Anda di halaman 1dari 102

untuk

Mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera adalah merupakan tanggung jawab kita
semua, baik mereka yang bertugas di eksekutif, legislative dan anggota masyarakat. Sebagai
aparat yang bertanggung jawab di eksekutif diharapkan dapat mendanai kegiatan-kegiatan yang
meningkatkan mutu pelayanan serta mengurangi kesakitan dan kematian. Sementara masyarakat
perlu juga dilibatkan, terutama dari sisi pemberdayaan, sehingga mereka tidak saja menjadi
obyek pembangunan, namun juga menjadi pelaku pembangunan.

Tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam buku ini adalah catatan pendek yang terpilih dari
serangkaian kegiatan kemasyarakatan yang diposting di www.dinkesrl.net dalam rangka
berkontribusi meningkatkan pelayanan kesehatan di kabupaten Rejang Lebong. Setidaknya ini
bisa menjadi bahan acuan bagi kawan- kawan penggiat pembangunan kesehatan untuk
mempelajari upaya-upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dan Pemdakab Rejang Lebong selama
periode 2007 – 2011. Sebenarnya, banyak juga tulisan atau gagasan sebelum pada periode
tersebut, namun mengingat ini berasal dari pendokumentasian artikel di Blog, hanya pada periode
tersebutlah yang bisa diakses langsung secara online hingga kini.

Buku ini diberi judul : Mengabdi Untuk Rejang Lebong, Buku#1, sebagai catatan penulis saat
bekerja sebagai PNS Dinas Kesehatan Rejang Lebong, sebelum dimutasi menjadi staf ahli bupati
bidang hukum dan politik. Semoga hadirnya kumpulan tulisan ini dapat menginformasikan
kepada masyarakat bahwa ada upaya-upaya aparat pemerintah melalui Dinas Kesehatan Rejang
Lebong dalam mengatasi persoalan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya di Bumei Pat
Petulai tercinta.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,


Jadilah saja rumput,
tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya


Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak
yang membawa orang tidak tersesat...

(terjemahan Taufik Ismail : Puisi Kerendahan Hati)

Wassalam,
Tri Mei Sartono

untuk
Paling enak jadi pegawai negeri
Meski gaji kecil tapi setiap bulannya pasti
Kerjakan tugas sebentar kemudian ngeloyor pergi
Sisakan tugas untuk besok lagi (????gk produktif banget ya?)

Paling enak jadi struktural atau pegang jabatan


Dapat uang tunjangan dan juga kendaraan
Dari jam pagi sampai pulang kantoran
Sibuknya hanya bagi tugas sambil fesbuk-an dan whatsap-an(atau baca koran)

Paling enak jadi bos di satuan kedinasan


Ada fasilitas jabatan, mungkin juga honor sampingan (yang legal lho...)
Namun kadang pendapatannya juga harus rela dikurangkan
Kalau ada wartawan atau LSM yang minta sumbangan (hehe...minus dong)

Paling enak kerja di puskesmas


Dapat tunjangan kesehatan, bahkan rumah dan kendaraan dinas
Datang pagi sampai jam dua belas
Setelah itu kami jam bebas

Paling enak jadi pimpro kegiatan


Ada tambahan pendapatan, mungkin juga diskon pengadaan (awas...illegal lho)
Pusingnya mengatur agar semua kebagian
Syukur-syukur tahun depan masih dipertahankan (jika tidak dikasuskan)

Begitulah kerja jadi PNS


Baik yang di Dinas maupun di Poskesdes (entahlah yg di RS)
Nggak usah mengeluh dan SK nggak usah kita protes
Yang penting gajian selalu lancar, tepat dan beres

Jangan menulis di atas kaca


Menulislah di atas meja
Jangan menangis gara-gara dipindah kerja
Tapi menangislah kalau tidak masuk surga

Jambu merah tertimbun di tanah kering


Janganlah marah pantun ini ”just kidding”

By trims

untuk
Bab 1
Peningkatan Pelayanan Puskesmas Rejang Lebong
1. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan Puskesmas Standar ISO 9001 - 3
2. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek Tahun 2008 (Penilaian 7 K) - 4
3. Program Puskesmas “Berseri” Rejang Lebong - 5
4. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan Prima - 7
5. Outbound Membangun Komitmen Bersama - 8
6. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan Karyawan Puskesmas - 9
7. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan Perumnas - 11

Bab 2
Promosi Kesehatan dan Kesehatan Institusi
8. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok - 13
9. Kampanye Ayo Berhenti Merokok - 17
10. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Jiwa - 18
11. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung Sehat Massal - 19
12. 3 Sekolah di Rejang Lebong Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Tingkat Propinsi Bengkulu - 20
13. Menuju Sekolah Sehat : Belajar dari Sang Juara - 21
14. Penilaian Sekolah Sehat tingkat Nasional di 3 Sekolah Rejang Lebong - 23
15. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS - 24
16. Kerjasama Dinkes dengan Bengkulu Ekspress - 29

Bab 3
Kesehatan Keluarga Di Rejang Lebong
17. Peringatan Hari Lansia di Rejang Lebong - 31
18. Lomba Balita Sehat se Kabupaten Rejang Lebong - 32
19. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia - 33
20. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan HUT Kota Curup - 34
21. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita Sehat - 36
22. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan Kembali Posyandu Balita - 38

Bab 4
Bakti Sosial Kesehatan
23. Bakti Sosial Kesehatan dan Program Bedah Kampung - 42
24. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan - 43
25. Baksos Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Curup Utara - 44
26. Dinkes Rejang Lebong Kirim Tim Baksos Kesehatan ke Sumbar - 45
27. Baksos Pelayanan Kesehatan Desa Terpencil - 46
28. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil Di Puskesmas Sindang Dataran - 47

untuk
Bab 5
Askes dan Jamkesda
29. Bekerjasama Dengan PT Askes,
30. 15.000 Orang Miskin Dijamin Jamkesda - 49
31. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes - 50
32. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010 - 51
33. Di Rejang Lebong, Sarana Kesehatan Pemerintah Siap Melayani Jampersal - 52

Bab 7
Pencegahan Penyakit dan Lingkungan
34. Ayo Waspada Flu Burung - 55
35. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan HIV-AIDS di Rejang Lebong - 59
36. Kesepakatan Bersama Untuk Perubahan Lingkungan di Kota Curup - 67

Bab 9
Menuju Kabupaten Sehat
37. Self Assesment Penghargaan Kabupaten Sehat Tahun 2011 - 62
38. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat Tahun 2011 - 64
39. Penghargaan Pertama Kali Swasti Saba (Kabupaten Sehat) untuk Rejang Lebong - 66
40. Evaluasi Penyelenggaraan Kabupaten Rejang Lebong Sehat bersama Direktur Penyehatan
Lingkungan Depkes - 67
41. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk Bupati Rejang Lebong - 68
42. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes untuk Rejang Lebong - 69

Bab 10
Poster dan Banner untuk Sosialisasi dan Advokasi

untuk
untuk
Bab 1

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas di Kabupaten Rejang Lebong agar lebih
transparan dan mempunya sasaran mutu yang jelas, maka kemarin diperkenalkan pelatihan
pendekatan sistem manajemen mutu berdasarkan standar internasional ISO (International
Organization for Standardization). Pelatihan hari pertama ditujukan bagi seluruh pimpinan
puskesmas dan pejabat struktural Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Nara sumber adalah Yana
Herdiana, ST berasal dari konsultan ISO Jakarta.

Pelatihan selanjutnya dilakukan di puskesmas Curup. Puskesmas ini diharapkan pada akhir tahun
2009 nanti menjadi puskesmas pertama di Propinsi Bengkulu yang memperoleh sertifikat mutu
ISO 9001. Bagi puskesmas, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah terbangunnya komitmen
pimpinan dan staf untuk melaksanakan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO dan
kesanggupan untuk melaksanakan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Setelah
itu dibentuk kelompok kerja sebagai QMR (Quality Management Representative), guna
menyusun dokumen- dokumen yang menjadi persyaratan ISO.

Meski dirasakan banyak hambatan, puskesmas yang dipimpin dr. Dewi Mustika, MKes ini
bertekad pada pada awal Februari 2009 sudah dapat menyelesaikan dokumen mutu puskesmas
Curup. Terutama dokumen mutu pada 6 pelayanan wajib puskesmas. Selanjutnya uji coba
sebagai puskesmas rintisan dengan pelayanan standar internasional, dan akhir 2009 siap diaudit
untuk kelayakan memperoleh sertifikat ISO 9001

Kesepakatan karyawan puskesmas untuk melaksanakan SMM pukesmas berdasarkan ISO

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 8 Januari 2009 oleh tri ms

Menindaklanjuti penilaian penampilan kantor/instansi pemerintah dengan aspek 7K (Kepegawaian,


Kekeluargaan, Keamanan, Keindahan, Kesehatan, Kebersihan dan Ketertiban) maka telah
dilakukan penilaian ke 19 puskesmas. Penilaian ini dilakukan pada bulan Desember dan awal Januari
2009.

Dari rekap hasil penilaian didapatkan 3 puskesmas dengan peringkat 1, 2 dan 3, yaitu puskesmas
Curup, Perumnas dan Tunas Harapan. Masing –masing mendapatkan dana pembinaan 1 juta, 750 ribu
dan 500 ribu rupiah

Kemudian 3 puskesmas peringkat bawah atau terjelek, yaitu puskesmas Sindang Dataran, Sindang
Jati dan PUT. Masing – masing mendapatkan ember, keset, lap pel, tangkai pel, ember, sapu lidi dan
sapu ijuk.

Puskesmas Nilai Puskesmas Nilai


1 Curup 79,72 11 Kp.Melayu 61,34
2 Perumnas 75,39 12 Sb.Urip 61,09
3 Tn.Harapan 73,48 13 Kt.Padang 60,98
4 Sb.Rejo 68,83 14 Ta.Rimbo Lama 60,49
5 Kp Delima 68,63 15 Ka.Curup 59,88
6 B. Jaya 67,13 16 Sp.Nangka 58,76
7 Beringin Tiga 66,59 17 PUT 58,33
8 Watas Marga 66,13 18 Sd.Jati 56,61
9 Tj.Agung 65,87 19 Sd.Dataran 54,56
10 SBI 62,97

Penghargaan 7 K Puskesmas peringkat baik Penghargaan 7K Puskesmas peringkat jelek


mendapatnkan hadiah uang mendapatkan hadiah alat kebersihan

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 29 Oktober 2009 oleh tri ms

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di Puskesmas


yang baik dan bermutu, perlu segera direalisasikan.
Berdasarkan survei 7 K (Kebersihan, Kekeluargaan,
Keamanan, Kepegawaian, Kesehatan, Keindahan dan
Ketertiban) pada tahun 2008, masih banyak dijumpai
penampilan Puskesmas yang belum memuaskan. Sementara
berdasarkan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di 4
puskesmas (Curup, Tunas Harapan, Perumnas dan Kampung
Delima) pada tahun 2007, dari 14 unsur yang dinilai,
Kesopanan dan Keramahan petugas belum menonjol atau
belum memenuhi harapan.
Pin Puskesmas Berseri
Guna mewujudkan harapan masyarakat tersebut, maka Dinas Kesehatan Rejang Lebong
berupaya meningkatkan pelayanan puskesmas melalui strategi Puskesmas Berseri, menuju
puskesmas yang memenuhi harapan masyarakat, serta mempersiapkan sebagai rintisan
puskesmas standar nasional (diakreditasi oleh KAN/KARS) atau sebagai rintisan menuju
puskesmas standar internasional (ISO).

1. TUJUAN

Tujuan Umum :

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas, yang sesuai atau melebihi


harapan pelanggan baik pelanggan eksternal maupun internal.

Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas yang sesuai
denganprosedur tetap (PROTAP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas secara terus menerus
denganManajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management).

2. KONSEP DASAR PUSKESMAS BERSERI

A. Pengertian :

Puskesmas Berseri adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai
dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
, dengan upaya berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)

untuk
B. Kebijakan :

1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan


pendidikannya/kompetensinya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam
memberikan pelayanan.

1. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
2. bat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister.
3. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.
4. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan.
5. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang
tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas.
6. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, sehingga memberi kenyamanan
pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya.
7. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang
sesuai dengan harapan pasien.
8. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
9. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar
10. Supervisi dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan
pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan
11. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap enam bulan sekali serta
ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan

3. Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan :

Puskesmas Berseri dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya menggunakan strategi :


Berseri

1. Bersih : Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dalam suasana yang bersih
dan rapi, baik petugasnya, pakaiannya dan peralatannya, juga tempat pelayanan :
ruang tunggu, kamar mandi/WC dan lingkungan keseluruhan puskesmas
2. Ramah : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap yang ramah, siap
membantu dan mengobati dan mudah menegur dan menyapa pasien.
3. Responsif (tanggap) : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap responsif
(tanggap), dapat memenuhi hasrat pasien dan mengerjakan yang dibutuhkan pasien
4. Informatif : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai informasi yang memadai
tentang jenis pelayanan yang diberikan, semua pegawai menggunakan tanda pengenal,
ada papan informasi biaya dan program kesehatan

untuk
untuk
Dipublikasi pada Minggu, 28 November 2010 oleh tri ms

Hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, telah diselenggarakan Pelatihan Budaya Kerja
Organisasi Menuju Pelayanan Prima bagi petugas kesehatan. Pelatihan ini bertempat di gedung
baru Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM), Curup. Peserta pelatihan berjumlah sekitar
100 orang yang terdiri dari dokter, perawat/bidan di puskesmas, rumah sakit dan pejabat (kabid
dan kasi) di lingkungan Dinas Kesehatan. Nara sumber pertemuan ini berasal dari Corien Centre,
yaitu Corien Akwari, S. Psi

Menurut Kadinkes Rejang lebong yang baru, Drs. Tri MS, Apt, DSc, pelatihan ini sangat
bermanfaat bagi petugas kesehatan, guna merubah mindset (pola pikir) pelayanan kesehatan
yang lebih berfokus kepada kepuasan pasien/pelanggan. Pelatihan diselingi role play, diskusi dan
beberapa tips pengembangan pribadi petugas seperti cara tersenyum dan memberi pelayanan
yang ramah, tulus dan komunikatif. Diharapkan pelatihan ini akan memberi inspirasi bagi
peserta untuk mendorong perubahan budaya kerja yang cenderung kaku dan birokratis ke arah
pelayanan model korporat yang lebih humanis, simpel dan memperhatikan kebutuhan pelanggan.

Dengan bekerjasama dengan Corien Centre, rencananya pelatihan ini akan dilanjutkan
berkesinambungan sebagai upaya membangun komitmen dan kerjasama tim di lingkungan
organisasi Dinas Kesehatan, puskesmas dan Rumah Sakit, misalnya dengan pelatihan outbond,
team building dan quality leadership program

Corrien, S.Psi

untuk
Dipublikasi pada Senin, 31 Januari 2011 oleh tri ms

Bekerja sama dengan Corien Centre, suatu lembaga pengembangan pribadi di Propinsi
Bengkulu, hari Sabtu dan Minggu kemarin, telah diselenggarakan outbound membangun
komitmen bersama dalam rangka memerkokoh team building di Dinas Kesehatan Rejang
Lebong. Peserta outbound adalah seluruh karyawan Dinas Kesehatan RL yang berjumlah sekitar
100 orang dan pimpinan puskesmas sebanyak 21 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari
bertempat di Balai Latihan Kesehatan Masyarakat di Cawang, Curup.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc
sekaligus menyampaikan pentingnya membangun kerjasama tim antar karyawan Dinkes dan
puskesmas guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih berkualitas.
Komitmen yang hendak dicapai adalah terwujudnya kekompakan antar karyawan yang lebih
baik dengan menyepakati slogan baru pelayanan, yaitu pelayanan berseri, yang artinya bersih,
ramah, responsive dan informative.

Dalam acara outbond tersebut, seluruh karyawan dituntut kekompakannya melalui peran
sertanya secara beregu dalam permainan/games, seperti panjang2an, pendek2an, pipa bocor,
stand up together, benang kusut, pensil gila, jarring laba-laba dan flying fox. Juga trekking
menyusuri jalan setapak di antara kebun kopi sekitar kantor BLKM, yang medan perjalanannya
cukup licin, terjal dan berliku.

Pada sesi akhir acara, seluruh peserta menanda tangani spanduk yang sudah dipersiapkan yang
isinya sepakat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan slogan berseri
(bersih, ramah, responsive dan informative). Foto – foto lihat di Facebook

Outbond seluruh karyawan Dinkes Tanda tangan seluruh karyawan di spanduk komitmen

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 17 Juni 2011 oleh tri ms

Minggu ini ada 4 puskesmas luar


kota yang kami kunjungi, yaitu
puskesmas Kota Padang dan
Sindang Beliti Ilir (dikunjungi
Senin, 13/6) dan puskesmas
Sindang Jati dan Sindang
Dataran (dikunjungi Kamis, 16/6).
Minggu sebelumnya, kami
mengunjungi puskesmas di
wilayah dekat kota, yaitu
puskesmas Simpang Nangka, kecamatan Selupu Rejang. Berhubung ada beberapa agenda
pertemuan di pemda, mohon maaf jika kedatangan tim ke puskesmas sudah agak siang (di atas
jam 12). Bahkan di puskesmas SBI dan Sindang Dataran pertemuan dengan karyawan
dilakukan di atas jam 14.00. Namun sekali-kali ya dimaklumi, karena perjalanan ke lokasi
setidaknya membutuhkan waktu 1 jam lebih, dan bagi karyawan puskesmas pulang agak sore
sekali waktu mestinya tidak menjadi persoalan.

Karena jadwal kunjungan sudah diberitahukan sebelumnya, maka hampir seluruh puskesmas
yang dikunjungi, karyawannya sudah menunggu dan bahkan mempersiapkan konsumsinya
dengan luar biasa, setidaknya tidak seperti hari-hari biasa. Berikut ini beberapa catatan terkait
dengan dialog tim dengan karyawan puskesmas.

Masalah absensi dan kehadiran karyawan puskesmas : dari 5 puskesmas yang dikunjungi,
ternyata tidak melaksanakan apel pagi dan siang. Kecuali puskesmas Kota Padang yang jam
pelayanannya buka 24 jam (puskesmas rawat inap), 4 puskesmas lainnya, karyawan masuk jam 8
lebih dan pulang kurang dari jam 1 siang. Beberapa karyawan, lebih sibuk dengan pelayanan di
rumahnya, padahal dia seorang PNS. Ini harus segera diperbaiki. Kapus, KTU dan karyawan
harus berkomitmen bahwa kehadiran lebih pagi dan pulang lebih siang dipuskesmas sangat
penting (standarnya masuk jam 07.30 dan pulang jam 14.00). Satpol PP yang ada (seperti di
Simpang Nangka) harus bisa membantu menegakkan disiplin kehadiran karyawan, dan
melaporkan absensi karyawan ke Dinkes.

Masalah pelayanan pasien : pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat nampak dari jumlah
kunjungan pasien ke puskesmas. Rata-rata kunjungan pasien di 5 puskesmas yang kami kunjungi
kurang dari 10 orang per hari. Hal ini sangat memprihatinkan. Masyarakat yang sakit lebih
memilih ke pelayanan swasta, atau mengunjungi karyawan puskesmas yang praktek pada sore
hari. Sia-sia pemerintah membangun megah puskesmas, yang harus bersaing dengan pelayanan
pribadi (di luar jam kerja) petugas puskesmas.

untuk
Sepertinya, di puskesmas Simpang Nangka harus ada terobosan agar masyarakat tertarik
mengunjungi puskesmasnya, bukan ke rumah petugasnya!. Standar Depkes agar 1 nakes
melayani 5 pasien sangat jauh terpenuhi, bahkan sebaliknya, di Simpang Nangka 5 nakes
melayani 1 pasien. Terlalu banyak nakes yang bertugas di Simpang Nangka (sekitar 30 an
orang), dan tidak ada yang mau menempati rumah dinas (ada 4 rumah dinas di samping
puskesmas). Solusinya, harus membuat kegiatan inovatif, jemput bola, dan bilamana perlu jam
pelayanan dibuka sampe sore hari, dan ada shift/piket petugas. Rumah dinas dimodifikasi jadi
tempat pelayanan Jampersal dan pelayanan-pelayanan inovatif lainnya.

Di sisi lain, problem puskesmas di luar kota Curup, adalah terbatasnya jumlah petugas. Di SBI,
Kota Padang, Sindang Jati dan Sindang Dataran, yang lokasinya sekitar 1 jam perjalanan dari
kota Curup, jumlah karyawannya di bawah 20 orang, dan yang jadi persoalan tidak ada perawat
gigi, analis dan petugas kesling. Sebenarnya, awalnya petugasnya sudah ada, namun dengan
“berbagai upaya”, petugas yang bersangkutan bisa pindah ke puskesmas perkotaan. Dokternya
di 4 puskesmas tersebut (3 PTT dan 1 PNS) dan beberapa petugas tinggal di kota Curup, dan
kehadirannya ke puskesmas tidak penuh 6 hari. Meski demikian, pelayanan yang cukup kreatif
dilakukan di Kota Padang, yaitu ada program jemput pasien dengan mobil puslingnya, agar
melahirkan di puskesmas dengan pelayanan gratis (dijamin Jampersal). Kami sangat salut dan
mengapresiasi kepada petugas puskesmas yang sejak diterimanya SK CPNS hingga kini (bahkan
ada yang sudah 20 tahun, meski bukan penduduk asli), tetap mengabdi di puskesmas luar kota.

Terkait dengan pelayanan di puskesmas luar kota, obat-obat emergensi dasar seperti VAR, ATS
dan ABU (Anti Bisa Ular) diusulkan agar memadai stoknya, dan kalau ada kedaruratan tidak
perlu mengambil di Instalasi Farmasi. Ketersediaan air masih menjadi masalah di puskesmas SBI
dan Sindang Dataran, selama ini hanya memanfaatkan penampungan air hujan. Proyek perpipaan
air bersih melalui CWSHP belum menjangkau puskesmas. Sementara di puskesmas Kota Padang
banyak peralatan yang menumpuk, sehingga beberapa alat resusitasi untuk bantuan pernafasan
(bantuan dari Dinkes Propinsi) dan insenerator akan direlokasi ke puskesmas Curup.

Dari kunjungan bintek ini, diharapkan ada spirit perubahan pada tingkat manajerial (Ka
puskesmas dan KTUnya), sehingga menjadi motor penggerak untuk perbaikan citra puskesmas
yang BERSERI (Bersih, Ramah, Responsif, Informatif). Masukan-masukan yang telah
disampaikan dalam bintek ini akan ditindaklanjuti oleh bidang terkait.

Banyaknya durian yang dijual di pinggir jalan di wilayah Lembak, membuat kunjungan bintek
ini sangat enjoy, rekan-rekan puskesmas telah memilih durian yang terbaik untuk oleh-oleh
kunjungan kami. Trims, semoga silaturahmi ini bermanfaat bagi kita semua.

untuk
Dipublikasi pada Selasa, 19 Juli 2011 oleh tri ms

Sebagaimana telah menjadi komitmen


Kadinkes RL, Drs Tri MS, Apt, DSc, tahun
ini beberapa puskesmas akan didorong untuk
menjadi rintisan puskesmas berstandar
internasional, menuju pelayanan yang berseri
(bersih, ramah, responsif dan informatif).
Salah satu bentuknya adalah merubah
mindset petugas/karyawan menjadi PNS yang
berkualitas, kompak, penuh dedikasi dan
berkepribadian menarik, yang dengan senang
hati melayani masyarakat di bidang
kesehatan. Salah satu terobosannya adalah
melakukan outbound karyawan, sebagai
upaya untuk meningkatkan kebersamaan, kegairahan dan komitmen pelayanan. Dua puskesmas
yang terpilih dan layak untuk diprioritaskan untuk mengikuti outbound adalah puskesmas
Perumnas dan puskesmas Curup, yang diharapkan kedepannya 2 puskesmas ini akan menjadi
model puskesmas tersertifikasi ISO.

Outbound kali ini bertema : Membangun komitmen bersama, satukan tekad menyehatkan
rakyat. Seperti biasanya, outbound ini difasilitasi oleh Lembaga Pengembangan Pribadi “Corien
Centre”, Bengkulu, yang telah sering bekerjasama dengan Dinas Kesehatan.

Outbound yang dibuka oleh Kadinkes RL diikuti sekitar 100 orang dari karyawan puskesmas
Curup dan Perumnas, dilaksanakan selama 2 hari (16 – 17 Juli 2011) di BLKM Cawang, Curup.
Sebagian karyawan menginap, sebagian yang lain pulang setelah acara malam. Setelah
pembukaan oleh Kadinkes, kemudian beliau menyampaikan presentasi tentang pentingnya
belajar dari alam, yaitu belajar dari angsa saat terbang berkelompok. Di sini ada pembelajaran di
mana sangat pentingnya kekompakan, adanya pemimpin yang saling mengisi dan ada
penyemangat di kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi beliau tentang
Puskesmas Berseri, yang merupakan upaya untuk mewujudkan puskesmas yang berkualitas dan
berstandar internasional.

Setelah acara di kelas, malam harinya dilanjutkan dengan acara api unggun dan permainan
berkelompok. Foto – foto lihat di Facebook

untuk
Bab 2

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 12 Oktober 2007 oleh tri ms

Dalam salah satu baitnya penyair Taufik Ismail yang adalah seorang dokter hewan menulis :

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah
kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik
petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Itulah kenyataan yang kita lihat


menyebar tentang budaya merokok, ke
semua lapisan masyarakat. Merokok
telah menjadi budaya, seperti kata
pepatah “Empat sehat, Lima
“Sampurna”, sehingga kalau habis
makan, sesi yang terakhir adalah ritual
“ngebul”. Memang budaya merokok
tak bisa dihentikan, tapi bagaimana
kalau kita coba untuk dibatasi, tidak
mencolok di tempat terbuka, syukur
bisa dikurangi.
Ketua BNK dan Kadinkes RL
Konon menuruh sejarah, budaya merokok pertama kali dilakukan Indian Inca, sekitar 3000 tahun
yg lalu. Kemudian pada saat Columbus masuk ke Amerika, budaya ini dibawa ke Eropa dan
akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Mulailah perdagangan tembakau dikenalkan melalui model
kolonialisme dan akhirnya menjalar ke seluruh dunia, tembakau menjadi komoditi global, dan
tembakau “Virginia” adalah yang paling populer dan banyak dicari.

Kini, para “ahli hisap” ini telah meningkat menjadi 1.1 Miliar orang dan 800 juta orang
bermukim di negara berkembang. Diperkirakan pada tahun 2030, tembakau akan menjadi
penyebab kematian utama di dunia, sekitar 10 juta meninggal per tahun dipicu kebiasaan
merokok . Secara global, 80,000 hingga 100,000 anak muda mulai menghisap rokok setiap hari
(perokok pemula) dan yang bikin ”gerakan anti rokok” tidak efektif karena pada umumnya
para”ahli hisab” ini tidak mau tahu dan peduli bahaya merokok !. Bila sudah kenal,
tembakau bersifat adiktif dan susah untuk menghentikannya, sama seperti kecanduan heroin

untuk
atau cocain(perhatikan kalau lagi pengin rokok, badan meriang dan gak nyaman, mirip gejala
”sakau” pada narkoba)

BAHAYA ROKOK
Menurut penelitian Badan kesehatan Dunia (WHO), rokok mengandung 4.000 zat kimia yang
berbahaya bagi kesehatan serta ada 25 jenis penyakit yang dapat timbul sebagai akibat merokok.
yang paling berbahaya adalah nikotin. Nikotin ini pangkal penyebab kita ketagihan rokok, yang
secara farmakologi nikotin ini menekan produksi enzim mono amin oksidase (MAO), suatu
enzim yang mensupress dopamine. Sedikitnya MAO, membuat dopamine meningkat, dan
dopamine adalah zat kimia yang mendorong pencarian rasa kesenangan dan kenikmatan.
Begitulah, sekali kenal rokok, dopamine kita meningkat setelah rokok dihisap, dan terus ritual
”ngebul” memberi kenyamanan badan kita.

Di Indonesia, sekitar 70% penduduk indonesia (laki-laki) adalah ”ahli hisap” yang aktif, dan no 5
negara terbanyak perokoknya. Pendapatan cukai rokok (2004) 27 triliun, belum di sektor
pertanian dan tenaga kerja. Namun biaya kesehatan akibat merokok yang ditanggung pemerintah
dan masyarakat 3 kali lipatnya atau sekitar 81 triliun.

APA YANG HARUS KITA PERBUAT?


 Menaikkan cukai dan harga rokok (namun kenyataannya berapapun mahal, masih akan
dibeli juga)
 Meningkatkan informasi bahaya rokok : diseminasi hasil riset bahaya rokok, label bahaya
rokok, counter-advertising
 Larangan pengiklanan dan promosi rokok
 Pembatasan area merokok di area publik dan tempat kerja
 Program penghentian kebiasaan merokok (Cessation Help)

KAWASAN TANPA ROKOK


Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak polusi rokok bagi mereka
yang tidak merokok. Ini paling tidak untuk membatasi atau mengurangi jumlah perokok, karena
jumlah perokok cenderung meningkat, menurut catatan WHO pula , 22 persen remaja di
Indonesia sudah dapat dikategorikan sebagai perokok pemula.

PP Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan rokok bagi kesehatan


Yang dimaksud “Kawasan Tanpa Rokok”

Nah, atas dasar pasal 25 PP tesebut maka pemdakab Rejang Lebong mulai menginisiasi Kawasan
Tanpa Asap Rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga dibuatlah :
1. Peraturan Bupati R/L tentang Kawasan Tidak Merokok di RL tahun 2007
2. SK Bupati RL tentang Tim Teknis Pengendalian Bahaya Merokok di RL tahun 2007
Kalau kita baca Peraturan Bupati ini, tujuan penetapan Kawasan Dilarang Merokok (pasal 2)
adalah :

untuk
 Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian yang disebabkan merokok dengan
cara mendorong kebiasaan masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
 Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;
 Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
 Mendorong terwujudnya Kabupaten Rejang Lebong Sehat

Sementara ini yang menjadi target pelaksanaan peraturan ini adalah membuat Kawasan Dilarang
Merokok di tempat-tempat sbb :
1. tempat umum (terminal, halte, restoran),
2. tempat kerja (kantor/instansi),
3. tempat proses belajar mengajar (sekolah),
4. tempat pelayanan kesehatan (puskesmas/RS),
5. arena kegiatan anak-anak,
6. tempat ibadah, dan
7. angkutan umum
Kemudian di pasal 7, Tempat yang ditetapkan
sebagai Kawasan Dilarang Merokok wajib
dilengkapi dengan Penandaan atau petunjuk.,
berupa :

“KAWASAN DILARANG MEROKOK”

Penandaan atau petunjuk dibuat dengan ukuran


tulisan yang jelas ditempatkan pada tempat yang
mudah terlihat dan tidak mengganggu keindahan
tempat.

PEMBINAAN
Pimpinan instansi pemerintah dan instansi non pemerintah wajib melakukan pembinaan atas
pelaksanaan pengendalian rokok bagi kesehatan dengan mendorong dan menggerakkan :
 perilaku tidak merokok
 terwujudnya kawasan bebas rokok;
 meningkatkan gerakan masyarakat untuk mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehatan

RUANGAN MEROKOK
Kalau ada kawasan dilarang merokok, tentu ada kawasan merokok atau ruang merokok. Kalau
kita lihat di bandara Cengkareng, ruang merokok didisain tersendiri, namun dalam peraturan ini
disarankan sbb :
 Tidak di dalam ruangan kerja
 Ruangan merokok tersendiri, tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok
 Jika memungkinkan dilengkapi dengan alat penghisap udara atau memiliki alat sirkulasi
udara tersendiri
 Ruangan terbuka, tapi tidak di tempat umum

untuk
Adanya peraturan ini membuktikan itikad pemerintah RL untuk membatasi dan mengurangi
ritual “ahli hisap” dan merokok itu berbahaya, bagi diri sendiri atau umum. Merokok tidak
dilarang, sepanjang tidak di “public area”. Namun, sosialisasi gerakan anti rokok ini wajib
mendapat dukungan semua lapisan masyarakat, tanpa itu, maka jumlah perokok akan terus
bertambah,sementara di negara maju budaya merokok sudah berkurang. Peraturan bupati ini
akan mandul, kalau kita yang ada di pemda tidak mempunyai komitmen untuk melaksanakannya.

Poster tidak merokok di ruang kerja

Poster Ironi si Puntung Maut

untuk
Dipublikasi pada Senin, 1 Juni 2009 oleh tri ms

Dalam rangka memperingati Hari


Anti Tembakau Sedunia (HTTS)
yang jatuh pada tanggal 31 Mei
2009, Dinkes melakukan
kampanye Ayo berhenti merokok
dengan berkeliling kota menggunakan mobil penyuluhan dengan mengajak masyarakat agar
mengurangi konsumsi merokok. Ajakan ini dibacakan oleh Sri Diani, yang naik mobil
bankes dengan spanduk “Ayo Berhenti Merokok“, diikuti oleh mobil pusling puskesmas. Pada
peringatan HTTS tersebut, masyarakat diingatkan bahwa kabupaten Rejang Lebong telah
mempunyai peraturan Bupati No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok di 7 Kawasan,
yaitu :
1. Di seluruh tempat pelayanan kesehatan
2. Di dalam kelas tempat proses belajar mengajar
3. Di dalam ruangan tempat/arena bermain anak-anak
4. Di dalam ruangan kerja/kantor pemerintah/swasta
5. Di dalam ruangan tempat ibadah
6. Di dalam angkutan umum
7. Di ruangan tempat-tempat umum yang tertutup

Untuk lebih mensosialisasikan Kawasan Dilarang Merokok di 7 kawasan tersebut, maka pada
moment Hari Tanpa Rokok Sedunia, Bupati Rejang Lebong membuat surat edaran yang isinya
diharapkan kepada pimpinan Dinas/Instansi agar membuat aksi sbb :

1. Melarang setiap orang merokok pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2009 di kantor dan di rumah
dan tempat-tempat umum lainnya
2. Membuat penandaan atau petunjuk yang jelas larangan merokok di tempat kerja dengan
tulisan : “KAWASAN DILARANG MEROKOK”, dengan ukuran tulisan yang jelas dan
mudah terlihat
3. Mengambil tindakan/sangsi/teguran lisan terhadap pelanggaran ketentuan tersebut

untuk
Dipublikasi pada Senin, 13 April 2009 oleh tri ms

Bekerjasama dengan RS Jiwa


“Soeprapto” Propinsi Bengkulu, akhir
bulan Maret 2009 lalu telah dilakukan
semacam “road show” atau sosialisasi
tentang pentingnya pelayanan
kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan
dasar, seperti puskesmas. Memang
disadari selama ini kasus penderita
penyakit jiwa tingkat ringan atau
sedang tidak secara jelas terdiagnosis
di puskesmas, mungkin secara klinis
terindikasi ke penyakit “gastritis”,
“hipertensi”, “gangguan tidur”, dll. Ini
juga nampak dari laporan SP2TP dan
jarangnya penggunaan obat-obat psikotropika puskesmas
seperti “haldol”, trihexyl, CPZ, diazepam, dll

Sosialisasi dilakukan kepada dokter dan petugas puskesmas, pustu, bidan desa, kader dan tokoh
masyarakat di 6 puskesmas wilayah perkotaan, yaitu Curup, Perumnas, Tunas Harapan,
Kampung Delima, Curup Timur dan Watas Marga.

Tim dari RS Jiwa “Soeprapto” dipimpin langsung oleh direkturnya, dr. RA Muchtar, yang
merupakan mantan Kadinkes Rejang Lebong periode 1995-2005, dibantu psikolog dan beberapa
stafnya. RSJ siap menerima rujukan penderita gangguan jiwa, terutama neurosa dan
gelandangan psikotik, apalagi tunawisma. Hanya syarat administrasi, terutama bagi yang
miskin, seperti kartu Jamkesmas, diperlukan saat berobat (menjadi masalah karena jarang
“gelandangan pskotik” yang juga tunawisma yang punya kartu).

Beberapa waktu dulu, puskesmas Curup saat dipimpin drg Asep bahkan pernah menjalin
kerjasama dengan pskiater dr. Heru dan mengadakan pelayanan kesehatan jiwa sebulan sekali.
Sangat baik kalau hal tersebut tahun ini diaktifkan kembali.

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 2 Desember 2009 oleh tri ms

Barangkali ini kegiatan yang cukup luar biasa dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) ke 45 dan Kesatuan Gerak PKK ke 37, yaitu jalan santai dan lomba senam jantung
sehat. Ini kegiatan massal yang melibatkan ribuan orang. Pesertanya dari berbagi kalangan,
bahkan dari desa-desa di pelosok kabupaten Rejang Lebong. Gerak jalan dimulai dari start di
tempat kediaman Bupati RL dan berakhir di lapangan Setia Negara. Sebelumnya dilakukan
kegiatan pemeriksaan tekanan darah bagi siapa saja yang berminat. Peserta yang beruntung
mendapatkan doorprize berupa sepeda, kompor gas, magic com, dispenser, kipas angin dll.

Sementara kegiatan lomba senam jantung sehat di lapangan setianegara diikuti hampir 700
kelompok yang berasal dari 15 kecamatan. Lomba ini berlangsung selama 3 hari dan
memperebutkan hadiah uang pembinaan dan piala dari Ketua Tim Pengggerak PKK.

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 27 Januari 2011 oleh tri ms

Rejang Lebong kembali menoreh prestasi di bidang kesehatan. Setelah sebelumnya 4 gelar
tenaga kesehatan teladan meraih juara I tingkat Propinsi Bengkulu (dokter, bidan, tenaga gizi dan
tenaga kesehatan masyarakat), kini prestasi sejenis kembali diraihnya. Yaitu di bidang sekolah
sehat, yaitu 3 sekolah dari 4 sekolah yang dinilai, mendapatkan juara I untuk tingkat Propinsi
Bengkulu. Mereka adalah SD 2 Centre untuk kategori sekolah sehat tingkat SD, SMP I Curup
Tengah untuk sekolah sehat tingkat SMP dan SMA 1 Curup Timur untuk sekolah sehat tingkat
SMA. Sementara untuk tingkat TK, yang diwakili TK Pembina Sambirejo, hanya mendapatkan
juara 3.

Hadiah rencananya akan diberikan di Propinsi Bengkulu pada hari Senin, 17 Januari 2011
kepada masing-masing Kepala Sekolah. Ke 3 sekolah ini rencananya akan mewakili Propinsi
Bengkulu untuk ikut lomba sekolah sehat tingkat nasional dan akan diverifikasi oleh tim penilai
pusat pada bulan Juni 2011.

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, penilaian sekolah sehat merupakan kegiatan rutin
tahunan nasional guna mendorong budaya sehat di sekolah-sekolah melalui program UKS
(Upaya Kesehatan Sekolah). 70% dari bobot penilaian sekolah sehat pada lingkup sekolah,
sementara 30% pada lingkup peranan Tim Pembina UKS di Kabupaten dan Kecamatan.
Setidaknya ada 128 indikator penilaian dari berbagai unsur, di antaranya masalah pelayanan
kesehatan siswa, kantin sekolah, pengelolaan sampah, WC, dokter kecil/kader kesehatan, dan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Selama ini sekolah di Rejang Lebong pernah meraih
peringkat 7 sekolah sehat secara nasional, yaitu SMP 1 Curup Selatan (tahun 2008).

SD Centre Curup SMPN 1 Curup Tengah SMAN 1 Curup Timur

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 3 Maret 2011 oleh tri ms

Guna meningkatkan pemahaman


tentang penilaian UKS (Upaya
Kesehatan Sekolah) di Rejang
Lebong, maka Tim Pembina UKS
kabupaten telah mengundang 2
nara sumber dari sekolah yang
pernah menjadi juara nasional,
yaitu Drs. Suhardi, MAg, kepala
sekolah MTSN Pamulang,
Tangerang, Prop Banten yang
sekolahnya mendapat juara I UKS level SMP tingkat nasional dan Warjoko, SPd, Kepala sekolah
SD Dharma UT,Tangerang, Prop Banten yang merupakan juara 2 UKS level SD tingkat
nasional. Acara dibuka oleh Bp Ass 2, Sudirman Ansyar, SKM, MKes

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, kedua nara sumber tersebut diundang dalam
rangka memberikan kiat-kiat bagaimana mempersiapkan sekolah sehingga bisa mendapatkan
predikat juara pada lomba UKS nasional. Acara berlangsung di gedung Pola pemdakab Rejang
Lebong, hari Rabu, tanggal 2 Maret 2011 dan dihadiri oleh kepala sekolah, pihak kecamatan dan
puskesmas yang tergabung dalam Tim Pembina UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) . Seperti
diketahui, tahun ini 3 sekolah di Rejang Lebong akan mewakili Prop Bengkulu untuk
diverifikasi dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat nasional. Sekolah tersebut adalah SDN 2
Centre, SMPN I Curup Tengah dan SMAN I Curup Timur.

Dengan gaya presentasi yang menarik, disertai contoh dokumen dan foto-foto kegiatan di
sekolahnya, kedua nara sumber saling bergantian menyampaikan trik dan strategi bagaimana
melakukan upaya penggalangan dana untuk memperbaiki penampilan dan lingkungan serta
sarana sekolah yang dibutuhkan melalui berbagai upaya, guna mendukung kegiatan UKS di
sekolahnya, diantaranya melalui kemitraan dengan instansi pemerintah dan swasta.
Diungkapkan, peran dan dukungan Gubernur dan Bupati dan pejabat lainnya di Banten yang
tergabung dalam Tim Pembina UKS sangat menentukan, dan hal ini memudahkan pihak
sekolah dalam menutupi kekurangan pembiayaan untuk perbaikan. Juga disampaikan hasil
pantauan cepat ke 2 nara sumber ke SD Centre, SMPN 1 Curup Tengah dan SMAN 1 Curup
Timur yang harus bekerja lebih giat lagi, karena menurutnya 3 sekolah tersebut baru memenuhi
50% dari indicator sebagai sekolah sehat. Sementara waktu penilaian tersisa tinggal 3 bulan lagi.
Dari pengamatannya, kantin di ke 3 sekolah tersebut belum menyediakan makanan yang bergizi
dan seimbang, seperti misalnya tersedianya buah yang dibuat minuman jus, sayur sayuran,
kebutuhan protein seperti susu. Juga tanaman obat di halaman sekolah, minimal harus ditanami
sekitar 150 spesies.

untuk
Dari hasil dialog, ke 3 kepala sekolah yang akan dinilai UKS-nya tetap optimis jika sekolahnya
akan masuk 10 besar tingkat nasional, asalkan didukung pendanaan untuk perbaikan kekurangan-
kekurangannya.

Pada kesempatan itu juga ditandatangani MOU antara Kepsek ke 3 sekolah tersebut dengan
Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia Curup Bp Wisnu, SE dalam rangka pemanfaatan
dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari BRI untuk menunjang sarana dan prasarana ke
3 sekolah.

Berikut liputannya di 3 media local :

Liputan media tentang kegiatan UKS yang mengundang nara sumber dari Propinsi Banten

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 24 Juni 2011 oleh tri ms

Selama 2 hari, dimulai Kamis, 23/6 hingga Jumat, 24/6, tim penilai sekolah sehat dari Jakarta
melakukan kunjungan ke Rejang Lebong untuk memverifikasi 3 sekolah yang mewakili
Propinsi Bengkulu dalam ajang Lomba Sekolah Sehat. Tim yang dipimpin oleh Bp Luluk
Budiono dari Sesditjen Kemendiknas mengunjungi RL sejak Rabu malam (22/6) dengan
didampingi beberapa rekannya, yaitu Erliana (Kemenkes), Sumandiyah (Kemenag), Jun
Milanastuti dan Sofiudin (Kemdagri).

Di hari pertama kunjungannya, tim penilai dan rombongan diterima dengan ramah oleh Bp
Bupati RL, Suherman, SE, MM di tempat kerjanya, didampingi Bp Sekda Drs. Sudirman dan
Kadinkes RL. Bapak bupati menyampaikan sekilas mengenai pelaksanaan pembangunan di
Rejang Lebong di mana masalah infrastruktur, pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang
yang menjadi prioritasnya. Meski demikian, sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, tak bisa
dipungkiri bahwa aspek kesehatan yang yang harus didahulukan, karena sebagai pribadi, untuk
melakukan aktivitas apapun, orang harus “sehat” terlebih dahulu, ujarnya.

Adapun agenda tim penilai adalah sbb :

1. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS Kabupaten. Tim mendengarkan paparan


selayang pandang kegiatan TP-UKS oleh Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc di ruang
rapat bupati dengan dihadiri anggota TP-UKS. Kemudian tim memverifikasi kelengkapan
dan dokumen di sekretarian TP-UKS. Perlu diketahui bahwa kinerja TP-UKS ikut
mendukung suksesnya lomba sekolah sehat, karena bobot penilaiannya 10%.
2. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS di kecamatan, yaitu kecamatan Curup Kota
dan Curup Timur. Kunjungan di 2 lokasi ini memakan waktu sekitar 30 menit, guna
memverifikasi peran TP-UKS Kecamatan dalam mendukung terlaksananya kegiatan
UKS di sekolah di wilayah kerjanya. Bobot penilaiannya 10%.
3. Kunjungan ke 2 sekolah, yaitu SD 2 Centre dan SMAN 1 Curup Timur.

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 1 Juni 2011 oleh tri ms

Setiap tanggal 31 Mei, seluruh dunia


memperingati World No Tobacco Day
atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia
(HTTS), sebagai upaya mengurangi
konsumsi tembakau demi peningkatan
kesehatan manusia. Ya, menurut WHO,
rokok telah menjadi ancaman serius bagi
resiko gangguan kesehatan, terutama
kanker paru, gangguan reproduksi dan
penyebab kematian no 1 karena sakit
jantung. Di Rejang Lebong, tanggal 31
Mei diperingati dengan cara sejumlah
karyawan Dinkes keliling kota Curup
mengajak agar tanggal 31 Mei tidak ada
aktifitas merokok. Kemudian, bertempat di ruang rapat bupati, dilakukan keterangan pers Bupati
Rejang Lebong dengan didampingi ketua DPRD, Sekda dan Kadinkes, terkait kebijakan
Kawasan Dilarang Merokok di RL. Dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen
untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh perkantoran, terutama di 7
Kawasan Dilarang Merokok, sebagaimana yang tercantum di Perbup No 20/2007.

Hadir pada acara tersebut rekan-rekan wartawan dari Bengkulu Ekspress (Okta dan Rizal),
Rakyat Bengkulu (Zoel), TVRI (Hasan Basri), Radar Pat Petulai (Iman), Radar Bengkulu
Utara (Sanca), dan Linggau Pos (Samsul Muarif). Juga hadir Direktur RSUD, Ka
Badan/Instansi, Kepala Sekolah, Ketua MUI dan para mahasiswa Akper. Setelah keterangan pers
Bupati, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa wartawan menanyakan tentang sangsi bagi
mereka yang melanggar perbup No 20/2007, dan dijawab pak Bupati kepada pegawai yang
merokok di KTR akan dikenakan teguran. Berkaitan dengan adanya baliho rokok di tengah kota,
nantinya akan dirapatkan agar bisa diletakan di luar kota. Di pintu masuk pemda nantinya akan
dipasang tulisan “Anda memasuki Kawasan Dilarang Merokok”. Jawaban-jawaban Bupati
terhadap beberapa pertanyaan, menunjukkan komitmennya guna mewujudkan KTR di seluruh
perkantoran dan sekolah di RL. Acara dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen,
dimulai Bupati dan Ketua DPRD, dilanjutkan dengan pejabat yang hadir. Kemudian dibantu
mahasiswa Akper, plakat tersebut dibawa ke ruang pejabat dan anggota DPRD, agar mereka mau
menandatangani komitmen tersebut.

untuk
Bupati didampingi Ketua DPRD menandatangani plakat komitmen mewujudkan Kawasan Tanpa
rokok (KTR) di pemda Rejang Lebong dan DPRD.

Berikut ini keterangan pers Bupati secara lengkap :

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Yang saya hormati

 Ketua DPRD Rejang Lebong dan pejabat di lingkungan pemda RL


 Rekan-rekan wartawan se kabupaten Rejang Lebong

Puji syukur senantiasa tak putus-putusnya kita panjatkan ke hadirat allah swt, karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua
dalam rangka menyambut HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA yang jatuh pada hari selasa,
tanggal 31 mei 2011.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
beserta, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Rekan-rekan pers yang saya hormati,

Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia,
serta salah satu dari tiga faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
bersama pendidikan dan pendapatan. Sabda Nabi : jagalah sehatmu, sebelum jatuh sakitmu,
sangat relevan dengan yang kita bicarakan pada hari ini, di mana mencegah lebih baik sebelum
kita terjerumus kepada keadaan yang lebih merugikan kita semua. Saya sampaikan hal ini,
karena saya sangat prihatin dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia.

untuk
Situasi perokok di Indonesia, memang sangat memprihatinkan. Di negeri ini produsen
mengeksploitasi potensi adiksi atau ketergantungan pada rokok dan memanipulasi kesadaran
publik dengan berbagai cara seakan-akan merokok itu aman. Namun, kita juga mengakui bahwa
pemerintah masih kurang gencar melakukan sesuatu yang berarti untuk menekan laju
pertambahan perokok. Meski pemerintah kita termasuk dari 192 negara yang sudah menyepakati
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), dan mengadopsinya dalam peraturan
pemerintah no 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun belum ada
kebijakan pemerintah yang signifikan dalam mengurangi jumlah perokok.

Keprihatinan kita sangat beralasan, karena Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam
jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000
orang dari penduduk indonesia merokok. Sementara, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 63 persen laki-laki perokok dan 5 persen perempuan perokok.

Jumlah perokok pun terus meningkat. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas),
pada 2003 persentase jumlah penduduk indonesia yang merokok 32 persen dan pada 2004
menjadi 34,5 persen, dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 38,6 %. Sementara di
negara maju jumlah perokok semakin menurun. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan
kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan
kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang
ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi
yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru.

Situasinya bahkan semakin rumit dengan adanya strategi persuasif yang dikendalikan industri
rokok dan industri iklan serta pendekatan reedukatif yang diciptakan oleh industri rokok untuk
membentuk citra di tengah masyarakat bahwa industri rokok adalah industri yang murah hati
melalui berbagai sponsor (sponsor olahraga, sponsor musik, dll). Kebiasaan merokok juga
menjadi ”madu” bagi pemerintah, di mana pendapatan cukai rokok (2009) 49 triliun, belum di
sektor pertanian dan tenaga kerja. Namun menurut seorang pakar kesehatan, biaya kesehatan
akibat merokok yang ditanggung pemerintah dan masyarakat 2 kali lipatnya atau sekitar 98
triliun.

Di sisi lain, kita merasa gelisah dengan kondisi yang terjadi, khususnya pada masyarakat yang
tidak mampu, di mana sebagian besar penghasilan habis terpakai untuk membeli rokok. Seorang
perokok yang berpenghasilan Rp 50.000 sehari bisa menghabiskan Rp 20.000 atau lebih untuk
rokok. Sisanya untuk membeli makanan bagi anak dan istri. Hal semacam ini yang justru
membuat anak-anak balita kekurangan gizi, dan banyak anak putus sekolah. Sesungguhnya,
rokok tak berbeda dengan narkotika. Bila sudah kenal tembakau atau rokok biasanya susah untuk
berhenti untuk tidak menghisapnya lagi, sama seperti kecanduan ganja atau morpin. Coba
perhatikan kalau lagi tidak merokok, secara fisiologis badan meriang dan tidak nyaman, ini mirip
gejala putus obat atau abstinensi atau ”sakau” pada pecandu narkotika yang mana secara
fisiologis tubuhnya perlu narkotika

Menurut WHO, seandainya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan
untuk kepentingan kesehatan, makanan dan pendidikan, niscaya bisa memenuhi kesejahteraan

untuk
manusia di muka bumi. Anak-anak kita akan lebih bergizi dan berpendidikan lebih baik, kalau
orang tuanya tidak merokok.

Rekan-rekan wartawan yang berbahagia


Berangkat dari pemikiran seperti yang saya kemukakan tadi, pemda Rejang Lebong berniat
untuk mengurangi atau menekan jumlah perokok di daerah kita, meski baru sebatas membatasi
kawasan untuk merokok. Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak
polusi rokok bagi mereka yang tidak merokok . Ini paling tidak untuk membatasi atau
mengurangi jumlah perokok, sebagaimana tertulis pada pasal 22 PP nomor 19 tahun 2003
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Sementara pada pasal 25 dari PP tersebut
menyebutkan agar pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22, di wilayahnya.

Atas dasar pasal 25 inilah maka pemda Rejang Lebong mulai memelopori adanya kawasan
tanpa asap rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga pada tahun 2007 telah dibuat :
Peraturan bupati RL no 20 tentang kawasan tidak merokok di RL tahun 2007

Tujuan dari peraturan ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
disebabkan merokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta
meningkatkan produktivitas kerja yang optimal

Untuk sementara yang menjadi target pelaksanaan kawasan tanpa rokok dimulai di 7 tempat
ruangan tertutup (indoor building) di
1. Pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya),
2. Tempat proses belajar mengajar (sekolah)
3. Tempat kerja (kantor pemerintah dan swasta).
4. Arena bermain anak-anak (paud/tk)
5. Di angkutan umum
6. Tempat-tempat umum (terminal, restoran, arena perdagangan)
7. Tempat ibadah.

Setelah berjalan selama 4 tahun, ternyata Peraturan Bupati No 20 tahun 2007 ini tidak dapat
berjalan dengan baik, tanpa komitmen/dukungan dari semua lapisan masyarakat, khususnya kita
semua yang sempat hadir pada acara hari ini. Oleh karenanya pada hari ini, seluruh pejabat di
lingkungan pemda serta anggota dewan menanda tangani komimen untuk mewujudkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), terutama di lingkungan perkantoran. Merokok tidak kita
larang, sepanjang tidak di kawasan dilarang merokok di dalam ruangan tertutup.

Demikian keterangan pers saya dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia tanggal
31 Mei 2011.Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Curup, 31 Mei 2011

Bupati Rejang Lebong


Suherman, SE, MM

untuk
Liputan Keterangan Pers Bupati Rejang Lebong pada Saat Hari Tanpa tembakau Sedunia, 31
Mei 2011

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 8 September 2011 oleh tri ms

Guna memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan
21 puskesmas di kabupaten Rejang Lebong, maka telah dilakukan kerjasama antara Harian
Bengkulu Ekspress dengan Dinas Kesehatan. Kerjasama ini berupa penayangan profil puskesmas
dan kegiatannya dalam halaman 3 di harian Bengkulu Ekspress (BE), dengan space ½ halaman,
warna hitam putih. Dipilihnya harian BE, karena penyebarannya yang mencakup Propinsi
Bengkulu dan pembiayaannya tidak mahal. Profil puskesmas tersebut ditayangkan setiap hari
Senin, dengan jadwal tayang yang sudah disusun oleh Dinas Kesehatan. Pembiayaan untuk
penayangan profil puskesmas ini dibebankan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Hingga saat ini, sudah sekitar 18 puskesmas yang profilnya sudah ditayangkan BE di halaman 3.
Dengan adanya publikasi puskesmas di BE, diharapkan masyarakat dapat memahami kegiatan
yang menjadi program puskesmas serta profil pimpinan dan karyawannya. Hal ini sejalan dengan
keinginan Kadinkes Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc, agar puskesmas mengedapankan
juga sisi INFORMATIF, sebagaimana visi Kadinkes pada pelayanan BERSERI, yaitu pelayanan
yang Bersih, Ramah, Responsif dan Informatif.

Selain penyebaran informasi menggunakan koran BE, Dinkes secara insidentil juga
menggandeng kerjasama dengan Koran Rakyat Bengkulu dan Radar Pat Petulai. Namun
mengingat keterbatasan biaya, informasi yang berkaitan dengan aktivitas Dinas Kesehatan lebih
banyak ditayangkan di blognya Dinas Kesehatan, dengan harapan juga bisa diakses oleh
masyarakat, bahkan dengan cakupan lebih global, sebagaimana bisa diakses di situs ini.

Profil puskesmas kabupaten Rejang Lebong di halaman 3 harian BE

untuk
Bab 3

untuk
Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms

Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2009 (hari
Minggu), diselenggarakan senam lansia dan pengobatan gratis. Juga dibagikan doorprize
melalui pencabutan nomor bagi yang ikut. Acara diselenggarakan di lapangan Setianegara
dengan dihadiri Bapak Bupati dan Ibu serta Wabup dan Ibu dan juga unsure muspida dan Kepala
Dinas.

Kegiatan ini diikuti sekitar 250 lansia yang dikirim dari kelompok lansia puskesmas yang ada di
kota Curup. Kepada seluruh peserta juga dibagikan kaos sumbangan dari PT Askes. Setelah
mengikuti senam jantung sehat, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan pemeriksaan
kesehatan. Cek tensi darah dikerjakan oleh tenaga perawat/bidan puskesmas Perumnas, Watas
Marga, Kp Delima dan Curup. Pemeriksaan kesehatan dilayani oleh tim dokter yang terdiri dari
dr. Eva PS, dr. Reyco, dr. Wuri, dr. Andriani dan dr. Neljun. Keluhan-keluhan yang dirasakan
lansia umtumnya, darah tinggi, rematik/pegal-pegal dan ISPA.

Senam masal kelompok lansia puskesmas Pengobatan gratis lansia

untuk
Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms

Hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2009 kemarin, telah diselenggarakan Lomba Balita Sehat tingkat
Kabupaten. Peserta berasal dari pemenang seleksi yang diselenggarakan di 15 kecamatan, yang
terdiri dari kelompok 6 – 24 bulan dan 25 sampai 60 bulan dengan jumlah peserta 90
balita. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Penggerak PKK kerjasama dengan Dinas
Kesehatan.

Tujuan lomba adalah untuk memotivasi masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita
agar lebih memperhatikan kesehatan balitanya. Acara ini digelar sekaligus dalam rangka
memperingati HUT Kota Curup. Dalam acara tersebut, Bupati RL Suherman, MM dan beberapa
kepala dinas/Instansi menyaksikan jalannya acara dan menyapa para peserta lomba. Menariknya
lagi, ibu-ibu peserta lomba ini mengantre meminta agar Bupati Suherman memberikan ciuman
kepada anak-anak mereka.

Pemenang untuk kategori 25 sampai 60 bulan yaitu Gilang dari Kecamatan Curup Utara,
sedangkan untuk kategori 6 – 24 bulan didapat oleh Maulana dari Kecamatan Sindang Dataran.

untuk
Dipublikasi pada Sabtu, 7 Mei 2011 oleh tri ms

Bertempat di ruang rapat Wakil Bupati Rejang Lebong, Bp Slamet Diyono,


SE, siang tadi, Jumat, 4/5/2011, dilaksanakan rapat perdana dalam rangka
pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia Kabupaten Rejang Lebong. Peserta
rapat yang hadir diantaranya dari Dinkes (Kadinkes, Kabid Binkesmas, Kasi
Usila), Dinsosnaker, BPMD, PWRI, Pepabri/Veteran, PU, Bappeda, BMA,
PKK, Puskesmas Curup, Puskesmas Perumnas dan RSUD. Rapat dipimpin
langsung oleh Bapak Wabup.

Dalam pengantarnya, Wabup mengatakan bahwa pembentukan Komda Lansia ini merupakan
amanat Permendagri No 60/2008 tentang Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan
Lansia. Sebagai Ketua Komda Lansia Kab RL adalah Wabup dan Ketua pelaksana Kepala
Bappeda dan wakil Ketua Pelaksana Kadinkes. Sementara sebagai Sekretaris Kabid Binkesmas
Dinkes dan peserta rapat yang lain duduk sebagai anggota.

Meski agak terlambat, itikad dibentuknya Komda Lansia ini bertujuan membuat forum lintas
sector yang tugasnya membantu Bupati dalam melakukan sinergitas kegiatan yang berkaitan
dengan kesejahteraan lansia. Hal ini penting, mengingat jumlah lansia yang semakin meningkat
(di RL penduduk lansia atau warga yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 %
atau sekitar 15.817 orang). Peningkatan jumlah lansia ini terkait dengan makin baiknya usia
harapan hidup (di Prop Bengkulu mencapai 67,8 tahun). Menurut Wabup, bahkan suatu saat
nanti jumlah lansia di Indonesia lebih besar dibanding jumlah balita, sehingga profil piramida
penduduk Indonesia bergeser dari mirip segitiga (besar di bawah) menjadi trapezium (besar di
atas).

Menurut Wabup, meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua SKPD, sehingga saat
membuat kebijakan harus sensitive dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para
lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga
dilaksnakan di RSUD.

Menghadapi Hari Ulang Tahun Lanjut Usia tanggal 29 Mei yang jatuh bertepatan dengan HUT
Curup, akan diselenggarakan senam massal lanjut usila dilanjutkan dengan pengobatan gratis di
lapangan Setia Negara. Acara akan dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Peserta lansia yang
hadir berasal dari Posyandu lansia dan diperkirakan berjumlah 750 orang.

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 18 Mei 2011 oleh tri ms

Bertempat di Lapangan Setia Negara, hari


Rabu pagi tadi (18/05), dilangsungkan
acara senam masal lansia yang diikuti
sekitar 1000 orang lebih yang berasal
dari Posyandu lansia di wilayah kota
Curup. Acara dihadiri oleh Bp Wabup
Slamet Diyono, Bp Sekda, Kepala Dinas
Instansi serta Camat dan kepala
Puskesmas. Senam masal jantung sehat
berlangsung mulai jam 08.00 dan
berlangsung meriah. Instruktur senam
berasal dari Yayasan Jantung Sehat
Rejang Lebong.

Menurut Ketua Panitia kegiatan ini, Kadinkes RL, Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc, acara senam
masal lansia merupakan Kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan
bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 dan diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei
2011. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang
pada 29 Mei 1996 untuk menghormati Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya
memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Tema HUT lansia tahun 2011 di RL : Mewujudkan
Kabupaten Rejang Lebong sebagai Kabupaten Peduli Lansia. Sebagai catatan, hari Senin
kemarin (16/5), telah diadakan Lomba balita sehat, yang juga sebagai perwujudan Kabupaten RL
peduli balita.

Lanjut usia (lansia) menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah
penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap
dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan
fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya,
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.

Berkaitan juga dalam rangka menyambut hari lansia, pada tgl 4 Mei 2011 kemarin di RL telah
dibentuk Komite Daerah lanjut usia (Komda lansia) yang diketuai Bp Wabup Drs. Slamet
Diyono, sebagai amanat Permendagri 60/2008 tentang Pembentukan Komda lansia dan
Pemberdayaan Lansia di Propinsi/kabupaten/kota. Fungsinya adalah membantu bapak Bupati RL
dalam melakukan kerjasama lintas sector dan sinergitas antar Dinas/intansi untuk kesejahteraan
lansia. Meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua Dinas/instansi, sehingga saat
membuat kebijakan harus sensitif dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU

untuk
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para
lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga
dilaksanakan di RSUD.

Pemberiaan penghargaan dan doorprize

Setelah acara senam selesai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada tokoh
masyarakat yang merupakan lansia yang masih aktif berorganisasi di bidang kemasyarakatan.
Mereka adalah Ketua PWRI Rejang Lebong, Ketua Veteran/Pepabri (Bp Jambak), Ketua PMI
Rejang Lebong (Bp Usman), Bapak Siran (mantan guru), Ibu Nasmah (pensiunan bidan aktif di
PKK). Nama-nama lansia lain yang mendapat penghargaan adalah tokoh masyarakat seperti ibu
Ainun, ibu Sumarni, ibu Kusmi Aisyah dan ibu Nurlela.

Pada kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada 2 puskesmas ramah lansia, yaitu
puskesmas yang telah membuka loket pelayanan khusus lansia secara tersendiri, tidak digabung
dengan pasien umum lainnya. Puskesmas tersebut adalah puskesmas Curup dan Perumnas. Pada
akhir acara diberikan bingkisan kepada para lansia yang usianya di atas 70 tahun dan doorprize
bagi lansia yang kuponnya masuk undian. Panitia juga memberikan pelayanan pengobatan gratis
bagi lansia yang dilayani oleh sekitar 15 dokter, 15 perawat dan bidan di puskesmas kota Curup

untuk
Dipublikasi pada Selasa, 17 Mei 2011 oleh tri ms

Hari Senin kemarin (16/5/2011), Lomba


Balita Sehat digelar oleh Dinas
Kesehatan bekerjasama dengan Tim
Penggerak PKK Rejang Lebong dengan
diikuti oleh 90 balita dengan usia antara 6
bulan hingga 5 tahun. Para balita tersebut
digolongkan dalam 2 kategori umur yaitu
6-24 bulan dan 25-59 bulan. Mereka
merupakan perwakilan yang sebelumnya
telah terseleksi sebagai 6 peserta terbaik
dari 15 kecamatan se kabupaten Rejang
Lebong. Kegiatan tersebut dilakukan
dalam rangka menyambut HUT Kota
Curup ke 131 dan berlangsung cukup
meriah di gedung Balai Agung, Curup.
Acara dihadiri oleh Bp Bupati RL, Ketua
TP-PKK, Kepala Dinas/Instansi serta Camat dan Pimpinan Puskesmas.

Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong Drs Tri MS, Apt, DSc, mengatakan, tujuan
diselenggarakan Lomba Balita Sehat dalam rangka memacu dan memotivasi orang tua agar
selalu aktif membawa anaknya ke posyandu balita supaya kesehatan dan tumbuh kembang anak
bisa dipantau. Hal ini berkaitan dengan kriteria penilaian lomba yang unsur penilaiannya
merupakan kegiatan yang sering dilakukan di Posyandu. Adapun kriteria penilaian meliputi :
proporsi tinggi badan dan berat badan, status gizi dan pemberian makanan, status anak dan ibu,
kelengkapan dan ketepatan jadual imuninasi, pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak,
kesehatan umum, kesehatan gigi, dan aspek psikologi dan perkembangan motorik anak. Tim Juri
terdiri dokter di puskesmas dan RSUD, dokter gigi, ahli gizi, bidan dan anggota pokja IV TP-
PKK.

Dari dialog Ketua TP-PKK RL dengan para orang tua balita saat pemberian doorprize, ternyata
pengetahuan umum para orang tua peserta berkaitan dengan kesehatan anak sangat baik, terbukti
semuanya bisa menjawab pertanyaan seperti kapan jadwal imunisasi campak, apa warna kapsul
vitamin A, istilah BGM, KMS, dan ASI eksklusif dan beberapa pertanyaan lainnya. Ini
menandakan bahwa masyarakat Rejang Lebong sangat perhatian memantau kesehatan anaknya
melalui Posyandu balita yang ada di wilayah Puskesmas sehingga mereka sudah akrab dengan
istilah-istilah yang ada di Posyandu.

Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa uang, piala dan bingkisan. Namun bagi yang tidak
menang, juga mendapatkan piala, piagam dan bingkisan dari Ibu Ketua TP-PKK, sehingga
seluruh peserta nampak pulang ke rumah dengan cukup bergembira, tidak ada yang kecewa.

untuk
Adapun hasil lengkap Lomba Balita Sehat sebagai berikut :

Pemenang kategori usia 6 – 24 bulan : Juara I : Gita dari Kecamatan Bermani Ulu, Juara 2
Mualif dari Kecamatan Sindang Beliti Ilir, Juara 3 Farhan dari Kecamatan Curup Timur, Juara
Harapan 1 Nadin Zulfa dari Kecamatan Curup Selatan, Juara Harapan 2 Raja RS dari
Kecamatan Curup, Juara Harapan 3 Zahra Olivia dari Kecamatan Sindang Kelingi.

Pemenang kategori usia 25 sampai 59 bulan : Juara I Yesica dari Kecamatan Padang Ulak
Tanding, Kozairul dari Kecamatan Curup Selatan, Juara 3 M. Serbianyah dari Kecamatan Curup
Tengah, Juara Harapan 1 Dini Nanda dari Kecamatan Biduriang, Juara Harapan 2 Nurun dari
Kecamatan Sindang Dataran dan Juara Harapan 3 Sika dari Kecamatan Kota Padang.

untuk
Dipublikasi pada Selasa, 3 Mei 2011 oleh tri ms

Beberapa hari ini, koran RPP dan BE, memberitakan tentang


adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi,
terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari
Sindang Dataran. Mereka semua dibawa ke RSUD Curup dan
telah mendapatkan perawatan yang memadai. Salut untuk
tenaga pengelola gizi puskesmas PUT yang telah menangani
dengan baik, mengurus administrasi Jamkesdanya, merujuk
dan melakukan pendampingan di RS selama dirawat serta
memberikan makanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
selama 4 bulan paska dirawat. Semuanya gratis. Dan
alhamdulilah, semua masalah gizi buruk di RL bisa ditangani
dengan sebaik-baiknya, tentunya berkat dukungan semua pihak
terkait, seperti puskesmas dan RSUD. (Jika mau baca laporan
situasi gizi masyarakat tahun 2010, klik di sini)

Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari


penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang
diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein
yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan
dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung
lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat atau gizi buruk.

Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan
dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan
pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya,
pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal.

Gebyarkan Kembali Posyandu Balita

Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan
Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau
dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.

Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada,
sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada

untuk
yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM).
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik,
sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan)
kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di BGM, karena
apabila anak telah berada di BGM pada KMS, maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis
(padahal belum tentu), mengalami gizi buruk. Status balita BGM, menjadi perhatian ibu dan
petugas kesehatan agar segera bertindak, mengobservasi lebih dalam status kesehatan balita
tersebut dan segera melakukan langkah intervensi.

Halaman 2 KMS, garis vertikal skala BB dan garis horisontal skala umur

Yang menjadi permasalahan di RL adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke
posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil.
Di Rejang Lebong angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di
kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini

untuk
kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya. Oleh karena itu, Dinkes mengajak
pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan
pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu,
dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik
berkunjung ke posyandu. Dalam acara-acara baksos kesehatan yang sering dilakukan Dinas
Kesehatan. bahkan bapak bupati sendiri atau ibu. sering memberikan contoh bagaimana
melakukan penimbangan balita dilanjutkan imunisasi. Hal ini sebaiknya juga ditiru oleh para
camat/kades/lurah.Keaktifan posyandu sangat membantu dalam pelacakan adanya balita gizi
buruk.

Sikap Responsif, bukan reaktif

Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal
ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja
di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan).
Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan
dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau “junk food”). Selain hal di atas,
gizi buruk terjadi karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari PUT,
yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang dalam
pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan yang
kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu
dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut.

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat
secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat
memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan
oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga
yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara
yang dilakukan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan
PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada
keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori
dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat
meningkatkan tinggi badan.

Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti Dinas
Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, Dinas Sosial, serta
Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota
Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan
kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten, yang
diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak usah
dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendiri-
sendiri, juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin
yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.

untuk
Bab 4

untuk
Dipublikasi pada Selasa, 18 November 2008 oleh tri ms

Sudah beberapa kali kegiatan Bakti Sosial pelayanan kesehatan diadakan di Kabupaten Rejang
Lebong, dan rasanya antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih
cukup banyak. Untuk yang kesekian kali, Tim Penggerak PKK Rejang Lebong bekerja sama
dengan Dinas instansi terkait, mengadakan acara Bakti Sosial PKK yang dikemas dalam acara
“Bedah Kampung“.

Kegitan inovatif ini merupakan salah satu program unggulan Rejang Lebong, yang merupakan
kerja gotong royong antar Dinas/instansi dalam rangka perbaikan kampung, baik secara fisik
dan juga pembangunan sosial/ekonomi. Kegiatan tersebut di antaranya adalah : bedah rumah
warga miskin, bedah jamban, pelayanan kesehatan (sunat massal, pengobatan, pelayanan gigi,
pemeriksaan golongan darah dan donor darah dan KB), dari program pertanian,
peternakan/perikanan, koperasi, catatan sipil, dll. Pokoknya semua Dinas/instansi saling
berkontribusi untuk penataan dan perbaikan kehidupan warga di lokasi terpilih. Laporan khusus
yang berkaitan dengan bedah jamban yang dikerjakan oleh Dinas Kesehatan dapat dibaca lebih
lanjut

Berikut ini adalah foto-foto dari kegiatan Bedah Kampung yang dilaksanakan pada Sabtu, 15
November 2008 di Kecamatan Curup Timur di mana Dinas Kesehatan Rejang Lebong selalu
terlibat dan mempunya peran yang bermanfaat bagi acara tersebut

Foto-foto sebagian kegiatan baksos

untuk
Dipublikasi pada Minggu, 14 Desember 2008 oleh tri ms

Pada hari Sabtu, 13 Desember 2008 kemarin, telah dilakukan kegiatan operasi 49ivir
sumbing dan langitan penduduk RL di RS M. Yunus Bengkulu. Sebanyak 11 anak dan dewasa
kiriman dari puskesmas di RL menjalani operasi 49ivir sumbing secara gratis. Tim dokter
ahli bedah plastik yang mengoperasi berasal dari Perapi (Persatuan Dokter Bedah Plastik
Indonesia) Jakarta , kerjasama dengan Smile Train Amerika, Pemda Bengkulu dan KNPI. Dari
11 peserta operasi, ada 7 peserta operasi mulut bagian langitan yang harus menjalani rawat inap,
sementara
4 peserta bisa langsung pulang ke Rejang Lebong (rawat jalan).

Seluruh biaya transport dari RL ke M Yunus, makan dan penginapan peserta operasi dan
pendampingnya, dibiayai oleh PKK RL (yang diketuai ibu bupati) dan diorganisir bersama-sama
Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Peserta diberangkatkan dari Curup pada Jumat sore, dengan
menggunakan 1 bus pemda RL. Acara keberangkatan ke M Yunus dilepas oleh Bapak Sekda,
Drs. Tarmizi Usulludin, MM di halaman kantor Dinas Kesehatan Rejang Lebong, didampingi
oleh Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, Mkes dan para staf Dinkes.

Kegiatan ini akan dilakukan 2 angkatan, dan angkatan berikutnya diselenggarakan pada Sabtu
depan, 20 Desember 2008, dengan peserta sekitar 10 orang.

untuk
Dipublikasi pada Minggu, 15 Februari 2009 oleh tri ms

Dalam rangka peresmian penggunaan Kantor Camat Curup Utara, pada hari Senin, 9 Februari
2009, tim kesehatan puskesmas Tunas Harapan yang dikomandoi dr. Eva PS dan puskesmas
Kampung Delima yang dikomandoi dr. Andriani mengadakan Baksos Pelayanan Kesehatan bagi
masyarakat setempat. Lokasi baksos di pinggir danau Talang Kering, yang merupakan obyek
wisata baru. Pelayanan yang diberikan meliputi sunat masal, pengobatan umum, pelayanan KB,
posyandu, pelayanan gigi dan penyuluhan kesehatan remaja, launching P4K, dll. Juga dilakukan
pemberian bantuan poskesdes kit dan uks kit.

Animo masyarakat dalam kegiatan ini lumayan banyak, sebagaimana dapat dilihat dalam foto-
foto kegiatan ini.

untuk
Dipublikasi pada Minggu, 4 Oktober 2009 oleh tri ms

Hari Jumat, tanggal 2 Oktober 2009, sekitar pukul


16.00sore, tim Baksos Rejang Lebong yang
berjumlah 14 orang diberangkatkan dan dilepas
oleh Ketua Satlak Rejang Lebong, Bapak Iqbal
Bastari, SPd, MM, yang juga Wakil Bupati Rejang
Lebong. Pelepasan keberangkatan tim
dilaksanakan di halaman Dinkes RL dengan
dihadiri Kabid dan Kasi Dinkes. Tim Baksos ini
terdiri dari 2 dokter, 10 perawat, 1 kesmas, 1
farmasi dan 1 dokumentator dengan tujuan untuk
memberikan bantuan emergensi masyarakat Sumbar yang terkena bencana.

Tim ini juga dilengkapi dengan obat-obatan sebanyak 58 koli, kantong mayat, tenda peleton, alat
untuk penjernihan air dan bahan desinfeksi. Dengan menggunakan 4 mobil puskesling, tim ini
menuju Padang melalui jalur Lubuk Linggau terus ke Solok dan akan mencapai kota Padang
untuk melapor ke Satlak setempat. Tim dipimpin Kabib P2PL, Amran BSc.

Menurut informasi, setelah melapor ke Satlak setempat, tim ini ditempatkan di kabupaten
Pariaman, desa Pautan Kabau, kecamatan Nan Sabaris. Setelah mendirikan tenda peleton, tim
melakukan baksos pelayanan kesehatan dan konon melayani masyarakat hingga seratusan
pasien. Komunikasi tim keluar lebih banyak mengandalkan facebook dan SMS.

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 25 November 2009 oleh tri ms

Desa Air Nau termasuk desa di wilayah kecamatan


Sindang Beliti Ulu yang masih terisolasi, karena
akses jalan menuju ke desa tersebut masih jalan
tanah, licin dan terjal. Perjalanan ke desa tersebut
dapat dicapai dengan motor atau menggunakan
mobil dobel gardan. Lokasinya bisa dicapai melalui
Kepala Curup kemudian menuju desa Apur, desa
Sinar Gunung dan selanjutnya menuju desa Air Nau
di mana biasanya dilanjutkan dengan jalan kaki,
pakai motor dengan ban dirantai atau mobil dobel
gardan. Sekitar 200
KK yang seluruhnya berprofesi sebagai petani
kopi atau karet yang telah menjadi penduduk
permanen di desa terpencil tersebut. Bapak Marwi
adalah sesepuh warga yang pertama kali membuka
talang di kawasan lereng pegunungan Bukit
Barisan ini yang rumahnya menjadi posko tim kesehatan beristirahat dan makan siang.

Tim Baksos yang beranggotakan karyawan Dinkes dan puskesmas Kepala Curup serta dibantu
dokter Asma Mardhiah dari Sumber Urip, hari Senin, 24 November meluncur menuju ke lokasi
dengan menggunakan 2 kendaraan serta dipandu bidan Halimah (bidan Apur) yang
menggunakan motor
.
Siang itu cuaca sangat baik dan cerah, sehingga perjalanan ke lokasi desa Air Nau bisa dicapai
dengan mudah, walau melewati jembatan yang pinggirnya sudah longsor. Setelah ramah tamah
dengan pak Marwi (orang tua angkat bidan Halimah) yang asal kota Malang, tim kemudian
melakukan baksos pelayanan kesehatan di Poskesdes yang gedungnya dibangun atas inisiatif
masyarakat dari dana ADD.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pengobatan umum, posyandu, sunat masal dan
pemeriksaan ibu hamil. Antusias masyarakat lumayan tinggi, terbukti dari banyaknya warga yang
hendak berobat .

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 22 Juli 2011 oleh tri ms

Hari Rabu, 19 Juli 2011 kemarin, puskesmas Sindang


Dataran melakukan bakti sosial pelayanan kesehatan di
daerah terpencil, yaitu desa Sinar Gunung, yang letaknya
skitar 6 km dari kantor puskesmas atau sekitar 35 km dari
kota Curup. Tempat kegiatan berlangsung di rumah kepala
desa Sinar Gunung, Bp Syahril Apindi. Tenaga kesehatan
yang terlibat seluruhnya berasal dari puskesmas Sindang
dataran yang berjumlah sekitar 21 orang dan dipimpin oleh
kepala puskesmas, Asri SKM. Tenaga yang membantu
tersebut terdiri dari dokter (dr. Elin Maruza Putri), bidan
perawat dan tenaga lainnya. Acara berlangsung dari pukul
09.00 hingga 13.00 dan berakhir dengan makan siang di tempat Kades.

Meski jalan menuju lokasi Desa Sinar Gunung jalannya jelek dan aspalnya sudah hancur di
sana-sini, terutama sepanjang 5 KM dari Bengko hingga Warung Pojok, namun petugas gembira
menjalani kegiatan ini, dengan mengendarai ambulans puskesmas dan sebagian yang lain
menggunakan motor.

Kegiatan ini dibuka oleh Camat Sindang Dataran Bp Fauzi Agung dan dihadiri oleh petugas
kecamatan dan perangkat desa serta masyarakat setempat. Masyarakat yang datang cukup
antusias untuk berobat, dengan keluhan penyakit masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
bagian Atas), kulit, hipertensi, dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 91 orang. Pada acara
tersebut juga dilakukan imunisasi balita untuk 4 orang, sunat 7 orang, pemasangan implant KB
12 orang, suntik KB 5 orang dan pemeriksaan ibu hamil 1 orang. Berikut foto-foto kegiatan
tersebut :

untuk
Bab 5

untuk
Dipublikasi pada Minggu, 21 Maret 2010 oleh tri ms

Setelah mendiskusikan dengan DPRD tentang


pelayanan kesehatan gratis bagi warga RL yang
belum bisa diterima oleh anggota dewan yang
terhormat (karena kesehatan gratis dianggap
sebagai program yang menguntungkan calon
incumbent), akhirnya disepakati untuk
mendukung pembiayaan bagi warga yang belum
mendapatkan Jamkesmas dengan jumlah sekitar
15.000 orang. Program yang dinamakan
Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)
kabupaten Rejang lebong ini akan dikelola
melalui kerjasamadengan PT Askes sebagai
Bapel (Badan Pelaksana). Dengan hitungan
premi Rp7500 per peserta perbulan, maka dari
kocek APBD dibayarkan sekitar 7.500 x 12 x 15.000 = 1,35 M melalui PT Askes. Nantinya
puskesmas akan mendapatkan Rp1000 per peserta Jamkesda di wilayah kerjanya per bulan,
jumlah yang sama dengan kapitasi Jamkesmas. Kalau gak salah,yang paling banyak peserta
Jamkesda ada di puskesmas Perumnas, dan yang paling sedikit di puskesmas Kampung Delima.
Sementara untuk RSUD dibayarkan melalui klaim sesuai tarif perda.

MoU antara pemda Rejang Lebong dan PT Askes tersebut ditandatangani kedua belah pihak di
acara peresmian Bedah Kampung ke 14 di desa Air Apo, Kecamatan Biduriang, diwakili oleh
Bupati RL bapak Suherman,SE,MM dan manajer PT Askes Cabang Bengkulu Dwi Setiawan,SE.

SKTM Masih Berlaku

Dari hasil pendataan bidan dan kades, didapatkan sekitar 12.500 orang miskin yang perlu
mendapatkan Jamkesda. Data ini sudah dicantumkan dalam SK Bupati tentang nama-nama
penerima Jamkesda tahun 2009. Sisanya sekitar 2.500 lagi sebagai kuota terbuka, dan dapat
dipakai siapa saja yang ingin berobat gratis,terutama di RSUD, sepanjang dapat menunjukan
SKTM. Tentunya hal ini sangat membantu masyarakat, karena ternyata masih ada saja orang
miskin yang belum terdata di puskesmas

untuk
Dipublikasi pada Sabtu, 10 April 2010 oleh tri ms

Setelah beberapa kali rencana rapat ini ditunda,akhirnya pada hari Kamis,1/4/2010 dilakukan
rapat dengan pimpinan puskesmasdan dokter PNS di Rejang Lebong guna membicarakan
tentang dokter keluarga. Pertemuan ini difasilitasi PT Askes yang menawarkan kepada
puskesmas dan dokter PNS untuk mengarahkan pelayanan peserta Askes ke dokter
keluarga,meski masih bisa dilayani dipuskesmas. Yang perlu disepakati dari pertemuan ini
adalah bagaimana porsi pembayaran kapitasinya antara puskesmas, dokel dan Dinkes.

Pertemuan yang dimulai sekitar jam 9.30 WIB dengan mulai penyampaian beberapa info tentang
dana APBD untuk puskesmas (sambil menunggu nara sumber PT Askes yang belum datang.Pada
awalnya nampaknya agak kurang lancar, karena beberapa puskesmas masih komplain tentang
pelayanan askes,di mana hanya dapat pelayanannya aja,sementara kapitasinya ikut ke
puskesmas lain. Namun setelah beberapa penjelasan dari PT Askes (yang datang sekitar jam
11.00 WIB), akhirnya pertemuan bisa menyepakati sbb :

1. Peserta Askes harus terdaftar di puskesmas,baru bisa dilayani (pagi hari). Sore hari
dilayani dokter keluarga
2. Untuk pertama kali jika belum terdaftar,masih bisa dilayani,selanjutnya agar melapor ke
PT Askes untuk pindah PPK yang diinginkan peserta.
3. Porsi kapitasi disepakati Rp 1350 untuk puskesmas,Rp 150 untuk binwas Dinkes dan Rp
4000 untuk dokel (dokter keluarga, termasuk obat)
4. Pembagian dokter keluarga : untuk wilayah PUT, Kepala Curup, SBI, Kota Padang
diserahkan ke dr.Ahmad Aidilah, untuk wilayah Sindang Jati, Sindang Dataran, Beringin
Tiga,Sumber Urip,Sambirejo dan Simpang nangka diserahkan ke dr. Syafriani,untuk
wilayah Perumnas dr. Sari dan untuk wilayah puskesmas Curup dr. Dewi
5. Sosialisasi adanya pelayanan dokter keluarga dilakukan di puskesmas. Dokter keluarga
praktek sekitar 4 jam pada sore hari.

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 19 Januari 2011 oleh tri ms

Bertempat di ruang rapat Bupati RL, hari Selasa, tanggal 18 Januari 2010 telah dilangsungkan
pertemuan Evaluasi kegiatan Jamkesda di Rejang Lebong. Pertemuan dipimpain oleh SEkda
yang diwakili Asisten 2 dan dihadiri oleh anggota DPRD (Herizal, SSos), Kadinkes RL, Kepala
Cabang PT Askes, Bagian Keuangan, Bappeda , Dinas Kesehatan, Rumah sakit dan puskesmas.

Pertemuan ini menyepakati untuk melanjutkan pembiayaan Jamkesda di tahun 2011 dengan
jumlah dana dan peserta sama dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk 15000 penduduk miskin
RL yang tidak mendapatkan kuota Jamkesmas. Premi yang dibayarkan per penduduk Rp 7.500
(bulan) selama 12 bulan sehingga diperlukan dana sekitar Rp 1.350.000.000. Pengelolaan
anggaran dan kepesertaan diserahkan kepada PT Askes. Pelayanan yang diberikan hampir sama
dengan Jamkesmas, kecuali cuci darah yang tidak ditanggung (dengan alasan takut nanti dana
yang disediakan tidak mencukupi). Pelayanan dilakukan di puskesmas, RSUD Curup hingga di
RS M yunus dan RS Jiwa.

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, dari data yang ada, telah dilayani pelayanan
kepada peserta Jamkesda di puskesmas selama 2010 sebanyak 2927 pasien dan di RSUD Curup
sebanyak 1284 orang. Masalah yang sering dihadapi RSUD adalah seringnya kasus di mana saat
pasien masuk dengan perlakuan pasien umum, namun saat pulang minta gratis dengan SKTM
(Surat Keterangan Tidak Mampu). Pemeilik SKTM sendiri terkadang tidak memiliki KK atau
KTP Rejang Lebong. Juga banyaknya pasien dengan SKTM dari luar RL

Anggota DPRD Herizal, SSos menyarankan agar PT Askes lebih akomodatif terhadap keluhan2
yang berkaitan dengan pembayaran klaim RSUD, masalah tindakan dan obat. Disamping itu agar
persalinan pada pasien Jamkesda tidak dibatasi jumlah anaknya. Adanya dana sisa anggaran
tahun 2010, yang diperkirakan sekitar 250 juta agar dimanfaatkan untuk menanggulangi
pembiayaan tahun 2011, terutama untuk untuk bulan2 awal tahun saat anggaran APBD belum
disyahkan. Proses seleksi penyelenggara Jamkesda melalui penunjukkan langsung ke PT Askes,
mengingat PT Askes merupakan satu2nya BUMN yang bergerak di asuransi kesehatan.

Menurut Asisten 3, Sudirman Ansyar, MKes, meskipun gratis dan di kelas 3, pelayanan
Jamkesda juga harus bermutu dan memenuhi kenyamanan pasien sama seperti pasien yang
membayar. Untuk itu diharapkan agar puskesmas dan RSUD melakukan survey kepuasan
pelayanan, baik kepada pasien maupun kepada petugasnya. Hal ini berguna agar tingkat
kepuasan pasien Jamkesda bisa dipantau dan diperbaiki jika menurut masyarakat jelek.

untuk
untuk
Dipublikasi pada Minggu, 8 Mei 2011 oleh tri ms

Hari Kamis, 4/5/2011 kemarin, Dinkes RL mengumpulkan


21 Ka puskesmas, 21 Bidkor (Bidan Kordinator) serta
beberapa pejabat RSUD (Kabid, Kasi dan Kepala Ruangan,
sekitar 10 orang), di Hotel Griya Anggita, dalam rangka
memastikan kesiapan Rejang Lebong memberikan pelayanan
jampersal dan memantapkan tata kelola rujukannya. Ini
adalah pertemuan yang ke dua kalinya, dalam 2 bulan
terakhir, dengan topik yang sama.

Apa itu Jampersal? Apa hubungannya dengan Jamkesmas? (yang pasti gak ada hubungannya
dengan Jam Gadang di Bukit Tinggi).

Jampersal adalah singkatan dari Jaminan Persalinan Masyarakat, suatu program persalinan
gratis bagi siapa saja ibu yang hendak melahirkan. Tempatnya harus di sarana kesehatan
pemerintah, misalnya polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap serta RSUD (asal mau di
kelas 3/bangsal Raflesia). Bisa juga di tempat praktek bidan swasta atau klinik bersalin yang
menjalin kerja sama dengan Dinkes (harus membuat PKS/kontrak). Peserta Jampersal adalah
masyarakat yang tidak mendapatkan Jamkesmas, Jamkesda atau tidak memiliki kartu asuransi
kesehatan lain. Pesertanya juga tak mengenal batas wilayah, bahkan, jika tinggalnya di luar
kabupaten atau propinsi (misalnya di Kepahiang, atau di Linggau) bisa dilayani di RL.
Pokoknya sepanjang masih tinggal di Indonesia, bisa dilayani di mana saja, tanpa mengenal
KTPnya, tidak memandang kaya atau miskin dan mau dirawat di kelas 3 RSUD.

Kenapa persalinan digratiskan, atau tidak membayar,


karena biaya persalinan akan dibayar oleh
pemerintah melalui klaim ke Dinkes. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat tidak ragu-ragu lagi
melakukan persalinan dengan bidan atau dokter (jika
khawatir karena biayanya), sehingga angka kematian
ibu atau kematian bayi bisa dicegah Di
lingkungan negara Asean, angka kematian ibu di
Indonesia masih tertinggi, sekitar 228 ibu meninggal
tiap

100.000 kelahiran. Bandingkan dengan Vietnam, 95, Malaysia 30 dan Singapura 9 ibu
meninggal per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data yang ada, ibu meninggal saat persalinan,
hampir 70%, yang persalinannya dilakukan di rumah. Sementara angka absolut kematian ibu di

untuk
RL, 2 orang meninggal di tahun 2010, karena persalinan dengan komplikasi dan terlambat
dirujuk ke RS.

Bidan Harus Tinggal di Poskesdes

Data tahun 2010, rata-rata jumlah persalinan yang terjadi di Rejang Lebong sekitar 6.165
kejadian persalinan. Dari jumlah tersebut, 86% persalinan ditolong tenaga kesehatan, sisanya
dukun terlatih. Dengan adanya jampersal, diharapkan semua persalinan dilakukan di sarana
kesehatan pemerintah, sehingga keselamatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi akan lebih
dijamin. Masalahnya, sudah siapkah polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap melayani 24
jam? Dari hasil pertemuan ini, ternyata dari sisi SDMnya sudah siap, hanya sebagian kecil masih
berbenah dengan sarana pendukungnya.

Dari 37 poskesdes yang yang ada di RL, diharapkan seluruhnya bisa melayani jampersal, bahkan
sebagian sudah memberikan persalinan gratis. Sehingga bidan wajib tinggal di poskesdes, agar
persalinan di luar jam kerja segera bisa ditangani. Seluruh puskesmas rawat inap (6 puskesmas)
juga siap memberikan pelayanannya 24 jam. Puskesmas tersebut adalah Kota Padang, PUT,
Kepala Curup, Sindang Jati, Bangun Jaya dan Air Pikat. Jika terjadi persalinan dengan penyulit
dan ada komplikasi, maka ambulan puskesmas harus siap merujuk ke RSUD. Bahkan persalinan
dengan operasi cesar pun dilayani gratis di RSUD, asal mau dirawat di kelas 3/bangsal Raflesia.
Hingga saat ini, RSUD Curup telah melayani 52 persalinan gratis. Bagi ibu habis melahirkan,
dapat langsung meminta pelayanan KB gratis, baik di poskesdes, puskesmas maupun RSUD.
Alat kontrasepsi disediakan Badan KB.

untuk
Bab 7

untuk
Dipublikasi pada Minggu, 27 Maret 2011 oleh tri ms

Koran Radar Pat Petulai, Rakyat Bengkulu dan Bengkulu Ekspres


beberapa hari ini memberitakan tentang merebaknya flu burung yang
terjadi pada beberapa kasus kematian ayam, terutama di desa Tanjung
Sanai, PUT. Menurut sumber koran tersebut, kematian ayam ini
dicurigai karena flu burung, meski ternyata tidak ada rilis resmi dari
pejabat Dinas Peternakan yang memastikan kematian ayam ini versi uji
laboratorium adalah karena terinfeksi virus H5N1. Bahkan dilaporkan
adanya kematian anjing yang terkait penyakit ini yang dilaporkan
hingga 53 mati (menurut pengecekan kami di lapangan ternyata hanya
4 anjing yang mati dan belum ada pembuktian anjing mati terkait
penyakit flu burung) . Sementara tim Dinkes RL yang dikomandoi Kabid P2PL, Akhmad Juli,
SKM, yang melakukan penyelidikan dan pengecekan ke lapangan beserta dokter dan petugas
puskesmas PUT tidak menemukan indikasi menularnya penyakit ini ke warga masyarakat.
Namun, tak apalah, setidaknya gencarnya pemberitaan ini, perlu direspon semua pihak agar
melakukan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan merebaknya flu burung menular ke
manusia di kabupaten Rejang Lebong.

Apakah flu burung?

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus
influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan mutasi (Drift, Shift),
dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode
subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

SUBTIPE VIRUS

Pada manusia: Hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.

Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.

untuk
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari
pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan
dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Gejala penyakit

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

Gejala pada unggas :

 Jengger berwarna biru


 Borok di kaki
 Kematian mendadak

Gejala pada manusia :

Kasus suspect (tersangka) :

Seseorang yang menderita demam (suhu >380C) disertai satu atau lebih gejala : batuk, sakit
tenggorok, pilek, sesak dan dikuti satu atau atau lebih keadaan di bawah ini :

1. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit atau mati mendadak yang belum
diketahui penyebabnya dan produk mentahnya (daging, telur, kotoran unggas, dll) dalam
7 hari terakhir sebelum timbulnya gejala
2. Tinggal atau pernah berkunjung di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak
biasa (dalam jumlah banyak dalam waktu singkat) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala
3. Pernah kontak dengan pasien kasus konfirmasi flu burung dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala
4. Ditemukan adanya leukopeni dan trombositopeni (jumlah leukosit dan trombosit
dibawah normal)
5. Ditemukan adanya titer antibodi dengan pemeriksaan HI (Hema-Inhibisi) atau uji Elisa
(Enzyme-linked Imunno Assay)
6. Foto toraks (dada) pada serial foto menggambarkan pnemonia yang cepat memburuk
7. Pasien suspect dilakukan uji konfirmasi flu burung pada usap tenggoroknya dengan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di Lab Litbangkes Jakarta atau Lab yang
diakreditasi Depkes/WHO

Masa Inkubasi

Pada Unggas : 1 minggu

Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.
Pada anak sampai 21 hari

untuk
PENULARAN

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir
dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari
unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi
flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk
unggas lainnya.

Penularan antar manusia masih sebatas cluster (yang ada hubungan sekeluarga) seperti keluarga
Iwan Siswara di Tangerang (Ayah dan 2 putrinya meninggal) dan keluarga sedarah di Karo,
Sumut (9 positif, 6 meninggal)

PENCEGAHAN

Pada Unggas:

 Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dengan dibakar/dikubur


 Vaksinasi pada unggas yang sehat

Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :

Dengan meningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan :

1. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.


2. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
3. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
4. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
5. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
6. Imunisasi (belum dipakai secara luas)

Masyarakat umum:

1. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
2. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
3. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
4. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 °C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 64 °C selama 4,5 menit.
5. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan
(dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5% untuk alat/instrumen)
6. Lakukan pengamatan terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya dengan
memperhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan

untuk
PENGOBATAN

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:

1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas (di RL baru tersedia di Puskesmas perawatan dan
RSUD)
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis 2 x 1 selama 5 hari.
4. Saat ini obat oseltamivir sudah tersedia di Puskesmas

KEBIJAKAN DINKES RL YANG TELAH


DILAKUKAN

1.Monitoring perkembangan kasus,terutama


pada daerah yang terindikasi positif flu
burung menyerang unggas (Kecamatan
Bermani Ulu, Curup dan PUT)
2. Membuat surat edaran ke puskesmas tentang
kewaspadaan dini KLB flu burung serta
membagi buku petunjuk penanggulangan flu
burung dan poster
3. Distribusi obat antiviral Oseltamivir 75 mg ke
21 Puskesmas dan RSUD dan menyiapkan
ruang isolasi bagi penderita flu burung di
RSUD
4. Melaksanakan surveilans ketat dengan
mewaspadai penderita pnemonia/flu berat,
terutama yang punya riwayat kontak dengan
unggas
5. Pengambilan sampel darah pekerja peternakan yang unggasnya matimendadak
untuk diuji titernya di Lab Litbangkes Jakarta (desa Babakan Baru 4 orang, Air Bening
3 orang dan desa Pahlawan 1 orang, namun belum ada informasi hasil lab.)
6. Rapat kordinasi dan sinkronisasi pengendalian flu burung dengan 21
pimpinan puskesmas dan RSUD serta kantor Peternakan dan lintas sektor
7. Pembentukan tim satgas Penanggulangan Flu Burung
8. Pengenalan Program Pasar Sehat (redesign dan zona khusus/los khusus pasar tradisional
yang menjual unggas hidup dan menghindari pemotongan unggas di pasar serta
penyuluhan peningkatan sanitasi-higiene lingkungan pasar)

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 25 Agustus 2011 oleh tri ms

Bertempat di Hotel Kaba, pada Rabu, 24


Agustus 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten
Rejang Lebong mengadakan Pertemuan
Sosialisasi Kegiatan Penanganan HIV-
AIDS di kabupaten Rejang Lebong yang
dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai sektor
terkait antara lain : Bagian Kesra – Pemda
RL, Rumah sakit, puskesmas, Lembaga
Pemasyarakatan Curup dan sejumlah LSM
yang bergerak dalam penanggulangan
HIV-AIDS di Rejang Lebong. Acara
dibuka langsung oleh Ka. Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong Drs. Tri Mei
Sartono, Apt, DSc. Kegiatan ini dibiayai
dari Global Fund, sebuah lembaga donor internasional yang bermarkas di Jenewa, Swiss, yang
memfokuskan kegiatannya pada pengurangan kesakitan akibat HIV-AIDS, Tbc dan Malaria.
Kabupaten Rejang Lebong adalah satu-satunya kabupaten di Prop Bengkulu yang dipilih untuk
dibantu pembiayaannya oleh Global Fund dalam upaya memerangi HIV-AIDS, dengan jumlah
bantuan pendanaan sekitar 180 juta per tahun. Dana sebesar itu digunakan untuk melakukan
penyiapan peralatan di puskesmas (Curup dan Perumnas) dan RSUD Curup untuk membuat
klinik konseling sukarela (klinik Voluntary Conseling and Testing disingkat klinik VCT) dan
pengujian penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan HIV-AIDS. Narasumber
pertemuan tersebut berasal dari Dinkes Propinsi Bengkulu yang disampaikan oleh Sri Astuti
selaku Kabid. P2PLP Propinsi Bengkulu serta Ka.Dinas Kesehatan Kab.Rejang Lebong.

Penjaja seks akan ditest PMS/HIV-AIDS

Pertemuan tahap pertama ini berupaya memetakan daerah resiko tinggi tempat penularan
penyakit menular seksual/PMS (terutama dengan bantuan pelacakan oleh LSM) di wilayah RL
serta melakukan skrining/test pada mereka yang karena profesinya mempunyai resiko tinggi
terhadap penularan penyakit tersebut. Kemungkinan rencana skrining akan dilakukan pada tahun
ini juga dengan melibatkan LSM yang sudah mempunyai data daerah atau lokasi tempat
mangkalnya penjaja seks atau pecandu narkoba/mantan pecandu. Dari informasi LSM Kipas dan
Dinas Kesosnakertrans, penjaja seks di RL ternyata mencapai angka ratusan orang pada lokasi
yang tersembunyi dan menyebar pada beberapa wilayah kelurahan (Talang Benih, Pelabuhan
Baru, Karang Anyar dll). Mereka akan disampling oleh petugas kesehatan yang terlatih (analis
puskesmas dan RSUD) dengan diambil vaginal swab-nya (usapan vagina) serta serum darahnya

untuk
dan ditest kemungkinannya terjangkit penyakit menular seksual (gonorhoe, sifilis, kondiloma,
dll) serta HIV-AIDS.
Jika ditemukan yang positif, kemudian dilakukan pengobatan secara gratis dan bagi yang
tertular HIV-AIDS diberikan obat Anti Retro Viral (ARV) seumur hidup (untuk
memperpanjang usia dan mengurangi keganasan virusnya) serta pendampingan dalam rangka
memotivasi semangat hidup oleh LSM.

Tercatat hingga kini ada 4 orang penderita HIV-AIDS di RL dengan rincian 2 orang yang
terjangkit HIV-AIDS ditambah 2 orang pendatang yang sebelumnya telah terjangkit di daerah
lain dan pindah ke RL. Mereka mmendapatkan penyakit tersebut dari pemakaian jarum suntik
(sebelumnya pecandu narkoba) serta karena kontak dengan suami yg terjangkit HIV-AIDS.
Penyebaran dan penderita HIV AIDS fenomenanya seperti gunung es, nampak kecil yang
terdeteksi, namun banyak yang tersembunyi atau tidak diketahui.

Selain kegiatan tersebut di atas, juga akan dilakukan sosialisasi tentang bahaya AIDS dan PMS
ke masyarakat (terutama kelompok resiko tinggi dan di Lapas) serta pembentukan Komisi
Penanggulangan AIDS di RL. Dengan adanya dukungan pembiayaan Global Fund ini,
diharapkan penanganan HIV-AIDS di RL akan semakin baik dan mampu mengurangi secara
signifikan penyebaran PMS dan HIV-AIDS di RL

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 14 November 2008 oleh tri ms

We can change, begitulah inspirasi dari spirit


kemenangan Barrack Obama di pemilu AS kemarin,
maka kita juga bisa change dalam kebiasaan BAB
(Buang Air Besar) jaman primitif yang tidak sesuai
lagi dijaman orang nongkrong di WC sambil
menggunakan ponsel! Hari bersejarah itu terjadi pada
Selasa, 11 November 2008, ketika sekitar 35 orang
yang berasal dari perwakilan kelurahan Kepala Siring,
Karang Anyar, Pasar Tengah, Air Rambai, Jalan Baru
Talang Benih, dan Tabarena berkumpul di ruang rapat
Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Wakil dari
kelurahan tersebut terdiri dari lurah, Ketua BPD dan tokoh agama/ustad dan pimpinan
puskesmas. Di daerah mereka ada slum, semacam area yang kondisi sanitasinya memprihatinkan
(mungkin juga aspek sosialnya dan kriminalitasnya menonjol). Dari kacamata kesehatan,
terutama kebiasaan buang air besar di siring atau kebiasaan membuat jamban dengan
mengalirkan pipanya ke siring, sangat berbahaya. Apakah hal tersebut akan dibiarkan terus?

Perwakilan warga ini berkumpul dalam rangka


membangun komitmen atau kesepakatan
bersama agar seluruh warga di sepanjang aliran
siring atau sungai berubah kebiasaannya dalam
memperlakukan sungai/siring. Tidak lagi
dicemari dengan kotoran warga yang berpotensi
menjjadi outbreak penyakit muntaber. Setelah
ditampilkan gambar dan video lingkungan sekitar
mereka (dari hidden camera atau explicit
camera), terutama lingkungan sekitar Talang
Benih, Pasar Tengah dan Kepala Siring dan
pembelajaran program ODF (Open Defecation
Free) yang sudah berhasil dilaksanakan di Kediri
dan Nganjuk, nampaknya para peserta sudah mulai tergugah dan terprovokasi untuk segera
berubah. Lalu dikenalkan program CLTS (Community Led Total Sanitation) yang di-
Indonesiakan jadi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Setelah berdiskusi selama 2 jam,
nampaknya sudah muncul local leader yang bisa dijadikan kampiun (champion), untuk meng-
inisiasi perubahan atas kebiasaan warga ber BAB. Ada pak haji dari Talang Benih yang berfatwa
bahwa saat membangun rumah yang harus didahulukan adalah membangun jamban. Juga tokoh
BPD dari Air Rambai yang menyarankan perlunya ada regulasi tingkat desa atau kabupaten yang
mengatur hal ini.

untuk
Situasi kondisi kesling di Kelurahan Talang Benih

Setelah terbangun komitmen bersama, maka akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat
mensosialisasikan di tingkat RT dengan pendekatan STBM. Semoga langkah ini bisa membawa
perubahan perilaku yang lebih berbudaya dan sehat dan tidak menjadi daerah slum yang tidak
sesuai dengan predikat kabupaten sehat yang berkali-kali memenangkan adipura. Berikut
kesepakatan tersebut :

1. Sepakat untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak BAB di siring/sungai, dan
membuang sampah dan limbah RT ke siring/sungai
2. Menganjurkan kepada masyarakat agar tidak mengalirkan pipa WC ke
siring/sungai/danau
3. Sepakat untuk menindaklanjuti pertemuan ini ke pertemuan tingkat kelurahan/desa/RT
4. Sepakat merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk membuat dasar hukum
STBM
5. Sepakat dan siap menjadi fasilitator bagi berubahnya kebiasaan masyarakat agar
berperilaku hidup bersih dan sehat
6. Sepakat mendorong masyarakat untuk bersama-sama memelihara kebersihan sungai dan
siring dan lingkungannya
7. Sepakat mengintegrasikan kegiatan STBM pada kegiatan Bedah Kampung

Rencananya kesepakatan ini akan dibacakan pada upacara Hari Kesehatan Nasional yang akan
dilaksanakan tanggal 18 November 2008 (bersamaan dengan HUT Propinsi Bengkulu)

untuk
Perkembangan selanjutnya…….
Kesepakatan tersebut akhirnya dibacakan pada Hari Kesehatan Nasional yang berlangsung di
gedung Pola Pemda (dilaksanakan di gedung karena kondisi hujan). Acara berlangsung pada hari
Selasa, 18 November 2008. Yang didaulat untuk membacakan deklarasi adalah Bpk Zulkarnain,
SH, Ketua LMD Air Rambai.
Kemudian pada Rabu malam (19 November) tim dari Dinas Kesehatan diundang Bpk Lurah
Talang Benih untuk memberikan sosialisasi tentang gerakan STBM kepada seluruh ketua RT di
Kelurahan Talang Benih. Tim dari Dinas Kesehatan yang datang yaitu : Kasubdin BPL dan
Yankes (Tri MS). Kasi Kesling (Jafri), Kasi Makmin (Septo), Kasi Perencanaan (Lail), Staf
CWSHP (Rahmat), Pimpinan Puskesmas Curup (dr. Dewi Mustika). Penyuluhan STBM di mulai
sekitar jam 20.30, dan berakhir pukul 11.00 malam. Berikut beberapa foto kegiatan di Talang
Benih tersebut.

Sosialisasi Gerakan STBM di Talang Benih

untuk
Dipublikasi pada Sabtu, 30 April 2011 oleh tri ms

Istilah STBM (Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat) merupakan adopsi dari program
CLTS (Community Led Total Sanitation),
yang handbook terjemahan Bahasa Indonesia
versi pdfnya bisa dibaca di sini, telah lama
diperkenalkan di beberapa Negara Afrika
(tepatnya Bangladesh) dan India. Menkes
kemudian membuat SK Menkes tentang
gerakan STBM. Pendekatan STBM ini telah
diujicobakan di beberapa daerah yang
mempunyai proyek WSLIC seperti di
Lumajang. Khusus untuk kabupaten Rejang Lebong, STBM mulai diperkenalkan pertengahan
tahun 2008 dan diujicobakan di wilayah desa proyek CWSH serta disosialisaikan di wilayah
kumuh perkotaan Curup, terutama seperti kondisi sanitasi yang buruk di kelurahan Kepala
Siring, Pasar Tengah dan Talang Benih.

Merujuk pada konsep STBM, awalnya didasari atas pengalaman proyek-proyek pembangunan
sanitasi di masa lalu yang ternyata :

 Banyaknya proyek sanitasi yang gagal, seperti sarana yang dibangun tidak digunakan dan
tidak dipelihara oleh masyarakat
 Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sanitasi pasca proyek
 Tidak adanya kebersamaan masyarakat dalam menanggulangi persoalan sanitasi
 dan kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah

Intinya, sebenarnya apa sih STBM ?

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan suatu pendekatan untuk


menginisasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijik dan malu masyarakat atas kondisi sanitasi dimana
mereka buang air besar ditempat terbuka (open defecation) sehingga pada akhirnya mereka
mencari solusi secara bersama untuk mengubah kondisi mereka.

Hal tersebut didasarkan atas asumsi dasar bahwa ternyata :

 Tidak ada seorangpun yang tidak tergerak apabila mereka mengetahui bahwa mereka
telah saling memakan kotoran mereka satu dengan yang lainnya (eating each other shit).

untuk
 STBM memicu masyarakat untuk menyadari bahwa masalah sanitasi merupakan
tanggung jawab mereka sehingga hanya akan selesai dengan kesadaran dan usaha mereka
sendiri, tidak ada hubungan dengan subsidi.
 Upaya memicu perubahan perilaku masyarakat secara massal (ini yang paling susah)

Jadi tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat agar sesuai dengan
konsep PHBS.! Bukan dari banyaknya jamban yang bias dibangun! Istilahnya bebas dari Open
Defecation Free (ODF).

Jadi STBM sama sekali berbeda dengan proyek-proyek sanitasi sebelumnya, di mana
perencanaan proyek lebih top to down, ada subsidi, bestek dll. Dengan model STBM, diharapkan
pendekatannya bukan proyek, bahkan lebih fleksibel dan bottom to up, menggunakan solidaritas
social dan pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kepentingan dan perencanaan local.
Diperlukan fasilitator yang energik yang bisa memotivasi orang untuk bergerak. Alat-alat yang
digunakan bisa berupa diagram, peta, model, dan alat peraga lainnya sebagai alat bantu untuk
“pencerahan“.

Dengan demikian kunci utamanya adalah pada peranan fasilitator, atau tepatnya motivator.
Namun tidak perlu sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin atau AA Gym, yang penting
komunikatif dan punya kemampuan melakukan presentasi (mungkin mantan sales MLM pun
bisa lho). Hal itu biasa dilakukan oleh guru, ustad atau tokoh masyarakat yang berpengaruh,
lebih baik lagi tenaga kesehatan. Motivator harus supel dan tidak ada jarak social dengan
masyarakat!

Motivator ini perlu membuat agenda dan memetakan daerah sasaran, menggalang partisipasi
masyarakat di lokasi dan kemudian melakukan motivasi (dengan orasi yang terjaga) dan
melakukan igniting atau triggering (memprovokasi atau memicu ) masyarakat, dengan dibuat
jijik atau malu dan jadi lebih peduli pada lingkungan tempat tinggalnya. Karena melakukan BAB
di siring itu adalah dosa besar, karena mencemari seluruh ekosistem perairan dan lingkungan
sekitar! Memindahkan kebiasaan dari BAB di siring ke WC yang sehat (minimal), bisa dibuat
kolektif, syukur2 bisa WC untuk keluarga/pribadi.

Untuk membuat WC, sebisa mungkin tidak menggunakan fasilitas atau duit pemerintah, kecuali
ada sponsor, dan tentu saja yang terbaik gunakan dana sendiri atau gotong royong masyarakat.

untuk
Bab 9

untuk
Dipublikasi pada Minggu, 1 Mei 2011 oleh tri ms

Tahun 2011 ini, penilaian kabupaten sehat yang dikenal dengan


penghargaan Swasti Saba, akan dilakukan oleh tim pusat kepada
kabupaten di Indonesia yang berminat untuk diverifikasi. Kegiatan
pemerintah pusat yang dilaksanakan setiap 2 tahun ini, bertujuan
untuk mengevaluasi pencapaian kondisi kota/kabupaten yang
bersih, nyaman, aman dan sehat sehingga dapat meningkatkan
sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat.
Nampaknya untuk Propini Bengkulu, hanya Kabupaten Rejang
Lebong yang sudah mempersiapkan diri menghadapi momentum
penilaian ini, dan hari Senin (2/5/2011), melalui surat Gubernur Propinsi Bengkulu,
dikirimkan permohonan verifikasi kabupaten RL kepada tim penilai pusat di Jakarta disertai
dokumen-dokumen pendukungnya. Ini adalah yang ke 3 kalinya kabupaten RL ikut dalam
penghargaan kabupaten sehat, dan diharapkan kategori penghargaanya meningkat, yaitu kategori
atau tingkat wistara. Sebelumnya kabupaten RL telah mendapatkan penghargaan Swasti Saba
oleh Menteri Kesehatan tingkat padapa (2007) dan tingkat wiwerda (tahun 2009).

Perbedaan kategori penghargaan tersebut tergantung pada jumlah tatanan penilaian yang dikuti.
Jika pada tingkat padapa, RL ikut pada 2 tatanan, kemudian tingkat wiwerda pada 6 tatanan dan
pada verifikasi tingkat wistara ini, Pemkab Rejang Lebong mengajukan 9 tatanan. Tatanan yang
diajukan, diantaranya bidang Ketahanan Pangan & Gizi, Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib &
Pelayanan Transportasi, Kawasan Hutan Sehat, Kawasan Pemukiman dan Sarana Prasarana
Umum. Selain itu, Kehidupan Sosial yang Sehat, Kawasan Pariwisata Sehat, Kehidupan
Masyarakat yang Sehat dan Mandiri, Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat, serta Kawasan
Pertambangan Sehat.

Perlu diketahui bahwa penilaian kabupaten sehat lebih berfokus pada adanya proses dan upaya
perbaikan kesehatan melalui partisipasi masyarakat yang terorganisir melalui Forum
Kabupaten Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat serta dukungan sektor
terkait. Karena masalah kesehatan penyebabnya sangat multi kompleks, dan mempunyai skor
yang tinggi jika diselesaikan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Jadi, meski
mendapatkan predikat kabupaten sehat, kasus orang sakit, masalah gizi buruk, keracunan, dll
tetap terjadi, namun mendapatkan penanganan yang memadai dan ada konsepnya yang
terpadu/terorganisir antara pemerintah dan masyarakat serta didukung legal aspeknya melalui
regulasi di tingkat lokal/kabupaten.

Dari rekapitulasi indikator kabupaten sehat yang berjumlah 260, berdasarkan self assessment
yang dilakukan oleh Forum, Kabupaten RL telah memenuhi sekitar 80% atau 208 indikator pada

untuk
9 tatanan. Dalam upaya percepatan pencapaiannya, pemkab telah melakukan beberapa kegiatan
unggulan dan inovatif yang juga didukung oleh seluruh lintas sektor serta tim penggerak PKK
RL. Kegiatan unggulan dan inovatif tersebut, diantaranya
1. Peningkatan SDM yang takwa, berbudaya dan sehat dengan prestasi olah raga (Tahun
baru Islam, HUT Curup dan 17 Agustus)
2. Perbaikan lingkungan dan kesehatan keluarga melalui Bedah Kampung dan Baksos
Kesehatan & PKK
3. Peningkatan perkantoran sehat melalui program penilaian 7 K
4. Penerapan Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok
5. Gerakan menanam sejuta pohon dan persiapan Hutan Kota
6. Jamkesda melalui dana APBD untuk 15000 jiwa masyarakat miskin
7. Roadshow Baksos Kesehatan di daerah terpencil/sulit terjangkau
8. Puskesmas Berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)
9. Upaya Ketahanan Pangan dan Gizi
10. Gerakan gemar makan ikan (Gemari) dan gerakan minum susu (Gerimis)
11. Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
12. Gerakan Jumat Bersih dan 3 M
13. Gerakan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)
14. Kawasan Tertib Lalu Lintas
15. Gerakan Pasar Sehat

Kita berharap, seluruh elemen masyarakat mendukung kegiatan unggulan ini, serta selalu
disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga terwujudnya kabupaten Rejang
Lebong yang bersih, nyaman, aman dan sehat akan cepat terwujud.

untuk
Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh tri ms

Siang ini, Senin, 13/6, bertempat di ruang rapat


bupati, diselenggarakan rapat dalam rangka
mendiskusikan persiapan kabupaten Rejang Lebong
guna menghadapi penilaian kabupaten sehat (atau
penghargaan Swasti Saba dari Menteri Kesehatan)
tingkat wistara. Rapat dipimpin oleh Kepala Bappeda,
Ir. Zulkarnain, MT yang telah ditunjuk bupati sebagai
Ketua Forum Kabupaten Sehat yang baru
(menggantikan Bp Tarmizi Ushuluddin), dan
didampingi Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc.
Peserta rapat terdiri dari Kepala Dinas yang termasuk
dalam penanggung jawab 9 kawasan/tatanan yang
akan dinilai dan 3 Kades yang desanya dipersiapkan untuk daerah penilaian, yaitu dari desa Air
Lanang, (Curup Selatan), desa Tanjung Beringin (Curup Utara) dan desa Mojorejo (Selupu
Rejang). Kemungkinan tim penilai dari Jakarta akan berkunjung ke Rejang Lebong pada bulan
Juli atau Agustus 2011.

Mengacu pada konsep kabupaten sehat, maka pemda Rejang Lebong berupaya melakukan pola
pendekatan partisipatif untuk mencapai kondisi kabupaten yang bersih, aman, nyaman dan
sehat bagi warganya. Hal ini dilakukan melalui upaya perbaikan kualitas lingkungan fisik, sosial
dan budaya secara optimal dengan bekerjasama seluruh lintas sektor. Kabupaten sehat
merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat,
terutama atas penilaian pada 9 kawasan/tatanan, yang operasionalnya dikordinasikan oleh
bersinerginya antara pemerintah dan masyarakat dalam Forum Kabupaten Sehat, Forum
Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat.

Dokumen dan berkas, foto dan video yang berkaitan dengan kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan di masing-masing kawasan/tatanan telah disusun dan diedit oleh tim Dinkes dan sudah
diberikan kepada sekretariat penilai di Kementerian Kesehatan di Jakarta pada bulan Mei yang
lalu, yang berupa 4 jilid buku. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan tim penilai untuk
mempelajari upaya-upaya yang dilakukan pemda Rejang Lebong, sebelum nanti dicek pada saat
kunjungan ke lapangan.

Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) yang dilakukan oleh Dinkes, dari 260 indikator
kabupaten sehat pada 9 kawasan, setidaknya Rejang Lebong telah mengupayakan pada 233
indikator, atau mencapai 86%, baik berupa pendekatan kebijakan (aturan
perbup/perda/instruksi) maupun aksi nyata dalam bentuk gerakan dan kegiatan kemasyarakatan,
sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berikut :

untuk
Tabel Rekap Pemenuhan Indikator per Kawasan/Tatanan

Rekapitulasi indikator
Kawasan /Tatanan Penilaian
Jumlah Ya/ada % ya/ada
1. Kawasan pemukiman dan sarana/prasarana umum 53 48 91 %
2. Kawasan sarana lalu lintas dan tertib transportasi 19 16 84 %
3. Kawasan pariwisata sehat 18 15 83 %
4. Kawasan industri dan perkantoran sehat 20 18 90 %
5. Kawasan pertambangan sehat 16 12 75 %
6. Kawasan hutan sehat 18 16 89 %
7. Ketahanan pangan dan gizi 17 15 88 %
8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri 80 69 86 %
9. Kehidupan sosial yang sehat 19 14 74 %
Jumlah dipenuhi 260 223 86 %

Direncanakan, ada 3 pilihan desa yang ditawarkan untuk dikunjungi tim penilai, yaitu desa Air
Lanang yang telah berhasil menyelesaikan pemenuhan air bersih melalui gotong royong
perpipaan, sudah 100% masyarakat BAB di jamban dan adanya program hutan kemasyarakatan.
Desa berikutnya adalah Tanjung Beringin yang juga desa yang cantik penampilannya dan sudah
memenuhi sendiri air bersihnya. Desa yang ke 3 adalah desa Mojorejo, yang merupakan
desa sadar wisata.

untuk
Dipublikasi pada Kamis, 15 November 2007 oleh tri ms

Penghargaan Presiden untuk Kota/Kabupaten Sehat (terbagi dalam


tingkat pemantapan (padapa), pembinaan (wiwerda) dan
pengembangan (wistara). Menurut tim Depkes untuk verifikasi
penghargaan Swasti Saba tahun 2007, dari 68 kota/kabupaten yang
mengajukan untuk dinilai, hanya 37 kabupaten/kota yang layak
mendapatkan penghargaan Swasti Saba, yaitu 18 kabupaten/kota
pada tingkat Padapa (termasuk kabupaten Rejang Lebong), 13
kabupaten/kota tingkat Wiwerda dan 6 kabupaten/kota tingkat
Wistara.

Kabupaten/kota sehat merupakan pendekatan kesehatan


masyarakat yang bertumpu pada kemitraan pemerintah
daerah (lintas sektor) dengan masyarakat dalam mengatasi masalah
– masalah kesehatan yang berkaitan erat dengan masalah
lingkungan fisik dan lingkungan sosial kabupaten/kota.
Di tingkat kabupaten dimotori oleh Forum Kabupaten Sehat yang
mensinergikan pembangunan agar berwawasan kesehatan. Di
tingkat kecamatan dipandu oleh Forum Kecamatan Sehat, dan di
desa oleh Forum Desa Sehat. Ada 9 tatanan dan 260 indikator
penilaian dan profil tatanan tersebut di kabupaten Rejang Lebong sebagai berikut :

1. Ketahanan Pangan dan Gizi


2. Kehidupan Masyarakat Sehat Yang Mandiri
3. Kawasan Pariwisata Sehat
4. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat
5. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi
6. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum
7. Kehidupan Sosial Yang Sehat
8. Kawasan Pertambangan Sehat
9. Kawasan Hutan Sehat

Tatanan no 1 – 4 adalah kawasan yang diajukan oleh Rejang Lebong untuk diverifikasi.
Alhamdulilah, jerih payah rekan-rekan Dinkes dan tim kabupaten yang luar biasa dalam persiapan
penilaian, akhirnya mendapatkan ganjaran yang setimpal. Bravo Dinkes dan pemda RL.

untuk
Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms

Bertempat di Gedung Pola Pemda Rejang Lebong, pada hari Selasa, 23 Desember 2008 kemarin,
telah dilakukan kegiatan Evaluasi Penyelanggaraan Program Kabupaten Sehat. Peserta yang
hadir berjumlah sekitar 75 orang, terdiri dari Kepala Dinas/instansi, pimpinan puskesmas,
Camat, Kepala Desa/Lurah, tokoh masyarakat dan akademisi. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur
Penyehatan Lingkungan, Dirjen P2P, Depkes RI, dr. Wan Al Kadri, MSi. Serta 2 orang staf
beliau, yaitu Ibu Nunik SKM, MSc dan Ibu Upik (CPMU CWSHP).

Pertemuan ini dibuka oleh Bapak sekda, Drs. Tarmizi Usulludin, MM yang juga menjabat
sebagai Ketua Forum Kabupaten Sehat. Dalam arahannya, beliau mengatakanagar
kawasan/tatanan yang masih belum baik agar segera dilakukan pembenahan, agar kita masih
bias mempertahankan predikat kabupaten sehat. Selanjutnya pemaparan dari Direktur
Penyehatan Lingkungan, dr. Wan Al Kadri, yang menyampaikan “Kebijakan dan Strategi
Kab/Kota sehat dalam Otonomi Daerah”. Beliau menyampaikan kiat-kiat dan upaya bagaimana
melakukan perubahan perilaku masyarakat agar mendukung ter capainya kabupaten sehat.
Terutama perlunya terobosan melalui perbaikan sanitasi dan air bersih dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang akan menghasilkan perbaikan derajad kesehatan masyarakat
sesuai kebutuhannya. Salah satunya melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), yang
mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan BAB di sungai/siring.

Berikut ini foto-fotonya :

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 19 Desember 2008 oleh tri ms
Akhir tahun 2008, nampaknya menjadi tahun
kebaikan bagi Bupati RL. Setelah selesai
menghantarkan anak lelakinya, Ales
Nopandio, SE, MM ke jenjang pernikahan
dengan gadis Cianjur, beberapa undangan ke
Jakarta untuk menghadiri penerimaan
penghargaan pun diterima di kantornya.

Penghargaan yang pertama adalah dari


Depertemen Pertanian dalam hal Ketahanan
Pangan. Menurut info dari Dinas Pertanian
RL, Bupati sendiri yang waktu itu
melakukan presentasi di kantor Deptan
tentang kemajuan program Ketahanan Pangan di RL. Penghargaan ini diserahkan Presiden pada
18 Desember kemarin. Sementara, Gubernur Bengkulu, Agusrin Najamudin dan beberapa bupati
di Propinsi Bengkulu menerima penghargaan dalam peningkatan produksi beras.

Penghargaan yang kedua yang diterima Bupati RL adalah penghargaan dari Menteri Kesehatan,
berupa Manggala Karya Bakti Husada kategori Arutala. Penghargaan ini diserahkan Menkes
di Hotel Four Season, Jakarta pada malam 18 Desember 2008, dalam rangka memperingati Hari
Kesehatan Nasional yang ke 44. Info menurut Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes,
penghargaan ini diberikan karena keberhasilan Bupati RL dalam peningkatan derajad kesehatan
penduduk RL, dengan indikator hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2007. Berita lebih
lengkap di sini

Penghargaan ketiga, akan diserahkan pada hari Senin, 22 Desember di kantor Depkoinfo, berupa
penghargaan atas keberhasilan pemanfaatan Warmasif (Warung Masyarakat Informasi) yang
ada di Kantor Pos Curup. Artinya pemanfaatan internet di Kantor Pos Curup mencapai 5 besar
untuk peringkat kabupaten/kota.

untuk
Dipublikasi pada Jumat, 13 November 2009 oleh tri ms

Tadi malam, tanggal 12 November 2009 bertepatan


dengan acara resepsi Hari Kesehatan Nasional ke 45
bertempat di gedung baru Depkes, Jl Rasuna Said,
Jakarta, Menteri Kesehatan Dr. dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, memberikan penganugerahan kabupaten
sehat berupa piala swasti saba tingkat wiwerda untuk
Bupati Rejang Lebong, Suherman, SE, MM. Sebuah
penghargaan di bidang kesehatan yang lumayan prestisius
dan merupakan apresiasi pemerintah pusat terhadap
keberhasilan pembangunan di RL yang mendukung
tercapainya kesehatan rakyat. Ikut menghadiri acara ini adalah Kadinkes (Sudirman Ansyar), ibu
bupati (Susilawaty), bagian humas (Nurdin dan staf) serta penulis sendiri, sebagai kabid di
Dinkes RL yang bertanggung jawab saat persiapan dan penilaian kabupaten sehat (untuk
penghargaan yang pertama dan yang ke 2 ini). Tim Depkes telah memverikasi kelayakan Rejang
Lebong mendapatkan penghargaan melalui serangkaian kunjungan lapangan, tanya jawab ke
masyarakat dan mendengarkan presentasi Forum Kabupaten sehat serta penelitian dokumen yang
berkaitan dengan kebijakan kesehatan pada bulan Mei 2009.

Menurut Depkes RI dikenal 3 kategori penghargaan kabupaten sehat. Yang pertama kabupaten sehat
tingkat padapa atau tingkat pemantapan yang dinilai pada 2 kawasan/tatanan unggulan di mana
Rejang Lebong pernah mendapatkannya pada tahun 2007. Ke dua kabupaten sehat tingkat wiwerda
atau pembina yang dilakukan penilaian pada 5 kawasan/tatanan unggulan di mana pada tahun 2009
ini kabupaten RL mendapatkanya ke tiga kabupaten sehat tingkat wistara atau pengembangan
yang dilakukan penilaian di 9 kawasan atau tatanan unggulan.

Bagi kabupaten Rejang Lebong, penghargaan kabupaten sehat yang kedua kali dengan kelas
penghargaan yang meningkat menjadi tingkat wiwerda ini merupakan penghargaan satu-satunya
bagi kabupaten di Propinsi Bengkulu . Menurut tim Depkes, tahun 2009 ini ada sekitar 58
kabupaten/kota yang mengajukan untuk dinilai, tapi dari 58 kabupaten kota di Indonesia yang
mengusulkan untuk dinilai hanya 38 kabupaten/kota saja yang dianggap layak mendapatkan
penghargaan tersebut termasuk kabupaten Rejang Lebong.

Selamat dan terima kasih untuk rekan di Dinkes dan pemdakab serta masyarakat yang terlibat dalam
persiapan penilaian kegiatan ini. Namun, ini bukan hasil akhir kita, ini hanya penilaian dari sebuah
proses dari upaya Dinkes RL,mwujudkan visi masyarakat RL yang sehat dan sejahtera, dan proses
tersebut telah berjalan pada track yang tepat dengan didapatnya penghargaan.

untuk
Bab 10

untuk
Poster Profil Pejabat Dinkes RL dan Puskesmas tahun 2009 (90 x 67 cm)

Poster Reformasi Bidang Kesehatan April 2008 (90 x 67cm)

untuk
Poster Kabupatentahun (90 x 67 cm)—buatan 2010

Poster kabupatensehattahunversinakes (90 x 67 cm) – buatan 2008

untuk
Poster JamkesmasdanJamkesdatahun 90 x 67 cm buatan tahun 2010

Poster Puskesmas Berseri 90 x 67 cm buatan tahun 2009

untuk
Poster KeamananPanganDinkestahun 2008

Poster anti narkobadanpenyalahgunaan obat 90 x 67 cm – dibuat th 2008

untuk
Poster Stop Merokok 90 x 67 cm

Poster STBM 90 x 67 cm tahun 2010

untuk
Poster kesehatan gigi 90 x 67 cm tahun 2008

Poster Jangan Sembarangan Makan Obat 67 x 90 cm tahun 2008

untuk
Standing banner kabupaten sehat Standing banner imunisasi

untuk
Standing banner KDM
Standing banner Perkesmas

untuk
Standing banner Roadshow Standing baner STBM

untuk
Banner horizontal wilayah kerja puskesmas dan peta distribusi sarkes

Banner horizontal kesehatan bukan segalanya

Standing banner horisontal PHBS

untuk
Dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 17 Mei 1961.
Menyelesaikan pendidikan apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun 1988,
kemudian mulai tahun 1989 bekerja di Balai Laboratorium
Kesehatan Bengkulu hingga tahun 2000. Di kantor tersebut
menjabat sebagai kepala Seksi mulai 1990 hingga tahun 2000.

Pada tahun 1998 mengikuti program Post Graduate Diploma


(diploma paska sarjana) selama 2 semester pada Chemical
Engineering Dept di University of Queensland, Brisbane,
Australia pada bidang Environmental Monitoring sebagai
kerjasama proyek Badan Pengendalian Lingkungan (Bapedal) dan pemerintahan Australia.

Sejak akhir tahun 2000 mulai bekerja sebagai Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang
Lebong dan sejak April 2001 menjabat sebagai Kepala Subdin Bina Penyehatan
Lingkungan dan Pelayanan Kesehatan, Dinkes Rejang Lebong. Pada tahun 2008 menjabat Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, sementara program kesehatan lingkungan bergabung
dengan bidang P3PL. Menjabat Kadinkes sejak November 2010 hingga September 2011,
kemudian menjadi staf ahli bidang politik dan hukum di pemdakab Rejang Lebong (2011 -2013)
dan selanjutnya apoteker fungsional di RSUD Curup (2013 sampai sekarang).

Menikah dengan Mardaleni SKM, dan dikaruniai 2 anak, Bayu (Akutansi UII, smester 8) dan Sinta
(Teknik Sipil Unib, smester 4).

untuk
PENGALAMAN JABATAN

A. Identitas

1. Nama : Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc


2. N i p : 19610517 198903 1 002
3. Tempat/Tanggal lahir : Kebumen, 17 Mei 1961
4. A g a m a : I s la m
5. Jenis Kepegawaian :
6. Alamat Rumah : Jln. S. Sukowati no. 16 Curup
7. Pangkat Terakhir : Pembina Utama Muda /IV C
8. Jabatan Terakhir : Staf ahli
9. Instansi Tempat Bekerja : Pemerintah Daerah Kabupaten Rejang Lebong
10. Unit Kerja : Sekretariat Daerah

B. Riwayat Kepangkatan

No Pangkat T. M.T
Golongan/Ruang
1 Penata Muda / III a 01-03- 1989
2 Penata Muda TK I / III b 01-04-1992
3 Penata / III c 01-04-1996
4 Penata TK I / III d 01-10-2000
5 Pembina / IV a 01-04-2003
6 Pembina TK I / IV b 01-04-2007
7 Pembina Utama Muda/IV c 01-04-2011

C. Riwayat Jabatan

No Jabatan Eselon TMT


Jabatan
1 Kepala Seksi Media dan Reagensia Balai IV a 08-09-1992
Labkes Provinsi Bengkulu
2 Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang IV a 19-12-2000
Lebong
3 Kasubdin BPL dan Yankes Dinas Kesehatan III.a 25-04-2001
Rejang Lebong
4 Kabid Pelayanan Kesehatan dan Farmasi III. b 28-01-2009
Dinas Kesehatan Rejang Lebong
5 Kadinkes Rejang Lebong II b 18 – 11- 2010
6 Staf ahli bidang politik dan hukum II b 26 – 09 – 2011
7 Apoteker fungsional - 30 – 09 - 2013

untuk
D. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Umum

No Jenjang dan Nama Sekolah/ Nama Kepsek/ Direktur


Penjurusan Akademi/perguruan /Dekan/Ketua/ Rektor
Pendidikan Tinggi
1 SD SDN 3 Kebumen, Jawa Soedarsono
Tengah, Lulus 1974
2 SMP SMPN 1 Kebumen, Jawa Slamet HS
Tengah, Lulus 1976
3 SMA SMAN 1 Kebumen, Jawa Koesiptijah,BSc
Tengah, Lulus 1980
4 Fakultas Farmasi/ UGM, Jogjakarta, Lulus Prof. Drs. Moh.Anief,Apt
Apoteker 1988

5 Postgraduate The University of Sir Liewellyn Edwards, AC,MB BS


Diploma in Science Queensland, Brisbane,
Australia, Lulus 1998

2. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimipinan

No Nama Tempat dan Angkatan/ Lama Pendidikan


Diklat Penyelenggara Diklat Tahun
1 SPALA Pusdiklat Pegawai Depkes IV/ 1993 Tiga (3) Bulan
Palembang
2 SPAMA/ Badan Diklat III / 2003 1,5 Bulan
Diklatpim III Prov.Bengkulu

3. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional

No Nama Tempat dan Angkat an/ Lama Pendidikan


Diklat Penyelenggara Tahun
Diklat
1 Kursus Penyusunan Universitas Indonesia 1993 1,5 Bulan
AMDAL

2 Training Of Trainer (TOT) Bapelkes Bengkulu 1996 2 Minggu

3 Apoteker Pengelola Apotik Hotel Rio Asri 1999 3 Hari


Bengkulu
4 Workshop on production BLK Surabaya 1993 5 Hari
of Biological Reagent

untuk
5 Teknis Pembuatan dan Uji Bagian Mikrobiologi 1992 2 Minggu
kualitas Media serta uji Universitas Indonesia
Kepekaan Kuman

6 Sertifikasi Kompetensi Universitas Gajah 2007 2 Hari


Apoteker Mada (UGM)

7 Kursus Pelatih Petugas Pusdiklat Depkes 1996 2 Minggu


Lab Jakarta

untuk
untuk
untuk
.

Anda mungkin juga menyukai