Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK


(CHRONIC RENAL FAILURE)

I. Pengertian
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan oleh beberapa
ahli meliputi yaitu :
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat
memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik adalah ginjal
sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan
kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang menahun
dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang
berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang
berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi
kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit.

II. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.

III. Etiologi
1. penyakit Hipertensi
2. Gout menyebabkan nefropati gout.
3. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
4. gangguan metabolisme
5. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
6. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
7. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
8. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal
genetik) / herediter
9. infeksi, penyakit hipersensitif
10. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
11. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi

1
IV. Patofisiologi
Kerusakan / kegagalan ginjal
(baik glomorulus dan tubulus)

nefron utuh hipertropi


volume filtrasi me Penurunan fungsi nefron  bahan yang larut∙me  diuresis osmotik & poliuri

Mekanisme kompensasi dan adaptasi asimptomatik

BUN dan creatinin meningkat

Gejala dini Penumpukan toksin uranik Gejala lebih lanjut


Lethargi, sakit kepala anoreksia, mual & muntah
Capai mental dan fisik nafas dangkal, udiem, pruritis
BB, depresi, Gangguan gagal ginjal kronik simptomatik
mudah tersinggung

Endokrin

Integumenteri
metabolik
Gastrointestinal
Hematologis
pulmonari Kardiovaskuler neurologik Neurologis

2
Glomerulo Obstruksi Neprotik Nepritis Nepritis
Nepritis Kronik dan Infeksi Diabetik Hypertensi Lupus

Vaskularisasi
Angiopati jar. Ginjal <
Penurunan Iskemi dan sehingga Kerusakan
fungsi infeksi Jaringan jaringan
glomerulus nefron ginjal < O² dan Nefron
nefron dan nutrisi ginjal
ginjal

Gagal Ginjal Kronik

Kulit Hematologi Syaraf dan Otot Kardiovaskular Endokrin Pencernaan


Pulmonari metabolik

Produksi eritrosit
toksin ureum >Urokrom Restless Leg > Renin Hiperten Ggn.Seksual Ggn.Metab.protein
tertahan,
pada rongga ‘ Gatal sindrom. Angiotensi- si Ggn.Tolerasi Ureum > daripada
pemendekan
pleura dan pd ekskariosis Burning Feet Aldosteron Odema glukosa air liur
masa hidup
jaringan paru Urea Frost sindrom. Arteriskleros Phospat Ggn.Metab. Cegukan
eritrosit
Kelenjar Ensepalopati is dini ase  lemak Gastritis
Anaemia
keringat metab. Ggn dlm Ggn.Metab Sensitifitas insulin 
Ggn Fungsi
mengecil Miopati Elektrolit dan darah Vit. D Pembuatan insulin
dan 3
Akt kelenjar kohesifikasi Toksin dlm terlambat
Trombositopeni
urap ,menurun metastatik serum Trigliserin  dan
Ggn Fungsi
Kebanyakan output glycerida 
leukosit
cairan
uremi paru-paru
Perubahan
pneumonitis proses pikir Anoreksi
Pucat. Gangguan Pada Laki a Mual tidak intoleransi
Keabu- tidur, sakit produksi Muntah terhdp hidrat arang
abuan kepala dan testosteron Bau
seperti kelelahan Hipertensi,gagal dan Mulut,
perunggu Eritropoitin < jantung spermatog
Defisiensi besi gastriritis
Kuning,pru kongestif enesis Stomatiti
ritis, Hemolisis Arterisklerosis, kurang.
Kelemahan otot s
kering, dan perikarditsis Pada
mudah Wanita
gangguan pecah gangguan Gangguan Gangguan
pola nafas pola aktivitas Menst.,ov pemenuhan
istirahat ulasi nutrisi
Resiko
Gangguan. Gangguan aminorhe kurang dari
cedera (Profil
Integritas kulit darah Curah jantung
abnormal)

4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK

I. Pengkajian
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi
pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.

3. Riwayat penyakit
a. Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan
kardiogenik.
b. Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).

4. Tanda vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas
cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.

5. Body Systems :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum, kental dan banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa
sputum.

b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina
dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema. Hipertensi, nyeri
dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.

Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak
tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction
rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan
perdarahan.
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia,
gangguan lekosit.

c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual,
libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin
D.

5
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak
dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.

e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare,
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.

f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi
keterbatasan gerak sendi.
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost,
bekas garukan karena gatal.

6. Pola aktivitas sehari-hari


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk
tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu
perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga
mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan
(malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia)
Penggunaan diuretik.
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku
rapuh.

c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak
dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
Eliminasi alvi : Diare.

d. Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.

e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas

6
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

f. Pola hubungan dan peran.


Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran).

g. Pola sensori dan kognitif.


Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada
luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan
mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.

h. Pola persepsi dan konsep diri.


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga (self esteem).

i. Pola seksual dan reproduksi.


Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.

j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress,
perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan


Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal
kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun
mempengaruhi pola ibadah klien.

7. Pemeriksan fisik :
a. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c. Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.

Penatalaksanaan

7
TUJUAN PENATALAKSANAAN BAIK PENGOBATAN DAN PERAWATAN
MELIPUTI :

Pada tahapan gagal ginjal kronik gangguannya tergantung dari


kerusakannya, antara lain dengan memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa.
Bila faal ginjal yang masih tersisa sudah sangat sedikit, usaha- usaha pengobatan
biasa yang berupa diet, pembatasan minum, dan obat-obatan tidak berhasil maka
akan memerlukan terapi khusus yaitu hemodialisis (Sidabutar, 1993).

Pemantauan parameter pada orang dengan kegagalan ginjal kronis meliputi :

1. Intake dan output tiap 8 jam


2. Kebanyakan jaringan : palpasi mencari udem, auskultasi bunyi nafas,
memeriksa bunyi nafas, memeriksa tekanan darah, sekurang-kurangnya 8 jam
sekali, menimbang berat badan sehari.
3. Ritmi kardiak setiap 8 jam sekali
4. Observasi tingkat kesadaran tiap 8 jam sekali.
5. Gejala-gejala ketidaksembangan elektrolit.
6. Kecapaian dan nafas pendek.
7. Tanda-tanda perdarahan saluran cerna (perdarahan gusi, tinja positif guainic.
8. Ketidaknyamanan : otot kejang, sakit kepala, iritasi okuler.
9. Insomnia
10. Anoreksia, rasa tidak enak dalam mulut, intake diet setiap hari,
11. Gejala-gejala infeksi.

Prognosa gagal ginjal kronis

Pada penyakit gagal ginjal dini (mikroalbuminuria) sudah mempunyai


prognostik morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Dengan memberatnya kelainan
ginjal, disertai dengan penurunan fungsi ginjal, prognosis terbukti semakin buruk,
menuju gagal ginjal yang memerlukan dialisis, komplikasi organ target yang
mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan angka kematian (Suhardjono, 2001).

Komplikasi
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal.

Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi
yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan

8
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal :
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.

II. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi

1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan


ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.

2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor
pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.

9
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin, asidosis metabolik,
hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit kalsifikasi metastase pada otak.

4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status


metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer),
penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum dalam kulit.

5. Resiko tinggi terjadi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan


kurang/penurunan salivasi, pembatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi
amonia.

6. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.

7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik/pembatasan diet,


anemia.

8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.

9. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

10. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.

11. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein.

10
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung,
Kriteria: tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara 70 – 90 mmHg,
frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat, capilary refill time
yang baik.
Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui
1. Kesadaran mental, rentang perhatian, dan interaksi, yang sesuai dengan
lingkungan
2. Tidak ada dan terkendalinya udim perifer dan tidak terjadi uim paru
3. Keseimbangan elektrolit terkendali :
 Sodium : 125 sampai 145 m eq/l
 Potassium 3 sampai 6 meq/l
 Bicarbonat > 15 meq/l
 Calsium 9 – 11 mg/dl
 Hoshate 3 – 5 mg/dl
4. Serum albumin > 2 g/dl
5. Pengendalian katabolisme protein dan produk pecahan protein
6. Urea nitrogen < 100 mg/dl
 Kreatinin < 15 mg/dl
 Uric acid < 12 mg/dl
7. Tidak terjadi inflamasi dan nyeri sendi
8. Tidak terjadi infeksi dan perdarahan yang abnormal
9. Tekanan darah dikendailikan sekurang-kurangnya 160/100 mmHg ada
perubahan posisi dalam berdiri
10. Anoreksia, mual dan muntah, pruritis tidak ada atau tekendali
11. Penyakit lain yang menyertai sembuh atau terkendali (gagal jantung infeksi
dan dehidrasi)
12. Tidak terjadi toksisitas akibat kurangnya ekskresi obat-obatan
13. Intake nutrisi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen yang
positif

1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.


2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3. Diet tinggi kalori rendah protein.
4. Kendalikan hipertensi.
5. Jaga keseimbangan eletrolit.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9. Persiapkan program hemodialisis.
10. Transplantasi ginjal.

11
Rencana:
a. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat
perubahan posisi Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema,
perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea manunjukan
adanya renal failure.
R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan renin angiotensin
dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga dapat terjadi akibat dari defisit
intravaskular fluid.

b. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.dan batasi aktivitas berlebihan


R/ Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak lancarnya sirkulasi darah.dan b eban
jantung dipengaruhi oleh aktivitas berlebihan

c. Beri tambahan O2 sesuai indikasi


R/ meningkatkan sediaan oksigen pada miokard

d. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Siapkan Dialisis
Dialisis adalah difusi partikel larut dari satu kompartemen cairan ke
kompartemen lain melewati membran semipermiabel. Pada hemodialisis, darah
merupakan salah satu kompartemen dan dialisat adalah bagian yang lain.
Membran semi permiabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa
atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan
berat molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air
juga sangat kecil dan bergerak bebes melalui membran, tetapi kebanyakan protein
plasma, bakteri dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati pori-pori membran.
Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin, mengalir
kedalam kompartemen dialiser atau ginjal buatan, tempat akan bertemu dengan
dialisat, yang tidak mengandung urea atau kreatinin. Ditetapkan gradien
maksimum sehingga zat ini mengalir dari darah ke dialisat. Aliran berulang darah
melalui pada rentang kecepatan 200-400 ml/menit lebih dari 2 - 4 jam mengurangi
kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal (Hudak & Gallo, 1996).
Sistim dari hemodialisa akan membuang produk metabolisme protein
seperti urea, kreatinin dan asam urat, membuang kelebihan air dengan
mempengaruhi tekanan banding antar darah dan bagian cairan, biasanya terdiri
atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam
kompartemen dialisat (proses ultra filtrasi), mempertahankan atau mengembalikan
sistim bufer tubuh dan mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit
tubuh.

2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor
pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi cedera
Kriteria : Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan,lab. Dalam batas normal.
Rencana:
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia, mukosa / kulit
pucat, dispnoe, nyeri dada.
R/ Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk mempertahankan

12
oksigensi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
R/ Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku mental dan
orientasi.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas.
R/ Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan kelelahan,
memerlukan perubahan aktivitas (istirahat).
d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada area
mukosa.
R/ Mengalami kerapuhan kapiler.
e. Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses.
R/ Stress dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan perdarahan GI track.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil pada saat
penyuntikan, lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan.
R/ Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hematoma.
Kolaborasi :
g. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit, Faktor Pembekuan dan
Protrombin.
R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi Sel Darah
Merah. Pada gagal ginjal kronik, Hb, hematokrit biasanya rendah.
h. Pemberian transfusi.
R./ Mengatasi anemia simtomatik.
i. Pemberian obat – obatan :
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
R./ Memperbaiki gejala anemi.
Cimetidin (Actal).
R./ Profilaksis menetralkan asam lambung.
Hemostatik (Amicar).
R./ Menghambat perdarahan.
Pelunak feses.
R./ Mengurangi perdarahan mukosa.

3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin, asidosis metabolik,


hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit kalsifikasi metastase pada otak.
Tujuan : Meningkatkan tingkat mental.
Kriteria : Klien mengenal tempat, orang, waktu, tidak menarik diri, tidak ada gangguan
kognitif.
Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui
1. Kesadaran mental, rentang perhatian, dan interaksi, yang sesuai dengan
lingkungan
2. Tidak ada dan terkendalinya udim perifer dan tidak terjadi uim paru
3. Keseimbangan elektrolit terkendali :
 Sodium : 125 sampai 145 m eq/l
 Potassium 3 sampai 6 meq/l
 Bicarbonat > 15 meq/l
 Calsium 9 – 11 mg/dl
 Hoshate 3 – 5 mg/dl
4. Serum albumin > 2 g/dl
5. Pengendalian katabolisme protein dan produk pecahan protein
6. Urea nitrogen < 100 mg/dl
7. Kreatinin < 15 mg/dl
8. Uric acid < 12 mg/dl

Rencana :

13
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori, orientasi, perhatikan lapang
perhatian.
R./ Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan Kekacauan minor dan berkembang
ke perubahan kepribadian.
b. Pastikan orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
R./ Memberikan perbandingan.
c. Berikan lingkungan tenang, ijinkan menggunakan TV. Radio dan kunjungan.
R./ Meminimalkan rangsangan lingkungan.
d. Orientasikan kembali terhadap lingkungan orang dan waktu.
R./ Memberikan petunjuk untuk membantu pengenalan kenyataan.
e. Hadirkan kenyataan secara singkat dan ringkas.
R./ Meningkatkan penolakan terhadap kenyataan.
f. Komunikasikan informasi dalam kalimat pendek.
R./ Komunikasi akan dipahami/diingat.
g. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
R./ Gangguan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif.
Kolaborasi :
h. Pemberian tambahan oksigen.
R./ Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.
i. Hindari penggunaan barbiturat/opiat.
R./ Memperburuk kekacauan.

4. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status


metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer),
penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi ureum pada kulit.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria : kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara untuk mencegah
terjadinya kerusakan integritas kulit.
Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui

1. Tidak ada dan terkendalinya udim perifer dan tidak terjadi uim paru
2. Keseimbangan elektrolit terkendali :
 Sodium : 125 sampai 145 m eq/l
 Potassium 3 sampai 6 meq/l
 Bicarbonat > 15 meq/l
 Calsium 9 – 11 mg/dl
 Hoshate 3 – 5 mg/dl
3. Serum albumin > 2 g/dl
4. Pengendalian katabolisme protein dan produk pecahan protein
5. Urea nitrogen < 100 mg/dl
6. Kreatinin < 15 mg/dl
7. Uric acid < 12 mg/dl
8. Tidak terjadi inflamasi dan nyeri sendi
9. Tekanan darah dikendailikan sekurang-kurangnya 160/100 mmHg ada
perubahan posisi dalam berdiri
10. Tidak terjadi toksisitas akibat kurangnya ekskresi obat-obatan
11. Intake nutrisi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen yang
positif
12. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
13. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
14. Diet tinggi kalori rendah protein.
15. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.

Rencana :

14
a. Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan
kemerahan,ekskoriasi.

R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus.


b. Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi.

R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan
timbulnya dicubitus/ infeksi.

c. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.


R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat
seluler.

d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku
dan tumit..

R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah yang


perfusinya kurang baik untuk mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.

e. Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih.


R/ Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang mengarah terjadinya
dikubitus.

f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering yang
menyerap keringat dan bebas keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.

g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.


R/ Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera.

h. Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin.


R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang dapat membatasi
ferfusi seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik jaringan.

5. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan penurunan saliva,
pemabatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
Tujuan : Mempertahankan membran mukosa.
Kriteria : Mukosa lembab, inflamasi, ulserasi tidak ada, bau amonia berkurang/hilang.
Rencana :
a. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi
dan ulserasi.
R./ Deteksi untuk mencegah infeksi.

b. Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.


R./ Mencegah kekeringan mulut.

c. Berikan perawatan mulut sering cuci dengan larutan Asam asetik 25%, berikan
permen karet, permen keras antara makan.
R./ Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut
yang tidak menyenangkan karena uremia.

d. Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan saat akan tidur.
R./ Menurunkan pertumbuhan bakteri.

e. Anjurkan klien untuk menghentikan merokok, dan menghindari produk pencuci

15
mulut yang mengandung alkohol.
R./ Alkohol, mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan.

Kolaborasi :
f. Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi Antihistamin, Kiproheptadin.
R./ Menghilangkan gatal.

6. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.


Tujuan : Terjadi peningkatan kadar Hb.
Kriteria : Kadar Hb dalam batas normal, perfusi jaringan baik, akral hangat, merah dan
kering.
Rencana :
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
R/ kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan merangsang ujung saraf.

b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan mempertahankan suhu ruangan yang


sejuk dengan kelembaban yang rendah, hindari pakaian yang terlalu tebal.
R/ penghangatan yang berlebihan meningkatkan sensitivitas melalui vaso dilatasi.

c. Anjurkan tidak menggaruk.


R/ Garukan merangsang pelepasan histamin.

d. Observasi tanda-tanda vital.


R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan terhadap tindakan
selanjutnya.

e. Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan laboratorium Hb.

7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.


Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria : Klien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
Klien tenang dan wajah segar.
Klien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana :
a. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
R./ Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat
gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat

b. Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.


R./ Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika
tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.

c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek
obat-obatan dan suasana ramai.
R./ Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan
dirasakan pasien.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi.


R./ Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik
relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.

e. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.


R./ Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.

16
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
Rencana :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan
Hipertensi.
R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.

b. Kaji latar belakang pendidikan pasien.


R./ Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata
dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.

d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.
R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.

e. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /


memungkinkan).
R./ Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

9. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.


Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria : Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
Emosi stabil., pasien tenang.
Istirahat cukup.
Rencana :
a. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
R./ Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat
bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.


R./ Dapat meringankan beban pikiran pasien.

c. Gunakan komunikasi terapeutik.


R./ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.

d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut
serta dalam tindakan keperawatan.
R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain

17
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.

f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.


R./ Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman


R./ Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.

10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria : Berat badan dan tinggi badan ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
Mual berkurang dan muntah tidak ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg.
Rencana :
a. Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
R./ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga
dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
b. Identifikasi perubahan pola makan.
R./ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
c. Berikan makanan sedikit dan sering.
R./ Meminimalkan anoreksia dan mual.
d. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
R./ Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang
lebih berat.
e. Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara
waktu makan.
R./ Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
f. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
R./ Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan diet).
g. Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi;
Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
R./ Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan mencegah
mual/muntah dan obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan
darah.
h. Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah
protein, rendah garam (TKRPRG).
R./ Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan
mencegah komplikasi.

18
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK

PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp.G
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status : Kawin
Mrs / jam : 9/9/2016 jam 06.00
Pekerjaan :Swasta
Pendidikan : SMP
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl.Bandung Malang
Diagnosa Medis : CKD st V
Alasan Dirawat : sesak nafas
disertai peningkatan suhu yang tinggi
Keluhan Utama : Sesak Nafas

1. RIWAYAT KEPERAWATAN

1)Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke Instalasi rawat darurat RSSA dengan keluhan sesak nafas
terlebih pada posisi terlentang disertai peningkatan suhu tubuh dan kadang-
kadang muntah-muntah hilangnya nafsu makan yang sudah dirasakan sejak 4
jam sebelum klien ke IRD

2)Riwayat Penyakit Dahulu


sebelumnya klien menderita penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
klien pernah masuk RS akibat penyakit batu ginjal yang mengenai ginjal
kirinya sehingga dilakukan operasi tetapi efek batu tersebut telah lanjut
mengakibatkan kepada gagal ginjal sampai klien harus menjalani haemodilisa
setiap minggu 2 kali

1) Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita klien saat ini.
bapak dari klien mempunyai riwayat Hipertensi dan ibu memiliki penyakit
Diabetes Militus.

2. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum : lemah

2) Tanda-tanda vital
Suhu : 37 0C
Nadi : 100 X/menit. lemah dan teratur

19
Tekanan darah : 180/80 mmHg.
Respirasi : 28 x/menit

3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Inspeksi : Pernafasan cepat dan dalam (kusmaul) . Frekuensi 28 x/menit,
Irama teratur, nafas berbau (ureum), tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis pada sekitar bibir, mulut dan dasar kuku, tidak
terdengar suara nafas tambahan ronkhi, bentuk dada simetris, batuk-batuk
produktif dan kering.
Palpasi : pada seluruh permukaan dinding dada adanya vokal fremitus,
Perkusi : adanya suara pekak,
Auskultasi terdengar adanya suara ronchi suara rendah dan sangat kasar.

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)


Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut jantung pada ictus
cordis.
Palpasi frekuensi Nadi 100 X/menit lemah dan teratur, tekanan darah
180/80 mmHg, Suhu 37 0C, perfusi hangat.
Perkusi terdengar suara pekak.
Auskultasi Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada.
Hasil foto thorax : cardiomegali

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)


Tingkat kesadaran : composmentis GCS 456

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)


Kencing warna kuning pekat, produksi sangat sedikit,
Hasil USG sebelumnya menurut klien
Kesimpulan : batu ginjal dan gagal ginjal.

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Mulut dan tenggorokan terasa kering, mual muntah (+) kembung

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)


Kemampuan pergerakan sendi range of mation baik, bebas.
Tonos otot pada ekstrimitas baik dengan nilai (4) kekuatan kurang
dibandingkan sisi lain kanan dan kiri
Ekstrimitas
Atas : Tidak ada kelainan
Bawah : Tidak ada kelainan
Tulang Belakang : Tidak ada kelainan
Warna kulit: Tidak ada kelainan
Akral : Hangat
Turgor : Baik
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

20
DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium :

Faal Ginjal tanggal 9 September 2016


- Ureum/BUN : 61,3 mg/dl
- Serum Creatinin : 8,37mg/dl
- Elektrolit :
- Natrium : 142 mmol/l (135 – 145 mmol/l)
- Kalium : 4,0 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)
- Calcium : 7,9 mg /dl (9-12)
- Fosfor : 3,98 mg/dl (2 -5)
Darah Lengkap:
- Hb : 9,0 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- Leukosit : 15,1 X 109 (4000 – 11.000).
- Trombosit : 252 x 109 (
150 – 350)
- PCV : 0,23 ( 0,40 – 0,4)

- Glukosa darah acak : 178 mg/dl (<200 mg/dl)

Gas Darah Analisa


- PH : 7,406 (7,35 – 7,45)
- PO2 : 53,5 (80 – 100) mmHg
- PCO2 : 46,9 (35 – 45) mmHg
- HCO3 : 12,9 (22 – 26) mmol/L
- BE : + 4,1 (- 2,5 - + 2,5) mmol/L
- O2 Sat : 77,6 / c + CO2 = 16,4

TERAPI :
- CaCO3 3 x 1. Captopril 3 x 1.
- Nabic 3 x 1. Nifedipin 3 x 1.
- Ranitidin 3 x 1. Diet TKRPRG

21
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 S: Gagal ginjal Gangguan
Klien mengeluh nafasnya  pemenuhan
sesak peneurunan ekresi kebutuhan O2
cairan
O: 
RR : 28 X/mnt penumpukan cairan
Edema (+) diparu
Hasil Thorax: 
Adanya cardiomegali dengan complien paru 
oedema paru 
gangguan pemenuhan
kebutuhan O2

2 S: Akumulasi Resiko tinggi


Klien mengeluh kadang- penumpukan urea/ penurunan curah
kadang kepalanya terasa  jantung
pusing dan perubahan urea
dadanya/jantungnya terasa menjadi amonia
berdebar-debar 
ketidak seimbangan
O: cairan
TD ; 180 /90 mmHg 
HR : 100 x/mnt pe beban volume
Hasil Lab cairan, kerja miokard
Ureum/BUN : 61,3 mg/dl dan tahanan vaskuler
Serum Creatinin : 8,37 mg/dl meningkat

gangguan hantaran
darah, pe irama
jantung

3 S: Gagal ginjal Gangguan pola tidur


Klien mengeluh susah tidur berhubungan dengan

pada malam hari karena pe produktifitas
batuk produktif yang ia alami sekresi cairan me batuk khususnya
O: pada malam hari
Tampak klien batuk-batuk 
(produktif) penumpukan cairan
Mta tampak cekung kurang
tidur dijaringan paru

pe kelembaban paru

media terbaik
perkembangan bakteri

batuk meningkat
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. gangguan pemenuhan Oksigen berhubungan dengan penumpukan cairan diparu


(oedema paru)
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan hantaran darah,
peningkatan irama jantung
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan produktifitas batuk khususnya
pada malam hari

23
RENCANA TINDAKAN

DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. gangguan Pemenuhan 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat 1. Berguna dalam evaluasi disstress pernafasan
pemenuhan kebutuhan oksigen pergerakkan otot aksesori, nafas bibir, dan /atau kronisnya proses penyakit.
Oksigen terpenuhi ketidakmampuan bicara,berbincang 2. Mengurangi kebutuhan oksigen yang lebih
berhubungan Dengan kriteria : 2. Batasi aktifitas klien banyak
dengan RR : 20 x/mnt 3. Tinggikan tempat tidur, bantu klien untuk 3. Pengiriman /pemenuhan oksigen dapat
penumpukan Sesak tidak ada memberi posisi yang mudah utuk bernafas diperbaikidengan posisi duduk tinggi /semi
cairan diparu Oe dema hilang/tidak fowler
(udemaparu) ada 4. Batasi cairan yang masuk 4. Untuk tidak memperberat udema paru dan
ditandai ; Kulit hangat memperberat penyebab
nafas sesak 5. Kolaborasi dalam pemberian obat yang 5. Untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan oksigen
RR : 28 x/mnt bersifat diuretik yang kurang pada tubuh
Gelisah

24
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA
TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
1 gangguan 9/9/16 1 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat pergerakkan otot Subyektif :
pemenuhan aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan bicara,berbincang  Klien mengatakan sesak berkurang
Oksigen 2 Batasi aktifitas klien Obyektif :
berhubungan 3 Tinggikan tempat tidur, bantu klien untuk memberi posisi yang  RR : 24 x/mnt
dengan mudah untuk bernafas  Klien tampak mulai tenang
penumpukan 4 Batasi cairan yang masuk  Sesak berkurang
cairan diparu 5 Kolaborasi dalam pemberian obat yang bersifat diuretik  Kulit perifer mulai memerah
(udemaparu)  Produktivitasa urine perjam 40 -50
ditandai ;
nafas sesak
RR : 28 x/mnt
Gelisah

35
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2;
EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6;
EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company. Philadelphia.
USA.

Haznam M. W. (1992). Kompendium Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam Edisi II.
Bandung.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. EGC. Jakarta:

Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.


EGC. Jakarta.

Smith, Cindy Grennberg. (1988). Nursing Care Planning Guides for Children. Baltimore.
Williams & Wilkins

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI. Jakarta.

SMF UPF Anak. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

36
37

Anda mungkin juga menyukai