PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, Demos dan Cratein. Demos berarti
rakyat, dan Cratein berarti pemerintahan. Jadi, menurut bahasa asalnya, Demokrasi
adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat. Pemerintahan dijalankan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam demokrasi, suara rakyat sangat diperhitungkan
dan menjadi bagian dalam pemerintahan itu sendiri.
Negara kita, Indonesia juga menganut paham demokrasi. Rakyat sangat
berperan penting dalam pemerintahan, banyak sekali keputusan pemerintah yang
berdasarkan keinginan ataupun pendapat rakyat. Mahasiswa, dalam hal ini termasuk
juga dalam kategori rakyat tersebut. Bisa kita lihat bahwa beberapa keputusan penting
pemerintahan, diambil karena tuntutan mahasiswa yang melakukan demonstrasi.
Misalnya, turunnya mantan presiden Soeharto pada era reformasi, itu terjadi karena
mahasiswa yang menuntut agar orde baru berakhir dan diganti dengan reformasi.
Turunnya almarhum Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pun, juga terjadi karena
mahasiswa melakukan demonstrasi demi perbaikan bangsa Indonesia tercinta ini.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara
untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Hampir semua negara di dunia
menyakini demokrasi sebagai “tolok ukur tak terbantah dari keabsahan politik.”
Kenyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah
menjadi basis bagi tegak kokohnya sistem politik demokrasi. Hal itu menunjukan
bahwa rakyat diletakkan pada posisi penting walaupun secara operasional implikasinya
di berbagai negara tidak selalu sama. Tidak ada negara yang ingin dikatakan sebagai
negara yang tidak demokratis atau negara otoriter.
Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum adalah sebuah negara
yang berdasarkan demokrasi pancasila. Bahwa Negara memberikan kebebasan kepada
setiap warga negara untuk mengemukakan pendapat. Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul mengemukakan pendapat dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan Undang-undang. Di Indonesia, kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia dijamin oleh UUD 1945 dan
deklarasi universal hak-hak asasi manusia. Kemerdekaan setiap warga negara untuk
menyampaikan pendapat di muka umum merupakan perwujudan demokrasi dalam
tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Dalam negara demokrasi, demonstrasi damai adalah aktifitas legal untuk
mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan masyarakat atau guna
mengemukakan aspirasi dan pendapat rakyat. Kendati demikian, sebagai negara yang
beradab, demonstrasi tentunya harus dilakukan dengan aksi-aksi yang memiliki nilai
etik kepatutan.
Demonstrasi adalah hak demokrasi yang dapat dilaksanakan dengan tertib,
damai, dan intelek. Sebuah contoh yang sangat bagus, yang mestinya juga ditiru oleh
mereka yang gemar unjuk rasa, yang senang turun ke jalan
Unjuk rasa atau demonstrasi (demo) adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan
suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan
secarapolitikolehkepentingan kelompok.
Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang menentang
kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya.
Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan
lainnya.
Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan pengrusakan terhadap benda-benda.
Hal ini dapat terjadi akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang
berlebihan.
Namun, yang menjadi titik permasalahannya saat ini kadang mahasiswa
melakukan unjuk rasa dengan anarkis dan meresahkan warga disekitar tempat demo
tersebut. Tidak jarang juga ada mahasiswa yang sampai meninggal akibat bentrok
dengan polisi ataupun warga sekitar. Sampai sekarang juga demo tersebut sudah turun
temurun dari generasi ke generasi sehingga menjadi budaya yang patut dilakukan
sebagai aspirasi suara. Maka dalam pembahasan kali ini, penulis akan menjelaskan
lebih lanjut mengenai Budaya Demonstrasi Mahasiswa.
Demonstrasi atau unjuk rasa, sudah menjadi cara yang dilakukan oleh rakyat
untuk menuntut haknya, maupun saat terdapat suatu kebijakan yang dianggap
tidak mensejahterakan kelangsungan hidup mereka sesuai paham demokrasi
sesungguhnya. Persoalan ini pun, melatarbelakangi aksi demonstrasi yang
dilakukan masyarakat Indonesia, terhadap kebijakan pemerintah yang akan
diimplementasikan pada awal April 2012, untuk menaikkan harga BBM guna
menjaga kestabilan perekonomian bangsa. Terkait persoalan tersebut, aksi unjuk
rasa terjadi hampir di seluruh penjuru negeri Indonesia, oleh berbagai elemen
masyarakat maupun kelompok akademis dari berbagai lembaga pendidikan, dengan
variannya masing-masing.
antar pemerintah dan rakyat, sekaligus wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Gerakan
mahasiswa dalam bentuk unjuk rasa ini seolah menampilkan wajah demokrasi yang
sesungguhnya, sebab berdasarkan konstitusi, unjuk rasa atau demonstrasi
telah mendapatkan legalitas oleh negara. Berdasarkan perundangan tersebut,
berbagai elemen hususnya mahasiswa menggunakan dasar itu sebagai dalih
melakukan aksi unjuk rasa.
Pondasi gerakan mahasiswa diklaim oleh mereka berasal dari sebuah mandat
sosial yang telah rakyat berikan. Dalam hal ini, sepertinya rakyat percaya bahwa
sebagai kaum intelektual, yakni khususnya mahasiswa memiliki sifat kritis, cerdas
hidup sejahtera, tidak heran, nama rakyat selalu terselip disela-sela orasi
digelar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan hukum pidana terhadap
anarkisme unjuk rasa di kota Makassar.
2. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hukum hakim dalam
memutus perkara pidana pada aksi unjuk rasa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Manfaat Teoristis
a. Sebagai bahan kajian lebih lanjut terhadap persoalan
dibidang pidana, khususnya hukum pidana yang terkait
dengan perbuatan anarkisme di dalam unjuk rasa.
b. Sebagai bahan bagi masyarakat dan akademisi untuk
mendapatkan kajian yuridis terhadap kasus-kasus unjuk rasa
yang berakhir anarkis.
1. Manfaat Praktis
Pembahasan ini diharapkan bermanfaat untuk :
a) Bagi Masyarakat Indonesia untuk memberi masukan dalam
menyampaikan pendapat tanpa perbuatan yang anarki.
b) Aparat hukum sebagai sumbangan pemikiran untuk
penanganan masyarakat yang melakukan demonstrasi di
Kota Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Gerakan
Pengertian gerakan menurut Basrowi dan Sukidin dalam bukunya yang
berjudul Teori-Teori Perlawanan Dan Kekerasan Kolektif menyatakan bahwa
gerakan merupakan media dari masyarakat untuk menyampaikan rasa ketidak
puasan sosialnya kepada penguasa. Disamping itu menurutnya gerakan muncul
dari satu golongan yang bersifat terorganisasi, mempunyai asas dan tujuan yang
jelas, berjangkauan panjang serta mempunyai ideologi baru sehingga dapat ikut
serta menciptakan sebuah masyarakat yang maju.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka gerakan dapat diartikan sebagai
sebuah media atau perkumpulan di dalam masyarakat dan ini dijadikan sebagai
sesuatu untuk menyampaikan rasa ketidak puasan oleh penguasa pada saat itu
dan biasanya gerakan ini diakomodir oleh suatu lembaga untuk mencapai
keberhasilan dari gerakan tersebut.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Daliso bahwa ketidak puasan depriviatif akan
melahirkan terjadinya kekerasaan massal. Teori psikologis maupun teori konflik
sama-sama mengakui bahwa semakin besar intensitas ketidak puasan semakin
besar dorongan untuk melaksanakan kekerasan17. Timbulnya gerakan mahasiswa
dikarenakan kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil, seperti yang
diungkapkan oleh Henry A. Landberger bahwa gerakan protes hadir karena
adanya suatu reaksi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan politik yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor ketidak adilan sosial, ekonomi dan
politik dalam sepanjang sejarah melahirkan pemberontakan dan kekerasan massa
radikal. Kekerasan masa radikal pada dasarnya merupakan reaksi spontan,
kefrustasian dalam kehidupan rakyat.
Adapun ciri khas dari gerkan tersebut, menurut Jayanto dalam Hariman
Siregar menjelaskan ciri gerakan mahasiswa, yaitu :
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Data primer bersumber dari pihak Mahasiswa UIN Alauddin Makassar melalui
wawancara langsung.
2. data sekunder
Data sekunder adalah data yang sumbernya diperoleh dari kajian kepustakaan,
referensi-referensi hukum, jurnal ilmiah hukum, peraturan perundang-undangan
dibidang hukum, dokumen bahan hukum yang diperoleh dari Polrestabes Makassar.
Pengambilan data sekunder diperoleh dengan cara menelaah secara kritis referensi-
referensi di bidang hukum yang menyangkut masalah penanganan unjuk rasa di
Kota Makassar dan mengadakan polarisasi dan kategorisasi dan dokumen-dokumen
yang diperoleh dari kantor Polrestabes Makassar yang berperan dibidang
pengawasan dan penanganan unjuk rasa.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan di UIN Alauddin Makassar dalam jangka waktu kurang dari
1 hari.
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan
wawancara dengan pihak Mahasiswa .
3. Studi Literatur
Studi Literatur yaitu teknik pengumpulan data dengan mengkaji
literatur sebanyak mungkin.
Jenis data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Teknik Analisis
Data secara kualitatif.
BAB IV
PEMBAHASAN
Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk
menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan
suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara
politik oleh kepentingan kelompok.
Kata dasar demonstrasi diambil dari pengertian demokrasi sebagai bentuk dari
penyampaian suara rakyat kepada suatu lembaga, dinas, pemerintahan atau negara.
Demonstrasi merupakan suatu aksi yang digalang oleh suatu kumpulan masyarakat
untuk menyampaikan pendapat kepada pemerintah secara terang-terangan didepan
umum.
Demonstrasi yang terjadi di UIN Alauddin Makassar pada oktober 2017
merupakan bentrokan berdarah dalam demonstrasi menuntut keadilan berorganisasi
bagi mahasiswa UIN Alauddin . Bentrokan ini berlangsung hingga sore hari. Kekerasan
aparat menyebabkan puluhan luka .
Mahasiswa UIN Alauddin Makassar melakukan demonstrasi di area kampus
UIN Alauddin Makassar berlangsung dengan tertib tersebut menyampaikan
pernyataaan ketidak puasan atas keputusan pihak birokrasi, adanya larangan
berorganisasi dan sebagainya. Disini para pengunjuk rasa juga memprotes kekerasan
aparat yang terjadi di lokasi tersebut. Menjelang sore hari mereka ingin bergerak
menuju Gedung Rektorat untuk menggabungkan diri melakukan unjuk rasa di sana.
Ternyata aparat keamanan tidak mengijinkan dan berhadap-hadapan dengan
mahasiswa.
Bentrokan meletus sekitar sore hari. Puluhan petugas keamanan membubarkan
secara paksa dengan melakukan penyerbuan terhadap pengunjuk rasa. Mahasiswa dan
melawan aparat dengan adu fisik Tempat ini menjadi ajang pertarungan antara
pengunjuk rasa dengan aparat yang mencegah mereka bergabung ke Gedung Rektorat.
Aparat secara membabi buta memukuli setiap orang yang ada di lokasi. Selama
bentrokan berlangsung aparat melakukan pengejaran terhadap mahasiswa . Menurut
saksi mata mahasiswa, bentrokan bermula akibat pihak keamanan yang menghalangi
mahasiswa dengan cara yang kasar. Unjuk rasa tersebut pun berakhir setelah pihak
kemananan berhasil memukul mundur mahasiswa. Sampai penulisan karya tulis ini
penulis belum mengetahui kelanjutan dari permasalahan tersebut dan bagaimana
penyelesainya dari permasalahan tersebut. Belum ada keterangan secara resmi dari
pihak birokrasi namun menurut ketrangan para mahasiswa UIN Alauddin Makassar
mereka tetap melaksanakan kegiatan mereka pada hari sabtu dan minggu.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis menemukan penyebab dari
rusuhnya aksi unjuk rasa yang di lakukan oleh mahasiswa UIN Alaudding Makassar
pada dasarnya adalah hal yang sangat sederhana. Maka dari itu untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan dalam aksi demonstrasi perlu di perhatikan
beberapa hal yakni :
Ada beberapa factor yang menyebabkan munculnya tindakan anarkis dalam demonstrasi :
4.1 Sikap para demonstran yang menganggap pendapat mereka paling benar dan harus
dituruti.
Hal ini bisa kita lihat dalam pelaksanaan demonstrasi, para demonstran menganggap
bahwa aspirasi atau pendapat yang mereka suarakan merupakan merupakan aspirasi yang
benar, mereka juga menganggap bahwa aspirasi yang mereka suarakan merupakan
aspirasi yang mewakili suara hati seluruh rakyat Indonesia, dengan dasar itulah mereka
mengaggap bahwa apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka ucapkan dan apa yang
mereka lakukan merupakan hal yang benar dan mereka menginginkan agar apa yang
mereka suarakan bisa terrealisasikan. Dengan dasar kebenaran ini maka dalam
pelaksanaan demonstrasi para demonstran bukan hanya sekedar mengemukakan pendapat
namun lebih mengarah pada memaksakan pendapat, sehingga untuk meksakan
kehendaknya ini mereka melakukan tindakan anarkis. Jadi tindakan anarkis yang di
lakukan merupakan wujud dari pemaksaan kehendak, dengan harapan agar kehendak atau
aspirasi yang mereka suarakan di perhatikan.
4.2. Suasana panas, sesak dan penat akan membuat para demonstran cunderung mudah
terpancing emosi.
Anarkisme dalam demmonstrasi juga bisa di sebabkan karena situasi ketika
demo terjadi, umumnya dalam suatu demonstrasi memerlukan waktu yang tidak sebentar
dan dilakukan di siang hari, suasana yang panas, sesak dan penat akan mudah membuat
para demonstran untuk terpancing emosinya dan mudah marah. Ketika demonstrasi
kondisi fisik dari para anggota juga pasti mengalami kelelahan, dengan kondisi ini jika
dalam suasana yang panas atau hujan deras maka akan membuat para demonstran mudah
marah, hal ini akan mengakibatkan tindakan anarkis, jika salah satu anggota demonstran
melakukan tindakan anarkis maka anggota lain akan mudah tertular untuk melakukan
tindakan yang serupa.
4.3 Tidak ada perwakilan yang bersedia menanggapi dan berbicara dengan demonstran.
Ketika ada niat untuk melakukan demonstrasi, tentunya suatu kelompok atau pihak yang
akan melakukan demonstrasi sudah mempunyai suatu pandangan, gagasan dan pemikiran
yang mereka yakini kebenarannya, inilah yang nantinya akan mereka suarakan dengan
harapan apa yang mereka suarakan bisa menjadi kenyataan, atau paling tidak
mendapatkan tanggapan dari pihak yang mereka harapkan. Namun banyak kejadian ketika
ada demonstrasi tidak ada satupun orang yang bersedia menemui para demonstran untuk
berbicara dan member penjelasan, hal ini membuat para demonstran kecewa, marah
sehingga melakukan berbagai tindakan anarkis sebagai luapan emosinya.
Solidaritas yang tinggi antara para anggota demonstran. Dalam suatu demonstrasi
umunya, para demonstran memiliki solidaritas yang sangat tinggi antara anggota satu
dengan anggota yang lainnya, jika salah satu anggota melakuakan hal yang baik maka
kemungkinan besar anggota yang lain akan melakukan hal yang sama, tetapi yang dalam
demo selama ini khususnya di awal tahun 2010 ini bukanlah solidaritas yang baik, tetapi
lebih mengarah pada solidaritas yang buruk, jika salah satu anggota berteriak SBY
malinng, maka yang lain juga akan melakukan hal yang sama.
Salah satu hal yang menyebabkam tindakan anarkis dalam demonstrasi adalah kuatnya
solidaritas antara demonstran satu dengan yang alainnya, tindakan anarkis awalnya hanya
dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja, namun karena para demonstran mempunyai
kesamaan visi, misi dan tujuan maka mereka mempunyai solidaritas yang tinggi. Jika
salah seorang anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota lain akan melakukan hal
yang sama, jika salah seorang anggota di amankan oleh pihak kepolisian maka anggota
yang lain akan berusaha menyelamatkan rekannya. Hal ini terkadang memicu kerusuhan
antara demonstran dengan aparat kepolisian.
4.2 Kerusuhan dalam demo memang sudah di rencanakan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan anarkis dalam demo yaitu
kerusuhan dalam demonstrasi memang sudah di rencanakan sebelumnya, kerusuhan ini
biasanya dilakukan oleh lawan politik atau pihak-pihak lain yang tidak suka dengan
pemeritahan yang sedang berjalan. Kasus seperti ini sering terjadi di Indonesia, yang
paling hangat adalah kasus demonstrasi di Mojokerto, dalam demo di mojokerto beberapa
waktu lalu terjadi kerusuhan yang mengakibatkankerugian hingga 1,4 M, demo ini
disebabkan karena salah satu kandidat calon bupati tidak diloloskan menjadi calon bupati
oleh KPU setempat. Akibatnya para pendukung bupati yang tidak lolos berdemo di depan
KPU Mojokerto dan melakukan pengerusakan terhadap fasilitas Negara. Dalam demo ini
hampir 100 orang di tahan, dari barang bukti yang berhasil di amankan oleh Polisi bisa di
simpulkan bahwa kerusuhan memang sudah di rencanakan. Kasus serupa juga terjadi pada
tanggal 20 Mei 2008, pada saat itu terjadi demonstrasi anarkis dalam rangka kenaikan
haraga BBM yang berujung pada kerusuhan, dalam kerusuhan ini terjadi pembakaran
Toyota Avansa di depan gedung DPR-RI, demo ini melibatkan sekitar 4000 orang. Dalam
kasus ini Ferry Julianto di tuding sebagai dalang kerusuhan, Ferry telah merencanakan
demonstrasi sebelumnya dan mengeluarkan biaya sebesar 14 juta rupiah. Dan akhirnya
dia di jebloskan kedalam penjara. Dalam demonsatrasi Century dan juga 100 hari
pemerintahan SBY-Budiono, mungkin saja bila tindakan anarkis juga sudah di rencanakan
sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu. Hal ini mungkin saja di lakukan oleh partai oposisi,
karena partai oposisi selalu mengkritisi kebijakan pemerintahan SBY-Budiono. Jika di
fikirkan dengan akal sehat kita, tidak mungkin pihak yang Pro dengan kebijakan
pemerintah saat ini meneriaki SBY maling, Boediono maling dan Sri Mulyani maling,
bahkan hingga menyamakan SBY seperti kerbau. Tindakan seperti ini hanya mungkin
dilakukan oleh lawan politik dari SBY yang berasal dari luar Partai Demokrat. Bisa partai
oposisi yang selalu menguarkan kritikan dan juga kecaman terhadap pemerintah dan juga
bisa juga dilakukan oleh partai mitra koalisi yang memang kecewa dengan sikap
pemerintah. Yang jelas tindakan anarkis dalam demonstrasi 100 hari pemerintahan SBY-
Boediono dan juga demo Century dilakukan oleh pihak diluar partai Demokrat.
4.4 Adanya provokasi
Setiap demonstrasi tentunya melibatkan banyak orang, hal ini membuat situasi
sangat sulit untuk di kontrol dan di kendalikan, selain itu banyaknya demonstran jug
sangat rawan dengan provokasi, baik provokasi dari dalam maupun dari luar, provokasi
dari dalam biasanya dilakukan oleh salah satu anggota demonstran yang mempunyai
kecenderungan prilaku menyimpang dalam kesehariannya, sehingga dimanapun orang
tersebut berada maka akan ada potensi untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya.
Lalu provokasi juga munkin dilakukan oleh pihak-pihak dari luar yang menginginkan
suasana demo menjadi rusuh. Dalam suatu demonstrasi umumnya pihak atau Kelompok
yang melakukan demo mempunyai visi dan misi yang sama, sehingga dengan kesamaan
ini para demonstran cenderung memiliki solidaritas yang tinggi antar sesame anggota.
Sehingga jika salah satu anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota lain juga akan
sangat mudah untuk mengikuti tindakan itu.
4.5 Demonstrasi anarkis menurut tinjauan demokrsi
Plato dalam ajarannya menyatakan bahwa dalam bentuk demokrasi, kekuasan
berada di tangan rakyat sehinga kepentingan umum (kepentingan rakyat) lebih
diutamakan. Secara prinsipil, rakyat diberi kebebasan dan kemerdekaan. Akan tetapi
kemudian rakyat kehilangan kendali, rakyat hanya ingin memerintah dirinya sendiri dan
tidak mau lagi diatur sehingga mengakibatkan keadaan menjadi kacau, yang disebut
anarki. Hal ini sangat sesuai dengan demonstrasi anarkis yang terjadi di Indonesia saat ini.
Dalam demonstrasi para demonstran umumnya tidak hanya mengemukakan pendapat,
tetapi pada ujungnya sampai pada tahap memaksakan kehendak dan pendapatnya, yang
kemudian mereka melakukan berbagai tindakan anarkis dan amoral dalam memaksakan
pendapatnya, yang akhirnya berujung pada kekerasan atau tindakan yang anarkis.
Kebebasan berpendapat di muka umum baik lisan dan tulisan serta kebebasan
untuk berorganisasi merupakan hak setiap warga negara yang harus diakui, dijamin dan
dipenuhi oleh negara. Indonesia sebagai sebuah negara hukum telah mengatur adanya
jaminan terhadap kebebasan untuk berserikat dan berkumpul serta kebebasan untuk
menyampaikan pendapat baik lisan maupun tulisan dalam UUD 1945 dan UU Nomor
9 Tahun 1998 Tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
Ada banyak kejadian lainnya yang juga tercapai karena demonstrasi. Dengan
demikian dalam hal ini demonstrasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan. Hanya saja yang membedakan adalah pada dataran demonstrasi demi
tujuan politik praktis atau jangka panjang. Untuk kepentingan masing-masing
kelompok atau demi kemaslahatan orang banyak.
Jika kita kaji secara konstitusional, demonstrasi merupakan hak yang harus
dilindungi oleh Pemerintah. Namun di sisi lain, orang yang melakukan demonstrasi
juga harus mentaati peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dasar hukum demonstrasi adalah
pasal 28 UUD 1945 dan UU No.9 Tahun 1998. Sehingga para peserta demonstrans
memiliki legalitas dalam aksinya. Namun di sisi yang lain, hak menyampaikan
pendapat di muka umum menjadi terkendala ketika pelaksananya dapat dijerat pidana
pasal 160-161 tentang penghasutan.
Maka dalam undang-undang No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat diatur mengenai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi bagi
setiap masyarakat yang ingim menyampaikan pendapatnnya dan bagi pemerintah agar
dapa memberikan perlindungan hukum kepada setiap masyarakat, agar terjaminnya
hak menyampaikan pendapat.
Agar Para demonstran tidak mendapat sanksi hukum dalam menyampaikan
pendapat di muka umum, hendaknya mmengikuti tata cara demonstrasi menurut
undang-undnag Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaiakan Pendapat
di Muka Umum.
Tata Cara
1) Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Polri yang dilakukan oleh
yang bersangkutan, pemimpin, atau penanggung jawab kelompok.
Catatan: Banyak orang memiliki pemahaman yang salah mengenai pemberitahuan
ini. Rencana menyatakan pendapat disampaikan dengan pemberitahuan bukan
izin. Sifatnya hanya memberitahukan saja dan Kepolisian tidak berwenang
menolak kecuali dalam hal dilarang dalam undang-undang. Hal yang sangat
berbeda jika rencana menyatakan pendapat diharuskan dengan izin karena
kepolisian menjadi berwenang untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan rencana
menyatakan pendapat tersebut.
2) Pemberitahuan diberikan selambat-lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)
jam sebelum kegiatan dimulai.
3) Pemberitahuan memuat: maksud dan tujuan, tempat, lokasi, dan rute, waktu dan
lama, bentuk, penanggung jawab, nama dan alamat organisasi, kelompok atau
perorangan, alat peraga yang dipergunakan; dan atau jumlah peserta.
4) Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau demonstrasi
dan pawai harus ada seorang sampai dengan 5 (lima) orang penanggung jawab.
5) Setelah menerima surat pemberitahuan, Polri wajib :
a. segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan;
b. berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat di muka
umum;
c. berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan
penyampaian pendapat;
d. mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi, dan rute.
6) Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan secara
tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambat-lambatnya 24 (dua
puluh empat) jam sebelum waktu pelaksanaan.
Sanksi :
Berdasarkan Pasal 15 UU No. 9 Tahun 1998, sanksi terhadap pelanggaran tata cara
di atas adalah pembubaran.
Berdasarkan Pasal 16 UU No. 9 Tahun 1998, pelaku atau peserta pelaksanaan
penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan perbuatan melanggar
hukum, dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dikenakan jika misalkan terjadi
perbuatan melanggar hukum seperti penganiayaan, pengeroyokan, perusakan
barang, dan bahkan kematian.
Berdasarkan Pasal 17 UU No. 9 Tahun 1998 Penanggung jawab pelaksanaan
penyampaian pendapat di muka umum yang melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku ditambah dengan 1/3 (satu per
tiga) dari pidan a pokok. Terdapat pemberatan hukuman terhadap
penanggungjawab yang melakukan tindak pidana.
Berdasarkan Pasal 18 UU No. 9 Tahun 1998, setiap orang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan menghalang-halangi hak warga negara untuk menyampaikan
pendapat di muka umum yang telah memenuhi ketentuan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun.