Pencegahan Korosi
1. Material Selection
Metal
Ferro yaitu
Non ferro
Pemilihan Material
a. Karakteristik fisik (komposisi kimia, struktur kristal, densitas material, karakteristik creep dll)
b. kekuatan dan sifat mekanis (kurve stress strain, ciri-ciri fatigue, kekerasan dll)
c. Batasan perancangan (ukuran dan ketebalan, suhu, komposisi elemen konstruksi, perawatan
dll)
d. Karakteristik fabrikasi dan material (penyoderan dan brazing, kemampu bentukan pada suhu
kamar dan suhu tinggi, kemampu bentukan dalam kondisi teranealing dan ter tempering,
machinability, sistem perlindungan dan lingkungan, kualitas penyelesaian akhir, kemampu lasan
)
Dari kedua cara tersebut diantara proteksi katodiklah yang merupakan cara yang lebih
penting. Prinsip bekerjanya dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram tegangan (E) – pH.
1. Proteksi katodik
Pada proteksi katodik, benda yang terkorosi berfungsi sebagai katoda dari suatu sel
elektrokimia. Kalau tegangan elektrodanya digeser kearah negative sampai dibawah harga
tegangan kesetimbangan korosinya, maka benda tersebut tidak akan terkorosi. Proteksi katodik
dapat dibagi menjadi :
a. Galvanic protection : dalam hal ini benda yang terkorosi dipasang sebagai katoda pada suatu sel
galvanic. Anodanya yang terdiri dari logam Mg, Zn atau Al berfungsi sebagai anoda korban yang
dapat dilakukan :
- Sebagai pelapis pada logam dasarnya (mis, baja galvanis)
- Sebagai pelat anoda terdispersi dengan atau tanpa pengutaran arus
b. Elektrolytic cathodic protection : cara ini menggunakan objek yang mengalami korosi sebagai
katoda sel elektrokimia yang arusnya disuplai dari sumber arus searah luar (impressed) current.
Anoda tambahannya biasanya terdiri dari logam yang tidak larut (Pt, Pb, C dan Ni), tetapi dapat
pula berupa logam yang dapat larut (Fe,Al).
Untuk proteksi baja bahan anoda yang dipakai adalah Mg, Al dan Zn atau paduan dari
logam-logam tersebut atau dengan Ca. Untuk proteksi tembaga dapat dipakai karbon sebagai
anoda karbonnya.
Memilih insoluble anode untuk electrolytic cathodic protection adalah hal yang tidak mudah,
karena tidak ada bahan yang sama sekali tidak larut bila dipasang sebagai anoda dalam sel
elektrolisa. Dalam lingkunagn yang mengandung larutan klorida material standar yang dipakai
sebagai anoda adalah grafit, sedang dalam larutan sulfat paduan timbale dengan antimony dan atau
perak.
2. Proteksi Anodik
Pada proteksi anodik objek yang akan dilindungi dipasang sebagai anoda dari suatu sel galvanic
atau biasanya sel elektrolitik. Kemudian tegangan elektrodanya digeser kearah positif sehingga
untuk logam-logam tertentu akan terjadi pasifasi kimiawi. Untuk kebanyakan logam hal ini justru
akan menyebabkan terjadinya korosi. Oleh karena itu cara ini pada prinsipnya hanya cocok untuk
logam yang menunjukkan pasifasi kimiawi. Selain itu komposisi dari larutan korosifnya harus
mendukung terjadinya pasifasi. Jadi proteksi anodic tidak dapat dipakai dalam lingkungan yang
mengandung konsentrasi anion dalam jumlah besar, seperti dalam larutan khlorida.
Ion-ion sulfat dalam konsentrasi tinggi dapat menggantikan ion-ion khlorida pada permukaan
logam. Jadi baja 18/8 dapat dilindungi secara anodic dalam larutan yang mengandung 30 % H2SO4
dan 1 % NaCl.
