih 138 juta
hektar memiliki peranan yang penting dalam menjaga suhu bumi.27 Akan tetapi di
tahun 2011, saat ini kawasan hutan hanya tersisa 80 juta hektar dari 130 juta hektar
yang disebabkan adanya eksploitasi yang dilakukan selama kurang lebih 40 tahun. 28
Kerugiaan yang ditaksir akibat kerusakan hutan menurut Direktur Greenomics
Indonesia, Elfian Effendi mengungkapkan; akibat alih fungsi hutan selama 40 tahun
terakhir, kerugian yang diderita negara dan masyarakat Indonesia minimal Rp 589,3
triliun per tahun.29 Kerugian total itu terbagi menjadi tiga bagian, yakni Rp 170,2
triliun untuk kerugian kayu, Rp 320,6 triliun akibat hancurnya ekologi, serta kenaikan
inflasi Rp 88,5 triliun per tahun. Belum lagi tuntutan penduduk, dan pengelolaan
lingkungan yang tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan dapat merugikan rakyat
miskin dan perekonomian di Indonesia. Contoh: perikiraan total kerugian
perekonomian akibat keterbatasan akses ke air bersih dan sanitasi yang aman
26
Bali Roadmap Harus Memuat Kepentingan Negara Berkembang, dalam
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/12/13/2551.html
27
, 17 Januari 2012.
Menhut MS Kaban : Luas Hutan di Indonesia 138 Juta Hektar , dalam
http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=555:menhut-ms-kaban-
luas-hutan-di-indonesia-138-juta-hektar&catid=8:green-industry&Itemid=13, 18 Januari 2012.
28
Luas Hutan Indonesia Terus Berkurang, dalam http://www.pelitaonline.com/read-
cetak/3019/luas-hutan-indonesia-terus-berkurang/,18 Januari 2012.
29
Alih Fungsi Hutan Negara Rugi Rp 589,3 Triliun Setahun, dalam
http://www.dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=334&idBerita=317, 18 Januari
2012.
12
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 12/16
setidaknya mencapai 2 persen dari PDB setiap tahun sedangkan biaya tahunan yang
ditimbulkan polusi udara bagi perekonomian Indonesia telah diperhitungkan
mencapai sekitar $400 juta per tahun.30
30
Bank Dunia dan Lingkungan Hidup di Indonesia, dalam
http://web.worldbank.org/wbsite/external/countries/eastasiapacificext/indonesiainbahasaextn/0,,conten
tmdk:21556989~pagepk:1497618~pipk:217854~thesitepk:447244,00.html#, 18 Januari 2012.
31
Agus Warsito: Rehabilitasi Hutan Terbentur Masalah Dana, dalam
http://iklimkarbon.com/2010/10/06/agus-warsito-rehabilitasi-hutan-terbentur-masalah-dana/,19 Januari
2012.
32
Perubahan Iklim dan REDD, dalam http://www.aman.or.id/in/publikasi/buku/103-perubahan-
iklim-dan-redd.html, 18 Januari 2012.
33
Ibid
13
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 13/16
pengurangan emisi deforestasi pada diskusi perubahan iklim pada tahun 2005.34
Indonesia maju untuk memperjuangkan REDD pada konvensi perubahan iklim COP
13 UNFCCC pada bulan Desember tahun 2007 di Bali, di mana ide tersebut telah
berkembang dengan mengikutsertakan isu “degradasi hutan”.35
Bali Roadmap untuk mereboisasi hutan agar hutan tetap lestari. Kompensasi bantuan
ini, terlihat dengan bantuan dari pemerintah Norwegia yang sejak awal berkomitmen
mengelontorkan uang senilai US$ 1 miliar bagi kelangsungan hutan di Indonesia. 36
Akan tetapi bantuan dari implementasi REDD juga rawan akan konflik dan
mendapatkan tantangan dari berbagai bentuk lobi dari pihak industri terkait dengan
kepentingannya.37 Dengan adanya bantuan berupa uang dari pihak yang
berkepentingan, dapat dijadikan alasan untuk boleh menebang hutan dan menanam
34
14
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 14/16
kembali. Tindakan korupsi dari pejabat yang berwenang juga dapat menghambat
program-program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam pelestarian hutan. Oleh
sebab itu dibutuhkan komitmen dan koordinasi bersama antar pihak yang terkait agar
hutan Indonesia dapat lestari.
BAB III
KESIMPULAN
Berakhirnya Protokol Kyoto pada tahun 2012, tidak serta merta upaya untuk
mengatasi perubahan iklim kandas begitu saja. Upaya yang dilakukan komunitas
15
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 15/16
konfrensi menekankan bahwa akan dibahas sebuah road map bagi perjanjian
mendatang. Berbagai pihak tentu saja mengharapkan dari pertemuan ini mencapai
kata sepakat untuk menyepakati Roadmap yang diajukan untuk mengganti Protokol
Kyoto.
Indonesia dengan kepemilikan hutan kurang lebih 138 juta hektar memiliki
peranan yang penting dalam menjaga suhu bumi dan dapat memanfaatkan hal-hal
yang tercantum dalam Bali Roadmap salah satunya yaitu mengenai skema REDD
( Reducing Emission from Deforestation in Developing Countries ). Skema merupakan
sebuah skema Internasional (secara sukarela) pemberian insentif dari negara
pengemisi karbon seperti Indonesia karena keberhasilannya mengurangi emisi dari
deforestasi (hilang) dan degradasi (berkurang) hutannya. Kompensasi bantuan ini,
terlihat dengan bantuan dari pemerintah Norwegia yang sejak awal berkomitmen
mengelontorkan uang senilai US$ 1 miliar bagi kelangsungan hutan di Indonesia.
Akan bantuan dari implementasi REDD juga rawan akan konflik dan mendapatkan
tantangan dari berbagai bentuk lobi dan praktek penyelewengan seperti korupsi yang
dapat menghambat program pemerintah Indonesia dalam pelestarian hutan. Oleh
sebab itu dibutuhkan komitmen dan koordinasi bersama antar pihak yang terkait agar
hutan Indonesia dapat lestari.
16
http://slide pdf.c om/re a de r/full/ba li-roa dma p-da la m-me ngha da pi-pe r uba ha n-iklim 16/16