Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LAWANGA
Jln. Umanasoli No.84B. Telp : (0452) 23020 Poso

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD


PUSKESMAS LAWANGA

A. Pendahuluan
Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan
pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial ekonomi dan perubahan lingkungan strategis, baik
secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang
kesehatan dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals
(MDGs) merupakan contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi
perhatian seluruh stakeholder bidang kesehatan, khususnya para
pengelola program, dalam menyusun kebijakan dan strategi agar
pelaksanaannya menjadi lebih efisien dan efektif.
Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah
mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular
masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menonjol
terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angka kesakitan DBD
masih tinggi, yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada tahun
2010, sedangkan angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu
0,87 persen. Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2010-2014 dan
KEPMENKES 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal yang
menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia
hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melalui
pelaksanaan program pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat
berkontribusi menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat penyakit
menular di Indonesia.
B. Latar Belakang
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh
Kota/Kabupaten di Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun
1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat dan
penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia
(33 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa
daerah endemis tinggi DBD. Sejak tahun 2005, nampak adanya
kecenderungan penurunan CFR DBD. Sedikit peningkatan nampak pada
tahun 2009. Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR
DBD per 100.000 penduduk. IR DBD sejak 2006 hingga 2010 cenderung
fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak
155.777 penderita (IR: 65,57/100.000 penduduk) dengan jumlah
kematian sebanyak 1.358 (CFR0,87 %).
C. Tujuan
1. Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mencegah dan
melindungi diri dari penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSN
DBD) dan kebersihan lingkungan.
2. Khusus
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian DBD
b. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap
penularan DBD
c. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar
d. Menurunkan angka kesakitan DBD
e. Menurunkan angka kematian akibat DBD
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
1. Surveilans epidemiologi
Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus
secara aktif maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans
laboratorium dan surveilans terhadap faktor risiko penularan penyakit
seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta
surveilans akibat adanya perubahan iklim (climate change).
2. Penemuan dan tatalaksana kasus
Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan
penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit.
3. Pengendalian vektor
Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada 2 yaitu : fase nyamuk
dewasa dan jentik nyamuk.
a. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan
untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi
kepada manusia.
b. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus :
1) Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan
barang bekas
2) Secara kimiawi dengan larvasidasi
3) Secara biologis dengan pemberian ikan
4) Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,
kelambu, memasang kawat kasa dll)
Kegiatan pengamatan vektor di lapangan dilakukan dengan cara :
a. Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
dan dimonitor olah petugas Puskesmas.
b. Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim
penularan.
c. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali dan
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas.
d. Pemantauan wilayah setempat (PWS) dan dikomunikasikan kepada
pimpinan wilayah pada rapat bulanan POKJANAL DBD, yang
menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik (ABJ).
4. Peningkatan peran serta masyarakat

Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran


PKK dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah
melalui UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi (kantor,
tempat0tempat umum dan tempat ibadah).
5. Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan KLB
Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah
terjadinya KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera
ditanggulang dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu
dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) dan
penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakan
masyarakat dan penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi. Demikian
pula kesiapsiagaan di RS untuk dapat manampung pasien DBD, baik
penyediaan tempat tidur, sarana logistik, dan tenaga medis,
paramedis dan laboratorium yang siaga 24 jam. Pemerintah daerah
menyiapkan anggaran untuk perawatan bagi pasien tidak mampu.
6. Penyuluhan
Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan
leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam
pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kondisi setempat.
Metode ini antara lain dengan COMBI, PLA dsb.
7. Kemitraan/jejaring kerja
Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh
sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor
terkait sangat besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melalui SK
KEPMENKES 581/1992 dan SK MENDAGRI 441/1994 dengan nama
Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL). Organisasi ini merupakan
wadah koordinasi dan jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD.
8. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang dari
tingkat kelurahan/desa sampai ke pusat yang menyangkut
pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output
dan outcome yang dicapai pada setiap tahun.
D. Cara melaksanakan kegiatan.
1. Pemberdayaan masyarakat
Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan
upaya pengendalian DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif
masyarakat, maka KIE, pemasaran sosial, advokasi dan berbagai
upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan
berkesinambungan melalui berbagai media massa maupun secara
berkelompok atau individual dengan memperhatikan aspek sosial
budaya yang lokal spesifik.
2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD
Upaya pengendalian DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sector
kesehatan saja, peran sektor terkait pengendalian penyakit DBD
sangat menentukan. Oleh sebab itu maka identifikasi stake-holders
baik sebagai mitra maupun pelaku potensial merupakan langkah awal
dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan.
Jejaring kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala guna
memadukan berbagai sumber daya yang tersedia dimasing-masing
mitra. Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan sampai tahap
pelaksanaan, pemantauan dan penilaian melalui wadah Kelompok
Kerja Operasional (POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan
administrasi.
3. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program
SDM yang terampil dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai keberhasilan
pelaksanaan program pengendalian DBD.
4. Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM
bidang kesehatan.
5. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan
Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat mengurangi risiko
penularan DBD kepada manusia, sehingga dapat menurunkan angka
kesakitan akibat infeksi Dengue/DBD.
F. Sasaran
1. Individu, keluarga dan masyarakat di tujuh tatanan dalam PSN yaitu
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat-
tempat umum, tempat penjual makanan, fasilitas olah raga dan
fasilitas kesehatan yang secara keseluruhan di daerah terjangkit DBD
mampu mengatasi masalah termasuk melindungi diri dari penularan
DBD di dalam wadah organisasi kemasyarakatan yang ada dan
mengakar di masyarakat.
2. Lintas program dan lintas sektor terkait termasuk swasta/dunia usaha,
LSM dan organisasi kemasyarakatan mempunyai komitmen dalam
penanggulangan penyakit DBD.
3. Penanggungjawab program mampu membuat dan menetapkan
kebijakan operasional dan menyusun prioritas dalam pengendalian
DBD.
4. SDM bidang kesehatan Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Kelurahan
G. Jadwal pelaksanaan kegiatan

Waktu Pelaksanaan
N Nama Tempat
o Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Surveilans Puskesmas
epidemiologi
2 Penemuan dan Puskesmas
tatalaksana
kasus
3 Pengendalian Insidentil
vektor
4 Peningkatan Puskesmas
peran serta
masyarakat
5 Sistem Tempat
kewaspadaan Kunjungan
dini (SKD) dan
penanggulang ( insidentil)
an KLB
6 Penyuluhan Puskesmas
& tempat
kunjungan
7 Kemitraan/jejar Wilayah
ing Puskesmas
8 Monitoring dan Dinkes
Evaluasi Kabupaten

H. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap
bulan sekali saat lokmin bulanan dan laporan dikirim ke Dinkes
kabupaten. Pelaporan menggunakan format laporan yang telah
disediakan, meliputi ;
1. Pelaporan Rutin
a. Pelaporan dari unit pelayanan kesehatan (selain puskesmas)
Setiap unit pelayanan kesehatan yang menemukan tersangka atau
penderita DBD wajib segera melaporkannya ke dinas kesehatan
kabupaten /kota setempat selambat – lambatnya dalam 24 jam
dengan tembusan ke Puskesmas wilayah tempat tinggal penderita.
Laporan tersangka DBD merupakan laporan yang dipergunakan
untuk tindakan kewaspadaan dan tindak lanjut penanggulangannya
juga merupakan laporan yang dipergunakan sebagai laporan kasus
yang diteruskan secara berjenjang dari puskesmas sampai pusat.
Formulir yang digunakan adalah formulir kewaspadaan dini RS
(KD/RS-DBD), dan formulir rekapitulasi penderita DBDper bulan
(DP-DBD/RS).
b. Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten / kota
1) Menggunakan formulir KD/RS-DBD untuk pelaporan kasus DBD
dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan
2) Menggunakan formulir DP-DBD sebagai data dasar perorangan
DBD yang dilaporkan perbulan
3) Menggunakan formulir K-DBD sebagai laporan bulanan
4) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB
5) Menggunakan formulir W1 bila terjadi KL
2. Pelaporan dalam situasi kejadian luar biasa

a. Pelaporan oleh unit pelayanan kesehatan (selain puskesmas)


1) Menggunakan formulir W1
2) Pelaporan dengan formulir DP-DBD ditingkatkan frekuensinya
menjadi mingguan atau harian
3) Pelaporan dengan formulir KD/RS-DBD tetap dilaksanakan
b. Pelaporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten / kota
1) Menggunakan formulir W1
2) Menggunakan formulir KD/RS-DBD untuk pelaporan kasus DBD
dalam 24 jam setelah diagnosis ditegakkan
3) Menggunakan formulir W2-DBD sebagai laporan mingguan KLB
I. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan
1. Pencatatan kegiatan dilaksanakan oleh programmer/pelaksana kegiatan
dengan menggunakan komputer metode entri dan olah data.
2. Pelaporan dilakukan setiap bulan melalui lokmin Puskesmas, dan
dikirimkan kepada Dinas Kesehatan secara berjenjang dengan
menggunakan format yang terstandar setiap bulan melalui EWARS
setiap minggu dan laporan bulanan.
3. Evaluasi kegiatan meliputi evaluasi proses yakni cakupan per-bulan dan
evaluasi hasil dilakukan pada akhir tahun sebagai bentuk kinerja
program.

Mengetahui Pelaksana Kegiatan


Kepala Puskesmas Lawanga Program P2 DBD

dr. Intan S. Tompo Salma, SKM


NIP. 19780203 200701 2 020 NIP. 19730326 199703 2 003
PEMERINTAH KABUPATEN POSO
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LAWANGA
Jln. Umanasoli No.84B. Telp : (0452) 23020 Poso

KERANGKA ACUAN
PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA

A. Pendahuluan
Kerangka acuan ini disusun sebagai pedoman untuk melaksanakan
kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan pedoman ini diharapkan
dapat memberikan arahan cara pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Jemtik
Berkala, dan cara pelaporan kegiatan pemeriksaan Jentik Berkala.
B. Latar Belakang
Nyamuk penular demam berdarah dengue ( Aedes Aegyti ) hingga
saat ini masih tersebar luas hampir di seluruh pelosok Indonesia,
sehungga cara yang efektif dalam memberantas penyakit ini adalah
dengan melakukan Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti salah satunya
dengan Pemeriksaan Jentik Berkala oleh seluruh lapisan masyarakat di
rumah-rumah dan tempat-tempat umum ( TTU ) serta lingkungannya
masing-masing secara terus menerus.
Untuk membina peran serta masyarakat perlu dilakukan
penyuluhan dan motifasi yang intensif melalui berbagai jalur komunikasi
dan informasi kepada masyarakat, seperti melalui televise, radio, dan
media masa lainnya, kerja bakti dan lomba PSN DBD di kelurahan / desa,
sekolah atau tempat-tempat umum lainnya.
Apabila kegiatan PSN DBD melalui kegiatan PJB dilakukan secara
intensif, maka populasi nyamuk Aedes Aegypti dapat di kendalikan
sehingga penularan demam berdarah dengue dapat dicegah atau
dikurangi.
C. Tujuan
Mengendalikan populasi nyamuk Aedes Aegypti, sehingga penularan
DBD dapat dicegah atau dikurangi.
D. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat
bersarangnya nyamuk Aedes Aegypty seperti : bak mandi, tempayan
dan tempat penampungan air lainnya secara berkala di rumah-rumah
penduduk, sekolah dan bangunan lainnya.
Ukuran keberhasilan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala adalah
dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik ( ABJ ) , apabila ABJ lebih
atau sama dengan 95 % diharapkan penularan DBD dapat dicegah
atau dikurangi.
E. Cara Melaksanakan Kegiatan
Perencanaan
Dalam perencanaan dipersiapkan perlengkapan yang akan
digunakan dalam melaksanakan kegiatan PJB diantara abate, format
laporan dan baterai.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan PJB harus mengacu pada kerangka
acuan dan perencanaan yang sudah disusun.
Laporan
Hasil pelaksanaan kegiatan PJB disusun dan dilaporkan
berdasarkan formulir yang sudah ditetapkan.
F. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penulat DBD;
Tempat penampungan air ( TPA ) untuk keperluan sehari-hari
Tempat penampunga air bukan untuk keperluan sehari-hari ( non TPA )
Tempat penempungan air alamiah
G. Petugas
Programer DBD dan bekerja sama lintas program diantaranya
kesehatan lingkungan, Promkes, dan lintas sector seperti aparat desa ,
petugas kebersihan sekolah dll.
H. Waktu
Pemeriksaan jentik berkala dilaksanakan setiap bulan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
I. Biaya
Penyelenggaraan kegiatan ini dibiayai oleh BOK Puskesmas
Lawanga.
J. Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi pelaksanaan program dilaksanakan setiap bulan dan
diketahui oleh kepala Puskesmas Lawanga.
K. Pencatatan dan Pelaporan
Hasil akhir kegiatan dicatat dan dilaporkan setiap awal bulan dalam
bentuk laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Poso.
Hasil kegiatan dianalisa, di identifikasi masalah dan dibuat tindak lanjut.
Hasil kegiatan di buat menjadi informasi dalam bentuk grafik.

Mengetahui Pelaksana Kegiatan


Kepala Puskesmas Lawanga Program P2 DBD

dr. Intan S. Tompo Salma, SKM


NIP. 19780203 200701 2 020 NIP. 19730326 199703 2 003
PEMERINTAH KABUPATEN POSO
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LAWANGA
Jln. Umanasoli No.84B. Telp : (0452) 23020 Poso

KERANGKA ACUAN
PENEMUAN DAN PENANGANAN PENYAKIT DBD
PUSKESMAS LAWANGA

I. Pendahuluan

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah salah satu masalah kesehatan


masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung
meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya
dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya
hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk
penularnya di berbagai wilayah Indonesia.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang
penularannya melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Nyamuk Aedes
Aegypty banyak berkembang biak di tempat – tempat yg tergenang air
sehingga penyakit DBD banyak terdapat di musim penghujan dan daerah-
daerah perkotaan dan pemukiman kumuh. Biasanya penyakit ini menyerang
pada pagi hari dan sore hari. Prevalensi penyakit DBD lebih banyak terjadi
pada anak usia sekolah, dan penyakit ini termasuk penyakit menular melalui
gigitan nyamuk dari penderita kepada orang yg sakit.

II. Latar Belakang


Penyakit / Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Lawanga yang
terdiri dari 7 kelurahan adalah daerah yang setiap tahunnya ditemukan
penderita DBD baik yang suspek maupun positif. Kasus DBD terbanyak di
Kelurahan Tegalrejo. Kasus DBD di Kecamatan Poso kota Utara merupakan
kasus yg endemis karena setiap tahun terjadi kejadian Kasus DBD. Pada
Tahun 2015 terdapat 13 kasus DBD, pada tahun 2016 terjadi peningkatan
kasus sebanyak 25 kasus dengan kasus kematian 1 orang pada bulan Februari
2016 dan selanjutnya bulan berikutnya tidak terdapat kasus DBD sampai
dengan desember 2016.
Penemuan dan penanganan kasus DBD di Kecamatan Poso Kota Utara
sejalan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) tingkat puskesmas
dilaksananakan untuk menurunkan prevalensi Kasus DBD.

III. Tujuan kegiatan


1. Umum
Menurunkan Prevalensi penyakit Deman Berdarah Dengue di wilayah
kerja puskesmas Lawanga Kecamatan Poso Kota Utara.
2. Khusus
a. Meningkatkan Angka Bebas Jentik.
b. Mencegah terjadinya penularan Kasus DBD.
c. Menentukan jenis tindakan penanggulangan fokus yang akan dilakukan.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian


No. Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
- Melakukan Pemeriksaan Jentik di
1. PE DBD lokasi kejadian
- Mencari penderita / tersangka DBD
lain disekitar rumah penderita
- Pemberian Bubuk Abate

2. PENANGGULANGAN DBD - Melakukan Penyuluhan Setiap


melaksanakan Penyelidikan
Epidemologi dirumah penderita dan
sekitar rumah penderita / tersangka
DBD.

- Melakukan pemeriksan /
3. JUMANTIK pemantauan jentik di semua
Kelurahan wilayah kerja puskesmas
Lawanga.
V. Cara melaksanakan kegiatan dan sasaran
A. Cara melaksanakan kegiatan

1. Pelaksanaan kegiatan Penyelidikan Epideiologi (PE) dilakukan


melalui kunjungan rumah sejauh 100 meter dari rumah penderita.
- Pemberian bubuk abate dirumah penderita dan sekitar rumah penderita
2. Penyuluhan dilaksanakan pada saat melaksanakan kegiatan PE
di rumah penderita.
3. Jumantik dilaksanakan di semua Kelurahan wilayah kerja
puskesmas Lawanga.
B. Sasaran

1. Masyarakat

2. Rumah

3. Tidak ditemukan penderita baru DBD atau suspek DBD

C. Rincian Kegiatan, Sasaran Khusus, Cara melaksanakan Kegiatan

VI Jadwal pelaksanaan kegiatan

BULAN
No Kegiatan Sasaran
Pokok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. PE DBD Masyarakat

2. Penyuluhan DBD Masyarakat

3.
Jumantik Rumah

VII Evaluasi pelaksaan kegiatan dan pelaporan

- Evaluasi dilaksanakan setelah melaksanakan kegiatan PE dengan


pelaporan hasil-hasil yg dicapai pada bulan tersebut.
- Kegiatan penyuluhan dilaksanakan setiap melaksanakan PE DBD.
- Jumantik dilaksanakan untuk menurunkan kasus penderita DBD.

VIII. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan Kasus DBD di laksanakan setiap minggu dan
setiap bulan sesuai dengan Laporan Mingguan dan laporan bulanan sesuai
jadwal pelaksanaan kegiatan.

Mengetahui Pelaksana Kegiatan


Kepala Puskesmas Lawanga Program P2 DBD

dr. Intan S. Tompo Salma, SKM


NIP. 19780203 200701 2 020 NIP. 19730326 199703 2 003

Anda mungkin juga menyukai