Proteksi anodic dapat pula dibagi menjadi dua sub kategori yaitu :
1. Galvanic anodic protection : dalam hal ini logam-logam mulia (Pt, Pd, Ag, Cu) dipakai sebagai
unsure-unsur pemandu atau sebagai surlace coating pada logam-logam pasifasi (stainless steel,
Ti, Ta, Zr)
2. Electrolitic anodic protection : disini digunakan arus searah dari luar yang disuplai melalui katoda
tambahan dan tegangan potensial objek yang akan dilindungi (anoda) diatur dengan bantuan
potentiostat.
Ditinjau dari sumber arus listriknya, metode proteksi katodik dibagi menjadi dua, yaitu
metode anoda korban ( sacrificial anode ) dan metode arus tanding (impressed current ).Dalam metode
pertama, logam dilindungi dengan menggunakan logam / paduan lain yang lebih reaktif, yang
dihubungkan dalam elektrolit. Arus listrik searah diperoleh dari reaksi galvanis yang diciptakannya.
Dalam hal ini logam / paduan yang kita kenal sebagai anoda yaitu seng ( Zn ), Alumunium ( Al ), dan
magnesium (Mg). Pada metode kedua , arus listrik searah diperoleh dari sumber luar , biasanya dari
penyearah arus ( rectifier ), di mana kutub negative dihubungkan ke logam yang dilindungi dan kutub
positif dihubungkan ke anoda . Anoda yang dapat digunakan adalah Ti/Pt, Nb/Pt, Ta/Pt, grafit, magnetit,
silicon, dan baja. Masing – masing anoda mempunyai kekhususan dalam penggunaannya ditinjau dari
lingkungan dan kapasitas arus.
B. KRITERIA PROTEKSI
Menurut pendapat para ahli, korosi dianggap berhenti bila konsentrasi ion-ion logam
sekitarnya kurang dari 10-6 gram ion per liter. Bila angka ini kita terapkan pada korosi dari besi, potensial
pada kondisi ini :
Fe Fe2+ + 2e-
Gambar 2. Proteksi Katodik Dengan anoda Korban (A) dan Arus Tanding(B)
Jadi menurut teori diatas , besi akan terproteksi katodik bila potensialnya E- 0,933 V (CSE).
Tetapi angka tersebut diperoleh dari kondisi ideal , sedang dalam praktek kondisinya jauh berbeda, baik
logamnya maupun lingkungannya. Berdasarkan pengalaman , menurut NBS ( National Bureau of
Standards ), dalam praktek menunjukan bahwa besi sudah akan tidak terkorosi bila konsentrasi ion
(Fe2+) di sekitarnya 10-3 M. Kita akan memperoleh nilai potensial proteksi :
Angka ini pada saat ini diterapkan sebagai kriteria proteksi katodik untuk besi / baja pada umumnya.
Berbagai negara telah menetapkan criteria potensial proteksi untuk besi dan baja , diantaranya :
a. Potensial proteksi besi tuang dan baja - 850 mV, CSE dengan memperhitungkan potensial jatuh ( IR
drops )
4. Perancis (RPECIS De Protection Chatodique) menerapkan potensial proteksi baja antara 960 – 1100 (-mV)
CSE
Pada dasarnya angka – angka potensial proteksi tersebut tidak berbeda, dan hamper merupakan
konsensus umum, bahwa besi / baja terproteksi katodik bila potensialnya - 850 mV terhadap elektroda
Cu / CuSO4
Jumlah arus proteksi yang diperlukan untuk memproteksi katodik tergantung dari kecepatan
korosi dan luas permukaan yang diproteksi. Faktor – factor lain yang dapat mempercepat kecepatan
korosi juga akan memperbesar keperluan arus korosi. Faktor – faktor yang mempengaruhi keperluan
arus korosi :
1. Lapis Lindung
Kualitas lapis lindung pada permukaan menentukan lumlah permukaan logam telanjang yang
berkontak dengan lingkungan . Arus yang diperlukan untuk memproteksi pipa dalam tanah sangat
ditentukan oleh lapis lindung. Lapis lindung yang sempurna dapat mereduksi keperluan arus proteksi
sampai 0,2 % dari baja telanjang . Faktor lain kecil saja pengaruhnya.
Kecepatan korosi ditentukan juga oleh tahanan tanah . Makin tinggi tahanan, makin kecil arus
yang diperlukan.
3. Kandungan Spesi yang dapat direduksi
Kecepatan korosi juga dapat ditentukan oleh jumlah spesi yang dapat direduksi dalam elektrolit .
Suatu tanah yang bersifat asam misalnya akan mengandung ion H+ tinggi dan ini akan mempercepat
reaksi katodik dan keperluan arus korosi akan lebih besar. Dalam air laut , spesi yang dapat direduksi
biasanya adalah oksigen yang terlarut , yang bervariasi tergantung dari turbulensi, atau variabel
hidrodinamik lain.
Dari data tersebut di atas jelas bahwa keperluan arus proteksi sangat bervariasi, sehingga kita akan
mengalami kesulitan untuk membuat desain yang eksak, yang memang tidak mungkin. Pada umumnya
keberhasilan proteksi katodik ditentukan di lapangan.
D. PERHITUNGAN – PERHITUNGAN
Dalam proteksi katodik , yang kita perlukan adalah sejumlah arus listrik searah tertentu
untukmemproteksi seluas permukaan logam tertentu. Arus listrik ini kita peroleh dari sumber anoda
korban atau penyarah arus, yang perhitungannya menggunakan rumus ohm yang sederhana saja :
I =E/R
Tegangan dorong E, dari suatu system proteksi katodik dengan arus tandingan dapat kita atur dan tidak
merupakan masalah. Pada saat ini, telah banyak dioperasikan penyearah arus dengan tegangan 100 volt,
yang semula hanya diizinkan sampai 60 V. Dalam sistem anoda korban harga E sudah tertentu, nilai yang
biasa digunakan dalam perhitungan adalah :
1. tahanan kabel, Rk
Dalam proteksi katodik dengan system anoda korban , nilai R diperhitungkan dari tahanan grounbed
saja, sehingga :
I =E / Ra
Dalam system arus tandingan, semua tahanan diperhitungkan dan masih perlu diperhitungkan adanya
tegangan balik ( back voltage ) antara struktur dan groundbed, yang besarnya sekitar 3 volt.
L : panjang anoda , cm
D : diameter anoda , cm
N : jumlah anoda
Rumus – rumus diatas hanyalah merupakan pegangan saja, karena pada umumnya dalam
praktek terjadi penyimpangan – penyimpangan karena kondisi lapangan sangat bervariasi. Pengalaman
– pengalaman menunjukan bahwa keluaran arus anoda sering lebih kecil dari perhitungan . Oleh karena
itu ada juga perhitungan yang menggunakan rumus :
sehingga diperole harga R lebih tinggi, yang mengakibatkan keluaran arus lebih kecil. Ada juga yang
menyarankan bahwa bila pipa diberi lapis lindung maka keluaran arus anoda berkurang sekitar 30 %.
Demikian juga mengenai keperluan arus proteksi, perlu ditambahkan sekitar 25 % dari perhitungan
untuk mengatasi ketidakmerataan distribusi arus dan penambahan 30 % diperlukan untuk pipa – pipa
yang telah terkorosi.
E. BEBERAPA MASALAH DALAM PROTEKSI KATODIK
Di Indonesia, masih banyak pipa telanjang tanpa proteksi katodik, yang tentu saja akan
mengalami kebocoran – kebocoran yang sangat merugikan. Selain dari pipa , banyak pula tiang – tiang
pancang dermaga tanpa proteksi katodik. Kondisi ini hanya akan menimbulkan rasa was – was yang
terus menerus, yang akan berakhir dengan kegagalan.
Telah menjumpai beberapa desain yang kurang sempurna , yang berakibat kurang berfungsinya
proteksi katodik.
Banyak terjadi kerusakan anoda premature, yang berakibat tidak berfungsinya proteksi
katodik.