Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANDIRI

NUTRITION PROGRAM PLANNING

Yhona Paratmanitya, S.Gz., Dietisien, MPH

NAMA : ANGGIT SEKAR MAWARNI

NIM : 150 400 108

PRODI/SEM : PSIG/07

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

Berikan sebuah usulan program intervensi untuk penanggulangan masalah gizi


pada WUS di Indonesia! (pilih salah satu masalah gizi untuk dibahas: KEK,
anemia, kegemukan, atau gizi kurang). Sertakan minimal 1 jurnal penelitian yang
berkaitan dengan usulan program Anda.

Jawaban :

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang rata-rata berumur 15 tahun
hingga 49 tahun dan tanpa memperhitungkan status perkawinannya (BKKBN,
2011). Wanita usia subur dibagi menjadi dua kategori yaitu usia remaja (15-18
tahun) dan usia dewasa. Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa yang banyak mengalami perkembangan dan pertumbuhan
dari segi fisik, dan pola pikir sedangkan usia dewasa merupakan masa dimana
kematangan fisik dan terhentinya proses pertumbuhan (WHO, 2010a).
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan
beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
muncul masalah gizi lebih yang juga perlu perhatian khusus. Masalah gizi kurang
di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh
masalah Kurang Energi Protein (KEP).

Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana seseorang menderita


kurang asupan gizi energi dan protein yang berlangsung lama atau menahun.
Seseorang dikatakan menderita risiko kurang energi kronis bilamana lingkar
lengan atas LLA <23,5 cm. Kurang energi kronis mengacu pada lebih rendahnya
masukan energi, dibandingkan besarnya energi yang dibutuhkan yang berlangsung
pada periode tertentu, bulan hingga tahun (Syahnimar, 2004).

Terdapat empat kriteria atau dasar untuk mendefinisikan KEK menurut


James, Ferro-Luzzi, dan Waterlow (1998), yaitu:

1. Tingkat asupan energi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan


energi seseorang.
2. Tingkat pengeluaran energi yang tidak cukup untuk memenuhi kegiatan
fisiologis, pekerjaan, dan kegiatan lainnya.
3. Keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan tingkat fungsi dan kesehatan yang
dapat diterima.
4. Perbaikan dalam beberapa aspek yang berfungsi sebagai akibat dari
peningkatan energi.

LLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis
pada wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LLA) tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek. Kajian Susenas di Indonesia menunjukan bahwa proporsi wanita usia
subur (WUS) umur 15-49 tahun dengan ukuran lingkar lengan atas (LLA< 23,5 ),
pada tahun 2000 mencapai 21, 5% (Depkes, 2001). Secara nasional prevalensi
kurang energi kronis (KEK) wanita usia subur adalah 20,8%. Ibu hamil yang
menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal
atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada
keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehing-ga akan
meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Cakrawati & Mustika, 2012).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan Kementrian


Kesehatan memperlihatkan bahwa sekitar 45 – 50 % ibu hamil di Indonesia tidak
mendapatkan asupan energi dan protein yang cukup. Sebanyak 49,5% perempuan
hamil mengkonsumsi protein dibawah 80% dari yang dibutuhkannya semasa
kehamilan dan 44,8% perempuan hamil itu juga kurang mendapatkan asupan
energi secara total yakni masih dibawah 70% dari yang dibutuhkan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Berdasarkan uraian diatas masalah KEK pada wanita usia subur perlu
adanya intervensi lebih lanjut untuk mengatasi masalah tersebut. Intervensi gizi
merupakan suatu tindakan yang didalamnya mencakup perencanaan dan
implementasi untuk mengatasi masalah gizi yang sudah diidentifikasi. Tujuannya
adalah mengatasi atau memperbaiki masalah gizi yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang dihadapi (perilaku, faktor resiko,lingkungan, dan
status kesehatan). Intervensi tentang kebijakan pemerintah dalam mengatasi KEK
pada wanita usia subur diantaranya adalah Program 1000 Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan demo masak disertai
dengan konseling.

Intervensi yang akan saya berikan berupa pemberian minuman formula


kacang merah, kacang tanah dan kacang kedelai sebagai selingan makan untuk
wanita usia subur yang mengalami kurang energi kronis. Berdasarkan penelitian
Utami, dkk (2017) mengatakan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan status gizi yang signifikan antara kelompok perlakuan yang diberikan
minuman formula kacang tanah dengan kelompok kontrol yang diberikan susu ibu
hamil (p=0,021). Hal tersebut dikarenakan formula minuman disusun sedemikian
rupa sehingga mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan tambahan zat gizi
untuk ibu hamil. Ketiga formula tersebut dibuat dengan komposisi yang sama
unsur nutrisinya dengan susu yang biasa dikonsumsi oleh ibu hamil. Bahan-bahan
yang digunakan untuk formulasi meliputi sumber protein: kacang merah, kacang
kedelai, kacang tanah dan telur; sumber karbohidrat: tepung beras, tepung terigu,
tepung garut, gula pasir, dan gula merah; sumber lemak: santan, minyak kelapa;
serta perasa alami: sirsak dan jahe.

Hasil studi sebelumnya telah dikembangkan minuman formula bergizi


berbasis bahan makanan lokal non-susu yang berasal dari kacang-kacangan untuk
ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman formula tersebut
mempunyai daya penerimaan yang baik dan mengandung nilai gizi sesuai
kebutuhan ibu hamil. Selain itu, formula tersebut dapat dibuat sendiri oleh
masyarakat sehingga minuman ini dapat menjadi alternatif konsumsi susu yang
dapat dijangkau oleh ibu hamil. Formula yang dikembangkan ada tiga yaitu
kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah dan sebagai kontrolnya adalah
formula susu. Formula kacang merah, kacang tanah, dan kacang kedelai rata-rata
mengandung energi sebesar 300 kkal; protein 17 g; zat besi (Fe) 13 mg; kalsium
(Ca) 150 mg; magnesium (Mg) 30 mg; asam folat 200 mg; vitamin A 300 RE;
vitamin B12 0,2 mg; dan vitamin C 10 mg dalam 300 ml (Almasyuhri, 2008).
Selain itu, PMT minuman sehat ini juga bisa diberikan kepada wanita usia subur
seperti remaja sekolah yang mengalami KEK sebagai selingan sehat, murah namun
bergizi tinggi. Selain itu edukasi berupa pentingnya konsumsi gizi seimbang bagi
wanita usia subur perlu dilakukan dengan cara memberi tahu apa sajakah faktor
faktor, penyebab serta dampak dari KEK jika segera ditangani dengan baik.
Edukasi juga perlu memaparkan tentang bahan makanan apa saja yang disarankan
untuk dikonsumsi agar dapat memperbaiki status gizi wanita usia tersebut seperti
meningkatkan konsumsi protein hewani dan nabati yang di peroleh dari daging-
dagingan, ikan dan lauk pauk lainnya seperti tempe dan tahu.

Anda mungkin juga menyukai