Anda di halaman 1dari 128

Satukan tekad

menyehatkan rakyat
Kumpulan tulisan pilihan
di Blog www.dinkesrl.net

MEMORI SERAH TERIMA JABATAN


PELAYAN KESEHATAN 2001 – 2011
DINAS KESEHATAN REJANG LEBONG
DAFTAR ISI

Prolog
Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS

1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati RL (2007)


2. Penghargaan Swasti Saba (Kabupaten Sehat) untuk Rejang Lebong (2007)
3. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok
4. Road Show Ke – 3 Pelayanan KB Kesehatan
5. Bakti Sosial Kesehatan PKK dan Program Bedah Kampung
6. Kesepakatan Bersama untuk Perubahan Lingkungan di Kota Curup
7. Penyambutan 3 Trofi Penghargaan dari Pemerintah Pusat untuk Kabupaten Rejang
Lebong
8. Launching Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
dengan Stiker
9. Evaluasi Penyelenggaraan Kabupaten Rejang Lebong Sehat bersama Direktur
Penyehatan Lingkungan Depkes
10. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan Puskesmas Standar ISO 9001
11. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk Bupati Rejang Lebong
12. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan Kerjasama PKK dan Dinkes RL
13. Best Practice DHS-1 Rejang Lebong : Reformasi Pembiayaan Puskesmas
14. Kesehatan Mental-Spiritual : Siraman Rohani bersama Ustad Jefri Al Buchori
15. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek Tahun 2008 (Penilaian 7 K)
16. Best Practice DHS-1 Rejang Lebong: Program Kemitraan Bidan dan Dukun
17. Banner STBM untuk Kelurahan Kepala Siring dan Talang Benih
18. Baksos Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Curup Utara
19. Kegiatan Operasi Timbang Badan di Rejang Lebong
20. Kasus Gizi Buruk di RL Menurun
21. Usir Nyamuk DBD Warga Dihimbau Tanam Tanaman yang Tidak Disukai Nyamuk
22. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Jiwa
23. Peringatan Hari Lansia di Rejang Lebong
24. Lomba Balita Sehat se Kabupaten Rejang Lebong
25. Lomba Balita Sehat dan Suami Siaga Puskesmas Tunas Harapan
26. Rejang Lebong Menerima Penghargaan Adipura yang Ke 4 Kalinya
27. Kampanye Ayo Berhenti Merokok
28. Program Puskesmas Berseri Rejang Lebong
29. Dinkes Rejang Lebong Kirim Tim Baksos Kesehatan ke Sumbar
30. Baksos Pelayanan Kesehatan Desa Terpencil di Air Nau
31. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes untuk Rejang Lebong pada Hari
Kesehatan Nasional ke 45
32. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung Sehat Massal
33. Dinas Kesehatan Rejang Lebong Progresif Mewujudkan Desa Siaga Aktif
34. Gedung Posyandu Melalui Dana PNPM
35. Roadshow Kesehatan Ke-VI Tahun 2009

i
36. Penanggulangan AIDS di Kabupaten. Rejang Lebong
37. Bekerjasama Dengan PT Askes,15.000 Orang Miskin Rejang Lebong Dijamin
Jamkesda
38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes
39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan Prima
40. Outbound Membangun Komitmen Bersama
41. 3 Sekolah di Rejang Lebong Juara 1 Lomba Sekolah Sehat Tingkat Propinsi
Bengkulu
42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010
43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga
44. Ayo Waspada Flu Burung
45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di Desa Air Lanang, Desa Juara 2
Lomba PHBS
46. Menuju Sekolah Sehat : Belajar dari Sang Juara
47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan Kepemilikan Jamban Sehat di Rejang
Lebong
48. Bersama Kita Berantas Malaria
49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah
50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk
52. Mewujudkan Kabupaten Rejang Lebong Peduli Lansia
53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di Rejang Lebong
54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM Kabupaten Rejang Lebong
55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten Rejang Lebong
56. Baksos Kesehatan Desa Terpencil di Wilayah Lembak
57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)
58. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat di tingkat Kecamatan
59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan HUT Kota Curup
60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita Sehat
61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan Kembali Posyandu Balita
62. Persiapan Verifikasi Penghargaan Kabupaten Sehat Tahun 2011
63. Di Rejang Lebong, Sarana Kesehatan Pemerintah Siap Melayani Jampersal
64. Penilaian Sekolah Sehat tingkat Nasional di 3 Sekolah Rejang Lebong
65. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat Tahun 2011
66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin Mingguan “Pesta”
67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan Karyawan Puskesmas
68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng” (Penanda divaksin)
69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS
70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih untuk 43 Desa di Rejang Lebong
71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR
72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan Perumnas
73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air Lanang
74. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil di Puskesmas Sindang Dataran
75. BRI Peduli Kesehatan : Pengobatan Gratis di Desa Karang Jaya, Selupu Rejang
76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air
77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk Rabies Center

ii
78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste
Management)
79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies
80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan HIV-AIDS di Rejang Lebong
81. Tenaga Kesehatan Berprestasi Nasional
82. Kerjasama Dinas Kesehatan dengan Harian Bengkulu Ekspress
83. Biodata dan Pengalaman Jabatan

iii
Prolog
Mewujudkan masyarakat yang sehat dan sejahtera adalah merupakan tanggung jawab kita
semua, baik mereka yang bertugas di eksekutif, legislative dan anggota masyarakat. Sebagai
aparat yang bertanggung jawab di eksekutif diharapkan dapat mendanai kegiatan-kegiatan yang
meningkatkan mutu pelayanan serta mengurangi kesakitan dan kematian. Sementara masyarakat
perlu juga dilibatkan, terutama dari sisi pemberdayaan, sehingga mereka tidak saja menjadi
obyek pembangunan, namun juga menjadi pelaku pembangunan.

Tulisan-tulisan yang ditampilkan dalam buku ini adalah catatan pendek yang terpilih dari
serangkaian kegiatan kemasyarakatan dalam rangka berkontribusi meningkatkan pelayanan
kesehatan di kabupaten Rejang Lebong. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan bagi kawan-
kawan penggiat pembangunan kesehatan untuk mempelajari upaya-upaya yang dilakukan Dinas
Kesehatan dan Pemdakab Rejang Lebong selama periode 2007 – 2011. Sebenarnya, banyak juga
tulisan atau gagasan sebelum pada periode tersebut, namun mengingat ini berasal dari
pendokumentasian artikel di Blog, hanya pada periode tersebutlah yang bisa diakses langsung
secara online hingga kini.

Semoga hadirnya kumpulan tulisan ini dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada
upaya-upaya aparat pemerintah melalui Dinas Kesehatan Rejang Lebong dalam mengatasi
persoalan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya di Bumei Pat Petulai tercinta.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin


yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
yang tumbuh di tepi danau

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,


Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya


Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang tidak tersesat...

(terjemahan Taufik Ismail : Puisi Kerendahan Hati)

Wassalam,
Tri Mei Sartono

iv
Pantun Jenaka : Paling Enak Jadi PNS
Paling enak jadi pegawai negeri
Meski gaji kecil tapi setiap bulannya pasti
Kerjakan tugas sebentar kemudian ngeloyor pergi
Sisakan tugas untuk besok lagi (????gk produktif banget ya?)

Paling enak jadi struktural atau pegang jabatan


Dapat uang tunjangan dan juga kendaraan
Dari jam pagi sampai pulang kantoran
Sibuknya hanya bagi tugas sambil fesbukan (atau baca koran)

Paling enak jadi bos di satuan kedinasan


Ada fasilitas jabatan, mungkin juga honor sampingan (yang legal lho...)
Namun kadang pendapatannya juga harus rela dikurangkan
Kalau ada wartawan atau LSM yang minta sumbangan (hehe...minus dong)

Paling enak kerja di puskesmas


Dapat tunjangan kesehatan, bahkan rumah dan kendaraan dinas
Datang pagi sampai jam dua belas
Setelah itu kami jam bebas

Paling enak jadi pimpro kegiatan


Ada tambahan pendapatan, mungkin juga diskon pengadaan (awas...illegal lho)
Pusingnya mengatur agar semua kebagian
Syukur-syukur tahun depan masih dipertahankan (jika tidak dikasuskan)

Begitulah kerja jadi PNS


Baik yang di Dinas maupun di Poskesdes (entah yg di RS)
Nggak usah mengeluh dan SK nggak usah kita protes
Yang penting gajian selalu lancar, tepat dan beres

Jangan menulis di atas kaca


Menulislah di atas meja
Jangan menangis gara-gara dipindah kerja
Tapi menangislah kalau tidak masuk surga

Jambu merah tertimbun di tanah kering


Janganlah marah pantun ini ”just kidding”

Curup, 5 September 2010


By trims

v
Penulis Blog
www.dinkesrl.net

Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc (tri ms)


Herwantoni, SKM, MKes (toni)
Dr. Agung Fabian Candranegara (agung fabian)
Syamsir Madani, SKM, MKes (syamsir)
Asrizal, SKM (rizal)
Deptian Lupti, SKM (deptian)
Sri Diani, AM Kep (dian)
Sri Mulianti, SSos (sri muliyanti)
Gatot Arianto, AM Kep (GTA)
Mardian Efendi, SE (mardian)
Andi Noersal, SKM (andi)
Sarmaulina, SKM, MSi (lina)
Wahyudi, SKM (yudi)
Santoso, SH, MSi (santoso)
Sutanto, SKp (sutanto)

vi
1. Penghargaan Ksatria Bakti Husada untuk Bupati
RL (2007)
Dipublikasi pada Senin, 26 November 2007 oleh tri ms

Sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan atas pengabdian yang tinggi dibidang
kesehatan, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K), menyerahkan penghargaan
kepada sejumlah tokoh dan institusi bertepatan dengan acara Puncak Peringatan Hari Kesehatan
Nasional tanggal 13 November 2007 di Jakarta. Keesokan harinya puncak peringatan HKN
dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta dihadiri Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Tanda penghargaan yang diserahkan berupa, Tanda Penghargaan Ksatria Bakti Husada,
diberikan kepada individu yang dengan sukarela telah menyumbangkan tenaga, pikiran dan
pengetahuannya didalam mengembangkan program kesehatan. Darma baktinya telah dapat
dirasakan dan sangat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara. Tanda Penghargaan
Ksatria Bakti Husada terdiri dari tiga kategori yaitu Ksatria Bakti Husada Aditya, Ksatria Bakti
Husada Kartika, dan Ksatria Bakti Husada Arutala.

Penghargaan Bidang Kesehatan untuk individu yang peduli dan berjasa dalam pembangunan
kesehatan (terbagi dalam tingkatan arutala, kartika dan aditya). Penerima tahun 2007 terdiri
dari 1 Menteri, 2 Gubernur, 12 Bupati, 4 Ketua TPKK, 3 tokoh keagamaan, 2 perorangan, 7 Kiai
pondok Pesantren. Alhamdulilah, Bupati Rejang Lebong termasuk salah satu dari sedikit orang
yang mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.

Berikut ini adalah 10 kebijakan Bapak Bupati Suherman, SE sehingga diusulkan mendapat
“Ksatria Bakti Husada Arutala” :
1. Melakukan reformasi pembiayaan puskesmas dengan mendorong kemandirian
pengelolaan keuangan puskesmas secara swakelola di mana puskesmas tidak lagi menjadi
target PAD. Kebijakan ini tertuang dalam Perda No 10 tahun 2005 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan ditindaklanjuti dengan SK Bupati No 5/2005.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 1


2. Mempercepat pengembangan desa siaga yang telah mencapai 105 dari 156 jumlah desa di
RL
3. Memperoleh berbagai penghargaan dalam bidang KB, kebersihan dan lingkungan (Adipura),
koperasi dan pramuka
4. Melakukan gerakan perbaikan lingkungan dengan program “Bedah Kampung”
5. Rasa tanggung jawab bupati dengan menerima di kediaman Bupati, membiayai dan
mengantar sekitar 50 keluarga penderita bibir sumbing ke RSUD M Yunus untuk
mendapatkan operasi bibir sumbing
6. Dukungan bupati pada pelayanan kesehatan gakin, untuk 2100 jiwa gakin yang dianggarkan
di APBD 2007, yang tidak masuk alokasi askeskin dari pusat
7. Keprihatinan bapak bupati terhadap kesulitan berobat penderita gangguan ginjal yang
memerlukan cuci darah dengan menganggarkan dari APBD RL untuk pengadaan alat
Hemodialisa dan Laboratory Analyzer untuk RSUD Curup tahun 2006
8. Dukungan bupati dalam upaya perbaikan tatanan institusi sehat, terutama program
perkantoran dan sekolah sehat melalui program K7
9. Dukungan dan upaya bupati dalam Program Anti Tembakau sebagai upaya mengurangi
jumlah perokok dengan memberlakukan SK No 20 tahun 2007 tentang Kawasan Dilarang
Merokok
10. Mendorong reformasi di bidang regulasi perijinan kesehatan dengan terbitnya Perda No
10/2005 tentang Perijinan di bidang Kesehatan

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 2


2. Penghargaan Swasti Saba (Kabupaten Sehat)
untuk Rejang Lebong (2007)
Dipublikasi pada Kamis, 15 November 2007 oleh tri ms

Penghargaan Presiden untuk Kota/Kabupaten Sehat (terbagi dalam


tingkat pemantapan (padapa), pembinaan (wiwerda) dan
pengembangan (wistara). Menurut tim Depkes untuk verifikasi
penghargaan Swasti Saba tahun 2007, dari 68 kota/kabupaten yang
mengajukan untuk dinilai, hanya 37 kabupaten/kota yang layak
mendapatkan penghargaan Swasti Saba, yaitu 18 kabupaten/kota
pada tingkat Padapa (termasuk kabupaten Rejang Lebong), 13
kabupaten/kota tingkat Wiwerda dan 6 kabupaten/kota tingkat
Wistara.

Kabupaten/kota sehat merupakan pendekatan kesehatan


masyarakat yang bertumpu pada kemitraan pemerintah
daerah (lintas sektor) dengan masyarakat dalam mengatasi masalah
– masalah kesehatan yang berkaitan erat dengan masalah
lingkungan fisik dan lingkungan sosial kabupaten/kota.
Di tingkat kabupaten dimotori oleh Forum Kabupaten Sehat yang
mensinergikan pembangunan agar berwawasan kesehatan. Di
tingkat kecamatan dipandu oleh Forum Kecamatan Sehat, dan di
desa oleh Forum Desa Sehat. Ada 9 tatanan dan 260 indikator
penilaian dan profil tatanan tersebut di kabupaten Rejang Lebong
adalah sbb :

1. Ketahanan Pangan dan Gizi


2. Kehidupan Masyarakat Sehat Yang Mandiri
3. Kawasan Pariwisata Sehat
4. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat
5. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi
6. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum
7. Kehidupan Sosial Yang Sehat
8. Kawasan Pertambangan Sehat
9. Kawasan Hutan Sehat

Tatanan no 1 – 4 adalah kawasan yang diajukan oleh Rejang Lebong untuk diverifikasi.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 3


3. Sosialisasi Perbup No 20/2007 tentang Kawasan
Dilarang Merokok
Dipublikasi pada Jumat, 12 Oktober 2007 oleh tri ms

Dalam salah satu baitnya penyair Taufik Ismail yang adalah seorang dokter hewan menulis :

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah
kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik
petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Itulah kenyataan yang kita lihat


tentang budaya merokok,
menyebar ke semua lapisan
masyarakat. Merokok telah
menjadi budaya, seperti kata
pepatah “Empat sehat, Lima
“Sampurna”, sehingga kalau
habis makan, sesi yang terakhir
adalah ritual “ngebul”. Memang
budaya merokok tak bisa
dihentikan, tapi bagaimana kalau
kita coba untuk dibatasi, tidak
mencolok di tempat terbuka,
syukur bisa dikurangi.

Konon menuruh sejarah, budaya merokok pertama kali dilakukan Indian Inca, sekitar 3000 tahun
yg lalu. Kemudian pada saat Columbus masuk ke Amerika, budaya ini dibawa ke Eropa dan
akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Mulailah perdagangan tembakau dikenalkan melalui model
kolonialisme dan akhirnya menjalar ke seluruh dunia, tembakau menjadi komoditi global, dan
tembakau “Virginia” adalah yang paling populer dan banyak dicari.

Kini, para “ahli hisap” ini telah meningkat menjadi 1.1 Miliar orang dan 800 juta orang
bermukim di negara berkembang. Diperkirakan pada tahun 2030, tembakau akan menjadi
penyebab kematian utama di dunia, sekitar 10 juta meninggal per tahun dipicu kebiasaan
merokok . Secara global, 80,000 hingga 100,000 anak muda mulai menghisap rokok setiap hari
(perokok pemula) dan yang bikin ”gerakan anti rokok” tidak efektif karena pada umumnya para
”ahli hisab” ini tidak mau tahu dan peduli bahaya merokok !. Bila sudah kenal, tembakau
bersifat adiktif dan susah untuk menghentikannya, sama seperti kecanduan heroin atau cocain

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 4


(perhatikan kalau lagi pengin rokok, badan meriang dan gak nyaman, mirip gejala ”sakau” pada
narkoba)

BAHAYA ROKOK
Menurut penelitian Badan kesehatan Dunia (WHO), rokok mengandung 4.000 zat kimia yang
berbahaya bagi kesehatan serta ada 25 jenis penyakit yang dapat timbul sebagai akibat merokok.
yang paling berbahaya adalah nikotin. Nikotin ini pangkal penyebab kita ketagihan rokok, yang
secara farmakologi nikotin ini menekan produksi enzim mono amin oksidase (MAO), suatu
enzim yang mensupress dopamine. Sedikitnya MAO, membuat dopamine meningkat, dan
dopamine adalah zat kimia yang mendorong pencarian rasa kesenangan dan kenikmatan.
Begitulah, sekali kenal rokok, dopamine kita meningkat setelah rokok dihisap, dan terus ritual
”ngebul” memberi kenyamanan badan kita.
Di Indonesia, sekitar 70% penduduk indonesia (laki-laki) adalah ”ahli hisap” yang aktif, dan no 5
negara terbanyak perokoknya. Pendapatan cukai rokok (2004) 27 triliun, belum di sektor
pertanian dan tenaga kerja. Namun biaya kesehatan akibat merokok yang ditanggung pemerintah
dan masyarakat 3 kali lipatnya atau sekitar 81 triliun.

APA YANG HARUS KITA PERBUAT?


 Menaikkan cukai dan harga rokok (namun kenyataannya berapapun mahal, masih akan
dibeli juga)
 Meningkatkan informasi bahaya rokok : diseminasi hasil riset bahaya rokok, label bahaya
rokok, counter-advertising
 Larangan pengiklanan dan promosi rokok
 Pembatasan area merokok di area publik dan tempat kerja
 Program penghentian kebiasaan merokok (Cessation Help)

KAWASAN TANPA ROKOK


Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak polusi rokok bagi mereka
yang tidak merokok. Ini paling tidak untuk membatasi atau mengurangi jumlah perokok, karena
jumlah perokok cenderung meningkat, menurut catatan WHO pula , 22 persen remaja di
Indonesia sudah dapat dikategorikan sebagai perokok pemula.
PP Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan rokok bagi kesehatan
Yang dimaksud “Kawasan Tanpa Rokok”

Nah, atas dasar pasal 25 PP tesebut maka pemdakab Rejang Lebong mulai menginisiasi Kawasan
Tanpa Asap Rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga dibuatlah :
1. Peraturan Bupati R/L tentang Kawasan Tidak Merokok di RL tahun 2007
2. SK Bupati RL tentang Tim Teknis Pengendalian Bahaya Merokok di RL tahun 2007
Kalau kita baca Peraturan Bupati ini, tujuan penetapan Kawasan Dilarang Merokok (pasal 2)
adalah :
 Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian yang disebabkan merokok dengan
cara mendorong kebiasaan masyarakat untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
 Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;
 Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;
 Mendorong terwujudnya Kabupaten Rejang Lebong Sehat 2010

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 5


Sementara ini yang menjadi target pelaksanaan peraturan ini adalah membuat Kawasan Dilarang
Merokok di tempat-tempat sbb :
1. tempat umum (terminal, halte, restoran),
2. tempat kerja (kantor/instansi),
3. tempat proses belajar mengajar (sekolah),
4. tempat pelayanan kesehatan (puskesmas/RS),
5. arena kegiatan anak-anak,
6. tempat ibadah, dan
7. angkutan umum
Kemudian di pasal 7, Tempat yang ditetapkan
sebagai Kawasan Dilarang Merokok wajib
dilengkapi dengan Penandaan atau petunjuk.,
berupa :

“KAWASAN DILARANG MEROKOK”

Penandaan atau petunjuk dibuat dengan ukuran


tulisan yang jelas ditempatkan pada tempat yang
mudah terlihat dan tidak mengganggu keindahan
tempat.

PEMBINAAN
Pimpinan instansi pemerintah dan instansi non pemerintah wajib melakukan pembinaan atas
pelaksanaan pengendalian rokok bagi kesehatan dengan mendorong dan menggerakkan :
 perilaku tidak merokok
 terwujudnya kawasan bebas rokok;
 meningkatkan gerakan masyarakat untuk mensosialisasikan bahaya rokok bagi kesehatan

RUANGAN MEROKOK
Kalau ada kawasan dilarang merokok, tentu ada kawasan merokok atau ruang merokok. Kalau
kita lihat di bandara Cengkareng, ruang merokok didisain tersendiri, namun dalam peraturan ini
disarankan sbb :
 Tidak di dalam ruangan kerja
 Ruangan merokok tersendiri, tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok
 Jika memungkinkan dilengkapi dengan alat penghisap udara atau memiliki alat sirkulasi
udara tersendiri
 Ruangan terbuka, tapi tidak di tempat umum

Adanya peraturan ini membuktikan itikad pemerintah RL untuk membatasi dan mengurangi
ritual “ahli hisap” dan merokok itu berbahaya, bagi diri sendiri atau umum. Merokok tidak
dilarang, sepanjang tidak di “public area”. Namun, sosialisasi gerakan anti rokok ini wajib
mendapat dukungan semua lapisan masyarakat, tanpa itu, maka jumlah perokok akan terus
bertambah,sementara di negara maju budaya merokok sudah berkurang. Peraturan bupati ini
akan mandul, kalau kita yang ada di pemda tidak mempunyai komitmen untuk melaksanakannya.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 6


4. Road Show Ke – 3 Pelayanan KB Kesehatan
Dipublikasi pada Senin, 28 Juli 2008 oleh GTA

Kembali Road Show Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan KB dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong ( Senin 28 Juli 2008 ), yang kali ini berfokus di desa-desa di dua
Kecamatan yaitu Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, yang bertujuan
memberikan pelayanan kesehatan dan KB ke masyarakat dan mempercepat kesiapan Desa Siaga.

Sebelumnya Road Show serupa telah di lakukan di Kecamatan Kotapadang ( Road Show I ) dan
Sindang Beliti Ilir dan Kecamatan Padang Ulak

Tanding ( Road Show II )

Kali ini Road Show yang di ikuti oleh 160 orang yang terdiri dari Dokter, perawat dan bidan
yang berasal dari Puskesmas – puskesmas se Kabupaten Rejang Lebong diantaranya Puskesmas
Curup, Puskesmas Perumnas, Puskesmas Kampung Delima, Puskesmas Tunas Harapan,
Puskesmas Watas Marga, Puskesmas Talang Rimbo Lama, Puskesmas Sambirejo, Puskesmas
Sumber Urip, Puskesmas Beringin Tiga, Puskesmas Sindang Jati, Puskesmas Sindang Dataran,
Puskesmas Kepala Curup, Puskesmas Tanjung Agung, Puskesmas Padang Ulak Tanding,
Puskemas Sindang Beliti Ilir dan Puskesmas Kotapadang, serta ditambah dengan tenaga-tenaga
pendamping dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, dan juga dibantu oleh Tim
Penggerak PKK Kab. Rejang Lebong, Dharma Wanita Persatuan Kab. Rejang Lebong,dan Dinas
KB Kab,Rejang Lebong.

Kegiatan ini dibuka dan dilepas keberangkatannya oleh Bupati Rejang Lebong Suherman, SE,
MM di lapangan Pemda Kabupaten Rejang Lebong.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 7


5. Bakti Sosial Kesehatan PKK dan Program Bedah
Kampung
Dipublikasi pada Selasa, 18 November 2008 oleh tri ms

Sudah beberapa kali kegiatan Bakti Sosial pelayanan kesehatan diadakan di Kabupaten Rejang
Lebong, dan rasanya antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih
cukup banyak. Untuk yang kesekian kali, Tim Penggerak PKK Rejang Lebong bekerja sama
dengan Dinas instansi terkait, mengadakan acara Bakti Sosial PKK yang dikemas dalam acara
“Bedah Kampung“.

Kegitan inovatif ini merupakan salah satu program unggulan Rejang Lebong, yang merupakan
kerja gotong royong antar Dinas/instansi dalam rangka perbaikan kampung, baik secara fisik
dan juga pembangunan sosial/ekonomi. Kegiatan tersebut di antaranya adalah : bedah rumah
warga miskin, bedah jamban, pelayanan kesehatan (sunat massal, pengobatan, pelayanan gigi,
pemeriksaan golongan darah dan donor darah dan KB), dari program pertanian,
peternakan/perikanan, koperasi, catatan sipil, dll. Pokoknya semua Dinas/instansi saling
berkontribusi untuk penataan dan perbaikan kehidupan warga di lokasi terpilih. Laporan khusus
yang berkaitan dengan bedah jamban yang dikerjakan oleh Dinas Kesehatan dapat dibaca lebih
lanjut

Berikut ini adalah foto-foto dari kegiatan Bedah Kampung yang dilaksanakan pada Sabtu, 15
November 2008 di Kecamatan Curup Timur di mana Dinas Kesehatan Rejang Lebong selalu
terlibat dan mempunya peran yang bermanfaat bagi acara tersebut

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 8


6. Kesepakatan Bersama untuk Perubahan
Lingkungan di Kota Curup
Dipublikasi pada Jumat, 14 November 2008 oleh tri ms

We can change, begitulah inspirasi dari spirit


kemenangan Barrack Obama di pemilu AS kemarin,
maka kita juga bisa change dalam kebiasaan BAB
(Buang Air Besar) jaman primitif yang tidak sesuai
lagi dijaman orang nongkrong di WC sambil
menggunakan ponsel! Hari bersejarah itu terjadi pada
Selasa, 11 November 2008, ketika sekitar 35 orang
yang berasal dari perwakilan kelurahan Kepala Siring,
Karang Anyar, Pasar Tengah, Air Rambai, Jalan Baru
Talang Benih, dan Tabarena berkumpul di ruang rapat
Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Wakil dari
kelurahan tersebut terdiri dari lurah, Ketua BPD dan tokoh agama/ustad dan pimpinan
puskesmas. Di daerah mereka ada slum, semacam area yang kondisi sanitasinya memprihatinkan
(mungkin juga aspek sosialnya dan kriminalitasnya menonjol). Dari kacamata kesehatan,
terutama kebiasaan buang air besar di siring atau kebiasaan membuat jamban dengan
mengalirkan pipanya ke siring, sangat berbahaya. Apakah hal tersebut akan dibiarkan terus?

Perwakilan warga ini berkumpul dalam rangka


membangun komitmen atau kesepakatan
bersama agar seluruh warga di sepanjang aliran
siring atau sungai berubah kebiasaannya dalam
memperlakukan sungai/siring. Tidak lagi
dicemari dengan kotoran warga yang berpotensi
menjjadi outbreak penyakit muntaber. Setelah
ditampilkan gambar dan video lingkungan sekitar
mereka (dari hidden camera atau explicit
camera), terutama lingkungan sekitar Talang
Benih, Pasar Tengah dan Kepala Siring dan
pembelajaran program ODF (Open Defecation
Free) yang sudah berhasil dilaksanakan di Kediri
dan Nganjuk, nampaknya para peserta sudah mulai tergugah dan terprovokasi untuk segera
berubah. Lalu dikenalkan program CLTS (Community Led Total Sanitation) yang di-
Indonesiakan jadi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Setelah berdiskusi selama 2 jam,
nampaknya sudah muncul local leader yang bisa dijadikan kampiun (champion), untuk meng-
inisiasi perubahan atas kebiasaan warga ber BAB. Ada pak haji dari Talang Benih yang berfatwa
bahwa saat membangun rumah yang harus didahulukan adalah membangun jamban. Juga tokoh
BPD dari Air Rambai yang menyarankan perlunya ada regulasi tingkat desa atau kabupaten yang
mengatur hal ini.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 9


Situasi kondisi kesling di Kelurahan Talang Benih

Setelah terbangun komitmen bersama, maka akan ditindaklanjuti dalam waktu dekat
mensosialisasikan di tingkat RT dengan pendekatan STBM. Semoga langkah ini bisa membawa
perubahan perilaku yang lebih berbudaya dan sehat dan tidak menjadi daerah slum yang tidak
sesuai dengan predikat kabupaten sehat yang berkali-kali memenangkan adipura. Berikut
kesepakatan tersebut :

1. Sepakat untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak BAB di siring/sungai, dan
membuang sampah dan limbah RT ke siring/sungai
2. Menganjurkan kepada masyarakat agar tidak mengalirkan pipa WC ke
siring/sungai/danau
3. Sepakat untuk menindaklanjuti pertemuan ini ke pertemuan tingkat kelurahan/desa/RT
4. Sepakat merekomendasikan kepada pemerintah daerah untuk membuat dasar hukum
STBM
5. Sepakat dan siap menjadi fasilitator bagi berubahnya kebiasaan masyarakat agar
berperilaku hidup bersih dan sehat
6. Sepakat mendorong masyarakat untuk bersama-sama memelihara kebersihan sungai dan
siring dan lingkungannya
7. Sepakat mengintegrasikan kegiatan STBM pada kegiatan Bedah Kampung

Rencananya kesepakatan ini akan dibacakan pada upacara Hari Kesehatan Nasional yang akan
dilaksanakan tanggal 18 November 2008 (bersamaan dengan HUT Propinsi Bengkulu)

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 10


Perkembangan selanjutnya…….
Kesepakatan tersebut akhirnya dibacakan pada Hari Kesehatan Nasional yang berlangsung di
gedung Pola Pemda (dilaksanakan di gedung karena kondisi hujan). Acara berlangsung pada hari
Selasa, 18 November 2008. Yang didaulat untuk membacakan deklarasi adalah Bpk Zulkarnain,
SH, Ketua LMD Air Rambai.
Kemudian pada Rabu malam (19 November) tim dari Dinas Kesehatan diundang Bpk Lurah
Talang Benih untuk memberikan sosialisasi tentang gerakan STBM kepada seluruh ketua RT di
Kelurahan Talang Benih. Tim dari Dinas Kesehatan yang datang yaitu : Kasubdin BPL dan
Yankes (Tri MS). Kasi Kesling (Jafri), Kasi Makmin (Septo), Kasi Perencanaan (Lail), Staf
CWSHP (Rahmat), Pimpinan Puskesmas Curup (dr. Dewi Mustika). Penyuluhan STBM di mulai
sekitar jam 20.30, dan berakhir pukul 11.00 malam. Berikut beberapa foto kegiatan di Talang
Benih tersebut.

Sosialisasi Gerakan STBM di Talang Benih

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 11


7. Penyambutan 3 Trofi Penghargaan dari
Pemerintah Pusat untuk Kabupaten Rejang
Lebong
Dipublikasi pada Sabtu, 27 Desember 2008 oleh tri ms

Meski hari libur, Kamis, 25 Desember 2008, tetapi tak mengurangi minat masyarakat dan PNS
untuk menyambut kedatangan trofi penghargaan untuk Bupati Rejang Lebong. Barangkali ini
semacam pengungkapan rasa syukur dan gembira atas keberhasilan RL mendapat 3 kado akhir
tahun dari pemerintah pusat, yaitu penghargaan dari Departemen Kesehatan, Departemen
Pertanian dan Depkoinfo.

Penyambutan dimulai sejak kedatangan pesawat Mandala Airlines pada pukul 08.45 di Bandara
Fatmawati, Bengkulu, yang disambut secara adat dan dipimpin Bp Sekda. Ada 3 trofi yang
dibawa Bapak Bupati RL, yaitu trofi Penghargaan Ketahanan Pangan, trofi Manggala Karya
Bakti Husada Arutala dan yang ketiga trofi penghargaan Warmasif dari Depkoinfo. Setelah
Bupati dan Ibu dan rombongan istirahat sebentar di ruang VIP Bandara, kemudian dilanjutkan
dengan mengarak trofi yang ditempatkan pada mobil yang dihias secara khusus dan diarak
secara konvoi diiringi seluruh mobil Kepala Dinas/Instansi, mobil puskesmas dan dari kelompok
masyarakat petani menuju Curup. Mungkin ada sekitar 2 kilometer panjang konvoi kendaraan
yang mengiring trofi dengan sirene mobil pusling yang meraung-raung sepanjang perjalanan.

Sesampainya di perbatasan Kepahiang dan Rejang Lebong, 3 trofi tersebut disambut secara adat
dipimpin oleh Wabup Ikbal Bastari, SPd, MM dan Wakil Ketua DPRD Mahdi Husein. Setelah
beberapa sambutan dari waka DPRD dan bupati, ketiga trofi tersebut kemudian diarak keliling
kota dan berakhir di rumah kediaman Bupati. Seluruh peserta konvoi makan siang di rumah
kediaman Bupati.

Berikut foto-foto kegiatan tersebut.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 12


8. Launching Program Perencanaan Persalinan Dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) Dengan Stiker
Dipublikasi pada Sabtu, 27 Desember 2008 oleh toni

Menindaklanjut Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor 294/Menkes/III/2008 dan arahan


Presiden RI pada rapat terbatas Bidang Kesehatan pada tanggal 20 Februari 2008, agar segera
melaksanakan percepatan pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dengan stiker. Hal ini sebagai salah satu terobosan upaya percepatan
penurunan Angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Ibu (dr. Imram, dr. Yuli, dkk) telah berupaya untuk
mensosialisasikan P4K di Propinsi Bengkulu dengan tujuan agar kegiatan tersebut mendapat
perhatian dan dukungan yang serius dari kabupaten/kota. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada
tanggal 1-3 Desember 2008 melalui pertemuan dengan mengundang seluruh kepala dinas
kesehatan, TP-PKK, Bappeda serta menyepakati launching P4K di masing-masing
kabupaten/kota.

Setelah mengikuti pertemuan di Propinsi Bengkulu, Kepala Dinas Kesehatan langsung


mengumpulkan Kasubdin, Kasi, Pimpinan Puskesmas dan lintas sektor untuk mensosilialisasikan
P4K. Melalui pertemuan tersebut disepakati upaya percepatan pelaksanaan P4K yang diawali
dengan pencanangan dan launching P4K secara berjenjang kabupaten, kecamatan dan desa.

Pada hari Rabu, tanggal 24 Desember 2008 bersamaan dengan peringatan Hari Ibu bertempat di
halaman Pemda Kabupaten Rejang Lebong dilakukan pencanganan dan pembukaan selubung
stiker P4K oleh Bapak Bupati yang diikuti unsur muspida, kepala dinas/kantor/badan, camat,
tokoh masyarakat, perwakilan organisasi wanita. Pada acara tersebut ibu Kapolres melakukan
wawancara seorang ibu hamil guna pengisian stiker rencana persalinan. Kegiatan launching ini
akan ditindaklanjuti di tingkat kecamatan yang diawali di Kecamatan Sindang Dataran tanggal
27 Desember 2008 pada saat kegiatan penutupan kegiatan PKK-KB Kes dan Roadshow V
(Lima) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pada saat kegiatan hari ibu juga dilakukan
pemasangan stiker pada ibu hamil di 5 kecamatan oleh Ibu ketua TP-PKK, Ibu ketua Persit, Ibu
Bhayangkari, Ibu Ketua DWP yang diawali dengan pemberian penyuluhan pentingnya stiker
sebagai alat menuju kehamilan yang aman dan nyaman.

Berikut foto-foto kegiatan saat launching P4K pada upacara Hari Ibu, 24 Desember 2008 di
halaman Pemda, kemarin.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 13


9. Evaluasi Penyelenggaraan Kabupaten Rejang
Lebong Sehat bersama Direktur Penyehatan
Lingkungan Depkes
Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms

Bertempat di Gedung Pola Pemda Rejang Lebong, pada hari Selasa, 23 Desember 2008 kemarin,
telah dilakukan kegiatan Evaluasi Penyelanggaraan Program Kabupaten Sehat. Peserta yang
hadir berjumlah sekitar 75 orang, terdiri dari Kepala Dinas/instansi, pimpinan puskesmas,
Camat, Kepala Desa/Lurah, tokoh masyarakat dan akademisi. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur
Penyehatan Lingkungan, Dirjen P2P, Depkes RI, dr. Wan Al Kadri, MSi. Serta 2 orang staf
beliau, yaitu Ibu Nunik SKM, MSc dan Ibu Upik (CPMU CWSHP).

Pertemuan ini dibuka oleh Bapak sekda, Drs. Tarmizi Usulludin, MM yang juga menjabat
sebagai Ketua Forum Kabupaten Sehat. Dalam arahannya, beliau mengatakan agar
kawasan/tatanan yang masih belum baik agar segera dilakukan pembenahan, agar kita masih
bias mempertahankan predikat kabupaten sehat. Selanjutnya pemaparan dari Direktur
Penyehatan Lingkungan, dr. Wan Al Kadri, yang menyampaikan “Kebijakan dan Strategi
Kab/Kota sehat dalam Otonomi Daerah”. Beliau menyampaikan kiat-kiat dan upaya bagaimana
melakukan perubahan perilaku masyarakat agar mendukung ter capainya kabupaten sehat.
Terutama perlunya terobosan melalui perbaikan sanitasi dan air bersih dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang akan menghasilkan perbaikan derajad kesehatan masyarakat
sesuai kebutuhannya. Salah satunya melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), yang
mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan BAB di sungai/siring.

Berikut ini foto-fotonya :

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 14


10. Puskesmas Curup Berbenah Menuju Pelayanan
Puskesmas Standar ISO 9001
Dipublikasi pada Rabu, 24 Desember 2008 oleh tri ms

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas di Kabupaten Rejang Lebong agar lebih
transparan dan mempunya sasaran mutu yang jelas, maka kemarin diperkenalkan pelatihan
pendekatan sistem manajemen mutu berdasarkan standar internasional ISO (International
Organization for Standardization). Pelatihan hari pertama ditujukan bagi seluruh pimpinan
puskesmas dan pejabat struktural Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Nara sumber adalah Yana
Herdiana, ST berasal dari konsultan ISO Jakarta.

Pelatihan selanjutnya dilakukan di puskesmas Curup. Puskesmas ini diharapkan pada akhir tahun
2009 nanti menjadi puskesmas pertama di Propinsi Bengkulu yang memperoleh sertifikat mutu
ISO 9001. Bagi puskesmas, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah terbangunnya komitmen
pimpinan dan staf untuk melaksanakan sistem manajemen mutu ISO dan kesanggupan untuk
melaksanakan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Setelah itu dibentuk
kelompok kerja sebagai QMR (Quality Management Representative), guna menyusun dokumen-
dokumen yang menjadi persyaratan ISO.

Meski dirasakan banyak hambatan, puskesmas yang dipimpin dr. Dewi Mustika, MKes ini
bertekad pada pada awal Februari 2009 sudah dapat menyelesaikan dokumen mutu puskesmas
Curup. Terutama dokumen mutu pada 6 pelayanan wajib puskesmas. Selanjutnya uji coba
sebagai puskesmas rintisan dengan pelayanan standar internasional, dan akhir 2009 siap diaudit
untuk kelayakan memperoleh sertifikat ISO 9001

Kesepakatan karyawan puskesmas untuk melaksanakan SMM pukesmas berdasarkan ISO

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 15


11. Manggala Karya Bakti Husada Arutala untuk
Bupati Rejang Lebong
Dipublikasi pada Jumat, 19 Desember 2008 oleh tri ms

Akhir tahun 2008, nampaknya menjadi tahun kebaikan bagi Bupati RL. Setelah selesai
menghantarkan anak lelakinya, Ales Nopandio, SE, MM ke jenjang pernikahan dengan gadis
Cianjur, beberapa undangan ke Jakarta untuk menghadiri penerimaan penghargaan pun diterima
di kantornya.

Penghargaan yang pertama adalah dari Depertemen Pertanian dalam hal Ketahanan Pangan.
Menurut info dari Dinas Pertanian RL, Bupati sendiri yang waktu itu melakukan presentasi di
kantor Deptan tentang kemajuan program Ketahanan Pangan di RL. Penghargaan ini diserahkan
Presiden pada 18 Desember kemarin. Sementara, Gubernur Bengkulu, Agusrin Najamudin dan
beberapa bupati di Propinsi Bengkulu menerima penghargaan dalam peningkatan produksi beras.

Penghargaan yang kedua yang diterima Bupati RL adalah penghargaan dari Menteri Kesehatan,
berupa Manggala Karya Bakti Husada kategori Arutala. Penghargaan ini diserahkan Menkes
di Hotel Four Season, Jakarta pada malam 18 Desember 2008, dalam rangka memperingati Hari
Kesehatan Nasional yang ke 44. Info menurut Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes,
penghargaan ini diberikan karena keberhasilan Bupati RL dalam peningkatan derajad kesehatan
penduduk RL, dengan indikator hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2007. Berita lebih
lengkap di sini

Penghargaan ketiga, akan diserahkan pada hari Senin, 22 Desember di kantor Depkoinfo, berupa
penghargaan atas keberhasilan pemanfaatan Warmasif (Warung Masyarakat Informasi) yang
ada di Kantor Pos Curup. Artinya pemanfaatan internet di Kantor Pos Curup mencapai 5 besar
untuk peringkat kabupaten/kota.

Penghargaan dari Menkes pada HKN ke 44 tahun 2008 di Four Season Hotel, Jakarta

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 16


12. Baksos Operasi Bibir Sumbing dan Langitan
Kerjasama PKK dan Dinkes RL
Dipublikasi pada Minggu, 14 Desember 2008 oleh tri ms

Pada hari Sabtu, 13 Desember 2008 kemarin, telah dilakukan kegiatan operasi bibir sumbing
dan langitan penduduk RL di RS M. Yunus Bengkulu. Sebanyak 11 anak dan dewasa kiriman
dari puskesmas di RL menjalani operasi bibir sumbing secara gratis. Tim dokter ahli bedah
plastik yang mengoperasi berasal dari Perapi (Persatuan Dokter Bedah Plastik Indonesia)
Jakarta , kerjasama dengan Smile Train Amerika, Pemda Bengkulu dan KNPI. Dari 11 peserta
operasi, ada 7 peserta operasi mulut bagian langitan yang harus menjalani rawat inap, sementara
4 peserta bisa langsung pulang ke Rejang Lebong (rawat jalan).

Seluruh biaya transport dari RL ke M Yunus, makan dan penginapan peserta operasi dan
pendampingnya, dibiayai oleh PKK RL (yang diketuai ibu bupati) dan diorganisir bersama-sama
Dinas Kesehatan Rejang Lebong. Peserta diberangkatkan dari Curup pada Jumat sore, dengan
menggunakan 1 bus pemda RL. Acara keberangkatan ke M Yunus dilepas oleh Bapak Sekda,
Drs. Tarmizi Usulludin, MM di halaman kantor Dinas Kesehatan Rejang Lebong, didampingi
oleh Kadinkes RL, Sudirman Ansyar, SKM, MKes dan para staf Dinkes.

Kegiatan ini akan dilakukan 2 angkatan, dan angkatan berikutnya diselenggarakan pada Sabtu
depan, 20 Desember 2008, dengan peserta sekitar 10 orang.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 17


13. Best Practice DHS-1 Rejang Lebong : Reformasi
Pembiayaan Puskesmas
Dipublikasi pada Rabu, 14 Januari 2009 oleh toni

Judul ini dipilih sebagai best practice untuk Prov. Bengkulu karena keberhasilan Kabupaten
Rejang Lebong untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan (Health Financing). Di Kabupaten
Rejang Lebong, sebelum tahun 2005 pola tarif pelayanan antar Puskesmas tidak sama.
Pendapatan (income) Puskesmas sering tidak memenuhi target yang ditetapkan Pemda. Pada
tahun 2005, sampai November 2005, pencapaian target pendapatan Puskesmas se Kabupaten
Rejang Lebong, hanya 59 %. Dinas Kesehatan kabupaten Rejang Lebong merasa bahwa
keadaan ini perlu ditata dengan regulasi pembiayaan yang reformatif.

Direncanakan regulasi ini akan dibuat melalui Perda Kabupaten, dan semua Puskesmas akan
mematuhi regulasi ini. Dipandang dari level Kabupaten, maka Puskesmas akan merupakan
obyek dimana regulasi diadakan. Tetapi Puskesmas sendiri akan menjadi subyek untuk meng-
implementasikan Perda. Pemda sebagai “pemilik” Puskesmas akan mengelola regulasi ini.

Sedangkan tentang area reform, kegiatan ini dapat dimasukkan dalam area “reformasi
pembiayaan”. Namun tujuan kegiatan ini juga untuk membuat Puskesmas mampu mengelola
sendiri dana yang diterima (self-managed), untuk kegiatan peningkatan mutu pelayanan, maka
kegiatan ini dapat pula dimasukkan dalam area: Peningkatan Mutu Pelayanan.

Agar reformasi pembiayaan Puskesmas bisa berkesinambungan meskipun DHS-I telah selesai,
beberapa exit strategy dan sustainability plan perlu dipertimbangkan antara lain:

1. Monitoring dan Evaluasi perencanaan Puskesmas dan pembiayaannya perlu dikerjakan


secara teratur. Bila ditemukan penyimpangan, perlu segera dilakukan corrective actions.

2. Verifikasi dan audit financial juga perlu dikerjakan secara rutin.

3. Insentif pada petugas perlu dilanjutkan. Insentif tidak harus berupa uang, namun bisa
dalam bentuk penghargan lain.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 18


14. Kesehatan Mental-Spiritual : Siraman Rohani
bersama Ustad Jefri Al Buchori
Dipublikasi pada Jumat, 9 Januari 2009 oleh tri ms

Pikiran yang ngeres dan koruptif, harus dicegah, di samping


melalui rajin menjalankan syariat ibadah, juga perlu dibina dan
dimotivasi dengan mendengarkan ceramah keagamaan. Salah
satu event yang telah menjadi kalender tetap program Bupati
Rejang Lebong adalah tabliq akbar di setiap tahun baru Islam.
Setelah sebelumnya Kiai sejuta umat, Zainudin MZ, Ustadzah
Lutfiah Sungkar, Ust Arifin Ilham, maka pada tahun baru Islam
1430 H kemarin dihadirkan Ustad yang kondang dengan
model baju kokonya, yaitu Jefri Al Buchori.

Kegiatan tabliq akbar ini dihadiri sekitar 10.000 warga


masyarakat yang diselenggarakan di halaman rumah kediaman
Bupati RL dalam rangka mengakhiri kegiatan keagamaan
(MTQ, pawai taruf, pameran, lomba rebana, dll) sekaligus
pembinaan mental masyarakat. Kegiatan ini diselenggarakan & januari 2009 yang lalu.

Berikut ini foto kegiatannya :

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 19


15. Puskesmas Berpenampilan Baik dan Jelek
Tahun 2008 (Penilaian 7 K)
Dipublikasi pada Kamis, 8 Januari 2009 oleh tri ms

Menindaklanjuti penilaian penampilan kantor/instansi pemerintah dengan aspek 7K (Kepegawaian,


Kekeluargaan, Keamanan, Keindahan, Kesehatan, Kebersihan dan Ketertiban) maka telah
dilakukan penilaian ke 19 puskesmas. Penilaian ini dilakukan pada bulan Desember dan awal Januari
2009. Dari rekap hasil penilaian didapatkan 3 puskesmas dengan peringkat 1, 2 dan 3, yaitu
puskesmas Curup, Perumnas dan Tunas Harapan. Masing –masing mendapatkan dana pembinaan 1
juta, 750 ribu dan 500 ribu rupiah
Kemudian 3 puskesmas peringkat bawah atau terjelek, yaitu puskesmas Sindang Dataran, Sindang
Jati dan PUT. Masning – masning mendapatkan ember, keset, lap pel, tangkai pel, ember, sapu lidi
dan sapu ijuk.

Hasil peringkat rekapitulasi penilaian 7K adalah sebagai berikut :


Puskesmas Nilai
1 Curup 79,72
2 Perumnas 75,39
3 Tn.Harapan 73,48
4 Sb.Rejo 68,83
5 Kp Delima 68,63
6 B. Jaya 67,13
7 Beringin Tiga 66,59
8 Watas Marga 66,13
9 Tj.Agung 65,87
10 SBI 62,97
11 Kp.Melayu 61,34
12 Sb.Urip 61,09
13 Kt.Padang 60,98
14 Ta.Rimbo Lama 60,49
15 Ka.Curup 59,88
16 Sp.Nangka 58,76
17 PUT 58,33
18 Sd.Jati 56,61
19 Sd.Dataran 54,56

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 20


16. Best Practice DHS-1 Rejang Lebong:
Program Kemitraan Bidan dan Dukun
Dipublikasi pada Rabu, 14 Januari 2009 oleh toni

Sebagai kabupaten yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu untuk
melaksanakan program kemitraan bidan-dukun, maka pada bulan Oktober 2008 telah diberikan
pembekalan materi kemitraan bidan dan dukun yang menghadirkan nara sumber dari Direktorat
Ibu Depkes RI. Pada pertemuan tersebut diundang 7 kecamatan terdiri dari; Camat, Pimpinan
Puskesmas, Bidan Koordinator dan dukun bayi. Pemlihan kecamatan tersebut berdasarkan data
persentase persalinan oleh dukun > 50%.

Sebagai kesepakatan tindak lanjut dari pertemuan kemitraan bidan dan dukun tingkat kabupaten,
masing-masing puskesmas melaksanakan pertemuan tingkat kecamatan dengan mengundang
kepala desa, bidan desa dan dukun bayi untuk menghasilkan kesepakatan bersama kemitraan
bidan dan dukun.

LESSONT LEARNT: Kegiatan kemitraan ini berhasil karena adanya dukungan dari berbagai
pihak yang dapat dilihat dari pertemuan awal kemitraan bidan dan dukun di tingkat Kecamatan
yang dihadiri oleh Camat, Kades, TP PKK, Toma, bidan, dukun bayi dan difasilitasi oleh Subdin
KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, pada pertemuan tersebut bidan dan dukun bayi
menandatangani MOU yang disepakati bersama dengan saksi para undangan pertemuan.

Pada saat pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun ini masih mengalami kesulitan, karena belum
semua desa memiliki bidan. Akhirnya pada saat persalinan terjadi dan dukun bayi akan
memanggil bidan (mitranya) ternyata tidak ada. Masih kurangnya jumlah bidan di desa. Untuk
mengatasi hambatan telah dilakukan : Sosialisasi dan advocacy dengan Pemda dilaksanakan
pada Pertemuan Audit Maternal Perinatal tingkat Kabupaten. Kemudian untuk melakukan
advocacy tidak ditetapkan waktu yang formal, justru waktu yang informal lebih efektif untuk
melakukan advocacy. Untuk desa yang belum mempunyai bidan desa, diambil kebijakan untuk
menugaskan bidan desa tetangga.

Pertemuan kemitraan bidan dukun di Rejang Lebong

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 21


17. Banner STBM untuk Kelurahan Kepala
Siring dan Talang Benih
Dipublikasi pada Kamis, 19 Februari 2009 oleh tri ms

Menyikapi masih dilakukannya kebiasaan sebagian penduduk di Kelurahan Kepala Siring dan
Talang Benih dalam BAB (Buang Air Besar) di siring atau mengalirkan pipa WCnya ke siring
(siring dijadikan septic tank), maka dicoba melakukan pendekatan persuasi melalui banner atau
poster besar yang dipasang di sekitar siring ke 2 kelurahan tersebut. Banner ini dibiayai oleh
puskesmas Curup sebagai ajakan kepada masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
dengan tidak mencemari siring/sungai, yang masih digunakan sebagian penduduk untuk aktivitas
mandi, gosok gigi, mencuci piring dan pakaian, dll.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan ketua RT di Talang Benih dan Dinas
Kesehatan dalam rangka pengenalan program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Banner ini diserahkan kepada ke 2 lurah tersebut saat peresmian kantor Bapedalda dan
Kebersihan di Terminal Simpang Nangka, tanggal 18 Februari 2009. Peresmian kantor tersebut
juga diramaikan dengan aktivitas bakti sosial kerjasama PKK dan Dinas Kesehatan dengan
pelayanan : sunat masal, pengobatan umum, pelayanan kesehatan gigi, cek golongan darah,
donor darah serta yan KB.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 22


18. Baksos Pelayanan Kesehatan di Kecamatan
Curup Utara
Dipublikasi pada Minggu, 15 Februari 2009 oleh tri ms
Dalam rangka peresmian penggunaan Kantor Camat Curup Utara, pada hari Senin, 9 Februari
2009, tim kesehatan puskesmas Tunas Harapan yang dikomandoi dr. Eva PS dan puskesmas
Kampung Delima yang dikomandoi dr. Andriani mengadakan Baksos Pelayanan Kesehatan bagi
masyarakat setempat. Lokasi baksos di pinggir danau Talang Kering, yang merupakan obyek
wisata baru. Pelayanan yang diberikan meliputi sunat masal, pengobatan umum, pelayanan KB,
posyandu, pelayanan gigi dan penyuluhan kesehatan remaja, launching P4K, dll. Juga dilakukan
pemberian bantuan poskesdes kit dan uks kit.

Animo masyarakat dalam kegiatan ini lumayan banyak, sebagaimana dapat dilihat dalam foto-
foto kegiatan ini.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 23


19. Kegiatan Operasi Timbang Badan di Rejang
Lebong
Dipublikasi pada Selasa, 17 Maret 2009 oleh toni

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten Rejang untuk
mengembaikan masa keemasan posyandu
seperti era tahun 1980-an, diantaranya
melakukan revitalisasi posyandu yang
diprioritaskan pada penguatan kader dengan
adanya peningkatan drop out kader, penyedian
sarana posyandu, penyedian insentip kader, dan
advokasi ke tokoh masyarakat. Kelihatannya
kegiatan tersebut belum mampu
mengembalikan masa kejayaan tersebut, tingkat
partisifasi orang tua menimbang balita ke
posyandu dari tahun ketahun masih dibawah
60%, cakupan Vitamin A belum mencapai target SPM (.85%), data cakupan ASI eksklusif tidak
diperoleh, prevalensi gizi kurang masih tinggi (>5%), kasus gizi buruk masih ditemukan
terutama balita yang tidak aktip ke posyandu.

Sebagai upaya untuk meningkatkan cakupan posyandu, maka melalui dana APBD tahun 2008
dilaksanakan kegiatan operasi timbang di 196 posyandu (seluruh posyandu). Kegiatan ini
menindaklanjuti hasil kesepakatan rapat koordinasi program gizi yang dilaksanakan setiap tahun
ditingkat kecamatan dengan mengundang Camat, TP-PKK, pimpinan puskesmas, kepala
desa/lurah dan kader posyandu yang menyepakati agar dilaksanakan kegiatan operasi timbang
dalam rangka meningkatkan cakupan program gizi dan sekaligus menjaring balita gizi kurang
dan gizi buruk.

Kegiatan operasi timbang di Kabupaten Rejang Lebong dilaksanakan pada Bulan Agustus-
September 2008 secara terpadu dengan melibatkan lintas sektor (Dinas Kesehatan, Pemda, dinas
KB) secara berjenjang tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Agar kegiatan ini mendapat
dukungan penuh dari pihak kecamatan dan desa terlebih dahulu dilakukan rapat koordinasi
ditingkat kabupaten di Aula Sekretariat PKK kabupaten yang dipimpin langsung oleh Setdakab
yang dihadiri oleh seluruh camat, pimpinan puskesmas dan ketua TP-PKK kecamatan. Pada
rapat kabupaten disusun pedoman kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan tim supervisi yang
ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi tingkat kecamatan.

Kegiatan operasi timbang dilakukan supervisi tim terpadu kabupaten (dinas kesehatan, TP-PKK,
dinas KB, tim kecamatan) pada desa wilayah puskesmas. Pada setiap supervisi dilakukan
penyuluhan manfaat posyandu, pengasuhan anak, KIA-KB, yang intinya memotivasi masyarakat
agar rajin ke posyandu.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 24


20. Kasus Gizi Buruk di RL Menurun
Dipublikasi pada Selasa, 17 Maret 2009 oleh toni

Permasalahan gizi buruk menjadi isu sentral seiring meningkatnya kasus gizi buruk di Kabupaten
Rejang Lebong dengan ditemukan 50 kasus gizi buruk tahun 2005. Mencuatnya kasus gizi
buruk, mempengaruhi suhu politik di Kabupaten Rejang Lebong giatnya “Rakyat Bengkulu”
sebagai media utama di Propinsi Bengkulu memberitakan ketidakpedulian pihak ekskutif dan
legislatif terhadap bermunculnya kasus gizi buruk mengingat Kabupaten Rejang Lebong adalah
kabupaten yang subur. Pihak legislatif menuding pihak ekskutif tidak perhatian terhadap
permasalahan gizi masyarakat. Sebaliknya pihak LSM menuding legislatif agar tidak
menghamburkan dana untuk kegiatan studi banding, lebih baik diberikan kepada masyarakat
penderita gizi buruk. Disisi lain Dinas Kesehatan sebagai instansi teknis dituding gagal dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat. (untuk membaca laporan lengkap tentang
gizi buruk di Rejang Lebong klik disini

Timbulnya permasalahahan gizi buruk ini bagi Dinas Kesehatan disatu sisi menurunkan Citra
kinerja dinas kesehatan dan jajarannya, disisi lain memberikan peluang dinas kesehatan untuk
mendapatkan perhatian dari pihak legislatif dan ekskutif dalam alokasi dana program gizi.Hal ini
benar terbukti program gizi mendapat prioritas anggaran dari APBD kabupaten, tahun 2006
alokasi dana sebesar Rp. 180 juta, meningkat tahun 2007 sebasar 200 juta, dan tahun 2008
sebesar Rp. 250 Juta dan tahun 2009 sebesar Rp. 225 juta.

Sebagai instansi teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong berupaya agar terjadi
penurunan kasus gizi buruk dari tahun ke tahun, langkah awal yang dilakukan adalah koordinas
internal dengan mengundang seluruh pimpinan puskesmas dan petugas gizi menyusun rencana
kegiatan intervensi jangkah pendek (darurat), yaitu melakukan operasi timbang skrining seluruh
balita di posyandu sehingga terdeteksi secara dini balita gizi kurang agar tidak jatuh menjadi gizi
buruk dan balita yang teridentifikasi gizi buruk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan segara
dirujuk ke RSUD dan pemberian makanan tambahan selama 120 hari pasca perawatan di RSUD.
Kegiatan ini dikoordinasikan dengan melibatkan TP-PKK kabupaten, pihak kecamatan dan
Kepala Desa/Lurah yang sebelumnya telah diinformasikan melalui Surat Edaran Bupati Rejang
Lebong agar dinas terkait, Camat dan Kepala Desa/Lurah mengaktipkan kembali posyandu,
menjaring balita gizi kurang dan gizi buruk dan mengantarkan segera balita gizi buruk ke
fasilitas pelayanan puskesmas dan RSUD.

Pada tahun 2008 sebagai upaya preventif menurunkan kasus gizi buruk Pemerintah Kabupaten
Rejang Lebong yang diikoordinir oleh dinas kesehatan menggagas strategi baru meningkatkan
akses dan cakupan pelayanan kesehatan di kecamatan dan desa yang memiliki permasalahan
kesehatan ibu,anak dan gizi dengan pola reaktif jemput bola kesasaran secara bersama-sama
menuntaskan masalah, melibatkan 19 puskesmas, TP-PKK, dinas KB dan kecamatan yang
dikenal dengan “Roadshow Kesehatan”.

Roadshow kesehatan dan gizi ini bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan
gizi masyarakat, kegiatan utama adalah penimbangan balita di posyandu, penyuluhan kesehatan
dan gizi, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi, sweeping balita yang tidak

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 25


berkunjung ke posyandu, Musyawarah Masyarakat Desa. Metode roadshow ini tim puskesmas
terdiri dari 8 orang bertugas di suatu desa untuk membantu menyelesaikan permasalahan
kesehatan dan gizi masyarakat desa yang dibantu oleh tim teknis dinas kesehatan kabupaten, TP-
PKK dan pihak kecamatan selama satu hari memberikan pelayanan kesehatan dan gizi di setiap
desa sasaran.

Roadsow Pelayanan Kesehatan dan Gizi selama tahun 2008 telah dilaksanakan empat kali yang
diperioritaskan pada kecamatan yang memiliki permasalahan kesehatan dan gizi yaitu pada bulan
Januari 2008 di 19 desa kecamatan Kotapadang dan Sindang Beliti Ilir, Bulan April di 19 desa
Wilayah Kecamatan Sindang Beliti Ulu dan Kecamatan Padang Ulak Tanding, Bulan Juli 2008
di 19 desa Kecamatan Bermani Ulu dan Kecamatan Bermani Ulu Raya, Bulan Nopember 2008
di 19 desa Kecamatan Kotapadang dan Kecamatan Sindang Beliti Ulu.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Sudirman Ansyar, SKM, M.Kes), Kabupaten Rejang Lebong
berhasil menurunkan kasus gizi buruk, awal saya menjadi kepala dinas tahun 2005 jumlah kasus
gizi buruk sebanyak 45 orang dan tahun 2008 mengalami penurunanan menjadi 7 kasus
berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang kesemuanya (100%) telah
ditangani dan menjadi gizi baik. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran dari kita semua
terutama TP-PKK dan jajarannya, puskesmas dan jajarannya, dan pihak kecamatan untuk
menghimbau warganya agar orang tua memberikan perhatian pada anaknya dan segera melapor
bila ditemukan anak yang kurang gizi.

Kabid Binkesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong (Herwan Antoni, SKM, M.Kes)
permasalahan gizi buruk di Kabupaten Rejang Lebong umunya berasal dari keluar miskin
dengan penyebab langsung karena asupan yang kurang yang disertai dengan penyakit penyerta
(infeksi) TBC karena lingkungan rumah yang kurang baik. Dalam penanganan kasus ini
penderita di Rujuk ke RSUD untuk mendapatkan perawatan, pemberian makanan tambahan
pasca perawatan dan dilanjutkan dengan pemberian obat penyakit penyerta. Biaya untuk
penderita gizi buruk ini di RSUD gratis di kelas 3 dan dinas kesehatan menyediakan transport
rujukan dari desa ke RSUD, biaya konsultasi ke dokter spesialis, biaya pendamping (orang tua
selama perawatan di RSUD) dan biaya pemberianan makanan tambahan 120 hari. Selama tiga
tahun ini 60% kasus gizi buruk, status gizinya kembali menjadi gizi baik. Sisanya mengalami
hambatan karena adanya penyekit penyerta.

Sebagai upaya Pemda dalam menurunkan kasus gizi buruk ini, Bupati Rejang Lebong
(Suherman, SE, MM) dalam setiap pidatonya menghimbau agar orang tua balita agar rajin
membawa balitanya ke posyandu, setiap balita yang terindikasi gizi buruk agar segera dirujuk ke
RSUD mengenai biaya Bupati yang bertanggung jawab, dan setiap ada kasus agar dilaporkan
untuk di jemput dan diantar ke RSUD bila tidak tersedia kendaraan, pakai kendaraan yang ada
dirumah dinas Bupati. Rumah Sakit agar ada pasien gizi buruk gratis, kalau uang lapor saya
ambil uang pos Bupati.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 26


21. Usir Nyamuk DBD Warga Dihimbau Tanam
Tanaman yang Tidak Disukai Nyamuk
Dipublikasi pada Selasa, 28 April 2009 oleh Rizal

Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Kabupaten Rejang


Lebong selalu mengalami peningkatan penderita setiap
tahunnya, Hal ini disebabkan oleh curah hujan dan hari hujan
yang tinggi. hari hujan satu tahun di Kota Curup mencapai 223
hari dengan rata-rata curah hujan 278 mm. Selain itu prilaku
masyarakat yang belum melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), sehingga banyak ditemukan tempat
perindukan jentik nyamuk seperti kaleng dan ban bekas bahkan
pada beberapa kasus ditemukan jentik nyamuk pada tempat air
minum masyarakat (dispenser), Vas bunga dan tempat
penampungan air masyarakat yang berfungsi sebagai air untuk
cuci kaki sebelum masuk rumah.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD pada tahun 2009


Dinkes Kabupaten Rejang Lebong selain meningkatkan
Promosi Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
metode 3 M plus. Dimana salah satu plusnya adalah dengan mengajak masyarakat untuk
menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk seperti serai bunga Lavender,jahe, laos, jeruk
purut dan kemangi. Tanaman tersebut berdasarkan penelitian dari Universitas Indonesia bisa
dijadikan sebagai alternatif pemberantasan nyamuk penyebar penyakit DBD. Aroma khas yang
kuat dari tanaman tersebut dapat dapat mengusir nyamuk Aedes aegypti , selain itu air perasan
jeruk purut apabila dimasukkan kedalam tempat penampungan air dapat membasmi telur
nyamuk/ jentik serta memberikan aroma harum pada tempat penampungan air. Dengan adanya
tanaman yang baunya tidak disukai nyamuk disekitar rumah maka akan terbentuk Barier
(penghalang) yang akan mengusir nyamuk ada disekitar rumah.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 27


22. Sosialisasi Pelayanan Kesehatan Jiwa
Dipublikasi pada Senin, 13 April 2009 oleh tri ms

Bekerjasama dengan RS Jiwa


“Soeprapto” Propinsi Bengkulu, akhir
bulan Maret 2009 lalu telah dilakukan
semacam “road show” atau sosialisasi
tentang pentingnya pelayanan
kesehatan jiwa di pelayanan kesehatan
dasar, seperti puskesmas. Memang
disadari selama ini kasus penderita
penyakit jiwa tingkat ringan atau
sedang tidak secara jelas terdiagnosis
di puskesmas, mungkin secara klinis
terindikasi ke penyakit “gastritis”,
“hipertensi”, “gangguan tidur”, dll. Ini
juga nampak dari laporan SP2TP dan jarangnya penggunaan obat-obat psikotropika puskesmas
seperti “haldol”, trihexyl, CPZ, diazepam, dll

Sosialisasi dilakukan kepada dokter dan petugas puskesmas, pustu, bidan desa, kader dan tokoh
masyarakat di 6 puskesmas wilayah perkotaan, yaitu Curup, Perumnas, Tunas Harapan,
Kampung Delima, Curup Timur dan Watas Marga.

Tim dari RS Jiwa “Soeprapto” dipimpin langsung oleh direkturnya, dr. RA Muchtar, yang
merupakan mantan Kadinkes Rejang Lebong periode 1995-2005, dibantu psikolog dan beberapa
stafnya. RSJ siap menerima rujukan penderita gangguan jiwa, terutama neurosa dan
gelandangan psikotik, apalagi tunawisma. Hanya syarat administrasi, terutama bagi yang
miskin, seperti kartu Jamkesmas, diperlukan saat berobat (menjadi masalah karena jarang
“gelandangan pskotik” yang juga tunawisma yang punya kartu).

Beberapa waktu dulu, puskesmas Curup saat dipimpin drg Asep bahkan pernah menjalin
kerjasama dengan pskiater dr. Heru dan mengadakan pelayanan kesehatan jiwa sebulan sekali.
Sangat baik kalau hal tersebut tahun ini diaktifkan kembali.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 28


23. Peringatan Hari Lansia di Rejang Lebong
Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms

Dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2009 (hari
Minggu), diselenggarakan senam lansia dan pengobatan gratis. Juga dibagikan doorprize
melalui pencabutan nomor bagi yang ikut. Acara diselenggarakan di lapangan Setianegara
dengan dihadiri Bapak Bupati dan Ibu serta Wabup dan Ibu dan juga unsure muspida dan Kepala
Dinas.

Kegiatan ini diikuti sekitar 250 lansia yang dikirim dari kelompok lansia puskesmas yang ada di
kota Curup. Kepada seluruh peserta juga dibagikan kaos sumbangan dari PT Askes. Setelah
mengikuti senam jantung sehat, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan pemeriksaan
kesehatan. Cek tensi darah dikerjakan oleh tenaga perawat/bidan puskesmas Perumnas, Watas
Marga, Kp Delima dan Curup. Pemeriksaan kesehatan dilayani oleh tim dokter yang terdiri dari
dr. Eva PS, dr. Reyco, dr. Wuri, dr. Andriani dan dr. Neljun. Keluhan-keluhan yang dirasakan
lansia umtumnya, darah tinggi, rematik/pegal-pegal dan ISPA.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 29


24. Lomba Balita Sehat se Kabupaten Rejang
Lebong
Dipublikasi pada Selasa, 26 Mei 2009 oleh tri ms

Hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2009 kemarin, telah diselenggarakan Lomba Balita Sehat tingkat
Kabupaten. Peserta berasal dari pemenang seleksi yang diselenggarakan di 15 kecamatan, yang
terdiri dari kelompok 6 – 24 bulan dan 25 sampai 60 bulan dengan jumlah peserta 90
balita. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tim Penggerak PKK kerjasama dengan Dinas
Kesehatan.

Tujuan lomba adalah untuk memotivasi masyarakat, khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita
agar lebih memperhatikan kesehatan balitanya. Acara ini digelar sekaligus dalam rangka
memperingati HUT Kota Curup. Dalam acara tersebut, Bupati RL Suherman, MM dan beberapa
kepala dinas/Instansi menyaksikan jalannya acara dan menyapa para peserta lomba. Menariknya
lagi, ibu-ibu peserta lomba ini mengantre meminta agar Bupati Suherman memberikan ciuman
kepada anak-anak mereka.

Pemenang untuk kategori 25 sampai 60 bulan yaitu Gilang dari Kecamatan Curup Utara,
sedangkan untuk kategori 6 – 24 bulan didapat oleh Maulana dari Kecamatan Sindang Dataran.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 30


25. Lomba Balita Sehat dan Suami Siaga
Puskesmas Tunas Harapan
Dipublikasi pada Sabtu, 9 Mei 2009 oleh agung fabian

Pada tangal 28 dan 29 April 2009 lalu


Puskesmas Tunas Harapan, Kelurahan
Curup Utara mengadakan lomba Balita
Sehat dan Lomba Ibu Hamil-Suami Siaga,
dalam rangka memperingati Hari Ulang
Tahun Puskesmas Tunas Harapan yang ke
17. Lomba Balita Sehat ini telah dua kali
diadakan sejak tahun 2008 yang ternyata
mendapat banyak perhatian dari masyarakat.
Pada tahun ini Puskesmas Tunas Harapan
membuat gebrakan, yaitu lomba Ibu Hamil-
Suami siaga yang baru pertama kalinya
diselenggarakan di Kabupaten Rejang
Lebong.

Bekerja sama dengan PT. Sari Husada, PKK Kabupaten Rejang Lebong, dan PKK Kecamatan
Curup Utara, lomba ini diikuti oleh 128 Balita untuk lomba balita sehat dan 25 pasang suami
istri untuk lomba Ibu Hamil-Suami siaga. Lomba ini diluar dugaan mendapat perhatian yang luar
biasa dari masyarakat. Ketua PKK Kabupaten Rejang lebong ibu Hj. Susilawati Suherman, SE,
MM dalam sambutannya mengatakan hendaknya kegiatan ini dijadikan agenda tahunan program
kesehatan karena melalui lomba-lomba seperti ini akan merangsang partisipasi masyarakat dan
meningkatkan derajat kesehatan khususnya di kabupaten Rejang Lebong.

dr. Eva Permata Sari,SH dalam pidatonya menyatakan tema dari HUT Puskesmas kali ini adalah
menyelamatkan generasi yang hilang (The Lost Generation). Tanggung jawab dari orang tualah
mulai dari masa kehamilan untukmenjaga buah hatinya agar dikemudian hari kelak di
pundaknyalah beban bangsa ini ditaruh bukannya malah sebaliknya, menjadi beban dari
masyarakat, pemerintah maupun bangsa Indonesia yang kita cintai.

Pemenang I Lomba Balita sehat Kategori usia <2tahun : Sistia dari desa Dusun Sawah

Pemenang I Lomba Balita sehat Kaegori usia >2tahun : Rita Sakinah dari kelurahan Tunas
Harapan

Pemenang I Lomba Ibu Hamil- Suami Siaga: pasangan Erick dan Maria dari kelurahan Dusun
Curup

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 31


26. Rejang Lebong Menerima Penghargaan
Adipura yang Ke 4 Kalinya
Dipublikasi pada Sabtu, 6 Juni 2009 oleh tri ms

Bupati Rejang Lebong Provinsi Bengkulu, Suherman menerima dua penghargaan nasional dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Hari ini, Jumat (5/6) Bupati menerima penghargaan dari
presiden SBY berupa piala Adipura,” kata Asisten I Pemkab Rejang Lebong, Kadirman, SH di
Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Jumat (5/6), sebagaimana dikutip dari koran Media
Indonesia. Bersamaan dengan itu juga diterima penghargaan dari presiden berupa penghargaan
“Peningkatan Produksi Beras“.

Piala Adipura yang diterima Bupati ini, merupakan ke empat kalinya. Pada tanggal 8 Juni 2009
lanjut Kadirman, bupati kembali menerima penghargaan dari presiden atas prestasi peningkatan
produksi beras nasional (PPBN) di Boyolali. Rencananya dua penghargaan ini, akan disambut
oleh DPRD bersama masyarakat pada tanggal 10 Juni di Kelurahan Tempel Rejo Kecamatan
Curup Selatan, Kabupaten Rejang Lebong. “Panitia sudah menyebarkan 5.000 undangan yang di
koordinir oleh lima Camat di Kota Curup,” ujarnya.

Ia mengimbau kepada seluruh komponen masyarakat kabupaten Rejang Lebong untuk dapat
menghadiri acara penyambutan dua penghargaan tersebut. Dua penghargaan itu akan diarak
keliling Kota Curup. Bagi aparat pemerintah mulai dari yang paling bawah, dan unsur muspida
serta para tokoh masyarakat yang hadir akan menggunakan pakaian adat Rejang. “Piala Adipura
yang ke empat ini, merupakan tolak ukur keberhasilan pemerintah daerah,” kata Hermansyah,
warga Kelurahan Talang Rimbo Baru Kecamatan Curup Tengah. Namun katanya, pranserta dan
dukungan masyarakat tetap diutamakan. Tanpa didukungan masyarakat apapun bentuk
programnya tidak akan bisa terlaksana dengan baik.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 32


27. Kampanye Ayo Berhenti Merokok
Dipublikasi pada Senin, 1 Juni 2009 oleh tri ms

Dalam rangka memperingati Hari


Anti Tembakau Sedunia (HTTS)
yang jatuh pada tanggal 31 Mei
2009, Dinkes melakukan
kampanye Ayo berhenti merokok
dengan berkeliling kota menggunakan mobil penyuluhan dengan mengajak masyarakat agar
mengurangi konsumsi merokok.Ajakan dibacakan oleh Sri Diani, yang naik mobil bankes
dengan spanduk “Ayo Berhenti Merokok“, diikuti oleh mobil pusling puskesmas.Pada
peringatan HANI tersebut, masyarakat diingatkan bahwa kabupaten REjang Lebong telah
mempunyai peraturan Bupati No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok di 7 Kawasan,
yaitu :

1. Di seluruh tempat pelayanan kesehatan


2. Di dalam kelas tempat proses belajar mengajar
3. Di dalam ruangan tempat/arena bermain anak-anak
4. Di dalam ruangan kerja/kantor pemerintah/swasta
5. Di dalam ruangan tempat ibadah
6. Di dalam angkutan umum
7. Di ruangan tempat-tempat umum yang tertutup

Untuk lebih mensosialisasikan Kawasan Dilarang Merokok di 7 kawasan tersebut, maka pada
moment Hari Tanpa Rokok Sedunia, Bupati Rejang Lebong membuat surat edaran yang isinya
diharapkan kepada pimpinan Dinas/Instansi agar membuat aksi sbb :

1. Melarang setiap orang merokok pada hari Sabtu, tanggal 30 Mei 2009 di kantor dan di rumah
dan tempat-tempat umum lainnya
2. Membuat penandaan atau petunjuk yang jelas larangan merokok di tempat kerja dengan
tulisan : “KAWASAN DILARANG MEROKOK”, dengan ukuran tulisan yang jelas dan
mudah terlihat
3. Mengambil tindakan/sangsi/teguran lisan terhadap pelanggaran ketentuan tersebut

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 33


28. Program Puskesmas Berseri Rejang Lebong
Dipublikasi pada Kamis, 29 Oktober 2009 oleh tri ms

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di Puskesmas


yang baik dan bermutu, perlu segera direalisasikan.
Berdasarkan survei 7 K (Kebersihan, Kekeluargaan,
Keamanan, Kepegawaian, Kesehatan, Keindahan dan
Ketertiban) pada tahun 2008, masih banyak dijumpai
penampilan Puskesmas yang belum memuaskan. Sementara
berdasarkan survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di 4
puskesmas (Curup, Tunas Harapan, Perumnas dan Kampung
Delima) pada tahun 2007, dari 14 unsur yang dinilai,
Kesopanan dan Keramahan petugas belum menonjol atau
belum memenuhi harapan.

Guna mewujudkan harapan masyarakat tersebut, maka Dinas Kesehatan Rejang Lebong
berupaya meningkatkan pelayanan puskesmas melalui strategi Puskesmas Berseri, menuju
puskesmas yang memenuhi harapan masyarakat, serta mempersiapkan sebagai rintisan
puskesmas standar nasional (diakreditasi oleh KAN/KARS) atau sebagai rintisan menuju
puskesmas standar internasional (ISO).

1. TUJUAN

Tujuan Umum :

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas, yang sesuai atau melebihi


harapan pelanggan baik pelanggan eksternal maupun internal.

Tujuan Khusus

1. Meningkatkan mutu tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya melalui peningkatan


pengetahuan dan ketrampilan.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas yang sesuai
denganprosedur tetap (PROTAP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas secara terus menerus
denganManajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management).

2. KONSEP DASAR PUSKESMAS BERSERI

A. Pengertian :

Puskesmas Berseri adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai
dengan standart operating procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
, dengan upaya berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 34


B. Kebijakan :

1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuaidengan


pendidikannya/kompetensinya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam
memberikan pelayanan.

1. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi
memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
2. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister.
3. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu
sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas.
4. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan.
5. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang
tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas.
6. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, sehingga memberi kenyamanan
pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya.
7. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang
sesuai dengan harapan pasien.
8. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
9. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar
10. Supervisi dilaksanakan setiap enam bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan
pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan
11. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap enam bulan sekali serta
ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan

3. Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan :

Puskesmas Berseri dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya menggunakan strategi :


Berseri

1. Bersih : Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dalam suasana yang bersih
dan rapi, baik petugasnya, pakaiannya dan peralatannya, juga tempat pelayanan :
ruang tunggu, kamar mandi/WC dan lingkungan keseluruhan puskesmas
2. Ramah : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap yang ramah, siap
membantu dan mengobati dan mudah menegur dan menyapa pasien.
3. Responsif (tanggap) : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai sikap responsif
(tanggap), dapat memenuhi hasrat pasien dan mengerjakan yang dibutuhkan pasien
4. Informatif : Petugas yang memberikan pelayanan mempunyai informasi yang memadai
tentang jenis pelayanan yang diberikan, semua pegawai menggunakan tanda pengenal,
ada papan informasi biaya dan program kesehatan

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 35


29. Dinkes Rejang Lebong Kirim Tim Baksos
Kesehatan ke Sumbar
Dipublikasi pada Minggu, 4 Oktober 2009 oleh tri ms

Hari Jumat, tanggal 2 Oktober 2009, sekitar pukul


16.00sore, tim Baksos Rejang Lebong yang
berjumlah 14 orang diberangkatkan dan dilepas
oleh Ketua Satlak Rejang Lebong, Bapak Iqbal
Bastari, SPd, MM, yang juga Wakil Bupati Rejang
Lebong. Pelepasan keberangkatan tim
dilaksanakan di halaman Dinkes RL dengan
dihadiri Kabid dan Kasi Dinkes. Tim Baksos ini
terdiri dari 2 dokter, 10 perawat, 1 kesmas, 1
farmasi dan 1 dokumentator dengan tujuan untuk
memberikan bantuan emergensi masyarakat Sumbar yang terkena bencana.

Tim ini juga dilengkapi dengan obat-obatan sebanyak 58 koli, kantong mayat, tenda peleton, alat
untuk penjernihan air dan bahan desinfeksi. Dengan menggunakan 4 mobil puskesling, tim ini
menuju Padang melalui jalur Lubuk Linggau terus ke Solok dan akan mencapai kota Padang
untuk melapor ke Satlak setempat. Tim dipimpin Kabib P2PL, Amran BSc.

Menurut informasi, setelah melapor ke Satlak setempat, tim ini ditempatkan di kabupaten
Pariaman, desa Pautan Kabau, kecamatan Nan Sabaris. Setelah mendirikan tenda peleton, tim
melakukan baksos pelayanan kesehatan dan konon melayani masyarakat hingga seratusan
pasien. Komunikasi tim keluar lebih banyak mengandalkan facebook dan SMS.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 36


30. Baksos Pelayanan Kesehatan Desa Terpencil di
Air Nau
Dipublikasi pada Rabu, 25 November 2009 oleh tri ms

Desa Air Nau termasuk desa di wilayah


kecamatan Sindang Beliti Ulu yang masih
terisolasi, karena akses jalan menuju ke desa
tersebut masih jalan tanah, licin dan terjal.
Perjalanan ke desa tersebut dapat dicapai
dengan motor atau menggunakan mobil
dobel gardan. Lokasinya bisa dicapai melalui
Kepala Curup kemudian menuju desa Apur,
desa Sinar Gunung dan selanjutnya menuju
desa Air Nau di mana biasanya dilanjutkan
dengan jalan kaki, pakai motor dengan ban
dirantai atau mobil dobel gardan. Sekitar 200
KK yang seluruhnya berprofesi sebagai
petani kopi atau karet yang telah menjadi
penduduk permanen di desa terpencil
tersebut. Bapak Marwi adalah sesepuh warga
yang pertama kali membuka talang di
kawasan lereng pegunungan Bukit Barisan
ini yang rumahnya menjadi posko tim kesehatan beristirahat dan makan siang.

Tim Baksos yang beranggotakan karyawan Dinkes dan puskesmas Kepala Curup serta dibantu
dokter Asma Mardhiah dari Sumber Urip, hari Senin, 24 November meluncur menuju ke lokasi
dengan menggunakan 2 kendaraan serta dipandu bidan Halimah (bidan Apur) yang
menggunakan motor. Siang itu cuaca sangat baik dan cerah, sehingga perjalanan ke lokasi desa
Air Nau bisa dicapai dengan mudah, walau melewati jembatan yang pinggirnya sudah longsor.
Setelah ramah tamah dengan pak Marwi (orang tua angkat bidan Halimah) yang asal kota
Malang, tim kemudian melakukan baksos pelayanan kesehatan di Poskesdes yang gedungnya
dibangun atas inisiatif masyarakat dari dana ADD. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi
pengobatan umum, posyandu, sunat masal dan pemeriksaan ibu hamil. Antusias masyarakat
lumayan tinggi, terbukti dari banyaknya warga yang hendak berobat .

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 37


31. Swasti Saba Wiwerda : Penghargaan Menkes
untuk Rejang Lebong pada Hari Kesehatan
Nasional ke 45
Dipublikasi pada Jumat, 13 November 2009 oleh tri ms

Tadi malam, tanggal 12 November


2009 bertepatan dengan acara
resepsi Hari Kesehatan Nasional
ke 45 bertempat di gedung baru
Depkes, Jl Rasuna Said, Jakarta,
Menteri Kesehatan Dr. dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih,
memberikan penganugerahan
kabupaten sehat berupa piala
swasti saba tingkat wiwerda untuk
Bupati Rejang Lebong, Suherman,
SE, MM. Sebuah penghargaan di
bidang kesehatan yang lumayan
prestisius dan merupakan apresiasi
pemerintah pusat terhadap
keberhasilan pembangunan di RL yang mendukung tercapainya kesejahteraan rakyat. Tim
Depkes memverikasi kelayakan Rejang Lebong mendapatkan penghargaan melalui serangkaian
kunjungan lapangan, tanya jawab ke masyarakat dan mendengarkan presentasi Forum Kabupaten
sehat serta penelitian dokumen yang berkaitan dengan kebijakan kesehatan pada bulan Mei 2009.

Menurut Depkes RI dikenal 3 kategori penghargaan kabupaten sehat. Yang pertama kabupaten
sehat tingkat padapa atau tingkat pemantapan yang dinilai pada 2 kawasan/tatanan unggulan di
mana Rejang Lebong pernah mendapatkannya pada tahun 2007. Ke dua kabupaten sehat tingkat
wiwerda atau pembina yang dilakukan penilaian pada 5 kawasan/tatanan unggulan di mana pada
tahun 2009 ini kabupaten RL mendapatkanya ke tiga kabupaten sehat tingkat wistara atau
pengembangan yang dilakukan penilaian di 9 kawasan atau tatanan unggulan.

Bagi kabupaten Rejang Lebong, penghargaan kabupaten sehat yang kedua kali dengan kelas
penghargaan yang meningkat menjadi tingkat wiwerda ini merupakan penghargaan satu-satunya
bagi kabupaten di Propinsi Bengkulu . Menurut tim Depkes, tahun 2009 ini ada sekitar 58
kabupaten/kota yang mengajukan untuk dinilai, tapi dari sekian banyak kabupaten kota di
Indonesia yang mengusulkan untuk dinilai hanya 38 kabupaten/kota saja yang dianggap layak
mendapatkan penghargaan tersebut termasuk kabupaten Rejang Lebong.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 38


32. Jalan Santai dan Lomba Senam Jantung Sehat
Massal
Dipublikasi pada Rabu, 2 Desember 2009 oleh tri ms

Barangkali ini kegiatan yang cukup luar biasa dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) ke 45 dan Kesatuan Gerak PKK ke 37, yaitu jalan santai dan lomba senam jantung
sehat. Ini kegiatan massal yang melibatkan ribuan orang. Pesertanya dari berbagi kalangan,
bahkan dari desa-desa di pelosok kabupaten Rejang Lebong. Gerak jalan dimulai dari start di
tempat kediaman Bupati RL dan berakhir di lapangan Setia Negara. Sebelumnya dilakukan
kegiatan pemeriksaan tekanan darah bagi siapa saja yang berminat. Peserta yang beruntung
mendapatkan doorprize berupa sepeda, kompor gas, magic com, dispenser, kipas angin dll.

Sementara kegiatan lomba senam jantung sehat di lapangan setianegara diikuti hampir 700
kelompok yang berasal dari 15 kecamatan. Lomba ini berlangsung selama 3 hari dan
memperebutkan hadiah uang pembinaan dan piala dari Ketua Tim Pengggerak PKK.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 39


33. Dinas Kesehatan Rejang Lebong Progresif
Mewujudkan Desa Siaga Aktif
Dipublikasi pada Selasa, 1 Desember 2009 oleh DEVTIAN LUPTI

Desa siaga merupakan program prioritas dan mendapat perhatian khusus dari Pemerintah
Kabupaten Rejang Lebong. Sebagai wujud kepedulaian tersebut telah berikan dalam bentuk
dukungan kebijakan dan pendanaan. Konsep desa siaga di Kabupaten Rejang Lebong lebih
difokuskan pada pemberdayaan ditingkat keluarga agar setiap individu mau, tahu dan mampu
mengatasi setiap permasalahan kesehatan di tingkat keluarga. Hanya dengan keluarga siaga akan
terwujud Masyarakat Siaga dan akhirnya Desa Siaga. Fokus permasalahan siaga di Kabupaten
Rejang Lebong di prioritaskan pada lima siaga: 1) Siaga Kesehatan Ibu dan Anak, 2) Siaga
Gizi, 3) Siaga Penyakit Menular, 4) Siaga Bencana dan 5) Siaga Nafza yang merupakan
permasalahan lokal spesifik yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Rejang Lebong.
Berbagai upaya yang dilakukan untuk mempercepat terwujudnya desa siaga di Kabupaten
Rejang Lebong diantaranya pencanangan dimulainya 40 desa siaga oleh Bupati Rejang Lebong
pada HKN ke-42, penyediaan 20 unit kendaraan roda 2 bagi bidan poskesdes, pembangunan
Poskesdes baru 29 unit. Juga dilakukan kegiatan Roadhsow kesehatan dengan fokus kegiatan
pengembangan dan pembinaan desa siaga oleh tim Kabupaten dan Puskesmas di seluruh
kecamatan yang menghasilkan 100% Desa Siaga telah terbentuk pada tahun 2009.

Sebagai bentuk motivasi terhadap pengembangan desa siaga pada bulan Otober-November 2009
telah dilakukan penilaian desa siaga terbaik tingkat kabupaten terhadap 21 Desa Siaga terbaik
perwakilan Puskesmas dan Kecamatan. Penilaian berfokus pada kebijakan, administrasi,
pelaksanaan kegiatan lima siaga, output kegiatan desa siaga dan kegiatan inovasi desa.

Setelah melalui penilaian oleh tim penilai kabupaten diperoleh desa terbaik satu Desa Kesambe
Lama dengan jumlah nilai 4380 poin dan mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp.750.000,-
serta piagam dan piala, juara dua dengan jumlah nilai 4290 poin mendapat dana pembinaan Rp.
600.000,- serta piagam dan piala dan juara tiga dengan jumlah nilai 4200 poin mendapat dana
pembinaan Rp. 500.000,- serta piagam dan piala.

Menurut ketua tim penilai Herwan Antoni, SKM,M.Kes,M.Si selaku Kabid Binkesmas
penialaian Desa Siaga ini dmaksudkan sebagai salah satu upaya kita untuk mendorong atau
memotivasi desa-desa yang telah terbentuk menjadi Desa Siaga agar berperan aktip, baik
pengurus, keluarga dan masyarakat bersama-sama mengisi kegiatan terutama lima siaga
sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat benar-benar siaga jika terdapat permasalahan
kesehatan di tingkat rumah tangga dan masyarakat. Rencana kedepan (tahun 2010) penilaian
desa siaga akan lebih difokuskan pada bukti nyata kegiatan di masyarakat misalnya kemampuan
simulasi setiap siaga termasuk Mars keluarga siaga.

Pada saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong telah menegembangkan modul
Keluarga Siaga dan buku saku Desa Siaga yang diharapkan dapat menjadi pedoman bagi kader
dalam memfasilitasi pengembangan desa siaga (Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong)

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 40


34. Gedung Posyandu Melalui Dana PNPM
Dipublikasi pada Sabtu, 16 Januari 2010 oleh DEVTIAN LUPTI

Desa Air Kati merupakan desa terpencil berada di


Wilayah Puskesmas Padang Ulak Tanding Kecamatan
Padang Ulak Tanding. Jarak tempuh desa dengan
puskesmas dan pusat kecamatan 10 Km dan 75 Km
dari pusat kota Kabupaten Rejang Lebong. Desa Air
Kati merupakan desa eks transmigrasi dengan jumlah
penduduk 1012 jiwa, sebagian besar penduduk suku
jawa dan penduduk asli suku lembak. Secara geografis
Desa Air Kati sulit dijangkau karena kondisi jalan yang
belum mendukung terutama pada musim penghujan.
Saat ini Desa Air Kati dipimpin oleh kepala desa muda
dan energik, Budi Hartono berpendidikan STM
berumur 30 tahun telah memimpin selama 3 tahun dan
putra asli desa setempat.

Sebagai putra asli Desa Air Kati menyadari kesehatan merupakan program prioritas dalam
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga perlu diupayakan dan
diberdayakan melalui kegiatan posyandu melibatkan peran kader, PKK desa dan tokoh
masyarakat dengan kegiatan rutin penimbangan, penyuluhan, pelayanan kesehatan, imunisasi
pemberian makanan dan berbagai kegiatan tambahan. Kendala belum tersedianya gedung
posyandu yang mandiri yang masih memanfaatkan rumah kader, sedangkan peran kader dan
antusias masyarakat ke posyandu cukup tinggi. Selain itu apa yang menjadi harapan TP-PKK
kabupaten pengembangan anak melalui posyandu terpadu dengan PAUD terkendala karena
tidak tersedia tempat yang layak. Pemikiran tersebut menjadi harapan yang ingin diwujudkan
secara bersama untuk disampaikan pada musyawarah masyarakat desa yang dihadiri oleh
perangkat desa, pengurus desa siaga dan tokoh masyarakat yang diterima menjadi keputusan
desa.

Melalui dana PNPM tahun 2008 di bangun gedung posyandu dengan luas 8 X 6 M terdiri dari 3
ruang, 2 kamar mandi dan Aula dengan total dana RP. 141.000.000,- yang pengerjaannya secara
gotong royong selesai akhir tahun 2008. Pada tanggal 20 Januari 2009 gedung tersebut di
resmikan oleh Bapak Bupati Rejang Lebong Suherman, SE, MM melalui kegiatan Bakti Sosial
Pelayanan Kesehatan-KB kerjasama dengan TP-PKK, Dinas Kesehatan dan Dinas KB. Dalam
sambutannya Bupati memberikan penghargaan dan terima kasih kepada masyarakat Air Kati atas
pembangunan gedung posyandu yang megah melalui dana PNPM dan diharapkan gedung ini
dirawat dan dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 41


35. Roadshow Kesehatan Ke-VI Tahun 2009
Dipublikasi pada Kamis, 14 Januari 2010 oleh santoso

Roadshow kesehatan merupakan kegiatan inovatip Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong
dalam upaya meningkatkan intensifikasi pelayanan kesehatan dan peningkatan cakupan standar
pelayanan minimal kesehatan dengan pola jemput bola langsung ke sasaran. Latar belakang
kegiatan roadshow kesehatan belum tercapainya target standar pelayanan minimal terutama
program kesehatan ibu dan anak (K1, K4, Linakes, Kunjungan Neonatal) berdasarkan evaluasi
program akhir tahun 2007, terdapat 50% puskesmas berdasarkan pemetaan dengan katagori
merah (cakupan < 50%) walaupun berbagai upaya program yang didukung oleh DHS-ADB
melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan. Sehingga timbul pemikiran perlu upaya khusus
untuk membantu puskesmas yang mengalami hambatan mencapai target SPM dengan cara
bekerja secara bersama (sistim gotong royong) dengan melibatkan seluruh tim puskesmas ke
desa-desa wilayah puskesmas dengan katagori merah.

Roadsow kesehatan telah dilaksanakan sebanyak enam kali, roadsow pertama di laksanakan
diwilayah Puskesmas Kotapadang pada 21 desa yang melibatkan 300 orang tim kerja, puskesmas
masing-masing 10 orang, pengelolah program dinas kesehatan, TP-PKK dan tim kecamatan.
Kegiatan yang dilakukan di desa sasaran ; 1). Pelayanan pengobatan umum, 2). Pelayanan
posyandu (KIA, Gizi, Imunisasi Ibu hamil dan Bayi), 3). Pelayanan ibu hamil (ANC, penyuluhan
dan FGD), 4). Penyuluhan (Kesling, Chikungunya, PHBS, Gizi ), 5). Penjaringan kasus gizi
kurang dan buruk, 6). Pembinaan terhadap kader posyandu, 7). Pengorganisasian dan
pemantapan desa siaga dan 8). Pendataan ibu hamil, bayi dan balita. Sedangkan roadshow
terakhir dilaksanakan pada tanggal 30 Desember 2009 di 21 Desa Wilayah Puskesmas Sindang
Kelingi, Binduriang dan Padang Ulak Tanding. Hasil kegiatan roadshow telah memberikan
manfaat dalam upaya meingkatkan keterpaduan dan semangat kebersamaan membantu
puskesmas yang memiliki keterbatasan sehingga berhasil meningkatkan akses pelayanan
kesehatan keluarga miskin terutama daerah terpencil, meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, dan gizi. Kegiatan roadhosw ini telah menjadi agenda tetap pemerintah
daerah yang telah mendapat dukungan pendanaan dari APBD, Bupati dan Ibu ketua TP-PKK
ikut serta dalam setiap kegiatan

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 42


36. Penanggulangan AIDS di Kab. Rejang Lebong
Dipublikasi pada Rabu, 24 Februari 2010 oleh mardian

Kabupaten Rejang Lebong melalui surat keputusan bupati nomor 173 tahun 2006 telah
membentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Rejang Lebong dengan tugas dan
tanggung jawab :

1. Melaksanakan dan meningkatkan koordinasi dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan,


pencegahan, pemantauan, pengendalian dan penanggulangan AIDS.
2. Mengkoordinasikan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan masalah AIDS.
3. Melaksanakan peraturan Presiden nomor 75 tahun 2006.

Program Penanggulangan HIV dan AIDS di kabupaten Rejang Lebong telah berjalan efektif
sejak tahun 2008 melalui dukungan Komisi Penanggulangan Aids Nasional hingga sekarang.

Pada tahun 2010 Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Rejang Lebong (baca : KPAK RL)
melaksanakan program sosialisasi dan Outlet bagi populasi kunci karena :

1. HIV dan IMS semakin berkembang di masyarakat , data Terakhir KPAK RL di bulan Juli
tahun 2010 telah tercover sebanyak 19 orang dengan positif AIDS melalui klinik VCT
RSUD M.Yunus Prov. Bengkulu 90% di antaranya telah meninggal dan masih banyak
lagi yang belum terdata, yang dapat di ibaratkan seperti gunung es yang harus di gali/di
cairkan. Mudahnya penyebaran dan penularan serta penyebab nya adalah seks yang
barganti pasangan dan tidak menggunakan pelindung yang aman, ada nya sex bebas.
2. Penanggulangan HIV dan IMS melalui outlet Kondom khusus bagi populasi kunci yang
beresiko tinggi untuk tertular. Outlet kondom tersebut di berikan dengan maksud dan
tujuan yang positif sekaligus untuk menekan jumlah orang yang tertular Virus HIV dan
IMS. Untuk tercapainya hasil yang maksimal KPAK RL mengharapkan peran serta
masyarakat untuk ikut menekan jumlah pertumbuhan orang yang hidup dengan AIDS
(ODHA) serta untuk tidak mengucilkan ODHA tersebut dengan cara memberikan
dukungan moral.
3. Semakin berkembang nya virus HIV akan membawa dampak buruk dalam masyarakat
baik itu dari segi sosial dan ekonomi. Maka hindari lah prilaku yang beresiko tinggi,
selalu meningkat kan keimanan kepada tuhan yang maha esa
4. KPAK RL juga mengharapkan kepada DPRD Rejang Lebong dan Bupati selaku Kepala
Daerah mendukung penuh seluruh program KPAK RL dengan dasar hukum peraturan
presiden nomor 75 tahun 2006 dan peraturan menteri dalam negeri nomor 20 tahun 2007.
Dan juga dukungan moril dari pemuka agama di kabupaten rejang lebong karena misi
dan visi KPAK RL bukan melegalkan tetapi untuk menekan laju penyebaran virus HIV
dan AIDS

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 43


37. Bekerjasama Dengan PT Askes, 15.000 Orang
Miskin Rejang Lebong Dijamin Jamkesda
Dipublikasi pada Minggu, 21 Maret 2010 oleh tri ms

Setelah mendiskusikan dengan DPRD tentang


pelayanan kesehatan gratis bagi warga RL yang
belum bisa diterima oleh anggota dewan yang
terhormat (karena kesehatan gratis dianggap
sebagai program yang menguntungkan calon
incumbent), akhirnya disepakati untuk
mendukung pembiayaan bagi warga yang belum
mendapatkan Jamkesmas dengan jumlah sekitar
15.000 orang. Program yang dinamakan
Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)
kabupaten Rejang lebong ini akan dikelola
melalui kerjasamadengan PT Askes sebagai
Bapel (Badan Pelaksana). Dengan hitungan
premi Rp7500 per peserta perbulan, maka dari
kocek APBD dibayarkan sekitar 7.500 x 12 x 15.000 = 1,35 M melalui PT Askes. Nantinya
puskesmas akan mendapatkan Rp1000 per peserta Jamkesda di wilayah kerjanya per bulan,
jumlah yang sama dengan kapitasi Jamkesmas. Kalau gak salah,yang paling banyak peserta
Jamkesda ada di puskesmas Perumnas, dan yang paling sedikit di puskesmas Kampung Delima.
Sementara untuk RSUD dibayarkan melalui klaim sesuai tarif perda.

MoU antara pemda Rejang Lebong dan PT Askes tersebut ditandatangani kedua belah pihak di
acara peresmian Bedah Kampung ke 14 di desa Air Apo, Kecamatan Biduriang, diwakili oleh
Bupati RL bapak Suherman,SE,MM dan manajer PT Askes Cabang Bengkulu Dwi Setiawan,SE.

SKTM Masih Berlaku

Dari hasil pendataan bidan dan kades, didapatkan sekitar 12.500 orang miskin yang perlu
mendapatkan Jamkesda. Data ini sudah dicantumkan dalam SK Bupati tentang nama-nama
penerima Jamkesda tahun 2009. Sisanya sekitar 2.500 lagi sebagai kuota terbuka, dan dapat
dipakai siapa saja yang ingin berobat gratis,terutama di RSUD, sepanjang dapat menunjukan
SKTM. Tentunya hal ini sangat membantu masyarakat, karena ternyata masih ada saja orang
miskin yang belum terdata di puskesmas

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 44


38. Dokter Keluarga bagi Peserta Askes
Dipublikasi pada Sabtu, 10 April 2010 oleh tri ms

Setelah beberapa kali rencana rapat ini ditunda,akhirnya pada hari Kamis,1/4/2010 dilakukan
rapat dengan pimpinan puskesmasdan dokter PNS di Rejang Lebong guna membicarakan
tentang dokter keluarga. Pertemuan ini difasilitasi PT Askes yang menawarkan kepada
puskesmas dan dokter PNS untuk mengarahkan pelayanan peserta Askes ke dokter
keluarga,meski masih bisa dilayani dipuskesmas. Yang perlu disepakati dari pertemuan ini
adalah bagaimana porsi pembayaran kapitasinya antara puskesmas, dokel dan Dinkes.

Pertemuan yang dimulai sekitar jam 9.30 WIB dengan mulai penyampaian beberapa info tentang
dana APBD untuk puskesmas (sambil menunggu nara sumber PT Askes yang belum datang.Pada
awalnya nampaknya agak kurang lancar, karena beberapa puskesmas masih komplain tentang
pelayanan askes,di mana hanya dapat pelayanannya aja,sementara kapitasinya ikut ke
puskesmas lain. Namun setelah beberapa penjelasan dari PT Askes (yang datang sekitar jam
11.00 WIB), akhirnya pertemuan bisa menyepakati sbb :

1. Peserta Askes harus terdaftar di puskesmas,baru bisa dilayani (pagi hari). Sore hari
dilayani dokter keluarga
2. Untuk pertama kali jika belum terdaftar,masih bisa dilayani,selanjutnya agar melapor ke
PT Askes untuk pindah PPK yang diinginkan peserta.
3. Porsi kapitasi disepakati Rp 1350 untuk puskesmas,Rp 150 untuk binwas Dinkes dan Rp
4000 untuk dokel (dokter keluarga, termasuk obat)
4. Pembagian dokter keluarga : untuk wilayah PUT, Kepala Curup, SBI, Kota Padang
diserahkan ke dr.Ahmad Aidilah, untuk wilayah Sindang Jati, Sindang Dataran, Beringin
Tiga,Sumber Urip,Sambirejo dan Simpang nangka diserahkan ke dr. Syafriani,untuk
wilayah Perumnas dr. Sari dan untuk wilayah puskesmas Curup dr. Dewi
5. Sosialisasi adanya pelayanan dokter keluarga dilakukan di puskesmas. Dokter keluarga
praktek sekitar 4 jam pada sore hari.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 45


39. Pelatihan Budaya Kerja Menuju Pelayanan
Prima
Dipublikasi pada Minggu, 28 November 2010 oleh tri ms

Hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, telah diselenggarakan Pelatihan Budaya Kerja
Organisasi Menuju Pelayanan Prima bagi petugas kesehatan. Pelatihan ini bertempat di gedung
baru Balai Latihan Kesehatan Masyarakat (BLKM), Curup. Peserta pelatihan berjumlah sekitar
100 orang yang terdiri dari dokter, perawat/bidan di puskesmas, rumah sakit dan pejabat (kabid
dan kasi) di lingkungan Dinas Kesehatan. Nara sumber pertemuan ini berasal dari Corien Centre,
yaitu Corien Akwari, S. Psi

Menurut Kadinkes Rejang lebong yang baru, Drs. Tri MS, Apt, DSc, pelatihan ini sangat
bermanfaat bagi petugas kesehatan, guna merubah mindset (pola pikir) pelayanan kesehatan
yang lebih berfokus kepada kepuasan pasien/pelanggan. Pelatihan diselingi role play, diskusi dan
beberapa tips pengembangan pribadi petugas seperti cara tersenyum dan memberi pelayanan
yang ramah, tulus dan komunikatif. Diharapkan pelatihan ini akan memberi inspirasi bagi
peserta untuk mendorong perubahan budaya kerja yang cenderung kaku dan birokratis ke arah
pelayanan model korporat yang lebih humanis, simpel dan memperhatikan kebutuhan pelanggan.

Dengan bekerjasama dengan Corien Centre, rencananya pelatihan ini akan dilanjutkan
berkesinambungan sebagai upaya membangun komitmen dan kerjasama tim di lingkungan
organisasi Dinas Kesehatan, puskesmas dan Rumah Sakit, misalnya dengan pelatihan outbond,
team building dan quality leadership program

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 46


40. Outbound Membangun Komitmen Bersama
Dipublikasi pada Senin, 31 Januari 2011 oleh tri ms

Bekerja sama dengan Corien Centre, suatu lembaga pengembangan pribadi di Propinsi
Bengkulu, hari Sabtu dan Minggu kemarin, telah diselenggarakan outbound membangun
komitmen bersama dalam rangka memerkokoh team building di Dinas Kesehatan Rejang
Lebong. Peserta outbound adalah seluruh karyawan Dinas Kesehatan RL yang berjumlah sekitar
100 orang dan pimpinan puskesmas sebanyak 21 orang. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari
bertempat di Balai Latihan Kesehatan Masyarakat di Cawang, Curup.

Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc
sekaligus menyampaikan pentingnya membangun kerjasama tim antar karyawan Dinkes dan
puskesmas guna meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang lebih berkualitas.
Komitmen yang hendak dicapai adalah terwujudnya kekompakan antar karyawan yang lebih
baik dengan menyepakati slogan baru pelayanan, yaitu pelayanan berseri, yang artinya bersih,
ramah, responsive dan informative.

Dalam acara outbond tersebut, seluruh karyawan dituntut kekompakannya melalui peran
sertanya secara beregu dalam permainan/games, seperti panjang2an, pendek2an, pipa bocor,
stand up together, benang kusut, pensil gila, jarring laba-laba dan flying fox. Juga trekking
menyusuri jalan setapak di antara kebun kopi sekitar kantor BLKM, yang medan perjalanannya
cukup licin, terjal dan berliku.

Pada sesi akhir acara, seluruh peserta menanda tangani spanduk yang sudah dipersiapkan yang
isinya sepakat untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan slogan berseri
(bersih, ramah, responsive dan informative)

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 47


41. 3 Sekolah di Rejang Lebong Juara 1 Lomba
Sekolah Sehat Tingkat Propinsi Bengkulu
Dipublikasi pada Kamis, 27 Januari 2011 oleh tri ms

Rejang Lebong kembali menoreh prestasi di bidang kesehatan. Setelah sebelumnya 4 gelar
tenaga kesehatan teladan meraih juara I tingkat Propinsi Bengkulu (dokter, bidan, tenaga gizi dan
tenaga kesehatan masyarakat), kini prestasi sejenis kembali diraihnya. Yaitu di bidang sekolah
sehat, yaitu 3 sekolah dari 4 sekolah yang dinilai, mendapatkan juara I untuk tingkat Propinsi
Bengkulu. Mereka adalah SD 2 Centre untuk kategori sekolah sehat tingkat SD, SMP I Curup
Tengah untuk sekolah sehat tingkat SMP dan SMA 1 Curup Timur untuk sekolah sehat tingkat
SMA. Sementara untuk tingkat TK, yang diwakili TK Pembina Sambirejo, hanya mendapatkan
juara 3.

Hadiah rencananya akan diberikan di Propinsi Bengkulu pada hari Senin, 17 Januari 2011
kepada masing-masing Kepala Sekolah. Ke 3 sekolah ini rencananya akan mewakili Propinsi
Bengkulu untuk ikut lomba sekolah sehat tingkat nasional dan akan diverifikasi oleh tim penilai
pusat pada bulan Juni 2011.

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, penilaian sekolah sehat merupakan kegiatan rutin
tahunan nasional guna mendorong budaya sehat di sekolah-sekolah melalui program UKS
(Upaya Kesehatan Sekolah). 70% dari bobot penilaian sekolah sehat pada lingkup sekolah,
sementara 30% pada lingkup peranan Tim Pembina UKS di Kabupaten dan Kecamatan.
Setidaknya ada 128 indikator penilaian dari berbagai unsur, di antaranya masalah pelayanan
kesehatan siswa, kantin sekolah, pengelolaan sampah, WC, dokter kecil/kader kesehatan, dan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Selama ini sekolah di Rejang Lebong pernah meraih
peringkat 7 sekolah sehat secara nasional, yaitu SMP 1 Curup Selatan (tahun 2008).

SD Centre Curup SMPN 1 Curup Tengah SMAN 1 Curup Timur

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 48


42. Pertemuan Evaluasi Jamkesda Tahun 2010
Dipublikasi pada Rabu, 19 Januari 2011 oleh tri ms

Bertempat di ruang rapat Bupati RL, hari Selasa, tanggal 18 Januari 2010 telah dilangsungkan
pertemuan Evaluasi kegiatan Jamkesda di Rejang Lebong. Pertemuan dipimpain oleh SEkda
yang diwakili Asisten 2 dan dihadiri oleh anggota DPRD (Herizal, SSos), Kadinkes RL, Kepala
Cabang PT Askes, Bagian Keuangan, Bappeda , Dinas Kesehatan, Rumah sakit dan puskesmas.

Pertemuan ini menyepakati untuk melanjutkan pembiayaan Jamkesda di tahun 2011 dengan
jumlah dana dan peserta sama dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk 15000 penduduk miskin
RL yang tidak mendapatkan kuota Jamkesmas. Premi yang dibayarkan per penduduk Rp 7.500
(bulan) selama 12 bulan sehingga diperlukan dana sekitar Rp 1.350.000.000. Pengelolaan
anggaran dan kepesertaan diserahkan kepada PT Askes. Pelayanan yang diberikan hampir sama
dengan Jamkesmas, kecuali cuci darah yang tidak ditanggung (dengan alasan takut nanti dana
yang disediakan tidak mencukupi). Pelayanan dilakukan di puskesmas, RSUD Curup hingga di
RS M yunus dan RS Jiwa.

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, dari data yang ada, telah dilayani pelayanan
kepada peserta Jamkesda di puskesmas selama 2010 sebanyak 2927 pasien dan di RSUD Curup
sebanyak 1284 orang. Masalah yang sering dihadapi RSUD adalah seringnya kasus di mana saat
pasien masuk dengan perlakuan pasien umum, namun saat pulang minta gratis dengan SKTM
(Surat Keterangan Tidak Mampu). Pemeilik SKTM sendiri terkadang tidak memiliki KK atau
KTP Rejang Lebong. Juga banyaknya pasien dengan SKTM dari luar RL

Anggota DPRD Herizal, SSos menyarankan agar PT Askes lebih akomodatif terhadap keluhan2
yang berkaitan dengan pembayaran klaim RSUD, masalah tindakan dan obat. Disamping itu agar
persalinan pada pasien Jamkesda tidak dibatasi jumlah anaknya. Adanya dana sisa anggaran
tahun 2010, yang diperkirakan sekitar 250 juta agar dimanfaatkan untuk menanggulangi
pembiayaan tahun 2011, terutama untuk untuk bulan2 awal tahun saat anggaran APBD belum
disyahkan. Proses seleksi penyelenggara Jamkesda melalui penunjukkan langsung ke PT Askes,
mengingat PT Askes merupakan satu2nya BUMN yang bergerak di asuransi kesehatan.

Menurut Asisten 3, Sudirman Ansyar, MKes, meskipun gratis dan di kelas 3, pelayanan
Jamkesda juga harus bermutu dan memenuhi kenyamanan pasien sama seperti pasien yang
membayar. Untuk itu diharapkan agar puskesmas dan RSUD melakukan survey kepuasan
pelayanan, baik kepada pasien maupun kepada petugasnya. Hal ini berguna agar tingkat
kepuasan pasien Jamkesda bisa dipantau dan diperbaiki jika menurut masyarakat jelek.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 49


43. Model Ambulan Desa di Desa Siaga
Dipublikasi pada Kamis, 31 Maret 2011 oleh dian

Ambulan Desa merupakan alat transportasi dalam rangka melaksanakan Siaga Kesehatan Ibu
dan Anak serta Siaga Penyakit di Desa Siaga.Digunakan untuk membawa pasien sakit ke
puskesmas atau pasien dalam keadaan darurat ke Rumah Sakit Umum, dalam rangka untuk
menurunkan angka kesakitan dan Kematian Ibu dan Anak dan Menurunkan angka kesakitan di
desa siaga, karena pertolongan akan cepat ditanggulangi dengan membawa pasien segra ke
pelayanan kesehatan terdekat. Untuk itu diharapkan agar seluruh desa siaga di Kab.Rejang
Lebong segera menyediakan sarana transportasi ( Ambulan Desa ) di setiap desa, bisa berbentuk
: mobil, sepeda motor, becak sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 50


44. Ayo Waspada Flu Burung
Dipublikasi pada Minggu, 27 Maret 2011 oleh tri ms

Koran Radar Pat Petulai, Rakyat Bengkulu dan Bengkulu Ekspres


beberapa hari ini memberitakan tentang merebaknya flu burung yang
terjadi pada beberapa kasus kematian ayam, terutama di desa Tanjung
Sanai, PUT. Menurut sumber koran tersebut, kematian ayam ini
dicurigai karena flu burung, meski ternyata tidak ada rilis resmi dari
pejabat Dinas Peternakan yang memastikan kematian ayam ini versi uji
laboratorium adalah karena terinfeksi virus H5N1. Bahkan dilaporkan
adanya kematian anjing yang terkait penyakit ini yang dilaporkan
hingga 53 mati (menurut pengecekan kami di lapangan ternyata hanya
4 anjing yang mati dan belum ada pembuktian anjing mati terkait
penyakit flu burung) . Sementara tim Dinkes RL yang dikomandoi Kabid P2PL, Akhmad Juli,
SKM, yang melakukan penyelidikan dan pengecekan ke lapangan beserta dokter dan petugas
puskesmas PUT tidak menemukan indikasi menularnya penyakit ini ke warga masyarakat.
Namun, tak apalah, setidaknya gencarnya pemberitaan ini, perlu direspon semua pihak agar
melakukan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan merebaknya flu burung menular ke
manusia di kabupaten Rejang Lebong.

Apakah flu burung?

Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus
influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat
menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia.

Penyebab

Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk dan mutasi (Drift, Shift),
dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Berdasarkan sub tipenya terdiri dari
Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N) . Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode
subtipe flu burung yang banyak jenisnya.

SUBTIPE VIRUS

Pada manusia: Hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7.

Sedangkan pada binatang: H1-H5 dan N1-N98. Strain yang sangat virulen/ganas dan
menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1.

Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari
pada 0 °C. Virus akan mati pada pemanasan 60 °C selama 30 menit atau 56 °C selama 3 jam dan
dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 51


Gejala penyakit

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.

Gejala pada unggas :

 Jengger berwarna biru


 Borok di kaki
 Kematian mendadak

Gejala pada manusia :

Kasus suspect (tersangka) :

Seseorang yang menderita demam (suhu >380C) disertai satu atau lebih gejala : batuk, sakit
tenggorok, pilek, sesak dan dikuti satu atau atau lebih keadaan di bawah ini :

1. Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit atau mati mendadak yang belum
diketahui penyebabnya dan produk mentahnya (daging, telur, kotoran unggas, dll) dalam
7 hari terakhir sebelum timbulnya gejala
2. Tinggal atau pernah berkunjung di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak
biasa (dalam jumlah banyak dalam waktu singkat) dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala
3. Pernah kontak dengan pasien kasus konfirmasi flu burung dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala
4. Ditemukan adanya leukopeni dan trombositopeni (jumlah leukosit dan trombosit
dibawah normal)
5. Ditemukan adanya titer antibodi dengan pemeriksaan HI (Hema-Inhibisi) atau uji Elisa
(Enzyme-linked Imunno Assay)
6. Foto toraks (dada) pada serial foto menggambarkan pnemonia yang cepat memburuk
7. Pasien suspect dilakukan uji konfirmasi flu burung pada usap tenggoroknya dengan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di Lab Litbangkes Jakarta atau Lab yang
diakreditasi Depkes/WHO

Masa Inkubasi

Pada Unggas : 1 minggu

Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.
Pada anak sampai 21 hari

PENULARAN

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air liur, lendir
dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1
yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 52


unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi
flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong ayam dan penjamah produk
unggas lainnya.

Penularan antar manusia masih sebatas cluster (yang ada hubungan sekeluarga) seperti keluarga
Iwan Siswara di Tangerang (Ayah dan 2 putrinya meninggal) dan keluarga sedarah di Karo,
Sumut (9 positif, 6 meninggal)

PENCEGAHAN

Pada Unggas:

 Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dengan dibakar/dikubur


 Vaksinasi pada unggas yang sehat

Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) :

Dengan meningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan :

1. Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.


2. Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
3. Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
4. Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
5. Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
6. Imunisasi (belum dipakai secara luas)

Masyarakat umum:

1. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
2. Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
3. Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
4. Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 80 °C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 64 °C selama 4,5 menit.
5. Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi tangan
(dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5% untuk alat/instrumen)
6. Lakukan pengamatan terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya dengan
memperhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan

PENGOBATAN

Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:

1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas (di RL baru tersedia di Puskesmas perawatan dan
RSUD)
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis 2 x 1 selama 5 hari.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 53


4. Saat ini obat oseltamivir sudah tersedia di Puskesmas

KEBIJAKAN DINKES RL YANG TELAH DILAKUKAN

1. Monitoring perkembangan kasus,terutama


pada daerah yang terindikasi positif flu burung
menyerang unggas (Kecamatan Bermani Ulu,
Curup dan PUT)
2. Membuat surat edaran ke puskesmas tentang
kewaspadaan dini KLB flu burung serta
membagi buku petunjuk penanggulangan flu
burung dan poster
3. Distribusi obat antiviral Oseltamivir 75 mg ke
21 Puskesmas dan RSUD dan menyiapkan
ruang isolasi bagi penderita flu burung di
RSUD
4. Melaksanakan surveilans ketat dengan
mewaspadai penderita pnemonia/flu berat,
terutama yang punya riwayat kontak dengan unggas
5. Pengambilan sampel darah pekerja peternakan yang unggasnya matimendadak untuk
diuji titernya di Lab Litbangkes Jakarta (desa Babakan Baru 4 orang, Air Bening 3 orang
dan desa Pahlawan 1 orang, namun belum ada informasi hasil lab.)
6. Rapat kordinasi dan sinkronisasi pengendalian flu burung dengan 21 pimpinan
puskesmas dan RSUD serta kantor Peternakan dan lintas sektor
7. Pembentukan tim satgas Penanggulangan Flu Burung
8. Pengenalan Program Pasar Sehat (redesign dan zona khusus/los khusus pasar tradisional
yang menjual unggas hidup dan menghindari pemotongan unggas di pasar serta
penyuluhan peningkatan sanitasi-higiene lingkungan pasar)

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 54


45. TVRI Shooting Acara “Membangun Desa”, di
Desa Air Lanang, Desa Juara 2 Lomba PHBS
Dipublikasi pada Minggu, 13 Maret 2011 oleh tri ms

Hari Sabtu kemarin (12/3/2011), hampir setengah hari berada di desa Air Lanang, kecamatan
Curup Selatan, menemani pak Kades yang bernama pak Darwil dan warganya di shoot TVRI
untuk acara Membangun Desa. Desa Air Lanang dipilih karena pernah mendapatkan juara 2
Lomba PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) tingkat Propinsi Bengkulu, kalau gak salah
juara 2. Kebetulan juga di desa tersebut ada pembangunan perpipaan air bersih yang dibuat
masyarakat secara gotong royong, dengan dukungan dana dari CWSHP. Desa ini juga sudah
menyatakan 100% tidak ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat, alias seluruh warga
punya WC. Di samping itu, desa ini juga ada hutan kemasyarakatan, yang awalnya hutan
lindung yang dirambah, yang kemudian dikelola oleh masyarakat sebagai hutan sekaligus
dimanfaatkan untuk pertanian. Rencananya klip yang dibuat ini akan ditayangkan TVRI siaran
nasional pada 6 April 2011.

Acara ini sebenarnya sangat dadakan, tim dari Dinkes dan Pemda dikabari TVRI pada hari itu
juga, sehingga setting di lapangan benar-benar original, tidak direkayasa, ya apa adanya.
Setelah observasi di desa Air Lanang sebentar, kemudian dilanjutkan diskusi dengan pak Agus
dari TVRI (sekaligus pengatur laku) dengan Kades, bu Kades, tokoh masyarakat, petugas
puskesmas (bidan Eva dan sanitarian Syamsri), dan tentunya Kadinkes RL, kemudian dilakukan
pengambilan gambar.

Shoot pertama dimulai dari kantor desa Air Lanang sebagai prolog klip, karena tugu selamat
datang desa belum ada. Kemudian tentang kondisi lingkungan seperti jalan, rumah, pepohonan
dan lanskap pegunungan dan warga yang sedang menjemur kopi guna menggambarkan kalau
mayoritas pekerjaan warga adalah petani kopi. Baru kemudian dilanjutkan pengambilan gambar
masyarakat desa yang lagi bergotong royong membuat galian dan memasang perpipaan untuk
air bersih. Ini semacam rekonstruksi, karena perpipaannya sudah difungsikan tahun 2010
kemarin. Shoot ke dua dilakukan di SD, tentang anak-anak SD yang lagi main volley ball,
setelah selesai main terus cuci tangan pakai sabun di ember yang disediakan di depan kelas.

Shoot ke tiga dilakukan di puskesmas pembantu Air Lanang. Menggambarkan pasien (balita,
lansia dan ibu hamil) yang berkunjung datang ke pustu, kemudian pemeriksan oleh bidan Eva.
Shoot berikutnya mengambil beberapa bangunan WC di penduduk Desa Air Lanang . Terakhir
baru wawancara dengan Kades dan pengelola sarana air bersih.

Klip berikutnya perngambilan gambar di lokasi hutan kemasyarakatan di desa Air Lanang, yang
dianggap sukses mengurangi perambah hutan. Digambarkan ada penanaman bibit pohon kemiri
dan di sekitarnya tanaman tumpang sari di kompleks hutan yang awalnya hutan lindung yang
dirambah masyarakat. Kemudian wawancara dengan tokoh penggerak hutan kemasyarakatan

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 55


Bagaimana hasil liputan videonya, mari kita tunggu dan tonton tayanggannya tanggal 6 April
2011 di acara stasiun TVRI nasional : Membangun Desa, jam 14.00

Wawancara dengan tokoh masyarakat Wawancara dengan Kades Air Lanang

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 56


46. Menuju Sekolah Sehat : Belajar dari Sang
Juara
Dipublikasi pada Kamis, 3 Maret 2011 oleh tri ms

Guna meningkatkan pemahaman


tentang penilaian UKS (Upaya
Kesehatan Sekolah) di Rejang
Lebong, maka Tim Pembina UKS
kabupaten telah mengundang 2
nara sumber dari sekolah yang
pernah menjadi juara nasional,
yaitu Drs. Suhardi, MAg, kepala
sekolah MTSN Pamulang,
Tangerang, Prop Banten yang
sekolahnya mendapat juara I UKS level SMP tingkat nasional dan Warjoko, SPd, Kepala sekolah
SD Dharma UT,Tangerang, Prop Banten yang merupakan juara 2 UKS level SD tingkat
nasional. Acara dibuka oleh Bp Ass 2, Sudirman Ansyar, SKM, MKes

Menurut Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc, kedua nara sumber tersebut diundang dalam
rangka memberikan kiat-kiat bagaimana mempersiapkan sekolah sehingga bisa mendapatkan
predikat juara pada lomba UKS nasional. Acara berlangsung di gedung Pola pemdakab Rejang
Lebong, hari Rabu, tanggal 2 Maret 2011 dan dihadiri oleh kepala sekolah, pihak kecamatan dan
puskesmas yang tergabung dalam Tim Pembina UKS (Usaha kesehatan Sekolah) . Seperti
diketahui, tahun ini 3 sekolah di Rejang Lebong akan mewakili Prop Bengkulu untuk
diverifikasi dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat nasional. Sekolah tersebut adalah SDN 2
Centre, SMPN I Curup Tengah dan SMAN I Curup Timur.

Dengan gaya presentasi yang menarik, disertai contoh dokumen dan foto-foto kegiatan di
sekolahnya, kedua nara sumber saling bergantian menyampaikan trik dan strategi bagaimana
melakukan upaya penggalangan dana untuk memperbaiki penampilan dan lingkungan serta
sarana sekolah yang dibutuhkan melalui berbagai upaya, guna mendukung kegiatan UKS di
sekolahnya, diantaranya melalui kemitraan dengan instansi pemerintah dan swasta.
Diungkapkan, peran dan dukungan Gubernur dan Bupati dan pejabat lainnya di Banten yang
tergabung dalam Tim Pembina UKS sangat menentukan, dan hal ini memudahkan pihak
sekolah dalam menutupi kekurangan pembiayaan untuk perbaikan. Juga disampaikan hasil
pantauan cepat ke 2 nara sumber ke SD Centre, SMPN 1 Curup Tengah dan SMAN 1 Curup
Timur yang harus bekerja lebih giat lagi, karena menurutnya 3 sekolah tersebut baru memenuhi
50% dari indicator sebagai sekolah sehat. Sementara waktu penilaian tersisa tinggal 3 bulan lagi.
Dari pengamatannya, kantin di ke 3 sekolah tersebut belum menyediakan makanan yang bergizi
dan seimbang, seperti misalnya tersedianya buah yang dibuat minuman jus, sayur sayuran,
kebutuhan protein seperti susu. Juga tanaman obat di halaman sekolah, minimal harus ditanami
sekitar 150 spesies.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 57


Dari hasil dialog, ke 3 kepala sekolah yang akan dinilai UKS-nya tetap optimis jika sekolahnya
akan masuk 10 besar tingkat nasional, asalkan didukung pendanaan untuk perbaikan kekurangan-
kekurangannya.

Pada kesempatan itu juga ditandatangani MOU antara Kepsek ke 3 sekolah tersebut dengan
Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia Curup Bp Wisnu, SE dalam rangka pemanfaatan
dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari BRI untuk menunjang sarana dan prasarana ke
3 sekolah.

Berikut liputannya di 3 media local :

Liputan media tentang kegiatan UKS yang mengundang nara sumber dari Propinsi Banten

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 58


47. Pendekatan STBM, Solusi Meningkatkan
Kepemilikan Jamban Sehat di Rejang Lebong
Dipublikasi pada Sabtu, 30 April 2011 oleh tri ms

Istilah STBM (Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat) merupakan adopsi dari program
CLTS (Community Led Total Sanitation),
yang handbook terjemahan Bahasa Indonesia
versi pdfnya bisa dibaca di sini, telah lama
diperkenalkan di beberapa Negara Afrika
(tepatnya Bangladesh) dan India. Menkes
kemudian membuat SK Menkes tentang
gerakan STBM. Pendekatan STBM ini telah
diujicobakan di beberapa daerah yang
mempunyai proyek WSLIC seperti di
Lumajang. Khusus untuk kabupaten Rejang Lebong, STBM mulai diperkenalkan pertengahan
tahun 2008 dan diujicobakan di wilayah desa proyek CWSH serta disosialisaikan di wilayah
kumuh perkotaan Curup, terutama seperti kondisi sanitasi yang buruk di kelurahan Kepala
Siring, Pasar Tengah dan Talang Benih.

Merujuk pada konsep STBM, awalnya didasari atas pengalaman proyek-proyek pembangunan
sanitasi di masa lalu yang ternyata :

 Banyaknya proyek sanitasi yang gagal, seperti sarana yang dibangun tidak digunakan dan
tidak dipelihara oleh masyarakat
 Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap persoalan sanitasi pasca proyek
 Tidak adanya kebersamaan masyarakat dalam menanggulangi persoalan sanitasi
 dan kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah

Intinya, sebenarnya apa sih STBM ?

STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) merupakan suatu pendekatan untuk


menginisasi/memicu (ignite/trigger) rasa jijik dan malu masyarakat atas kondisi sanitasi dimana
mereka buang air besar ditempat terbuka (open defecation) sehingga pada akhirnya mereka
mencari solusi secara bersama untuk mengubah kondisi mereka.

Hal tersebut didasarkan atas asumsi dasar bahwa ternyata :

 Tidak ada seorangpun yang tidak tergerak apabila mereka mengetahui bahwa mereka
telah saling memakan kotoran mereka satu dengan yang lainnya (eating each other shit).
 STBM memicu masyarakat untuk menyadari bahwa masalah sanitasi merupakan
tanggung jawab mereka sehingga hanya akan selesai dengan kesadaran dan usaha mereka
sendiri, tidak ada hubungan dengan subsidi.
 Upaya memicu perubahan perilaku masyarakat secara massal (ini yang paling susah)

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 59


Jadi tujuan utamanya adalah terjadinya perubahan perilaku masyarakat agar sesuai dengan
konsep PHBS.! Bukan dari banyaknya jamban yang bias dibangun! Istilahnya bebas dari Open
Defecation Free (ODF).

Jadi STBM sama sekali berbeda dengan proyek-proyek sanitasi sebelumnya, di mana
perencanaan proyek lebih top to down, ada subsidi, bestek dll. Dengan model STBM, diharapkan
pendekatannya bukan proyek, bahkan lebih fleksibel dan bottom to up, menggunakan solidaritas
social dan pemberdayaan masyarakat, sesuai dengan kepentingan dan perencanaan local.
Diperlukan fasilitator yang energik yang bisa memotivasi orang untuk bergerak. Alat-alat yang
digunakan bisa berupa diagram, peta, model, dan alat peraga lainnya sebagai alat bantu untuk
“pencerahan“.

Dengan demikian kunci utamanya adalah pada peranan fasilitator, atau tepatnya motivator.
Namun tidak perlu sekelas Mario Teguh, Tung Desem Waringin atau AA Gym, yang penting
komunikatif dan punya kemampuan melakukan presentasi (mungkin mantan sales MLM pun
bisa lho). Hal itu biasa dilakukan oleh guru, ustad atau tokoh masyarakat yang berpengaruh,
lebih baik lagi tenaga kesehatan. Motivator harus supel dan tidak ada jarak social dengan
masyarakat!

Motivator ini perlu membuat agenda dan memetakan daerah sasaran, menggalang partisipasi
masyarakat di lokasi dan kemudian melakukan motivasi (dengan orasi yang terjaga) dan
melakukan igniting atau triggering (memprovokasi atau memicu ) masyarakat, dengan dibuat
jijik atau malu dan jadi lebih peduli pada lingkungan tempat tinggalnya. Karena melakukan BAB
di siring itu adalah dosa besar, karena mencemari seluruh ekosistem perairan dan lingkungan
sekitar! Memindahkan kebiasaan dari BAB di siring ke WC yang sehat (minimal), bisa dibuat
kolektif, syukur2 bisa WC untuk keluarga/pribadi.

Untuk membuat WC, sebisa mungkin tidak menggunakan fasilitas atau duit pemerintah, kecuali
ada sponsor, dan tentu saja yang terbaik gunakan dana sendiri atau gotong royong masyarakat.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 60


48. Bersama Kita Berantas Malaria
Dipublikasi pada Sabtu, 23 April 2011 oleh sri muliyanti

Hari malaria sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahun. Sebagai bentuk upaya
memerangi penyakit menular ini, peringatan hari malaria sedunia tahun 2011 mengangkat tema
“Bersama Kita Berantas Malariai”. Momen ini juga dapat dijadikan sebagai ajang bagi
berbagai pihak untuk turut berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria.

Hari malaria sedunia dapat menjadi perayaan upaya global dalam memberikan pengendalian
malaria yang efektif di seluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Badan
Kesehatan Dunia (WHO). Melalui world malaria day, negara-negara yang berstatus bebas
malaria dapat mempelajari bahaya yang ditimbulkan oleh malaria. Sedangkan bagi negara
donor baru, dapat bergabung dalam kerjasama global (global partnership) melawan malaria.

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian
ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan
lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa
negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara
Eropa.

Di Rejang Lebong, meski termasuk wilayah pegunungan dengan iklim yang sejuk, penyakit
malaria masih ada ini dapat dilihat dari jumlah penderita positif malaria yang sampai dengan
bulan maret baru 1 Orang sedangkan penderita klinis sebanyak 171 penderita. Dari tingginya
penderita klinis malaria tersebut Dinas Kesehatan mensosialisasikan agar setiap penderita Klinis
malaria dilakukan pemeriksaan Laboratorium hingga penegakkan diagnosa dapat secara benar
dan tepat guna pengobatan yang rasional.

Dalam rangka penanggulangan malaria Dinas Kesehatan pun telah mendistribusikan obat dari
kementian kesehatan berupa ARTERIKINE yang merupakan obat malaria bagi penderita
Malaria Positif.

Untuk mengatasi malaria agar dapat mencapai tahap eliminasi , Dinas Kesehatan Rejang Lebong
terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap malaria melalui : 1. Peningkatan
pendidikan, edukasi, sosialisasi dan advokasi kepada masyarakat luas. 2. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petugas dalam perawatan dan pengobatan malaria. 3.
Pemeliharaan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk malaria.

Mengingat masalah malaria merupakan masalah yang komplek karena berhubungan dengan
berbagai aspek seperti penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk
sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara kemitraan dengan
semua komponen terkait dan menjadi bagian integaral dari pembangunan nasional. Contoh nyata
hal ini adalah melalui gerakan gotong royong kebersihan lingkunga karna nyamuk malaria
prilaku hidupnya suka di genangan air atau selokan yang tergenang serta semak semak belukar

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 61


49. Ayo Waspada Penyakit Demam Berdarah
Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti

Masyarakat Rejang Lebong diharapkan untuk


selalu waspada dan waspada dengan Penularan
Penyakit Demam Berdarah Karna penyakit ini
mulai kembali menyerang di daerah kita ini
sampai dengan bulan april 2011 telah di
temukan kasus 8 Penderita Demam Berdarah
di beberapa daerah endemis diantaranya
Kelurahan Air Bang, Kelurahan Air Meles
Bawah, Kelurahan Air rambai dan Kelurahan
Adirejo yang merupakan daerah Endemis
DBD di tahun 2010 dan ditemukan penderita
di daerah tersebut,

Gambar : Pembersihan jentik nyamuk

Dinas Kesehatan dibawah komando Kabid P3 PL telah Melakukan kegiatan secara proaktif dan
Responsif dalam Upaya menekan angka kesakitan Demam Berdarah dan memutuskan mata
rantai penularannya dengan melibatkan Puskesmas dan kader serta masyarakata di setiap
Kelurahan dan Desa

Kegiatan Dinas Kesehatan Rejang Lebong dalam upaya penanganan Demam Berdarah tertuang
dalam program POKJANAL DBD Kelompok Oprasional Tingkat Desa/Kelurahan yang mana
kegiatannya meliputi :

1. Kegiatan Pelacakan Kasus


2. Pemantauan dan Pemeriksaan Jentik Berkala
3. Pembagian abate secara geratis kepada masyarakat
4. Penyuluhan dari rumah ke Rumah tentang Gerakan 3 M
5. Penyuluhan kelompok kepada Masyarakat tentang Penangan Demam Berdarah
6. Penyuluhan ke sekolah – sekolah melalui kegiatan UKS
7. Pembagian Leatflet Demam Berdarah kesekolah
8. Pelaksanaan Fogging ( Pengasapan )

Penanggulangan Demam Berdarah bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan
melainkan banyak sektor yang terkait untuk itulah masing – masing desa atau Kelurahan untuk
dapat memobilisasi masyarakat dalam gerakan Jumat Bersih atau GJB yang telah dicanangkan
oleh Bapak Presiden beberapa waktu yang lalu mencegah akan lebih baik dari pada mengobati
secara bersama sama kita atasi Demam Berdarah Keluarga sehat masyarakat sehat kita
wujudkan Rejang Lebong Bebas Demam Berdarah

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 62


50. Sosialisasi Penanganan Kasus Gigitan Hewan
Penular Rabies
Dipublikasi pada Kamis, 21 April 2011 oleh sri muliyanti

Dalam upaya mencegah terjadinya kasus rabies yang bersumber dari gigitan hewan penular
Rabies, seperti Anjing dan Kucing. Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong bekerja sama
dengan mahasiswa Poltekkes dan Poskeswan Curup melakukan kegiatan sosialisasi penanganan
kasus gigitan Hewan Penular Rabies kepada masyarakat di Desa Kayu Manis Kecamatan Selupu
Rejang yang termasuk wilayah Puskesmas Simpang Nangka.

Adapun tujuan sosialisasi tersebut :

 Agar masyarakat tahu dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan apabila digigit oleh
Anjing, baik tindakan kepada Manusia ataupun kepada hewan yang kesemuanya agar
pengobatan bisa dilakukan secara rasional, tepat dan benar.
 Agar terbentuk wadah Rabies Center di Kayu Manis agar masyarakat dapat
 memberdayakan diri dan keluarga dalam penanggulangan Penyakit Menular terutama
penyakit Rabies yang merupakan bagian dari kegiatan Desa Siaga

Selanjutnya masyarakat bermusyawarah untuk membentuk Rabies Center yang di fasilitasi oleh
Ka.Subid pemberantasan Penyakit Menular Syamsir skm.MKM dan kegiatan vaksinasi anjing
secara massal terhadap semua hewan penular Rabies di Kayu manis, yang mana pelaksanaan di
Vaksinasi dilaksanakan oleh Poskeswan Curup dan dibantu dengan adik-adik mahasiswa
Poltekkes.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 63


51. Jaminan Persalinan bagi Seluruh Penduduk
Dipublikasi pada Senin, 11 April 2011 oleh Lina

Program Pemerintah Pusat tahun 2011 melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, telah
mengeluarkan kebijakan bahwa seluruh persalinan penduduk dijamin oleh oleh pemerintah
(gratis). Program ini sudah disosialisasikan kepada bidan kordinator di puskesmas dan bidan
praktek swasta. Diharapkan pelaksanaan pelayanan bisa segera dilakukan di seluruh fasilitas
pemerintah, sambil mempersiapkan prosedur klaim bagi petugas dan sosialisasi ke masyarakat.

Dasar hukumnya:
1. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor TU/Menkes/E/391/II/2011 tanggal 22 Februari
2011 Tentang Jaminan Persalinan
2. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/PER/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis
Jaminan Persalinan.
 Sasaran yang dijamin adalah seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan persalinan yaitu
:
a. Ibu hamil
b. Ibu Bersalin
c. Ibu Nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)
d. Bayi baru lahir (sampai usia 28 hari)

Kepesertaan jaminan persalinan merupakan perluasan kepesertaan Jamkesmas, terintegrasi dan


dikelola menurut tata kelola manajemen jamkesmas.

Pemanfaatan JAMPERSAL bisa dilayani :


1. Di poskesdes,Pustu,Puskesmas (fasilitas pemerintah tingkat pertama).
2. Bidan/klinik swasta yang menjalin kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola Dinas Kesehatan
Rejang Lebong.
3. Rumah Sakit Umum (fasilitas rujukan) di kelas III.

Pada daerah lintas batas, misalnya dari desa Taba Mulan kab Kepahiang, bisa berobat di sarana
kesehatan di kab Rejang Lebong. Nanti fasilitas kesehatan yg melayani ibu hamil/persalinan dari
luar wilayahnya, tetap melakukan klaim ke Tim Pengelola /Dinas Kesehatan setempat atau
Rejang Lebong, bukan pada daerah asal ibu hamil/bersalin .

Jenis pelayanan jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi :


1. Pemeriksaan kehamilan (ANC 4 kali; 1 kali pada trw.I, 1 kali pd trw II dan 2 kali pd trw.III)
2. Pertolongan persalinan normal.
3. Pelayanan nifas ( PNC 3 kali ) termasuk KB pasca persalinan.
4. Pelayanan bayi baru lahir.
5. Penanganan komplikasi pada kehamilan,persalinan,nifas dan bayi baru lahir.
 Jenis pelayanan persalinan di fasilitas rujukan (RS) di kelas III:
1. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi (resti) dan penyulit.
2. Pertolongan persalinan dengan resti dan penyulit yg tidak mampu dilakukan di pelayanan
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 64
tingkat pertama.
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di RS dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang setara.
4. Pelayanan KB pasca persalinan (alat, obat dan kontrasepsi disediakan BKKBN)

Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.


515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di
pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota tahun anggaran 2011 diatur beberapa poin,
diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK).

Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas


yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas, namun dengan kekhususan
dalam hal penetapan pesertanya.

Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan terstruktur


berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas
kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan rencana kerja
(Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas
kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat
(lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.

Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara
terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta
V ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan (pemerintah dan swasta).

Pembayaran untuk pelayanan Jaminan Persalinan dilakukan dengan cara klaim untuk
Pembayaran di faskes Tingkat Pertama. Sementara pembayaran di fasilitas kesehatan Tingkat
Lanjutan dilakukan dengan cara klaim, didasarkan paket INA-CBGs (Indonesia-Case Base
Groups) dahulu INA-DRG.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 65


52. Mewujudkan Kabupaten Rejang Lebong
Peduli Lansia
Dipublikasi pada Sabtu, 9 April 2011 oleh tri ms

Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia lumayan membaik


dengan rata-rata (data tahun 2010) mencapai usia 70,7 tahun, di mana
usia harapan hidup perempuan lebih tinggi yaitu 72,7 tahun, sedang laki-
laki 68,7 tahun. Jika dirangking berdasarkan UHH, negara kita ada di
peringkat 110, seperti bisa dilihat di sini. Membaiknya UHH ini juga
menimbulkan perubahan pada komposisi strata penduduk, di mana
kelompok lanjut usia (lansia) jumlahnya semakin meningkat. Propinsi
dengan usia harapan hidup penduduknya yang tinggi adalah DIY (74,7
tahun) dan terendah di NTB (67,2 tahun). Sementara untuk usia harapan
hidup penduduk Propinsi Bengkulu mencapai 71,2 tahun. Secara
berseloroh diungkapkan, jika ingin panjang umur tinggal di DIY, dan jika
ingin meninggal lebih dini di NTB. Tabel usia harapan hidup per propinsi versi BPS bisa di lihat
di sini.

Lanjut usia menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah penduduk
yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi,
kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta
terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia. Berdasarkan Keppres No 52
tahun 2004, telah dibentuk Komnas Lanjut Usia (lihat di http://www.komnaslansia.or.id/)

Menurut BPS tahun 2008, jumlah lansia di Indonesia mencapai 8,37 % atau sebanyak 23,9 juta
jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% atau 29 juta pada tahun 2020. Bahkan
persentase jumlahnya akan lebih banyak daripada jumlah balita. yang berjumlah 6,9%. Dari
jumlah tersebut, lansia perempuan jumlahnya lebih dominan, atau 55% dibanding 45 % jumlah
lansia laki-laki. Propinsi yang penduduk lansianya lebih dari 10% dari jumlah total penduduk
adalah DIY (14%), kemudian Bali, Jateng dan Jatim. Sementara Propinsi Papua yang paling
sedikit jumlah lansianya atau di bawah 5% dari total penduduknya.

Penanganan kelompok lansia di Rejang Lebong

Jumlah lansia di Rejang Lebong atau penduduk yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan
sekitar 6,43 % atau sekitar 15.817 orang. Sebagai proses penuaan alami, warga lanjut usia
sangat rentan dengan penyakit, terutama dementia (pikun) dan kemunduran kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena jumlahnya yang semakin meningkat tersebut,
diperlukan perhatian pemerintah yang lebih besar terhadap kelompok ini. Program kesejahteraan
yang sudah dilakukan misalnya KTP seumur hidup, kemudahan transportasi melalui diskon tiket
perjalanan (berlaku pada karcis kereta api, diskonnya 10%), kemudahan antrian dan bantuan
social lainya. Di bidang kesehatan, penanganan yang lebih khusus terhadap kelompok lansia
ditangani melalui Posyandu Lansia, yang sudah berdiri di setiap puskesmas.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 66


Pelayanan yang diberikan Posyandu Lansia meliputi :

 Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan


dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air kecil dan besar.
 Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS atau Kartu Menuju
Sehat usia lanjut)
 Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indek massa tubuh
 Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
 Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan
 Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah
dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh
individu dan atau kelompok usia lanjut.
 Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak
datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Persiapan menyambut Hari Ulang Tahun Lansia tahun 2011 di Rejang Lebong

Seperti tahun-tahun sebelumnya, HUT Lansia di kabupaten Rejang Lebong selalu diperingati
dengan acara yang meriah. Demikian juga untuk tahun 2011 ini. Tujuannya adalah mendorong
terwujudnya gerakan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan lansia. Rencananya kegiatan
HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan bersamaan dengan HUT Kota Curup
yang ke 131 akan diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2011, dengan acara berupa :

 Senam massal lansia (lebih kurang 1000 orang, yang dihadirkan dari Posyandu Lansia) di
lapangan Setia Negara
 Pemberiaan penghargaan terhadap lansia yang berprestasi
 Pemberiaan doorprize bagi peserta senam lansia
 Pemberian penghargaan kepada puskesmas ramah lansia
 Pengukuhan Komisi Daerah Lanjut Usia tingkat Kabupaten (rencananya akan diketuai
oleh Wabup)
 Pelayanan Baksos Kesehatan gratis (tensi darah dan pengobatan umum)

Dengan terbentuknya Komda Lanjut Usia di Kabupaten Rejang Lebong, diharapkan akan
menjadi forum kordinasi guna mempercepat penanganan kesejahteraan lansia secara terintegrasi
dan terpadu antar lintas sektor. Lahirnya Komda Lansia ini merupakan amanat dari Permendagri
No 60 tahun 2008 tentang Komda Lansia dan Pemberdayaan Lansia di Daerah sekaligus sebagai
tekad mewujudkan kabupaten Rejang Lebong sebagai kabupaten peduli lansia.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 67


53. Pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia di
Rejang Lebong
Dipublikasi pada Sabtu, 7 Mei 2011 oleh tri ms

Bertempat di ruang rapat Wakil Bupati Rejang Lebong, Bp Slamet Diyono,


SE, siang tadi, Jumat, 4/5/2011, dilaksanakan rapat perdana dalam rangka
pembentukan Komite Daerah Lanjut Usia Kabupaten Rejang Lebong. Peserta
rapat yang hadir diantaranya dari Dinkes (Kadinkes, Kabid Binkesmas, Kasi
Usila), Dinsosnaker, BPMD, PWRI, Pepabri/Veteran, PU, Bappeda, BMA,
PKK, Puskesmas Curup, Puskesmas Perumnas dan RSUD. Rapat dipimpin
langsung oleh Bapak Wabup.

Dalam pengantarnya, Wabup mengatakan bahwa pembentukan Komda Lansia ini merupakan
amanat Permendagri No 60/2008 tentang Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan
Lansia. Sebagai Ketua Komda Lansia Kab RL adalah Wabup dan Ketua pelaksana Kepala
Bappeda dan wakil Ketua Pelaksana Kadinkes. Sementara sebagai Sekretaris Kabid Binkesmas
Dinkes dan peserta rapat yang lain duduk sebagai anggota.

Meski agak terlambat, itikad dibentuknya Komda Lansia ini bertujuan membuat forum lintas
sector yang tugasnya membantu Bupati dalam melakukan sinergitas kegiatan yang berkaitan
dengan kesejahteraan lansia. Hal ini penting, mengingat jumlah lansia yang semakin meningkat
(di RL penduduk lansia atau warga yang berusia di atas 60 tahun diperkirakan sekitar 6,43 %
atau sekitar 15.817 orang). Peningkatan jumlah lansia ini terkait dengan makin baiknya usia
harapan hidup (di Prop Bengkulu mencapai 67,8 tahun). Menurut Wabup, bahkan suatu saat
nanti jumlah lansia di Indonesia lebih besar dibanding jumlah balita, sehingga profil piramida
penduduk Indonesia bergeser dari mirip segitiga (besar di bawah) menjadi trapezium (besar di
atas).

Menurut Wabup, meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua SKPD, sehingga saat
membuat kebijakan harus sensitive dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk
lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para
lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga
dilaksnakan di RSUD.

Menghadapi Hari Ulang Tahun Lanjut Usia tanggal 29 Mei yang jatuh bertepatan dengan HUT
Curup, akan diselenggarakan senam massal lanjut usila dilanjutkan dengan pengobatan gratis di
lapangan Setia Negara. Acara akan dilakukan pada hari Rabu, 18 Mei 2011. Peserta lansia yang
hadir berasal dari Posyandu lansia dan diperkirakan berjumlah 750 orang.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 68


54. Menyoal Peringkat IPM dan IPKM Kabupaten
Rejang Lebong
Dipublikasi pada Minggu, 3 April 2011 oleh tri ms

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan
sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri
dari: indikator kesehatan (Umur Harapan Hidup atau UHH), pendidikan (angka melek
huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Peringkat IPM Indonesia ada
di rangking 111 dari 182 negara, dengan skor 0.734 (tahun 2007), berada pada kelompok
menengah negara berkembang. Daftar lengkap IPM atau HDI tahun 2007 bisa lihat di sini.
Dengan mengadopsi penghitungan HDI, Indonesia juga menghitung Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) untuk propinsi dan kabupaten/kota. IPM kini sudah dipakai sebagai acuan untuk
menilai keberhasilan pembangunan di level propinsi atau kabupaten/kota. Oleh karena itu
prioritas pembangunan selalu diarahkan pada upaya peningkatan IPM di wilayahnya terutama
pada 3 pilar : pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

IPM Kabupaten Rejang Lebong

Untuk angka IPM propinsi Bengkulu skornya 72,55 berada pada peringkat 12 dari 34 propinsi.
Selengkapnya IPM per propinsi yang dihitung BPS bisa dibaca web BPS. Sementara itu,
berapakah IPM kabupaten Rejang Lebong? Dari data yang diambil dari website
www.kpdt.bps.go.id skor IPM Rejang Lebong 70,46 dan di Propinsi Bengkulu berada di
peringkat ke 3 setelah kota Bengkulu dan kabupaten Bengkulu Selatan atau secara nasional
berada di peringkat 246 dari 440 kota (kota Bengkulu ada di peringkat 17). Tabel lengkapnya
bisa dilihat di sini. Dari keadaan ini, Rejang Lebong masih harus meningkatkan pembiayaan
dan pembenahan untuk 3 pilar yang sangat berhubungan dengan IPM, yaitu peningkatan akses
pendidikan dan kesehatan dan membuat program yang berdampak langsung pada peningkatan
ekonomi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Bagi bidang kesehatan, meningkatkan
IPM berarti harus meningkatkan UHH (Umur Harapan Hidup) atau istilah lainnya Life
Expectacy (LE).

IPKM Kabupaten Rejang Lebong.

Guna melihat kemajuan daerah dalam bidang kesehatan, para ahli kesehatan merumuskan adanya
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu suatu indeks komposit terdiri
dari 24 indikator kesehatan utama yang mempunyai hubungan sangat erat dengan indikator
Umur Harapan Hidup (UHH) yang dihitung dalam IPM. IPKM dihitung dan dikumpulkan
dari 3 survei berbasis komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Potensi Desa (Podes).

24 indikator IPKM yang mempengaruhi UHH tersebut adalah : prevalensi balita gizi buruk dan
kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat kurus dan kurus,
prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia, prevalensi hipertensi, prevalensi

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 69


gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas,
prevalensi cedera, prevalensi penyakit sendi, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan,
proporsi merokok tiap hari, akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes,
cakupan pemeriksaan neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio
Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa.

Meskipun kab RL aktif menyelenggarakan baksos kesehatan serta mendapat predikat kabupaten
sehat tahun 2007 dan 2009 (penghargaan Swasti Saba Padapa dan Wiwerda dari Menteri
Kesehatan), namun ternyata kabupaten Rejang Lebong skor IPKM-nya 0,5032 dan berada di
peringkat 228 dari 440 kabupaten atau peringkat 3 untuk Propinsi Bengkulu setelah kota
Bengkulu (peringkat 46) dan kabupaten Muko-muko (peringkat 183). Namun juga perlu
diketahui, jika IPKM dihitung dengan 24 variabel, predikat kabupaten sehat ada 260 variabel
dan melibatkan 9 lintas sektor.

Hasil IPKM terendah atau tingkat kesehatannya buruk adalah daerah Pegunungan Bintang,
Papua (0,247059) dan tertinggi adalah Kota Magelang, Jateng (0,708959). Berdasar perhitungan
rata-rata nilai, diperoleh batas normal IPKM yaitu 0,415987 dan daerah di bawah angka ini
dikategorikan sebagai daerah bermasalah kesehatan berat/khusus (kab Lebong termasuk
daerah ini).

Tabel Peringkat IPKM untuk Propinsi Bengkulu Tahun 2010 (Sumber : Balitbangkes)

PeringkatKota/Kab IPKM
46 Kota Bengkulu 0.630536
183 Mukomuko 0.533082
228 Rejang Lebong 0.503246
232 Kepahiang 0.501664
274 Seluma 0.474829
300 Bengkulu Utara 0.460517
Bengkulu
310 0.452189
Selatan
315 Kaur 0.450770
381 Lebong 0.407933

Kenapa kabupaten RL peringkat IPKM-nya pada rangking 228? Ternyata setelah dipelajari dari
24 variabel IPKM, ada 7 variabel kesehatan di kab RL yang bermasalah yaitu : prevalensi ISPA,
prevalensi dengue, prevalensi penyakit mental, prevalensi hipertensi, cakupan kunjungan
neonatal, cakupan imunisasi, dan cakupan penimbangan balita. Menurut informasi, data
prevalensi penyakit didapat dari Riskesdas tahun 2007 dan data cakupan dari laporan. Jika 7
variabel bermasalah ini bisa segera diperbaiki, ditambah dengan perbaikan mekanisme
pelaporannya, maka kabupaten RL sangat optimis dalam 1 -2 tahun ini bisa masuk 100 besar
peringkat IPKM.

Semoga.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 70


55. Pengembangan Desa Siaga Aktif di Kabupaten
Rejang Lebong
Dipublikasi pada Kamis, 7 April 2011 oleh dian

Desa Siaga adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri

Tujuan Desa Siaga :

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di desanya.

Sasaran Desa Siaga :

1. Semua Individu dan Keluarga di Desa


2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku Individu
dan Keluarga
3. Pihak – pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,peraturan per
UU,Dana,tenaga dan Sarana

Kriteria Desa Siaga :

Sebuah Desa telah menjadi Desa Siaga apabila Desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya
sebuah Pos Kes des ( Pos Kesehatan desa )

Standarnya Poskesdes tersebut dibangun pemerintah berupa sebuah bangunan yang memiliki
syarat bangunan poskesdes beserta sarana dan Pra sarananya, namun bisa juga dipakai dengan
memakai bangunan lama seperti bangunan polindes, Balai Desa ataupun Rumah Penduduk
yang di sewa dijadikan Poskesdes ( jadi tidak kaku ) dengan penempatan 1 ( satu ) orang Bidan
di desa dan di bantu minimal 2 ( dua ) orang kader desa siaga setiap harinya,(bila memungkinkan
) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di wilayah tersebut.

Penyelenggaraan Desa Siaga di Kabupaten Rejang Lebong dilaksanakan dengan pendekatan


5 (lima ) Siaga yaitu :

1. Siaga Kesehatan Ibu dan Anak


2. Siaga Gizi
3. Siaga Penyakit Menular
4. Siaga Bencana
5. Siaga Nafza

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 71


Upaya percepatan Desa Siaga di Kabupaten Rejang lebong :

1. Pencanangan Desa / Kelurahan Siaga pada saat HKN Tahun 2006 dan Tahun 2007
2. Surat Edaran Bupati pada camat Pembentukan Desa / Kelurahan siaga Tahun.2007
3. Pembentukan Tim Pembina Desa / Kelurahan di 15 Kecamatan
4. Roadshow Kesehatan ( Pengorganisasian Desa Siaga )
5. Sosialisasi Dan Advokasi Lp / LS
6. Penyediaan Sarana dan Pra sarana ( Poskesdes Kit, Bidan Kit dan Kendaraan roda 2 )
7. Penilaian Desa Siaga Aktif Tingkat kabupaten
8. Penilaian Bidan Desa Siaga Teladan Tk.Kabupaten dan Propinsi

Syarat Desa Siaga di Kabupaten Rejang Lebong :

1. Adanya Forum Masyarakat Desa


2. Adanya Pelayanan Kesehatan Dasar
3. Adanya UKBM ( Upaya Kesehatan Berbasis masyarakat )
4. Adanya sistim surveilans ( pengamatan ) berbasis masyarakat
5. Adanya Pembinaan Desa Siaga oleh Puskesmas
6. Adanya sistim siaga bencana
7. Adanya sistim siaga Nafza
8. Pembiayaan Kesehatan berbasis masyarakat
9. Mempunyai Lingkungan Sehat
10. Penduduk / warganya ber PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat )

Strata Desa Siaga Aktif

1. Pratama
2. Madya
3. Purnama
4. Mandiri

Pentahapan Desa Siaga Aktif :

1. Bina
2. Tumbuh
3. Kembang
4. Paripurna

Hingga tahun 2008 sudah sekitar 156 desa yang telah dipersiapkan sebagai desa siaga.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 72


56. Baksos Kesehatan Desa Terpencil di Wilayah
Lembak
Dipublikasi pada Selasa, 31 Mei 2011 oleh andi

Guna membantu akses pelayanan kesehatan


bagi masyarakat di daerah terpencil, Dinas
Kesehatan dan puskesmas secara terpadu selalu
mengadakan Bakti sosial pelayanan kesehatan
di daerah terpencil. Saat ini terdapat 54 desa
masuk dalam kategori desa terpencil,
dikarenakan sulitnya akses untuk masuk ke desa
tersebut.

Bulan Mei 2011 ini, ada 4 (empat) desa


menjadi lokasi sasaran Pelayanan Kesehatan
Daerah Terpencil terutama di wilayah Lembak,
yaitu desa Bukit Batu Kec. PUT, desa Air Nau
Kec. SBU, desa Sukakarya Kec. SBI dan desa Tanjung Gelang Kec. Kota Padang. Adapun tim
kabupaten yang turun yaitu dari bidang yankesfar dengan koordinator Kabid Pelayanan
Kesehatan dan Farmasi, Bapak Agung Gunawan. CP, SKM. M.Kes dan Tim Puskesmas PUT,
(ke desa Suka Karya dan Bukit Batu), Puskesmas Tanjung Agung (Desa Air Nau) dan
Puskesmas Kota Padang (Desa Tanjung Gelang) serta didampingi tim PKK kecamatan/desa.

Adapun tujuan Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil ini adalah untuk meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan yang dilakukan secara terpadu kepada masyarakat dimana masyarakat tidak
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara rutin setiap hari karena tidak ada fasilitas
kesehatan, tidak adanya petugas kesehatan di desa dan jarak desa jauh dengan fasilitas kesehatan
terdekat ditambah lagi dengan akses yang sulit terutama di musim penghujan.

Kegiatan pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil yang diberikan antara lain : Pengobatan
Umum untuk semua umur, Pelayanan Ibu hamil dan KB, Penimbangan bayi dan imunisasi,
Pelayanan Sunat, Penyuluhan Kesehatan dan Pemberian bahan kontak bagi masyarakat.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 73


57. Gerakan Peduli Kusta (Gerakan PELITA)
Dipublikasi pada Jumat, 27 Mei 2011 oleh sri muliyanti

Penyakit Kusta di Indonesia merupakan urutan 3 setelah Brazil dan India. Sementara di
Indonesia, propinsi terbanyak adalah Jawa Timur, Meskipun di Kabupaten Rejang Lebong dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir tidak atau belum ditemukan kasus kusta baru, namun Dinas
kesehatan melalui subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes yang langsung merupakan bidang
yang bersentuhan langsung dengan penyakit menular termasuk kusta tidak serta merta untuk
tidak melakukan atau merencanakan kegiatan melainkan kedepan memprogramkan inovasi baru
yaitu Gerakan Peduli Kusta atau Gerakan PELITA yang bertujuan untuk” Menemukan kasus
Kusta sedini mungkin guna pengobatan untuk menghindari kecacatan Permanen penderita
kusta “ sehingga apabila dalam kegiatan tersebut tidak ditemukan Penderita Kusta Mungkinlah
kita patut berbangga diri menyatakan Rejang Lebong Bebas Kusta .

Strategi kegiatan – kegiatan Gerakan PELITA di Rejang Lebong meliputi :

1. Desiminasi Informasi Penyakit Kusta pada masyarakat melalui metode penyuluhan baik
di Posyandu, sekolah atau dikesempatan masyarakat berkumpul,penyebaran Leatflet
”Kenali Kusta sedini Mungkin ”
2. Melakukan pelacakan kusta didaerah yang pernah di temukan kasus Kusta beberapa
tahun yang lalu terutam kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya.
3. Case Kusta atau pemeriksaan kusta bagi anak sekolah melalui kegiatan UKS Format
4. Melakukan penjaringan kepada orang –orang yang memiliki penyakit Kulit terutama
Panu
5. Melaporkan setiap kasus Suspect Kusta ke Subid Pemberantasan Penyakit dan Bankes
Dinas Kesehatan Via telpon atau laporan
6. Menggandakan instrumen atau ciklis Penemuan Kusta
7. Tersedianya baner atau poster penyakit kusta yang dapat di baca bagi pengunjung/pasien
puskesmas (Contoh dapat dilihat disubid Pemberantasan Penyakit atau di
(www.dinkesrl.net )
8. Pencatatan dan Pelaporan kusta dikirimkan setiap triwulan di Subid pemberantasan
penyakit selambat lambatnya setiap tanggal 5 (format Laporan terlampir) meskipun tidak
ditemukan kasus

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 74


58. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat di
tingkat Kecamatan
Dipublikasi pada Kamis, 26 Mei 2011 oleh dian

Rapat Persiapan penilaian Kabupaten Sehat Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan di salah satu
titik sasaran penilaian Kabupaten Sehat yaitu Desa Tanjung Beringin ( desa nominasi untuk
sasaran penilaian Kabupaten Sehat ) pada tanggal 26 mei 2011 bertempat di kantor balai desa
Tanjung Beringin.

Acara dibuka Oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong yang diwakilkan oleh
Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Bapak Almaini SKP, dalam sambutannya menekankan
kepada masyarakat agar pemberdayaan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan sangat
dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan khususnya pelaksanaan kegiatan di desa guna
mendukung kegiatan Kecamatan Sehat serta mensukseskan kegiatan Kabupaten Sehat di
Kabupaten Rejang lebong yang ke tiga kalinya tahun ini yang insyaallah penilaian dilakukan
pada bulan juni- Juli tahun 2011 oleh Tim Pusat dari Jakarta. Selanjutnya narasumber Yudhi
juga mensosialisasikan Kabupaten Sehat kepada masyarakat sehingga masyarakat mengerti dan
segera mempersiapkan diri ,dan Desa siap untuk dinilai sera dengan tegas bapak Kepala Desa
Tanjung Beringin mengatakan siap dan bersedia mendukung program pemerintah khususnya
penilaian Kabupaten Sehat.Berkenaan dengan Kabupaten Sehat disampaikan juga materi yang
lain yaitu Pengembangan Desa Siaga Aktif dan Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat dengan
pendekatan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) oleh Pak Almaini SKP.M.Kes dan
Sdri.Sridiany .

Masyarakat Desa Tanjung Beringin sangat antusias mendengar materi dan sangat bangga atas
terpilihnya desa mereka sebagai titik sasaran penilaian Kabupaten Sehat dari Pusat dan berharap
tahun ini Kabupaten Rejang Lebong kembali menjadi juara ke tingkat yang lebih tinggi yaitu
mencapai penghargaan Wistara tentunya ( amin yarobbal alamin )

Desa sasaran lainnya untuk penilaian Kabupten Sehat :

1. Kecamatan Curup Utara :


Desa Tanjung Beringin
Desa Suka Datang
2. Kecamatan Curup Selatan :
Desa Air Lanang
3. Kecamatan Sindang Kelingi:
Desa Mojorejo
4. Kecamatan Selupu Rejang :
Desa Air Duku
Desa Kali Padang

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 75


59. Senam Lansia Memperingati HUT Lansia dan
HUT Kota Curup
Dipublikasi pada Rabu, 18 Mei 2011 oleh tri ms

Bertempat di Lapangan Setia Negara, hari


Rabu pagi tadi (18/05), dilangsungkan
acara senam masal lansia yang diikuti
sekitar 1000 orang lebih yang berasal
dari Posyandu lansia di wilayah kota
Curup. Acara dihadiri oleh Bp Wabup
Slamet Diyono, Bp Sekda, Kepala Dinas
Instansi serta Camat dan kepala
Puskesmas. Senam masal jantung sehat
berlangsung mulai jam 08.00 dan
berlangsung meriah. Instruktur senam
berasal dari Yayasan Jantung Sehat
Rejang Lebong.

Menurut Ketua Panitia kegiatan ini, Kadinkes RL, Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc, acara senam
masal lansia merupakan Kegiatan HUT Lansia yang diperingati setiap tanggal 29 Mei dan
bersamaan dengan HUT Kota Curup yang ke 131 dan diselenggarakan pada hari Rabu, 18 Mei
2011. Hari Lanjut Usia Nasional dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang
pada 29 Mei 1996 untuk menghormati Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya
memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada tanggal 29 Mei 1945. Tema HUT lansia tahun 2011 di RL : Mewujudkan
Kabupaten Rejang Lebong sebagai Kabupaten Peduli Lansia. Sebagai catatan, hari Senin
kemarin (16/5), telah diadakan Lomba balita sehat, yang juga sebagai perwujudan Kabupaten RL
peduli balita.

Lanjut usia (lansia) menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah
penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada UU tersebut diamanatkan agar lanjut usia tetap
dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan
fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya,
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.

Berkaitan juga dalam rangka menyambut hari lansia, pada tgl 4 Mei 2011 kemarin di RL telah
dibentuk Komite Daerah lanjut usia (Komda lansia) yang diketuai Bp Wabup Drs. Slamet
Diyono, sebagai amanat Permendagri 60/2008 tentang Pembentukan Komda lansia dan
Pemberdayaan Lansia di Propinsi/kabupaten/kota. Fungsinya adalah membantu bapak Bupati RL
dalam melakukan kerjasama lintas sector dan sinergitas antar Dinas/intansi untuk kesejahteraan
lansia. Meningkatnya jumlah lansia ini, harus disikapi semua Dinas/instansi, sehingga saat
membuat kebijakan harus sensitif dengan keterbatasan kemampuan lansia. Misalnya Dinas PU
atau Perhubungan dalam membuat sarana transportasi/jalan, memperhatikan keselamatan dan
keterbatasan lansia untuk jalan kaki, sehingga trotoar yang dibangun harus datar dan aman untuk

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 76


lansia, jangan terlalu tinggi. Juga perlunya taman lansia, tempat untuk kongkow-kongkow para
lansia. Sementara Dinas Sosnaker dapat melakukan bantuan social secara tepat pada lansia yang
membutuhkan, didukung adanya pemberdayaan lansia oleh BPMD. Sedang Dinas Kesehatan
membuat program Posyandu lansia, serta pelayanan kesehatan di puskesmas dengan membuat
outlet pelayanan lansia secara tersendiri (perwujudan puskesmas ramah lansia). Diharapkan juga
dilaksanakan di RSUD.

Pemberiaan penghargaan dan doorprize

Setelah acara senam selesai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada tokoh
masyarakat yang merupakan lansia yang masih aktif berorganisasi di bidang kemasyarakatan.
Mereka adalah Ketua PWRI Rejang Lebong, Ketua Veteran/Pepabri (Bp Jambak), Ketua PMI
Rejang Lebong (Bp Usman), Bapak Siran (mantan guru), Ibu Nasmah (pensiunan bidan aktif di
PKK). Nama-nama lansia lain yang mendapat penghargaan adalah tokoh masyarakat seperti ibu
Ainun, ibu Sumarni, ibu Kusmi Aisyah dan ibu Nurlela.

Pada kesempatan tersebut juga diberikan penghargaan kepada 2 puskesmas ramah lansia, yaitu
puskesmas yang telah membuka loket pelayanan khusus lansia secara tersendiri, tidak digabung
dengan pasien umum lainnya. Puskesmas tersebut adalah puskesmas Curup dan Perumnas. Pada
akhir acara diberikan bingkisan kepada para lansia yang usianya di atas 70 tahun dan doorprize
bagi lansia yang kuponnya masuk undian. Panitia juga memberikan pelayanan pengobatan gratis
bagi lansia yang dilayani oleh sekitar 15 dokter, 15 perawat dan bidan di puskesmas kota Curup

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 77


60. Dinkes dan TP-PKK Gelar Lomba Balita Sehat
Dipublikasi pada Selasa, 17 Mei 2011 oleh tri ms

Hari Senin kemarin (16/5/2011), Lomba


Balita Sehat digelar oleh Dinas
Kesehatan bekerjasama dengan Tim
Penggerak PKK Rejang Lebong dengan
diikuti oleh 90 balita dengan usia antara 6
bulan hingga 5 tahun. Para balita tersebut
digolongkan dalam 2 kategori umur yaitu
6-24 bulan dan 25-59 bulan. Mereka
merupakan perwakilan yang sebelumnya
telah terseleksi sebagai 6 peserta terbaik
dari 15 kecamatan se kabupaten Rejang
Lebong. Kegiatan tersebut dilakukan
dalam rangka menyambut HUT Kota
Curup ke 131 dan berlangsung cukup
meriah di gedung Balai Agung, Curup.
Acara dihadiri oleh Bp Bupati RL, Ketua
TP-PKK, Kepala Dinas/Instansi serta Camat dan Pimpinan Puskesmas.

Kepala Dinas Kesehatan Rejang Lebong Drs Tri MS, Apt, DSc, mengatakan, tujuan
diselenggarakan Lomba Balita Sehat dalam rangka memacu dan memotivasi orang tua agar
selalu aktif membawa anaknya ke posyandu balita supaya kesehatan dan tumbuh kembang anak
bisa dipantau. Hal ini berkaitan dengan kriteria penilaian lomba yang unsur penilaiannya
merupakan kegiatan yang sering dilakukan di Posyandu. Adapun kriteria penilaian meliputi :
proporsi tinggi badan dan berat badan, status gizi dan pemberian makanan, status anak dan ibu,
kelengkapan dan ketepatan jadual imuninasi, pengetahuan ibu dalam pengasuhan anak,
kesehatan umum, kesehatan gigi, dan aspek psikologi dan perkembangan motorik anak. Tim Juri
terdiri dokter di puskesmas dan RSUD, dokter gigi, ahli gizi, bidan dan anggota pokja IV TP-
PKK.

Dari dialog Ketua TP-PKK RL dengan para orang tua balita saat pemberian doorprize, ternyata
pengetahuan umum para orang tua peserta berkaitan dengan kesehatan anak sangat baik, terbukti
semuanya bisa menjawab pertanyaan seperti kapan jadwal imunisasi campak, apa warna kapsul
vitamin A, istilah BGM, KMS, dan ASI eksklusif dan beberapa pertanyaan lainnya. Ini
menandakan bahwa masyarakat Rejang Lebong sangat perhatian memantau kesehatan anaknya
melalui Posyandu balita yang ada di wilayah Puskesmas sehingga mereka sudah akrab dengan
istilah-istilah yang ada di Posyandu.

Pemenang lomba mendapatkan hadiah berupa uang, piala dan bingkisan. Namun bagi yang tidak
menang, juga mendapatkan piala, piagam dan bingkisan dari Ibu Ketua TP-PKK, sehingga
seluruh peserta nampak pulang ke rumah dengan cukup bergembira, tidak ada yang kecewa.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 78


Adapun hasil lengkap Lomba Balita Sehat sebagai berikut :

Pemenang kategori usia 6 – 24 bulan : Juara I : Gita dari Kecamatan Bermani Ulu, Juara 2
Mualif dari Kecamatan Sindang Beliti Ilir, Juara 3 Farhan dari Kecamatan Curup Timur, Juara
Harapan 1 Nadin Zulfa dari Kecamatan Curup Selatan, Juara Harapan 2 Raja RS dari
Kecamatan Curup, Juara Harapan 3 Zahra Olivia dari Kecamatan Sindang Kelingi.

Pemenang kategori usia 25 sampai 59 bulan : Juara I Yesica dari Kecamatan Padang Ulak
Tanding, Kozairul dari Kecamatan Curup Selatan, Juara 3 M. Serbianyah dari Kecamatan Curup
Tengah, Juara Harapan 1 Dini Nanda dari Kecamatan Biduriang, Juara Harapan 2 Nurun dari
Kecamatan Sindang Dataran dan Juara Harapan 3 Sika dari Kecamatan Kota Padang.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 79


61. Mengatasi Gizi Buruk, Mari Gebyarkan
Kembali Posyandu Balita
Dipublikasi pada Selasa, 3 Mei 2011 oleh tri ms

Beberapa hari ini, koran RPP dan BE, memberitakan tentang


adanya balita dengan status gizi buruk dan kurang gizi,
terutama yang menimpa 2 balita dari PUT dan 2 balita dari
Sindang Dataran. Mereka semua dibawa ke RSUD Curup dan
telah mendapatkan perawatan yang memadai. Salut untuk
tenaga pengelola gizi puskesmas PUT yang telah menangani
dengan baik, mengurus administrasi Jamkesdanya, merujuk
dan melakukan pendampingan di RS selama dirawat serta
memberikan makanan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
selama 4 bulan paska dirawat. Semuanya gratis. Dan
alhamdulilah, semua masalah gizi buruk di RL bisa ditangani
dengan sebaik-baiknya, tentunya berkat dukungan semua pihak
terkait, seperti puskesmas dan RSUD. (Jika mau baca laporan
situasi gizi masyarakat tahun 2010, klik di sini)

Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari


penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang
diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein
yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan
dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung
lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat atau gizi buruk.

Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan
dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan
pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya,
pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal.

Gebyarkan Kembali Posyandu Balita

Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan
Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) di Posyandu. Status gizi balita dipantau
dengan KMS (Kartu Menuju Sehat). KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan
anak dan rujukan ke Puskesmas/RS.

Berat badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada,
sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning bahkan ada
yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya di Bawah Garis Merah (BGM).
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipersepsikan dengan gizi baik,

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 80


sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning (peringatan)
kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat badan di BGM, karena
apabila anak telah berada di BGM pada KMS, maka anak balita tersebut bisa cenderung di vonis
(padahal belum tentu), mengalami gizi buruk. Status balita BGM, menjadi perhatian ibu dan
petugas kesehatan agar segera bertindak, mengobservasi lebih dalam status kesehatan balita
tersebut dan segera melakukan langkah intervensi.

Halaman 2 KMS, garis vertikal skala BB dan garis horisontal skala umur

Yang menjadi permasalahan di RL adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke
posyandu secara rutin untuk menimbang berat badannya. Terutama yang di pelosok/terpencil.
Di Rejang Lebong angka kehadiran balita ditimbang rata-rata masih di bawah 40%. Bahkan di
kecamatan Binduriang, balita yang datang ke posyandu dan ditimbang masih di bawah 10%. Ini
kecamatan yang paling rendah aktifitas Posyandunya. Oleh karena itu, Dinkes mengajak
pimpinan puskesmas dan para camat, kades dan tokoh masyarakat serta PKK agar melakukan
pemantauan posyandu serta menggalakkan keaktifannnya melalui kegiatan gebyar posyandu,
dengan upaya-upaya yang inovatif dan tidak membosankan, agar orang tua dan balitanya tertarik

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 81


berkunjung ke posyandu. Dalam acara-acara baksos kesehatan yang sering dilakukan Dinas
Kesehatan. bahkan bapak bupati sendiri atau ibu. sering memberikan contoh bagaimana
melakukan penimbangan balita dilanjutkan imunisasi. Hal ini sebaiknya juga ditiru oleh para
camat/kades/lurah.Keaktifan posyandu sangat membantu dalam pelacakan adanya balita gizi
buruk.

Sikap Responsif, bukan Reaktif

Kasus kurang gizi dan gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal
ini dapat terjadi karena pola asuh dan asupan makanan yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja
di kebun/ladang atau di suatu tempat, sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan).
Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6
bulan dan kadang tidak hygienis (istilahnya makanan sampah atau “junk food”). Selain hal di
atas, gizi buruk terjadi karena adanya penyakit infeksi, sebagaimana terjadi pada 2 balita dari
PUT, yang ternyata menderita penyakit TBC (barangkali tertular dari orang tuanya, yang sedang
dalam pengobatan 4 bulan dengan obat TBC). Karena penyakit atau karena asupan makanan
yang kurang, dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah
perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut.

Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat
secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat
memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk, digerakkan
oleh petugas gizi puskesmas melalui Posyandu. Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga
yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Sementara
yang dilakukan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan puskesmas adalah membantu memberikan
PMT hingga BB anak yang bersangkutan normal dan pemberian pengetahuan kepada
keluarganya bagaimana cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori
dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat
meningkatkan tinggi badan.

Karena umumnya gizi buruk terkait dengan kemiskinan, ada baiknya instansi lain, seperti Dinas
Pertanian, Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah), bagian Kesra, Dinas Sosial, serta
Bappeda melalui pokja SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bahkan anggota
Dewan dapat terlibat membantu pemulihan dan perbaikan mereka yang menderita gangguan
kurang gizi. Karena masalah kurang gizi balita, juga menyangkut image atau citra kabupaten,
yang diperlukan adalah sikap responsif/tanggapnya kita semua, bukan reaktif, serta nggak
usah dipolitisasi. Program kemiskinan di masing-masing SKPD yang terkesan berjalan sendiri-
sendiri, juga sudah waktunya dilakukan terkordinir dengan sasaran dari data masyarakat miskin
yang valid dan seragam, sehingga jumlah warga miskin cepat menurun secara nyata.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 82


62. Persiapan Verifikasi Penghargaan Kabupaten
Sehat Tahun 2011
Dipublikasi pada Minggu, 1 Mei 2011 oleh tri ms

Tahun 2011 ini, penilaian kabupaten sehat yang dikenal dengan


penghargaan Swasti Saba, akan dilakukan oleh tim pusat kepada
kabupaten di Indonesia yang berminat untuk diverifikasi. Kegiatan
pemerintah pusat yang dilaksanakan setiap 2 tahun ini, bertujuan
untuk mengevaluasi pencapaian kondisi kota/kabupaten yang
bersih, nyaman, aman dan sehat sehingga dapat meningkatkan
sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat.
Nampaknya untuk Propini Bengkulu, hanya Kabupaten Rejang
Lebong yang sudah mempersiapkan diri menghadapi momentum
penilaian ini, dan hari Senin (2/5/2011), melalui surat Gubernur Propinsi Bengkulu,
dikirimkan permohonan verifikasi kabupaten RL kepada tim penilai pusat di Jakarta disertai
dokumen-dokumen pendukungnya. Ini adalah yang ke 3 kalinya kabupaten RL ikut dalam
penghargaan kabupaten sehat, dan diharapkan kategori penghargaanya meningkat, yaitu kategori
atau tingkat wistara. Sebelumnya kabupaten RL telah mendapatkan penghargaan Swasti Saba
oleh Menteri Kesehatan tingkat padapa (2007) dan tingkat wiwerda (tahun 2009).

Perbedaan kategori penghargaan tersebut tergantung pada jumlah tatanan penilaian yang dikuti.
Jika pada tingkat padapa, RL ikut pada 2 tatanan, kemudian tingkat wiwerda pada 6 tatanan dan
pada verifikasi tingkat wistara ini, Pemkab Rejang Lebong mengajukan 9 tatanan. Tatanan yang
diajukan, diantaranya bidang Ketahanan Pangan & Gizi, Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib &
Pelayanan Transportasi, Kawasan Hutan Sehat, Kawasan Pemukiman dan Sarana Prasarana
Umum. Selain itu, Kehidupan Sosial yang Sehat, Kawasan Pariwisata Sehat, Kehidupan
Masyarakat yang Sehat dan Mandiri, Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat, serta Kawasan
Pertambangan Sehat.

Perlu diketahui bahwa penilaian kabupaten sehat lebih berfokus pada adanya proses dan upaya
perbaikan kesehatan melalui partisipasi masyarakat yang terorganisir melalui Forum
Kabupaten Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat serta dukungan sektor
terkait. Karena masalah kesehatan penyebabnya sangat multi kompleks, dan mempunyai skor
yang tinggi jika diselesaikan secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat. Jadi, meski
mendapatkan predikat kabupaten sehat, kasus orang sakit, masalah gizi buruk, keracunan, dll
tetap terjadi, namun mendapatkan penanganan yang memadai dan ada konsepnya yang
terpadu/terorganisir antara pemerintah dan masyarakat serta didukung legal aspeknya melalui
regulasi di tingkat lokal/kabupaten.

Dari rekapitulasi indikator kabupaten sehat yang berjumlah 260, berdasarkan self assessment
yang dilakukan oleh Forum, Kabupaten RL telah memenuhi sekitar 80% atau 208 indikator pada
9 tatanan. Dalam upaya percepatan pencapaiannya, pemkab telah melakukan beberapa kegiatan
unggulan dan inovatif yang juga didukung oleh seluruh lintas sektor serta tim penggerak PKK
RL. Kegiatan unggulan dan inovatif tersebut, diantaranya

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 83


1. Peningkatan SDM yang takwa, berbudaya dan sehat dengan prestasi olah raga (Tahun
baru Islam, HUT Curup dan 17 Agustus)
2. Perbaikan lingkungan dan kesehatan keluarga melalui Bedah Kampung dan Baksos
Kesehatan & PKK
3. Peningkatan perkantoran sehat melalui program penilaian 7 K
4. Penerapan Perbup No 20/2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok
5. Gerakan menanam sejuta pohon dan persiapan Hutan Kota
6. Jamkesda melalui dana APBD untuk 15000 jiwa masyarakat miskin
7. Roadshow Baksos Kesehatan di daerah terpencil/sulit terjangkau
8. Puskesmas Berseri (bersih, ramah, responsif dan informatif)
9. Upaya Ketahanan Pangan dan Gizi
10. Gerakan gemar makan ikan (Gemari) dan gerakan minum susu (Gerimis)
11. Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
12. Gerakan Jumat Bersih dan 3 M
13. Gerakan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle)
14. Kawasan Tertib Lalu Lintas
15. Gerakan Pasar Sehat

Kita berharap, seluruh elemen masyarakat mendukung kegiatan unggulan ini, serta selalu
disosialisasikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga terwujudnya kabupaten
Rejang Lebong yang bersih, nyaman, aman dan sehat akan cepat terwujud.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 84


63. Di Rejang Lebong, Sarana Kesehatan
Pemerintah Siap Melayani Jampersal
Dipublikasi pada Minggu, 8 Mei 2011 oleh tri ms

Hari Kamis, 4/5/2011 kemarin, Dinkes RL


mengumpulkan 21 Ka puskesmas, 21 Bidkor (Bidan
Kordinator) serta beberapa pejabat RSUD (Kabid, Kasi
dan Kepala Ruangan, sekitar 10 orang), di Hotel Griya
Anggita, dalam rangka memastikan kesiapan Rejang
Lebong memberikan pelayanan jampersal dan
memantapkan tata kelola rujukannya. Ini adalah
pertemuan yang ke dua kalinya, dalam 2 bulan terakhir,
dengan topik yang sama.

Apa itu Jampersal? Apa hubungannya dengan Jamkesmas? (yang pasti gak ada hubungannya
dengan Jam Gadang di Bukit Tinggi).

Jampersal adalah singkatan dari Jaminan Persalinan Masyarakat, suatu program persalinan
gratis bagi siapa saja ibu yang hendak melahirkan. Tempatnya harus di sarana kesehatan
pemerintah, misalnya polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap serta RSUD (asal mau di
kelas 3/bangsal Raflesia). Bisa juga di tempat praktek bidan swasta atau klinik bersalin yang
menjalin kerja sama dengan Dinkes (harus membuat PKS/kontrak). Peserta Jampersal adalah
masyarakat yang tidak mendapatkan Jamkesmas, Jamkesda atau tidak memiliki kartu asuransi
kesehatan lain. Pesertanya juga tak mengenal batas wilayah, bahkan, jika tinggalnya di luar
kabupaten atau propinsi (misalnya di Kepahiang, atau di Linggau) bisa dilayani di RL.
Pokoknya sepanjang masih tinggal di Indonesia, bisa dilayani di mana saja, tanpa mengenal
KTPnya, tidak memandang kaya atau miskin dan mau dirawat di kelas 3 RSUD.

Kenapa persalinan digratiskan, atau tidak


membayar, karena biaya persalinan akan
dibayar oleh pemerintah melalui klaim ke
Dinkes. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
tidak ragu-ragu lagi melakukan persalinan
dengan bidan atau dokter (jika khawatir karena
biayanya), sehingga angka kematian ibu atau
kematian bayi bisa dicegah Di lingkungan
negara Asean, angka kematian ibu di Indonesia
masih tertinggi, sekitar 228 ibu meninggal tiap
100.000 kelahiran. Bandingkan dengan
Vietnam, 95, Malaysia 30 dan Singapura 9 ibu
meninggal per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data yang ada, ibu meninggal saat persalinan,
hampir 70%, yang persalinannya dilakukan di rumah. Sementara angka absolut kematian ibu di
RL, 2 orang meninggal di tahun 2010, karena persalinan dengan komplikasi dan terlambat
dirujuk ke RS.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 85


Bidan Harus Tinggal di Poskesdes

Data tahun 2010, rata-rata jumlah persalinan yang terjadi di Rejang Lebong sekitar 6.165
kejadian persalinan. Dari jumlah tersebut, 86% persalinan ditolong tenaga kesehatan, sisanya
dukun terlatih. Dengan adanya jampersal, diharapkan semua persalinan dilakukan di sarana
kesehatan pemerintah, sehingga keselamatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi akan lebih
dijamin. Masalahnya, sudah siapkah polindes, poskesdes dan puskesmas rawat inap melayani 24
jam? Dari hasil pertemuan ini, ternyata dari sisi SDMnya sudah siap, hanya sebagian kecil masih
berbenah dengan sarana pendukungnya.

Dari 37 poskesdes yang yang ada di RL, diharapkan seluruhnya bisa melayani jampersal, bahkan
sebagian sudah memberikan persalinan gratis. Sehingga bidan wajib tinggal di poskesdes, agar
persalinan di luar jam kerja segera bisa ditangani. Seluruh puskesmas rawat inap (6 puskesmas)
juga siap memberikan pelayanannya 24 jam. Puskesmas tersebut adalah Kota Padang, PUT,
Kepala Curup, Sindang Jati, Bangun Jaya dan Air Pikat. Jika terjadi persalinan dengan penyulit
dan ada komplikasi, maka ambulan puskesmas harus siap merujuk ke RSUD. Bahkan persalinan
dengan operasi cesar pun dilayani gratis di RSUD, asal mau dirawat di kelas 3/bangsal Raflesia.
Hingga saat ini, RSUD Curup telah melayani 52 persalinan gratis. Bagi ibu habis melahirkan,
dapat langsung meminta pelayanan KB gratis, baik di poskesdes, puskesmas maupun RSUD.
Alat kontrasepsi disediakan Badan KB.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 86


64. Penilaian Sekolah Sehat tingkat Nasional di 3
Sekolah Rejang Lebong
Dipublikasi pada Jumat, 24 Juni 2011 oleh tri ms

Selama 2 hari, dimulai Kamis, 23/6 hingga Jumat, 24/6, tim penilai sekolah sehat dari Jakarta
melakukan kunjungan ke Rejang Lebong untuk memverifikasi 3 sekolah yang mewakili
Propinsi Bengkulu dalam ajang Lomba Sekolah Sehat. Tim yang dipimpin oleh Bp Luluk
Budiono dari Sesditjen Kemendiknas mengunjungi RL sejak Rabu malam (22/6) dengan
didampingi beberapa rekannya, yaitu Erliana (Kemenkes), Sumandiyah (Kemenag), Jun
Milanastuti dan Sofiudin (Kemdagri).

Di hari pertama kunjungannya, tim penilai dan rombongan diterima dengan ramah oleh Bp
Bupati RL, Suherman, SE, MM di tempat kerjanya, didampingi Bp Sekda Drs. Sudirman dan
Kadinkes RL. Bapak bupati menyampaikan sekilas mengenai pelaksanaan pembangunan di
Rejang Lebong di mana masalah infrastruktur, pendidikan dan kesehatan adalah bidang-bidang
yang menjadi prioritasnya. Meski demikian, sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, tak bisa
dipungkiri bahwa aspek kesehatan yang yang harus didahulukan, karena sebagai pribadi, untuk
melakukan aktivitas apapun, orang harus “sehat” terlebih dahulu, ujarnya.

Adapun agenda tim penilai adalah sbb :

1. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS Kabupaten. Tim mendengarkan paparan


selayang pandang kegiatan TP-UKS oleh Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc di ruang
rapat bupati dengan dihadiri anggota TP-UKS. Kemudian tim memverifikasi kelengkapan
dan dokumen di sekretarian TP-UKS. Perlu diketahui bahwa kinerja TP-UKS ikut
mendukung suksesnya lomba sekolah sehat, karena bobot penilaiannya 10%.
2. Kunjungan ke Sekretariat Tim Pembina UKS di kecamatan, yaitu kecamatan Curup Kota
dan Curup Timur. Kunjungan di 2 lokasi ini memakan waktu sekitar 30 menit, guna
memverifikasi peran TP-UKS Kecamatan dalam mendukung terlaksananya kegiatan
UKS di sekolah di wilayah kerjanya. Bobot penilaiannya 10%.
3. Kunjungan ke 2 sekolah, yaitu SD 2 Centre dan SMAN 1 Curup Timur.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 87


65. Rapat Persiapan Penilaian Kabupaten Sehat
Tahun 2011
Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh tri ms

Siang ini, Senin, 13/6, bertempat di ruang rapat


bupati, diselenggarakan rapat dalam rangka
mendiskusikan persiapan kabupaten Rejang Lebong
guna menghadapi penilaian kabupaten sehat (atau
penghargaan Swasti Saba dari Menteri Kesehatan)
tingkat wistara. Rapat dipimpin oleh Kepala Bappeda,
Ir. Zulkarnain, MT yang telah ditunjuk bupati sebagai
Ketua Forum Kabupaten Sehat yang baru
(menggantikan Bp Tarmizi Ushuluddin), dan
didampingi Kadinkes RL, Drs. Tri MS, Apt, DSc.
Peserta rapat terdiri dari Kepala Dinas yang termasuk
dalam penanggung jawab 9 kawasan/tatanan yang
akan dinilai dan 3 Kades yang desanya dipersiapkan untuk daerah penilaian, yaitu dari desa Air
Lanang, (Curup Selatan), desa Tanjung Beringin (Curup Utara) dan desa Mojorejo (Selupu
Rejang). Kemungkinan tim penilai dari Jakarta akan berkunjung ke Rejang Lebong pada bulan
Juli atau Agustus 2011.

Mengacu pada konsep kabupaten sehat, maka pemda Rejang Lebong berupaya melakukan pola
pendekatan partisipatif untuk mencapai kondisi kabupaten yang bersih, aman, nyaman dan
sehat bagi warganya. Hal ini dilakukan melalui upaya perbaikan kualitas lingkungan fisik, sosial
dan budaya secara optimal dengan bekerjasama seluruh lintas sektor. Kabupaten sehat
merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup
sehat, terutama atas penilaian pada 9 kawasan/tatanan, yang operasionalnya dikordinasikan oleh
bersinerginya antara pemerintah dan masyarakat dalam Forum Kabupaten Sehat, Forum
Kecamatan Sehat dan Forum Desa Sehat.

Dokumen dan berkas, foto dan video yang berkaitan dengan kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan di masing-masing kawasan/tatanan telah disusun dan diedit oleh tim Dinkes dan sudah
diberikan kepada sekretariat penilai di Kementerian Kesehatan di Jakarta pada bulan Mei yang
lalu, yang berupa 4 jilid buku. Setidaknya ini bisa menjadi bahan acuan tim penilai untuk
mempelajari upaya-upaya yang dilakukan pemda Rejang Lebong, sebelum nanti dicek pada saat
kunjungan ke lapangan. Berdasarkan penilaian sendiri (self assessment) yang dilakukan oleh
Dinkes, dari 260 indikator kabupaten sehat pada 9 kawasan, setidaknya Rejang Lebong telah
mengupayakan pada 233 indikator, atau mencapai 86%, baik berupa pendekatan kebijakan
(aturan perbup/perda/instruksi) maupun aksi nyata dalam bentuk gerakan dan kegiatan
kemasyarakatan, sebagaimana bisa dilihat dalam tabel berikut :

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 88


Tabel Rekap Pemenuhan Indikator per Kawasan/Tatanan

Rekapitulasi indikator
Kawasan /Tatanan Penilaian
Jumlah Ya/ada % ya/ada
1. Kawasan pemukiman dan sarana/prasarana umum 53 48 91 %
2. Kawasan sarana lalu lintas dan tertib transportasi 19 16 84 %
3. Kawasan pariwisata sehat 18 15 83 %
4. Kawasan industri dan perkantoran sehat 20 18 90 %
5. Kawasan pertambangan sehat 16 12 75 %
6. Kawasan hutan sehat 18 16 89 %
7. Ketahanan pangan dan gizi 17 15 88 %
8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri 80 69 86 %
9. Kehidupan sosial yang sehat 19 14 74 %
Jumlah dipenuhi 260 223 86 %

Direncanakan, ada 3 pilihan desa yang ditawarkan untuk dikunjungi tim penilai, yaitu desa Air
Lanang yang telah berhasil menyelesaikan pemenuhan air bersih melalui gotong royong
perpipaan, sudah 100% masyarakat BAB di jamban dan adanya program hutan kemasyarakatan.
Desa berikutnya adalah Tanjung Beringin yang juga desa yang cantik penampilannya dan sudah
memenuhi sendiri air bersihnya. Desa yang ke 3 adalah desa Mojorejo, yang merupakan desa
sadar wisata.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 89


66. Puskesmas Sambirejo Launching Buletin
Mingguan “Pesta”
Dipublikasi pada Senin, 13 Juni 2011 oleh sutanto

Ditengah kepadatan interaksi, beragamnya sarana informasi, serta kemudahan berkomunikasi


ternyata tak serta merta membuat setiap pesan yang disampaikan menjadi semakin mudah
terpahami. Bukan semata dengan khalayak ramai yang memang aslinya terdiri dari beragam
individu dengan latar belakang aneka rupa, bahkan dengan sesama mitra kerja sekalipun bukan
tak mungkin terdapat kesalahan dalam menyampaikan atau menerima pesan.

Mengantisipasi hal tersebut, pada tanggal 13 Juni 2011 pukul 08.00 WIB bertempat dilapangan
Puskesmas Sambirejo, telah dilaksanakan Launching Buletin Mingguan „PESTA‟ yang
diresmikan langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Sambirejo, Bapak Sutanto, S.Kep dan
disaksikan oleh seluruh staf, Bidan desa dan Pustu serta masyarakat sekitar, sebagai salah satu
program Inovasi Puskesmas Sambirejo .

Satu-satunya Buletin Mingguan resmi yang diterbitkan oleh Puskesmas di Kabupaten Rejang
Lebong ini –Bahkan juga di Propinsi Bengkulu- dimaksudkan sebagai salah satu sarana dalam
berbagi Informasi dan memudahkan komunikasi antara Puskesmas Sambirejo dengan semua
mitra kerja dan jaringannya yang terdiri dari unsur pemerintahan dan PKK tingkat Kecamatan
dan Desa/Kelurahan, Risma dan Karang Taruna, Bidan Desa dan Pustu, Sekolah baik guru
maupun siswa, Kader Posyandu maupun Desa siaga serta masyarakat umum khususnya yang
berada di 6 Desa/Kelurahan diwilayah kerja Puskesmas Sambirejo.

Adapun nama „PESTA‟ merupakan singkatan dari Puskesmas Kita yang memiliki makna
filosofi menjadikan Puskesmas Sambirejo sebagai milik bersama sehingga semua unsur yang
terkait didalamnya baik secara langsung maupun tidak merasa terlibat dan ikut bertanggung
jawab terhadap perkembangan Puskesmas ini, tentu sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas
masing-masing.

Meski terlihat sederhana, Buletin ini cukup padat dalam memberi beragam informasi yang
dikemas dengan bahasa yang „renyah‟ dan mudah dimengerti. Pemilihan kata serta susunan
bahasa yang digunakan redaksi membuat buletin ini terasa begitu rugi jika hanya dibaca sekali.
Pada edisi perdana yang dicetak terbatas, bulletin ini mengulas aneka info seperti tips sehat, info
seputar Puskesmas Sambirejo termasuk agenda dalam pekan ini, serta sebuah halaman yang
berisi ruang bagi para mitra untuk memberi masukan berupa kritik, saran ataupun pertanyaan
seputar masalah kesehatan maupun pelayanan dan program kesehatan Puskesmas Sambirejo
melalui sms ke nomor 085267636299.

Bagi Puskesmas Sambirejo sendiri, launching Buletin „PESTA‟ ini hanyalah salah satu dari
rangkaian program inovasi dari Puskesmas yang memang memiliki motto “Terus berinovasi
demi bakti pada negeri” yang terus dilakukan dalam beberapa waktu terakhir, adapun beberapa
program inovatif lain yang juga telah dilakukan oleh diantaranya:

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 90


1. Program Kemitraan yang diawali dengan kemitraan antara seluruh Bidan dan dukun bayi
diwilayah Puskesmas Sambirejo, selanjutnya program ini terus berkembang dengan unsur
kemitraan yang lebih luas dengan melibatkan pengobat tradisional, dukun, paranormal,
serta organisasi yang terdapat dimasyarakat seperti Risma (Remaja Islam Masjid)
Kecamatan Selupu Rejang, Panti Asuhan Anak Sholeh, Sekolah baik SD maupun SMP,
Kelompok Tani bahkan juga Tim Penggerak PKK baik tingkat Kecamatan maupun Desa.
2. Perubahan tampilan fisik Puskesmas yang dulu identik dengan warna putih, sejak awal
tahun ini Puskesmas Sambirejo tampil dengan warna „berani‟, hijau diluar dan kuning
didalam. Tak hanya itu, untuk meningkatkan pelayanan pada klien, begitu memasuki
Puskesmas Sambirejo kita dibawa seakan berada di didalam sebuah bank nasional
terkemuka! Ini karena tampilan ruang pendaftaran yang telah dibuat sedemikian rupa
disamping resepsionis yang ramah dan full senyum, sampai ada yang khawatir jika ada
Malinda Dee disini!
3. Untuk meningkatkan Kedisiplinan Pegawai dan Staf Puskesmas Sambirejo, sejak tanggal
2 Mei 2011, sembari memperingati hari pendidikan nasional, telah diadakan sebuah
perubahan yang cukup bersejarah bagi Puskesmas ini, yaitu bahwa sejak pertama berdiri
akhirnya Puskesmas Sambirejo resmi melakukan apel pagi dan siang secara rutin dan
kontinyu setiap hari. Bisa jadi hal ini juga akan menjadi catatan sejarah bagi Kabupaten
Rejang Lebong bahwa inilah satu-satunya Puskesmas yang bukan dikota tapi terbukti
bisa apel pagi dan siang sekaligus!

Pada akhirnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa setiap perubahan itu pastinya membawa tak
hanya dampak positif saja, tetap terbuka peluang untuk kemungkinan lain, karenanya evaluasi
dan instropeksi diri adalah 2 hal yang tak boleh terabaikan. Begitupun hal tersebut mestinya
tidak menyurutkan semangat berkreativitas kita, ada sebuah istilah klasik yang menyebutkan
„untuk menjadi lebih baik kita harus harus ada perubahan, walaupun tidak semua perubahan
itu akan membuat kita menjadi lebih baik‟. Jika dikemudian waktu ditemukan begitu banyak
kelemahan atau kekurangan disini, bisa jadi kritik dan saran anda akan menjadi solusi paling
mumpuni.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 91


67. Bimtek Terpadu : Sambung Rasa dengan
Karyawan Puskesmas
Dipublikasi pada Jumat, 17 Juni 2011 oleh tri ms

Minggu ini ada 4 puskesmas luar


kota yang kami kunjungi, yaitu
puskesmas Kota Padang dan
Sindang Beliti Ilir (dikunjungi
Senin, 13/6) dan puskesmas
Sindang Jati dan Sindang
Dataran (dikunjungi Kamis, 16/6).
Minggu sebelumnya, kami
mengunjungi puskesmas di
wilayah dekat kota, yaitu
puskesmas Simpang Nangka, kecamatan Selupu Rejang. Berhubung ada beberapa agenda
pertemuan di pemda, mohon maaf jika kedatangan tim ke puskesmas sudah agak siang (di atas
jam 12). Bahkan di puskesmas SBI dan Sindang Dataran pertemuan dengan karyawan
dilakukan di atas jam 14.00. Namun sekali-kali ya dimaklumi, karena perjalanan ke lokasi
setidaknya membutuhkan waktu 1 jam lebih, dan bagi karyawan puskesmas pulang agak sore
sekali waktu mestinya tidak menjadi persoalan.

Karena jadwal kunjungan sudah diberitahukan sebelumnya, maka hampir seluruh puskesmas
yang dikunjungi, karyawannya sudah menunggu dan bahkan mempersiapkan konsumsinya
dengan luar biasa, setidaknya tidak seperti hari-hari biasa. Berikut ini beberapa catatan terkait
dengan dialog tim dengan karyawan puskesmas.

Masalah absensi dan kehadiran karyawan puskesmas : dari 5 puskesmas yang dikunjungi,
ternyata tidak melaksanakan apel pagi dan siang. Kecuali puskesmas Kota Padang yang jam
pelayanannya buka 24 jam (puskesmas rawat inap), 4 puskesmas lainnya, karyawan masuk jam 8
lebih dan pulang kurang dari jam 1 siang. Beberapa karyawan, lebih sibuk dengan pelayanan di
rumahnya, padahal dia seorang PNS. Ini harus segera diperbaiki. Kapus, KTU dan karyawan
harus berkomitmen bahwa kehadiran lebih pagi dan pulang lebih siang dipuskesmas sangat
penting (standarnya masuk jam 07.30 dan pulang jam 14.00). Satpol PP yang ada (seperti di
Simpang Nangka) harus bisa membantu menegakkan disiplin kehadiran karyawan, dan
melaporkan absensi karyawan ke Dinkes.

Masalah pelayanan pasien : pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat nampak dari jumlah
kunjungan pasien ke puskesmas. Rata-rata kunjungan pasien di 5 puskesmas yang kami kunjungi
kurang dari 10 orang per hari. Hal ini sangat memprihatinkan. Masyarakat yang sakit lebih
memilih ke pelayanan swasta, atau mengunjungi karyawan puskesmas yang praktek pada sore
hari. Sia-sia pemerintah membangun megah puskesmas, yang harus bersaing dengan pelayanan
pribadi (di luar jam kerja) petugas puskesmas.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 92


Sepertinya, di puskesmas Simpang Nangka harus ada terobosan agar masyarakat tertarik
mengunjungi puskesmasnya, bukan ke rumah petugasnya!. Standar Depkes agar 1 nakes
melayani 5 pasien sangat jauh terpenuhi, bahkan sebaliknya, di Simpang Nangka 5 nakes
melayani 1 pasien. Terlalu banyak nakes yang bertugas di Simpang Nangka (sekitar 30 an
orang), dan tidak ada yang mau menempati rumah dinas (ada 4 rumah dinas di samping
puskesmas). Solusinya, harus membuat kegiatan inovatif, jemput bola, dan bilamana perlu jam
pelayanan dibuka sampe sore hari, dan ada shift/piket petugas. Rumah dinas dimodifikasi jadi
tempat pelayanan Jampersal dan pelayanan-pelayanan inovatif lainnya.

Di sisi lain, problem puskesmas di luar kota Curup, adalah terbatasnya jumlah petugas. Di SBI,
Kota Padang, Sindang Jati dan Sindang Dataran, yang lokasinya sekitar 1 jam perjalanan dari
kota Curup, jumlah karyawannya di bawah 20 orang, dan yang jadi persoalan tidak ada perawat
gigi, analis dan petugas kesling. Sebenarnya, awalnya petugasnya sudah ada, namun dengan
“berbagai upaya”, petugas yang bersangkutan bisa pindah ke puskesmas perkotaan. Dokternya
di 4 puskesmas tersebut (3 PTT dan 1 PNS) dan beberapa petugas tinggal di kota Curup, dan
kehadirannya ke puskesmas tidak penuh 6 hari. Meski demikian, pelayanan yang cukup kreatif
dilakukan di Kota Padang, yaitu ada program jemput pasien dengan mobil puslingnya, agar
melahirkan di puskesmas dengan pelayanan gratis (dijamin Jampersal). Kami sangat salut dan
mengapresiasi kepada petugas puskesmas yang sejak diterimanya SK CPNS hingga kini (bahkan
ada yang sudah 20 tahun, meski bukan penduduk asli), tetap mengabdi di puskesmas luar kota.

Terkait dengan pelayanan di puskesmas luar kota, obat-obat emergensi dasar seperti VAR, ATS
dan ABU (Anti Bisa Ular) diusulkan agar memadai stoknya, dan kalau ada kedaruratan tidak
perlu mengambil di Instalasi Farmasi. Ketersediaan air masih menjadi masalah di puskesmas SBI
dan Sindang Dataran, selama ini hanya memanfaatkan penampungan air hujan. Proyek perpipaan
air bersih melalui CWSHP belum menjangkau puskesmas. Sementara di puskesmas Kota Padang
banyak peralatan yang menumpuk, sehingga beberapa alat resusitasi untuk bantuan pernafasan
(bantuan dari Dinkes Propinsi) dan insenerator akan direlokasi ke puskesmas Curup.

Dari kunjungan bintek ini, diharapkan ada spirit perubahan pada tingkat manajerial (Ka
puskesmas dan KTUnya), sehingga menjadi motor penggerak untuk perbaikan citra puskesmas
yang BERSERI (Bersih, Ramah, Responsif, Informatif). Masukan-masukan yang telah
disampaikan dalam bintek ini akan ditindaklanjuti oleh bidang terkait.

Banyaknya durian yang dijual di pinggir jalan di wilayah Lembak, membuat kunjungan bintek
ini sangat enjoy, rekan-rekan puskesmas telah memilih durian yang terbaik untuk oleh-oleh
kunjungan kami. Trims, semoga silaturahmi ini bermanfaat bagi kita semua.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 93


68. Rabies Center Air Bang Launching “Peneng”
(Penanda divaksin)
Dipublikasi pada Sabtu, 25 Juni 2011 oleh sri muliyanti

Kelurahan Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 20 Juni


2011 melaksanakan Pertemuan sosialisasi kasus Gigitan Hewan
Penular rabies yang dihadiri oleh 40 orang peserta yang terdiri dari
seluruh perangkat RT dan RW serta dari Dinas Kesehatan diwakili
oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit Syamsir.SKM.MKM dan
Puskesmas Perumnas oleh Petugas Rabies Puskesmas ibu bidan
Sani dan perwakilan dari kecamatan Kasie Kesra yang langsung
dibuka oleh Ka.kelurahan Air Bang Syamun Siregar.

Pertemuan tersebut dilatar belakangi dengan tingginya kasus gigitan hewan penular rabies
terutama anjing. Untuk itulah masyarakat Kelurahan Air Bang berinisiatif membentuk Rabies
Center Air Bang dengan ketuanya Bapak SUPONO

Adapun agenda kegiatan meliputi :

1. Pendataan semua Hewan penularRabies di Kelurahan Air Bang


2. Vaksinasi masal setelah pelaksanaan pendataan HPR
3. Memberikan Peneng /tanda bagi anjing yang di vaksin
4. Mengusulkan Eliminasi / pemusnaan anjing liar kepeternakan
5. Membuat Perdes tentang tata pemeliharaan HPR ( Hewan Penular Rabies) di
Kelurahan Air Bang

Selanjutbya kedepan Rabies Center Kelurahan Air Bang tidak hanya bergerak dalam
penanganan kasus rabies melainkan akan dikembangkan menjadi Rabies Center plus (dengan
tambahan eliminasi Flu Burung). Sehingga bermasalahan penyakit menular terutama rabies dan
flu burung dapat dilaksanakan secara terpadu dengan memberdayakan masyarakat sendiri
sehingga bersama kita atasi penyaki menular bukan sebagai selogan melainkan dapat terealisasi
di kelurahan Air Bang .

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 94


69. Press Release Bupati pada Peringatan HTTS
Dipublikasi pada Rabu, 1 Juni 2011 oleh tri ms

Setiap tanggal 31 Mei, seluruh dunia


memperingati World No Tobacco Day
atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia
(HTTS), sebagai upaya mengurangi
konsumsi tembakau demi peningkatan
kesehatan manusia. Ya, menurut WHO,
rokok telah menjadi ancaman serius bagi
resiko gangguan kesehatan, terutama
kanker paru, gangguan reproduksi dan
penyebab kematian no 1 karena sakit
jantung. Di Rejang Lebong, tanggal 31
Mei diperingati dengan cara sejumlah
karyawan Dinkes keliling kota Curup
mengajak agar tanggal 31 Mei tidak ada
aktifitas merokok. Kemudian, bertempat di ruang rapat bupati, dilakukan keterangan pers Bupati
Rejang Lebong dengan didampingi ketua DPRD, Sekda dan Kadinkes, terkait kebijakan
Kawasan Dilarang Merokok di RL. Dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen
untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh perkantoran, terutama di 7
Kawasan Dilarang Merokok, sebagaimana yang tercantum di Perbup No 20/2007.

Hadir pada acara tersebut rekan-rekan wartawan dari Bengkulu Ekspress (Okta dan Rizal),
Rakyat Bengkulu (Zoel), TVRI (Hasan Basri), Radar Pat Petulai (Iman), Radar Bengkulu
Utara (Sanca), dan Linggau Pos (Samsul Muarif). Juga hadir Direktur RSUD, Ka
Badan/Instansi, Kepala Sekolah, Ketua MUI dan para mahasiswa Akper. Setelah keterangan pers
Bupati, dilanjutkan dengan tanya jawab. Beberapa wartawan menanyakan tentang sangsi bagi
mereka yang melanggar perbup No 20/2007, dan dijawab pak Bupati kepada pegawai yang
merokok di KTR akan dikenakan teguran. Berkaitan dengan adanya baliho rokok di tengah kota,
nantinya akan dirapatkan agar bisa diletakan di luar kota. Di pintu masuk pemda nantinya akan
dipasang tulisan “Anda memasuki Kawasan Dilarang Merokok”. Jawaban-jawaban Bupati
terhadap beberapa pertanyaan, menunjukkan komitmennya guna mewujudkan KTR di seluruh
perkantoran dan sekolah di RL. Acara dilanjutkan dengan penandatanganan plakat komitmen,
dimulai Bupati dan Ketua DPRD, dilanjutkan dengan pejabat yang hadir. Kemudian dibantu
mahasiswa Akper, plakat tersebut dibawa ke ruang pejabat dan anggota DPRD, agar mereka mau
menandatangani komitmen tersebut.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 95


Bupati didampingi Ketua DPRD menandatangani plakat komitmen mewujudkan Kawasan Tanpa
rokok (KTR) di pemda Rejang Lebong dan DPRD.

Berikut ini keterangan pers Bupati secara lengkap :

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Yang saya hormati

 Ketua DPRD Rejang Lebong dan pejabat di lingkungan pemda RL


 Rekan-rekan wartawan se kabupaten Rejang Lebong

Puji syukur senantiasa tak putus-putusnya kita panjatkan ke hadirat allah swt, karena hanya
dengan rahmat dan hidayah-nya, telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua
dalam rangka menyambut HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA yang jatuh pada hari selasa,
tanggal 31 mei 2011.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW
beserta, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Rekan-rekan pers yang saya hormati,

Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia,
serta salah satu dari tiga faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
bersama pendidikan dan pendapatan. Sabda Nabi : jagalah sehatmu, sebelum jatuh sakitmu,
sangat relevan dengan yang kita bicarakan pada hari ini, di mana mencegah lebih baik sebelum
kita terjerumus kepada keadaan yang lebih merugikan kita semua. Saya sampaikan hal ini,
karena saya sangat prihatin dengan tingginya jumlah perokok di Indonesia.

Situasi perokok di Indonesia, memang sangat memprihatinkan. Di negeri ini produsen


mengeksploitasi potensi adiksi atau ketergantungan pada rokok dan memanipulasi kesadaran
SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 96
publik dengan berbagai cara seakan-akan merokok itu aman. Namun, kita juga mengakui bahwa
pemerintah masih kurang gencar melakukan sesuatu yang berarti untuk menekan laju
pertambahan perokok. Meski pemerintah kita termasuk dari 192 negara yang sudah menyepakati
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), dan mengadopsinya dalam peraturan
pemerintah no 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, namun belum ada
kebijakan pemerintah yang signifikan dalam mengurangi jumlah perokok.

Keprihatinan kita sangat beralasan, karena Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam
jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000
orang dari penduduk indonesia merokok. Sementara, berdasarkan survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 63 persen laki-laki perokok dan 5 persen perempuan perokok.

Jumlah perokok pun terus meningkat. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas),
pada 2003 persentase jumlah penduduk indonesia yang merokok 32 persen dan pada 2004
menjadi 34,5 persen, dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 38,6 %. Sementara di
negara maju jumlah perokok semakin menurun. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan
kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan
kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang
ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi
yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru.

Situasinya bahkan semakin rumit dengan adanya strategi persuasif yang dikendalikan industri
rokok dan industri iklan serta pendekatan reedukatif yang diciptakan oleh industri rokok untuk
membentuk citra di tengah masyarakat bahwa industri rokok adalah industri yang murah hati
melalui berbagai sponsor (sponsor olahraga, sponsor musik, dll). Kebiasaan merokok juga
menjadi ”madu” bagi pemerintah, di mana pendapatan cukai rokok (2009) 49 triliun, belum di
sektor pertanian dan tenaga kerja. Namun menurut seorang pakar kesehatan, biaya kesehatan
akibat merokok yang ditanggung pemerintah dan masyarakat 2 kali lipatnya atau sekitar 98
triliun.

Di sisi lain, kita merasa gelisah dengan kondisi yang terjadi, khususnya pada masyarakat yang
tidak mampu, di mana sebagian besar penghasilan habis terpakai untuk membeli rokok. Seorang
perokok yang berpenghasilan Rp 50.000 sehari bisa menghabiskan Rp 20.000 atau lebih untuk
rokok. Sisanya untuk membeli makanan bagi anak dan istri. Hal semacam ini yang justru
membuat anak-anak balita kekurangan gizi, dan banyak anak putus sekolah. Sesungguhnya,
rokok tak berbeda dengan narkotika. Bila sudah kenal tembakau atau rokok biasanya susah untuk
berhenti untuk tidak menghisapnya lagi, sama seperti kecanduan ganja atau morpin. Coba
perhatikan kalau lagi tidak merokok, secara fisiologis badan meriang dan tidak nyaman, ini mirip
gejala putus obat atau abstinensi atau ”sakau” pada pecandu narkotika yang mana secara
fisiologis tubuhnya perlu narkotika

Menurut WHO, seandainya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan
untuk kepentingan kesehatan, makanan dan pendidikan, niscaya bisa memenuhi kesejahteraan
manusia di muka bumi. Anak-anak kita akan lebih bergizi dan berpendidikan lebih baik, kalau
orang tuanya tidak merokok.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 97


Rekan-rekan wartawan yang berbahagia

Berangkat dari pemikiran seperti yang saya kemukakan tadi, pemda Rejang Lebong berniat
untuk mengurangi atau menekan jumlah perokok di daerah kita, meski baru sebatas membatasi
kawasan untuk merokok. Kawasan tanpa rokok diperlukan sebagai usaha mengurangi dampak
polusi rokok bagi mereka yang tidak merokok . Ini paling tidak untuk membatasi atau
mengurangi jumlah perokok, sebagaimana tertulis pada pasal 22 PP nomor 19 tahun 2003
tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Sementara pada pasal 25 dari PP tersebut
menyebutkan agar pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22, di wilayahnya.

Atas dasar pasal 25 inilah maka pemda Rejang Lebong mulai memelopori adanya kawasan
tanpa asap rokok di wilayah Rejang Lebong sehingga pada tahun 2007 telah dibuat :

Peraturan bupati RL no 20 tentang kawasan tidak merokok di RL tahun 2007

Tujuan dari peraturan ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang
disebabkan merokok dan menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula serta
meningkatkan produktivitas kerja yang optimal

Untuk sementara yang menjadi target pelaksanaan kawasan tanpa rokok dimulai di 7 tempat
ruangan tertutup (indoor building) di

1. Pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya),
2. Tempat proses belajar mengajar (sekolah)
3. Tempat kerja (kantor pemerintah dan swasta).
4. Arena bermain anak-anak (paud/tk)
5. Di angkutan umum
6. Tempat-tempat umum (terminal, restoran, arena perdagangan)
7. Tempat ibadah.

Setelah berjalan selama 4 tahun, ternyata Peraturan Bupati No 20 tahun 2007 ini tidak dapat
berjalan dengan baik, tanpa komitmen/dukungan dari semua lapisan masyarakat, khususnya kita
semua yang sempat hadir pada acara hari ini. Oleh karenanya pada hari ini, seluruh pejabat di
lingkungan pemda serta anggota dewan menanda tangani komimen untuk mewujudkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), terutama di lingkungan perkantoran. Merokok tidak kita
larang, sepanjang tidak di kawasan dilarang merokok di dalam ruangan tertutup.

Demikian keterangan pers saya dalam rangka menyambut hari tanpa tembakau sedunia tanggal
31 Mei 2011.Wabillahitaufik walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Curup, 31 Mei 2011

Bupati Rejang Lebong

Suherman, SE, MM

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 98


Liputan Keterangan Pers Bupati Rejang Lebong pada Saat Hari Tanpa tembakau Sedunia, 31
Mei 2011

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 99


70. Program Dinkes Membantu Sarana Air Bersih
untuk 43 Desa di Rejang Lebong
Dipublikasi pada Minggu, 3 Juli 2011 oleh tri ms

CWSHP (Community Water Services


and Health Project) merupakan
kegiatan kemitraan antara Dinkes RL
dan masyarakat yang dilaksanakan
secara lintas sektor dan lintas program.
Kegiatan yang dalam pendanaannya
dibantu dari ADB (Asian Development
Bank) ini, dalam pelaksanaannya
mengedepankan pemberdayaan
masyarakat, dan melibatkan
masyarakat sejak pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengoperasian, dan
monitoring-evaluasi. Di kabupaten
Rejang Lebong CWSHP sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 2008, dan
hingga kini (2011) telah melaksanakan kegiatan peningkatan akses masyarakat terhadap air
bersih dan sanitasi dasar di 43 desa dari targetnya 46 desa.

43 desa yang mendapatkan pembiayaan air bersih dengan dana sekitar 250 juta per desa tersebut
tidak dilaksanakan secara serentak, namun bertahap. Hal ini karena pelaksanaannya memerlukan
beberapa tahap dari sosialisasi, pembentukan tim kerja, perencanaan dan pemeliharaan paska
proyek, sehingga perlu pengorganisasian di tingkat masyarakat, dengan dibantu konsultan desa
(namanya CF, atau Community Fasilitator). Dari total 43 desa tersebut, tahun 2008 bisa
diselesaikan 4 desa, tahun 2009 diselesaikan 5 desa, 2010 meningkat menjadi 14 desa dan pada
tahun 2011 digarap pada 16 desa. Pemilihan desa yang mendapat kegiatan CWSHP dilakukan
berdasarkan survei di mana di desa tersebut tersedia sumber air yang layak untuk dimanfaatkan
oleh seluruh warga desa. Juga adanya kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam hal
biaya (4% dari jumlah dana) serta mau bergotong royong untuk pengerjannya. Dengan adanya
dana kontribusi dari masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat ikut merasa memiliki fasilitas
sarana air bersih tersebut, sehingga jika ada kerusakan akan menjadi tanggung jawab bersama.

Umumnya yang dikerjakan dari kegiatan CWSHP terkait dengan air bersih adalah pemasangan
perpipaan dari suatu sumber mata air, kemudian dialirkan ke beberapa bak penampungan yang
dibuat keran umum atau hidran umum. Di samping itu juga di beberapa sekolah lokasi desa
CWSHP dibuat bak sampah, tempat cuci tangan, WC sekolah, WC masjid dan sarana sanitasi
lainnya. Jika di desa tidak tersedia mata air, maka dibuat sumur gali, sebagaimana di desa
Tanjung Sanai, yang dibangun 36 sumur gali untuk sarana air bersih desa tersebut.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 100


Setelah pengerjaan perpipaan selesai, maka pengelolaan selanjutnya dikerjakan oleh Badan
Pemelihara Sarana (BPS) yang dibentuk oleh desa, yang diharapkan bisa mengorganisir
pendistribusian air bersih dan pemeliharaanya, layaknya PDAM. BPS ini dibolehkan mengelola
iuran masyarakat yang memanfaatkan air bersih, dan dananya untuk pengembangan dan
perawatan jaringan. Dengan adanya air bersih tersedia di rumah, diharapkan kebiasaan
masyarakat BAB di sungai tidak ada lagi, dan masyarakat terpacu untuk membuat jamban sehat
di rumah. Sehingga adanya kegiatan CWSHP akan meningkatkan kepemilikan jamban sehat di
desa, dan menurunkan insiden penyakit karena masalah lingkungan, seperti diare, kecacingan,
penyakit kulit, dan penyakit perut lainnya.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 101


71. Rabies Center Air Bang Melaksanakan
Vaksinasi Anti Rabies bagi HPR
Dipublikasi pada Minggu, 10 Juli 2011 oleh sri muliyanti

Rabies Center Air Bang Kecamatan Curup Tengah tanggal 8


juli 2011 pada Pukul 14 s/16 Wib ( sore ) yang diketuai
Supono ,melaksanakan Vaksinasis Anti Rabies bagi seluruh
Pemilik Hewan Penular rabies terutama Anjing, Kegiatan ini
kerjasama antara Masyarakat dan Puskesmas Perumnas serta
Dinas Peternakan Kab.Rejang Lebong yang dilaksankan di
Kelurahan Air Bang.

Kegiatan ini merupakan agenda kegiatan rabies Center


Kelurahan Air Bang yang bertujuan Memberi kekebalan
terhadap semua Hewan Penular rabies terutama Anjing di
Kelurahan Air Bang guna terhindar dari penyakit Rabies

Kegiatan ini disambut baik oleh masyarakat dengan terbukti banyaknya anjing yang terjaring
dan mendapatkan vaksin sebabyak 112 ekor dan adanya dukungan dari Ka kelurahan Rizkan
Syamun dan perangkatnya yang mengikuti pelaksanaan kegiatan sampai dengan selesai.

Adik- adik KKN – UNIB pun turut serta membantu petugas Pelaksana vaksin dengan melakukan
Pencatatan dan membantu penyematan Peneng atau penanda Vaksin bagi setiap anjing yang
telah di vaksin tak lupa juga petugas Puskesmas Rosani SKM yang dengan kesabarannya
membimbing adik – adik KKN Unib memberikan penjelasan tentang apa apa yang harus
dikerjakan.

Dukungan secara spontan dilakukan pula oleh


Ka.UPT Puskesmas Simpang Nangka Abdul
Raup SKM yang pada waktu pelaksanaan
melintas di Kelurahan Air Bang . Dengan
Keiklasan nya mengajak pengurus rabies Center
berkeliling Air Bang dengan Pusling yang
dikendarainya untuk melakukan pemberitahuan
dan ajakan kepada masyarakat untuk segera ke
Kantor Lurah Air Bang, untuk mengikuti
kegiatan Vaksinasi dan alhasil setelah
pemberitahuan tersebut manyarakatpun
berbondong – bondong membawa anjing ke
Balai Desa Suatu strategi baru yang bisa
dikembangkan untuk kegiatan rabies Center selanjutnya.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 102


72. Serunya Outbound Puskesmas Curup dan
Perumnas
Dipublikasi pada Selasa, 19 Juli 2011 oleh tri ms

Sebagaimana telah menjadi komitmen


Kadinkes RL, Drs Tri MS, Apt, DSc, tahun
ini beberapa puskesmas akan didorong untuk
menjadi rintisan puskesmas berstandar
internasional, menuju pelayanan yang berseri
(bersih, ramah, responsif dan informatif).
Salah satu bentuknya adalah merubah
mindset petugas/karyawan menjadi PNS yang
berkualitas, kompak, penuh dedikasi dan
berkepribadian menarik, yang dengan senang
hati melayani masyarakat di bidang
kesehatan. Salah satu terobosannya adalah
melakukan outbound karyawan, sebagai
upaya untuk meningkatkan kebersamaan, kegairahan dan komitmen pelayanan. Dua puskesmas
yang terpilih dan layak untuk diprioritaskan untuk mengikuti outbound adalah puskesmas
Perumnas dan puskesmas Curup, yang diharapkan kedepannya 2 puskesmas ini akan menjadi
model puskesmas tersertifikasi ISO. Outbound kali ini bertema : Membangun komitmen
bersama, satukan tekad menyehatkan rakyat. Seperti biasanya, outbound ini difasilitasi oleh
Lembaga Pengembangan Pribadi “Corien Centre”, Bengkulu, yang telah sering bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan.

Outbound yang dibuka oleh Kadinkes RL diikuti sekitar 100 orang dari karyawan puskesmas
Curup dan Perumnas, dilaksanakan selama 2 hari (16 – 17 Juli 2011) di BLKM Cawang, Curup.
Sebagian karyawan menginap, sebagian yang lain pulang setelah acara malam. Setelah
pembukaan oleh Kadinkes, kemudian beliau menyampaikan presentasi tentang pentingnya
belajar dari alam, yaitu belajar dari angsa saat terbang berkelompok. Di sini ada pembelajaran di
mana sangat pentingnya kekompakan, adanya pemimpin yang saling mengisi dan ada
penyemangat di kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan presentasi beliau tentang
Puskesmas Berseri, yang merupakan upaya untuk mewujudkan puskesmas yang berkualitas dan
berstandar internasional.

Setelah acara di kelas, malam harinya dilanjutkan dengan acara api unggun dan permainan
berkelompok.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 103


73. Sepenggal Kisah Menuju ODF di Desa Air
Lanang
Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi

Desa Air Lanang termasuk salah satu desa di wilayah Kecamatan Curup Selatan Kabupaten
Rejang Lebong yang juga merupakan salah satu desa sasaran Program CWSHP di Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2009 bersama dengan 6 desa lainnya.

Seperti halnya dengan desa-desa sasaran Program CWSHP lainnya, Desa Tanjung Beringin juga
melaksanakan kegiatan di Bidang Kesehatan dimana salah satunya adalah kegiatan CLTS
(Community Led Total Sanitation) atau yang lebih dikenal dengan program STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat). Dengan difasilitasi oleh tim Konsultan Kabupaten (DST) dan juga
Tim Fasilitator Masyarakat (CFT) program CLTS mulai berjalan yang diawali dengan
penggalian data melalui kegiatan MPA-Phast, dari data awal yang diperoleh sebanyak 35 % KK
belum memiliki akses terhadap jamban keluarga.

Berdasarkan data awal tersebut dilakukan kegiatan mapping (pemetaan) terhadap kondisi sosial
masyarakat yang melibatkan masyarakat dengan menggunakan metode Transect Walk. Setelah
itu masyarakat diajak untuk berkumpul mengikuti kegiatan pemicuan melalui bentuk permainan
yang difasilitasi oleh fasilitator. Pemicuan ini bertujuan untuk menggugah rasa malu, rasa jijik
dan rasa berdosa jika belum memiliki jamban, sehingga timbul kesadaran untuk membangun
jamban walaupun sederhana atau plengsengan (jamban cemplung), pemicuan ini membuahkan
suatu kesepakatan dan tekad masyarakat untuk membangun jamban.

Pemicuan CLTS Desa Air Lanang

Sebagai Akselerasi (percepatan) tercapainya tujuan dari Program ini dilakukan kegiatan cetak
jamban secara swadaya oleh masyarakat, hal ini tentunya sangat menguntungkan dari segi
ekonomis karena dengan material 1 sack semen dengan harga dipasaran berkisar Rp. 50.000
dapat dijadikan 7-8 kloset yang harganya berkisar Rp. 50.000 – Rp. 80.000 dipasaran, mereka
dengan antusias secara bergotong royong mencetak kloset tersebut. Alhasil pada saat ini seluruh
masyarakat di desa Air Lanang pada saat ini telah memiliki jamban, walaupun sebagian besar

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 104


berbentuk jamban plengsengan (cemplung), sehingga sangat wajar jika predikat desa bebas
buang air besar sembarangan atau Open Defacation Free (ODF) dapat diberikan kepada desa Air
Lanang. Keberhasilan masyarakat mencapai desa ODF ini secara secara resmi ditandai dengan
deklarasi ODF oleh masyarakat di hadapan Bupati Rejang Lebong, pada acara Hari Kesehatan
Nasional (HKN) pada tanggal 12 November 2009 di Kantor Pemerintah Daerah Kab. Rejang
Lebong, bersama dengan 5 desa program CWSHP lainnya yaitu desa : Desa Suka Datang,
Cawang Lama, Mojorejo, Kali Padang dan Desa Belitar Seberang, ditambah dengan Desa
Sukarami yang merupakan desa non CWSHP yang dibantu dan difasilitasi oleh Fasilitator
CWSHP dalam pelaksanaan kegiatan CLTS nya.

Pada tanggal 08 Oktober 2010, Desa Air Lanang juga mendapat kunjungan dari ti m CPMU
(Central Project Manegement Unit) dan Dirjen P2PL Kemenkes RI, untuk meresmikan desa Air
Lanang menjadi desa ODF. itulah sepenggal cerita sukses desa Air Lanang yang dengan
keterbatasannya dapat menjadikan desanya menjadi desa ODF.

Diharapkan semangat ODF ini dapat menginspirasi seluruh desa di Kabupaten Rejang Lebong,
tidak hanya melalui program CWSHP, namun hal ini memerlukan peran serta berbagai pihak
terutama sanitarian puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dimasyarakat
khususnya upaya Penyehatan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan upaya penguatan kapasitas
sanitarian melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, pertemuan maupun workshop bagi para
sanitarian.

Kegiatan Cetak Jamban


secara Swadaya
Deklarasi ODF pada
Hari Kesehatan Nasional
2009

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 105


74. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil di
Puskesmas Sindang Dataran
Dipublikasi pada Jumat, 22 Juli 2011 oleh tri ms

Hari Rabu, 19 Juli 2011 kemarin, puskesmas Sindang


Dataran melakukan bakti sosial pelayanan kesehatan di
daerah terpencil, yaitu desa Sinar Gunung, yang letaknya
skitar 6 km dari kantor puskesmas atau sekitar 35 km dari
kota Curup. Tempat kegiatan berlangsung di rumah kepala
desa Sinar Gunung, Bp Syahril Apindi. Tenaga kesehatan
yang terlibat seluruhnya berasal dari puskesmas Sindang
dataran yang berjumlah sekitar 21 orang dan dipimpin oleh
kepala puskesmas, Asri SKM. Tenaga yang membantu
tersebut terdiri dari dokter (dr. Elin Maruza Putri), bidan
perawat dan tenaga lainnya. Acara berlangsung dari pukul
09.00 hingga 13.00 dan berakhir dengan makan siang di tempat Kades.

Meski jalan menuju lokasi Desa Sinar Gunung jalannya jelek dan aspalnya sudah hancur di
sana-sini, terutama sepanjang 5 KM dari Bengko hingga Warung Pojok, namun petugas gembira
menjalani kegiatan ini, dengan mengendarai ambulans puskesmas dan sebagian yang lain
menggunakan motor.

Kegiatan ini dibuka oleh Camat Sindang Dataran Bp Fauzi Agung dan dihadiri oleh petugas
kecamatan dan perangkat desa serta masyarakat setempat. Masyarakat yang datang cukup
antusias untuk berobat, dengan keluhan penyakit masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
bagian Atas), kulit, hipertensi, dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 91 orang. Pada acara
tersebut juga dilakukan imunisasi balita untuk 4 orang, sunat 7 orang, pemasangan implant KB
12 orang, suntik KB 5 orang dan pemeriksaan ibu hamil 1 orang.

Berikut foto-foto kegiatan tersebut :

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 106


75. BRI Peduli Kesehatan : Pengobatan Gratis di
Desa Karang Jaya, Selupu Rejang
Dipublikasi pada Sabtu, 23 Juli 2011 oleh andi

Pada hari Rabu, tanggal 19 Juli 2011


di Desa Karang Jaya Kecamatan
Selupu Rejang Lebong, BRI Cabang
Curup dengan Dinas Kesehatan
melaksanakan ”Pengobatan Gratis”
bagi warga desa Karang Jaya dan
sekitarnya. Adapun pengobatan gratis
ini dalam rangka BRI Cabang Curup
menggadakan ”Undian Simpedes
BRI Semester I tahun 2011” yang
bertempat di Pesantern Mifthahul Jannah desa Karang Jaya Kecamatan Seluu Rejang.
Pengobatan Gratis ini melibatkan tenaga medis dari puskesmas Sumber Urip yang berjumlah 9
orang dan dipimpin oleh kepala puskesmas, dr. Syafriani Tarigan dengan 1 orang dokter, 5 orang
perawat, 2 orang bidan dan 1 orang tenaga gizi serta 1 orang dokter dari Puskesmas Sambirejo
(dr. Khaiurl Arifin). Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 13.00.

Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Rejang Lebong Bp. Suherman, SE. MM dan dihadiri oleh
Kepala Cabang BRI beserta staf, undangan dan nasabah BRI setempat. Masyarakat yang datang
untuk berobat umumnya didominasi orangtua atau lansia, dengan keluhan penyakit umumnya
kaum lansia yaitu Reumatik dan hipertensi, tetapi ada juga datang dengan keluhan ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan bagian Atas), sakit pada telinga dll dengan jumlah yang berobat sebanyak 40
orang dengan 37 orang dewasa dan 3 anak-anak.

Pada acara ini juga diadakan penandatanganan kerjasama antara BRI Cabang Curup dengan
Pemerintah Daerah kabupaten Rejang Lebong dan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang
Lebong untuk Dana Pembinaan UKS untuk beberapa sekolah yang ada di Rejang Lebong tahun
2011.

Berikut foto-foto kegiatan tersebut :

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 107


76. Bidan Desa, Cangkul dan Pipa Air
Dipublikasi pada Kamis, 28 Juli 2011 oleh wahyudi

Air adalah kehidupan..ungkapan ini memang


benar adanya, tanpa air hidup gersang tanpa
nyawa. Hal ini sangat terasa di Desa Bandung
Marga Kecamatan Bandung Marga yang juga
merupakan desa lokasi sasaran CWSHP tahun
2010, ini terjadi karena rusaknya sistem
distribusi air bersih di Desa Bandung Marga
yang terjadi hampir 1 minggu di bulan Juli 2011,
kondisi ini tentu saja memberikan imbas bagi
ibu-ibu yang notabene setiap harinya “berusan”
dengan air dalam aktifitas rumah tangga.

Terhentinya pasokan air bersih ke Masyarakat ini disebabkan kerena adanya kerusakan pada
jaringan pipa di sekitar sumber, berdasarkan hal tersebut masyarakat bersama dengan Badan
Pengelola Sarana (BPS) melakukan pemeriksaan dan memang ditemui adanya kerusakan di
sekitar sumber air. Tim Kabupaten sebagai pengelola Program CWSHP di Kabupaten Rejang
Lebong yang juga telah melakukan pemeriksaan ke sumber dan jaringan pipa. untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka masyarakat bersepakat untuk melakukan gotong royong, kegiatan
gotong royong tersebut juga di bantu oleh pihak Puskesmas Bangun Jaya dan Tim Dinas
Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.

Selain melakukan perbaikan kegiatan gotong royong juga bertujuan untuk menimbun pipa yang
belum sempat ditimbun sehingga dapat mencegah rusaknya pipa dan mengamankan pipa dari
gangguan luar. Suatu hal luar biasa yang terjadi adalah turut sertanya ibu-ibu yang dikomandoi
oleh bidan desa dalam kegiatan gotong royong ini, mereka tidak mau ketinggalan ikut serta
untuk mencangkul, mengangkut pipa dan pekerjaan lainnya yang memang bukan pekerjaan
untuk ibu-ibu, namun pekerjaan tersebut dilaksanakan semata-mata karena mereka sangat
membutuhkan air.

Jalur pipa dengan panjang ± 5 Km mereka lalui dengan untuk memeriksa jaringan pipa sekaligus
menimbun pipa, dengan penuh semangat mereka memegang cangkul untuk menimbun pipa,
Bidan Desa yang kesehariannya sangat jarang memgang dengan alat yang bernama cangkul pun
dengan penuh semangat ikut serta mencangkul menimbun pipa.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 108


77. Puskesmas Kampung Delima Membentuk
Rabies Center
Dipublikasi pada Selasa, 26 Juli 2011 oleh sri muliyanti

Tanggal 26 Juli 2011 Puskesmas Kp.Delima


selain melaksanakan kegiatan Penyegaran
Kader juga melaksanakan Kegiatan “
Pembentukan Rabies Center Tingkat
Puskesmas Kp.Delima “ di sisi lain Ruangan
di Puskesmas Kp.Delima . sebelum acara di
mulai peserta yang terdiri dari 20 orang
yakni Ka.Desa/Kelurahan dan Perwakilan
dari Kecamatan Curup Timur serta adik –
adik KKN dari Unib dan Unsri pun ikut
menonton film “ Rabies pada Hewan dan
manusia “ membuat peserta menjadi
terperangah sebegitukah Penyakit Rabies
kalau sudah terjangkit pada Manusia . sehingga ada kometar dari peserta “film tersebut benaran
atau Rekayasa sutradara saja “ ujar salah satu pak kades.

Setelah menonton film dilanjuti dengan materi ”Sosilisasi Penangan Kasus Gigitan Hewan
Penular rabies“ oleh Dinas Kesehatan yang diwakili oleh Ka.Subid Pemberantasan Penyakit
Syamsir.SKM.MKM dan Narasumber dari Dinas peternakan drh.Triano dengan Materi “
Penyakit Rabies “

Dalam kesempatan ini pula Ka.UPT Puskesmsas Sudirto menyampaikan meskipun “ Kita telah
menyaksikan dan mengetahui tentang Rabies hendaklah masyarakat harus tetap berkepala
dingin dan cerdas dalam menghadapi setiap gigitan Hewan penular rabies jangan terlalu
gegabah dan membunuh anjing atau Kucing sama sekali belum terlihat tanda – tanda Rabies
sebaiknya lakukan Obsevasi /Pengamatan bila perlu pemeriksaan specimen karna Bila VAR (
Vaksin Anti rabies ) diberikan kepada bayi /balita yang tidak terindikasi gigitan hewan Rabies
positif rabies VAR itu pun akan berdampak kepada perkembangan Otak bayi /Balita yang tidak
baik “ suatu dilemma yang sering terjadi dimasyarakat

Dari pertemuan tersebut disepakati dan di bentuk Kepengurusan Rabies Center Tingkat
Puskesmas Kp.delima yang di ketuai oleh : Satria Anwar ( dari Kp. Delima ) dan butir – butir
kesepatan yang menarik hasil kesepakat tersebut ditanda tangani oleh seluruh peserta yang
hadir.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 109


78. Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat
(Community Based Solid Waste Management)
Dipublikasi pada Sabtu, 30 Juli 2011 oleh wahyudi

Dalam rangka mencapai predikat Kabupaten Sehat dan Adipura dimana salah satu indikatornya
adalah terwujudnya Kawasan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat di Kabupaten Rejang
Lebong yang ditandai adanya sistem pengolahan sampah yang memadai sehingga dapat
menangani permasalahan sampah masyarakat khususnya sampah yang dihasilkan oleh rumah
tangga. Selain itu dalam rangka pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Lingkungan
(STBM) dimana salah satu pilarnya adalah Pengelolaan sampah dengan benar selain pilar
lainnya yaitu : Tidak Buang air besar sembarangan (Stop BABs), Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT), Pengelolaan sampah
dengan benar, Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan benar. Penghasil sampah terbesar
(lebih dari 50%) adalah rumah tangga, sehingga permasalahan sampah ini tidak hanya
merupakan tanggung jawab instansi pemerintah yang dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup,
Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) dan instansi terkait saja, namun juga seluruh masyarakat
(rumah tangga) yang merupakan produsen sampah terbesar. Penanganan permasalah sampah ini
akan terlaksana jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga
sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang.
Terkait dengan hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan
kegiatan Pengolahan sampah berbasis Masyarakat (Community Based Solid Waste
Management/CBSWM). CBSWM adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan,
disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian
masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan

Prinsip-prinsip CBSWM adalah:

 Partisipasi masyarakat
 Kemandirian
 Efisiensi
 Perlindungan lingkungan
 Keterpaduan

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 110


SISTEM ATAU MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT
(PSBM)

Langkah-langkah mewujudkan CBSWM adalah :

1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari pemimpin wilayah (RW,
Lurah)
1. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan
kemampuan untuk melaksanakan program serta dapat menjadi penggerak di
lingkungannya,
2. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan setempat dari
berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah dan komposisi sampah dari rumah
tangga,
3. Studi banding (kalau memungkinkan),
4. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja, penyusunan rencana kerja,
dan kesepakatan kontribusi warga dalam bentuk materi maupun non-materi,
5. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
penghijauan lingkungan dan 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang,
daur ulang),
6. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan pemantauan terus menerus
sampai menghasilkan kompos, produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman
produktif,
7. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub Dinas Kebersihan,
Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan Umum, dll agar bersinergi dengan sistem
pengelolaan sampah skala kota
8. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau kompos bagi yang berminat
menambah penghasilan,
9. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil kegiatan daur ulang,
dan pameran foto lingkungan.

Dengan adanya dukungan dari berbagai lintas sektor dan Program pelaksanaan kegiatan
CBSWM ini tentu saja akan memberikan dampak yang sangat menguntungka tidak saja terhadap
perbaikan kualitas lingkungan namun juga secara finansial akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Rejang Lebong.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 111


79. Pemusnahan Hewan Penular Rabies
Dipublikasi pada Rabu, 24 Agustus 2011 oleh sri muliyanti

Dengan adanya informasi dari masyarakat


bahwa telah terjadi kasus gigitan anjing
tersangka rabies pada tanggal 18 maret 2011 di
sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang, dan
kemudian tim Dinas Kesehatan Kabupaten
Rejang Lebong melalui Subid Pemberantasan
Penyakit dibawah komando
Syamsir.SKM.MKM memerintahkan tim untuk
melakukan pelacakan kasus atau studi
epidemologi gigitan anjing tersangka Rabies.
Ternyata apa yang diberitahukan masyarakat
saat di lapangan benar adanya, telah terjadi
kasus gigitan anjing tersangka rabies di
beberapa Desa diantaranya ; Desa Sumber Bening 5 orang Desa Air kali bandung : 3 orang dan
Suban Ayam 2 orang kesemuanya terjadi pada tanggal 18 maret 2011 dan anjing yang
menggigit adalah anjing yang sama dalam arti hanya 1 ekor anjing menggigit 10 orang
penderita dengan ciri – ciri anjing yang sama berwarna coklat keputih – putihan.

Sewaktu pelacakan tim Dinkes juga membawa langsung VAR ( Vaksin Anti Rabies ) guna
pengobatan kepada penderita, dan alhamdulilah semua yang digigit anjing telah diberikan VAR
( Vaksin Anti Rabies ) secara gratis dari Dinkes dan dilayani di Puskesmas Sambirejo.

Diperkirakan anjing berasal dari Sumber Bening terlihat di mana secara berturut turut anjing
tersebut pukul 9 pagi menggigit penderita bernama Mbah Kasmin umur 70 tahun, Ka.Desaa
Sumber bening telah berusaha bersama warga mengejar anjing tersebut alhasil anjing tersebut
lolos dari pengejaran masyarakat dan berlari kearah Curup, kata kades sumber bening ketika
dihubungi petugas kesehatan.

Untuk menjaring penderita yang telah tergigit team melakukan sosialisasi melaui mobil BSB (
Bigade Siaga Bencana ) di seluruh rute yang diperkirakan dilewati oleh anjing tersebut dan
memberikan penyuluhan agar masyarakat untuk tidak membiarkan anjing berkeliaran di
masyarakat dan agar melakukan vaksinasi anjing (biayanya hanya sekitar Rp 5000) secara
teratur di Rabies Center atau Poskeswan.

Dan alhamdulilah, tim Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan telah bekerjasama guna
melakukan eliminasi anjing liar yang tidak bertanda kalung vaksinasi (atau sering disebut
berpeneng) melakukan sosialisasi pemberitahuan kepada masyarakat, dan kemudian
malamharinya Tim Dinas Peternakan memberikan umpan (daging jeroan) yang telah dicampur
dengan racun Strychnine pada malam hari di sekitar sampah di daerah Selupu Rejang dan Air
Bang. Pagi harinya didapatkan puluhan ekor anjing liar tersebut mati dan ketika dikumpulkan
mencapai sekitar 600 ekor dan dikuburkan di belakang Kantor Dinas Peternakan.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 112


80. Global Fund Membantu Kegiatan Penanganan
HIV-AIDS di Rejang Lebong
Dipublikasi pada Kamis, 25 Agustus 2011 oleh tri ms

Bertempat di Hotel Kaba, pada Rabu, 24


Agustus 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten
Rejang Lebong mengadakan Pertemuan
Sosialisasi Kegiatan Penanganan HIV-
AIDS di kabupaten Rejang Lebong yang
dihadiri oleh 25 peserta dari berbagai sektor
terkait antara lain : Bagian Kesra – Pemda
RL, Rumah sakit, puskesmas, Lembaga
Pemasyarakatan Curup dan sejumlah LSM
yang bergerak dalam penanggulangan
HIV-AIDS di Rejang Lebong. Acara
dibuka langsung oleh Ka. Dinas Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong Drs. Tri Mei
Sartono, Apt, DSc. Kegiatan ini dibiayai
dari Global Fund, sebuah lembaga donor internasional yang bermarkas di Jenewa, Swiss, yang
memfokuskan kegiatannya pada pengurangan kesakitan akibat HIV-AIDS, Tbc dan Malaria.
Kabupaten Rejang Lebong adalah satu-satunya kabupaten di Prop Bengkulu yang dipilih untuk
dibantu pembiayaannya oleh Global Fund dalam upaya memerangi HIV-AIDS, dengan jumlah
bantuan pendanaan sekitar 180 juta per tahun. Dana sebesar itu digunakan untuk melakukan
penyiapan peralatan di puskesmas (Curup dan Perumnas) dan RSUD Curup untuk membuat
klinik konseling sukarela (klinik Voluntary Conseling and Testing disingkat klinik VCT) dan
pengujian penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan HIV-AIDS. Narasumber
pertemuan tersebut berasal dari Dinkes Propinsi Bengkulu yang disampaikan oleh Sri Astuti
selaku Kabid. P2PLP Propinsi Bengkulu serta Ka.Dinas Kesehatan Kab.Rejang Lebong.

Penjaja seks akan ditest PMS/HIV-AIDS

Pertemuan tahap pertama ini berupaya memetakan daerah resiko tinggi tempat penularan
penyakit menular seksual/PMS (terutama dengan bantuan pelacakan oleh LSM) di wilayah RL
serta melakukan skrining/test pada mereka yang karena profesinya mempunyai resiko tinggi
terhadap penularan penyakit tersebut. Kemungkinan rencana skrining akan dilakukan pada tahun
ini juga dengan melibatkan LSM yang sudah mempunyai data daerah atau lokasi tempat
mangkalnya penjaja seks atau pecandu narkoba/mantan pecandu. Dari informasi LSM Kipas dan
Dinas Kesosnakertrans, penjaja seks di RL ternyata mencapai angka ratusan orang pada lokasi
yang tersembunyi dan menyebar pada beberapa wilayah kelurahan (Talang Benih, Pelabuhan
Baru, Karang Anyar dll). Mereka akan disampling oleh petugas kesehatan yang terlatih (analis
puskesmas dan RSUD) dengan diambil vaginal swab-nya (usapan vagina) serta serum darahnya
dan ditest kemungkinannya terjangkit penyakit menular seksual (gonorhoe, sifilis, kondiloma,
dll) serta HIV-AIDS.

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 113


Jika ditemukan yang positif, kemudian dilakukan pengobatan secara gratis dan bagi yang
tertular HIV-AIDS diberikan obat Anti Retro Viral (ARV) seumur hidup (untuk
memperpanjang usia dan mengurangi keganasan virusnya) serta pendampingan dalam rangka
memotivasi semangat hidup oleh LSM.

Tercatat hingga kini ada 4 orang penderita HIV-AIDS di RL dengan rincian 2 orang yang
terjangkit HIV-AIDS ditambah 2 orang pendatang yang sebelumnya telah terjangkit di daerah
lain dan pindah ke RL. Mereka mmendapatkan penyakit tersebut dari pemakaian jarum suntik
(sebelumnya pecandu narkoba) serta karena kontak dengan suami yg terjangkit HIV-AIDS.
Penyebaran dan penderita HIV AIDS fenomenanya seperti gunung es, nampak kecil yang
terdeteksi, namun banyak yang tersembunyi atau tidak diketahui.

Selain kegiatan tersebut di atas, juga akan dilakukan sosialisasi tentang bahaya AIDS dan PMS
ke masyarakat (terutama kelompok resiko tinggi dan di Lapas) serta pembentukan Komisi
Penanggulangan AIDS di RL. Dengan adanya dukungan pembiayaan Global Fund ini,
diharapkan penanganan HIV-AIDS di RL akan semakin baik dan mampu mengurangi secara
signifikan penyebaran PMS dan HIV-AIDS di RL

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 114


81. Tenaga Kesehatan Berprestasi Nasional
Dipublikasi pada Senin, 29 Agustus 2011 oleh tri ms

Nampaknya telah menjadi tradisi, bahwa setiap tahun, dari 4 nakes yang dikirim untuk seleksi
(dokter, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga kesmas), peserta kabupaten Rejang Lebong
selalu menarik perhatian tim penilai dari Propinsi Bengkulu, sehingga selalu ada yang
mendapatkan kelayakan untuk jadi nakes yang terbaik di Propinsi Bengkulu, dan dikirim ke
Istana Negara untuk menghadiri Upacara 17 Agustus bersama presiden. Tim penilai nakes di
propinsi Bengkulu menentukan kelayakan nakes terbaik melalui tanya jawab setelah seluruh
kandidat yang berasal dari 10 kabupaten/kota mempresentasikan kegiatan-kegiatan unggulan
yang dikerjakan pada tupoksinya.

Hasil penilaian tim, pada tahun 2011 ini, bidan Zuraida dari puskesmas Curup, kabupaten
Rejang Lebong, mendapat predikat tenaga kesehatan masyarakat teladan yang berhak
bersalaman dengan pak SBY dan ibu Menkes di Jakarta. Meski hanya 1 nakes, ya lumayanlah.
Bidan Zuraida memang unggul di kegiatan promosi kegiatan, sukses membina kesehatan para
penghuni Lapas Ardirejo, serta rajin mengisi acara kesehatan di radio Namora.

Prestasi yang membanggakan adalah di tahun 2010 kemarin, di mana 4 nakes teladan semuanya
diborong oleh tenaga kesehatan dari kabupaten Rejang Lebong. Mereka adalah dr Dewi
Mustika dari puskesmas Curup, tenaga kesmas Mus Mulyadi dari puskesmas Sambirejo, bidan
Desty Ariyani dari puskesmas Sindang Dataran dan tenaga gizi Yuliyanti dari puskesmas
Perumnas.

Tahun 2010 : 4 nakes teladan Propinsi Bengkulu di Istana Negara, yang Tahun 2011 : Zuraida, tenaga
semuanya berasal dari kabupaten Rejang Lebong, kiri ke kanan : dr. Dewi kesehatan masyarakat teladan
Mustika (puskesmas Curup), tenaga gizi Yuliyanti (puskesmas Perumnas), Propinsi Bengkulu, dari
bidan Desty Ariyani (puskesmas Sindang Dataran) dan tenaga kesmas Mus puskesmas Curup, saat di Istana
Mulyadi (puskesmas Sambirejo). Negara

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 115


82. Kerjasama Dinas Kesehatan dengan Harian
Bengkulu Ekspress
Dipublikasi pada Kamis, 8 September 2011 oleh tri ms

Guna memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat mengenai aktivitas yang dilakukan
21 puskesmas di kabupaten Rejang Lebong, maka telah dilakukan kerjasama antara Harian
Bengkulu Ekspress dengan Dinas Kesehatan. Kerjasama ini berupa penayangan profil puskesmas
dan kegiatannya dalam halaman 3 di harian Bengkulu Ekspress (BE), dengan space ½ halaman,
warna hitam putih. Dipilihnya harian BE, karena penyebarannya yang mencakup Propinsi
Bengkulu dan pembiayaannya tidak mahal. Profil puskesmas tersebut ditayangkan setiap hari
Senin, dengan jadwal tayang yang sudah disusun oleh Dinas Kesehatan. Pembiayaan untuk
penayangan profil puskesmas ini dibebankan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Hingga saat ini, sudah sekitar 18 puskesmas yang profilnya sudah ditayangkan BE di halaman 3.
Dengan adanya publikasi puskesmas di BE, diharapkan masyarakat dapat memahami kegiatan
yang menjadi program puskesmas serta profil pimpinan dan karyawannya. Hal ini sejalan dengan
keinginan Kadinkes Rejang Lebong, Drs. Tri MS, Apt, DSc, agar puskesmas mengedapankan
juga sisi INFORMATIF, sebagaimana visi Kadinkes pada pelayanan BERSERI, yaitu pelayanan
yang Bersih, Ramah, Responsif dan Informatif.

Selain penyebaran informasi menggunakan koran BE, Dinkes secara insidentil juga
menggandeng kerjasama dengan Koran Rakyat Bengkulu dan Radar Pat Petulai. Namun
mengingat keterbatasan biaya, informasi yang berkaitan dengan aktivitas Dinas Kesehatan lebih
banyak ditayangkan di blognya Dinas Kesehatan, dengan harapan juga bisa diakses oleh
masyarakat, bahkan dengan cakupan lebih global, sebagaimana bisa diakses di situs ini.

Profil puskesmas kabupaten Rejang Lebong di halaman 3 harian BE


SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 116
Biodata Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc

Dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 17


Mei 1961. Menyelesaikan pendidikan
apoteker di Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus tahun
1988, kemudian mulai tahun 1989 bekerja
di Balai Laboratorium Kesehatan
Bengkulu hingga tahun 2000. Di kantor
tersebut menjabat sebagai kepala Seksi
mulai 1990 hingga tahun 2000.

Pada tahun 1998 mengikuti program Post Graduate Diploma (diploma paska sarjana) selama 2
semester pada Chemical Engineering Dept di University of Queensland, Brisbane, Australia
pada bidang Environmental Monitoring sebagai kerjasama proyek Badan Pengendalian
Lingkungan (Bapedal) dan pemerintahan Australia.

Sejak akhir tahun 2000 mulai bekerja sebagai Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang Lebong dan
sejak April 2001 menjabat sebagai Kepala Subdin Bina Penyehatan Lingkungan dan Pelayanan
Kesehatan, Dinkes Rejang Lebong. Pada tahun 2008 menjabat Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan dan
Farmasi, sementara program kesehatan lingkungan bergabung dengan bidang P3PL. Menjabat Kadinkes
sejak November 2010 hingga September 2011, sebelum dimutasi menjadi staf ahli bidang politik dan
hukum di pemdakab Rejang Lebong.

Menikah dengan Mardaleni SKM, dan dikaruniai 2 anak, Bayu (SMA kelas 3 ) dan Sinta (SMA kelas 1).

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 117


PENGALAMAN JABATAN

A. Identitas

1. Nama : Drs. Tri Mei Sartono, Apt, DSc


2. N i p : 19610571 198903 1 002
3. Tempat/Tanggal lahir : Kebumen, 17 Mei 1961
4. A g a m a : I s la m
5. Jenis Kepegawaian :
6. Alamat Rumah : Jln. S. Sukowati no. 16 Curup
7. Pangkat Terakhir : Pembina Utama Muda /IV C
8. Jabatan Terakhir : Staf ahli
9. Instansi Tempat Bekerja : Pemerintah Daerah Kabupaten Rejang Lebong
10. Unit Kerja : Sekretariat Daerah

B. Riwayat Kepangkatan

No Pangkat T. M.T
Golongan/Ruang
1 Penata Muda / III a 01-03- 1989
2 Penata Muda TK I / III b 01-04-1992
3 Penata / III c 01-04-1996
4 Penata TK I / III d 01-10-2000
5 Pembina / IV a 01-04-2003
6 Pembina TK I / IV b 01-04-2007
7 Pembina Utama Muda/IV c 01-04-2011

C. Riwayat Jabatan

No Jabatan Eselon TMT


Jabatan
1 Kepala Seksi Media dan Reagensia Balai IV a 08-09-1992
Labkes Provinsi Bengkulu
2 Kepala Gudang Farmasi Kabupaten Rejang IV a 19-12-2000
Lebong
3 Kasubdin BPL dan Yankes Dinas Kesehatan III.a 25-04-2001
Rejang Lebong
4 Kabid Pelayanan Kesehatan dan Farmasi III. b 28-01-2009
Dinas Kesehatan Rejang Lebong
5 Kadinkes Rejang Lebong II b 18 – 11- 2010
6 Staf ahli bidang politik dan hukum II b 26 – 09 - 2011

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 118


D. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Umum

No Jenjang dan Nama Sekolah/ Nama Kepsek/


Penjurusan Akademi/perguruan Direktur /Dekan/Ketua/
Pendidikan Tinggi Rektor
1 SD SDN 3 Kebumen, Jawa Soedarsono
Tengah, Lulus 1974
2 SMP SMPN 1 Kebumen, Jawa Slamet HS
Tengah, Lulus 1976
3 SMA SMAN 1 Kebumen, Jawa Koesiptijah,BSc
Tengah, Lulus 1980
4 Fakultas Farmasi/ UGM, Jogjakarta, Lulus Prof. Drs. Moh.Anief,Apt
Apoteker 1988

5 Postgraduate The University of Sir Liewellyn Edwards, AC,MB BS


Diploma in Science Queensland, Brisbane,
Australia, Lulus 1998

2. Pendidikan dan Pelatihan Kepemimipinan

No Nama Tempat dan Angkatan/ Lama Pendidikan


Diklat Penyelenggara Diklat Tahun
1 SPALA Pusdiklat Pegawai Depkes IV/ 1993 Tiga (3) Bulan
Palembang
2 SPAMA/ Badan Diklat III / 2003 1,5 Bulan
Diklatpim III Prov.Bengkulu

3. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional

No Nama Tempat dan Angkat an/ Lama Pendidikan


Diklat Penyelenggara Tahun
Diklat
1 Kursus Penyusunan Universitas Indonesia 1993 1,5 Bulan
AMDAL

2 Training Of Trainer (TOT) Bapelkes Bengkulu 1996 2 Minggu

3 Apoteker Pengelola Apotik Hotel Rio Asri 1999 3 Hari


Bengkulu
4 Workshop on production BLK Surabaya 1993 5 Hari
of Biological Reagent

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 119


5 Teknis Pembuatan dan Uji Bagian Mikrobiologi 1992 2 Minggu
kualitas Media serta uji Universitas Indonesia
Kepekaan Kuman

6 Sertifikasi Kompetensi Universitas Gajah 2007 2 Hari


Apoteker Mada (UGM)

7 Kursus Pelatih Petugas Pusdiklat Depkes 1996 2 Minggu


Lab Jakarta

SATUKAN TEKAD MENYEHATKAN RAKYAT 120

Anda mungkin juga menyukai