Anda di halaman 1dari 45

1. PENDAHULUAN Commented [T1]: Tambah spasinya.

Dari bab ke sub bab 4


spasi

1.1 Latar Belakang

Menurut Galloway, et al. (2017), tanah adalah komponen penting pada

sistem ekologis secara global. Tanah memiliki kapasitas penyimpanan karbon

yang melebihi biomassa tanah. Tanah juga memegang peranan penting pada

ekosistem kehidupan. Tanah dapat mengalami degradasi karena terjadi proses

pengurangan agregasi partikel tanah.Menurut Dorin,et al.(2014), tanah

merupakan salah satu elemen penting dalam sumber daya alam. Tanah

menyediakan nutrien dan terlibat dalam siklus ekosistem (biologis, siklus air,

siklus biologis karbon dan zat lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, sulfur dll).

Tanah erat kaitannya dengan kondisi alam seperti iklim, relief, vegetasi, batuan,

air tanah, usia serta aktivitas manusia seperti kegiatan industri. Kualitas tanah

termasuk sifat dan karakteristiknya (topografi, geologi, geomorfologi, pedologi,

agrokimia) membuat sebagian lahan dari permukaan bumi ini berbeda.

Menurut Sinaga,et al. (2014), sifat fisik tanah terdiri dari struktur dan tekstur

tanah. Tekstur tanah mampu menggambarkan perbandingan relatif dari tiga

fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang memiliki fraksi debu lebih

tinggi memiliki kemampuan menahan air yang lebih besar pula. Hal tersebut

dikarenakan tanah berdebu memiliki pori-pori yang besar dan daya resap yang

cepat. Menurut McSherry dan Ritchie (2013), jenis tanah dapat ditentukan

berdasarkan tekstur yang dimilikinya. Karakteristik tanah lainnya seperti

kapasitas tukar kation, total nitrogen dan pH dapat mempengaruhi kandungan

karbon dalam tanah.

Menurut Feki,et al. (2018), infiltrasi merupakan pergerakan air dari

permukaan ke dalam tanah. Proses ini meliputi resapan air tanah, ketersediaan

air dalam tanah dan transportasi zat terlarut. Infiltrasi dikendalikan oleh beberapa
faktor yaitu tekstur dan struktur tanah. Tekstur dan struktur tanah berkaitan

dengan ruang pori tanah yang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam

menahan air. Menurut Fatimah dan Sari (2015), jenis tanah yang baik digunakan

dalam melakukan budidaya ikan yaitu tanah liat atau lempung berpasir,

berlumpur, serta termasuk dalam jenis tanah yang subur.Menurut Khairuman dan

Amri (2012), budidaya ikan yang menggunakan kolam tanah dapat membantu

menyediakan pakan alami berupa plankton. Plankton dapat membantu proses

dekomposisi sisa pakan dan metabolisme ikan secara alami.

Tanah adalah salah satu komponen atau elemen penting pada sistem

ekologi dan penting dalam sumberdaya alam.Tanah terbentuk karena adanya

pengaruh faktor faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat

panjang. Sifat-sifat fisika tanah dapat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

penambahan bahan organik yang dapat mengurangi kepadatan tanah dan

meningkatkan pori drainase. Perubahan sifat fisika tanah juga dipengaruhi oleh

terjadinya iluviasi bahan kimia atau partikel tanah akibat proses pelumpuran dan

perubahan drainase. Drainase adalah kemampuan tanah mengalirkan kelebihan

air yang ada dalam tanah.Aliran air ke dalam tanah melalui permukaan disebut

infiltrasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan praktikum Ilmu Tanah MSP adalah sebagai berikut :

a. Maksud

Maksud dari praktikum Ilmu Tanah MSP adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui cara memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat

diperoleh langsung dari pengamatan lapang.

- Untuk mengetahui cara menghitung bobot jenis, bobot isi dan ruang pori

tanah.
- Untuk mengetahui cara penetapan tekstur tanah tentang perbandingan pasir,

debu dan liat.

- Untuk mengetahui cara menentukan konsistensi tanah kering, lembab dan

basah.

- Untuk mengetahui cara mengukur pH tanah.

- Untuk mengetahui kapasitas tanah dalam menahan air.

b. Tujuan

- Tujuan dari praktikum Ilmu Tanah MSP adalah sebagai berikut:

- Untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh

langsung dari pengamatan lapang.

- Untuk mengetahui nilai bobot jenis, bobot isi dan ruang pori tanah.

- Untuk mengetahui nilai perbandingan pasir, debu dan liat serta menetapkan

tekstur tanahnya.

- Untuk menentukan konsistensi tanah kering, lembab dan basah.

- Untuk mengetahui nilai pH tanah dari pH H2O maupun pH KCl.

- Untuk mengetahui besarnya kapasitas tanah dalam menahan air.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktikum Laboratorium Ilmu Tanah MSP dilaksanakan pada hariSenin-

Rabu, 17-19 September 2018 bertempat di Laboratorium Eksplorasi Sumberdaya

Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya. Praktikum LapangIlmu Tanah MSPdilaksanakan pada hari Sabtu-

Minggu, 6-7 Oktober 2018 di Unit Pelaksana Teknis Perikanan Air Tawar,

Sumberpasir, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA Commented [T2]: 4 spasi

2.1 Tanah

Materi pembahasan pada bab ini yaitu definisi dari tanah, tanah merupakan

lapisan yang mengandung mineral atau bahan organik yang terpengaruhi oleh

sifat fisika, kimia atau biologis. Materi ini juga membahas masalah proses

pembentukan tanah serta jenis-jenis tanah.

2.1.1 Pengertian Tanah

Menurut Panjaitan, et al. (2015),tanah merupakan lapisan permukaan bumi

yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan alam.

Serangkaian tersebut akan membentuk lapisan berpartikel halus atau yang

disebut regolit. Masing-masing jenis tanah mempunyai morfologi yang khas

sebagai konsekuensi keterpaduan pengaruh spesifikdari iklim, jasad hidup,

bahan induk, topografi dan umur tanah.Menurut Widyawati (2013), tanah

merupakan habitat bagi berbagai jenis vegetasi serta organisme di dalam

tanah.Terjadinya ekosistem yang dinamis, dibutuhkan peranan optimal dari

masing-masing organisme yang hidup di dalam tanah. Populasi organisme di

dalam tanah dipengaruhi oleh vegetasi yang berada di atasnya karena vegetasi

dan tanah mempunyai hubungan saling ketergantungan yang sangat erat.

Menurut Lal (2016), tanah merupakan komponen atau entitas yang penuh

dengan kehidupan. Tanah yang berguna untuk tempat mendaur ulang bahan

organik, menyimpan nutrisi, denaturasi polutan, menyaring air, menyerap karbon,

menghindari iklim yang ekstrim, menyimpan plasma nutfah dan sebagai tempat

tinggal keanekaragaman hayati. Kualitas dan kesehatan tanah bergantung pada

kegunaan tanah tersebut mengingat terbatas dan dinamisnya sumber tanah.

Menurut Harold (2017), tanah merupakan lapisan yang mengandung mineral

atau bahan organik yang dipengaruhi oleh sifat fisika, kimia atau biologis. Tanah
juga dikatakan sebagai permukaan yang dapat menahan cairan, gas dan biota

lainnya atau tanaman pendukung.Tanah terdiri dari partikel-partikel yang

letaknya longgar atau berjauhan. Partikel-partikel tersebut dapat mendukung

proses pembentukan tanah. Dimensi dalam tanah memungkinkan terjadinya

fleksibilitas.

Tanah adalah akumulasi tumbuhan alam yang menduduki lapisan atas

permukaan bumi.Tanah disebut juga sebagai kulit bumi yang dijadikan tempat

hidup berbagai organisme,tempat mendaur ulang bahan organik dan menyimpan

nutrisi.Pembentukan tanah terjadi karena adanya bebatuan yang mengalami

pelapukan.Lapisan dalam tanah mengadung mineral dan bahan organik yang

dipengaruhi oleh sifat fisika,sifat kimia dan sifat biologis.Tanah yang terbentuk di

bumi ini dipengaruhi oleh komposisi mineral yang berbeda-beda.

2.1.2 Proses Pembentukan Tanah

Menurut Suharjo,et al. (2017), terbentuknya tanah melalui lima tahap, yaitu

tahap awal (initial stage), tahap muda (juvenile stage), tingkat remaja(virile stage),

tingkat tengah tua (senile stage) dan tingkat tua (final stage). Proses pelapukan

selanjutnya akan bergantung pada faktor lingkungan. Menurut Aak (1983),

proses pembentukan tanah merupakan perubahan dari bahan induk yang

membutuhkan waktu sangat lama untuk membentuk lapisan tanah. Pelapukan

merupakan proses hancurnya dan meleburnya batuan menjadi partikel yang

lebih kecil tanpa disertai perubahan susunan kimia dan menjadi awal dari proses

pembentukan lapisan tanah. Pelapukan pada tanah terdiri dari tiga jenisyaitu

pelapukan fisik, pelapukan kimia dan pelapukan biologi.

Menurut Rayes (2017), proses pembentukan tanah di daerah tropis lebih

cepat dibandingkan daerah beriklim dingin karena dipengaruhi oleh kondisi suhu

dan kelembaban yang tinggi. Pembentukan tanah dimulai dari adanya batuan

dan mineral yang mengalami pelapukan yang akan membentuk bahan induk.
Bahan induk yang sudah terbentuk, akan mengalami proses pedogenik untuk

membentuk profil tanah. Menurut Noor (2014), proses fisika, kimia, biologi dan

antropogenik batuan induk akan berdampak pada pembentukan tanah.

Pembentukan tanah melibatkan proses dari penambahan,penghilangan,

transformasi dan translokasi material penyusun tanah yang dapat diamati pada

tekstur tanah. Pelapukan batuan akan menghasilkan mineral dan komponen

lainnya yang akan membentuk lapisan tanah yang jelas.

Tingkat horizon tanah dapat dipengaruhi oleh

keuntungan,kerugian,translokasi dan transformasi saat proses pembentukan

tanah. Rangkaian horizon tanah nantinya akan membentuk profil tanah. Proses

terbentuknya tanah merupakan masalah biologis dan kimia yang kompleks yang

dapat memengaruhi jenis dan tingkat perkembangan horizon tanah. Proses

pembentukan tanah yang spesifik menghasilkan penambahan bahan

organik,mineral dan gas ke tanah. Faktor lingkungan seperti suhu dan

kelembapan yang tinggi juga memengaruhi proses pembentukan tanah.

2.1.3 Jenis – Jenis Tanah

Menurut Zhao,et al.(2016), jenis-jenis tanah dapat dikelompokkan

berdasarkan zona iklim. Tanah mollisols berada pada daerah yang memiliki zona

beriklim dingin.Tanah ini tersebar di wilayah timur Laut China.Tanah inseptisols

berada pada zona beriklim sedang yang terdistribusikan di daerah Korea

Selatan.Tanah ultisols merupakan jenis yang paling banyak dijumpai terutama di

wilayah Asia Tenggara.Tanah ini berada pada zona iklim subtropis

tengah.Menurut Mathieu,et al. (2015), jenis-jenis pada tanah sangat dipengaruhi

oleh faktor usia tanah. Misalnya tanah andosol mengandung nanomineral jenis

alopan untuk menstabilkan bahan organik.Kelompok vertisol dan chernozem

mengandung lempung smektit dengan aktivitas tinggi yang dikombinasi dengan

saturasi kalsium yang dapat ditukar.Podzols karbon yang relatif muda pada
kedalaman tertentu dapat dikaitkan pada kedua tingkat partikel tanah liat dan

proses pencucian karbon. Alasan kedua untuk ketergantungan usia karbon pada

jenis tanah bisa menjadi usia absolut.

Menurut Rukmana (1995), jenis-jenis tanah dapat digolongkan menjadi

beberapa jenis, antara lain tanah andosols, tanah latosol, dan tanah regosol.

Tanah andosol merupakan tanah yang berada di dataran tinggi.Tanah ini

memiliki karakteristik berwarna hitam kelabu, tekstur tanahnya debu, lempung

dan berstruktur remah.Tanah latosol biasanya memiliki warna merah

kecoklatan.Tanah latosol memiliki tekstur liat dan berstruktur remah.Tanah

regosol berwarna cokelat keabuan dan memiliki tekstur pasir sampai lempung

berdebu.Tanah regosol tidak bersifat asam maupun basa (netral). Menurut

Rukmana (2003), jenis tanah yang banyak ditemukan di Indonesia yaitu tanah

aluvial, latosol, andosol, regosol dan grumosol. Tanah aluvial memiliki ciri-ciri

berwarna abu-abu sampai kecokelatan, bertekstur liat atau berpasir dan memiliki

struktur pejal.Tanah aluvial dapat ditemukan di dataran rendah.Tanah latosol

berwarna merah kecokelatan dan ditemukan di dataran tinggi atau daerah

pegunungan.Tanah andosol memiliki warna hitam kelabu dan bertekstur debu

serta memiliki struktur tanah remah.Tanah andosoldapat ditemukan di daerah

dataran tinggi.Tanah regosol berwarna abu-abu kecokelatan, teksturnya berpasir

dan ada yang bertekstur lempung serta berstruktur lepas.Tanah grumosol

memiliki warna abu-abu kehitaman dan bertekstur lempung berliat sampai liat.

Macam-macam jenis tanah yang ada di Indonesia diantaranya yaitu tanah

podzolik,alluvial,latosol,andosol,regosol dan grumosol.Tanah sendiri jenisnya

dapat dibedakan menurut zona iklim yang terdiri dari tanah mollisols dan tanah

ultisols.Tanah mollisols merupakan tanah yang berada pada zona beriklim

dingin.Tanah mollisols ini bisa dijumpai pada kawasan wilayah timur Laut

Cina.Tanah ultisols merupakan tanah yang berada di zona iklim subtropics


tengah.Tanah ini bisa dijumpai di wilayah Asia Tenggara misalnya Indonesia,

Thailand dan Kamboja.

2.2 Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah pada bab ini akan membahas tentang definisi

pengambilan contoh tanah, macam-macam pengambilan contoh tanah, serta

faktor - faktor yang mempengaruhi contoh tanah.

2.2.1Pengertian Pengambilan Contoh Tanah

Menurut Prayogo dan Saptowati (2016), pengambilan contoh tanah dapat

didefinisikan sebagai volume dari massa tanah yang diambil pada suatu

lokasi.Sifat-sifat fisik tanah sangat diperhatikan pada pengambilan contoh tanah

dilapangan sebelum melakukan penelitian.Ada dua teknik dasar yang dapat

digunakan untuk melakukan pengambilan contoh tanah.Dua teknik dasar

tersebut meliputipengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh

tanah secara tidak utuh.Menurut Mantzos, et al. (2015), pengambilan contoh

tanah adalah suatucara yang digunakan untuk mengambil bagian dari tanah

yang mewakili suatu lokasi. Pengambilan contoh tanah dapat dibagi menjadi tiga

bagian yang samasecara longitudinal. Pengambilan sampel tanah biasanya

dilakukan pada kedalaman 0-20 cm.

Menurut Carter dan Gregorich (2006), pengambilan sampel tanah

merupakan cara untuk mendapatkan tanah yang mewakili jenis tanah pada suatu

lokasi. Lokasi pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai cara seperti menggunakan sampling serampangan, judgement

sampling, atau probability sampling. Sampling serampangan, judgement

merupakan serangkaian cara pengambilan tanah secara tidak sistematis untuk

memastikan bahwa sampel yang diambil mewakili suatu lokasi. Probabilitas

sampling merupakan pengambilan sampel dengan memilih titik sampling di lokasi


acak menggunakan berbagai tata letak sampel tertentu, dan probabilitas

pemilihan titik sampel dapat dihitung untuk setiap desain.Menurut Sagita, et al.

(2014), pengambilan contoh tanah juga dapat dilakukan untuk menentukan

tekstur dari suatu tanah yang mewakili suatu lokasi.

Pengambilan contoh tanah meliputi dua teknik yaitu pengambilan tanah

secara utuh dan pengambilan tanah secara tidak utuh.Tanah utuh adalah tanah

yangstrukturnya belum berubah sesuai dengan bentuk aslinya.Tanah tidak utuh

merupakan kebalikan dari tanah utuh,tanah yang strukturnya sudah tidak sama

dengan bentuk aslinya.Sampel yang telah diambil harus dihindarkan dari

benturan serta sinar matahari . Pengambilan sampel bisa juga dilakukan dengan

menggunakan ring sampel serta dengan cangkul.

2.2.2 Macam - Macam Pengambilan Contoh Tanah

Menurut Prayogo dan Saptowati (2016), macam-macam pengambilan

contoh tanah dapat ditentukan dengan melihat sifat fisika dan kimia dari suatu

tanah. Pengambilan contoh tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis

pengambilan antara lain contoh tanah tidak terusik, contoh tanah dalam keadaan

agregat tidak terusik dan contoh tanah terusik.Contoh tanah tidak terusik

(undisturbed soil sample) merupakan tanah yang dapat digunakan untuk

menetapkan berat isi atau bulk density.Contoh tanah dalam keadaan agregat tak

terusik (undisturbed soil aggregate) merupakan tanah yang digunakan untuk

menentukan ukuran dan derajat kemantapan agregat.Contoh tanah terusik

(disturbed soil sample), digunakan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,

tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks

patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan dan erodibilitas

tanah.Menurut Dharmayasa dan Eratodi (2016),pengambilan contoh tanah dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis pengambilan antara lain contoh tanah yang

tidak terganggu dan contoh tanah yang terganggu. Contoh tanah yang tidak
terganggu memiliki kondisi tanah yang sesuai dengan kondisi tanah pada kondisi

asalnya.Contoh tanah yang terganggu merupakan contoh tanah yang diambil

tanpa harus mempertahankan sifat-sifat tanah pada kondisi aslinya.

Menurut Jouquet, et al. (2016), macam-macam pengambilan contoh tanah

dapat dibedakan dengan melihat variasi dari sifat-sifat tanah. Pengambilan

sampel tanah dapat dilakukan dengan meilihat kandungan mineralnya.Banyak

sekali tipe tanah yang dapat ditemukan di daerah tropis.Tanah di daerah tropis

dapat dibedakan menjadi dua macam tanah yaitu tanah yang didominasi oleh

kaolinit dan oksida (tanah liat).Ada beberapa tanah pada daerah tropis yang

didominasi oleh smektit (tanah lempung).Menurut Kelepertzis (2014),

pengambilan contoh sampel tanah dapat dilakukan dengan menggunakan

metode secara acak. Maksud dari metode secara acak ini yaitu pada suatu lokasi

penelitian diambil sampel tanah tidak hanya dari satu titik melainkan beberapa

titik. Tujuannya agar pengambilan sampel tanah ini dapat mewakili keseluruhan

lokasi tanah penelitian.

Pengambilan contoh tanah terdiri dari beberapa jenis tanah yaitu contoh

tanah utuh,agregat utuh dan contoh tanah tidak utuh. Macam pengambilan tanah

digolongkan menjadi tiga menurut sifat fisika yaitu contoh tanah terusik untuk

analisis penetapan berat volume,contoh agregat tidak terusik untuk menentukan

drajat kemantapan agregat dan contoh tanah terusik untuk menentukan tekstur

dan luas permukaan. Pengambilan contoh tanah juga dapat dilakukan dengan

melihat kandungan mineral yang ada di tanah.Pengambilan contoh tanah juga

bisa menggunakan metode pengambilan tanah secara acak pada suatu

lokasi.Tujuan dari pengambilan sampel secara acak yaitu untuk mewakili semua

lokasi penelitian tanah.


2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Contoh Tanah

Menurut Setyawan dan Hanum (2014), kegiatan pertama yang harus

dilakukan sebelum memulai proses pengambilan contoh tanah adalah

memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi akumulasi atau erosi

sumberdaya lahan (partikel tanah, serasah, dan air). Menetapkan transek

pengamatan merupakan langkah ke duayang dapat mewakili berbagai titik yang

mempengaruhi pengambilan contoh tanah.Pengamatan transek di lapangan, baik

zona run–on dan zona run-off yang dipilih secara sistematik hingga kedalaman

dan tekstur tanah menjadi faktor utama dalam melakukan pengambilan contoh

tanah.Menurut Ilek dan Kucza (2014), metode yang tepat untuk pengambilan

sampel biasanya tergantung pada beberapa faktor.Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengambilan contoh tanah berupa tingkat akurasi, kecepatan dan

biaya yang dikeluarkan.Proses pengambilan contoh tanah di lapang pada

umumnya akan memakan waktu yang lama dan akan mengeluarkan biaya yang

besar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beratnya medan di lapang atau

tempat pengambilan sampelnya.

Menurut Handayanto, et al. (2017),pengambilan sampel tanah biasanya

dilakukan berulang kali dan pada tempat yang berbeda–beda. Pengambilan

sampel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, khususnya faktor eksternal

atau faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pengambilan

sampel antara lain perubahan iklim dan pertumbuhan tanaman di sekitar area

pengambilan sampel.Menurut Valle dan Carrasco (2017), hal–hal yang perlu

dipertimbangkan ketika mengevaluasi kualitas tanah adalah variasi temporal dari

sifat–sifat yang dimiliki tanah.Sifat–sifat tanah ini dapat dipengaruhi oleh

perubahan musim yang bersifat biologis.Efek dari perubahan musim yaitu

munculnya perubahan pada sifat fisika dan kimia tanah, sehingga perubahan

musim dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kualitas tanah. Sifat fisik dan
kimia yang paling umum digunakan dalam menilai kualitas tanah adalah bulk

density, kerapatan partikel, total porositas, makropososit, total air yang tersedia,

jenuh atau tidaknya konduktivitas hidrolik, tekstur tanah, pH, total N, dan total C.

Pengambilan contoh tanah tidak boleh dilakukan sembarangan,harus

memperhatikan hal-hal dan faktor agar tidak terjadi kesalahan. Suhu dan

perubahan iklim merupakan faktor yang dapat memengaruhi pengambilan

sampel. Faktor lainnya yaitu tingkat akurasi,kecepatan dan biaya yang

dikeluarkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam yaitu variasi temporal

dan sifat yang dimiliki tanah. Proses pengambilan sampel tanah perlu

memperhatikan hal-hal yang dapat meemngaruhi akumulasi atua erosi.

2.3 Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat yang

terkandung pada tanah.Materi tekstur tanah membahas tetang pengertian tekstur

tanah, macam-macam tekstur tanah, faktor yang mempengaruhi tekstur tanah

dan fungsi penentuan tekstur tanah.

2.3.1 Pengertian Tekstur Tanah

Menurut Hanafiah (2014), tekstur tanah merupakan perbandingan antara

partikel penyusun tanah yang dinyatakan dalam persen. Tekstur tanah terbagi

atas fraksi pasir, debu dan liat.Tekstur tanah dibagi menjadi beberapa golongan,

yaitu tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, tanah bertekstur halus atau

tanah liat dan tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.Menurut Paul

(2015), pembagian tiga jenis tanah, tanah liat, debu dan pasir bisa disebut

sebagai tekstur tanah. Ketiga jenis tanah ini bisa dibedakan dengan melihat dan

menganalisa teksturnya. Mineral besar umumnya seperti batu, pasir dan kerikil

ditemui pada bagian-bagian tanah. Ukuran tekstur ini bervariasi mulai dari yang

berdiameter 2 mm sampai yang terkecil berdiameter 0,002 mm. Permukaan


mineral tanah mengalami akumulasi pada biomassa yang mati dan hidup pada

proses dekomposisi organisme.

Menurut Sinaga, et al. (2014), tekstur tanah merupakan salah satu sifat

fisika tanah yang dapat diketahui dilapang ataupun dapat ditetapkan

dilaboratorium.Tekstur tanah yang memiliki luas permukaan yang besar mampu

menahan air serta dapat menyediakan unsur hara yang lebih besar pula.Menurut

Wu,et al.(2013),tekstur tanah merupakan partikel tanah yang terbagi menjadi tiga

jenis yaitu tanah liat, pasir dan debu. Ketiga jenis tanah ini bisa diukur

menggunakan metode hydrometer.Perubahan kondisi pada lingkungan seperti

penambahan bahan organik dapat menyebabkan perubahan tekstur pada tanah.

Tekstur tanah adalah tingkat kehalusan tanah karena perbedaan komposis

kandungan fisik.Tekstur tanah merupakan perpaduan unsur liat,debu dan

pasir.Kombinasi dari ketiga unsur tanah ini harus seimbang sehingga diperoleh

tekstur tanah yang baik.Tekstur tanah juga ikut menentukan tata air dalam tanah

yaitu berupa kecepatan infiltrasi,penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh

tanah.Tekstur juga menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran butiran

tanah.Tekstur tanah bersifat sensitive terhadap lingkungan karena dapat

memengaruhi tekstur tanah.

2.3.2 Macam-Macam Tekstur Tanah

Menurut Mcsherry dan Ritchie (2013), segitiga tekstur merupakan dasar

yang dapat digunakan untuk menentukan macam-macam tekstur tanah.Secara

umum macam-macam tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis tanah, yang

meliputi pasir, debu dan tanah liat.Debu merupakan jenis tanah yang memiliki

tekstur tanah yang paling halus.Tanah liat memiliki tekstur yang lebih kasar dari

pada debu, sedangkan pasir merupakan jenis tanah yang memiliki tekstur paling

kasar.Menurut Hillel (1980), berbagai macam bentuk tanah dapat dikelompokkan

dengan melihat kelas tekstur tanah. Tekstur tanah dapat dilihat melalui sifat fisik
tanah seperti kekerasan, permeabilitas, plastisitas, kesuburan, dan produktivitas

dari suatu tanah.

Menurut Neshat,et al. (2014), tekstur pada tanah dibagi menjaditiga jenis

berdasarkan zonanya. Jenis-jenis dari tekstur tanah yaitu, pasir, debu dan

liat.Tekstur tanah memiliki beberapa material yang terkandung didalamnya,

seperti kerikil, batu kecil dan lumpur.Menurut Rowell (1994), secara umum

penentuan tekstur tanah dapat ditentukan berdasarkan ukuran partikel bahan

penyusunnya. Tekstur tanah yang halus dipengaruhi oleh adanya bahan organik

yang tinggi pada tanah.Tekstur tanah dapat ditentukan secara subjektif dengan

metode perasaan, karena distribusi ukuran partikel dapat mempengaruhi sifat

mekanis dari masing-masing bahan induk.

Macam-macam tanah dapat ditentukan dengan segitiga tekstur

tanah.Duabelas macam tanah yang ada di di segitiga tekstur tanah yang

dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi yang terdapat pada segitiga

tekstur tanah.Tanah merupakan perpaduan dari liat,debu dan pasir,pada segitiga

tekstur tanah ini dibedakan menjadi tiga bagian tersebut.Tekstur tanah memiliki

tekstur yang lembut dibandikan yang mengandung bahan organik.Tekstur debu

menganduk mineral aluminium oksida karena tekstur dipengaruhi oleh

kelembapan. Pasir tekstur lebut,pori lebih besar dari debu.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekstur Tanah

Menurut Kirk,et al. (2013), tekstur tanah pada dasarnya dipengaruhi oleh

kelembapan lingkungan dan didasari dari proses biofisika. Tekstur tanah juga

dipengaruhi oleh evaporasi, presipitasi dan penyaluran air seperti irigasi.Menurut

Fischer,et al. (2014), tekstur tanah juga dapat dipengaruhi oleh faktor organisme.

Aktivitas cacing tanah dapat mempengaruhi kesuburan tanah dan tekstur pada

tanah.Cacing tanah akan membentuk makropori yang dapat meningkatkan


produksi dari biomassa bahan organik. Kandungan biomassa bahan organik

yang tinggi pada tanah dapat mempengaruhi tekstur tanah itu sendiri.

Menurut Caudhari,et al. (2013), tekstur dan ketebalan tanah dipengaruhi

oleh OMC (Organic Matter Content) atau kandungan bahan organik dalam tanah

dan konsentrasi nutrien yang berada didalam tanah. Tanah mengandung bahan

organik yang kaya akan nutrien seperti halnya tanah merah dan tanah

hitam.Pemupukan tanah yang tidak seimbang atau berlebihan akan

mengakibatkan kondisi tanah tidak baik dan tidak stabil.Menurut Schaetzl dan

Michael (2005), salah satu faktor yang mempengaruhi tekstur tanah ialah faktor

biotik, salah satunya adalah vegetasi yang berada di permukaan tanah. Faktor

lain yang dapat mempengaruhi tekstur tanah yaitu topografi, kemiringan topografi

yang berbeda-bedaakan menyebabkan aliran air pada tanah berbeda juga

sehingga akan berdampak pada tekstur tanah.

Tanah sangat dipengaruhi oleh komposisi dari mineral dan bahan organik

yang dikandungnya.Komposisi material yang menyusunya dapat menunjukkan

tingkat kesuburan tanah.Kelembapan lingkungan merupakan salah satu faktor

yang dapat memengaruhi tekstur tanah.Tekstur tanah juga dipengaruhi teknik

untuk menganalisis tekstur tanah.Faktor biotik dan organisme dapat

memengaruhi tekstur tanah.

2.3.4 Fungsi Penentuan Tekstur Tanah

Menurut Franz,et al. (2013), fungsi dari penentuan tekstur tanah yaitu agar

dapat membedakan tekstur dan kelembaban pada tanah.Tekstur pada tanah

memiliki banyak variasi yang membedakan antara tanah yang satu dengan tanah

yang lainnya. Penentuan tekstur tanah juga berfungsi untuk membedakan jenis

tanah secara akurat. Menurut Harahap,et al. (2014),penentuan tekstur tanah

dapat dilakukan dengan metode perasaan. Metode ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan tekstur utama (pasir, debu, liat) dari sifat fisik suatu
tanah. Tekstur tanah berguna untuk menentukan carapengolahan tanah pada

suatu lahan.

Menurut Beretta, et al. (2014), fungsi dari penentuan tekstur tanah untuk

membedakan debu, liat dan pasir. Penentuan tekstur tanah ini ditentukan secara

gravimetrik setelah proses pengayakan. Proses gravimetrik merupakan proses

menentukan kuantitas suatu partikel tanah setelah pemisahan yang dilakukan

melalui proses pengayakan.Menurut Akumu,et al. (2015), penentuan tekstur

tanah berfungsi untuk membedakan tekstur tanah pada sampel tanah yang

diambil disuatu tempat. Tekstur tanah juga berfungsi untuk mengetahui

persentase kandungan bahan induk dalam tanah.

Jenis dan tekstur tanah akan menentukan tingkat kesuburan

tanah,berpengaruh pada porositas dan daya tahan terhadap erosi. Perbedaan

tekstur tanah dari pengambilan tanah secara acak merupakan salah satu

manfaat tekstur tanah.Fungsi selanjutnya yaitu mengetahui kelembapan tanah

dan topografi dari hasil pengambilan sampel tanah.Kedalaman,tekstur dan

struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju

penjenuhan tanah oleh air. Tekstur tanah sendiri memiliki tiga variasi

diantaranya pasir,debu dan liat.

2.4 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

ruang partikel-partikel tanah yang bergabung antara satu dengan yang lain.

Materistruktur tanah juga menjelaskan macam-macam struktur tanah, faktor yang

mempengaruhi struktur tanah.

2.4.1 Pengertian Struktur Tanah

Menurut Margolang,et al. (2015), struktur tanah merupakan agregat yang

terbentuk atas gabungan berbagai komponen.Komponen penyusun tanah terdiri


atas partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat.Struktur pada tanah saling

berkaitan antara agregat tanah dan kemantapan agregat tanah.Bahan organik

pada kemantapan agregat tanah berfungsi sebagai bahan perekat antar partikel

pembentuk tanah (mineral primer).Menurut Subagiyo dan Kusmartono (2017),

struktur tanah dapat diartikan sebagai proses penggumpalan partikel-partikel

tanah secara alami. Sifat-sifat alami tanah ini meliputi daya tahan terhadap

pengikisan, porositas tanah, permeabilitas dan daya infiltrasi tanah terhadap air

serta kapasitas mengikat air.

Menurut Palmer dan Smith (2013), struktur tanah didefinisikan sebagai

bentuk, ukuran, tingkat perkembangan agregasi dari tanah primer menjadi unit

secara alami atau buatan. Pengaturan tata ruang unit-unit ini termasuk deskripsi

void (pori-pori dan celah) antara dan di dalam agregat. MenurutSunarko

(2014),strukturtanahmerupakansusunanpartikel tanah yang terdiridaributir-

butirtanah yang

membentukagregat.Komponenagregratinibiasanyaterdiridarifraksiliat,debu,danpa

sir.Strukturtanahinidapatmenggambarkantentangbaik-

buruknyasuatukualitastanah.Penggambarankualitasbaik-

buruknyastrukturtanahjugadapatdilakukandenganmelihatwarnapadatanah.Warnat

anah yang semakingelapmakasemakintinggibahanorganik yang terkandung di

dalamnya.

Struktur tanah adalah susunan partikel (pasir,liat dan debu) dengan ruang

pasir yang dibatasi oleh bidang belah alami.Struktur tanah merupakan gumpalan-

gumpalan dari butir-butir tanah.Struktur tanah telah didefinisikan sebagai

ukuran,bentuk,susunan dan pengepakan partikel tanah ke unit yang dapat

diidentifikasi.Struktur tanah harus memperhitungkan rongga sehingga bisa

didefinisikan sebagai ukuran,bentuk dan susunan padatan.Struktur tanah dapat

dijadikan sebagai parameter kesuburan tanah.


2.4.2 Macam – Macam Struktur Tanah

Menurut Panjaitan,et al. (2015),tanah memiliki struktur yang bermacam-

macam. Secara umum struktur pada tanah dapat dibagi menjadi empatmacam

yaitu struktur butir, struktur gumpal, gumpal bersudut, dan pejal.Menurut Matziris,

et al. (2016), struktur tanah dapat menjadi salah satu indikator untuk kualitas

tanah. Tanah tebagi atas berbagai macam bentuk atau ukuran yang sering kita

sebut sebagai struktur tanah. Macam–macam struktur pada tanah antara lain,

glanular (butiran) kasar, glanular (butiran) sangat halus, granular (butiran) halus,

glanular (butiran) sedang, platy(lempeng) kasar, platy (lempeng) halus, platy

(lempeng) sedang. Macam-macam struktur tanah juga dapat dibedakan dengan

melihat ujung bongkahan tanah antara lain, angular (menyudut) kasar, angular

(menyudut) halus, angular (menyudut) sedang, subangular (agak menyudut)

kasar, subangular (agak menyudut) sangat halus, subangular (agak menyudut)

halus, subangular (agak menyudut) sedang.

Menurut Mohammed, et al. (2016), struktur tanah tersusun atasberbagai

macam partikel tanah. Pola dari pengulangan agregat dengan bentuk, ukuran,

orientasi, dan bentuk yang sama dalam setiap morfologi horizon akan

membentuk suatu struktur pada tanah. Agregat yang dapat dilihat dengan jelas

maka bentuk ini disebut gumpalan (peds) dan secara sederhana struktur tanah

dapatdigolongkan kedalam beberapa kelas berdasarkan bentuk kualitatif seperti

lempeng (platy),gumpalan membulat (granular), gumpalan menyudut(blocky) dan

prisma(prismatic). Menurut Fiantis (2017), tanah dapat mempunyai struktur jika

terbentuk secara alami namun ada beberapa tanahyang tidak mempunyai

struktur tanah. Tanah yang tidak mempunyai struktur biasanya terdiri atas butiran

tunggal ataupun berbentuk pejal.Struktur tanah dapat dilihat berdasarkan faktor

fisiknya seperti bentuk, tingkat perkembangan dan ukuran.Macam-macam


sruktur tanah terdiri dari lempeng (platy), prismatik, tiang (columnar), gumpal

bersudut (angular blocky), gumpal membulat (subangular blocky), granular dan

remah (crumb).

Struktur tanah dibedakan menjadi empat macam yaitu struktur butir,struktur

gumpal,struktur gumpal bersudut dan pejal.Struktur butir bukan merupakan

struktur melainkan campuran dari butir-butir primer yang kasar tanpa adanya

pengikat tanah agregat.Struktur gumpal,struktur ini biasanya terdapat pada tanah

liat. Gumpalan tanah biasanya lebih besar dari pada yang lain. Struktur

gumpalan lebih mudah larut jika terkena oleh air hujan.

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Tanah

Menurut Tobiasova,et al. (2013), struktur tanah merupakan indikator dari

kualitas tanah. Bahan organik dianggap sebagai unsur atau elemen penting

dalam pembentukan komponen penyusun tanah.Distrubusi ukuran pertikel,

kuantitas dan kualitas bahan organik juga sangat mempengaruhi pembentukan

komponen penyusun tanah. Menurut Khair,et al. (2017), struktur tanah

merupakan cerminan karakteristik atau sifat fisik dari suatu tanah. Struktur tanah

yang baik adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi.

Bahan organik yang tinggi dapat menghasilkan humus yang tebal. Humus

tersebut nantinya akan menghasilkan sifat fisik tanah yang baik. Sifat fisik tanah

yang baik yaitu mempunyai kemampuan menghisap air sampai beberapa kali

berat keringnya dan juga mempunyai porositas yang tinggi.Bahan organik

tersebut juga dapat meningkatkan kemantapan agregat dan juga memperbaiki

tekstur tanah.

Menurut Podrazky, et al. (2015), penanaman hutan dapat menghasilkan

perubahan karakteristik fisik tanah dan pembentukan struktur tanah dalam waktu

yang relatif singkat. Pola perubahan dan kondisi tanah di setiap fase bergantung

pada lokasi, dimana faktor-faktor makrokimia, mikrokimia, geologi, dan biologis


serta interaksinya dapat memainkan peran yang menentukan.Berdasarkan

pengamatan yang telah dilakukan dapat menciptakan struktur tanah yang

stabil.Faktor tersebut berkaitan dengan kualitas bahan organik tanah yang

ditentukan oleh karakteristik serta kuantitas sampah organik. Menurut Mamedov

(2014), perubahan dalam sistem makropori pada tanah dapat menjadi faktor

yang berlaku untuk sifat fisik tanah, infiltrasi dan penurunan konduktivitas hidrolik,

dan limpasan sedimen selama irigasi(run-off) dan selama curah hujan.

Kerusakan struktur tanah dan penurunan infiltrasi dapat menyebabkan limpasan

permukaan pada tanah, yang menyebabkan kontaminasi terhadap permukaan

tanah.Kerusakan tersebut disebabkan oleh paparan limbah dan erosi pada

tanah.Sebagian besar penelitian menyebutkan penurunan permeabilitas tanah

yang signifikan setelah aplikasi hujan, limpasan atau air limbah dapat

mempengaruhi struktur tanah.

Struktur tanah dipengaruhi oleh bahan organik yang terurai dari

mikroorganisme yang nantinya akan mempengaruhi laju pergerakan air.

Organisme dalam tanah akan mempercepat terbentuknya agregat. Agregat tanah

adalah kelompok partikel tanah yang terikat satu sama lain dan lebih kuat dari

partikel di dekatnya. Bahan organik pada tanah yang telah mengalami pencucian

dapat menjadi bahan pelekat. Bahan organic yang tinggi dapat menghasilkan

humus yang tebal,humus nantinya akan menghasilkan sifat fisika yang baik.

2.5 Penentuan Bobot Isi

Bobot isi adalah bobot massa tanah pada kondisi lapangan yang

dikeringkan persatuan volume. Penentuan bobot isi tidak hanya membahas

definisi saja melainkan fungsi yang mempengaruhi bobot isi dan fungsi

penentuan bobot isi.


2.5.1 Pengertian Bobot Isi

Menurut Arifudin (2016), bobot isi tanah merupakan berat suatu massa

tanah kering per satuan volume tertentu. Volume tanah adalah volume

kepadatan tanah termasuk pori–pori tanah.Tanah yang memiliki bobot isi lebih

besar memiliki kepadatan yang tinggi sehingga ketersediaan oksigen dalam

tanah rendah.Rendahnya nilai bobot isi tanah menyatakan bahwa tanah tersebut

kurang padat sehingga ketersediaan oksigen lebih banyak dibanding dengan

tanah yang padat.Menurut Tolaka,et al. (2013), bobot isi (kerapatan massa)

tanah adalah massa atau berat tanah kering per satuan volume.Bobot isi dapat

digunakan sebagai evaluasi terhadap kemungkinan akar tanaman air dapat

menembus tanah.Tanah-tanah dengan bobot isi yang tinggi akar tanaman air

tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut.

Menurut Chaudari,et al. (2013), bobot isi (bulk density) merupakan berat

sampel tanah dibagi dengan volume tanah. Tanah yang ideal atau baik untuk

tanaman air yaitu tanah yang biasa menahan udara dan air yang cukup dan

memiliki pori yang bisa untuk ditembus akar tanaman air untuk mencari air dan

nutrien dalam tanah.Menurut Schulze (2007), bulk density adalah perbandingan

dari massa tanah dengan volume. Padatan tanah yang diketahui volumenya

akan dapat dihitung besarnya nilai bulk density dengan menimbang massanya

terlebih dahulu. Nilai bulk density selalu lebih kecil dari nilai padatan tanah.

Berat isi atau yang biasa disebut dengan kerapatan massa merupakan

kondisi perbandinganantara berat tanah kering dengan volume tanah. Berat isi

merupakan petunjuk dari kepadatan suatu tanah.Nilai berat suatu tanah berbeda-

beda tergantung dengan kondisi struktur tanahnya.Tanah memiliki kepadatan

yang tinggi maka nilai bobot isinya juga semakin tinggi.Bobot isi adalah

parameter dalam pengukuran kualitas struktur tanah.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Bobot Isi Commented [T3]: Halaman selanjutnya
Menurut Prasetya, et al. (2014), bobot isi tanah dapat dipengaruhi oleh

struktur (dalam hal ini ruang pori), tekstur (dalam hal ini ukuran dan kepadatan

jenis partikel) dan kandungan bahan organik. Penambahan bahan organik

menjadi faktor penentu perubahan bobot isi tanah. Bahan organik tanah seperti

pupuk kandang dan pupuk hijau dapat merubah sifat fisik tanah seperti

mengurangi kepadatan tanah, meningkatkan pori drainase, kadar air tersedia dan

C-organik tanah jika diaplikasikan atau ditambahkan pada tanah. Menurut

Zulkarnain,et al. (2013), bahan organik merupakan salah satu faktor umum yang

menyebabkan perbedaan bobot isi pada suatu tanah. Bahan organik bersifat

porus yang jika diberikan ke dalam tanah akan menciptakan ruang pori di dalam

tanah.Penambahan bahan organik pada tanah dapat menyebabkan bobot isi

tanah menjadi turun.Kandungan bahan organik tanah menentukan tinggi-

rendahnya bobot isi tanah. Kandungan BOT (Bahan Organik Tanah) mempunyai

hubungan negatif dengan bobot isi tanah pada lapisan atas.

Menurut Tian,et al. (2018), faktor–faktor yang dapat mempengaruhi bobot

isi tanah adalah adanya aktivitas menajemen pertanian dan perubahan iklim.

Nilai bobot isi tanah dapat meningkat dibawah pengaruh hujan, irigasi, dan

adanya aktivitas perdagangan.Bobot isi tanah dapat berubah sebesar 40%

karena adanya siklus tahunan disertai dengan aktivitas pertanian.Menurut Porzig,

et al. (2018), infiltrasi air merupakan salah satu Indikator yang mempengaruhi

bulk density pada suatu tanah. Perubahan dalam infiltrasi air dapat menjadi

indikasi perubahan dalam materi organik tanah dan bulk density pada tanah.

Faktor yang dapat emmengaruhi bobot isi tanah yaitu tekstur,struktur, dan

kandungan bahan organik.Penambahan bahan organik menjadi faktor penentu

perubahan bobot isi tanah.Perubahan iklim dan manajemen perikanan juga dapat

meemngaruhi bobot isi tanah.Hubungan bobot isi tanah dengan porositas yaitu

berbanding terbalik,apabila bobot isi tersebut tinggi makan nilai porositasnya


rendah. Porositas adalah proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang terdapat

dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga

merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah.

2.5.3 Fungsi Penentuan Bobot Isi

Menurut Yuniawati dan Suhartana (2013), penentuan bobot isi berfungsi

untuk mengetahui kepadatan suatu tanah.Salah satu bentuk kerusakan tanah

akibat pengolahan lahan dapat diketahui dengan melihat peningkatan bobot isi

tanah atau bulk density. Bobot isi tanah liat jika di bandingkan dengan tanah

mineral maka jumlahnya akan sangat rendah. Tinggi rendahnya nilai bobot

isitanah akan mempengaruhi tingkat permeabilitas air sehingga akan

berpengaruh terhadap perkembangan organisme di lingkungan perairan.Menurut

Evarnaz, et al. (2014), bobot isi dapat digunakan sebagai petunjuk kepadatan

tanahsuatu tanah.Semakin padat suatu tanah semakin tinggi pula nilai bobot

isinya, yang berarti semakin sulit air untuk menembus ke tanah.Tanah dengan

bahan organik yang rendah memiliki nilai bobot isi yang tinggi.

Menurut Porzig, et al. (2018), pengukuran bobot isi dan bahan organik pada

tanah diakui sebagai indikator yang baik bagi tanah. Hal ini dikarenakan bobot isi

dan bahan organik berguna untuk menentukan sifat dinamis pada tanah.Menurut

Rodríguez-Lado,et al. (2015), bobot isi dapat dijadikan sebagai parameter

penting pada tanah. Bobot isi digunakan sebagai penentu sifat dan proses tanah

termasuk porositas, kelembaban tanah, laju infiltrasi air dan erodibilitas. Bobot isi

menjadi parameter penting untuk memprediksi fungsi hidrolik tanah seperti

retensi air, konduktivitas hidrolik atau limpasan permukaan serta menjadi

parameter yang diperlukan untuk mengubah konsentrasi elemen dan fluks

elemen dalam ekosistem.

Fungsi penentuan bobot isi adalah menunjukkkan perbandingan antara

berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori


tanah.Penentuan bobot isi juga dapat digunakan sebagai tolak ukur satuan

ukuran dan struktur dalam tanah.Tanah yang memiliki tekstur tanah yang baik

maka dapat digunakan sebagai kolam perikanan.Penentuan bobot isi tanah juga

dapat digunakan sebagai indikator sifat dinamis pada tanah.Bobot isi tanah dapat

digunakan untuk menunjukan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan

akar untuk menembus tanah.

2.6 Penentuan Bobot Jenis

Bobot jenis atau berat jenis yaitu kerapatan partikel padatan tanah.Mater

iini juga membahas tentang faktor yang mempengaruhi bobot jenis dan fungsi

penentuan bobot jenis.

2.6.1 Pengertian Bobot Jenis

Menurut Dass, (2014), berat jenis merupakan indeks penting dari tanah

yang berkaitan dengan komposisi kimia tanah untuk mengidentifikasi tanah.

Berat jenis dapat diartikan dengan perbandingan antara berat volume padatan

tanah dengan berat volume air dalam tanah. Peralatan yang digunakan untuk

pengukuran berat jenis adalah piknometer atau botol ukur. Berat jenis tersebut

penting dalam menentukan kesesuaian tanah sebagai bahan kontruksi yang

berkaitan dengan gaya kohesi. Menurut Hasibuan (2015), bobot jenis tanah

adalah perhitungan antara massa padatan tanah dibagi dengan volume padatan

tanah. Bobot jenis tanah dapat digunakan untuk menunjukkan kerapatan dari

partikel padat secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan karena bobot jenis tanah

dipengaruhi oleh mineral penyusun tanah. .

Menurut Rosyidah dan Wirosoedarmo(2013), bobot jenis tanah

menunjukkan nilai dari kerapatan suatu partikel padat tanah secara

keseluruhan.Menurut Tripathy (2013), bobot jenis tanah dapat diartikan sebagai

perbandingan antara rasio berat di udara suatu padatan tanah dengan volume
air. Penentuan bobot jenis tanah dapat digunakan untuk melakukan menghitung

padatan dan berat satuan dari tanah. Bobot jenis yang dihitung kemudian dapat

menentukan berat bobot jenis tanah berpasir adalah 2,65 Gs dimana tanah

berpasir ini terbuat dari kuarsa dan campuran lain. Contoh lainnya yaitu

menghitung bobot jenis dari tanah lempung dan tanah berlumpur yaitu antara 2,6

– 2,9 Gs dimana bobot jenis dari tanah ini mempunyai bobot jenis yang bervariasi.

Berat jenis tanah adalah perbadingan antara berat tanah di udara dengan

volume air suling pada suhu 4oC. Berat jenis tanah sering digunakan sebagai

penghubung berat tanah dengan volume.Besarnya berat jenis agregat penting

dalam perencanaan agregat.Bobot jenis tanah menunjukan nilai kerapatan

keseluruhan tanah.Nilai bobot jenis tanah dapat ditentukan dengan membagi

masa padatan tanah dengan volume padatan tanah.

2.6.2 Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Jenis

Menurut Putinella (2014), partikel padatan tanah dapat mempengaruhi

berat jenis butiran tanah untuk setiap jenis tanah yang berbeda. Bobot jenis

tanah juga dipengaruhi oleh adanya penambahan humus, dimana bahan organik

mempunyai kemampuan dalam memacu terbentuknya agregat-agregat tanah.

Pelapukan dan hilangnya mineral mineral penyusun tanah juga berpengaruh

terhadap bobot jenis tanah. Menurut Malau dan Utomo (2017), bobot jenis tanah

dapat dipengaruhi oleh ruang pori tanah. Adanya ruang pori dapat

mempengaruhi penurunan dari kepadatantanah. Bahan organik pada tanah

berperan dalam merekatkan partikel tanah, sehingga menyebabkan ruang pori

semakin banyak yang menyebabkan air dan unsur hara dapat ditampung dalam

tanah. Secara tidak langsung hal itu dapat berpengaruh terhadap bobot jenis

tanah, karena semakin menurunnya kepadatan tanah maka semakin menurun

nilai dari suatu bobot tanah.


Menurut Amri, et al. (2014), bobot jenis sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor yang mempengaruhi bobot jenis

tanah antaralain :pertama, kadar airakan mempengaruhi volume kepadatan

tanah. Kedua bahan organik, yang akan mempengaruhi kerapatan butir tanah.

Ketiga tekstur tanah dan struktur tanah, yang dipengaruhi oleh volume kepadatan

tanah. Keempat tingkat kepadatan tanah, yang tersusun atas fraksi pasir, liat dan

debu.Menurut Imam, et al.(2017), macam-macam tanah merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi berat jenis tanah. Hal tersebut menyebabkan setiap

tanah memiliki berat jenis yang berbeda beda.Contohnya pada kerikil mempunyai

berat jenis 2,65 - 2,68 Gs, lanau organik mempunyai berat jenis 2,62 - 2,68 Gs.

Lempung organik mempunyai berat jenis 2,58 – 2,65 Gs. Lempung anorganik

mempunyai berat jenis 2,68 – 2,75 Gs. Humus mempunyai berat jenis 1,37 Gs.

Gambut mempunyai berat jenis 1,25 – 1,80 Gs.

Berat jenis atau bobot jenis tanah dipengaruhi oleh bahan organik. Bahan

organik yang mempunyai massa padatan lebih ringan dibandingkan padatan

mineral tanah berpengaruh pada berat isi dan berat jenis. Bahan organik

merupakan salah satu komponen yang berperan dalam merekatkan tanah.

Kerapatan tersebuat membuat semakin banyak kandungan bahan organik maka

berat jenis semakin rendah. Faktor lain yang dapat meemngaruhi berat jenis

yaitu kadar air,tekstur tanah,dan kepadatan tanah.

2.6.3 Fungsi Penentuan Bobot Jenis

Menurut Adeyemi,et al. (2014), bobot jenis dijadikan sebagai parameter

penting dalam evaluasi tanah sebagai penyusun komponen dasar pada tanah.

Bobot jenis tanah juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengidentifikasi

tanah laterit (tanah merah).Menurut Nita, et al. (2015), berat jenis partikel pada

suatu tanah memperlihatkan kerapatan dari partikel tanah secara umum.

Komposisi padatan tanah yang stabil menyebabkan nilai berat jenis tanah
menjadi relatif tetap atau tidak mudah berubah dalam jangka waktu yang singkat.

Berat jenis tanah akan berbeda antar setiap jenis tanah (macam tanah) apabila

terdapat variasi komposisi bahan mineral tanah yang sangat besar.

Menurut Dass (2014), penentuan bobot jenis tanah dapat digunakan untuk

mengetahui karakteristik tanahyang sesuai dengan fungsinya. Nilai bobot jenis

tanah yang tinggi akan memberikan kekuatan pada tanah, karena nilai kerapatan

tanah akan meningkat. Sifat-sifat kimia tanah dapat dilihat berdasarkan bobot

jenis tanah.Menurut Saini dan Vaishnava (2015), derajat kejenuhan air, berat

satuan tanah dan keseimbangan tanah dengan air dapat ditentukan dengan

melakukan perhitungan bobot jenis tanah. Bobot jenis tanah juga dapat

digunakan untuk menentukan tingkat kerapatan dari tanah itu sendiri.

Fungsi penentuan bobot jenis yaitu untuk menentukan berat volume tanah

dan kerapatan partikel tanah.Fungsi penentuan bobot jenis juga berpengaruh

terhadap beberapa sifat fisika tanah.Perubahan sifat fisika tanah diantaranya

berat volume dan kandungan clay.Penentuan fungsi tanah juga dapat

menentukan perbandingan volume partikel berat jenis dari berat tersebut.

Mengetahui karakteristik tanah,derajat kejenuhan air juga dapat diketahui dengan

penentuanbobot jenis tanah.

2.7 Ruang Pori Tanah

Materi pada ruang pori tanah meliputi pengertian ruang pori tanah yaitu

bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam g/cm3.

Materi ini juga menjelaskan faktor yang mempengaruhi ruang pori tanah dan

fungsi penentuan ruang pori tanah.

2.7.1 Pengertian Ruang Pori Tanah

Menurut Tolaka,et al.(2013), porositas atau ruang pori tanah adalah

presentase volume seluruh pori–pori dalam suatu volume tanah yang tidak
ditempati butiran padat. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu

dan liat serta ruang diantara agregat–agregat tanah. Menurut Brata dan Nelistya

(2008), ruang pori tanah adalah suatu isi tanah yang terletak antara padatan

bahan tanah. Organisme tanah dapat mempercepat pelapukan bahan organik

serta menigkatkan pembentukan biopori yang dapat memperlancar peresapan air.

Biopori merupakan ruangan atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk

hidupseperti fauna tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang

dan bercabang yang sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam

tanah. Liang pada biopori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan

perkembangan akar tanaman di dalam tanah serta meningkatnya aktivitas fauna

tanah. Jumlah dan ukuran biopori akan terus bertambah mengikuti pertumbuhan

akar tanaman serta peningkatan populasi dan aktivitas organisme tanah.

Menurut Evarnaz, et al. (2014), porositas adalah kemampuan tanah dalam

menyerap air. Porositas berkaitan dengan tingkat kepadatan tanah, semakin

tinggi kandungan bahan organik maka porositas akan tinggi.Tanah yang memiliki

struktur granula atau remah merupakan tanah yang porositasnya tinggi.

Porositas tanah yang rendah memiliki butiran tanah yang saling melekat atau

yang disebut struktur massive.Menurut Dja’far, et al. (2018), tanah yang gembur

merupakan jenis tanah yang produktif karena mengandung ruang pori yang

berisi udara dan lengas. Tanah produktif dapat menghasilkan produk tanaman

yang baik dan menguntungkan. Ruang pori tanah dapat diartikan sebagai isi dari

seluruh pori-pori tanah yang utuh. Ruang pori tanah dapat dinyatakan dalam

bentuk persen. Lingkungan aerobik pada tanah diciptakan dari difusi gas udara

ke dalam tanah, sedangkan lengasakan mengisi ruang kecil yang melingkari

partikel tanah.

Ruang pori tanah atau biasa disebut dengan porositas tanah. Ruang pori

tanah adalah isi keseluruhan pori-pori yang ada pada tanah dan dinyatakan
dalam persen. Rongga tersebut biasanya diisi oleh air atau udara dan lengas.

Ruang pori terdiri dari runag partikel tanah dan agregat tanah. Ruang pori sangat

menentukan tingkat permeabilitas suatu tanah.

2.7.2 Faktor yang Mempengaruhi Ruang Pori Tanah

Menurut Nita, et al. (2014), secara umum penambahan kedalaman dapat

menambah jumlah ketersediaan pori air dalam suatu profil tanah. Bobot tanah

dan ruang pori tanah memberikan pengaruh terhadap tekstur dan struktur tanah.

Tinggi rendahnya jumlah pori tanah dapat disebabkan oleh jumlah persentase

partikel debu dan liat yang tinggi, agregat tanah, jumlah bahan organik yang

tinggi dan didukung oleh vegetasi serta pengelolaannya. Menurut Zulkanair, et al.

(2013), penggunaan bahan organik berpengaruh nyata terhadap porositas total

tanah. Penambahan pupuk organik pada tanah dapat meningkatkan total ruang

pori. Peningkatan ruang pori disebabkan karena kompos dan pupuk kandang

mengalami proses penguraian. Interaksi antara humus dengan partikel tanah

akan memperbesar ruang pori pada tanah.

Menurut Kahlon,et al. (2013), sistem pengelolaan tanah yang berbeda

dapat merubah jumlah, bentuk, kelestarian dan distribusi ukuran dari jaringan

pori tanah. Pengolahan tanah dapat mengkontrol kemampuan tanah untuk

menyimpan dan mengedarkan air dan regulasi oksigen dalam tanah.Penggunaan

sistem konservatif (CT) dan tanpa pengelolaan (NT) tanah juga dapat

meningkatkan porositas tanah dan ketersediaan kapasitas air.Menurut Jirku, et al.

(2013),pengolahan dan pemadatan pada tanah dapat menghasilkan penurunan

dari pori makro dan kenaikan dari pori mikro. Aerasi tanah disebabkan oleh

pertumbuhan akarakan meningkatkan fraksi dari pori kapiler yang lebih besar.

Pengelolaan pada tanah sangat merubah seluruh sistem pori tanah.

Terkstur dan struktur tanah memberikan pengaruh yang besar terhadap

bobot dan ruang pori tanah. Tinggi rendahnya jumlah pori pada lokasi penelitian
disebabkan oleh jumlah persentase partikel debu dan liat yang tinggi. Tanah

yangtidak berstruktur tinggi mempunyai pori yang berukuran besar. Tanah yang

pejal memiliki lebih banyak pori yang berukuran kecil. Sistem pengelolaan tanah

yang tidak benar dapat merubah jumlah,bentuk,kelestarian dan distribusi.

2.7.3 Fungsi Penentuan Ruang Pori Tanah

Menurut Lu, et al. (2014), karakteristik dari pori–pori tanah sangat penting

untuk mengetahui indikator kualitas dari tanah itu sendiri. Volume total, sebaran

ukuran dan bentuk dari ruang pori tanah menandakan banyak proses dan fungsi

yang dilakukan oleh tanah, seperti penyimpanan air, difusi gas, aktivitas

mikrobiologi dan mekanisme pertahanan tanah terhadap penetrasi akar.

Mempelajari karakteristik akar juga sangat berguna untuk mengevaluasi struktur

tanah dan kualitas tanah.Menurut Budianto, et al. (2014), ruang pori tanah dapat

digunakan untuk mengetahui laju infiltrasi dan juga berat isi tanah. Laju infiltrasi

tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah itu sendiri dan pada dasarnya tekstur tanah

berhubungan dengan keadaan pori tanah. Semakin banyak pori–pori besar pada

tanah maka kapasitas infiltrasi semakin besar pula. Selanjutnya, volume tanah

pada kondisi alami terdiri dari volume padatan dan volume pori tanah. Nilai berat

isi tanah dipengaruhi oleh pori tanah dimana jika terdapat pori tanah dengan

jumlah tanah yang banyak maka tanah tersebut mempunyai nilai berat isi yang

rendah, sebaliknya bila pori sedikit maka tanah memiliki nilai berat isi yang tinggi.

Menurut Khair (2017), sifat fisik tanah yang termasuk agregat tanah dan

struktur tanah dapat meningkatkan kualitas dengan bantuan bahan organik.

Tanah yang tergolong humus memiliki porositas yang tinggi. Tanah yang memiliki

porositas yang tinggi memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi pula. Nilai

ruang pori total juga sejalan dengan nilai bobot isi tanah. Tanah yang ruang

poritotalnya tinggi, maka bobot isi tanahnya juga rendah. Menurut Nita,et al.

(2015), ruang pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara serta
menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Ruang pori yang

baik akan meningkatkan kemampuan menahan air. Jika pada ruang pori terjadi

penurunan bahan organik tanah maka akan menyebabkan terjadinya

peningkatan berat isi tanah, penurunan porositas tanah, stabilitas agregat dan

kadar air kapasitas lapang. Kerusakan tanah akibat pengolahan tanah yang

dilakukan secara intensif dapat diperbaiki dengan cara melakukan kombinasi

pengolahan tanah dan memanfaatkan bahan organik dari limbah tebu yang telah

digiling yaitu blotong dan abu ketel. Pengolahan tanah akan memperbaiki

kualitas sifat fisik tanah seperti meningkatkan porositas dan aerasi tanah

sementara waktu, sedangkan pemanfaatan bahan organik blotong dan abu ketel

mampu memperbaiki sifat fisik tanah dalam jangka waktu yang lama.

Penentuan ruang pori tanah berfungsi untuk menentukan jaringan-jaringan

yang dimasuki oleh air. Ruang pori juga digunakan untuk melihat berat volume

pada tanah yang disebabkan oleh komposisi mineral tanah. Ruang pori tersebut

dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Bahan organik mempengaruhi

porositas secara tidak langsung melalui pengaruh struktur. Bobot isi dan ruang

pori berbanding terbalik,jika bobot rendah ruang pori tinggi.

2.8 Konsistensi Tanah

Materi pada konsistensi tanah membahas pengertian konsistensi tanah

yaitu derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan

massa tanah terhadap perabahan bentuk. Materi ini juga menjelaskan macam-

macam konsistensi tanah, faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah dan

fungsi penentuan konsistensi tanah.

2.8.1 Pengertian Konsistensi Tanah

Menurut Tewu,et al.(2016), konsistensi tanah merupakan salah satu sifat

fisika tanah. Konsistensi tanah menggambarkan ketahanan tanah pada saat


memperoleh gaya atau tekanan dari luar. Konsistensi juga dapat

menggambarkan bekerjanya gaya kohesi dan adhesi dengan berbagai

kelembapan tanah. Gaya kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel

sedangkangaya adhesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel antar

partikel yang tidak sejenis. Menurut Afriani dan Juansyah (2016), konsistensi

tanah digunakan untuk menunjukkan gayakohesi atau adhesi butir-butir tanah

dengan benda lain. Gaya kohesi dan adhesi dapat ditunjukkan oleh daya tahan

tanah tehadap gaya yang dapat merubah profil tanah. Gaya yang dapat merubah

profil tanah misalnya pencangkulan, pembajakkan dan sebagainya, yang sering

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Murthy (2002), konsistensi tanah adalah sifat fisik tanah yang

digunakan menunjukkan tingkat ketahanan tanah terhadap tekanan dari luar.

Konsistensi tanah dapat dinyatakan secara kualitatif yang diukur dalam keadaan

basah, lembab dan kering.Tanah yang lunak memiliki persentase kandungan air

yang tinggi. Kandungan air yang berbeda-beda pada tanah akan mempengaruhi

sifat fisik tanah. Menurut Glinski dan Lipiec(1990), konsistensi tanah merupakan

sifat tanah untuk mempertahankan bentuk awalnya. Setiap material tanah

memiliki konsistensi baik tanah tersebut memiliki massa yang besar atau kecil,

berstruktur butiran atau gumpalan. Fungsi dari konsistensi tanah juga dapat

digunakan sebagai penentu keadaan tanah seperti lembab, basah dan kering.

Konstruksi tanah merupakan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-

partikel tanah dan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk. Konsistensi

tanah menggambarkan bekerjanya gaya kohesi dan adhesi. Bekerjanya gaya

kohesi dan adhesi ini dapat berpengaruh terhadap kelembapan tanah.Tekstur

tanah juga mempengaruhi terhadap konsistensi suatu tanah. Cara penetapan

konsentrasi tanah ada dua carasalah satunya yaitu cara kualitatif yang dilakukan

di lapangan dan cara yang dilakukan di laboraturium.


2.8.2 Macam -Macam Konsistensi Tanah

Menurut Moreno-maroto dan Alonso (2015), konsistensi tanah terbagi atas

tujuh batas. Batas konsistensi tersebut diantaranya terbagi atas batas cair dan

batas plastis. Batas tersebut digunakan untuk menandai batas antara keadaan

cair dan plastis serta keadaan plastis dan semipadat pada tanah.Menurut

Rahayu, et al. (2014), konsistensi tanah kering dan tanah persawahan memiliki

konsistensi tanah yang tidak terlalu berbeda. Tanah di daerah persawahan

memiliki konsistensi basah agak lekat dan agak plastis. Tanah di daerah

persawahan memiliki kandungan liat yang tinggi yang menyebabkan tanah

bersifat lekat atau plastis ketika dalam keadaan basah.

Menurut Afriani dan Juansyah (2016), berdasarkan kandungan airnya,

konsistensi tanah diklasifikasikan menjadi empat macam yakni, konsistensi lekat,

konsistensi liat, konsistensi lunak dan konsistensi keras. Konsistensi lekat

memiliki ciri-ciri yakni dapat melekat pada benda yang mengenainya. Konsistensi

liat bersifat elastis, konsistensi lunak bersifat gembur sedangkan konsistensi

keras dapat pecah-pecah bila dibelah. Menurut Rayes (2017), konsistensi tanah

dalam keadaan basah dibedakan menjadi dua, yaitu kelekatan (stickness) dan

kelenturan (plasticity). Kelekatan meliputi tanah yang tidak lekat, agak lekat, lekat

dan sangat lekat sedangkan kelenturan meliputi tanah yang tidak plastis, agak

plastis, plastis dan sangat plastis.

Konsistensi tanah dapat dilihat berdasarkan kandungan air dari tanah,yaitu

tanah dalam keadaan kering,basah, dan lembab. Konsistensi basah yaitu kadar

air tanah lebih dari kapasitas lapang. Konsistensi tanah kering yaitu jika kadar air

tanah berada kurang dari titik layu. Konsistensi tanah dibagi menjadi empat

macam yaitu konsistensi lekat,konsistensi liat,konsistensi lunak, dan konsistensi

keras.Batas konsistensi terbagi atas batas cair dan batas plastis.


2.8.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah

Menurut Sutanto (2005), konsistensi tanah dipengaruhi oleh dua faktor

utama yaitu kondisi kelengasan tanah dan tekstur tanah. Kondisi kelengasan

tanah berupa kering, lembab dan basah. Tekstur tanah yang memiliki kandungan

lempung sangat berpengaruh terhadap konsistensi tanah. Konsistensi tanah

berperan penting dalam penentuan cara pengolahan tanah, penetrasi akar

tanaman serta kemampuan tanah menyimpan lengas.MenurutBudianto dan

Sartohadi (2016), faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah struktur

tanah dan kemampuan infiltrasi tanah.Struktur tanah berpengaruh dari seberapa

banyak kandungan pasir dan debu pada tanah tersebut.Konsistensi tanah

bergantung pada gaya tarik menarik antar partikel-partikel tanah tersebut.

Menurut Bell (1992), faktor yang mempengaruhi konsistensi tanahsalah

satu adalah interaksi yang terjadi diantara partikel tanah. Interaksi antar partikel

tanah tersebut dapatmenurunkan kualitastanah yang mengandung kation.Partikel

tanah bisa dengan bebas bergerak melewatipartikel lainnya dengan adanya gaya

kohesi yang terjadi. Plastisitas tanah juga dapat mempengaruhi konsistensi

tanah, tanah yang berbutir halus memiliki kemampuanmerubah bentuk lebih

cepat. Perubahan bentuk tersebut tidak dapat diperbaiki pada volume yang sama.

Menurut Asakal, et al.(2013), konsistensi tanah memiliki hubungan positif dengan

tanah yang dibajak, Plastic Limits (PL), Liquid Limits (LL). Plastic Limits dan

Liquid Limits digunakan sebagai titik pengukuran kebiasaan mekanilk tanah dan

merepresentasikan integrasi dari properti tanah.

Konsistensi tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, kondisi

kelangsungan tanah,tekstur tanah,interaksi antar partikel tanah,struktur tanah

dan kemampuan infiltrasi tanah.Faktor yang memengaruhi tekstur tanah berupa

tanah liat yang lebih plastis dibandingkan tanah tekstur pasir.Plastis berbutir

halus mengacu pada perubahan bentuk,dengan volume berbeda.Struktur tanah


mempengaruhi jumlah komponen pasir dan debu pada tanah. Kadar air dalam

tanah menentukan tingkat kohesivitas dan plastisitas.

2.8.4 Fungsi Penentuan Konsistensi Tanah

Menurut Tumewu (2016), konsistensi tanah diperlukan untuk

menggambarkan kondisi kadar air di dalam tanah. Kondisi tanah berdasaran

kadar airnya terbagi atas empat macam antara lain cair, plastis, semi padat, dan

padat. Tewu, et al. (2016), menyatakan bahwa konsistensi tanah merupakan sifat

fisika tanah yang menunjukkan ketahanan tanah saat memperoleh tekanan dari

luar. Integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dan adhesi butir-butir

tanah dengan benda lain ditunjukkan oleh konsistensi tanahnya. Konsistensi

tanah yang gembur dapat memudahkan pengolahan tanah secara mekanik

maupun tradisional.

Menurut Verastegui-Flores dan Emidio (2014), konsistensi tanah

merupakan suatu indikator tetap dalam mengklasifikasikan jenis penyusun tanah.

Penentuan konsistensi tanah berhubungan dengan sifat mekanis yang dimiliki

tanah. Sifat mekanis yang dimiliki tanah ini dapat terlihat dari kekuatan tanah

dalam menahan suatu tekanan, kemampuan tanah dalam merenggang dilihat

dari perubahan bentuk yang terjadi pada tanah tersebut. Penentuan konsistensi

tanah, secara tidak langsung berhubungan dengan kemampuan tanah dalam

menahan tekanan–tekanan yang berasal dari luar tanah tersebut. Menurut

Bakker (1999), konsistensi tanah akan selalu berkaitan dengan massa tanah.

Kemampuan tanah dalam melakukan perubahan bentuk terhadap setiap tekanan

yang diterima tanah dari luar adalah salah satu aspek yang dilihat dalam

menentukan konsistensi yang dimiliki tanah tersebut. Penelitian konsistensi tanah

dilakukan dengan mengeidentifikasikan karakteristik yang dimiliki oleh tanah.

Karakteristik yang sering diteliti ada dua, yaitu konsistensi tanah saat basah, dan

konsistensi tanah saat kering. Penentuan konsistensi tanah saat basah dapat
menunjukkan tingkat kelekatan dan plastisitas pada tanah. Penentuan

konsistensi tanah saat kering dapat menunjukkan kestabilan stuktur agregat

pada tanah.

Penentuan konsistensi tanah memiliki beberapa fungsi seperti

mengintegrasikan antar kekuatan daya pada kohesi butiran-butiran tanah dengan

gaya adhesi. Pola pada penentuan konsistensi tanah dapat digunakan sebagai

penentuan pengolahan lahan dengan baik.Batas konsistensi dapat

memperlihatkan pola kegagalan tanah.Cara penentuan konsistensi ada dua yaitu

penentuan di lapangan dan laboraturium. Sifat gaya adhesi anatar partikel juga

dapat mempengaruhi kekuatan konsistensi.

2.9 Kapasitas Tanah Menahan Air

Materi pada kapasitas tanah menahan air pengertiannya yaitu kemampuan

tanah untuk menahan atau menyerap air sehingga tertampung

didalamnya.Materi ini juga menjelaskan faktor yang mempengaruhi kapasitas

tanah menahan air dan fungsi penentuan kapasitas tanah menahan air.

2.9.1 Pengertian Kapasitas Tanah Menahan Air

Menurut Nyvall (2015), kapasitas tanah menahan air memungkinkan untuk

menentukan berapa banyak air yang dapat ditahan oleh tanah pada suatu waktu.

Jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah berbeda-beda pada setiap jenis

tanah.Tanah berpasir memiliki kapasitas tanah menahan air sehingga kandungan

air di dalam tanah sediki.Tanah lempung memiliki kapasitas tanah menahan air

tinggi sehingga kandungan air di dalam tanah banyak. Penyediaan air yang

melebihi kapasitas akan menyebabkan hilangnya air ke dalam perlokasi dan

dapat menyebabkan terjadinya pencucian tanah. Menurut Horne dan Scotter

(2016), kapasitas tanah menahan air merupakan kemampuan tanah untuk

menyimpan air dari proses evapotranpirasi. Kapasitas tanah menahan air juga
dapat diartikan sebagai jumlah maksimum air yang disimpan oleh tanah dari

penyerapan air curah hujan oleh vegetasi. Kapasitas tanah menahan air ini juga

termasuk salah satu dari pengelolaan air tanah.

Menurut Mangrich, et al. (2015), kapasitas tanah menahan air merupakan

salah satu indikator kualitas dan produktivitas tanah berdasarkan sifat fisika dan

kimia tanah. Peningkatan kapasitas tanah menhan air menyebabkan

meningkatnya jumlah biochar(hasil dekomposisi bahan organik) dalam tanah

yang berhubungan dengan porositas tanah. Menurut Haridjaja, et al. (2013),

kemampuan tanah menahan air dianggap setara dengan kadar air kapasitas

lapang. Umumnya kapasitas tanah menahan air dapat diartikan sebagai

kemampuan lapang atau tanah dalam menyerapair. Tekstur tanah merupakan

faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air. Semakin

halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan airnya, karena air

lebih munah menembus lapisan tanah.

Kapasitas menahan air merupakan kemapuan tanah untuk menahan atau

menyerap air sehingga tertampung di dalamnya. Air yang dapat ditahan oleh

tanah tersebut terus menerus akan diserap oleh akar tanaman yang ada.

Kemampuan potensial tanah dapat menahan air hujan dan aliran permukaan.

Tingkat aliran air tanah berkaitan erat dengan proses hidrologi. Semakin halus

tekstur semakin banyak kapasitas penyimpanan airnya.

2.9.2 Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Menahan Air

Menurut Ayu, et al. (2013), daya tanah dalam menampung air saat

memasuki tanah sangat berhubungan erat dengan jenis tanah khususnya yang

menyangkut tekstur dan segi vegetasi dari tanah tersebut. Perbedaan

kemampuan tanah untuk menahan air dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya itu akar tanaman yang terdapat didalam tanah. Menurut Tufaila dan

Alam (2014), kemampuan tanah dalam menahan dan meresap air dapat
dipengaruhi oleh keadaan tekstur tanah. Keadaan tekstur tanah yang semakin

halus dengan porositas rendahmaka kemampuan tanah untuk menyimpan air

akan semakin besar. Kemampuan tanah untuk menampung air yang besar

mendorong pertumbuhan tanaman padi menjadi baik karena padi tumbuh baik di

tempat yang tergenang.

Menurut Sanjaya, et al. (2017), faktor yang mempengaruhi kapasitas

menahan air dapat dilihat dari ketersediaan air dalam tanah yang dapat

menentukan kelembaban tanah. Proses infiltrasi dalam tanah juga

mempengaruhi kapasitas tanah menahan air, dimana infiltrasi tanah merupakan

laju aliran air masuk ke dalam tanah. Jenis tanah yang berbeda memiliki

karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi tanah untuk menyerap dan

menahan air tersebut. Keadaan pori-pori tanah dan butiran tanah juga

mempengaruhi kapasitas tanah menahan air karena ketika dalam kondisi lembab

pori-pori tanah akan menutup dan butiran tanah akan mengembangsehingga

kapasitas tanah menahan air akan diketahui. Menurut Kadam dan Kale (2016),

sifat fisik tanah seperti menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah, jumlah bahan

organik dan struktur tanah. Tekstur, struktur dan karakteristik bahan organik

dapat menentukan bagaimana tanah menahan air. Air yang masuk kedalam

tanah sebagian air akan tertahan di tanah dan sebagian bergerak melalui tanah.

Air yang masuk akan bergerak ke bawah dengan mudah dan akhirnya mencapai

tanah setelah adanya irigasi atau hujan sesuai dengan keadaan tekstur, struktur

dan karakteristik materi organik tanah.

Kapasitas menahan air dipengaruhi oleh sifat fisika tanah. Sifat fisika tanah

diantaranya,yaitu struktur,tekstur dan porositas,kadar air tanah. Sifat fisika tanah

terdapat sifat biofisik tanah yang terdiri dari panjang akar,berat,biomassa dan

jumlah cacing dalam tanah. Air yang tersimpan di dalam tanah akan disalaurkan
ke penjuru tanah. Tanah yang memiliki water holding kapacity kecil akan sering

irigasi dibandingkan dengan water holding capacity besar.

2.9.3 Fungsi Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air

Menurut Ryan dan Soemarno (2016), fungsi dari penentuan kapasitas

tanah menahan air adalah untuk mengetahui ukuran atau takaran air yang harus

diberikan agar lahan tersebut tetap subur. Fungsi kapasitas tanah menahan air

juga agar tidak terjadi proses perkolasi yang berlebihan yang nantinya dapat

menyebabkan tanah kehilangan unsur hara.Menurut Gao-lin,et al. (2016),

kapasitas tanah menahan air penting untuk parameter hidrologi dan berpengaruh

terhadap kapasitas infiltrasi tanah. Hubungan infiltrasi dengan kapasitas tanah

menahan air menunjukkan seberapa besar volume air yang dapat disimpan oleh

tanah.Konsep tersebut digunakan untuk pembangunan lingkungan berkelanjutan

dan mereklamasi pertambangan.

Menurut Horne dan Scotter (2016), kemampuan tanah dalam menahan air

merupakan salah satu aspek penting yang digunakan dalam pengelolaan lahan.

Kemampuan tanah dalam menahan air dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk

menentukan keseimbangan air padapori – pori tanah. Keseimbangan air pada

pori – pori tanah ini berfungsi untuk mengklasifikasikan lapisan - lapisan tanah.

Perubahan iklim yang terjadi di sekitar perairandapat mempengaruhi profil

tanah.Keseimbangan air dapat diketahui melalui nilai kapasitas tanah menahan

air.Menurut Juan, et al. (2014), kapasitas tanah dalam menahan air memiliki

kemampuan untuk menjaga kelembaban tanah. Kelembaban tanah akan

menunjukkan kadar bahan organik yang ada di dalam tanah. Kapasitas tanah

menahan air juga dapat digunakan untuk menentukan seberapa banyak air yang

dibutuhkan oleh organisme di sekitarnya.


Bedarnya kapasitas infiltrasi dapat memperkecil berlangsungnya aliran

permukaaan tanah.Penentuan kapasitas tanah dalam menahan air digunakan

untuk menunjukkan faktor vegetasi pada tanah.Kapasitas infiltrasi tanah

bervegetasi cenderung lebih tinggi dibandingkan tidak

bervergetasi.Keseimbangan air dalam tanah dapat di lihat dari kemampuan

dalam menahan airnya.Kapasitas infiltrasi merupakan parameter hidrologi

menahan air.

2.10 Penentuan pH Tanah

Materi pH menjelaskan mengenai pengertian pH tanah yakni tingkat

keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan skala pH antara 0

hingga 14. Macam-macam pH tanah, faktor yang mempengaruhi pH tanah, dan

fungsi penentuan pH tanah akan dijelaskan sebagai berikut.

2.10.1 Pengertian pH Tanah

Menurut Sari, et al. (2013), pH tanah merupakan derajat kemasaman dan

kebasaan tanah. Nilai pH tanah sangat dipengaruhi oleh ion H+ maupun ion OH-

.Semakin rendah ketinggian tempat maka nilai kejenuhan basa semakin

tinggi.Hal tersebut disebabkan karena pada lokasi yang lebih tinggi kandungan

bahan organiknya lebih tinggi.Menurut Firmansyah dan Sumarni (2013), dosis

pupuk yang digunakan sangat mempengaruhi naik turunnya pH tanah.Hal

tersebut berhubungan dengan kemampuan akar dalam menyerap kation.

Menurut Cheng-Jun, et al. (2014), pH (power of hydrogen) tanah adalah

faktor penting yang berpengaruh terhadap struktur dan fungsi ekosistem.

Perubahan pH tanah berfungsi sebagai indeks yang menunjukan adanya

perubahan global pada ekosistem terestrial.pH tanah ditentukan oleh

keseimbangan antara kation asam dan non-asam pada permukaan koloid dan

keseimbangan antara ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-) dalam larutan
tanah. Menurut Rohmah, et al. (2016), pH tanah juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organisme di dalam tanah. pH tanah

dapat dinetralkan dengan meningkatkan unsur nirtrogen dalam tanah.

pH tanah adalah sifat kimia tanah yang penting karena akan menentukan

berbagai sifat tanah lainnya. Derajat keasamaan sangat dipengaruhi oleh ion H+

dan ion OH-.pH yang baik untuk tanah adalah pas diangka tujuh tidak lebih dan

tidak kurang. Kondisi pH tanah merupakan faktor penting yang menentukan

kelarutan unsur yang cenderung berkesetimbangan dengan fase padatan.Tanah

mempunyai muatan negatife permanen sehingga mampu menyerap kation.

2.10.2 Macam-Macam pH Tanah

Menurut Lehmann, et al. (2014), berdasarkan kriteria Soil Survey Manual

USDA tanah memiliki tiga susunan berdasarkan pH yaitu tanah asam, tanah

netral dan tanah basa. Kriteria tanah asam yaitu memiliki pH <6.5.Tanah netral

mempunyai kisaran pH antara 6.6 hingga 7.3 sedangkan tanah basa mempunyai

pH >7.4. Menurut Sari, et al. (2013), pH tanah sangat ditentukan oleh nilai dari

ion H+ dan ion OH-. Semakin tinggi tempat dari permukaan laut maka pH tanah

cenderung lebih tinggi atau bersifat basa dimana Mg, K, dan Ca semakin

menurun, sedangkan tempat yang memiliki ketinggian yang rendah pH tanah

cenderung lebih rendah atau bersifat asam dikarenakan Mg, K, dan Ca semakin

naik. Mg, K, dan Ca merupakan kation yang menyumbang tanah menjadi basa.

Adanya Mg, K, Ca dan unsur-unsur lainnya memberikan variasi pH yang optimal

untuk ketersediaan hara yaitu antara 5,8 - 6,35.

Menurut Temmerman, et al. (2014), pH tanah dapat dibedakan menjadi 3

(tiga) jenis yakni tanah asam, tanah netral dan tanah alkalin. Tanah alkalin atau

tanah basa yaitu tanah yang memiliki pH dengan kisaran 7,5-8,5. Tanah netral

adalah tanah yang memiliki pH dengan kisaran 6,6-7,4. Tanah asam adalah

tanah yang memiliki pH kisaran 4,5-6,5. Menurut Triharto, et al. (2014),


dibedakan menjadi 6 macam pH H2O, antara lain sangat masam, masam, agak

masam, netral, agak alkalis, alkalis. pH tanah tersebut dapat diukur dan

diklasifikasikan dengan menggunakan Metode Elektrometri.

Tiga susunan tanah berdasarkan pH yaitu, tanah asam,tanah basa dan

tanah netral.Kolerasi pH asam dan pH basa memiliki rentang nilainya masing-

masing.Tanah dikatakan asam jika pH kurang dari tujuh sedangkan tanah basa

jika pH lebih dari tujuh dan pH normal adalah tujuh.pH semakin rendah atau

asam jika tempatnya memiliki ketinggian yang rendah. Tinggi tempat permukaan

laut maka pH cenderunng lebih tinggi.

2.10.3 Faktor yang Mempengaruhi pH Tanah

Menurut Firmansyah dan Sumarni (2013), adanya pemberian pupuk yang

mengandung nitrogen dalam bentuk amonia atau dalam bentuk lainnya dapat

Tanah asam yaitu tanah yang memiliki pH kisaran 4,5–6,5. berubah menjadi

nitrat yang berakibat pada penurunan pH tanah. Nitrifikasi berakibat dalam

produksi ion-ion hidrogen dan berpotensi meningkatkan kemasaman tanah.

Menurut Marista, et al. (2013), ketersediaan bakteri pelarut fosfat juga sangat

mempengaruhi pH tanah. Hal tersebut dikarenakan bakteri pelarut fosfat mampu

mensekresi asam organik sehingga akan menurunkan pH. Bakteri pelarut fosfat

juga berperan dalam pemecahan ikatan pada beberapa bentuk senyawa fosfat

untuk meningkatkan ketersediaan fosfat dalam tanah. Bakteri Pseudomonas dan

Bacillus merupakan bakteri pelarut fosfat yang memiliki kemampuan terbesar

sebagai biofertilizer dengan cara melarutkan unsur fosfat yang terikat pada

unsur lain (Fe, Al, Ca, dan Mg), sehingga unsur P tersebut menjadi tersedia bagi

tanaman.

Menurut Machdar (2018), unsur mineral dan organik dapat mempengaruhi

besarnya nilai pH. Ketersediaan konsentrasi ion dalam larutan tanah bergantung

juga pada nilai pH tanah.Perlakuan terhadap tanah harus secara hati-hati agar
penyerapan nutrien dalam tanah dapat berlangsung optimal.Tercampurnya tanah

dengan lumpur yang berasal dari pengolahan limbah menyebabkan perubahan

nilai pH dan berpengaruh pada bentuk kimia dan persebaran logam-logam

berat.Semakin banyak logam berat maka pH semakin menurun dan tanah

menjadi asam.pH yang berkisar 6,0 sampai 6,5 atau lebih besar. Hal ini

membantu meminimalkan kadar pelarutan logam berat yang lebih besar dari

tanah. Menurut Utomo (2017), faktor yang mempengaruhi pH tanah yaitu

pemberian dosis pupuk nitrogen yang dapat meningkatkan pH. Kondisi pH tanah

dapat menentukan kelarutan unsur hara dan mempengaruhi aktivitas jasad renik.

Perlakuan dengan dosis yang berbeda di dalam tanah akan mempengaruhi

perbedaan penyerapan unsur hara. Hal tersebut dikarenakan hifa dari mikoriza

dapat menghasilkan enzim fosfatase dan asam-asam organik yang akan

mengkatalis sehingga menghasilkan unsur fosfat dari senyawa yang ada. Kondisi

pH yang sesuai dengan penambahan mikoriza dapat meningkatkan kesuburan

tanah.

Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman

baik secra langsung dan tidak langsung.Pengaruh langsung tersebut yaitu

pengaruh ion nitrogen.Pengaruh tidak langsunya adalah ketidak tersediaan unsur

hara seperti kalsium dan aluminium.pHtanah dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan tinggi rendahnya pH tanah.pH

tanah dapat meningkat disebabkan karena adanya konstruksi bahan organik

yang melepas ion OH- karena proses reduksi. Cara lain untuk meningkatkan nilai

pH tanah yaitu dengan pemberian pupuk kalium maupun pupuk fosfat.

Penurunan pH tanah disebabkan karena adanya konstruksi yang melepas H+.

2.10.4 Fungsi Penentuan pH Tanah

Menurut Paul (2015), pH tanah dapat mempengaruhi sejumlah faktor yang

akan mempengaruhi aktivitas mikroba, seperti kelarutan dan ionisasi konstituen


larutan tanah organik dan anorganik, yang juga akan mempengaruhi aktivitas

enzim dalam tanah. Nilai pH juga memberikan data penting untuk memprediksi

reaksi mikroba potensial dan aktivitas enzim di dalam tanah. Menurut Desiana, et

al. (2013), pH tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

organisme. Tanah yang bersifat asam, unsur P tidak dapat diserap organisme

karena difiksasi oleh Al sedangkan pada tanah alkalis (bersifat basa) unsur P

juga tidak dapat diserap organisme karena difiksasi oleh Ca. Hal ini berakibat

langsung terhadap peningkatan kadar ion dan hidrogen bebas. pH yang rendah

(asam) akan mempengaruhi ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo yang akan meningkat

sehingga dapat organisme.

Menurut Firdaus, et al. (2013), pengukuran pH tanah diguanakn untuk

mengetahui tingkat kemasamannya. Tanah yang memiliki tingkat keasaman yang

tinggi dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies.Derajat keasaman

dapat dikarenakan oleh rusaknya ketersediaaan fosfat dan juga menyebabkan

terhambatnya penyerapan besi.pH asam juga memiliki efek negatif sebagai

racun terhadap metabolisme organisme.. Menurut Zhalnina, et al. (2014), salah

satu fungsi penentuan pH tanah adalah untuk menentukan komposisi mikroba

yang terdapat dalam tanah. Tanah yang mempunyai pH netral sering ditemukan

keragaman mikroba yang tertinggi sedangkan pada pH yang relatif asam

ataupun basa ditemukan keragaman mikroba yang secara signifikan lebih rendah.

Pentuan pH tanah dapat digunakan untuk mengetahui ketersediaan nutrisi

bagi tanaman.pH juga dapat digunakan untuk mengendalikan kelarutan

karbohidrat dari silikat. pH merupakan parameter yang penting bagi tanah.

Mikroba lebih banyak tumbuh dan berkembang pada pH netral.pH pada tanah

dapat digunakan untuk memprediksi reaksi mikroba dan enzim yang ada pada

tanah.
*dicek lagi penulisan. Kata asing diketik miring. Dikoreksi lagi, jangan ada yang

typo. Setelah tanda titik diberi spasi 1 ketukan

Anda mungkin juga menyukai