menyehatkan rakyat
Kumpulan tulisan pilihan
di Blog www.dinkesrl.net
Prolog
Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS
i
36. Penanggulangan AIDS di Kabupaten. Rejang Lebong
37. Bekerjasama Dengan PT Askes,15.000 Orang Miskin Rejang Lebong Dijamin
Jamkesda
38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes
39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan Prima
40. Outbound Membangun Komitmen Bersama
41. 3 Sekolah di Rejang Lebong Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Tingkat Propinsi
Bengkulu
42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010
43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga
44. Ayo Waspada Flu Burung
45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di Desa Air Lanang, Desa Juara 2
Lomba PHBS
46. Menuju Sekolah Sehat : Belajar dari Sang Juara
47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan Kepemilikan Jamban Sehat di Rejang
Lebong
48. Bersama Kita Berantas Malaria
49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah
50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk
52. Mewujudkan Kabupaten Rejang Lebong Peduli Lansia
53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di Rejang Lebong
54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM Kabupaten Rejang Lebong
55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Rejang Lebong
56. Baksos Kesehatan Desa Terpencil di Wilayah Lembak
57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)
58. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat di tingkat Kecamatan
59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan HUT Kota Curup
60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita Sehat
61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan Kembali Posyandu Balita
62. Persiapan Verifikasi Penghargaan Kabupaten Sehat Tahun 2011
63. Di Rejang Lebong, Sarana Kesehatan Pemerintah Siap Melayani Jampersal
64. Penilaian Sekolah Sehat tingkat Nasional di 3 Sekolah Rejang Lebong
65. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat Tahun 2011
66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin Mingguan “Pesta”
67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan Karyawan Puskesmas
68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng” (Penanda divaksin)
69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS
70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih untuk 43 Desa di Rejang Lebong
71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR
72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan Perumnas
73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air Lanang
74. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil di Puskesmas Sindang Dataran
75. BRI Peduli Kesehatan : Pengobatan Gratis di Desa Karang Jaya, Selupu Rejang
76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air
77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk Rabies Center
ii
78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste
Management)
79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies
80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan HIV-AIDS di Rejang Lebong
81. Tenaga Kesehatan Berprestasi Nasional
82. Kerjasama Dinas Kesehatan dengan Harian Bengkulu Ekspress
83. Biodata dan Pengalaman Jabatan
iii
Prolog
Mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera adalah merupakan tanggung jawab kita
semua, baik mereka yang bertugas di eksekutif, legislative dan anggota masyarakat. Sebagai
aparat yang bertanggung jawab di eksekutif diharapkan dapat mendanai kegiatan-kegiatan yang
meningkatkan mutu pelayanan serta mengurangi kesakitan dan kematian. Sementara masyarakat
perlu juga dilibatkan, terutama dari sisi pemberdayaan, sehingga mereka tidak saja menjadi
obyek pembangunan, namun juga menjadi pelaku pembangunan.
Tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam buku ini adalah catatan pendek yang terpilih dari
serangkaian kegiatan kemasyarakatan dalam rangka berkontribusi meningkatkan pelayanan
kesehatan di kabupaten Rejang Lebong. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan bagi kawan-
kawan penggiat pembangunan kesehatan untuk mempelajari upaya-upaya yang dilakukan Dinas
Kesehatan dan Pemdakab Rejang Lebong selama periode 2007 – 2011. Sebenarnya, banyak juga
tulisan atau gagasan sebelum pada periode tersebut, namun mengingat ini berasal dari
pendokumentasian artikel di Blog, hanya pada periode tersebutlah yang bisa diakses langsung
secara online hingga kini.
Semoga hadirnya kumpulan tulisan ini dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada
upaya-upaya aparat pemerintah melalui Dinas Kesehatan Rejang Lebong dalam mengatasi
persoalan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya di Bumei Pat Petulai tercinta.
Wassalam,
Tri Mei Sartono
iv
Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS
Paling enak jadi pegawai negeri
Meski gaji kecil tapi setiap bulannya pasti
Kerjakan tugas sebentar kemudian ngeloyor pergi
Sisakan tugas untuk besok lagi (????gk produktif banget ya?)
v
Penulis Blog
www.dinkesrl.net
vi
1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati
RL (2007)
Dipublikasi pada Senin, 26 November 2007 oleh tri ms
Sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan atas pengabdian yang tinggi dibidang
kesehatan, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K), menyerahkan penghargaan
kepada sejumlah tokoh dan institusi bertepatan dengan acara Puncak Peringatan Hari Kesehatan
Nasional tanggal 13 November 2007 di Jakarta. Keesokan harinya puncak peringatan HKN
dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta dihadiri Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Tanda penghargaan yang diserahkan berupa, Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada,
diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan
pengetahuannya didalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya telah dapat
dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Tanda Penghargaan
Ksatria Bakti Husada terdiri dari tiga kategori yaitu Ksatria Bakti Husada Aditya, Ksatria Bakti
Husada Kartika, dan Ksatria Bakti Husada Arutala.
Penghargaan Bidang Kesehatan untuk individu yang peduli dan berjasa dalam pembangunan
kesehatan (terbagi dalam tingkatan arutala, kartika dan aditya). Penerima tahun 2007 terdiri
dari 1 Menteri, 2 Gubernur, 12 Bupati, 4 Ketua TPKK, 3 tokoh keagamaan, 2 perorangan, 7 Kiai
pondok Pesantren. Alhamdulilah, Bupati Rejang Lebong termasuk salah satu dari sedikit orang
yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.
Berikut ini adalah 10 kebijakan Bapak Bupati Suherman, SE sehingga diusulkan mendapat
“Ksatria Bakti Husada Arutala” :
1. Melakukan reformasi pembiayaan puskesmas dengan mendorong kemandirian
pengelolaan keuangan puskesmas secara swakelola di mana puskesmas tidak lagi menjadi
target PAD. Kebijakan ini tertuang dalam Perda No 10 tahun 2005 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan ditindaklanjuti dengan SK Bupati No 5/2005.
Tatanan no 1 – 4 adalah kawasan yang diajukan oleh Rejang Lebong untuk diverifikasi.
Dalam salah satu baitnya penyair Taufik Ismail yang adalah seorang dokter hewan menulis :
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah
kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik
petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Konon menuruh sejarah, budaya merokok pertama kali dilakukan Indian Inca, sekitar 3000 tahun
yg lalu. Kemudian pada saat Columbus masuk ke Amerika, budaya ini dibawa ke Eropa dan
akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Mulailah perdagangan tembakau dikenalkan melalui model
kolonialisme dan akhirnya menjalar ke seluruh dunia, tembakau menjadi komoditi global, dan
tembakau “Virginia” adalah yang paling populer dan banyak dicari.
Kini, para “ahli hisap” ini telah meningkat menjadi 1.1 Miliar orang dan 800 juta orang
bermukim di negara berkembang. Diperkirakan pada tahun 2030, tembakau akan menjadi
penyebab kematian utama di dunia, sekitar 10 juta meninggal per tahun dipicu kebiasaan
merokok . Secara global, 80,000 hingga 100,000 anak muda mulai menghisap rokok setiap hari
(perokok pemula) dan yang bikin ”gerakan anti rokok” tidak efektif karena pada umumnya para
”ahli hisab” ini tidak mau tahu dan peduli bahaya merokok !. Bila sudah kenal, tembakau
bersifat adiktif dan susah untuk menghentikannya, sama seperti kecanduan heroin atau cocain
BAHAYA ROKOK
Menurut penelitian Badan kesehatan Dunia (WHO), rokok mengandung 4.000 zat kimia yang
berbahaya bagi kesehatan serta ada 25 jenis penyakit yang dapat timbul sebagai akibat merokok.
yang paling berbahaya adalah nikotin. Nikotin ini pangkal penyebab kita ketagihan rokok, yang
secara farmakologi nikotin ini menekan produksi enzim mono amin oksidase (MAO), suatu
enzim yang mensupress dopamine. Sedikitnya MAO, membuat dopamine meningkat, dan
dopamine adalah zat kimia yang mendorong pencarian rasa kesenangan dan kenikmatan.
Begitulah, sekali kenal rokok, dopamine kita meningkat setelah rokok dihisap, dan terus ritual
”ngebul” memberi kenyamanan badan kita.
Di Indonesia, sekitar 70% penduduk indonesia (laki-laki) adalah ”ahli hisap” yang aktif, dan no 5
negara terbanyak perokoknya. Pendapatan cukai rokok (2004) 27 triliun, belum di sektor
pertanian dan tenaga kerja. Namun biaya kesehatan akibat merokok yang ditanggung pemerintah
dan masyarakat 3 kali lipatnya atau sekitar 81 triliun.
Nah, atas dasar pasal 25 PP tesebut maka pemdakab Rejang Lebong mulai menginisiasi Kawasan
Tanpa Asap Rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga dibuatlah :
1. Peraturan Bupati R/L tentang Kawasan Tidak Merokok di RL tahun 2007
2. SK Bupati RL tentang Tim Teknis Pengendalian Bahaya Merokok di RL tahun 2007
Kalau kita baca Peraturan Bupati ini, tujuan penetapan Kawasan Dilarang Merokok (pasal 2)
adalah :
Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian yang disebabkan merokok dengan
cara mendorong kebiasaan masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;
Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
Mendorong terwujudnya Kabupaten Rejang Lebong Sehat 2010
PEMBINAAN
Pimpinan instansi pemerintah dan instansi non pemerintah wajib melakukan pembinaan atas
pelaksanaan pengendalian rokok bagi kesehatan dengan mendorong dan menggerakkan :
perilaku tidak merokok
terwujudnya kawasan bebas rokok;
meningkatkan gerakan masyarakat untuk mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehatan
RUANGAN MEROKOK
Kalau ada kawasan dilarang merokok, tentu ada kawasan merokok atau ruang merokok. Kalau
kita lihat di bandara Cengkareng, ruang merokok didisain tersendiri, namun dalam peraturan ini
disarankan sbb :
Tidak di dalam ruangan kerja
Ruangan merokok tersendiri, tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok
Jika memungkinkan dilengkapi dengan alat penghisap udara atau memiliki alat sirkulasi
udara tersendiri
Ruangan terbuka, tapi tidak di tempat umum
Adanya peraturan ini membuktikan itikad pemerintah RL untuk membatasi dan mengurangi
ritual “ahli hisap” dan merokok itu berbahaya, bagi diri sendiri atau umum. Merokok tidak
dilarang, sepanjang tidak di “public area”. Namun, sosialisasi gerakan anti rokok ini wajib
mendapat dukungan semua lapisan masyarakat, tanpa itu, maka jumlah perokok akan terus
bertambah,sementara di negara maju budaya merokok sudah berkurang. Peraturan bupati ini
akan mandul, kalau kita yang ada di pemda tidak mempunyai komitmen untuk melaksanakannya.
Kembali Road Show Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan KB dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong ( Senin 28 Juli 2008 ), yang kali ini berfokus di desa-desa di dua
Kecamatan yaitu Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, yang bertujuan
memberikan pelayanan kesehatan dan KB ke masyarakat dan mempercepat kesiapan Desa Siaga.
Sebelumnya Road Show serupa telah di lakukan di Kecamatan Kotapadang ( Road Show I ) dan
Sindang Beliti Ilir dan Kecamatan Padang Ulak
Kali ini Road Show yang di ikuti oleh 160 orang yang terdiri dari Dokter, perawat dan bidan
yang berasal dari Puskesmas – puskesmas se Kabupaten Rejang Lebong diantaranya Puskesmas
Curup, Puskesmas Perumnas, Puskesmas Kampung Delima, Puskesmas Tunas Harapan,
Puskesmas Watas Marga, Puskesmas Talang Rimbo Lama, Puskesmas Sambirejo, Puskesmas
Sumber Urip, Puskesmas Beringin Tiga, Puskesmas Sindang Jati, Puskesmas Sindang Dataran,
Puskesmas Kepala Curup, Puskesmas Tanjung Agung, Puskesmas Padang Ulak Tanding,
Puskemas Sindang Beliti Ilir dan Puskesmas Kotapadang, serta ditambah dengan tenaga-tenaga
pendamping dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, dan juga dibantu oleh Tim
Penggerak PKK Kab. Rejang Lebong, Dharma Wanita Persatuan Kab. Rejang Lebong,dan Dinas
KB Kab,Rejang Lebong.
Kegiatan ini dibuka dan dilepas keberangkatannya oleh Bupati Rejang Lebong Suherman, SE,
MM di lapangan Pemda Kabupaten Rejang Lebong.
Sudah beberapa kali kegiatan Bakti Sosial pelayanan kesehatan diadakan di Kabupaten Rejang
Lebong, dan rasanya antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih
cukup banyak. Untuk yang kesekian kali, Tim Penggerak PKK Rejang Lebong bekerja sama
dengan Dinas instansi terkait, mengadakan acara Bakti Sosial PKK yang dikemas dalam acara
“Bedah Kampung“.
Kegitan inovatif ini merupakan salah satu program unggulan Rejang Lebong, yang merupakan
kerja gotong royong antar Dinas/instansi dalam rangka perbaikan kampung, baik secara fisik
dan juga pembangunan sosial/ekonomi. Kegiatan tersebut di antaranya adalah : bedah rumah
warga miskin, bedah jamban, pelayanan kesehatan (sunat massal, pengobatan, pelayanan gigi,
pemeriksaan golongan darah dan donor darah dan KB), dari program pertanian,
peternakan/perikanan, koperasi, catatan sipil, dll. Pokoknya semua Dinas/instansi saling
berkontribusi untuk penataan dan perbaikan kehidupan warga di lokasi terpilih. Laporan khusus
yang berkaitan dengan bedah jamban yang dikerjakan oleh Dinas Kesehatan dapat dibaca lebih
lanjut
Berikut ini adalah foto-foto dari kegiatan Bedah Kampung yang dilaksanakan pada Sabtu, 15
November 2008 di Kecamatan Curup Timur di mana Dinas Kesehatan Rejang Lebong selalu
terlibat dan mempunya peran yang bermanfaat bagi acara tersebut
Setelah terbangun komitmen bersama, maka akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat
mensosialisasikan di tingkat RT dengan pendekatan STBM. Semoga langkah ini bisa membawa
perubahan perilaku yang lebih berbudaya dan sehat dan tidak menjadi daerah slum yang tidak
sesuai dengan predikat kabupaten sehat yang berkali-kali memenangkan adipura. Berikut
kesepakatan tersebut :
1. Sepakat untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak BAB di siring/sungai, dan
membuang sampah dan limbah RT ke siring/sungai
2. Menganjurkan kepada masyarakat agar tidak mengalirkan pipa WC ke
siring/sungai/danau
3. Sepakat untuk menindaklanjuti pertemuan ini ke pertemuan tingkat kelurahan/desa/RT
4. Sepakat merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk membuat dasar hukum
STBM
5. Sepakat dan siap menjadi fasilitator bagi berubahnya kebiasaan masyarakat agar
berperilaku hidup bersih dan sehat
6. Sepakat mendorong masyarakat untuk bersama-sama memelihara kebersihan sungai dan
siring dan lingkungannya
7. Sepakat mengintegrasikan kegiatan STBM pada kegiatan Bedah Kampung
Rencananya kesepakatan ini akan dibacakan pada upacara Hari Kesehatan Nasional yang akan
dilaksanakan tanggal 18 November 2008 (bersamaan dengan HUT Propinsi Bengkulu)
Meski hari libur, Kamis, 25 Desember 2008, tetapi tak mengurangi minat masyarakat dan PNS
untuk menyambut kedatangan trofi penghargaan untuk Bupati Rejang Lebong. Barangkali ini
semacam pengungkapan rasa syukur dan gembira atas keberhasilan RL mendapat 3 kado akhir
tahun dari pemerintah pusat, yaitu penghargaan dari Departemen Kesehatan, Departemen
Pertanian dan Depkoinfo.
Penyambutan dimulai sejak kedatangan pesawat Mandala Airlines pada pukul 08.45 di Bandara
Fatmawati, Bengkulu, yang disambut secara adat dan dipimpin Bp Sekda. Ada 3 trofi yang
dibawa Bapak Bupati RL, yaitu trofi Penghargaan Ketahanan Pangan, trofi Manggala Karya
Bakti Husada Arutala dan yang ketiga trofi penghargaan Warmasif dari Depkoinfo. Setelah
Bupati dan Ibu dan rombongan istirahat sebentar di ruang VIP Bandara, kemudian dilanjutkan
dengan mengarak trofi yang ditempatkan pada mobil yang dihias secara khusus dan diarak
secara konvoi diiringi seluruh mobil Kepala Dinas/Instansi, mobil puskesmas dan dari kelompok
masyarakat petani menuju Curup. Mungkin ada sekitar 2 kilometer panjang konvoi kendaraan
yang mengiring trofi dengan sirene mobil pusling yang meraung-raung sepanjang perjalanan.
Sesampainya di perbatasan Kepahiang dan Rejang Lebong, 3 trofi tersebut disambut secara adat
dipimpin oleh Wabup Ikbal Bastari, SPd, MM dan Wakil Ketua DPRD Mahdi Husein. Setelah
beberapa sambutan dari waka DPRD dan bupati, ketiga trofi tersebut kemudian diarak keliling
kota dan berakhir di rumah kediaman Bupati. Seluruh peserta konvoi makan siang di rumah
kediaman Bupati.
Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Ibu (dr. Imram, dr. Yuli, dkk) telah berupaya untuk
mensosialisasikan P4K di Propinsi Bengkulu dengan tujuan agar kegiatan tersebut mendapat
perhatian dan dukungan yang serius dari kabupaten/kota. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada
tanggal 1-3 Desember 2008 melalui pertemuan dengan mengundang seluruh kepala dinas
kesehatan, TP-PKK, Bappeda serta menyepakati launching P4K di masing-masing
kabupaten/kota.
Pada hari Rabu, tanggal 24 Desember 2008 bersamaan dengan peringatan Hari Ibu bertempat di
halaman Pemda Kabupaten Rejang Lebong dilakukan pencanganan dan pembukaan selubung
stiker P4K oleh Bapak Bupati yang diikuti unsur muspida, kepala dinas/kantor/badan, camat,
tokoh masyarakat, perwakilan organisasi wanita. Pada acara tersebut ibu Kapolres melakukan
wawancara seorang ibu hamil guna pengisian stiker rencana persalinan. Kegiatan launching ini
akan ditindaklanjuti di tingkat kecamatan yang diawali di Kecamatan Sindang Dataran tanggal
27 Desember 2008 pada saat kegiatan penutupan kegiatan PKK-KB Kes dan Roadshow V
(Lima) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pada saat kegiatan hari ibu juga dilakukan
pemasangan stiker pada ibu hamil di 5 kecamatan oleh Ibu ketua TP-PKK, Ibu ketua Persit, Ibu
Bhayangkari, Ibu Ketua DWP yang diawali dengan pemberian penyuluhan pentingnya stiker
sebagai alat menuju kehamilan yang aman dan nyaman.
Berikut foto-foto kegiatan saat launching P4K pada upacara Hari Ibu, 24 Desember 2008 di
halaman Pemda, kemarin.
Bertempat di Gedung Pola Pemda Rejang Lebong, pada hari Selasa, 23 Desember 2008 kemarin,
telah dilakukan kegiatan Evaluasi Penyelanggaraan Program Kabupaten Sehat. Peserta yang
hadir berjumlah sekitar 75 orang, terdiri dari Kepala Dinas/instansi, pimpinan puskesmas,
Camat, Kepala Desa/Lurah, tokoh masyarakat dan akademisi. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur
Penyehatan Lingkungan, Dirjen P2P, Depkes RI, dr. Wan Al Kadri, MSi. Serta 2 orang staf
beliau, yaitu Ibu Nunik SKM, MSc dan Ibu Upik (CPMU CWSHP).
Pertemuan ini dibuka oleh Bapak sekda, Drs. Tarmizi Usulludin, MM yang juga menjabat
sebagai Ketua Forum Kabupaten Sehat. Dalam arahannya, beliau mengatakan agar
kawasan/tatanan yang masih belum baik agar segera dilakukan pembenahan, agar kita masih
bias mempertahankan predikat kabupaten sehat. Selanjutnya pemaparan dari Direktur
Penyehatan Lingkungan, dr. Wan Al Kadri, yang menyampaikan “Kebijakan dan Strategi
Kab/Kota sehat dalam Otonomi Daerah”. Beliau menyampaikan kiat-kiat dan upaya bagaimana
melakukan perubahan perilaku masyarakat agar mendukung ter capainya kabupaten sehat.
Terutama perlunya terobosan melalui perbaikan sanitasi dan air bersih dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang akan menghasilkan perbaikan derajad kesehatan masyarakat
sesuai kebutuhannya. Salah satunya melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), yang
mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan BAB di sungai/siring.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas di Kabupaten Rejang Lebong agar lebih
transparan dan mempunya sasaran mutu yang jelas, maka kemarin diperkenalkan pelatihan
pendekatan sistem manajemen mutu berdasarkan standar internasional ISO (International
Organization for Standardization). Pelatihan hari pertama ditujukan bagi seluruh pimpinan
puskesmas dan pejabat struktural Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Nara sumber adalah Yana
Herdiana, ST berasal dari konsultan ISO Jakarta.
Pelatihan selanjutnya dilakukan di puskesmas Curup. Puskesmas ini diharapkan pada akhir tahun
2009 nanti menjadi puskesmas pertama di Propinsi Bengkulu yang memperoleh sertifikat mutu
ISO 9001. Bagi puskesmas, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah terbangunnya komitmen
pimpinan dan staf untuk melaksanakan sistem manajemen mutu ISO dan kesanggupan untuk
melaksanakan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Setelah itu dibentuk
kelompok kerja sebagai QMR (Quality Management Representative), guna menyusun dokumen-
dokumen yang menjadi persyaratan ISO.
Meski dirasakan banyak hambatan, puskesmas yang dipimpin dr. Dewi Mustika, MKes ini
bertekad pada pada awal Februari 2009 sudah dapat menyelesaikan dokumen mutu puskesmas
Curup. Terutama dokumen mutu pada 6 pelayanan wajib puskesmas. Selanjutnya uji coba
sebagai puskesmas rintisan dengan pelayanan standar internasional, dan akhir 2009 siap diaudit
untuk kelayakan memperoleh sertifikat ISO 9001
Akhir tahun 2008, nampaknya menjadi tahun kebaikan bagi Bupati RL. Setelah selesai
menghantarkan anak lelakinya, Ales Nopandio, SE, MM ke jenjang pernikahan dengan gadis
Cianjur, beberapa undangan ke Jakarta untuk menghadiri penerimaan penghargaan pun diterima
di kantornya.
Penghargaan yang pertama adalah dari Depertemen Pertanian dalam hal Ketahanan Pangan.
Menurut info dari Dinas Pertanian RL, Bupati sendiri yang waktu itu melakukan presentasi di
kantor Deptan tentang kemajuan program Ketahanan Pangan di RL. Penghargaan ini diserahkan
Presiden pada 18 Desember kemarin. Sementara, Gubernur Bengkulu, Agusrin Najamudin dan
beberapa bupati di Propinsi Bengkulu menerima penghargaan dalam peningkatan produksi beras.
Penghargaan yang kedua yang diterima Bupati RL adalah penghargaan dari Menteri Kesehatan,
berupa Manggala Karya Bakti Husada kategori Arutala. Penghargaan ini diserahkan Menkes
di Hotel Four Season, Jakarta pada malam 18 Desember 2008, dalam rangka memperingati Hari
Kesehatan Nasional yang ke 44. Info menurut Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes,
penghargaan ini diberikan karena keberhasilan Bupati RL dalam peningkatan derajad kesehatan
penduduk RL, dengan indikator hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2007. Berita lebih
lengkap di sini
Penghargaan ketiga, akan diserahkan pada hari Senin, 22 Desember di kantor Depkoinfo, berupa
penghargaan atas keberhasilan pemanfaatan Warmasif (Warung Masyarakat Informasi) yang
ada di Kantor Pos Curup. Artinya pemanfaatan internet di Kantor Pos Curup mencapai 5 besar
untuk peringkat kabupaten/kota.
Penghargaan dari Menkes pada HKN ke 44 tahun 2008 di Four Season Hotel, Jakarta
Pada hari Sabtu, 13 Desember 2008 kemarin, telah dilakukan kegiatan operasi bibir sumbing
dan langitan penduduk RL di RS M. Yunus Bengkulu. Sebanyak 11 anak dan dewasa kiriman
dari puskesmas di RL menjalani operasi bibir sumbing secara gratis. Tim dokter ahli bedah
plastik yang mengoperasi berasal dari Perapi (Persatuan Dokter Bedah Plastik Indonesia)
Jakarta , kerjasama dengan Smile Train Amerika, Pemda Bengkulu dan KNPI. Dari 11 peserta
operasi, ada 7 peserta operasi mulut bagian langitan yang harus menjalani rawat inap, sementara
4 peserta bisa langsung pulang ke Rejang Lebong (rawat jalan).
Seluruh biaya transport dari RL ke M Yunus, makan dan penginapan peserta operasi dan
pendampingnya, dibiayai oleh PKK RL (yang diketuai ibu bupati) dan diorganisir bersama-sama
Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Peserta diberangkatkan dari Curup pada Jumat sore, dengan
menggunakan 1 bus pemda RL. Acara keberangkatan ke M Yunus dilepas oleh Bapak Sekda,
Drs. Tarmizi Usulludin, MM di halaman kantor Dinas Kesehatan Rejang Lebong, didampingi
oleh Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes dan para staf Dinkes.
Kegiatan ini akan dilakukan 2 angkatan, dan angkatan berikutnya diselenggarakan pada Sabtu
depan, 20 Desember 2008, dengan peserta sekitar 10 orang.
Judul ini dipilih sebagai best practice untuk Prov. Bengkulu karena keberhasilan Kabupaten
Rejang Lebong untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan (Health Financing). Di Kabupaten
Rejang Lebong, sebelum tahun 2005 pola tarif pelayanan antar Puskesmas tidak sama.
Pendapatan (income) Puskesmas sering tidak memenuhi target yang ditetapkan Pemda. Pada
tahun 2005, sampai November 2005, pencapaian target pendapatan Puskesmas se Kabupaten
Rejang Lebong, hanya 59 %. Dinas Kesehatan kabupaten Rejang Lebong merasa bahwa
keadaan ini perlu ditata dengan regulasi pembiayaan yang reformatif.
Direncanakan regulasi ini akan dibuat melalui Perda Kabupaten, dan semua Puskesmas akan
mematuhi regulasi ini. Dipandang dari level Kabupaten, maka Puskesmas akan merupakan
obyek dimana regulasi diadakan. Tetapi Puskesmas sendiri akan menjadi subyek untuk meng-
implementasikan Perda. Pemda sebagai “pemilik” Puskesmas akan mengelola regulasi ini.
Sedangkan tentang area reform, kegiatan ini dapat dimasukkan dalam area “reformasi
pembiayaan”. Namun tujuan kegiatan ini juga untuk membuat Puskesmas mampu mengelola
sendiri dana yang diterima (self-managed), untuk kegiatan peningkatan mutu pelayanan, maka
kegiatan ini dapat pula dimasukkan dalam area: Peningkatan Mutu Pelayanan.
Agar reformasi pembiayaan Puskesmas bisa berkesinambungan meskipun DHS-I telah selesai,
beberapa exit strategy dan sustainability plan perlu dipertimbangkan antara lain:
3. Insentif pada petugas perlu dilanjutkan. Insentif tidak harus berupa uang, namun bisa
dalam bentuk penghargan lain.
Sebagai kabupaten yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu untuk
melaksanakan program kemitraan bidan-dukun, maka pada bulan Oktober 2008 telah diberikan
pembekalan materi kemitraan bidan dan dukun yang menghadirkan nara sumber dari Direktorat
Ibu Depkes RI. Pada pertemuan tersebut diundang 7 kecamatan terdiri dari; Camat, Pimpinan
Puskesmas, Bidan Koordinator dan dukun bayi. Pemlihan kecamatan tersebut berdasarkan data
persentase persalinan oleh dukun > 50%.
Sebagai kesepakatan tindak lanjut dari pertemuan kemitraan bidan dan dukun tingkat kabupaten,
masing-masing puskesmas melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan dengan mengundang
kepala desa, bidan desa dan dukun bayi untuk menghasilkan kesepakatan bersama kemitraan
bidan dan dukun.
LESSONT LEARNT: Kegiatan kemitraan ini berhasil karena adanya dukungan dari berbagai
pihak yang dapat dilihat dari pertemuan awal kemitraan bidan dan dukun di tingkat Kecamatan
yang dihadiri oleh Camat, Kades, TP PKK, Toma, bidan, dukun bayi dan difasilitasi oleh Subdin
KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, pada pertemuan tersebut bidan dan dukun bayi
menandatangani MOU yang disepakati bersama dengan saksi para undangan pertemuan.
Pada saat pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun ini masih mengalami kesulitan, karena belum
semua desa memiliki bidan. Akhirnya pada saat persalinan terjadi dan dukun bayi akan
memanggil bidan (mitranya) ternyata tidak ada. Masih kurangnya jumlah bidan di desa. Untuk
mengatasi hambatan telah dilakukan : Sosialisasi dan advocacy dengan Pemda dilaksanakan
pada Pertemuan Audit Maternal Perinatal tingkat Kabupaten. Kemudian untuk melakukan
advocacy tidak ditetapkan waktu yang formal, justru waktu yang informal lebih efektif untuk
melakukan advocacy. Untuk desa yang belum mempunyai bidan desa, diambil kebijakan untuk
menugaskan bidan desa tetangga.
Menyikapi masih dilakukannya kebiasaan sebagian penduduk di Kelurahan Kepala Siring dan
Talang Benih dalam BAB (Buang Air Besar) di siring atau mengalirkan pipa WCnya ke siring
(siring dijadikan septic tank), maka dicoba melakukan pendekatan persuasi melalui banner atau
poster besar yang dipasang di sekitar siring ke 2 kelurahan tersebut. Banner ini dibiayai oleh
puskesmas Curup sebagai ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
dengan tidak mencemari siring/sungai, yang masih digunakan sebagian penduduk untuk aktivitas
mandi, gosok gigi, mencuci piring dan pakaian, dll.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan ketua RT di Talang Benih dan Dinas
Kesehatan dalam rangka pengenalan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Banner ini diserahkan kepada ke 2 lurah tersebut saat peresmian kantor Bapedalda dan
Kebersihan di Terminal Simpang Nangka, tanggal 18 Februari 2009. Peresmian kantor tersebut
juga diramaikan dengan aktivitas bakti sosial kerjasama PKK dan Dinas Kesehatan dengan
pelayanan : sunat masal, pengobatan umum, pelayanan kesehatan gigi, cek golongan darah,
donor darah serta yan KB.
Animo masyarakat dalam kegiatan ini lumayan banyak, sebagaimana dapat dilihat dalam foto-
foto kegiatan ini.
Sebagai upaya untuk meningkatkan cakupan posyandu, maka melalui dana APBD tahun 2008
dilaksanakan kegiatan operasi timbang di 196 posyandu (seluruh posyandu). Kegiatan ini
menindaklanjuti hasil kesepakatan rapat koordinasi program gizi yang dilaksanakan setiap tahun
ditingkat kecamatan dengan mengundang Camat, TP-PKK, pimpinan puskesmas, kepala
desa/lurah dan kader posyandu yang menyepakati agar dilaksanakan kegiatan operasi timbang
dalam rangka meningkatkan cakupan program gizi dan sekaligus menjaring balita gizi kurang
dan gizi buruk.
Kegiatan operasi timbang di Kabupaten Rejang Lebong dilaksanakan pada Bulan Agustus-
September 2008 secara terpadu dengan melibatkan lintas sektor (Dinas Kesehatan, Pemda, dinas
KB) secara berjenjang tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Agar kegiatan ini mendapat
dukungan penuh dari pihak kecamatan dan desa terlebih dahulu dilakukan rapat koordinasi
ditingkat kabupaten di Aula Sekretariat PKK kabupaten yang dipimpin langsung oleh Setdakab
yang dihadiri oleh seluruh camat, pimpinan puskesmas dan ketua TP-PKK kecamatan. Pada
rapat kabupaten disusun pedoman kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan tim supervisi yang
ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi tingkat kecamatan.
Kegiatan operasi timbang dilakukan supervisi tim terpadu kabupaten (dinas kesehatan, TP-PKK,
dinas KB, tim kecamatan) pada desa wilayah puskesmas. Pada setiap supervisi dilakukan
penyuluhan manfaat posyandu, pengasuhan anak, KIA-KB, yang intinya memotivasi masyarakat
agar rajin ke posyandu.
Permasalahan gizi buruk menjadi isu sentral seiring meningkatnya kasus gizi buruk di Kabupaten
Rejang Lebong dengan ditemukan 50 kasus gizi buruk tahun 2005. Mencuatnya kasus gizi
buruk, mempengaruhi suhu politik di Kabupaten Rejang Lebong giatnya “Rakyat Bengkulu”
sebagai media utama di Propinsi Bengkulu memberitakan ketidakpedulian pihak ekskutif dan
legislatif terhadap bermunculnya kasus gizi buruk mengingat Kabupaten Rejang Lebong adalah
kabupaten yang subur. Pihak legislatif menuding pihak ekskutif tidak perhatian terhadap
permasalahan gizi masyarakat. Sebaliknya pihak LSM menuding legislatif agar tidak
menghamburkan dana untuk kegiatan studi banding, lebih baik diberikan kepada masyarakat
penderita gizi buruk. Disisi lain Dinas Kesehatan sebagai instansi teknis dituding gagal dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat. (untuk membaca laporan lengkap tentang
gizi buruk di Rejang Lebong klik disini
Timbulnya permasalahahan gizi buruk ini bagi Dinas Kesehatan disatu sisi menurunkan Citra
kinerja dinas kesehatan dan jajarannya, disisi lain memberikan peluang dinas kesehatan untuk
mendapatkan perhatian dari pihak legislatif dan ekskutif dalam alokasi dana program gizi.Hal ini
benar terbukti program gizi mendapat prioritas anggaran dari APBD kabupaten, tahun 2006
alokasi dana sebesar Rp. 180 juta, meningkat tahun 2007 sebasar 200 juta, dan tahun 2008
sebesar Rp. 250 Juta dan tahun 2009 sebesar Rp. 225 juta.
Sebagai instansi teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong berupaya agar terjadi
penurunan kasus gizi buruk dari tahun ke tahun, langkah awal yang dilakukan adalah koordinas
internal dengan mengundang seluruh pimpinan puskesmas dan petugas gizi menyusun rencana
kegiatan intervensi jangkah pendek (darurat), yaitu melakukan operasi timbang skrining seluruh
balita di posyandu sehingga terdeteksi secara dini balita gizi kurang agar tidak jatuh menjadi gizi
buruk dan balita yang teridentifikasi gizi buruk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan segara
dirujuk ke RSUD dan pemberian makanan tambahan selama 120 hari pasca perawatan di RSUD.
Kegiatan ini dikoordinasikan dengan melibatkan TP-PKK kabupaten, pihak kecamatan dan
Kepala Desa/Lurah yang sebelumnya telah diinformasikan melalui Surat Edaran Bupati Rejang
Lebong agar dinas terkait, Camat dan Kepala Desa/Lurah mengaktipkan kembali posyandu,
menjaring balita gizi kurang dan gizi buruk dan mengantarkan segera balita gizi buruk ke
fasilitas pelayanan puskesmas dan RSUD.
Pada tahun 2008 sebagai upaya preventif menurunkan kasus gizi buruk Pemerintah Kabupaten
Rejang Lebong yang diikoordinir oleh dinas kesehatan menggagas strategi baru meningkatkan
akses dan cakupan pelayanan kesehatan di kecamatan dan desa yang memiliki permasalahan
kesehatan ibu,anak dan gizi dengan pola reaktif jemput bola kesasaran secara bersama-sama
menuntaskan masalah, melibatkan 19 puskesmas, TP-PKK, dinas KB dan kecamatan yang
dikenal dengan “Roadshow Kesehatan”.
Roadshow kesehatan dan gizi ini bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan
gizi masyarakat, kegiatan utama adalah penimbangan balita di posyandu, penyuluhan kesehatan
dan gizi, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi, sweeping balita yang tidak
Roadsow Pelayanan Kesehatan dan Gizi selama tahun 2008 telah dilaksanakan empat kali yang
diperioritaskan pada kecamatan yang memiliki permasalahan kesehatan dan gizi yaitu pada bulan
Januari 2008 di 19 desa kecamatan Kotapadang dan Sindang Beliti Ilir, Bulan April di 19 desa
Wilayah Kecamatan Sindang Beliti Ulu dan Kecamatan Padang Ulak Tanding, Bulan Juli 2008
di 19 desa Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, Bulan Nopember 2008
di 19 desa Kecamatan Kotapadang dan Kecamatan Sindang Beliti Ulu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Sudirman Ansyar, SKM, M.Kes), Kabupaten Rejang Lebong
berhasil menurunkan kasus gizi buruk, awal saya menjadi kepala dinas tahun 2005 jumlah kasus
gizi buruk sebanyak 45 orang dan tahun 2008 mengalami penurunanan menjadi 7 kasus
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang kesemuanya (100%) telah
ditangani dan menjadi gizi baik. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran dari kita semua
terutama TP-PKK dan jajarannya, puskesmas dan jajarannya, dan pihak kecamatan untuk
menghimbau warganya agar orang tua memberikan perhatian pada anaknya dan segera melapor
bila ditemukan anak yang kurang gizi.
Kabid Binkesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong (Herwan Antoni, SKM, M.Kes)
permasalahan gizi buruk di Kabupaten Rejang Lebong umunya berasal dari keluar miskin
dengan penyebab langsung karena asupan yang kurang yang disertai dengan penyakit penyerta
(infeksi) TBC karena lingkungan rumah yang kurang baik. Dalam penanganan kasus ini
penderita di Rujuk ke RSUD untuk mendapatkan perawatan, pemberian makanan tambahan
pasca perawatan dan dilanjutkan dengan pemberian obat penyakit penyerta. Biaya untuk
penderita gizi buruk ini di RSUD gratis di kelas 3 dan dinas kesehatan menyediakan transport
rujukan dari desa ke RSUD, biaya konsultasi ke dokter spesialis, biaya pendamping (orang tua
selama perawatan di RSUD) dan biaya pemberianan makanan tambahan 120 hari. Selama tiga
tahun ini 60% kasus gizi buruk, status gizinya kembali menjadi gizi baik. Sisanya mengalami
hambatan karena adanya penyekit penyerta.
Sebagai upaya Pemda dalam menurunkan kasus gizi buruk ini, Bupati Rejang Lebong
(Suherman, SE, MM) dalam setiap pidatonya menghimbau agar orang tua balita agar rajin
membawa balitanya ke posyandu, setiap balita yang terindikasi gizi buruk agar segera dirujuk ke
RSUD mengenai biaya Bupati yang bertanggung jawab, dan setiap ada kasus agar dilaporkan
untuk di jemput dan diantar ke RSUD bila tidak tersedia kendaraan, pakai kendaraan yang ada
dirumah dinas Bupati. Rumah Sakit agar ada pasien gizi buruk gratis, kalau uang lapor saya
ambil uang pos Bupati.
Sosialisasi dilakukan kepada dokter dan petugas puskesmas, pustu, bidan desa, kader dan tokoh
masyarakat di 6 puskesmas wilayah perkotaan, yaitu Curup, Perumnas, Tunas Harapan,
Kampung Delima, Curup Timur dan Watas Marga.
Tim dari RS Jiwa “Soeprapto” dipimpin langsung oleh direkturnya, dr. RA Muchtar, yang
merupakan mantan Kadinkes Rejang Lebong periode 1995-2005, dibantu psikolog dan beberapa
stafnya. RSJ siap menerima rujukan penderita gangguan jiwa, terutama neurosa dan
gelandangan psikotik, apalagi tunawisma. Hanya syarat administrasi, terutama bagi yang
miskin, seperti kartu Jamkesmas, diperlukan saat berobat (menjadi masalah karena jarang
“gelandangan pskotik” yang juga tunawisma yang punya kartu).
Beberapa waktu dulu, puskesmas Curup saat dipimpin drg Asep bahkan pernah menjalin
kerjasama dengan pskiater dr. Heru dan mengadakan pelayanan kesehatan jiwa sebulan sekali.
Sangat baik kalau hal tersebut tahun ini diaktifkan kembali.
Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2009 (hari
Minggu), diselenggarakan senam lansia dan pengobatan gratis. Juga dibagikan doorprize
melalui pencabutan nomor bagi yang ikut. Acara diselenggarakan di lapangan Setianegara
dengan dihadiri Bapak Bupati dan Ibu serta Wabup dan Ibu dan juga unsure muspida dan Kepala
Dinas.
Kegiatan ini diikuti sekitar 250 lansia yang dikirim dari kelompok lansia puskesmas yang ada di
kota Curup. Kepada seluruh peserta juga dibagikan kaos sumbangan dari PT Askes. Setelah
mengikuti senam jantung sehat, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan pemeriksaan
kesehatan. Cek tensi darah dikerjakan oleh tenaga perawat/bidan puskesmas Perumnas, Watas
Marga, Kp Delima dan Curup. Pemeriksaan kesehatan dilayani oleh tim dokter yang terdiri dari
dr. Eva PS, dr. Reyco, dr. Wuri, dr. Andriani dan dr. Neljun. Keluhan-keluhan yang dirasakan
lansia umtumnya, darah tinggi, rematik/pegal-pegal dan ISPA.
Hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2009 kemarin, telah diselenggarakan Lomba Balita Sehat tingkat
Kabupaten. Peserta berasal dari pemenang seleksi yang diselenggarakan di 15 kecamatan, yang
terdiri dari kelompok 6 – 24 bulan dan 25 sampai 60 bulan dengan jumlah peserta 90
balita. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Penggerak PKK kerjasama dengan Dinas
Kesehatan.
Tujuan lomba adalah untuk memotivasi masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita
agar lebih memperhatikan kesehatan balitanya. Acara ini digelar sekaligus dalam rangka
memperingati HUT Kota Curup. Dalam acara tersebut, Bupati RL Suherman, MM dan beberapa
kepala dinas/Instansi menyaksikan jalannya acara dan menyapa para peserta lomba. Menariknya
lagi, ibu-ibu peserta lomba ini mengantre meminta agar Bupati Suherman memberikan ciuman
kepada anak-anak mereka.
Pemenang untuk kategori 25 sampai 60 bulan yaitu Gilang dari Kecamatan Curup Utara,
sedangkan untuk kategori 6 – 24 bulan didapat oleh Maulana dari Kecamatan Sindang Dataran.
Bekerja sama dengan PT. Sari Husada, PKK Kabupaten Rejang Lebong, dan PKK Kecamatan
Curup Utara, lomba ini diikuti oleh 128 Balita untuk lomba balita sehat dan 25 pasang suami
istri untuk lomba Ibu Hamil-Suami siaga. Lomba ini diluar dugaan mendapat perhatian yang luar
biasa dari masyarakat. Ketua PKK Kabupaten Rejang lebong ibu Hj. Susilawati Suherman, SE,
MM dalam sambutannya mengatakan hendaknya kegiatan ini dijadikan agenda tahunan program
kesehatan karena melalui lomba-lomba seperti ini akan merangsang partisipasi masyarakat dan
meningkatkan derajat kesehatan khususnya di kabupaten Rejang Lebong.
dr. Eva Permata Sari,SH dalam pidatonya menyatakan tema dari HUT Puskesmas kali ini adalah
menyelamatkan generasi yang hilang (The Lost Generation). Tanggung jawab dari orang tualah
mulai dari masa kehamilan untukmenjaga buah hatinya agar dikemudian hari kelak di
pundaknyalah beban bangsa ini ditaruh bukannya malah sebaliknya, menjadi beban dari
masyarakat, pemerintah maupun bangsa Indonesia yang kita cintai.
Pemenang I Lomba Balita sehat Kategori usia <2tahun : Sistia dari desa Dusun Sawah
Pemenang I Lomba Balita sehat Kaegori usia >2tahun : Rita Sakinah dari kelurahan Tunas
Harapan
Pemenang I Lomba Ibu Hamil- Suami Siaga: pasangan Erick dan Maria dari kelurahan Dusun
Curup
Bupati Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, Suherman menerima dua penghargaan nasional dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Hari ini, Jumat (5/6) Bupati menerima penghargaan dari
presiden SBY berupa piala Adipura,” kata Asisten I Pemkab Rejang Lebong, Kadirman, SH di
Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Jumat (5/6), sebagaimana dikutip dari koran Media
Indonesia. Bersamaan dengan itu juga diterima penghargaan dari presiden berupa penghargaan
“Peningkatan Produksi Beras“.
Piala Adipura yang diterima Bupati ini, merupakan ke empat kalinya. Pada tanggal 8 Juni 2009
lanjut Kadirman, bupati kembali menerima penghargaan dari presiden atas prestasi peningkatan
produksi beras nasional (PPBN) di Boyolali. Rencananya dua penghargaan ini, akan disambut
oleh DPRD bersama masyarakat pada tanggal 10 Juni di Kelurahan Tempel Rejo Kecamatan
Curup Selatan, Kabupaten Rejang Lebong. “Panitia sudah menyebarkan 5.000 undangan yang di
koordinir oleh lima Camat di Kota Curup,” ujarnya.
Ia mengimbau kepada seluruh komponen masyarakat kabupaten Rejang Lebong untuk dapat
menghadiri acara penyambutan dua penghargaan tersebut. Dua penghargaan itu akan diarak
keliling Kota Curup. Bagi aparat pemerintah mulai dari yang paling bawah, dan unsur muspida
serta para tokoh masyarakat yang hadir akan menggunakan pakaian adat Rejang. “Piala Adipura
yang ke empat ini, merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintah daerah,” kata Hermansyah,
warga Kelurahan Talang Rimbo Baru Kecamatan Curup Tengah. Namun katanya, pranserta dan
dukungan masyarakat tetap diutamakan. Tanpa didukungan masyarakat apapun bentuk
programnya tidak akan bisa terlaksana dengan baik.
Untuk lebih mensosialisasikan Kawasan Dilarang Merokok di 7 kawasan tersebut, maka pada
moment Hari Tanpa Rokok Sedunia, Bupati Rejang Lebong membuat surat edaran yang isinya
diharapkan kepada pimpinan Dinas/Instansi agar membuat aksi sbb :
1. Melarang setiap orang merokok pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2009 di kantor dan di rumah
dan tempat-tempat umum lainnya
2. Membuat penandaan atau petunjuk yang jelas larangan merokok di tempat kerja dengan
tulisan : “KAWASAN DILARANG MEROKOK”, dengan ukuran tulisan yang jelas dan
mudah terlihat
3. Mengambil tindakan/sangsi/teguran lisan terhadap pelanggaran ketentuan tersebut
Guna mewujudkan harapan masyarakat tersebut, maka Dinas Kesehatan Rejang Lebong
berupaya meningkatkan pelayanan puskesmas melalui strategi Puskesmas Berseri, menuju
puskesmas yang memenuhi harapan masyarakat, serta mempersiapkan sebagai rintisan
puskesmas standar nasional (diakreditasi oleh KAN/KARS) atau sebagai rintisan menuju
puskesmas standar internasional (ISO).
1. TUJUAN
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus
A. Pengertian :
Puskesmas Berseri adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai
dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
, dengan upaya berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)
1. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
2. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister.
3. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.
4. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan.
5. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang
tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas.
6. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, sehingga memberi kenyamanan
pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya.
7. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang
sesuai dengan harapan pasien.
8. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
9. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar
10. Supervisi dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan
pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan
11. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap enam bulan sekali serta
ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan
1. Bersih : Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dalam suasana yang bersih
dan rapi, baik petugasnya, pakaiannya dan peralatannya, juga tempat pelayanan :
ruang tunggu, kamar mandi/WC dan lingkungan keseluruhan puskesmas
2. Ramah : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap yang ramah, siap
membantu dan mengobati dan mudah menegur dan menyapa pasien.
3. Responsif (tanggap) : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap responsif
(tanggap), dapat memenuhi hasrat pasien dan mengerjakan yang dibutuhkan pasien
4. Informatif : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai informasi yang memadai
tentang jenis pelayanan yang diberikan, semua pegawai menggunakan tanda pengenal,
ada papan informasi biaya dan program kesehatan
Tim ini juga dilengkapi dengan obat-obatan sebanyak 58 koli, kantong mayat, tenda peleton, alat
untuk penjernihan air dan bahan desinfeksi. Dengan menggunakan 4 mobil puskesling, tim ini
menuju Padang melalui jalur Lubuk Linggau terus ke Solok dan akan mencapai kota Padang
untuk melapor ke Satlak setempat. Tim dipimpin Kabib P2PL, Amran BSc.
Menurut informasi, setelah melapor ke Satlak setempat, tim ini ditempatkan di kabupaten
Pariaman, desa Pautan Kabau, kecamatan Nan Sabaris. Setelah mendirikan tenda peleton, tim
melakukan baksos pelayanan kesehatan dan konon melayani masyarakat hingga seratusan
pasien. Komunikasi tim keluar lebih banyak mengandalkan facebook dan SMS.
Tim Baksos yang beranggotakan karyawan Dinkes dan puskesmas Kepala Curup serta dibantu
dokter Asma Mardhiah dari Sumber Urip, hari Senin, 24 November meluncur menuju ke lokasi
dengan menggunakan 2 kendaraan serta dipandu bidan Halimah (bidan Apur) yang
menggunakan motor. Siang itu cuaca sangat baik dan cerah, sehingga perjalanan ke lokasi desa
Air Nau bisa dicapai dengan mudah, walau melewati jembatan yang pinggirnya sudah longsor.
Setelah ramah tamah dengan pak Marwi (orang tua angkat bidan Halimah) yang asal kota
Malang, tim kemudian melakukan baksos pelayanan kesehatan di Poskesdes yang gedungnya
dibangun atas inisiatif masyarakat dari dana ADD. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi
pengobatan umum, posyandu, sunat masal dan pemeriksaan ibu hamil. Antusias masyarakat
lumayan tinggi, terbukti dari banyaknya warga yang hendak berobat .
Menurut Depkes RI dikenal 3 kategori penghargaan kabupaten sehat. Yang pertama kabupaten
sehat tingkat padapa atau tingkat pemantapan yang dinilai pada 2 kawasan/tatanan unggulan di
mana Rejang Lebong pernah mendapatkannya pada tahun 2007. Ke dua kabupaten sehat tingkat
wiwerda atau pembina yang dilakukan penilaian pada 5 kawasan/tatanan unggulan di mana pada
tahun 2009 ini kabupaten RL mendapatkanya ke tiga kabupaten sehat tingkat wistara atau
pengembangan yang dilakukan penilaian di 9 kawasan atau tatanan unggulan.
Bagi kabupaten Rejang Lebong, penghargaan kabupaten sehat yang kedua kali dengan kelas
penghargaan yang meningkat menjadi tingkat wiwerda ini merupakan penghargaan satu-satunya
bagi kabupaten di Propinsi Bengkulu . Menurut tim Depkes, tahun 2009 ini ada sekitar 58
kabupaten/kota yang mengajukan untuk dinilai, tapi dari sekian banyak kabupaten kota di
Indonesia yang mengusulkan untuk dinilai hanya 38 kabupaten/kota saja yang dianggap layak
mendapatkan penghargaan tersebut termasuk kabupaten Rejang Lebong.
Barangkali ini kegiatan yang cukup luar biasa dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) ke 45 dan Kesatuan Gerak PKK ke 37, yaitu jalan santai dan lomba senam jantung
sehat. Ini kegiatan massal yang melibatkan ribuan orang. Pesertanya dari berbagi kalangan,
bahkan dari desa-desa di pelosok kabupaten Rejang Lebong. Gerak jalan dimulai dari start di
tempat kediaman Bupati RL dan berakhir di lapangan Setia Negara. Sebelumnya dilakukan
kegiatan pemeriksaan tekanan darah bagi siapa saja yang berminat. Peserta yang beruntung
mendapatkan doorprize berupa sepeda, kompor gas, magic com, dispenser, kipas angin dll.
Sementara kegiatan lomba senam jantung sehat di lapangan setianegara diikuti hampir 700
kelompok yang berasal dari 15 kecamatan. Lomba ini berlangsung selama 3 hari dan
memperebutkan hadiah uang pembinaan dan piala dari Ketua Tim Pengggerak PKK.
Desa siaga merupakan program prioritas dan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah
Kabupaten Rejang Lebong. Sebagai wujud kepedulaian tersebut telah berikan dalam bentuk
dukungan kebijakan dan pendanaan. Konsep desa siaga di Kabupaten Rejang Lebong lebih
difokuskan pada pemberdayaan ditingkat keluarga agar setiap individu mau, tahu dan mampu
mengatasi setiap permasalahan kesehatan di tingkat keluarga. Hanya dengan keluarga siaga akan
terwujud Masyarakat Siaga dan akhirnya Desa Siaga. Fokus permasalahan siaga di Kabupaten
Rejang Lebong di prioritaskan pada lima siaga: 1) Siaga Kesehatan Ibu dan Anak, 2) Siaga
Gizi, 3) Siaga Penyakit Menular, 4) Siaga Bencana dan 5) Siaga Nafza yang merupakan
permasalahan lokal spesifik yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Rejang Lebong.
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mempercepat terwujudnya desa siaga di Kabupaten
Rejang Lebong diantaranya pencanangan dimulainya 40 desa siaga oleh Bupati Rejang Lebong
pada HKN ke-42, penyediaan 20 unit kendaraan roda 2 bagi bidan poskesdes, pembangunan
Poskesdes baru 29 unit. Juga dilakukan kegiatan Roadhsow kesehatan dengan fokus kegiatan
pengembangan dan pembinaan desa siaga oleh tim Kabupaten dan Puskesmas di seluruh
kecamatan yang menghasilkan 100% Desa Siaga telah terbentuk pada tahun 2009.
Sebagai bentuk motivasi terhadap pengembangan desa siaga pada bulan Otober-November 2009
telah dilakukan penilaian desa siaga terbaik tingkat kabupaten terhadap 21 Desa Siaga terbaik
perwakilan Puskesmas dan Kecamatan. Penilaian berfokus pada kebijakan, administrasi,
pelaksanaan kegiatan lima siaga, output kegiatan desa siaga dan kegiatan inovasi desa.
Setelah melalui penilaian oleh tim penilai kabupaten diperoleh desa terbaik satu Desa Kesambe
Lama dengan jumlah nilai 4380 poin dan mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp.750.000,-
serta piagam dan piala, juara dua dengan jumlah nilai 4290 poin mendapat dana pembinaan Rp.
600.000,- serta piagam dan piala dan juara tiga dengan jumlah nilai 4200 poin mendapat dana
pembinaan Rp. 500.000,- serta piagam dan piala.
Menurut ketua tim penilai Herwan Antoni, SKM,M.Kes,M.Si selaku Kabid Binkesmas
penialaian Desa Siaga ini dmaksudkan sebagai salah satu upaya kita untuk mendorong atau
memotivasi desa-desa yang telah terbentuk menjadi Desa Siaga agar berperan aktip, baik
pengurus, keluarga dan masyarakat bersama-sama mengisi kegiatan terutama lima siaga
sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat benar-benar siaga jika terdapat permasalahan
kesehatan di tingkat rumah tangga dan masyarakat. Rencana kedepan (tahun 2010) penilaian
desa siaga akan lebih difokuskan pada bukti nyata kegiatan di masyarakat misalnya kemampuan
simulasi setiap siaga termasuk Mars keluarga siaga.
Pada saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong telah menegembangkan modul
Keluarga Siaga dan buku saku Desa Siaga yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kader
dalam memfasilitasi pengembangan desa siaga (Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong)
Sebagai putra asli Desa Air Kati menyadari kesehatan merupakan program prioritas dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga perlu diupayakan dan
diberdayakan melalui kegiatan posyandu melibatkan peran kader, PKK desa dan tokoh
masyarakat dengan kegiatan rutin penimbangan, penyuluhan, pelayanan kesehatan, imunisasi
pemberian makanan dan berbagai kegiatan tambahan. Kendala belum tersedianya gedung
posyandu yang mandiri yang masih memanfaatkan rumah kader, sedangkan peran kader dan
antusias masyarakat ke posyandu cukup tinggi. Selain itu apa yang menjadi harapan TP-PKK
kabupaten pengembangan anak melalui posyandu terpadu dengan PAUD terkendala karena
tidak tersedia tempat yang layak. Pemikiran tersebut menjadi harapan yang ingin diwujudkan
secara bersama untuk disampaikan pada musyawarah masyarakat desa yang dihadiri oleh
perangkat desa, pengurus desa siaga dan tokoh masyarakat yang diterima menjadi keputusan
desa.
Melalui dana PNPM tahun 2008 di bangun gedung posyandu dengan luas 8 X 6 M terdiri dari 3
ruang, 2 kamar mandi dan Aula dengan total dana RP. 141.000.000,- yang pengerjaannya secara
gotong royong selesai akhir tahun 2008. Pada tanggal 20 Januari 2009 gedung tersebut di
resmikan oleh Bapak Bupati Rejang Lebong Suherman, SE, MM melalui kegiatan Bakti Sosial
Pelayanan Kesehatan-KB kerjasama dengan TP-PKK, Dinas Kesehatan dan Dinas KB. Dalam
sambutannya Bupati memberikan penghargaan dan terima kasih kepada masyarakat Air Kati atas
pembangunan gedung posyandu yang megah melalui dana PNPM dan diharapkan gedung ini
dirawat dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.
Roadshow kesehatan merupakan kegiatan inovatip Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong
dalam upaya meningkatkan intensifikasi pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan standar
pelayanan minimal kesehatan dengan pola jemput bola langsung ke sasaran. Latar belakang
kegiatan roadshow kesehatan belum tercapainya target standar pelayanan minimal terutama
program kesehatan ibu dan anak (K1, K4, Linakes, Kunjungan Neonatal) berdasarkan evaluasi
program akhir tahun 2007, terdapat 50% puskesmas berdasarkan pemetaan dengan katagori
merah (cakupan < 50%) walaupun berbagai upaya program yang didukung oleh DHS-ADB
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. Sehingga timbul pemikiran perlu upaya khusus
untuk membantu puskesmas yang mengalami hambatan mencapai target SPM dengan cara
bekerja secara bersama (sistim gotong royong) dengan melibatkan seluruh tim puskesmas ke
desa-desa wilayah puskesmas dengan katagori merah.
Roadsow kesehatan telah dilaksanakan sebanyak enam kali, roadsow pertama di laksanakan
diwilayah Puskesmas Kotapadang pada 21 desa yang melibatkan 300 orang tim kerja, puskesmas
masing-masing 10 orang, pengelolah program dinas kesehatan, TP-PKK dan tim kecamatan.
Kegiatan yang dilakukan di desa sasaran ; 1). Pelayanan pengobatan umum, 2). Pelayanan
posyandu (KIA, Gizi, Imunisasi Ibu hamil dan Bayi), 3). Pelayanan ibu hamil (ANC, penyuluhan
dan FGD), 4). Penyuluhan (Kesling, Chikungunya, PHBS, Gizi ), 5). Penjaringan kasus gizi
kurang dan buruk, 6). Pembinaan terhadap kader posyandu, 7). Pengorganisasian dan
pemantapan desa siaga dan 8). Pendataan ibu hamil, bayi dan balita. Sedangkan roadshow
terakhir dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2009 di 21 Desa Wilayah Puskesmas Sindang
Kelingi, Binduriang dan Padang Ulak Tanding. Hasil kegiatan roadshow telah memberikan
manfaat dalam upaya meingkatkan keterpaduan dan semangat kebersamaan membantu
puskesmas yang memiliki keterbatasan sehingga berhasil meningkatkan akses pelayanan
kesehatan keluarga miskin terutama daerah terpencil, meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, dan gizi. Kegiatan roadhosw ini telah menjadi agenda tetap pemerintah
daerah yang telah mendapat dukungan pendanaan dari APBD, Bupati dan Ibu ketua TP-PKK
ikut serta dalam setiap kegiatan
Kabupaten Rejang Lebong melalui surat keputusan bupati nomor 173 tahun 2006 telah
membentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Rejang Lebong dengan tugas dan
tanggung jawab :
Program Penanggulangan HIV dan AIDS di kabupaten Rejang Lebong telah berjalan efektif
sejak tahun 2008 melalui dukungan Komisi Penanggulangan Aids Nasional hingga sekarang.
Pada tahun 2010 Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Rejang Lebong (baca : KPAK RL)
melaksanakan program sosialisasi dan Outlet bagi populasi kunci karena :
1. HIV dan IMS semakin berkembang di masyarakat , data Terakhir KPAK RL di bulan Juli
tahun 2010 telah tercover sebanyak 19 orang dengan positif AIDS melalui klinik VCT
RSUD M.Yunus Prov. Bengkulu 90% di antaranya telah meninggal dan masih banyak
lagi yang belum terdata, yang dapat di ibaratkan seperti gunung es yang harus di gali/di
cairkan. Mudahnya penyebaran dan penularan serta penyebab nya adalah seks yang
barganti pasangan dan tidak menggunakan pelindung yang aman, ada nya sex bebas.
2. Penanggulangan HIV dan IMS melalui outlet Kondom khusus bagi populasi kunci yang
beresiko tinggi untuk tertular. Outlet kondom tersebut di berikan dengan maksud dan
tujuan yang positif sekaligus untuk menekan jumlah orang yang tertular Virus HIV dan
IMS. Untuk tercapainya hasil yang maksimal KPAK RL mengharapkan peran serta
masyarakat untuk ikut menekan jumlah pertumbuhan orang yang hidup dengan AIDS
(ODHA) serta untuk tidak mengucilkan ODHA tersebut dengan cara memberikan
dukungan moral.
3. Semakin berkembang nya virus HIV akan membawa dampak buruk dalam masyarakat
baik itu dari segi sosial dan ekonomi. Maka hindari lah prilaku yang beresiko tinggi,
selalu meningkat kan keimanan kepada tuhan yang maha esa
4. KPAK RL juga mengharapkan kepada DPRD Rejang Lebong dan Bupati selaku Kepala
Daerah mendukung penuh seluruh program KPAK RL dengan dasar hukum peraturan
presiden nomor 75 tahun 2006 dan peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2007.
Dan juga dukungan moril dari pemuka agama di kabupaten rejang lebong karena misi
dan visi KPAK RL bukan melegalkan tetapi untuk menekan laju penyebaran virus HIV
dan AIDS
MoU antara pemda Rejang Lebong dan PT Askes tersebut ditandatangani kedua belah pihak di
acara peresmian Bedah Kampung ke 14 di desa Air Apo, Kecamatan Biduriang, diwakili oleh
Bupati RL bapak Suherman,SE,MM dan manajer PT Askes Cabang Bengkulu Dwi Setiawan,SE.
Dari hasil pendataan bidan dan kades, didapatkan sekitar 12.500 orang miskin yang perlu
mendapatkan Jamkesda. Data ini sudah dicantumkan dalam SK Bupati tentang nama-nama
penerima Jamkesda tahun 2009. Sisanya sekitar 2.500 lagi sebagai kuota terbuka, dan dapat
dipakai siapa saja yang ingin berobat gratis,terutama di RSUD, sepanjang dapat menunjukan
SKTM. Tentunya hal ini sangat membantu masyarakat, karena ternyata masih ada saja orang
miskin yang belum terdata di puskesmas
Setelah beberapa kali rencana rapat ini ditunda,akhirnya pada hari Kamis,1/4/2010 dilakukan
rapat dengan pimpinan puskesmasdan dokter PNS di Rejang Lebong guna membicarakan
tentang dokter keluarga. Pertemuan ini difasilitasi PT Askes yang menawarkan kepada
puskesmas dan dokter PNS untuk mengarahkan pelayanan peserta Askes ke dokter
keluarga,meski masih bisa dilayani dipuskesmas. Yang perlu disepakati dari pertemuan ini
adalah bagaimana porsi pembayaran kapitasinya antara puskesmas, dokel dan Dinkes.
Pertemuan yang dimulai sekitar jam 9.30 WIB dengan mulai penyampaian beberapa info tentang
dana APBD untuk puskesmas (sambil menunggu nara sumber PT Askes yang belum datang.Pada
awalnya nampaknya agak kurang lancar, karena beberapa puskesmas masih komplain tentang
pelayanan askes,di mana hanya dapat pelayanannya aja,sementara kapitasinya ikut ke
puskesmas lain. Namun setelah beberapa penjelasan dari PT Askes (yang datang sekitar jam
11.00 WIB), akhirnya pertemuan bisa menyepakati sbb :
1. Peserta Askes harus terdaftar di puskesmas,baru bisa dilayani (pagi hari). Sore hari
dilayani dokter keluarga
2. Untuk pertama kali jika belum terdaftar,masih bisa dilayani,selanjutnya agar melapor ke
PT Askes untuk pindah PPK yang diinginkan peserta.
3. Porsi kapitasi disepakati Rp 1350 untuk puskesmas,Rp 150 untuk binwas Dinkes dan Rp
4000 untuk dokel (dokter keluarga, termasuk obat)
4. Pembagian dokter keluarga : untuk wilayah PUT, Kepala Curup, SBI, Kota Padang
diserahkan ke dr.Ahmad Aidilah, untuk wilayah Sindang Jati, Sindang Dataran, Beringin
Tiga,Sumber Urip,Sambirejo dan Simpang nangka diserahkan ke dr. Syafriani,untuk
wilayah Perumnas dr. Sari dan untuk wilayah puskesmas Curup dr. Dewi
5. Sosialisasi adanya pelayanan dokter keluarga dilakukan di puskesmas. Dokter keluarga
praktek sekitar 4 jam pada sore hari.
Hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, telah diselenggarakan Pelatihan Budaya Kerja
Organisasi Menuju Pelayanan Prima bagi petugas kesehatan. Pelatihan ini bertempat di gedung
baru Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM), Curup. Peserta pelatihan berjumlah sekitar
100 orang yang terdiri dari dokter, perawat/bidan di puskesmas, rumah sakit dan pejabat (kabid
dan kasi) di lingkungan Dinas Kesehatan. Nara sumber pertemuan ini berasal dari Corien Centre,
yaitu Corien Akwari, S. Psi
Menurut Kadinkes Rejang lebong yang baru, Drs. Tri MS, Apt, DSc, pelatihan ini sangat
bermanfaat bagi petugas kesehatan, guna merubah mindset (pola pikir) pelayanan kesehatan
yang lebih berfokus kepada kepuasan pasien/pelanggan. Pelatihan diselingi role play, diskusi dan
beberapa tips pengembangan pribadi petugas seperti cara tersenyum dan memberi pelayanan
yang ramah, tulus dan komunikatif. Diharapkan pelatihan ini akan memberi inspirasi bagi
peserta untuk mendorong perubahan budaya kerja yang cenderung kaku dan birokratis ke arah
pelayanan model korporat yang lebih humanis, simpel dan memperhatikan kebutuhan pelanggan.
Dengan bekerjasama dengan Corien Centre, rencananya pelatihan ini akan dilanjutkan
berkesinambungan sebagai upaya membangun komitmen dan kerjasama tim di lingkungan
organisasi Dinas Kesehatan, puskesmas dan Rumah Sakit, misalnya dengan pelatihan outbond,
team building dan quality leadership program
Bekerja sama dengan Corien Centre, suatu lembaga pengembangan pribadi di Propinsi
Bengkulu, hari Sabtu dan Minggu kemarin, telah diselenggarakan outbound membangun
komitmen bersama dalam rangka memerkokoh team building di Dinas Kesehatan Rejang
Lebong. Peserta outbound adalah seluruh karyawan Dinas Kesehatan RL yang berjumlah sekitar
100 orang dan pimpinan puskesmas sebanyak 21 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari
bertempat di Balai Latihan Kesehatan Masyarakat di Cawang, Curup.
Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc
sekaligus menyampaikan pentingnya membangun kerjasama tim antar karyawan Dinkes dan
puskesmas guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih berkualitas.
Komitmen yang hendak dicapai adalah terwujudnya kekompakan antar karyawan yang lebih
baik dengan menyepakati slogan baru pelayanan, yaitu pelayanan berseri, yang artinya bersih,
ramah, responsive dan informative.
Dalam acara outbond tersebut, seluruh karyawan dituntut kekompakannya melalui peran
sertanya secara beregu dalam permainan/games, seperti panjang2an, pendek2an, pipa bocor,
stand up together, benang kusut, pensil gila, jarring laba-laba dan flying fox. Juga trekking
menyusuri jalan setapak di antara kebun kopi sekitar kantor BLKM, yang medan perjalanannya
cukup licin, terjal dan berliku.
Pada sesi akhir acara, seluruh peserta menanda tangani spanduk yang sudah dipersiapkan yang
isinya sepakat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan slogan berseri
(bersih, ramah, responsive dan informative)
Rejang Lebong kembali menoreh prestasi di bidang kesehatan. Setelah sebelumnya 4 gelar
tenaga kesehatan teladan meraih juara I tingkat Propinsi Bengkulu (dokter, bidan, tenaga gizi dan
tenaga kesehatan masyarakat), kini prestasi sejenis kembali diraihnya. Yaitu di bidang sekolah
sehat, yaitu 3 sekolah dari 4 sekolah yang dinilai, mendapatkan juara I untuk tingkat Propinsi
Bengkulu. Mereka adalah SD 2 Centre untuk kategori sekolah sehat tingkat SD, SMP I Curup
Tengah untuk sekolah sehat tingkat SMP dan SMA 1 Curup Timur untuk sekolah sehat tingkat
SMA. Sementara untuk tingkat TK, yang diwakili TK Pembina Sambirejo, hanya mendapatkan
juara 3.
Hadiah rencananya akan diberikan di Propinsi Bengkulu pada hari Senin, 17 Januari 2011
kepada masing-masing Kepala Sekolah. Ke 3 sekolah ini rencananya akan mewakili Propinsi
Bengkulu untuk ikut lomba sekolah sehat tingkat nasional dan akan diverifikasi oleh tim penilai
pusat pada bulan Juni 2011.
Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, penilaian sekolah sehat merupakan kegiatan rutin
tahunan nasional guna mendorong budaya sehat di sekolah-sekolah melalui program UKS
(Upaya Kesehatan Sekolah). 70% dari bobot penilaian sekolah sehat pada lingkup sekolah,
sementara 30% pada lingkup peranan Tim Pembina UKS di Kabupaten dan Kecamatan.
Setidaknya ada 128 indikator penilaian dari berbagai unsur, di antaranya masalah pelayanan
kesehatan siswa, kantin sekolah, pengelolaan sampah, WC, dokter kecil/kader kesehatan, dan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Selama ini sekolah di Rejang Lebong pernah meraih
peringkat 7 sekolah sehat secara nasional, yaitu SMP 1 Curup Selatan (tahun 2008).
Bertempat di ruang rapat Bupati RL, hari Selasa, tanggal 18 Januari 2010 telah dilangsungkan
pertemuan Evaluasi kegiatan Jamkesda di Rejang Lebong. Pertemuan dipimpain oleh SEkda
yang diwakili Asisten 2 dan dihadiri oleh anggota DPRD (Herizal, SSos), Kadinkes RL, Kepala
Cabang PT Askes, Bagian Keuangan, Bappeda , Dinas Kesehatan, Rumah sakit dan puskesmas.
Pertemuan ini menyepakati untuk melanjutkan pembiayaan Jamkesda di tahun 2011 dengan
jumlah dana dan peserta sama dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk 15000 penduduk miskin
RL yang tidak mendapatkan kuota Jamkesmas. Premi yang dibayarkan per penduduk Rp 7.500
(bulan) selama 12 bulan sehingga diperlukan dana sekitar Rp 1.350.000.000. Pengelolaan
anggaran dan kepesertaan diserahkan kepada PT Askes. Pelayanan yang diberikan hampir sama
dengan Jamkesmas, kecuali cuci darah yang tidak ditanggung (dengan alasan takut nanti dana
yang disediakan tidak mencukupi). Pelayanan dilakukan di puskesmas, RSUD Curup hingga di
RS M yunus dan RS Jiwa.
Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, dari data yang ada, telah dilayani pelayanan
kepada peserta Jamkesda di puskesmas selama 2010 sebanyak 2927 pasien dan di RSUD Curup
sebanyak 1284 orang. Masalah yang sering dihadapi RSUD adalah seringnya kasus di mana saat
pasien masuk dengan perlakuan pasien umum, namun saat pulang minta gratis dengan SKTM
(Surat Keterangan Tidak Mampu). Pemeilik SKTM sendiri terkadang tidak memiliki KK atau
KTP Rejang Lebong. Juga banyaknya pasien dengan SKTM dari luar RL
Anggota DPRD Herizal, SSos menyarankan agar PT Askes lebih akomodatif terhadap keluhan2
yang berkaitan dengan pembayaran klaim RSUD, masalah tindakan dan obat. Disamping itu agar
persalinan pada pasien Jamkesda tidak dibatasi jumlah anaknya. Adanya dana sisa anggaran
tahun 2010, yang diperkirakan sekitar 250 juta agar dimanfaatkan untuk menanggulangi
pembiayaan tahun 2011, terutama untuk untuk bulan2 awal tahun saat anggaran APBD belum
disyahkan. Proses seleksi penyelenggara Jamkesda melalui penunjukkan langsung ke PT Askes,
mengingat PT Askes merupakan satu2nya BUMN yang bergerak di asuransi kesehatan.
Menurut Asisten 3, Sudirman Ansyar, MKes, meskipun gratis dan di kelas 3, pelayanan
Jamkesda juga harus bermutu dan memenuhi kenyamanan pasien sama seperti pasien yang
membayar. Untuk itu diharapkan agar puskesmas dan RSUD melakukan survey kepuasan
pelayanan, baik kepada pasien maupun kepada petugasnya. Hal ini berguna agar tingkat
kepuasan pasien Jamkesda bisa dipantau dan diperbaiki jika menurut masyarakat jelek.
Ambulan Desa merupakan alat transportasi dalam rangka melaksanakan Siaga Kesehatan Ibu
dan Anak serta Siaga Penyakit di Desa Siaga.Digunakan untuk membawa pasien sakit ke
puskesmas atau pasien dalam keadaan darurat ke Rumah Sakit Umum, dalam rangka untuk
menurunkan angka kesakitan dan Kematian Ibu dan Anak dan Menurunkan angka kesakitan di
desa siaga, karena pertolongan akan cepat ditanggulangi dengan membawa pasien segra ke
pelayanan kesehatan terdekat. Untuk itu diharapkan agar seluruh desa siaga di Kab.Rejang
Lebong segera menyediakan sarana transportasi ( Ambulan Desa ) di setiap desa, bisa berbentuk
: mobil, sepeda motor, becak sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus
influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.
Penyebab
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan mutasi (Drift, Shift),
dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode
subtipe flu burung yang banyak jenisnya.
SUBTIPE VIRUS
Pada manusia: Hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.
Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari
pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan
dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.
Seseorang yang menderita demam (suhu >380C) disertai satu atau lebih gejala : batuk, sakit
tenggorok, pilek, sesak dan dikuti satu atau atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit atau mati mendadak yang belum
diketahui penyebabnya dan produk mentahnya (daging, telur, kotoran unggas, dll) dalam
7 hari terakhir sebelum timbulnya gejala
2. Tinggal atau pernah berkunjung di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak
biasa (dalam jumlah banyak dalam waktu singkat) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala
3. Pernah kontak dengan pasien kasus konfirmasi flu burung dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala
4. Ditemukan adanya leukopeni dan trombositopeni (jumlah leukosit dan trombosit
dibawah normal)
5. Ditemukan adanya titer antibodi dengan pemeriksaan HI (Hema-Inhibisi) atau uji Elisa
(Enzyme-linked Imunno Assay)
6. Foto toraks (dada) pada serial foto menggambarkan pnemonia yang cepat memburuk
7. Pasien suspect dilakukan uji konfirmasi flu burung pada usap tenggoroknya dengan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di Lab Litbangkes Jakarta atau Lab yang
diakreditasi Depkes/WHO
Masa Inkubasi
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.
Pada anak sampai 21 hari
PENULARAN
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir
dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari
Penularan antar manusia masih sebatas cluster (yang ada hubungan sekeluarga) seperti keluarga
Iwan Siswara di Tangerang (Ayah dan 2 putrinya meninggal) dan keluarga sedarah di Karo,
Sumut (9 positif, 6 meninggal)
PENCEGAHAN
Pada Unggas:
Masyarakat umum:
1. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
2. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
3. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
4. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 °C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 64 °C selama 4,5 menit.
5. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan
(dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5% untuk alat/instrumen)
6. Lakukan pengamatan terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya dengan
memperhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan
PENGOBATAN
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas (di RL baru tersedia di Puskesmas perawatan dan
RSUD)
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis 2 x 1 selama 5 hari.
Hari Sabtu kemarin (12/3/2011), hampir setengah hari berada di desa Air Lanang, kecamatan
Curup Selatan, menemani pak Kades yang bernama pak Darwil dan warganya di shoot TVRI
untuk acara Membangun Desa. Desa Air Lanang dipilih karena pernah mendapatkan juara 2
Lomba PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tingkat Propinsi Bengkulu, kalau gak salah
juara 2. Kebetulan juga di desa tersebut ada pembangunan perpipaan air bersih yang dibuat
masyarakat secara gotong royong, dengan dukungan dana dari CWSHP. Desa ini juga sudah
menyatakan 100% tidak ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat, alias seluruh warga
punya WC. Di samping itu, desa ini juga ada hutan kemasyarakatan, yang awalnya hutan
lindung yang dirambah, yang kemudian dikelola oleh masyarakat sebagai hutan sekaligus
dimanfaatkan untuk pertanian. Rencananya klip yang dibuat ini akan ditayangkan TVRI siaran
nasional pada 6 April 2011.
Acara ini sebenarnya sangat dadakan, tim dari Dinkes dan Pemda dikabari TVRI pada hari itu
juga, sehingga setting di lapangan benar-benar original, tidak direkayasa, ya apa adanya.
Setelah observasi di desa Air Lanang sebentar, kemudian dilanjutkan diskusi dengan pak Agus
dari TVRI (sekaligus pengatur laku) dengan Kades, bu Kades, tokoh masyarakat, petugas
puskesmas (bidan Eva dan sanitarian Syamsri), dan tentunya Kadinkes RL, kemudian dilakukan
pengambilan gambar.
Shoot pertama dimulai dari kantor desa Air Lanang sebagai prolog klip, karena tugu selamat
datang desa belum ada. Kemudian tentang kondisi lingkungan seperti jalan, rumah, pepohonan
dan lanskap pegunungan dan warga yang sedang menjemur kopi guna menggambarkan kalau
mayoritas pekerjaan warga adalah petani kopi. Baru kemudian dilanjutkan pengambilan gambar
masyarakat desa yang lagi bergotong royong membuat galian dan memasang perpipaan untuk
air bersih. Ini semacam rekonstruksi, karena perpipaannya sudah difungsikan tahun 2010
kemarin. Shoot ke dua dilakukan di SD, tentang anak-anak SD yang lagi main volley ball,
setelah selesai main terus cuci tangan pakai sabun di ember yang disediakan di depan kelas.
Shoot ke tiga dilakukan di puskesmas pembantu Air Lanang. Menggambarkan pasien (balita,
lansia dan ibu hamil) yang berkunjung datang ke pustu, kemudian pemeriksan oleh bidan Eva.
Shoot berikutnya mengambil beberapa bangunan WC di penduduk Desa Air Lanang . Terakhir
baru wawancara dengan Kades dan pengelola sarana air bersih.
Klip berikutnya perngambilan gambar di lokasi hutan kemasyarakatan di desa Air Lanang, yang
dianggap sukses mengurangi perambah hutan. Digambarkan ada penanaman bibit pohon kemiri
dan di sekitarnya tanaman tumpang sari di kompleks hutan yang awalnya hutan lindung yang
dirambah masyarakat. Kemudian wawancara dengan tokoh penggerak hutan kemasyarakatan
Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, kedua nara sumber tersebut diundang dalam
rangka memberikan kiat-kiat bagaimana mempersiapkan sekolah sehingga bisa mendapatkan
predikat juara pada lomba UKS nasional. Acara berlangsung di gedung Pola pemdakab Rejang
Lebong, hari Rabu, tanggal 2 Maret 2011 dan dihadiri oleh kepala sekolah, pihak kecamatan dan
puskesmas yang tergabung dalam Tim Pembina UKS (Usaha kesehatan Sekolah) . Seperti
diketahui, tahun ini 3 sekolah di Rejang Lebong akan mewakili Prop Bengkulu untuk
diverifikasi dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat nasional. Sekolah tersebut adalah SDN 2
Centre, SMPN I Curup Tengah dan SMAN I Curup Timur.
Dengan gaya presentasi yang menarik, disertai contoh dokumen dan foto-foto kegiatan di
sekolahnya, kedua nara sumber saling bergantian menyampaikan trik dan strategi bagaimana
melakukan upaya penggalangan dana untuk memperbaiki penampilan dan lingkungan serta
sarana sekolah yang dibutuhkan melalui berbagai upaya, guna mendukung kegiatan UKS di
sekolahnya, diantaranya melalui kemitraan dengan instansi pemerintah dan swasta.
Diungkapkan, peran dan dukungan Gubernur dan Bupati dan pejabat lainnya di Banten yang
tergabung dalam Tim Pembina UKS sangat menentukan, dan hal ini memudahkan pihak
sekolah dalam menutupi kekurangan pembiayaan untuk perbaikan. Juga disampaikan hasil
pantauan cepat ke 2 nara sumber ke SD Centre, SMPN 1 Curup Tengah dan SMAN 1 Curup
Timur yang harus bekerja lebih giat lagi, karena menurutnya 3 sekolah tersebut baru memenuhi
50% dari indicator sebagai sekolah sehat. Sementara waktu penilaian tersisa tinggal 3 bulan lagi.
Dari pengamatannya, kantin di ke 3 sekolah tersebut belum menyediakan makanan yang bergizi
dan seimbang, seperti misalnya tersedianya buah yang dibuat minuman jus, sayur sayuran,
kebutuhan protein seperti susu. Juga tanaman obat di halaman sekolah, minimal harus ditanami
sekitar 150 spesies.
Pada kesempatan itu juga ditandatangani MOU antara Kepsek ke 3 sekolah tersebut dengan
Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia Curup Bp Wisnu, SE dalam rangka pemanfaatan
dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari BRI untuk menunjang sarana dan prasarana ke
3 sekolah.
Liputan media tentang kegiatan UKS yang mengundang nara sumber dari Propinsi Banten
Merujuk pada konsep STBM, awalnya didasari atas pengalaman proyek-proyek pembangunan
sanitasi di masa lalu yang ternyata :
Banyaknya proyek sanitasi yang gagal, seperti sarana yang dibangun tidak digunakan dan
tidak dipelihara oleh masyarakat
Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sanitasi pasca proyek
Tidak adanya kebersamaan masyarakat dalam menanggulangi persoalan sanitasi
dan kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah
Tidak ada seorangpun yang tidak tergerak apabila mereka mengetahui bahwa mereka
telah saling memakan kotoran mereka satu dengan yang lainnya (eating each other shit).
STBM memicu masyarakat untuk menyadari bahwa masalah sanitasi merupakan
tanggung jawab mereka sehingga hanya akan selesai dengan kesadaran dan usaha mereka
sendiri, tidak ada hubungan dengan subsidi.
Upaya memicu perubahan perilaku masyarakat secara massal (ini yang paling susah)
Jadi STBM sama sekali berbeda dengan proyek-proyek sanitasi sebelumnya, di mana
perencanaan proyek lebih top to down, ada subsidi, bestek dll. Dengan model STBM, diharapkan
pendekatannya bukan proyek, bahkan lebih fleksibel dan bottom to up, menggunakan solidaritas
social dan pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kepentingan dan perencanaan local.
Diperlukan fasilitator yang energik yang bisa memotivasi orang untuk bergerak. Alat-alat yang
digunakan bisa berupa diagram, peta, model, dan alat peraga lainnya sebagai alat bantu untuk
“pencerahan“.
Dengan demikian kunci utamanya adalah pada peranan fasilitator, atau tepatnya motivator.
Namun tidak perlu sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin atau AA Gym, yang penting
komunikatif dan punya kemampuan melakukan presentasi (mungkin mantan sales MLM pun
bisa lho). Hal itu biasa dilakukan oleh guru, ustad atau tokoh masyarakat yang berpengaruh,
lebih baik lagi tenaga kesehatan. Motivator harus supel dan tidak ada jarak social dengan
masyarakat!
Motivator ini perlu membuat agenda dan memetakan daerah sasaran, menggalang partisipasi
masyarakat di lokasi dan kemudian melakukan motivasi (dengan orasi yang terjaga) dan
melakukan igniting atau triggering (memprovokasi atau memicu ) masyarakat, dengan dibuat
jijik atau malu dan jadi lebih peduli pada lingkungan tempat tinggalnya. Karena melakukan BAB
di siring itu adalah dosa besar, karena mencemari seluruh ekosistem perairan dan lingkungan
sekitar! Memindahkan kebiasaan dari BAB di siring ke WC yang sehat (minimal), bisa dibuat
kolektif, syukur2 bisa WC untuk keluarga/pribadi.
Untuk membuat WC, sebisa mungkin tidak menggunakan fasilitas atau duit pemerintah, kecuali
ada sponsor, dan tentu saja yang terbaik gunakan dana sendiri atau gotong royong masyarakat.
Hari malaria sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahun. Sebagai bentuk upaya
memerangi penyakit menular ini, peringatan hari malaria sedunia tahun 2011 mengangkat tema
“Bersama Kita Berantas Malariai”. Momen ini juga dapat dijadikan sebagai ajang bagi
berbagai pihak untuk turut berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria.
Hari malaria sedunia dapat menjadi perayaan upaya global dalam memberikan pengendalian
malaria yang efektif di seluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan
Kesehatan Dunia (WHO). Melalui world malaria day, negara-negara yang berstatus bebas
malaria dapat mempelajari bahaya yang ditimbulkan oleh malaria. Sedangkan bagi negara
donor baru, dapat bergabung dalam kerjasama global (global partnership) melawan malaria.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian
ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan
lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa
negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara
Eropa.
Di Rejang Lebong, meski termasuk wilayah pegunungan dengan iklim yang sejuk, penyakit
malaria masih ada ini dapat dilihat dari jumlah penderita positif malaria yang sampai dengan
bulan maret baru 1 Orang sedangkan penderita klinis sebanyak 171 penderita. Dari tingginya
penderita klinis malaria tersebut Dinas Kesehatan mensosialisasikan agar setiap penderita Klinis
malaria dilakukan pemeriksaan Laboratorium hingga penegakkan diagnosa dapat secara benar
dan tepat guna pengobatan yang rasional.
Dalam rangka penanggulangan malaria Dinas Kesehatan pun telah mendistribusikan obat dari
kementian kesehatan berupa ARTERIKINE yang merupakan obat malaria bagi penderita
Malaria Positif.
Untuk mengatasi malaria agar dapat mencapai tahap eliminasi , Dinas Kesehatan Rejang Lebong
terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap malaria melalui : 1. Peningkatan
pendidikan, edukasi, sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat luas. 2. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petugas dalam perawatan dan pengobatan malaria. 3.
Pemeliharaan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk malaria.
Mengingat masalah malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan
berbagai aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk
sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara kemitraan dengan
semua komponen terkait dan menjadi bagian integaral dari pembangunan nasional. Contoh nyata
hal ini adalah melalui gerakan gotong royong kebersihan lingkunga karna nyamuk malaria
prilaku hidupnya suka di genangan air atau selokan yang tergenang serta semak semak belukar
Dinas Kesehatan dibawah komando Kabid P3 PL telah Melakukan kegiatan secara proaktif dan
Responsif dalam Upaya menekan angka kesakitan Demam Berdarah dan memutuskan mata
rantai penularannya dengan melibatkan Puskesmas dan kader serta masyarakata di setiap
Kelurahan dan Desa
Kegiatan Dinas Kesehatan Rejang Lebong dalam upaya penanganan Demam Berdarah tertuang
dalam program POKJANAL DBD Kelompok Oprasional Tingkat Desa/Kelurahan yang mana
kegiatannya meliputi :
Penanggulangan Demam Berdarah bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
melainkan banyak sektor yang terkait untuk itulah masing – masing desa atau Kelurahan untuk
dapat memobilisasi masyarakat dalam gerakan Jumat Bersih atau GJB yang telah dicanangkan
oleh Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu mencegah akan lebih baik dari pada mengobati
secara bersama sama kita atasi Demam Berdarah Keluarga sehat masyarakat sehat kita
wujudkan Rejang Lebong Bebas Demam Berdarah
Dalam upaya mencegah terjadinya kasus rabies yang bersumber dari gigitan hewan penular
Rabies, seperti Anjing dan Kucing. Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong bekerja sama
dengan mahasiswa Poltekkes dan Poskeswan Curup melakukan kegiatan sosialisasi penanganan
kasus gigitan Hewan Penular Rabies kepada masyarakat di Desa Kayu Manis Kecamatan Selupu
Rejang yang termasuk wilayah Puskesmas Simpang Nangka.
Agar masyarakat tahu dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan apabila digigit oleh
Anjing, baik tindakan kepada Manusia ataupun kepada hewan yang kesemuanya agar
pengobatan bisa dilakukan secara rasional, tepat dan benar.
Agar terbentuk wadah Rabies Center di Kayu Manis agar masyarakat dapat
memberdayakan diri dan keluarga dalam penanggulangan Penyakit Menular terutama
penyakit Rabies yang merupakan bagian dari kegiatan Desa Siaga
Selanjutnya masyarakat bermusyawarah untuk membentuk Rabies Center yang di fasilitasi oleh
Ka.Subid pemberantasan Penyakit Menular Syamsir skm.MKM dan kegiatan vaksinasi anjing
secara massal terhadap semua hewan penular Rabies di Kayu manis, yang mana pelaksanaan di
Vaksinasi dilaksanakan oleh Poskeswan Curup dan dibantu dengan adik-adik mahasiswa
Poltekkes.
Program Pemerintah Pusat tahun 2011 melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, telah
mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh persalinan penduduk dijamin oleh oleh pemerintah
(gratis). Program ini sudah disosialisasikan kepada bidan kordinator di puskesmas dan bidan
praktek swasta. Diharapkan pelaksanaan pelayanan bisa segera dilakukan di seluruh fasilitas
pemerintah, sambil mempersiapkan prosedur klaim bagi petugas dan sosialisasi ke masyarakat.
Dasar hukumnya:
1. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tanggal 22 Februari
2011 Tentang Jaminan Persalinan
2. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan.
Sasaran yang dijamin adalah seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan persalinan yaitu
:
a. Ibu hamil
b. Ibu Bersalin
c. Ibu Nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)
d. Bayi baru lahir (sampai usia 28 hari)
Pada daerah lintas batas, misalnya dari desa Taba Mulan kab Kepahiang, bisa berobat di sarana
kesehatan di kab Rejang Lebong. Nanti fasilitas kesehatan yg melayani ibu hamil/persalinan dari
luar wilayahnya, tetap melakukan klaim ke Tim Pengelola /Dinas Kesehatan setempat atau
Rejang Lebong, bukan pada daerah asal ibu hamil/bersalin .
Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara
terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta
V ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan (pemerintah dan swasta).
Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara klaim untuk
Pembayaran di faskes Tingkat Pertama. Sementara pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat
Lanjutan dilakukan dengan cara klaim, didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base
Groups) dahulu INA-DRG.
Lanjut usia menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah penduduk
yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi,
kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta
terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Berdasarkan Keppres No 52
tahun 2004, telah dibentuk Komnas Lanjut Usia (lihat di http://www.komnaslansia.or.id/)
Menurut BPS tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia mencapai 8,37 % atau sebanyak 23,9 juta
jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% atau 29 juta pada tahun 2020. Bahkan
persentase jumlahnya akan lebih banyak daripada jumlah balita. yang berjumlah 6,9%. Dari
jumlah tersebut, lansia perempuan jumlahnya lebih dominan, atau 55% dibanding 45 % jumlah
lansia laki-laki. Propinsi yang penduduk lansianya lebih dari 10% dari jumlah total penduduk
adalah DIY (14%), kemudian Bali, Jateng dan Jatim. Sementara Propinsi Papua yang paling
sedikit jumlah lansianya atau di bawah 5% dari total penduduknya.
Jumlah lansia di Rejang Lebong atau penduduk yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan
sekitar 6,43 % atau sekitar 15.817 orang. Sebagai proses penuaan alami, warga lanjut usia
sangat rentan dengan penyakit, terutama dementia (pikun) dan kemunduran kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena jumlahnya yang semakin meningkat tersebut,
diperlukan perhatian pemerintah yang lebih besar terhadap kelompok ini. Program kesejahteraan
yang sudah dilakukan misalnya KTP seumur hidup, kemudahan transportasi melalui diskon tiket
perjalanan (berlaku pada karcis kereta api, diskonnya 10%), kemudahan antrian dan bantuan
social lainya. Di bidang kesehatan, penanganan yang lebih khusus terhadap kelompok lansia
ditangani melalui Posyandu Lansia, yang sudah berdiri di setiap puskesmas.
Persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Lansia tahun 2011 di Rejang Lebong
Seperti tahun-tahun sebelumnya, HUT Lansia di kabupaten Rejang Lebong selalu diperingati
dengan acara yang meriah. Demikian juga untuk tahun 2011 ini. Tujuannya adalah mendorong
terwujudnya gerakan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lansia. Rencananya kegiatan
HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan bersamaan dengan HUT Kota Curup
yang ke 131 akan diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2011, dengan acara berupa :
Senam massal lansia (lebih kurang 1000 orang, yang dihadirkan dari Posyandu Lansia) di
lapangan Setia Negara
Pemberiaan penghargaan terhadap lansia yang berprestasi
Pemberiaan doorprize bagi peserta senam lansia
Pemberian penghargaan kepada puskesmas ramah lansia
Pengukuhan Komisi Daerah Lanjut Usia tingkat Kabupaten (rencananya akan diketuai
oleh Wabup)
Pelayanan Baksos Kesehatan gratis (tensi darah dan pengobatan umum)
Dengan terbentuknya Komda Lanjut Usia di Kabupaten Rejang Lebong, diharapkan akan
menjadi forum kordinasi guna mempercepat penanganan kesejahteraan lansia secara terintegrasi
dan terpadu antar lintas sektor. Lahirnya Komda Lansia ini merupakan amanat dari Permendagri
No 60 tahun 2008 tentang Komda Lansia dan Pemberdayaan Lansia di Daerah sekaligus sebagai
tekad mewujudkan kabupaten Rejang Lebong sebagai kabupaten peduli lansia.
Dalam pengantarnya, Wabup mengatakan bahwa pembentukan Komda Lansia ini merupakan
amanat Permendagri No 60/2008 tentang Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan
Lansia. Sebagai Ketua Komda Lansia Kab RL adalah Wabup dan Ketua pelaksana Kepala
Bappeda dan wakil Ketua Pelaksana Kadinkes. Sementara sebagai Sekretaris Kabid Binkesmas
Dinkes dan peserta rapat yang lain duduk sebagai anggota.
Meski agak terlambat, itikad dibentuknya Komda Lansia ini bertujuan membuat forum lintas
sector yang tugasnya membantu Bupati dalam melakukan sinergitas kegiatan yang berkaitan
dengan kesejahteraan lansia. Hal ini penting, mengingat jumlah lansia yang semakin meningkat
(di RL penduduk lansia atau warga yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 %
atau sekitar 15.817 orang). Peningkatan jumlah lansia ini terkait dengan makin baiknya usia
harapan hidup (di Prop Bengkulu mencapai 67,8 tahun). Menurut Wabup, bahkan suatu saat
nanti jumlah lansia di Indonesia lebih besar dibanding jumlah balita, sehingga profil piramida
penduduk Indonesia bergeser dari mirip segitiga (besar di bawah) menjadi trapezium (besar di
atas).
Menurut Wabup, meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua SKPD, sehingga saat
membuat kebijakan harus sensitive dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para
lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga
dilaksnakan di RSUD.
Menghadapi Hari Ulang Tahun Lanjut Usia tanggal 29 Mei yang jatuh bertepatan dengan HUT
Curup, akan diselenggarakan senam massal lanjut usila dilanjutkan dengan pengobatan gratis di
lapangan Setia Negara. Acara akan dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Peserta lansia yang
hadir berasal dari Posyandu lansia dan diperkirakan berjumlah 750 orang.
Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan
sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri
dari: indikator kesehatan (Umur Harapan Hidup atau UHH), pendidikan (angka melek
huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Peringkat IPM Indonesia ada
di rangking 111 dari 182 negara, dengan skor 0.734 (tahun 2007), berada pada kelompok
menengah negara berkembang. Daftar lengkap IPM atau HDI tahun 2007 bisa lihat di sini.
Dengan mengadopsi penghitungan HDI, Indonesia juga menghitung Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) untuk propinsi dan kabupaten/kota. IPM kini sudah dipakai sebagai acuan untuk
menilai keberhasilan pembangunan di level propinsi atau kabupaten/kota. Oleh karena itu
prioritas pembangunan selalu diarahkan pada upaya peningkatan IPM di wilayahnya terutama
pada 3 pilar : pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Untuk angka IPM propinsi Bengkulu skornya 72,55 berada pada peringkat 12 dari 34 propinsi.
Selengkapnya IPM per propinsi yang dihitung BPS bisa dibaca web BPS. Sementara itu,
berapakah IPM kabupaten Rejang Lebong? Dari data yang diambil dari website
www.kpdt.bps.go.id skor IPM Rejang Lebong 70,46 dan di Propinsi Bengkulu berada di
peringkat ke 3 setelah kota Bengkulu dan kabupaten Bengkulu Selatan atau secara nasional
berada di peringkat 246 dari 440 kota (kota Bengkulu ada di peringkat 17). Tabel lengkapnya
bisa dilihat di sini. Dari keadaan ini, Rejang Lebong masih harus meningkatkan pembiayaan
dan pembenahan untuk 3 pilar yang sangat berhubungan dengan IPM, yaitu peningkatan akses
pendidikan dan kesehatan dan membuat program yang berdampak langsung pada peningkatan
ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Bagi bidang kesehatan, meningkatkan
IPM berarti harus meningkatkan UHH (Umur Harapan Hidup) atau istilah lainnya Life
Expectacy (LE).
Guna melihat kemajuan daerah dalam bidang kesehatan, para ahli kesehatan merumuskan adanya
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu suatu indeks komposit terdiri
dari 24 indikator kesehatan utama yang mempunyai hubungan sangat erat dengan indikator
Umur Harapan Hidup (UHH) yang dihitung dalam IPM. IPKM dihitung dan dikumpulkan
dari 3 survei berbasis komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Potensi Desa (Podes).
24 indikator IPKM yang mempengaruhi UHH tersebut adalah : prevalensi balita gizi buruk dan
kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus,
prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi
Meskipun kab RL aktif menyelenggarakan baksos kesehatan serta mendapat predikat kabupaten
sehat tahun 2007 dan 2009 (penghargaan Swasti Saba Padapa dan Wiwerda dari Menteri
Kesehatan), namun ternyata kabupaten Rejang Lebong skor IPKM-nya 0,5032 dan berada di
peringkat 228 dari 440 kabupaten atau peringkat 3 untuk Propinsi Bengkulu setelah kota
Bengkulu (peringkat 46) dan kabupaten Muko-muko (peringkat 183). Namun juga perlu
diketahui, jika IPKM dihitung dengan 24 variabel, predikat kabupaten sehat ada 260 variabel
dan melibatkan 9 lintas sektor.
Hasil IPKM terendah atau tingkat kesehatannya buruk adalah daerah Pegunungan Bintang,
Papua (0,247059) dan tertinggi adalah Kota Magelang, Jateng (0,708959). Berdasar perhitungan
rata-rata nilai, diperoleh batas normal IPKM yaitu 0,415987 dan daerah di bawah angka ini
dikategorikan sebagai daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (kab Lebong termasuk
daerah ini).
Tabel Peringkat IPKM untuk Propinsi Bengkulu Tahun 2010 (Sumber : Balitbangkes)
PeringkatKota/Kab IPKM
46 Kota Bengkulu 0.630536
183 Mukomuko 0.533082
228 Rejang Lebong 0.503246
232 Kepahiang 0.501664
274 Seluma 0.474829
300 Bengkulu Utara 0.460517
Bengkulu
310 0.452189
Selatan
315 Kaur 0.450770
381 Lebong 0.407933
Kenapa kabupaten RL peringkat IPKM-nya pada rangking 228? Ternyata setelah dipelajari dari
24 variabel IPKM, ada 7 variabel kesehatan di kab RL yang bermasalah yaitu : prevalensi ISPA,
prevalensi dengue, prevalensi penyakit mental, prevalensi hipertensi, cakupan kunjungan
neonatal, cakupan imunisasi, dan cakupan penimbangan balita. Menurut informasi, data
prevalensi penyakit didapat dari Riskesdas tahun 2007 dan data cakupan dari laporan. Jika 7
variabel bermasalah ini bisa segera diperbaiki, ditambah dengan perbaikan mekanisme
pelaporannya, maka kabupaten RL sangat optimis dalam 1 -2 tahun ini bisa masuk 100 besar
peringkat IPKM.
Semoga.
Desa Siaga adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri
Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di desanya.
Sebuah Desa telah menjadi Desa Siaga apabila Desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya
sebuah Pos Kes des ( Pos Kesehatan desa )
Standarnya Poskesdes tersebut dibangun pemerintah berupa sebuah bangunan yang memiliki
syarat bangunan poskesdes beserta sarana dan Pra sarananya, namun bisa juga dipakai dengan
memakai bangunan lama seperti bangunan polindes, Balai Desa ataupun Rumah Penduduk
yang di sewa dijadikan Poskesdes ( jadi tidak kaku ) dengan penempatan 1 ( satu ) orang Bidan
di desa dan di bantu minimal 2 ( dua ) orang kader desa siaga setiap harinya,(bila memungkinkan
) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di wilayah tersebut.
1. Pencanangan Desa / Kelurahan Siaga pada saat HKN Tahun 2006 dan Tahun 2007
2. Surat Edaran Bupati pada camat Pembentukan Desa / Kelurahan siaga Tahun.2007
3. Pembentukan Tim Pembina Desa / Kelurahan di 15 Kecamatan
4. Roadshow Kesehatan ( Pengorganisasian Desa Siaga )
5. Sosialisasi Dan Advokasi Lp / LS
6. Penyediaan Sarana dan Pra sarana ( Poskesdes Kit, Bidan Kit dan Kendaraan roda 2 )
7. Penilaian Desa Siaga Aktif Tingkat kabupaten
8. Penilaian Bidan Desa Siaga Teladan Tk.Kabupaten dan Propinsi
1. Pratama
2. Madya
3. Purnama
4. Mandiri
1. Bina
2. Tumbuh
3. Kembang
4. Paripurna
Hingga tahun 2008 sudah sekitar 156 desa yang telah dipersiapkan sebagai desa siaga.
Adapun tujuan Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil ini adalah untuk meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara terpadu kepada masyarakat dimana masyarakat tidak
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara rutin setiap hari karena tidak ada fasilitas
kesehatan, tidak adanya petugas kesehatan di desa dan jarak desa jauh dengan fasilitas kesehatan
terdekat ditambah lagi dengan akses yang sulit terutama di musim penghujan.
Kegiatan pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil yang diberikan antara lain : Pengobatan
Umum untuk semua umur, Pelayanan Ibu hamil dan KB, Penimbangan bayi dan imunisasi,
Pelayanan Sunat, Penyuluhan Kesehatan dan Pemberian bahan kontak bagi masyarakat.
Penyakit Kusta di Indonesia merupakan urutan 3 setelah Brazil dan India. Sementara di
Indonesia, propinsi terbanyak adalah Jawa Timur, Meskipun di Kabupaten Rejang Lebong dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir tidak atau belum ditemukan kasus kusta baru, namun Dinas
kesehatan melalui subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes yang langsung merupakan bidang
yang bersentuhan langsung dengan penyakit menular termasuk kusta tidak serta merta untuk
tidak melakukan atau merencanakan kegiatan melainkan kedepan memprogramkan inovasi baru
yaitu Gerakan Peduli Kusta atau Gerakan PELITA yang bertujuan untuk” Menemukan kasus
Kusta sedini mungkin guna pengobatan untuk menghindari kecacatan Permanen penderita
kusta “ sehingga apabila dalam kegiatan tersebut tidak ditemukan Penderita Kusta Mungkinlah
kita patut berbangga diri menyatakan Rejang Lebong Bebas Kusta .
1. Desiminasi Informasi Penyakit Kusta pada masyarakat melalui metode penyuluhan baik
di Posyandu, sekolah atau dikesempatan masyarakat berkumpul,penyebaran Leatflet
”Kenali Kusta sedini Mungkin ”
2. Melakukan pelacakan kusta didaerah yang pernah di temukan kasus Kusta beberapa
tahun yang lalu terutam kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya.
3. Case Kusta atau pemeriksaan kusta bagi anak sekolah melalui kegiatan UKS Format
4. Melakukan penjaringan kepada orang –orang yang memiliki penyakit Kulit terutama
Panu
5. Melaporkan setiap kasus Suspect Kusta ke Subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes
Dinas Kesehatan Via telpon atau laporan
6. Menggandakan instrumen atau ciklis Penemuan Kusta
7. Tersedianya baner atau poster penyakit kusta yang dapat di baca bagi pengunjung/pasien
puskesmas (Contoh dapat dilihat disubid Pemberantasan Penyakit atau di
(www.dinkesrl.net )
8. Pencatatan dan Pelaporan kusta dikirimkan setiap triwulan di Subid pemberantasan
penyakit selambat lambatnya setiap tanggal 5 (format Laporan terlampir) meskipun tidak
ditemukan kasus
Rapat Persiapan penilaian Kabupaten Sehat Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan di salah satu
titik sasaran penilaian Kabupaten Sehat yaitu Desa Tanjung Beringin ( desa nominasi untuk
sasaran penilaian Kabupaten Sehat ) pada tanggal 26 mei 2011 bertempat di kantor balai desa
Tanjung Beringin.
Acara dibuka Oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong yang diwakilkan oleh
Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Bapak Almaini SKP, dalam sambutannya menekankan
kepada masyarakat agar pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan sangat
dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya pelaksanaan kegiatan di desa guna
mendukung kegiatan Kecamatan Sehat serta mensukseskan kegiatan Kabupaten Sehat di
Kabupaten Rejang lebong yang ke tiga kalinya tahun ini yang insyaallah penilaian dilakukan
pada bulan juni- Juli tahun 2011 oleh Tim Pusat dari Jakarta. Selanjutnya narasumber Yudhi
juga mensosialisasikan Kabupaten Sehat kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan
segera mempersiapkan diri ,dan Desa siap untuk dinilai sera dengan tegas bapak Kepala Desa
Tanjung Beringin mengatakan siap dan bersedia mendukung program pemerintah khususnya
penilaian Kabupaten Sehat.Berkenaan dengan Kabupaten Sehat disampaikan juga materi yang
lain yaitu Pengembangan Desa Siaga Aktif dan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dengan
pendekatan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) oleh Pak Almaini SKP.M.Kes dan
Sdri.Sridiany .
Masyarakat Desa Tanjung Beringin sangat antusias mendengar materi dan sangat bangga atas
terpilihnya desa mereka sebagai titik sasaran penilaian Kabupaten Sehat dari Pusat dan berharap
tahun ini Kabupaten Rejang Lebong kembali menjadi juara ke tingkat yang lebih tinggi yaitu
mencapai penghargaan Wistara tentunya ( amin yarobbal alamin )
Menurut Ketua Panitia kegiatan ini, Kadinkes RL, Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc, acara senam
masal lansia merupakan Kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan
bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 dan diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei
2011. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang
pada 29 Mei 1996 untuk menghormati Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya
memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Tema HUT lansia tahun 2011 di RL : Mewujudkan
Kabupaten Rejang Lebong sebagai Kabupaten Peduli Lansia. Sebagai catatan, hari Senin
kemarin (16/5), telah diadakan Lomba balita sehat, yang juga sebagai perwujudan Kabupaten RL
peduli balita.
Lanjut usia (lansia) menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah
penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap
dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan
fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya,
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
Berkaitan juga dalam rangka menyambut hari lansia, pada tgl 4 Mei 2011 kemarin di RL telah
dibentuk Komite Daerah lanjut usia (Komda lansia) yang diketuai Bp Wabup Drs. Slamet
Diyono, sebagai amanat Permendagri 60/2008 tentang Pembentukan Komda lansia dan
Pemberdayaan Lansia di Propinsi/kabupaten/kota. Fungsinya adalah membantu bapak Bupati RL
dalam melakukan kerjasama lintas sector dan sinergitas antar Dinas/intansi untuk kesejahteraan
lansia. Meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua Dinas/instansi, sehingga saat
membuat kebijakan harus sensitif dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk
Setelah acara senam selesai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada tokoh
masyarakat yang merupakan lansia yang masih aktif berorganisasi di bidang kemasyarakatan.
Mereka adalah Ketua PWRI Rejang Lebong, Ketua Veteran/Pepabri (Bp Jambak), Ketua PMI
Rejang Lebong (Bp Usman), Bapak Siran (mantan guru), Ibu Nasmah (pensiunan bidan aktif di
PKK). Nama-nama lansia lain yang mendapat penghargaan adalah tokoh masyarakat seperti ibu
Ainun, ibu Sumarni, ibu Kusmi Aisyah dan ibu Nurlela.
Pada kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada 2 puskesmas ramah lansia, yaitu
puskesmas yang telah membuka loket pelayanan khusus lansia secara tersendiri, tidak digabung
dengan pasien umum lainnya. Puskesmas tersebut adalah puskesmas Curup dan Perumnas. Pada
akhir acara diberikan bingkisan kepada para lansia yang usianya di atas 70 tahun dan doorprize
bagi lansia yang kuponnya masuk undian. Panitia juga memberikan pelayanan pengobatan gratis
bagi lansia yang dilayani oleh sekitar 15 dokter, 15 perawat dan bidan di puskesmas kota Curup
Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong Drs Tri MS, Apt, DSc, mengatakan, tujuan
diselenggarakan Lomba Balita Sehat dalam rangka memacu dan memotivasi orang tua agar
selalu aktif membawa anaknya ke posyandu balita supaya kesehatan dan tumbuh kembang anak
bisa dipantau. Hal ini berkaitan dengan kriteria penilaian lomba yang unsur penilaiannya
merupakan kegiatan yang sering dilakukan di Posyandu. Adapun kriteria penilaian meliputi :
proporsi tinggi badan dan berat badan, status gizi dan pemberian makanan, status anak dan ibu,
kelengkapan dan ketepatan jadual imuninasi, pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak,
kesehatan umum, kesehatan gigi, dan aspek psikologi dan perkembangan motorik anak. Tim Juri
terdiri dokter di puskesmas dan RSUD, dokter gigi, ahli gizi, bidan dan anggota pokja IV TP-
PKK.
Dari dialog Ketua TP-PKK RL dengan para orang tua balita saat pemberian doorprize, ternyata
pengetahuan umum para orang tua peserta berkaitan dengan kesehatan anak sangat baik, terbukti
semuanya bisa menjawab pertanyaan seperti kapan jadwal imunisasi campak, apa warna kapsul
vitamin A, istilah BGM, KMS, dan ASI eksklusif dan beberapa pertanyaan lainnya. Ini
menandakan bahwa masyarakat Rejang Lebong sangat perhatian memantau kesehatan anaknya
melalui Posyandu balita yang ada di wilayah Puskesmas sehingga mereka sudah akrab dengan
istilah-istilah yang ada di Posyandu.
Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa uang, piala dan bingkisan. Namun bagi yang tidak
menang, juga mendapatkan piala, piagam dan bingkisan dari Ibu Ketua TP-PKK, sehingga
seluruh peserta nampak pulang ke rumah dengan cukup bergembira, tidak ada yang kecewa.
Pemenang kategori usia 6 – 24 bulan : Juara I : Gita dari Kecamatan Bermani Ulu, Juara 2
Mualif dari Kecamatan Sindang Beliti Ilir, Juara 3 Farhan dari Kecamatan Curup Timur, Juara
Harapan 1 Nadin Zulfa dari Kecamatan Curup Selatan, Juara Harapan 2 Raja RS dari
Kecamatan Curup, Juara Harapan 3 Zahra Olivia dari Kecamatan Sindang Kelingi.
Pemenang kategori usia 25 sampai 59 bulan : Juara I Yesica dari Kecamatan Padang Ulak
Tanding, Kozairul dari Kecamatan Curup Selatan, Juara 3 M. Serbianyah dari Kecamatan Curup
Tengah, Juara Harapan 1 Dini Nanda dari Kecamatan Biduriang, Juara Harapan 2 Nurun dari
Kecamatan Sindang Dataran dan Juara Harapan 3 Sika dari Kecamatan Kota Padang.
Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan
dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan
pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya,
pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal.
Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan
Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau
dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.
Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada,
sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada
yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM).
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik,
Halaman 2 KMS, garis vertikal skala BB dan garis horisontal skala umur
Yang menjadi permasalahan di RL adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke
posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil.
Di Rejang Lebong angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di
kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini
kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya. Oleh karena itu, Dinkes mengajak
pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan
pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu,
dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik
Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal
ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja
di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan).
Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6
bulan dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau “junk food”). Selain hal di
atas, gizi buruk terjadi karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari
PUT, yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang
dalam pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan
yang kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah
perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut.
Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat
secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat
memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan
oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga
yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara
yang dilakukan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan
PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada
keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori
dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat
meningkatkan tinggi badan.
Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti Dinas
Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, Dinas Sosial, serta
Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota
Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan
kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten,
yang diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak
usah dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendiri-
sendiri, juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin
yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.
Perbedaan kategori penghargaan tersebut tergantung pada jumlah tatanan penilaian yang dikuti.
Jika pada tingkat padapa, RL ikut pada 2 tatanan, kemudian tingkat wiwerda pada 6 tatanan dan
pada verifikasi tingkat wistara ini, Pemkab Rejang Lebong mengajukan 9 tatanan. Tatanan yang
diajukan, diantaranya bidang Ketahanan Pangan & Gizi, Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib &
Pelayanan Transportasi, Kawasan Hutan Sehat, Kawasan Pemukiman dan Sarana Prasarana
Umum. Selain itu, Kehidupan Sosial yang Sehat, Kawasan Pariwisata Sehat, Kehidupan
Masyarakat yang Sehat dan Mandiri, Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat, serta Kawasan
Pertambangan Sehat.
Perlu diketahui bahwa penilaian kabupaten sehat lebih berfokus pada adanya proses dan upaya
perbaikan kesehatan melalui partisipasi masyarakat yang terorganisir melalui Forum
Kabupaten Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat serta dukungan sektor
terkait. Karena masalah kesehatan penyebabnya sangat multi kompleks, dan mempunyai skor
yang tinggi jika diselesaikan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Jadi, meski
mendapatkan predikat kabupaten sehat, kasus orang sakit, masalah gizi buruk, keracunan, dll
tetap terjadi, namun mendapatkan penanganan yang memadai dan ada konsepnya yang
terpadu/terorganisir antara pemerintah dan masyarakat serta didukung legal aspeknya melalui
regulasi di tingkat lokal/kabupaten.
Dari rekapitulasi indikator kabupaten sehat yang berjumlah 260, berdasarkan self assessment
yang dilakukan oleh Forum, Kabupaten RL telah memenuhi sekitar 80% atau 208 indikator pada
9 tatanan. Dalam upaya percepatan pencapaiannya, pemkab telah melakukan beberapa kegiatan
unggulan dan inovatif yang juga didukung oleh seluruh lintas sektor serta tim penggerak PKK
RL. Kegiatan unggulan dan inovatif tersebut, diantaranya
Kita berharap, seluruh elemen masyarakat mendukung kegiatan unggulan ini, serta selalu
disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga terwujudnya kabupaten
Rejang Lebong yang bersih, nyaman, aman dan sehat akan cepat terwujud.
Apa itu Jampersal? Apa hubungannya dengan Jamkesmas? (yang pasti gak ada hubungannya
dengan Jam Gadang di Bukit Tinggi).
Jampersal adalah singkatan dari Jaminan Persalinan Masyarakat, suatu program persalinan
gratis bagi siapa saja ibu yang hendak melahirkan. Tempatnya harus di sarana kesehatan
pemerintah, misalnya polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap serta RSUD (asal mau di
kelas 3/bangsal Raflesia). Bisa juga di tempat praktek bidan swasta atau klinik bersalin yang
menjalin kerja sama dengan Dinkes (harus membuat PKS/kontrak). Peserta Jampersal adalah
masyarakat yang tidak mendapatkan Jamkesmas, Jamkesda atau tidak memiliki kartu asuransi
kesehatan lain. Pesertanya juga tak mengenal batas wilayah, bahkan, jika tinggalnya di luar
kabupaten atau propinsi (misalnya di Kepahiang, atau di Linggau) bisa dilayani di RL.
Pokoknya sepanjang masih tinggal di Indonesia, bisa dilayani di mana saja, tanpa mengenal
KTPnya, tidak memandang kaya atau miskin dan mau dirawat di kelas 3 RSUD.
Data tahun 2010, rata-rata jumlah persalinan yang terjadi di Rejang Lebong sekitar 6.165
kejadian persalinan. Dari jumlah tersebut, 86% persalinan ditolong tenaga kesehatan, sisanya
dukun terlatih. Dengan adanya jampersal, diharapkan semua persalinan dilakukan di sarana
kesehatan pemerintah, sehingga keselamatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi akan lebih
dijamin. Masalahnya, sudah siapkah polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap melayani 24
jam? Dari hasil pertemuan ini, ternyata dari sisi SDMnya sudah siap, hanya sebagian kecil masih
berbenah dengan sarana pendukungnya.
Dari 37 poskesdes yang yang ada di RL, diharapkan seluruhnya bisa melayani jampersal, bahkan
sebagian sudah memberikan persalinan gratis. Sehingga bidan wajib tinggal di poskesdes, agar
persalinan di luar jam kerja segera bisa ditangani. Seluruh puskesmas rawat inap (6 puskesmas)
juga siap memberikan pelayanannya 24 jam. Puskesmas tersebut adalah Kota Padang, PUT,
Kepala Curup, Sindang Jati, Bangun Jaya dan Air Pikat. Jika terjadi persalinan dengan penyulit
dan ada komplikasi, maka ambulan puskesmas harus siap merujuk ke RSUD. Bahkan persalinan
dengan operasi cesar pun dilayani gratis di RSUD, asal mau dirawat di kelas 3/bangsal Raflesia.
Hingga saat ini, RSUD Curup telah melayani 52 persalinan gratis. Bagi ibu habis melahirkan,
dapat langsung meminta pelayanan KB gratis, baik di poskesdes, puskesmas maupun RSUD.
Alat kontrasepsi disediakan Badan KB.
Selama 2 hari, dimulai Kamis, 23/6 hingga Jumat, 24/6, tim penilai sekolah sehat dari Jakarta
melakukan kunjungan ke Rejang Lebong untuk memverifikasi 3 sekolah yang mewakili
Propinsi Bengkulu dalam ajang Lomba Sekolah Sehat. Tim yang dipimpin oleh Bp Luluk
Budiono dari Sesditjen Kemendiknas mengunjungi RL sejak Rabu malam (22/6) dengan
didampingi beberapa rekannya, yaitu Erliana (Kemenkes), Sumandiyah (Kemenag), Jun
Milanastuti dan Sofiudin (Kemdagri).
Di hari pertama kunjungannya, tim penilai dan rombongan diterima dengan ramah oleh Bp
Bupati RL, Suherman, SE, MM di tempat kerjanya, didampingi Bp Sekda Drs. Sudirman dan
Kadinkes RL. Bapak bupati menyampaikan sekilas mengenai pelaksanaan pembangunan di
Rejang Lebong di mana masalah infrastruktur, pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang
yang menjadi prioritasnya. Meski demikian, sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, tak bisa
dipungkiri bahwa aspek kesehatan yang yang harus didahulukan, karena sebagai pribadi, untuk
melakukan aktivitas apapun, orang harus “sehat” terlebih dahulu, ujarnya.
Mengacu pada konsep kabupaten sehat, maka pemda Rejang Lebong berupaya melakukan pola
pendekatan partisipatif untuk mencapai kondisi kabupaten yang bersih, aman, nyaman dan
sehat bagi warganya. Hal ini dilakukan melalui upaya perbaikan kualitas lingkungan fisik, sosial
dan budaya secara optimal dengan bekerjasama seluruh lintas sektor. Kabupaten sehat
merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup
sehat, terutama atas penilaian pada 9 kawasan/tatanan, yang operasionalnya dikordinasikan oleh
bersinerginya antara pemerintah dan masyarakat dalam Forum Kabupaten Sehat, Forum
Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat.
Dokumen dan berkas, foto dan video yang berkaitan dengan kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan di masing-masing kawasan/tatanan telah disusun dan diedit oleh tim Dinkes dan sudah
diberikan kepada sekretariat penilai di Kementerian Kesehatan di Jakarta pada bulan Mei yang
lalu, yang berupa 4 jilid buku. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan tim penilai untuk
mempelajari upaya-upaya yang dilakukan pemda Rejang Lebong, sebelum nanti dicek pada saat
kunjungan ke lapangan. Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) yang dilakukan oleh
Dinkes, dari 260 indikator kabupaten sehat pada 9 kawasan, setidaknya Rejang Lebong telah
mengupayakan pada 233 indikator, atau mencapai 86%, baik berupa pendekatan kebijakan
(aturan perbup/perda/instruksi) maupun aksi nyata dalam bentuk gerakan dan kegiatan
kemasyarakatan, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berikut :
Rekapitulasi indikator
Kawasan /Tatanan Penilaian
Jumlah Ya/ada % ya/ada
1. Kawasan pemukiman dan sarana/prasarana umum 53 48 91 %
2. Kawasan sarana lalu lintas dan tertib transportasi 19 16 84 %
3. Kawasan pariwisata sehat 18 15 83 %
4. Kawasan industri dan perkantoran sehat 20 18 90 %
5. Kawasan pertambangan sehat 16 12 75 %
6. Kawasan hutan sehat 18 16 89 %
7. Ketahanan pangan dan gizi 17 15 88 %
8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri 80 69 86 %
9. Kehidupan sosial yang sehat 19 14 74 %
Jumlah dipenuhi 260 223 86 %
Direncanakan, ada 3 pilihan desa yang ditawarkan untuk dikunjungi tim penilai, yaitu desa Air
Lanang yang telah berhasil menyelesaikan pemenuhan air bersih melalui gotong royong
perpipaan, sudah 100% masyarakat BAB di jamban dan adanya program hutan kemasyarakatan.
Desa berikutnya adalah Tanjung Beringin yang juga desa yang cantik penampilannya dan sudah
memenuhi sendiri air bersihnya. Desa yang ke 3 adalah desa Mojorejo, yang merupakan desa
sadar wisata.
Mengantisipasi hal tersebut, pada tanggal 13 Juni 2011 pukul 08.00 WIB bertempat dilapangan
Puskesmas Sambirejo, telah dilaksanakan Launching Buletin Mingguan „PESTA‟ yang
diresmikan langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Sambirejo, Bapak Sutanto, S.Kep dan
disaksikan oleh seluruh staf, Bidan desa dan Pustu serta masyarakat sekitar, sebagai salah satu
program Inovasi Puskesmas Sambirejo .
Satu-satunya Buletin Mingguan resmi yang diterbitkan oleh Puskesmas di Kabupaten Rejang
Lebong ini –Bahkan juga di Propinsi Bengkulu- dimaksudkan sebagai salah satu sarana dalam
berbagi Informasi dan memudahkan komunikasi antara Puskesmas Sambirejo dengan semua
mitra kerja dan jaringannya yang terdiri dari unsur pemerintahan dan PKK tingkat Kecamatan
dan Desa/Kelurahan, Risma dan Karang Taruna, Bidan Desa dan Pustu, Sekolah baik guru
maupun siswa, Kader Posyandu maupun Desa siaga serta masyarakat umum khususnya yang
berada di 6 Desa/Kelurahan diwilayah kerja Puskesmas Sambirejo.
Adapun nama „PESTA‟ merupakan singkatan dari Puskesmas Kita yang memiliki makna
filosofi menjadikan Puskesmas Sambirejo sebagai milik bersama sehingga semua unsur yang
terkait didalamnya baik secara langsung maupun tidak merasa terlibat dan ikut bertanggung
jawab terhadap perkembangan Puskesmas ini, tentu sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas
masing-masing.
Meski terlihat sederhana, Buletin ini cukup padat dalam memberi beragam informasi yang
dikemas dengan bahasa yang „renyah‟ dan mudah dimengerti. Pemilihan kata serta susunan
bahasa yang digunakan redaksi membuat buletin ini terasa begitu rugi jika hanya dibaca sekali.
Pada edisi perdana yang dicetak terbatas, bulletin ini mengulas aneka info seperti tips sehat, info
seputar Puskesmas Sambirejo termasuk agenda dalam pekan ini, serta sebuah halaman yang
berisi ruang bagi para mitra untuk memberi masukan berupa kritik, saran ataupun pertanyaan
seputar masalah kesehatan maupun pelayanan dan program kesehatan Puskesmas Sambirejo
melalui sms ke nomor 085267636299.
Bagi Puskesmas Sambirejo sendiri, launching Buletin „PESTA‟ ini hanyalah salah satu dari
rangkaian program inovasi dari Puskesmas yang memang memiliki motto “Terus berinovasi
demi bakti pada negeri” yang terus dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, adapun beberapa
program inovatif lain yang juga telah dilakukan oleh diantaranya:
Pada akhirnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap perubahan itu pastinya membawa tak
hanya dampak positif saja, tetap terbuka peluang untuk kemungkinan lain, karenanya evaluasi
dan instropeksi diri adalah 2 hal yang tak boleh terabaikan. Begitupun hal tersebut mestinya
tidak menyurutkan semangat berkreativitas kita, ada sebuah istilah klasik yang menyebutkan
„untuk menjadi lebih baik kita harus harus ada perubahan, walaupun tidak semua perubahan
itu akan membuat kita menjadi lebih baik‟. Jika dikemudian waktu ditemukan begitu banyak
kelemahan atau kekurangan disini, bisa jadi kritik dan saran anda akan menjadi solusi paling
mumpuni.
Karena jadwal kunjungan sudah diberitahukan sebelumnya, maka hampir seluruh puskesmas
yang dikunjungi, karyawannya sudah menunggu dan bahkan mempersiapkan konsumsinya
dengan luar biasa, setidaknya tidak seperti hari-hari biasa. Berikut ini beberapa catatan terkait
dengan dialog tim dengan karyawan puskesmas.
Masalah absensi dan kehadiran karyawan puskesmas : dari 5 puskesmas yang dikunjungi,
ternyata tidak melaksanakan apel pagi dan siang. Kecuali puskesmas Kota Padang yang jam
pelayanannya buka 24 jam (puskesmas rawat inap), 4 puskesmas lainnya, karyawan masuk jam 8
lebih dan pulang kurang dari jam 1 siang. Beberapa karyawan, lebih sibuk dengan pelayanan di
rumahnya, padahal dia seorang PNS. Ini harus segera diperbaiki. Kapus, KTU dan karyawan
harus berkomitmen bahwa kehadiran lebih pagi dan pulang lebih siang dipuskesmas sangat
penting (standarnya masuk jam 07.30 dan pulang jam 14.00). Satpol PP yang ada (seperti di
Simpang Nangka) harus bisa membantu menegakkan disiplin kehadiran karyawan, dan
melaporkan absensi karyawan ke Dinkes.
Masalah pelayanan pasien : pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat nampak dari jumlah
kunjungan pasien ke puskesmas. Rata-rata kunjungan pasien di 5 puskesmas yang kami kunjungi
kurang dari 10 orang per hari. Hal ini sangat memprihatinkan. Masyarakat yang sakit lebih
memilih ke pelayanan swasta, atau mengunjungi karyawan puskesmas yang praktek pada sore
hari. Sia-sia pemerintah membangun megah puskesmas, yang harus bersaing dengan pelayanan
pribadi (di luar jam kerja) petugas puskesmas.
Di sisi lain, problem puskesmas di luar kota Curup, adalah terbatasnya jumlah petugas. Di SBI,
Kota Padang, Sindang Jati dan Sindang Dataran, yang lokasinya sekitar 1 jam perjalanan dari
kota Curup, jumlah karyawannya di bawah 20 orang, dan yang jadi persoalan tidak ada perawat
gigi, analis dan petugas kesling. Sebenarnya, awalnya petugasnya sudah ada, namun dengan
“berbagai upaya”, petugas yang bersangkutan bisa pindah ke puskesmas perkotaan. Dokternya
di 4 puskesmas tersebut (3 PTT dan 1 PNS) dan beberapa petugas tinggal di kota Curup, dan
kehadirannya ke puskesmas tidak penuh 6 hari. Meski demikian, pelayanan yang cukup kreatif
dilakukan di Kota Padang, yaitu ada program jemput pasien dengan mobil puslingnya, agar
melahirkan di puskesmas dengan pelayanan gratis (dijamin Jampersal). Kami sangat salut dan
mengapresiasi kepada petugas puskesmas yang sejak diterimanya SK CPNS hingga kini (bahkan
ada yang sudah 20 tahun, meski bukan penduduk asli), tetap mengabdi di puskesmas luar kota.
Terkait dengan pelayanan di puskesmas luar kota, obat-obat emergensi dasar seperti VAR, ATS
dan ABU (Anti Bisa Ular) diusulkan agar memadai stoknya, dan kalau ada kedaruratan tidak
perlu mengambil di Instalasi Farmasi. Ketersediaan air masih menjadi masalah di puskesmas SBI
dan Sindang Dataran, selama ini hanya memanfaatkan penampungan air hujan. Proyek perpipaan
air bersih melalui CWSHP belum menjangkau puskesmas. Sementara di puskesmas Kota Padang
banyak peralatan yang menumpuk, sehingga beberapa alat resusitasi untuk bantuan pernafasan
(bantuan dari Dinkes Propinsi) dan insenerator akan direlokasi ke puskesmas Curup.
Dari kunjungan bintek ini, diharapkan ada spirit perubahan pada tingkat manajerial (Ka
puskesmas dan KTUnya), sehingga menjadi motor penggerak untuk perbaikan citra puskesmas
yang BERSERI (Bersih, Ramah, Responsif, Informatif). Masukan-masukan yang telah
disampaikan dalam bintek ini akan ditindaklanjuti oleh bidang terkait.
Banyaknya durian yang dijual di pinggir jalan di wilayah Lembak, membuat kunjungan bintek
ini sangat enjoy, rekan-rekan puskesmas telah memilih durian yang terbaik untuk oleh-oleh
kunjungan kami. Trims, semoga silaturahmi ini bermanfaat bagi kita semua.
Pertemuan tersebut dilatar belakangi dengan tingginya kasus gigitan hewan penular rabies
terutama anjing. Untuk itulah masyarakat Kelurahan Air Bang berinisiatif membentuk Rabies
Center Air Bang dengan ketuanya Bapak SUPONO
Selanjutbya kedepan Rabies Center Kelurahan Air Bang tidak hanya bergerak dalam
penanganan kasus rabies melainkan akan dikembangkan menjadi Rabies Center plus (dengan
tambahan eliminasi Flu Burung). Sehingga bermasalahan penyakit menular terutama rabies dan
flu burung dapat dilaksanakan secara terpadu dengan memberdayakan masyarakat sendiri
sehingga bersama kita atasi penyaki menular bukan sebagai selogan melainkan dapat terealisasi
di kelurahan Air Bang .
Hadir pada acara tersebut rekan-rekan wartawan dari Bengkulu Ekspress (Okta dan Rizal),
Rakyat Bengkulu (Zoel), TVRI (Hasan Basri), Radar Pat Petulai (Iman), Radar Bengkulu
Utara (Sanca), dan Linggau Pos (Samsul Muarif). Juga hadir Direktur RSUD, Ka
Badan/Instansi, Kepala Sekolah, Ketua MUI dan para mahasiswa Akper. Setelah keterangan pers
Bupati, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa wartawan menanyakan tentang sangsi bagi
mereka yang melanggar perbup No 20/2007, dan dijawab pak Bupati kepada pegawai yang
merokok di KTR akan dikenakan teguran. Berkaitan dengan adanya baliho rokok di tengah kota,
nantinya akan dirapatkan agar bisa diletakan di luar kota. Di pintu masuk pemda nantinya akan
dipasang tulisan “Anda memasuki Kawasan Dilarang Merokok”. Jawaban-jawaban Bupati
terhadap beberapa pertanyaan, menunjukkan komitmennya guna mewujudkan KTR di seluruh
perkantoran dan sekolah di RL. Acara dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen,
dimulai Bupati dan Ketua DPRD, dilanjutkan dengan pejabat yang hadir. Kemudian dibantu
mahasiswa Akper, plakat tersebut dibawa ke ruang pejabat dan anggota DPRD, agar mereka mau
menandatangani komitmen tersebut.
Puji syukur senantiasa tak putus-putusnya kita panjatkan ke hadirat allah swt, karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua
dalam rangka menyambut HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA yang jatuh pada hari selasa,
tanggal 31 mei 2011.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
beserta, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia,
serta salah satu dari tiga faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
bersama pendidikan dan pendapatan. Sabda Nabi : jagalah sehatmu, sebelum jatuh sakitmu,
sangat relevan dengan yang kita bicarakan pada hari ini, di mana mencegah lebih baik sebelum
kita terjerumus kepada keadaan yang lebih merugikan kita semua. Saya sampaikan hal ini,
karena saya sangat prihatin dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia.
Keprihatinan kita sangat beralasan, karena Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam
jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000
orang dari penduduk indonesia merokok. Sementara, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 63 persen laki-laki perokok dan 5 persen perempuan perokok.
Jumlah perokok pun terus meningkat. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas),
pada 2003 persentase jumlah penduduk indonesia yang merokok 32 persen dan pada 2004
menjadi 34,5 persen, dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 38,6 %. Sementara di
negara maju jumlah perokok semakin menurun. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan
kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan
kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang
ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi
yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru.
Situasinya bahkan semakin rumit dengan adanya strategi persuasif yang dikendalikan industri
rokok dan industri iklan serta pendekatan reedukatif yang diciptakan oleh industri rokok untuk
membentuk citra di tengah masyarakat bahwa industri rokok adalah industri yang murah hati
melalui berbagai sponsor (sponsor olahraga, sponsor musik, dll). Kebiasaan merokok juga
menjadi ”madu” bagi pemerintah, di mana pendapatan cukai rokok (2009) 49 triliun, belum di
sektor pertanian dan tenaga kerja. Namun menurut seorang pakar kesehatan, biaya kesehatan
akibat merokok yang ditanggung pemerintah dan masyarakat 2 kali lipatnya atau sekitar 98
triliun.
Di sisi lain, kita merasa gelisah dengan kondisi yang terjadi, khususnya pada masyarakat yang
tidak mampu, di mana sebagian besar penghasilan habis terpakai untuk membeli rokok. Seorang
perokok yang berpenghasilan Rp 50.000 sehari bisa menghabiskan Rp 20.000 atau lebih untuk
rokok. Sisanya untuk membeli makanan bagi anak dan istri. Hal semacam ini yang justru
membuat anak-anak balita kekurangan gizi, dan banyak anak putus sekolah. Sesungguhnya,
rokok tak berbeda dengan narkotika. Bila sudah kenal tembakau atau rokok biasanya susah untuk
berhenti untuk tidak menghisapnya lagi, sama seperti kecanduan ganja atau morpin. Coba
perhatikan kalau lagi tidak merokok, secara fisiologis badan meriang dan tidak nyaman, ini mirip
gejala putus obat atau abstinensi atau ”sakau” pada pecandu narkotika yang mana secara
fisiologis tubuhnya perlu narkotika
Menurut WHO, seandainya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan
untuk kepentingan kesehatan, makanan dan pendidikan, niscaya bisa memenuhi kesejahteraan
manusia di muka bumi. Anak-anak kita akan lebih bergizi dan berpendidikan lebih baik, kalau
orang tuanya tidak merokok.
Berangkat dari pemikiran seperti yang saya kemukakan tadi, pemda Rejang Lebong berniat
untuk mengurangi atau menekan jumlah perokok di daerah kita, meski baru sebatas membatasi
kawasan untuk merokok. Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak
polusi rokok bagi mereka yang tidak merokok . Ini paling tidak untuk membatasi atau
mengurangi jumlah perokok, sebagaimana tertulis pada pasal 22 PP nomor 19 tahun 2003
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Sementara pada pasal 25 dari PP tersebut
menyebutkan agar pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22, di wilayahnya.
Atas dasar pasal 25 inilah maka pemda Rejang Lebong mulai memelopori adanya kawasan
tanpa asap rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga pada tahun 2007 telah dibuat :
Tujuan dari peraturan ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
disebabkan merokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta
meningkatkan produktivitas kerja yang optimal
Untuk sementara yang menjadi target pelaksanaan kawasan tanpa rokok dimulai di 7 tempat
ruangan tertutup (indoor building) di
1. Pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya),
2. Tempat proses belajar mengajar (sekolah)
3. Tempat kerja (kantor pemerintah dan swasta).
4. Arena bermain anak-anak (paud/tk)
5. Di angkutan umum
6. Tempat-tempat umum (terminal, restoran, arena perdagangan)
7. Tempat ibadah.
Setelah berjalan selama 4 tahun, ternyata Peraturan Bupati No 20 tahun 2007 ini tidak dapat
berjalan dengan baik, tanpa komitmen/dukungan dari semua lapisan masyarakat, khususnya kita
semua yang sempat hadir pada acara hari ini. Oleh karenanya pada hari ini, seluruh pejabat di
lingkungan pemda serta anggota dewan menanda tangani komimen untuk mewujudkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), terutama di lingkungan perkantoran. Merokok tidak kita
larang, sepanjang tidak di kawasan dilarang merokok di dalam ruangan tertutup.
Demikian keterangan pers saya dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia tanggal
31 Mei 2011.Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Suherman, SE, MM
43 desa yang mendapatkan pembiayaan air bersih dengan dana sekitar 250 juta per desa tersebut
tidak dilaksanakan secara serentak, namun bertahap. Hal ini karena pelaksanaannya memerlukan
beberapa tahap dari sosialisasi, pembentukan tim kerja, perencanaan dan pemeliharaan paska
proyek, sehingga perlu pengorganisasian di tingkat masyarakat, dengan dibantu konsultan desa
(namanya CF, atau Community Fasilitator). Dari total 43 desa tersebut, tahun 2008 bisa
diselesaikan 4 desa, tahun 2009 diselesaikan 5 desa, 2010 meningkat menjadi 14 desa dan pada
tahun 2011 digarap pada 16 desa. Pemilihan desa yang mendapat kegiatan CWSHP dilakukan
berdasarkan survei di mana di desa tersebut tersedia sumber air yang layak untuk dimanfaatkan
oleh seluruh warga desa. Juga adanya kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam hal
biaya (4% dari jumlah dana) serta mau bergotong royong untuk pengerjannya. Dengan adanya
dana kontribusi dari masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat ikut merasa memiliki fasilitas
sarana air bersih tersebut, sehingga jika ada kerusakan akan menjadi tanggung jawab bersama.
Umumnya yang dikerjakan dari kegiatan CWSHP terkait dengan air bersih adalah pemasangan
perpipaan dari suatu sumber mata air, kemudian dialirkan ke beberapa bak penampungan yang
dibuat keran umum atau hidran umum. Di samping itu juga di beberapa sekolah lokasi desa
CWSHP dibuat bak sampah, tempat cuci tangan, WC sekolah, WC masjid dan sarana sanitasi
lainnya. Jika di desa tidak tersedia mata air, maka dibuat sumur gali, sebagaimana di desa
Tanjung Sanai, yang dibangun 36 sumur gali untuk sarana air bersih desa tersebut.
Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat dengan terbukti banyaknya anjing yang terjaring
dan mendapatkan vaksin sebabyak 112 ekor dan adanya dukungan dari Ka kelurahan Rizkan
Syamun dan perangkatnya yang mengikuti pelaksanaan kegiatan sampai dengan selesai.
Adik- adik KKN – UNIB pun turut serta membantu petugas Pelaksana vaksin dengan melakukan
Pencatatan dan membantu penyematan Peneng atau penanda Vaksin bagi setiap anjing yang
telah di vaksin tak lupa juga petugas Puskesmas Rosani SKM yang dengan kesabarannya
membimbing adik – adik KKN Unib memberikan penjelasan tentang apa apa yang harus
dikerjakan.
Outbound yang dibuka oleh Kadinkes RL diikuti sekitar 100 orang dari karyawan puskesmas
Curup dan Perumnas, dilaksanakan selama 2 hari (16 – 17 Juli 2011) di BLKM Cawang, Curup.
Sebagian karyawan menginap, sebagian yang lain pulang setelah acara malam. Setelah
pembukaan oleh Kadinkes, kemudian beliau menyampaikan presentasi tentang pentingnya
belajar dari alam, yaitu belajar dari angsa saat terbang berkelompok. Di sini ada pembelajaran di
mana sangat pentingnya kekompakan, adanya pemimpin yang saling mengisi dan ada
penyemangat di kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi beliau tentang
Puskesmas Berseri, yang merupakan upaya untuk mewujudkan puskesmas yang berkualitas dan
berstandar internasional.
Setelah acara di kelas, malam harinya dilanjutkan dengan acara api unggun dan permainan
berkelompok.
Desa Air Lanang termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Curup Selatan Kabupaten
Rejang Lebong yang juga merupakan salah satu desa sasaran Program CWSHP di Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2009 bersama dengan 6 desa lainnya.
Seperti halnya dengan desa-desa sasaran Program CWSHP lainnya, Desa Tanjung Beringin juga
melaksanakan kegiatan di Bidang Kesehatan dimana salah satunya adalah kegiatan CLTS
(Community Led Total Sanitation) atau yang lebih dikenal dengan program STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat). Dengan difasilitasi oleh tim Konsultan Kabupaten (DST) dan juga
Tim Fasilitator Masyarakat (CFT) program CLTS mulai berjalan yang diawali dengan
penggalian data melalui kegiatan MPA-Phast, dari data awal yang diperoleh sebanyak 35 % KK
belum memiliki akses terhadap jamban keluarga.
Berdasarkan data awal tersebut dilakukan kegiatan mapping (pemetaan) terhadap kondisi sosial
masyarakat yang melibatkan masyarakat dengan menggunakan metode Transect Walk. Setelah
itu masyarakat diajak untuk berkumpul mengikuti kegiatan pemicuan melalui bentuk permainan
yang difasilitasi oleh fasilitator. Pemicuan ini bertujuan untuk menggugah rasa malu, rasa jijik
dan rasa berdosa jika belum memiliki jamban, sehingga timbul kesadaran untuk membangun
jamban walaupun sederhana atau plengsengan (jamban cemplung), pemicuan ini membuahkan
suatu kesepakatan dan tekad masyarakat untuk membangun jamban.
Sebagai Akselerasi (percepatan) tercapainya tujuan dari Program ini dilakukan kegiatan cetak
jamban secara swadaya oleh masyarakat, hal ini tentunya sangat menguntungkan dari segi
ekonomis karena dengan material 1 sack semen dengan harga dipasaran berkisar Rp. 50.000
dapat dijadikan 7-8 kloset yang harganya berkisar Rp. 50.000 – Rp. 80.000 dipasaran, mereka
dengan antusias secara bergotong royong mencetak kloset tersebut. Alhasil pada saat ini seluruh
masyarakat di desa Air Lanang pada saat ini telah memiliki jamban, walaupun sebagian besar
Pada tanggal 08 Oktober 2010, Desa Air Lanang juga mendapat kunjungan dari ti m CPMU
(Central Project Manegement Unit) dan Dirjen P2PL Kemenkes RI, untuk meresmikan desa Air
Lanang menjadi desa ODF. itulah sepenggal cerita sukses desa Air Lanang yang dengan
keterbatasannya dapat menjadikan desanya menjadi desa ODF.
Diharapkan semangat ODF ini dapat menginspirasi seluruh desa di Kabupaten Rejang Lebong,
tidak hanya melalui program CWSHP, namun hal ini memerlukan peran serta berbagai pihak
terutama sanitarian puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat
khususnya upaya Penyehatan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penguatan kapasitas
sanitarian melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, pertemuan maupun workshop bagi para
sanitarian.
Meski jalan menuju lokasi Desa Sinar Gunung jalannya jelek dan aspalnya sudah hancur di
sana-sini, terutama sepanjang 5 KM dari Bengko hingga Warung Pojok, namun petugas gembira
menjalani kegiatan ini, dengan mengendarai ambulans puskesmas dan sebagian yang lain
menggunakan motor.
Kegiatan ini dibuka oleh Camat Sindang Dataran Bp Fauzi Agung dan dihadiri oleh petugas
kecamatan dan perangkat desa serta masyarakat setempat. Masyarakat yang datang cukup
antusias untuk berobat, dengan keluhan penyakit masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
bagian Atas), kulit, hipertensi, dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 91 orang. Pada acara
tersebut juga dilakukan imunisasi balita untuk 4 orang, sunat 7 orang, pemasangan implant KB
12 orang, suntik KB 5 orang dan pemeriksaan ibu hamil 1 orang.
Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Rejang Lebong Bp. Suherman, SE. MM dan dihadiri oleh
Kepala Cabang BRI beserta staf, undangan dan nasabah BRI setempat. Masyarakat yang datang
untuk berobat umumnya didominasi orangtua atau lansia, dengan keluhan penyakit umumnya
kaum lansia yaitu Reumatik dan hipertensi, tetapi ada juga datang dengan keluhan ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan bagian Atas), sakit pada telinga dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 40
orang dengan 37 orang dewasa dan 3 anak-anak.
Pada acara ini juga diadakan penandatanganan kerjasama antara BRI Cabang Curup dengan
Pemerintah Daerah kabupaten Rejang Lebong dan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang
Lebong untuk Dana Pembinaan UKS untuk beberapa sekolah yang ada di Rejang Lebong tahun
2011.
Terhentinya pasokan air bersih ke Masyarakat ini disebabkan kerena adanya kerusakan pada
jaringan pipa di sekitar sumber, berdasarkan hal tersebut masyarakat bersama dengan Badan
Pengelola Sarana (BPS) melakukan pemeriksaan dan memang ditemui adanya kerusakan di
sekitar sumber air. Tim Kabupaten sebagai pengelola Program CWSHP di Kabupaten Rejang
Lebong yang juga telah melakukan pemeriksaan ke sumber dan jaringan pipa. untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka masyarakat bersepakat untuk melakukan gotong royong, kegiatan
gotong royong tersebut juga di bantu oleh pihak Puskesmas Bangun Jaya dan Tim Dinas
Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
Selain melakukan perbaikan kegiatan gotong royong juga bertujuan untuk menimbun pipa yang
belum sempat ditimbun sehingga dapat mencegah rusaknya pipa dan mengamankan pipa dari
gangguan luar. Suatu hal luar biasa yang terjadi adalah turut sertanya ibu-ibu yang dikomandoi
oleh bidan desa dalam kegiatan gotong royong ini, mereka tidak mau ketinggalan ikut serta
untuk mencangkul, mengangkut pipa dan pekerjaan lainnya yang memang bukan pekerjaan
untuk ibu-ibu, namun pekerjaan tersebut dilaksanakan semata-mata karena mereka sangat
membutuhkan air.
Jalur pipa dengan panjang ± 5 Km mereka lalui dengan untuk memeriksa jaringan pipa sekaligus
menimbun pipa, dengan penuh semangat mereka memegang cangkul untuk menimbun pipa,
Bidan Desa yang kesehariannya sangat jarang memgang dengan alat yang bernama cangkul pun
dengan penuh semangat ikut serta mencangkul menimbun pipa.
Setelah menonton film dilanjuti dengan materi ”Sosilisasi Penangan Kasus Gigitan Hewan
Penular rabies“ oleh Dinas Kesehatan yang diwakili oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit
Syamsir.SKM.MKM dan Narasumber dari Dinas peternakan drh.Triano dengan Materi “
Penyakit Rabies “
Dalam kesempatan ini pula Ka.UPT Puskesmsas Sudirto menyampaikan meskipun “ Kita telah
menyaksikan dan mengetahui tentang Rabies hendaklah masyarakat harus tetap berkepala
dingin dan cerdas dalam menghadapi setiap gigitan Hewan penular rabies jangan terlalu
gegabah dan membunuh anjing atau Kucing sama sekali belum terlihat tanda – tanda Rabies
sebaiknya lakukan Obsevasi /Pengamatan bila perlu pemeriksaan specimen karna Bila VAR (
Vaksin Anti rabies ) diberikan kepada bayi /balita yang tidak terindikasi gigitan hewan Rabies
positif rabies VAR itu pun akan berdampak kepada perkembangan Otak bayi /Balita yang tidak
baik “ suatu dilemma yang sering terjadi dimasyarakat
Dari pertemuan tersebut disepakati dan di bentuk Kepengurusan Rabies Center Tingkat
Puskesmas Kp.delima yang di ketuai oleh : Satria Anwar ( dari Kp. Delima ) dan butir – butir
kesepatan yang menarik hasil kesepakat tersebut ditanda tangani oleh seluruh peserta yang
hadir.
Dalam rangka mencapai predikat Kabupaten Sehat dan Adipura dimana salah satu indikatornya
adalah terwujudnya Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat di Kabupaten Rejang
Lebong yang ditandai adanya sistem pengolahan sampah yang memadai sehingga dapat
menangani permasalahan sampah masyarakat khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah
tangga. Selain itu dalam rangka pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan
(STBM) dimana salah satu pilarnya adalah Pengelolaan sampah dengan benar selain pilar
lainnya yaitu : Tidak Buang air besar sembarangan (Stop BABs), Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan sampah
dengan benar, Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan benar. Penghasil sampah terbesar
(lebih dari 50%) adalah rumah tangga, sehingga permasalahan sampah ini tidak hanya
merupakan tanggung jawab instansi pemerintah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) dan instansi terkait saja, namun juga seluruh masyarakat
(rumah tangga) yang merupakan produsen sampah terbesar. Penanganan permasalah sampah ini
akan terlaksana jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga
sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang.
Terkait dengan hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan
kegiatan Pengolahan sampah berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste
Management/CBSWM). CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan,
disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian
masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan
Partisipasi masyarakat
Kemandirian
Efisiensi
Perlindungan lingkungan
Keterpaduan
1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW,
Lurah)
1. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan
kemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di
lingkungannya,
2. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari
berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah
tangga,
3. Studi banding (kalau memungkinkan),
4. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencana kerja,
dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi,
5. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
penghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang,
daur ulang),
6. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus
sampai menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman
produktif,
7. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub Dinas Kebersihan,
Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan sistem
pengelolaan sampah skala kota
8. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang berminat
menambah penghasilan,
9. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang,
dan pameran foto lingkungan.
Dengan adanya dukungan dari berbagai lintas sektor dan Program pelaksanaan kegiatan
CBSWM ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat menguntungka tidak saja terhadap
perbaikan kualitas lingkungan namun juga secara finansial akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Rejang Lebong.
Sewaktu pelacakan tim Dinkes juga membawa langsung VAR ( Vaksin Anti Rabies ) guna
pengobatan kepada penderita, dan alhamdulilah semua yang digigit anjing telah diberikan VAR
( Vaksin Anti Rabies ) secara gratis dari Dinkes dan dilayani di Puskesmas Sambirejo.
Diperkirakan anjing berasal dari Sumber Bening terlihat di mana secara berturut turut anjing
tersebut pukul 9 pagi menggigit penderita bernama Mbah Kasmin umur 70 tahun, Ka.Desaa
Sumber bening telah berusaha bersama warga mengejar anjing tersebut alhasil anjing tersebut
lolos dari pengejaran masyarakat dan berlari kearah Curup, kata kades sumber bening ketika
dihubungi petugas kesehatan.
Untuk menjaring penderita yang telah tergigit team melakukan sosialisasi melaui mobil BSB (
Bigade Siaga Bencana ) di seluruh rute yang diperkirakan dilewati oleh anjing tersebut dan
memberikan penyuluhan agar masyarakat untuk tidak membiarkan anjing berkeliaran di
masyarakat dan agar melakukan vaksinasi anjing (biayanya hanya sekitar Rp 5000) secara
teratur di Rabies Center atau Poskeswan.
Dan alhamdulilah, tim Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan telah bekerjasama guna
melakukan eliminasi anjing liar yang tidak bertanda kalung vaksinasi (atau sering disebut
berpeneng) melakukan sosialisasi pemberitahuan kepada masyarakat, dan kemudian
malamharinya Tim Dinas Peternakan memberikan umpan (daging jeroan) yang telah dicampur
dengan racun Strychnine pada malam hari di sekitar sampah di daerah Selupu Rejang dan Air
Bang. Pagi harinya didapatkan puluhan ekor anjing liar tersebut mati dan ketika dikumpulkan
mencapai sekitar 600 ekor dan dikuburkan di belakang Kantor Dinas Peternakan.
Pertemuan tahap pertama ini berupaya memetakan daerah resiko tinggi tempat penularan
penyakit menular seksual/PMS (terutama dengan bantuan pelacakan oleh LSM) di wilayah RL
serta melakukan skrining/test pada mereka yang karena profesinya mempunyai resiko tinggi
terhadap penularan penyakit tersebut. Kemungkinan rencana skrining akan dilakukan pada tahun
ini juga dengan melibatkan LSM yang sudah mempunyai data daerah atau lokasi tempat
mangkalnya penjaja seks atau pecandu narkoba/mantan pecandu. Dari informasi LSM Kipas dan
Dinas Kesosnakertrans, penjaja seks di RL ternyata mencapai angka ratusan orang pada lokasi
yang tersembunyi dan menyebar pada beberapa wilayah kelurahan (Talang Benih, Pelabuhan
Baru, Karang Anyar dll). Mereka akan disampling oleh petugas kesehatan yang terlatih (analis
puskesmas dan RSUD) dengan diambil vaginal swab-nya (usapan vagina) serta serum darahnya
dan ditest kemungkinannya terjangkit penyakit menular seksual (gonorhoe, sifilis, kondiloma,
dll) serta HIV-AIDS.
Tercatat hingga kini ada 4 orang penderita HIV-AIDS di RL dengan rincian 2 orang yang
terjangkit HIV-AIDS ditambah 2 orang pendatang yang sebelumnya telah terjangkit di daerah
lain dan pindah ke RL. Mereka mmendapatkan penyakit tersebut dari pemakaian jarum suntik
(sebelumnya pecandu narkoba) serta karena kontak dengan suami yg terjangkit HIV-AIDS.
Penyebaran dan penderita HIV AIDS fenomenanya seperti gunung es, nampak kecil yang
terdeteksi, namun banyak yang tersembunyi atau tidak diketahui.
Selain kegiatan tersebut di atas, juga akan dilakukan sosialisasi tentang bahaya AIDS dan PMS
ke masyarakat (terutama kelompok resiko tinggi dan di Lapas) serta pembentukan Komisi
Penanggulangan AIDS di RL. Dengan adanya dukungan pembiayaan Global Fund ini,
diharapkan penanganan HIV-AIDS di RL akan semakin baik dan mampu mengurangi secara
signifikan penyebaran PMS dan HIV-AIDS di RL
Nampaknya telah menjadi tradisi, bahwa setiap tahun, dari 4 nakes yang dikirim untuk seleksi
(dokter, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga kesmas), peserta kabupaten Rejang Lebong
selalu menarik perhatian tim penilai dari Propinsi Bengkulu, sehingga selalu ada yang
mendapatkan kelayakan untuk jadi nakes yang terbaik di Propinsi Bengkulu, dan dikirim ke
Istana Negara untuk menghadiri Upacara 17 Agustus bersama presiden. Tim penilai nakes di
propinsi Bengkulu menentukan kelayakan nakes terbaik melalui tanya jawab setelah seluruh
kandidat yang berasal dari 10 kabupaten/kota mempresentasikan kegiatan-kegiatan unggulan
yang dikerjakan pada tupoksinya.
Hasil penilaian tim, pada tahun 2011 ini, bidan Zuraida dari puskesmas Curup, kabupaten
Rejang Lebong, mendapat predikat tenaga kesehatan masyarakat teladan yang berhak
bersalaman dengan pak SBY dan ibu Menkes di Jakarta. Meski hanya 1 nakes, ya lumayanlah.
Bidan Zuraida memang unggul di kegiatan promosi kegiatan, sukses membina kesehatan para
penghuni Lapas Ardirejo, serta rajin mengisi acara kesehatan di radio Namora.
Prestasi yang membanggakan adalah di tahun 2010 kemarin, di mana 4 nakes teladan semuanya
diborong oleh tenaga kesehatan dari kabupaten Rejang Lebong. Mereka adalah dr Dewi
Mustika dari puskesmas Curup, tenaga kesmas Mus Mulyadi dari puskesmas Sambirejo, bidan
Desty Ariyani dari puskesmas Sindang Dataran dan tenaga gizi Yuliyanti dari puskesmas
Perumnas.
Tahun 2010 : 4 nakes teladan Propinsi Bengkulu di Istana Negara, yang Tahun 2011 : Zuraida, tenaga
semuanya berasal dari kabupaten Rejang Lebong, kiri ke kanan : dr. Dewi kesehatan masyarakat teladan
Mustika (puskesmas Curup), tenaga gizi Yuliyanti (puskesmas Perumnas), Propinsi Bengkulu, dari
bidan Desty Ariyani (puskesmas Sindang Dataran) dan tenaga kesmas Mus puskesmas Curup, saat di Istana
Mulyadi (puskesmas Sambirejo). Negara
Guna memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan
21 puskesmas di kabupaten Rejang Lebong, maka telah dilakukan kerjasama antara Harian
Bengkulu Ekspress dengan Dinas Kesehatan. Kerjasama ini berupa penayangan profil puskesmas
dan kegiatannya dalam halaman 3 di harian Bengkulu Ekspress (BE), dengan space ½ halaman,
warna hitam putih. Dipilihnya harian BE, karena penyebarannya yang mencakup Propinsi
Bengkulu dan pembiayaannya tidak mahal. Profil puskesmas tersebut ditayangkan setiap hari
Senin, dengan jadwal tayang yang sudah disusun oleh Dinas Kesehatan. Pembiayaan untuk
penayangan profil puskesmas ini dibebankan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Hingga saat ini, sudah sekitar 18 puskesmas yang profilnya sudah ditayangkan BE di halaman 3.
Dengan adanya publikasi puskesmas di BE, diharapkan masyarakat dapat memahami kegiatan
yang menjadi program puskesmas serta profil pimpinan dan karyawannya. Hal ini sejalan dengan
keinginan Kadinkes Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc, agar puskesmas mengedapankan
juga sisi INFORMATIF, sebagaimana visi Kadinkes pada pelayanan BERSERI, yaitu pelayanan
yang Bersih, Ramah, Responsif dan Informatif.
Selain penyebaran informasi menggunakan koran BE, Dinkes secara insidentil juga
menggandeng kerjasama dengan Koran Rakyat Bengkulu dan Radar Pat Petulai. Namun
mengingat keterbatasan biaya, informasi yang berkaitan dengan aktivitas Dinas Kesehatan lebih
banyak ditayangkan di blognya Dinas Kesehatan, dengan harapan juga bisa diakses oleh
masyarakat, bahkan dengan cakupan lebih global, sebagaimana bisa diakses di situs ini.
Pada tahun 1998 mengikuti program Post Graduate Diploma (diploma paska sarjana) selama 2
semester pada Chemical Engineering Dept di University of Queensland, Brisbane, Australia
pada bidang Environmental Monitoring sebagai kerjasama proyek Badan Pengendalian
Lingkungan (Bapedal) dan pemerintahan Australia.
Sejak akhir tahun 2000 mulai bekerja sebagai Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang Lebong dan
sejak April 2001 menjabat sebagai Kepala Subdin Bina Penyehatan Lingkungan dan Pelayanan
Kesehatan, Dinkes Rejang Lebong. Pada tahun 2008 menjabat Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan
Farmasi, sementara program kesehatan lingkungan bergabung dengan bidang P3PL. Menjabat Kadinkes
sejak November 2010 hingga September 2011, sebelum dimutasi menjadi staf ahli bidang politik dan
hukum di pemdakab Rejang Lebong.
Menikah dengan Mardaleni SKM, dan dikaruniai 2 anak, Bayu (SMA kelas 3 ) dan Sinta (SMA kelas 1).
A. Identitas
B. Riwayat Kepangkatan
No Pangkat T. M.T
Golongan/Ruang
1 Penata Muda / III a 01-03- 1989
2 Penata Muda TK I / III b 01-04-1992
3 Penata / III c 01-04-1996
4 Penata TK I / III d 01-10-2000
5 Pembina / IV a 01-04-2003
6 Pembina TK I / IV b 01-04-2007
7 Pembina Utama Muda/IV c 01-04-2011
C. Riwayat Jabatan
1. Pendidikan Umum