Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan


teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa
bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor
yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan
dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%
yang merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.

Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas
15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau
psikosis (Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita
individu berusia kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang
berasal dari status sosial – ekonomi rendah (Videbeck. 2008)

1.2 Rumusan Masalah

- Apa definisi dari ansietas?

- Apa etiologi dari ansietas?

- Apa saja klasifikasi ansietas?

- Apa manifestasi klinis dari ansietas?

1
- Bagaimana patofisiologi ansietas?

- Bagaimana penatalaksanaan ansietas?

- Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas

2. Untuk mengetahui etiologi ansietas

3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas

5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas

6. Untuk mengetahui penatalaksanaan

7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi
yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar interpersonal.
(Stuart & Laraia 2005).

Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya.


(Stuart & Laraia 2005).

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles situasi
( Videbeck. 2008)

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf
Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek
positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju
perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut
perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

3
2.2 Etiologi

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan


keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan
ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).

Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat
tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :

- Faktor Predisposisi

1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi


antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator
antara tuntunan dari id dan super ego

2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap


ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.

3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala


sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.

4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
di temui dalam suatu keluarga.

5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk


benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam

4
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.

- Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat


mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik


yang meliputi :

a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi


suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan


tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas
fisik juga dapat mengancam harga diri.

- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status


pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.3 Klasifikasi Ansietas

- Tingkatan Ansietas :

- Ansietas Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menyebabkan


individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.

5
- Ansietas Sedang

Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan


mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Sehingga
individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih berfokus pasda
area jika diarahkan untuk melakukannya.

- Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada sesuatu yang
rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku
ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada hal lain.

- Tingkat Panik dari Ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang mengalami


panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan, karena mengalami
kehilangan kendali.

2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.

1) Ansietas Ringan

a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.

b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.

c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan


kreatifitas.

- Respon Ansietas Ringan

6
a. Fisiologis

Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut
dan bibir bergetar.

b. Kognitif

Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks,


konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.

c. Perilaku dan Emosi

Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang meninggi.

2) Ansietas Sedang

Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.

- Respon Ansietas Sedang

a. Fisiologis

Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah

b.Kognitif

· Lapang persepsi menyempit

· Rangsang luar tidak mampu diterima

· Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

c. Perilaku dan Emosi

· Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)

· Bicara banyak & lebih cepat

d. Susah tidur

7
e. Perasaan tidak aman

3) Ansietas Berat

Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.

- Respon Ansietas Berat

a. Fisiologis

Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan.

b. Kognitif

- Lapang persepsi sangat sempit

- Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Perilaku dan Emosi

- Perasaan ancaman tinggi

- Verbalisasi cepat

- Blocking

4) Ansietas Panik

Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan

- Respon Ansietas Panik

a. Fisiologis

Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi
motorik rendah.

8
b. Kognitif

- Lapang pandang persepsi sangat sempit

- Tidak dapat berpikir logis

c. Perilaku dan Emosi

- Agitasi mengamuk dan mar

- Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking

- Kehilangan diri kendali/ kontrol diri

- Persepsi kacau

2.5 Patofisiologi

Berdasarkan proses perkembangannya:

1) Bayi/anak-anak

- Berhubungan dengan perpisahan

- Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal

- Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya

2) Remaja

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Perkembangan seksual

- Perubahan hubungan dengan teman sebaya

3) Dewasa

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Kehamilan

9
- Menjadi orang tua

- Perubahan karir

- Efek penuaan

4) Lanjut usia

Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:

- Penurunan sensori

- Penurunan motori

- Masalah keuangan

- Perubahan pada masa pension

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu


metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya
seperti pada uraian berikut :

1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.

b. Tidur yang cukup.

c. Cukup olahraga.

d. Tidak merokok.

e. Tidak meminum minuman keras.

2) Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-


obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal

10
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3) Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar


pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.

b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai


bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi)


kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan


untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika


kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor


keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.

4. Terapi psikoreligius

11
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

INFORMASI UMUM

1. Inisial Klien : Ny. T

2. Usia : 35 thn

3. Jenis Kelamin : perempuan

5. Bahasa Dominan : sunda

6. Status Perkawinan : Menikah

7. Alamat : Padang

8. Tanggal Masuk : 26 Februari 2017

9. Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2017

10. Ruang Rawat : R.1

11. Nomor Rekam Medik : P20620109000

12. Diagnosa Medis : G1P0A0

13. Riwayat Alergi :-

14. Diet :-

A. Keluhan Utama

Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur. Dan klien mengatakan
dirinya cemas menghadapi kelahiran anak pertamanya.

13
B. Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik

1. Fisik

a. Berat Badan : 55 kg

Tinggi badan : 155 cm

Tanda-tanda vital : TD: 130/90mmhg, RR: 20 x/menit, Nd: 82x/menit,

S: 36C

2. Riwayat Pengobatan Fisik

Klien menjalani pemeriksaan rutin 1 bulan sekali pada dokter kandungan

C. Masalah Keperawatan

Kecemasan

D. Tingkat Ansietas

Tingkat ansietas klien sedang ditandai dengan :

· Klien tampak gelisah

· Klien sulit Berkonsentrasi saat diajak berbicara

· Klien tampak bingung

E. Riwayat Keluarga

Tipe keluarga klien yaitu Nuclear Family atau lengkap terdiri dari suami dan isteri.
Hubungan klien dengan kepala keluarga yaiti sebagai isteri.Dalam pengambilan
keputusan dalam penanganan masalah klien mengaku selalu dilakukan secara
bersama –sama. Menurut klien dalam keluarganya selalu melakukan kebiasaan –
kebiasaan yang sering dilakukan bersama yaitu berekreasi setiap hari libur atau
makan bersama – sama setiap makan malam.selain itu,klien mangatakan selalu
melakukan kegiatan bersama keluarga seperti nonton bersama sambil bercengkrama.

14
F. Riwayat Sosial Pola sosial

Menurut klien teman / orang dekatnya yaitu keluarga dia sering curhat bersama
keluarga.Peran serta dalam kelompok baik selalu berfartisipasi dalam setiap kegiatan
yang diadakan oleh lingkungan setempat.Dalam melakukan hubungan dengan orang
lain klien mengaku tidak mengalami kesulitan.

G. Obat –obatan yang Dikonsumsi

· Klien mengaku tidak pernah mengonsumsi obat –obatan herbal diluar resep dan saat
ini klien hanya mengkonsumsi vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter.

· Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat –obatan dan alkohol untuk
mengatasi kecemasannya.

Status Mental dan Emosi

- Penampilan

Penampilan klien tidak ada kecacatan fisik,dalam berkomunikasi klien tampak sulit
berkomunikasi. Dan dalam berpakaian klien agak sedikit rapi.Selain itu klien selalu
melakukan perawatan diri seperti mandi 2 x sehari.

- Tingkah laku

Klien tampak resah dan gelisah dalam menghadapi kelahirannya dan terlihat
ekspresi wajah nya cemas.

- Pola komunikasi

Dalam berkomunikasi klien bicara dengan jelas namun agak sulit berkonsentrasi
pada pertanyaan awal –awal.

- Mood dan Afek

Klien merasa senang dengan kehamilan pertamanya ini namun merasa cemas
menjelang kelahiran yang tinggal sebentar lagi.

15
- Proses Pikir

Dalam proses pikir klien berpikir logis dan mudah dimengerti meskipun klien sulit
berkonsentrasi pada awal pembicaraan .

- Persepsi

Klien tidak mengalami masalah apapun seperti halusinasi ,depersonalisasi

ataupun yang lainnya.

- Kognitif

(a) Orientatif realita

- Waktu : Pasien mengetahui waktu saat dilakukannya pengkajian

- Tempat : Pasien mengetahui dan mengenali tempat percakapan

- Orang : pasien mengetahui orang yang ada di sekelilingnya

- Situasi : Pasien merasa sedikit terganggu dengan lingkungan sekitar

(b) Memori

Klien mampu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh perawat dan segera
menjawab pertanyaan tersebut dengan jelas.

16
Asuhan Keperawatan

A. Diagnosa Keperawatan:

1. Kecemasan B.d Proses Kelahiran anak pertama ditandai dengan

DO:

a. Klien tampak gelisah

b. Klien sulit Berkonsentrasi saat diajak berbicara

c. Klien tampak bingung

DS:

- Klien mengeluh pusing, karena semalaman tidak bisa tidur. Dan klien mengatakan
dirinya cemas menghadapi kelahiran anak pertamanya.

B. TUJUAN:

TU:

Setelah dilakukan keperawatan 1 x 24 jam rasa cemas klien akan hilang

Klien mampu berinteraksi dengan orang yang berarti

TK:

Klien Tidak gelisah,

Klien bisa berkonsentrasi saat diajak berbicara,

Klien tidak tampak kebingungan,

Klien tidak lagi mengeluh pusing

C. Intervensi:

- Identifikasi orang orang yang berarti dalam kehidupan klien

- Beri kesempatan klien untuk berinteraksi berbagai rasa dengan orang yang berarti

17
- Libatkan klien dalam kegiatan yang disukai, dan ikut sertakan dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan perawatan dirinya

- Anjurkan pasien apabila merasa gelisah/cemas untuk memikirkan hal hal yang akan
membuat dirinya bahagia, cnth: mempunyai anak yang lucu, diakui sebagai wanita
yang sempurna.

D. Rasional:

- Orang terdekat pasien akan memberikan dukungan kepada klien baik secara moral
ataupun spiritual

- Dengan berinteraksi dengan orang yang berarti, klien dapat mengurangi rasa cemas
dengan mencurahkan isi hatinya

- Dengan komunikasi yang baik,akan memperjelas apa yang akan terjadi pada diri
klien

- Dengan memikirkan hal hal yang akan membuat klien bahagia, sedikitnya akan
mengurangi rasa cemas klien

E. Implementasi:

- Mengidentifikasi orang orang yang berarti dalam kehidupan klien

- Memberieri kesempatan klien untuk berinteraksi berbagai rasa dengan orang yang
berarti

- Melibatkan klien dalam kegiatan yang disukai, dan ikut sertakan dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perawatan dirinya

- Anjurkan pasien apabila merasa gelisah/cemas untuk memikirkan hal hal yang akan
membuat dirinya bahagia, cnth: mempunyai anak yang lucu, diakui sebagai wanita
yang sempurna.

18
F. Evaluasi:

S:- Klien tidak mengeluh pusing

- Dan rasa cemas klien berekurang dalam menghadapi kelahiran anak pertamanya.

O:

a. Klien tidak tampak gelisah

b. Klien sudah bisa Berkonsentrasi saat diajak berbicara

c. Klien tidak tampak bingung

A: Masalah teratasi Sebagian

P: Lanjutkan Intervensi

19
BAB IV.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang masih
banyak terjadi baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang seperti
Indonesia. Ansietas sendiri merupakan kekhawatiran atau keadaan emosional yang
tidak jelas, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang
spesifik.

- Tingkatan Ansietas :

a. Ansietas Ringan

b. Ansietas Sedang

c. Ansietas Berat

d. Tingkat Panik dari Ansietas

- Patofisiologi :

a. Bayi/ anak-anak

b. Remaja

c. Dewasa

d. Lanjut usia

Dalam pandangan psikoanalisis

- Menurut pandangan interpersonal

- Menurut pandangan perilaku

- Kajian keluarga

20
- Sedangkan kajian biologis

- Faktor Presipitasi

- Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik

- Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal

4.2 Saran

Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak berobyek, sehingga
memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap lapisan masyarakat. Langkah-
langkah pencegahan tersebut dapat berupa :

- Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan

- Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi kesehatan

- Gaya hidup yang sehat :

- Makan makan yang bergizi dan seimbang.

- Tidur yang cukup.

- Cukup olahraga.

- Tidak merokok.

- Tidak meminum minuman keras.

21
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatrik :Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai