Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat
tergantung pada kemampuan dan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
yaitu sumber daya manusia yang memiliki fisik tangguh, mental kuat, dan
pastinya mempunyai kesehatan prima. Bukti empiris menunjukkan bahwa faktor
tersebut sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Berbicara masalah gizi, kita
tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat makanan atau nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, dengan kata lain yaitu asupan pangan yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh orang tersebut akan membuat status gizi seseorang menjadi baik.
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat nutrien yang
dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsinya dengan sangat baik.
Zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan
dan pemeliharaan tubuh beserta semua fungsinya. Oleh karena itu diharapkan
seseorang mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh untuk
mencegah terjadinya masalah gizi buruk. Masalah gizi kurang dan buruk
dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi. Secara
tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial,
ekonomi, budaya dan politik . Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus dialami
oleh seseorang maka dapat menjadi faktor penghambat pendapatan, pembangunan
nasional, dan pastinya akan menimbulkan dampak yang sangat tidak diharapkan
yaitu kemiskinan.
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-
hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh
terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun,
badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi
lamban, apatis dan lain sebagainya.
Keadaan tersebut mengakibatkan tidak bisa diharapkannya pencapaian
1
efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal. Dan untuk itu, usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan
mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki keadaan
kesehatan dan meningkatkan keadaan gizinya melalui pelaksanaan gizi kerja di
perusahaan.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pada batasan ini,
kesehatan mencakup empat aspek yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan
ekonomi. Kesehatan fisik antara lain dipengaruhi oleh hygienitas, medis, diet
(pola makan) dan olah raga.
Kesehatan mental mencakup tiga komponen yaitu pikiran,emosional dan
spiritual. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain secara baik. Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivias
seseorang dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyongkong hidup dan keluarganya secara finansial
Pencapaian kesehatan di tempat kerja sangat di pengaruhi dengan bagaimana
pelaksanaan pemenuhan gizi tenaga kerja. Apakah sesuai atau belum sesuai.
Setiap pekerja memerlukan zat gizi sesuai dengan jenis pekerjaan yang mereka
lakukan. Pekerjaan dengan jenis pekerjaan berat perlu mengkonsumsi kalori yang
lebih banyak di bandingkan dengan pekerjaan sedang dan pekerjaan ringan, hal ini
pada dasarnya untuk mencapai keseimbangan antara asupan gizi dengan beban
kerja. Pemenuhan gizi yang tidak sesuai dengan beban kerja dapat menyebabkan
penurunan produktivitas dan kapasitas kerja.

I.2 Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui gizi para pekerja
2. Pembaca dapat mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja
3. Pembaca dapat mengetahui pengertian sehat
I.2 Manfaat
1. Agar Pembaca dapat mengetahui bagaimana menjaga tubuh saat
2
bekerja
2. Agar Pembaca dapat dapat memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi gizi manusia saat bekerja

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Sehat


Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat
berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan
berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai,
kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik. Selama beberapa
dekade, pengertian sehat masih dipertentangkan para ahli dan belum ada kata
sepakat dari para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World
Health Organization (WHO) membuat defenisi universal yang menyatakan bahwa
pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan.
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Health is a state of complete
physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or
infirmity”. Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu
kesatuan dalam defenisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa
sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir
rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik,
tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah
kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men Sana In
Corpore Sano).
3. Sehat Spritual
Spritual merupakan komponen tambahan pada pengertian sehat oleh WHO dan
memiliki arti penting dalam kahidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu
perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur,
4
mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan
lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
( Chandra, budiman. 2006 )
II.2 Gizi Tenaga Kerja
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka
kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel
otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai masalah
yang timbul akibat gizi buruk antara lain tingginya angka kelahiran bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang disebabkan jika ibu hamil menderita
KEP akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga
meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang zat
besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang dikemudian
hari dapat mengurangi IQ anak. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa
penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makananyang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker
dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi
juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,
ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil
penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya
dapat diukur. Terdapat tiga konsep pengertian status gizi
1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan
pengeluaran organisme di lain pihak.
5
2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pembuangan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh
dan produksi energi.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat
pada variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi
seseorang perlu disebutkan.
Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat
suatu perbedaan, yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status
gizi tersebut tetapi juga pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator walaupun
sensitif tetapi tidak selalu spesifik

II.3 Status Gizi


Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik atau
kualitas fisik seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya bekerja
adalah aktivitas fisik yang selalu memerlukan enegi yang bersumber dari asupan
gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin banyak pula kebutuhan energi. Individu
dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi lebih baik dan relative lebih
lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi kurang.
Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status gizi
seseorang, semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.
Penentuan status gizi meliputi:
1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan antropometrik
3. Pemeriksaan biokimia.
Menurut Robinson dan Weighley dalam buku “Pengantar Gizi Masyarakat”
(2012), status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh dan kebutuhan gizi adalah banyaknya zat gizi
yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
adekuat. Menurut Standar Baku Nasional, status gizi dibedakan menjadi :
1. Status gizi gemuk dengan BB/TB > 2SD dari z score.
6
2. Status gizi normal dengan BB/TB di antara -2SD hingga 2SD dari z score.
3. Status gizi kurus (wasted) dengan BB/TB < -2SD dari z score.
4. Status gizi kurus sekali dengan BB/TB < -2SD dari z score.
Status gizi juga dapat dihitung berdasarkan berat badan ideal dan indeks
massa tubuh. Penentuan berat badan menggunakan standar Brocca yaitu :

Berat badan Ideal (kg) = (Tinggi badan (cm) – 100) – 10% (TB – 100)

Penentuan Indeks Massa Tubuh dengan menggunakan rumus :


IMT =
Pembagian kategorinya di Indonesia sebagai berikut :
1. Kurus : a. Kekurangan berat badan tingkat berat dengan IMT < 17
b. Kekurangan berat badan tingkat ringan dengan IMT 17,0 – 18,5
2. Normal dengan IMT 18,5 – 25,0
3. Gemuk :
a. Kelebihan berat badan tingkat ringan dengan IMT 25,0 – 27,0
b. Kelebihan berat badan tingkat berat dengan IMT > 27,0
Gizi salah (malnutrition) dapat didefinisikan sebagai keadaan sakit atau
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan relatif atau mutlak dam kelebihan
satu atau lebih zat makanan esensial yang berguna dalam tubuh manusia
.Menurut bentuknya, gizi salah diklasifikasikan oleh Barba dkk (1991)
sebagai berikut :
1. Gizi kurang (undernutrition), keadaan ini sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu cukup lama.
Contoh : kekurangan energi protein (KEP) dapat menyebabkan penyakit
marasmus dan kwashiorkor.
2. Gizi lebih (overnutrition), keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi
makanan yang berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contoh :
kegemukan.
3. Kurang gizi spesifik (specific deficiency), keadaan ini disebabkan oleh
kekurangan relatif atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu. Contohnya :
kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan penyakit xeropthalmia dan
7
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) yang dapat menyebabkan
penyakit gondok.
4. Gizi tak seimbang (inbalance), kondisi yang merupakan akibat dari
tidak seimbangnya jumlah antara zat makanan esensial dengan atau tanpa
kekurangan zat makanan tertentu. Contoh : gangguan keseimbangan tubuh,
sering loyo, dan lain-lain.
Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak sama,
ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu dengan memperhatikan
“Empat Sehat, Lima Sempurna” yang selalu dianjurkan pemerintah, setiap bahan
makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya yang selalu dibutuhkan
tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi
yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Zat makanan (gizi) yang
diperlukan tubuh manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (pangan
nabati) dan ada pula yang berasal dari hewan (pangan hewani). Setiap orang
selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan, dalam
kehidupan sehari-hari. Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan
yang dikonsumsi tersebut, mempunyai nilai yang sangat penting tergantung dari
macam-macam bahan makanannya yang berguna untuk :
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan,
terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan, misalnya :
penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh
dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

II.4 Pengukuran dan Perhitungan Energi Metabolisme Dasar


Badan pangan dan pertanian PBB (FAO) dan badan kesehatan dunia (WHO)
dalam terbitannya yang berjudul Energy and Protein Requirements telah
menyusun pedoman untuk mengukur atau menentukan kecukupan energi bagi
orang dewasa, yaitu dengan menggunakan standar kecukupan energi bagi orang
laki-laki dewasa (Reference Man) dan standar kecukupan energi bagi wanita
dewasa (Reference Woman) Yang dimaksud dengan Reference Man yaitu laki-laki
8
dewasa berumur sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 65 kg,
berkemampuan melakukan pekerjaan berat. Pada hari-hari kerja yang
bersangkutan melakukan pekerjaan yang sedang selama 8 jam, pda waktu tidak
bekerja digunakannya untuk duduk-duduk atau berjalan-jalan di sekitar
lingkungan tempat tinggalnya selama 4 sampai 6 jam, melakukan jalan kaki
selama 2 jam, menangani pekerjaan rumah tangga, rekreasi aktif, dan waktu untuk
tidur selama 8 jam. Laki-laki dewasa dengan batasan-batasan di atas
menggunakan energi setiap harinya sejumlah 3000 kalori yang dianggap sebagai
jumlah kecukupan energi baku (standar).
Yang dimaksud dengan Reference Woman, yaitu wanita dewasa berumur
sekitar 20 sampai 39 tahun, berat tubuhnya sekitar 55 kg. Setiap harinya yang
bersangkutan melakukan pekerjaan sedang atau ringan selama 8 jam meliputi
pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Waktu untuk tidur
disediakannya selama 8 jam, waktu untuk duduk-duduk, berjalan-jalan di sekitar
rumah digunakan sekitar 4 sampai 6 jam, sedangkan waktu untuk berjalan kaki,
rekreasi aktif digunakan sekitar 2 jam. Wanita dewasa dengan batasan-batasan
tersebut menggunakan energi sejumlah 2200 kalori setiap harinya yang dianggap
sebagai jumlah kecukupan energi baku (standar).
Mengenai angka atau jumlah kecukupan energi baku bagi laki-laki dan wanita
dewasa Indonesia menurut hasil penyesuaian dan pertimbangan dengan situasi
dan kondisi di Indonesia terhadap patokan/batasan yang dikemukakan FAO/WHO
oleh para pakar kita dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi yang
diselenggarakan di Bogor, adalah sebagai berikut :
1. Reference Man, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuh sekitar 55
kg, melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap
harinya menggunakan energi 2530 kalori, angka atau jumlah ini dianggap
mencukupi kebutuhan energi yang baku (standar).
2. Reference Woman, berumur antara 20 sampai 39 tahun, berat tubuh 47 kg,
melakukan pekerjaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang, setiap harinya
menggunakan energi 1880, angka atau jumlah ini dianggap mencukupi
kebutuhan energi yang baku (standar).
9
Dalam Neraca Bahan Makanan menyatakan bahwa untuk penyesuaian jenis
kegiatan yang tidak termasuk kategori sedang yang digunakan dalam perhitungan
kecukupan energi, perlu dilakukan koreksi sebagai berikut :
a. Untuk kegiatan ringan dikalikan dengan 0,90.
b. Untuk kegiatan berat dikalikan dengan 1,17.
c. Untuk kegiatan sangat berat dikalikan 1,34.
Bagi wanita hamil dan menyusui untuk kebutuhan tambahan perlu
dipertimbangkan berat badan serta fase-fase kehamilan dan menyusui, dianjurkan
tambahan per hari rata-rata 300 kalori untuk wanita hamil dan 470 kalori untuk
wanita menyusui. Dengan adanya energi baku (standar energi) bagi Reference
Man dan Reference Woman Indonesia, maka pengukuran/penentuan energi yang
digunakan seseorang dewasa yang berumur antara 20 sampai 39 tahun dapat
dilakukan dengan cara langsung dan cara tidak langsung dengan berpedoman pada
standar energi tersebut. Standar energi yang digunakan seorang laki-laki atau
wanita menurut penggolongan umur lainnya dicantumkan dalam tabel berikut :

Tabel II.1 Standar Energi Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur


Energi yang
Golongan / Umur
Jenis Kelamin Berat Tubuh (kg) digunakan
(tahun)
( kalori )
0,5-1 8,0 900
1-3 11,5 1160
4-6 16,5 1450
7-9 23,0 1790
Laki-Laki 10-12 30,0 2130
13-15 40,0 2280
16-19 53,0 2600
20-39 55,0 2530
40-50 55,0 2470
>60 55,0 2020
Perempuan 10-12 32,0 1980
13-15 42,0 2100
16-19 45,0 140
20-39 47,0 1880
40-50 47,0 1740
10
>60 47,0 1500

Dalam menghitung kebutuhan energi total seseorang (kebutuhan energi)


untuk kepentingan kerja internal dan eksternal, harus diperhatikan 2 hal yang
pokok.
a. Hukum Konservasi Energi, yang berbunyi sebagai berikut : “produksi energi
total dalam tubuh seseorang sama dengan energi dalam makanan yang
dikonsumsi orang tersebut dikurangi dalam ekskreta (pengeluaran) dan energi
bagi petumbuhan”.
b. Produksi energi total dalam tubuh seseorang, energi mana berfungsi untuk :
1. Melakukan kerja internal, jelasnya yaitu untuk melangsungkan proses kerja
tubuh yang minimal.
2. Melakukan kerja eksternal, yaitu yang sehari-hari merupakan kegiatan fisik
orang yang bersangkutan.
3. Menutup pengaruh makanan yang disebut Specific Dynamic Action (SDA)
dari makanan.

II.5 Gangguan Kesehatan


Gangguan kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut yaitu:
a. Virus
Hepatitis, penyakit virus Newcastle, rabies, dan lain-lain.
b. Klamedia dan riketsia
Ornitosis, demam Q riketsiosis yang ditularkan sengkenit, dan lain-lain.
c. Bakteri
Antraks, bruselosis(demam balik-balik), eresipeloid, leptospirosis(penyakit
11
weil), tetanus, tuberkulosis, tularemia, sepsis luka, dan lain-lain.
d. Jamur
Kandidiasis dan dermatopitosis kulit dan membran mukosa, kokidiomikosis,
histoplasmosis, dan lain-lain.
e. Protozoa
Leismaniasis, malaria, tripanosomiasis, dan lain-lain.
f. Cacing
Penyakit cacing tambang, skistosomiasis, dan lain-lain.
Pencegahan:
a. Mengurangi hewan reservoir atau serangga vektornya.
b. Pembatasan peredaran hewan vektor.
c. Penyemprotan insektisida residual untuk melawan nyamuk, lalat pasir, dan
lalat tsetse.
d. Pengaturan ventilasi sedemikian rupa untuk menghindari poenyebaran virus
dan zoonosis lainnya.
e. Ikan pemangsa dapat mengurangi populasi keong yang mengandung parasit
skistosoma.
f. Imunisasi sapi dan hewan domestik untuk mengurangi risiko bruselosis dan
rabies.
g. Ditempat kerja tertentu, penekanan debu dengan ventilasi juga dapat mencegah
antraks dan ornitosis yang ditularkan lewat udara.

Golongan Fisiologis
Tempat kerja yang kurang ergonomis tidak sesuai dengan fisiologi dan
anatomi manusia(postur kerja salah), tempat kerja yang kurang ergonomis dan
postur kerja yang salah memiliki dampak yang sama yaitu berakibat cacat pada
tubuh.

Gangguan kesehatan:
a. Tukang sepatu mengalami sakit pada dada sebagai akibat tekanan pisau
pemotong kulit sepatu yang terus menerus kepada dada.
b. Kerja berdiri secara terus menerus pada beberapa pekerjaan disebabkan tempat
yang tidak ergonomi sehingga dapat mengakibatkan varices pada kaki (kaki
datar).

12
c. Memiliki beban yang cukup berat secara terus menerus dengan tekanan gaya
ke punggung akan menyebabkan hernia akibat kerja.
d. Posisi kerja juru ketik yang menyebabkan kerusakan pada punggung(law back
pain).

Pencegahan :
a. Memperbaiki kondisi tempat kerja yang tidak ergonomis misalnya:
menyesuaikan bentuk dan ukuran peralatan dengan pekerja.
b. Mengajarkan kepada para pekerja postur kerja yang benar sesuai profesi
masing-masing.

Penyakit akibat kerja pada organ dan sistem utama


Pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara darah dan udara
berlangsung dialveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan
dalamnya aliran udara timbal balik. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting
dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja.
Sebab-sebab utama penyakit pernapasan adalah:
a. Mikroorganisme pathogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis.
b. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan.
c. Partikel-partikel organik yang merangsang respon imun.
d. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu.

Gangguan terutama bergantung pada jenis agennya yaitu debu inert, debu
fibrogenik, iritan kimia, allergen dan karsinogen.
 Debu inert
Bahkan debu yang relatif inert pun dapat menimbulkan beberapa efek. efek
utama debu inert adalah:
a. Peningkatan beban pembersihan bronkopulmonar
b. Perubahan-perubahan obstruktif pada fungsi paru

Peranan paparan debu inert dalam timbulnya pembatasan aliran udara pada
kadar yang sekarang ada ditempat-tempat kerja di negara industri. Uji
untuk mendeteksi penyakit saluran pernafasan meliputi: volume ekspirasi
paksa satu detik, kapasitas ventilasi, uji resistensi aliran, aliran tengah
ekspirasi maksimum.
13
 Debu fibrogenik
Debu fibrogenik adalah debu yang mengandung kuarsa menyebabkan
silikosis. Debu yang mengandung asbes secara khas menyebabkan gangguan
fungsi paru restruktif.
 Iritan kimia
Paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat
menybabkan gejala-gejala bronchitis. Gejala dapat atau tidak disertai
peningkatan reaktivitas bronkus. Paparan kadar tinggi dapat menyebabkan
brochitis akut berat dengan obstruktif saluran napas.
 Alergen
Golongan ini meliputi bahan-bahan organik yang berasal dari binatang
atau tumbuhan dan mungkin bahan-bahan kimia tetentu deteksi dini reaksi
alergik pernapasan sangat penting, karena dengan membatasi paparan lebih
lanjut terhadap allergen sera dengan terapi dini yang tepat, penyembuhan akan
sempurna.
metode-metode pencegahan
a. Sedapat mungkin, bahan-bahan berbahaya diganti dengan bahan-bahan lain
yang kurang lebih sama fungsi dan manfaatnya tetapi yang tidak berbahaya
atau kurang berbahaya.
b. Apabila, karena pertimbangan k3, diputuskan untuk menggunakan bahan
alternatif, maka semua risiko bahaya kesehatan yang mungkin timbul
sehubungan dengan pembuatan, jual beli, pemakaian, transportasi,
penyimpanan dan pembuangan bahan alternatif yang disarankan tersebut harus
dipertimbangkan masak-masak.

metode-metode pengendalian
a. Semua tindakan yang melibatkan hal ikhwal teknis/permesinan(engineering),
praktik kerja, dan pengendalian administrasi yang dapat dilakukan harus
diupayakan untuknmelenyapkan atau meminimalkan peluang pekerja terpapar
kontaminan di lingkungan kerja.
b. Upaya-upaya pengendalian teknis permesinan harus meliputi pemeliharaan
mekanis, pembuatan ventilasi dan rancang ulang proses yang dimaksudkan

14
untuk melenyapkan, mengisolir atau mengumpulkan emisi kontaminan dengan
cara sebagai berikut:
 Proses separasi, otomasi atau penutupan;
 Mengikat serat asbes dengan bahan lain untuk mencegah terbentuknya debu;
 Secara umum melengkapi semua daerah kerja dengan ventilasi sehingga
udara bersih bisa masuk;
 Membuat ventilasi lokal untuk seluruh proses kerja, operasi kerja,
perlengkapan dan peralatan kerja untuk mencegah penyebaran debu;
 Menggunakan metode basah untuk mencegah terbentuknya debu;
 Memilah-milah tempat kerja dengan menetapkan tempat-tempat kerja
tertentu untuk proses-proses tertentu.

pemeriksaan kesehatan berkala


Pemeriksaan kesehatan berkala hendaknya dilakukan dengan selang waktu
teratur setelah pemeriksaan awal sebelum penempatan. Sebuah formulir khusus
dirancang dengan penekanan pada aspek riwayat dan pemeriksaan fisik yang
paling relevan. Pemeriksaan difokuskan pada organ dan sistem tubuh yang
terpengaruh bahan berbahaya.
Contohnya,
a. Audiometrik adalah uji untuk pekerja yang bekerja pada lingkungan yang
bising.
b. Pemeriksaan radiologi dada untuk pekerja tambang untuk mendeteksi berbagai
pneumokonisi.
c. Pemeriksaan klinis dengan penekanan khusus pada pernapasan.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan
1. World Health Organization (WHO) membuat defenisi universal yang
menyatakan bahwa pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
2. Gizi lebih (overnutrition), keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan
yang berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama. Contoh :
kegemukan.
3. Badan pangan dan pertanian PBB (FAO) dan badan kesehatan dunia
(WHO) dalam terbitannya yang berjudul Energy and Protein Requirements
telah menyusun pedoman untuk mengukur atau menentukan kecukupan
energi bagi orang dewasa, yaitu dengan menggunakan standar kecukupan
energi bagi orang laki-laki dewasa (Reference Man) dan standar
kecukupan energi bagi wanita dewasa (Reference Woman) Yang dimaksud
dengan Reference Man

III.2 Saran
1. Lebih memperhatikan gizi yang diperlukan tubuh manusia agar terhindar

16
dari penyakit yang berbahaya
2. Memahami ahli K3 sebelum bekerja di pekerjaan supanya bisa menangani
permasalahan kecil di kampu,rumah, dan terutama di tempat kerja

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. “Pemenuhan Kecukupan Gizi bagi Peserta”.


(http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021411-
pemenuhan-kecukupan-gizi-bagi-pekerja). Diakses pada Tanggal 5
September 2019. Pukul 23.40 WIB.
Anizar.2009.”Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Industri”.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pamungkas, Satria Aji. 2009. ’’Gizi Kerja”.
(http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021411-
pemenuhan-kecukupan-gizi-bagi-pekerja). Diakses pada Tanggal 5
september. Pukul 23.43 WIB.
Puspita, Devillya. 2014. “Gizi Tenaga Kerja”.
(https://www.slideshare.net/liciastreiz/gizi-tenaga-kerja). Diakses pada
Tanggal 5 september. Pukul 23.46 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai