Irma File Katarak
Irma File Katarak
A. Defenisi
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).
B. Etiologi Katarak
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang
merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim mengenai orang-
orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata akan terkena dan sebelah mata lebih dulu
terkena baru mata yang satunya lagi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
D. Jenis-Jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
a. Katarak kongenital
Yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang tidak
diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh
penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu
pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang
mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-
penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak
kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan
trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat
kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi
pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardas imental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital
akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
b. Katarak didapat
Yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat
terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis,
infeksi mata didapat, diabetes dan obat
3. Katarak Senil
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama
beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3).
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a. Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak
terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai
dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol
mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia
oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang
menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b. Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada
stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata
depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c. Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong
ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada
stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit
kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,).
d. Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui
kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak
morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan
maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta :
Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul
terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa.
5. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa.
Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur
lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah
uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe,
Werner atau Down.
7. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang
diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat
menyebabkan kekeruhan lensa.
8. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap
sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular
9. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk nya pada usia kurang
dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi
lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya
biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak kotikal ini biasanya terjadi pada korteks .mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi
lensa dan berjalan ketengah sehinnga menggangu penglihatan. Banyak padapenderita DM
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya hitamcakan tampak abu-abu
atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
F. Penatalaksanaan Katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan
cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi
tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika
katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah
peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
berwarna hitam.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila
berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat
setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin
terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau
atas indikasi medis lainnya. Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual
setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga
penyembuhan lebih lama.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru
dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual
dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi.
Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk
pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap
pengembangan.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat
keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat
maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular
terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk
itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali
menjadi jelas.
G. Pencegahan
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga penyakit yang
memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya menghindari factor yang mempercepat
terbentuknya pnyakit katarak.
Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda pembentukkan atau
mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen dapat memperlambat
petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi dengan operasi. Berikut ini
beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat mencegah terjadinya katarak :
· Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan sinar
Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika mengalami diare. Vitamin E
200 IU 2 kali sehari.
· Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina. Kombinasi billberry dan
vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan katarak pada 48 dari 50 orang yang
di teliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan dikonsumsi 3 kali sehari
· Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari (pagi sebelum
makan)
· Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus dibagian mata, 100
mg 2 kali sehari.
· Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan kacamata matahari
· Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran segar.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri, pemeriksaan
lampu slit dan oftalmoskopi, maka
1. scan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien
ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer,
2001)
2. kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
6. pemeriksaan oftalmologis,
I. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke
dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan
ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi
ini.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini. Terlihat
sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini
membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer pasien,
seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah
penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata
atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas
sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata atau
lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?,
apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam
terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan
inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0
= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan
alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain.
Apakah saat tertidur sering terbangun.
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu
makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual
dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji
warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal diri pasien
dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi perubahan
yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah saat
menstruasi.
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi
masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
A. Diagnosa Keperawatan
DX
NO NOC NIC
Keperawatan
6. Monitor tand
neurologis klien
EYE CARE :
2. Jaga kebersiha
3. Monitor pengli
4. Monitor tand
penglihatan
5. Monitor fun
penglihatan, visus k
MONITORING VITA
1. Monitor TD, S
klien
2. Catat adanya f
3. Monitor vital s
duduk atau berdiri
4. Auskultasi TD
bandingkan
5. Monitor TD, Na
aktivitas
6. Monitor kualita
7. Monitor frekue
8. Monitor suara
9. Monitor pola p
12. Instruksikan pa
relaksasi
7. Sediakan bagi
tentang kemajuan pa
8. Diskusikan pe
mungkin diperlukan
dimasa yang akan
pengontrolan penya
9. Diskusikan pili
1. Sediakan Iing
Kriteria Hasil :
pasien
- Klien terbebas dari cedera
2. Identifikasi ke
- Klien mampu menjelaskan sesuai dengan kon
cara/metode untuk mencegah injury/cedera pasien dan riwayat p
4. Memasang sid
- Mampu memodifikasi gaya hidup 5. Menyediakan
untuk mencegah injury dan bersih
9. Mengontrol lin
10. Memindahkan
membahayakan
3. Batasi pengun
Kriteria Hasil:
4. Instruksikan
- Klien bebas dari tanda dan gejala
mencuci tangan sa
infeksi
berkunjung meningg
- Mendeskripsikan proses penularan
5. Gunakan sab
penyakit, faktor yang mempengaruhi
tangan
penularan serta penatalaksanaannya
6. Cuci tangan s
tindakan keperawata
- Menunjukkan kemampuan untuk 7. Gunakan baju
mencegah timbulnya infeksi pelindung
15. Pertahankan te
yang beresiko
19. Instruksikan pa
sesuai resep
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang tanpa
disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-lahan. Katarak baru terasa
mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak tersentuh
pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin
bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di
atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75-85 tahun daya
penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008)
B. Saran
Karena katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia, maka asuhan keperawatan
pada pasien katarak harus di lakukan dengan profesional. Tenaga keperawatan harus menjaga
agar pasien katarak tidak sampai buta.
DAFTAR PUSTAKA
http://sallindrywidyas.blogspot.co.id/2013/10/asuhan-keperawatan-pada-pasien-katarak.html
http://widyaukisari.blogspot.co.id/2015/10/asuhan-keperawatan-katarak.html
http://www.academia.edu/27285413/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENGAN_K
ATARAK
Nurarif Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 2, Jakarta : Mediaction Publishing
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.