GGK 315
GGK 315
I. Pengertian
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan oleh beberapa
ahli meliputi yaitu :
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat
memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik adalah ginjal
sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan
kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang menahun
dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang
berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang
berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi
kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit.
II. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4,
dengan pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
III. Etiologi
1. penyakit Hipertensi
2. Gout menyebabkan nefropati gout.
3. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
4. gangguan metabolisme
5. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
6. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
7. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
8. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal
genetik) / herediter
9. infeksi, penyakit hipersensitif
10. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
11. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi
1
IV. Patofisiologi
Kerusakan / kegagalan ginjal
(baik glomorulus dan tubulus)
Endokrin
Integumenteri
metabolik
Gastrointestinal
Hematologis
pulmonari Kardiovaskuler neurologik Neurologis
2
Glomerulo Obstruksi Neprotik Nepritis Nepritis
Nepritis Kronik dan Infeksi Diabetik Hypertensi Lupus
Vaskularisasi
Angiopati jar. Ginjal <
Penurunan Iskemi dan sehingga Kerusakan
fungsi infeksi Jaringan jaringan
glomerulus nefron ginjal < O² dan Nefron
nefron dan nutrisi ginjal
ginjal
Produksi eritrosit
toksin ureum >Urokrom Restless Leg > Renin Hiperten Ggn.Seksual Ggn.Metab.protein
tertahan,
pada rongga ‘ Gatal sindrom. Angiotensi- si Ggn.Tolerasi Ureum > daripada
pemendekan
pleura dan pd ekskariosis Burning Feet Aldosteron Odema glukosa air liur
masa hidup
jaringan paru Urea Frost sindrom. Arteriskleros Phospat Ggn.Metab. Cegukan
eritrosit
Kelenjar Ensepalopati is dini ase lemak Gastritis
Anaemia
keringat metab. Ggn dlm Ggn.Metab Sensitifitas insulin
Ggn Fungsi
mengecil Miopati Elektrolit dan darah Vit. D Pembuatan insulin
dan 3
Akt kelenjar kohesifikasi Toksin dlm terlambat
Trombositopeni
urap ,menurun metastatik serum Trigliserin dan
Ggn Fungsi
Kebanyakan output glycerida
leukosit
cairan
uremi paru-paru
Perubahan
pneumonitis proses pikir Anoreksi
Pucat. Gangguan Pada Laki a Mual tidak intoleransi
Keabu- tidur, sakit produksi Muntah terhdp hidrat arang
abuan kepala dan testosteron Bau
seperti kelelahan Hipertensi,gagal dan Mulut,
perunggu Eritropoitin < jantung spermatog
Defisiensi besi gastriritis
Kuning,pru kongestif enesis Stomatiti
ritis, Hemolisis Arterisklerosis, kurang.
Kelemahan otot s
kering, dan perikarditsis Pada
mudah Wanita
gangguan pecah gangguan Gangguan Gangguan
pola nafas pola aktivitas Menst.,ov pemenuhan
istirahat ulasi nutrisi
Resiko
Gangguan. Gangguan aminorhe kurang dari
cedera (Profil
Integritas kulit darah Curah jantung
abnormal)
4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK
I. Pengkajian
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi
pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan
kardiogenik.
b. Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign
Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
4. Tanda vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas
cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
5. Body Systems :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum, kental dan banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa
sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina
dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema. Hipertensi, nyeri
dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak
tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction
rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan
perdarahan.
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia,
gangguan lekosit.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual,
libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin
D.
5
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak
dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi
keterbatasan gerak sendi.
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost,
bekas garukan karena gatal.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak
dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
Eliminasi alvi : Diare.
e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
6
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
7. Pemeriksan fisik :
a. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c. Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
Penatalaksanaan
7
TUJUAN PENATALAKSANAAN BAIK PENGOBATAN DAN PERAWATAN
MELIPUTI :
Komplikasi
1. Hipertensi.
2. Infeksi traktus urinarius.
3. Obstruksi traktus urinarius.
4. Gangguan elektrolit.
5. Gangguan perfusi ke ginjal.
Pemeriksaan penunjang
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi
yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
8
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal :
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor
pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.
9
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin, asidosis metabolik,
hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit kalsifikasi metastase pada otak.
10. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
11. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein.
10
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung,
Kriteria: tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara 70 – 90 mmHg,
frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat, capilary refill time
yang baik.
Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui
1. Kesadaran mental, rentang perhatian, dan interaksi, yang sesuai dengan
lingkungan
2. Tidak ada dan terkendalinya udim perifer dan tidak terjadi uim paru
3. Keseimbangan elektrolit terkendali :
Sodium : 125 sampai 145 m eq/l
Potassium 3 sampai 6 meq/l
Bicarbonat > 15 meq/l
Calsium 9 – 11 mg/dl
Hoshate 3 – 5 mg/dl
4. Serum albumin > 2 g/dl
5. Pengendalian katabolisme protein dan produk pecahan protein
6. Urea nitrogen < 100 mg/dl
Kreatinin < 15 mg/dl
Uric acid < 12 mg/dl
7. Tidak terjadi inflamasi dan nyeri sendi
8. Tidak terjadi infeksi dan perdarahan yang abnormal
9. Tekanan darah dikendailikan sekurang-kurangnya 160/100 mmHg ada
perubahan posisi dalam berdiri
10. Anoreksia, mual dan muntah, pruritis tidak ada atau tekendali
11. Penyakit lain yang menyertai sembuh atau terkendali (gagal jantung infeksi
dan dehidrasi)
12. Tidak terjadi toksisitas akibat kurangnya ekskresi obat-obatan
13. Intake nutrisi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen yang
positif
11
Rencana:
a. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat
perubahan posisi Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema,
perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea manunjukan
adanya renal failure.
R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan renin angiotensin
dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga dapat terjadi akibat dari defisit
intravaskular fluid.
d. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Siapkan Dialisis
Dialisis adalah difusi partikel larut dari satu kompartemen cairan ke
kompartemen lain melewati membran semipermiabel. Pada hemodialisis, darah
merupakan salah satu kompartemen dan dialisat adalah bagian yang lain.
Membran semi permiabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa
atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan
berat molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air
juga sangat kecil dan bergerak bebes melalui membran, tetapi kebanyakan protein
plasma, bakteri dan sel-sel darah terlalu besar untuk melewati pori-pori membran.
Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin, mengalir
kedalam kompartemen dialiser atau ginjal buatan, tempat akan bertemu dengan
dialisat, yang tidak mengandung urea atau kreatinin. Ditetapkan gradien
maksimum sehingga zat ini mengalir dari darah ke dialisat. Aliran berulang darah
melalui pada rentang kecepatan 200-400 ml/menit lebih dari 2 - 4 jam mengurangi
kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal (Hudak & Gallo, 1996).
Sistim dari hemodialisa akan membuang produk metabolisme protein
seperti urea, kreatinin dan asam urat, membuang kelebihan air dengan
mempengaruhi tekanan banding antar darah dan bagian cairan, biasanya terdiri
atas tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif (penghisap) dalam
kompartemen dialisat (proses ultra filtrasi), mempertahankan atau mengembalikan
sistim bufer tubuh dan mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit
tubuh.
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan,
produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor
pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi cedera
Kriteria : Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan,lab. Dalam batas normal.
Rencana:
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia, mukosa / kulit
pucat, dispnoe, nyeri dada.
R/ Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk mempertahankan
12
oksigensi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
R/ Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku mental dan
orientasi.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas.
R/ Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan kelelahan,
memerlukan perubahan aktivitas (istirahat).
d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada area
mukosa.
R/ Mengalami kerapuhan kapiler.
e. Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses.
R/ Stress dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan perdarahan GI track.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil pada saat
penyuntikan, lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan.
R/ Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hematoma.
Kolaborasi :
g. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit, Faktor Pembekuan dan
Protrombin.
R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi Sel Darah
Merah. Pada gagal ginjal kronik, Hb, hematokrit biasanya rendah.
h. Pemberian transfusi.
R./ Mengatasi anemia simtomatik.
i. Pemberian obat – obatan :
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
R./ Memperbaiki gejala anemi.
Cimetidin (Actal).
R./ Profilaksis menetralkan asam lambung.
Hemostatik (Amicar).
R./ Menghambat perdarahan.
Pelunak feses.
R./ Mengurangi perdarahan mukosa.
Rencana :
13
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori, orientasi, perhatikan lapang
perhatian.
R./ Efek sindrom uremik dapat terjadi dengan Kekacauan minor dan berkembang
ke perubahan kepribadian.
b. Pastikan orang terdekat, tingkat mental pasien biasanya.
R./ Memberikan perbandingan.
c. Berikan lingkungan tenang, ijinkan menggunakan TV. Radio dan kunjungan.
R./ Meminimalkan rangsangan lingkungan.
d. Orientasikan kembali terhadap lingkungan orang dan waktu.
R./ Memberikan petunjuk untuk membantu pengenalan kenyataan.
e. Hadirkan kenyataan secara singkat dan ringkas.
R./ Meningkatkan penolakan terhadap kenyataan.
f. Komunikasikan informasi dalam kalimat pendek.
R./ Komunikasi akan dipahami/diingat.
g. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
R./ Gangguan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif.
Kolaborasi :
h. Pemberian tambahan oksigen.
R./ Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.
i. Hindari penggunaan barbiturat/opiat.
R./ Memperburuk kekacauan.
1. Tidak ada dan terkendalinya udim perifer dan tidak terjadi uim paru
2. Keseimbangan elektrolit terkendali :
Sodium : 125 sampai 145 m eq/l
Potassium 3 sampai 6 meq/l
Bicarbonat > 15 meq/l
Calsium 9 – 11 mg/dl
Hoshate 3 – 5 mg/dl
3. Serum albumin > 2 g/dl
4. Pengendalian katabolisme protein dan produk pecahan protein
5. Urea nitrogen < 100 mg/dl
6. Kreatinin < 15 mg/dl
7. Uric acid < 12 mg/dl
8. Tidak terjadi inflamasi dan nyeri sendi
9. Tekanan darah dikendailikan sekurang-kurangnya 160/100 mmHg ada
perubahan posisi dalam berdiri
10. Tidak terjadi toksisitas akibat kurangnya ekskresi obat-obatan
11. Intake nutrisi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen yang
positif
12. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
13. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
14. Diet tinggi kalori rendah protein.
15. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
Rencana :
14
a. Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan
kemerahan,ekskoriasi.
R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan
timbulnya dicubitus/ infeksi.
d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku
dan tumit..
f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering yang
menyerap keringat dan bebas keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
5. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan penurunan saliva,
pemabatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
Tujuan : Mempertahankan membran mukosa.
Kriteria : Mukosa lembab, inflamasi, ulserasi tidak ada, bau amonia berkurang/hilang.
Rencana :
a. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi
dan ulserasi.
R./ Deteksi untuk mencegah infeksi.
c. Berikan perawatan mulut sering cuci dengan larutan Asam asetik 25%, berikan
permen karet, permen keras antara makan.
R./ Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut
yang tidak menyenangkan karena uremia.
d. Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan saat akan tidur.
R./ Menurunkan pertumbuhan bakteri.
15
mulut yang mengandung alkohol.
R./ Alkohol, mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan.
Kolaborasi :
f. Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi Antihistamin, Kiproheptadin.
R./ Menghilangkan gatal.
e. Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan laboratorium Hb.
c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek
obat-obatan dan suasana ramai.
R./ Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan
dirasakan pasien.
16
8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Klien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria : Klien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang
diperoleh.
Rencana :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit gagal ginjal kronik dan
Hipertensi.
R./ Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui
sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.
R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut
serta dalam tindakan keperawatan.
R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
17
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.
10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria : Berat badan dan tinggi badan ideal.
Pasien mematuhi dietnya.
Mual berkurang dan muntah tidak ada.
Tekanan darah 140/90 mmHg.
Rencana :
a. Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.
R./ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga
dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
b. Identifikasi perubahan pola makan.
R./ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
c. Berikan makanan sedikit dan sering.
R./ Meminimalkan anoreksia dan mual.
d. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
R./ Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang
lebih berat.
e. Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara
waktu makan.
R./ Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
f. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
R./ Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah
satu indikasi untuk menentukan diet).
g. Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi;
Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi.
R./ Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan mencegah
mual/muntah dan obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan
darah.
h. Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah
protein, rendah garam (TKRPRG).
R./ Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan
mencegah komplikasi.
18
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp.G
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status : Kawin
Mrs / jam : 9/9/2016 jam 06.00
Pekerjaan :Swasta
Pendidikan : SMP
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl.Bandung Malang
Diagnosa Medis : CKD st V
Alasan Dirawat : sesak nafas
disertai peningkatan suhu yang tinggi
Keluhan Utama : Sesak Nafas
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
Klien datang ke Instalasi rawat darurat RSSA dengan keluhan sesak nafas
terlebih pada posisi terlentang disertai peningkatan suhu tubuh dan kadang-
kadang muntah-muntah hilangnya nafsu makan yang sudah dirasakan sejak 4
jam sebelum klien ke IRD
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 37 0C
Nadi : 100 X/menit. lemah dan teratur
19
Tekanan darah : 180/80 mmHg.
Respirasi : 28 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Inspeksi : Pernafasan cepat dan dalam (kusmaul) . Frekuensi 28 x/menit,
Irama teratur, nafas berbau (ureum), tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis pada sekitar bibir, mulut dan dasar kuku, tidak
terdengar suara nafas tambahan ronkhi, bentuk dada simetris, batuk-batuk
produktif dan kering.
Palpasi : pada seluruh permukaan dinding dada adanya vokal fremitus,
Perkusi : adanya suara pekak,
Auskultasi terdengar adanya suara ronchi suara rendah dan sangat kasar.
20
DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium :
TERAPI :
- CaCO3 3 x 1. Captopril 3 x 1.
- Nabic 3 x 1. Nifedipin 3 x 1.
- Ranitidin 3 x 1. Diet TKRPRG
21
ANALISA DATA
23
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. gangguan Pemenuhan 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat 1. Berguna dalam evaluasi disstress pernafasan
pemenuhan kebutuhan oksigen pergerakkan otot aksesori, nafas bibir, dan /atau kronisnya proses penyakit.
Oksigen terpenuhi ketidakmampuan bicara,berbincang 2. Mengurangi kebutuhan oksigen yang lebih
berhubungan Dengan kriteria : 2. Batasi aktifitas klien banyak
dengan RR : 20 x/mnt 3. Tinggikan tempat tidur, bantu klien untuk 3. Pengiriman /pemenuhan oksigen dapat
penumpukan Sesak tidak ada memberi posisi yang mudah utuk bernafas diperbaikidengan posisi duduk tinggi /semi
cairan diparu Oe dema hilang/tidak fowler
(udemaparu) ada 4. Batasi cairan yang masuk 4. Untuk tidak memperberat udema paru dan
ditandai ; Kulit hangat memperberat penyebab
nafas sesak 5. Kolaborasi dalam pemberian obat yang 5. Untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan oksigen
RR : 28 x/mnt bersifat diuretik yang kurang pada tubuh
Gelisah
24
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)
DIAGNOSA
TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
1 gangguan 9/9/16 1 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat pergerakkan otot Subyektif :
pemenuhan aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan bicara,berbincang Klien mengatakan sesak berkurang
Oksigen 2 Batasi aktifitas klien Obyektif :
berhubungan 3 Tinggikan tempat tidur, bantu klien untuk memberi posisi yang RR : 24 x/mnt
dengan mudah untuk bernafas Klien tampak mulai tenang
penumpukan 4 Batasi cairan yang masuk Sesak berkurang
cairan diparu 5 Kolaborasi dalam pemberian obat yang bersifat diuretik Kulit perifer mulai memerah
(udemaparu) Produktivitasa urine perjam 40 -50
ditandai ;
nafas sesak
RR : 28 x/mnt
Gelisah
35
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2;
EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6;
EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company. Philadelphia.
USA.
Haznam M. W. (1992). Kompendium Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam Edisi II.
Bandung.
Smith, Cindy Grennberg. (1988). Nursing Care Planning Guides for Children. Baltimore.
Williams & Wilkins
SMF UPF Anak. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
36
37