Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya organisasi dan usaha koperasi terdapat disemua

Negara-negara di dunia, dan kita ketahui Negara-negara didunia menganut

sistem-sistem ekonomi yang satu sama lainnya berbeda. Bagi negara-negara

yang sedang berkembang, yang industrinya belum sangat maju, mau tidak

mau harus dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang selalu

berkembang dalam hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah,

mengingat bahwa Negara-negara sedang berkembang.

Pada umumnya dalam bidang ekonominya tertinggal beberapa tahun

ini, dibandingkan dengan Negara-negara industri. Situasi dan kondisi yang

demikian ini dengan sendirinya akan menekan kehidupan dan

perkembangan gerakan koperasi, terutama bagi gerakan koperasi di Negara-

negara yang sedang berkembang dan ini merupakan tantangan sekaligus

ancaman bagi dunia koperasi.

Dalam hal ini seperti perkembangan dalam bidang perkoperasian di

Indonesia akhir-akhir ini tidak lepas dari peranan koperasi sebagai

penggerak ekonomi rakyat. Mengingat perannya yang sangat penting bagi

masyarakat pada khususnya bagi anggota, maka eksistensi koperasi sangat

penting agar tetap bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Salah

satu faktor pendukung kelangsungan koperasi adalah kinerja dari unit-unit

yang berada pada koperasi tersebut, bagaimana koperasitersebut mampu

menciptakan efisiensi dan efektifitas kinerja.

1
2

Salah satu jalan yang harus ditempuh adalah mel;aksanakan progam

pemerintah yang mengembangkan dan meningkatkan koperasi, agar secara

bertahap menjadi wadah bagi perekonomian. Anggota Koperasi Unit

Desaadalah koperasi yang mempunyai kegiatan utama menyediakan jasa

penyimpanan dan pinjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

mensejahterakan anggota koperasi dan masyarakat.

Koperasi Unit Desa (KUD) Labruk adalah salah satu Koperasi Unit

Desayang aktif dilumajang. Kerjasama dalam koperasi ini menjadi utama

keharusan agar koperasi tetap hidup, aktif dan demi pertumbuhan gerakan

koperasi dalam memperjuangkan kebebasan dan menjunjung martabat

manusia. Tatanan ekonomi baru pemerintah termasuk pemerintah daerah

berperan menjaga aturan main berekonomi yang menghasilkan kemakmuran

bagi rakyat.

Melalui otonomi daerah, yang merupakan simbol kewenangan daerah

untuk mengelola sendiri ekonomi daerah harus dilengkapi desentralisasi

fiskal yang diatur secara serasi oleh pemerintah daerah bersama DPRD,

kesemuanya diarahkan pada kesejahteraan rakyat yang maksimal. Dengan

otonomi daerah, setiap daerah terutama masyarakat desanya harus memiliki

rasa percaya diri bahwa melalui organisasi kooperasi (koperasi) kegiatan

ekonomi rakyat dapat diperhitungkan kehandalan kekuatannya. Melalui

koperasi, masyarakat desa bisa menjadi masyarakat yang lebih mandiri,

dengan melakukan pembentukan koperasi berdasarkan prosedur

pembentukan dan pengesahan koperasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.


3

Koperasi pegawai yang ideal adalah koperasi yang memiliki tingkat

efektifitas organisasi yang tinggi dan mampu meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran anggota seperti koperasi pada umumnya. Laba bukan

menjadi prioritas utama, akan tetapi lebih mengutamakan kesejahteraan dan

kemakmuran para anggotanya. Meski demikian perkembangan laba akan

mencerminkan tingkat keberhasilan usaha yang dijalankan dan akan

memberikan pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan dan kemakmuran para

anggota dari Koperasi Unit Desa (KUD).

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang perorang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan sesuai dengan UU No. 25 tahun 1992 tentang

perkoperasian. Koperasi juga merupakan suatu organisasi ekonomi yang

menitikberatkan kegiatannya pada ekonomi kerakyatan yang mempunyai

ciri-ciri demokratis, kebersamaan dan kekeluargaan. Berdasarkan latar

belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Usulan

Proposal yang berjudul “Analisis Sistem Dan Prosedur Simpan Pinjam

KUD Labruk Kecamatan Labruk “.

1.2. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah dalam penelitian ini maka perlu diuraikan

beberapa batasan mengenai masalah yaitu dengan maksud agar dalam

pemecahan masalah tidak terjadi perbedaan interpretasi. Adapaun batasan


4

masalah tersebut sebagai berikut “Penelitian ini terbatas pada masalah

sistem dan prosedur Simpan Pinjam.”

1.3. Perumusan Masalah

Setelah diketahui data yang ada pada perusahaan, sebab-sebab

masalah, akibat masalah maka untuk memudahkan memecahkan masalah

perlu dibuat perumusan masalah. Adapun perumusan masalah adalah

“Bagaimana Analisis Sistem Dan Prosedur Simpan Pinjam Pada Koperasi

Unit Desa (KUD) Labruk ?”

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis Sistem Dan

Prosedur Simpan Pinjam Yang Pada Koperasi Unit Desa (KUD) Labruk.

1.5. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Akademisi

Diharapkan dapat memperkaya pengetahuan ilmu ekonomi dan sebagai

masukan untuk meningkatkan prestasi pembelajaran ilmu ekonomi.

2. Bagi Koperasi

Penelitian ini berguna untuk memberikan masukan berdasarkan hasil

penelitian dan memperluas landasan teoritis melakukan survey di lapangan

sehingga dapat memberikan pengetahuan tentang koperasi. Dalam hal

pendapatan, penggunaan biaya dan Sisa Hasil Usaha Koperasi.


5

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi yang ingin menindak lanjuti hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi landasan untuk penelitian yang lebih lanjut dengan ruang lingkup

yang lebih luas di harapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi dan bahan pertimbangan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. LANDASAN TEORI

2.1.1.1. PENGERTIAN KOPERASI

Kartasapoetra (2003:1), menyatakan bahwa secara umum yang

dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha bersama yang bergerak

dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya

berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar

persamaan hak, kewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.

Berdasarkan UU Nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian,

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang perorang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Koperasi merupakan suatu kumpulan orang-orang untuk

bekerjasama demi tercapainya kesejahteraan bersama, yang berbadan

hukum dan memiliki sifat sosial berazaskan kekeluargaan. Kesejahteraan

bersama dapat tercapai dengan cara menyatukan, membina dan

mengembangkan setiap potensi yang ada untuk satu tujuan bersama.

Kinerja koperasi merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat

pencapaian hasil suatu instansi koperasi dihubungkan dengan visi yang

6
7

diemban koperasi serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu

kebijakan operasional. Pengelompokan atau klasifikasi koperasi atau

istilah apapun yang digunakan, memang diperlukan mengingat adanya

banyak perbedaan yang ditemukan di antara sesame koperasi, baik yang

menyangkut diri, sifat, ekonominya lapangan usaha, ataupun afiliasi

keanggotaannya dan sebagainya.

Untuk memisahkan koperasi yang serba heterogen itu sama

lainnya, Indonesia dalam sejarahnya menggunakan berbagai dasar

ataukriteria seperti : lapangan usaha, tempat tinggal para anggota,

golongan dan fungsi ekonominya. Pemisahan-pemisahan yang

menggunakan berbagai kriteria seperti tersebut di atas itu selanjutnya

disebut penjenisan. Dalam perkembangannya kriteria yang dipergunakan

berubah-ubah dari waktu ke waktu (Hendrojogi, 2004 : 61).

Berbagai jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha

untuk memperbaiki kehidupan. Secara garis besar jenis koperasi yang ada

dapat kita bagi menjadi 5 golongan, yaitu :

1. Koperasi Konsumsi

2. Koperasi Kredit

3. Koperasi Produksi

4. Koperasi Jasa

5. Koperasi Serba Usaha/KUD ( Anorage, Widiyanti, 2007 : 19 )

Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian koperasi di atas akan di

uraikan sebagai berikut :


8

1. Koperasi Konsumsi

Barang konsumsi ialah barang yang diperlukan setiap hari, misalnya

barang-barang pangan (beras, minyak, gula dll) oleh sebab itu, maka

koperasi yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari di sebut koperasi

konsumsi.

2. Koperasi Kredit

Koperasi kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada

anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan

bunga yang ringan, oleh sebab itulah koperasi ini di sebut Koperasi

Kredit

3. Koperasi Produksi

Koperasi Produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang

kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang di

lakukan oleh koperasi sebagai organisasi induk maupun anggota koperasi,

seperti koperasi peternak sapi perah, koperasi tahu tempe.

4. Koperasi Jasa

Koperasi Jasa merupakan Koperasi yang berusaha dibidang

penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.

Seperti Koperasi Angkutan.

5. Koperasi serbi usaha/ Koperasi Unit Desa

KUD adalah Koperasi yang mengelola berbagai macam jenis usha

antara lain perkreditan,penyediaan dan penyaluran sarana produksi.

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 3, tujuan didirikannya

koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya,


9

dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Oleh

karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut, koperasi memiliki fungsi

dan peran seperti yang tertuang dalam UU No. 25 Tahun 1992, yaitu :

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat.

c. Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai

sokogurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

1. Sumber-Sumber Modal Koperasi

Modal awal koperasi diperoleh dari simpanan pokok dari para

anggotanya, seperti yang tertuang dalam pasal 41 UU Nomor 25 Tahun

1992 tentang perkoperasian menyatakan bahwa

1. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

2. Modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan

cadangan hibah.
10

3. Modal pinjaman dapat berasal dari anggota koperasi lainnya dan atau

anggotanya, bank, dan lembaga keuangan lainnya.

2.1.1.2. Pengertian Sistem dan Prosedur

Mulyadi (2001:5) menyatakan bahwa sistem adalah suatu jaringan

prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuki melaksanakan

kegiatan pokok perusahaan. Sedangkan definisi prosedur adalah suatu

urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang bdalam satu

departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penangan secara

seragam transaksi perusahaan yang berulang-ulang.

Didalam suatu sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur dimana

prosedur-prosedur itu saling terkait dan saling mempengaruhi.Baridwan

(2003:3) menyatakan bahwa sistem adalah kerangka dari prosedur-

prosedur yang saling berhubungan, yang disususn sesuai dengfan skema

yang menyeluruh, untuk melaksanakann fungsi utama perusahaan.

Sementara definisi prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan

karena biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih,

disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap

transaksi-transaksi yang berulang-ulang. Menurut Jogiyanto (2005:2)

sistem adalah kumpulan dari elemen elemen yang berinteraksi untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan

dari komponen-komponen yang saling berinteraksi untuk menghasilkan

informasi untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.


11

Sedangkan prosedur adalah tata cara atau aturan yang dilaksanakan

secara runtut dalam menyelesaikan suatu pekerjaan agar mendapatkan

hasil yang maksimal.

2.1.1.3. Pengertian Sistem Akuntansi

Mulyadi (2008:3) pada bukunya sistem akuntansi, mendefinisikan

sebagai berikut, sistem akuntansi adalah organisasi, formulir, catatan dan

laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan

informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan

pengelolaan perusaahan.

Unsur suatu sistem akuntansi yang pokok yaitu formulir,catatan yang

terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan. Mulyadi

(2001:3) menguraikan pengertian dari masing-masing unsur sistem

akuntansi adalah sebagai berikut ::

1. Formulir

Formulir adalah dokumen yang digunakan untuk mencatat terjadinya

transakasi dan biasa disebut dengan dokumen, karena dengan formulir

ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi dicatat atau di

dokumentasikan.

2. Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk

mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data

lainnya.
12

3. Buku besar

Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang

digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat

sebelumnya dalam jurnal, rekening-rekening dalam buku besar ini

disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan

dalam laporan keuangan.

4. Buku pembantu

Apabila data keuangan yang digolongkan dalam buku besar

diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk bkuku pembantu.

Buku ini terdiri dari rekening-rekening penbantu yang merinci data

keuangan yang tercantuk dalam rekening tertentu dalam buku besar.

5. Laporan

Laporan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang biasanya

disebut dengan laporan keuangan, dapat berupa neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan laba yang ditahan dan lainnya.

Mulyadi dalam bukunya system Akuntansi (2001:3) tujuan utama

pengembangan Sistem Akuntansi mempunyai tujuan utama sebagai

berikut :

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha

baru

2. Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh system

yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketetapan penyejian,

maupun struktur informasi


13

3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan

intern yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi

akuntansidan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai

pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalampenyelenggaraan

catatan akuntansi.

Sedangkan prosedur pencatatannya terdiri dari :

1. Bukti asli sebagai bukti terjadinya suatu transaksi

2. Alat untuk mengklasifikasikan serta mencatat transakasi yang

biasa disebut jurnal/buku harian.

3. Alat-alat untuk mengikhtisarkan akibat perubahan yang

terjadi pada

pos/rekening aktiva, hutang dan modal yang disebut dengan

buku besar. Dari definisi diatas dapat disimpulkn (formulir-formulir,

catatan-catatan,

prosedur-prosedur dan alat-alat) yang digunakan untuk mengelolah data

dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan

2.1.1.4. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Perusahaan menggunakan pengendalian intern untuk mengarahkan

operasi untuk mencegah penyelagunaan system. Mulyadi (2001:180)

pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijadikan oleh dewan

komisaris, manajemen dan personil lain yang di desain untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan

tujuan berikut :
14

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku

3. Efektifitas dan efisiensi operasional.

Menurut Suharli (2006:16) pengendalian intern harus memberi

keyakinan bahwa seluruh transaksi telah dilaksanakan dengan benar,

tujuan pengendalian intern:

1. Otoritas

2. Pencatatan

3. Perlindungan

4. Rekonsiliasi

5. Penilaian

Jadi pengendlian intern adalah suatu kerangka yang terdiri dari

prosedur-prosedur yang saling berkaitan dalam melakukan suatu

kebiasaan dalam perusahaan guna mengendalikan jalannya perusahaan

untuk mengamankan harta, memeriksa kecermatan dan kebenaran

administrasi maupun akuntansi.

2.2. Penelitian Terdahulu

Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini menunjuk pada penelitian-

penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

yang mendukung penelitian ini :

Wayan Jejen (2009) analisa system dan prosedur penerimaan simpanan pada

PT.BPR.Sentral Arta Asia Lumajang, produk simpanan yang ditawarkan antara

lain : tasia, tasiakhu, tasiaraya, tasiamasa, deposito berjangka, menurut peneliti

PT.BPR Sentral Arta Asia Lumajang sudah melaksanakan system dan prosedur
15

tentang permohonan dan penerimaan simpanan dengan baik, karena sesuai dengan

teori tentang system dan prosedur permohonan menjadi nasabah penyimpanan dan

penerimaan simpanan.

Nani Supriati (2009), analils sitem dan prosedur pemberian kredit usaha

rakyat kepada nasabah (studi kasus BRI Unit Sudirman cabang Pontianak),

berdasarkan observasi peneliti masih terdapat perbedaan antara standart yang

ditetapkan oleh BRI Unit Sudirman dan cukup berpegaruh terhadap kinerja BRI

Unit Sudirman.

Hariyanto Hadi Saputra (2013), penerapan system dan prosedur dalam

proses pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Simpan Pinjam, prosesdur

pemberian kredit Danamon Simpan Pinjam Unit Pasar Kencong-Jember menurut

peneliti dinilai telah melaksanakan prosedur yang tepat, tetapi analisis mengenai

kelayakan suatu usaha perlu mendapat perhatian. Analisis kelayakan usaha sangat

penting dalam melihat kemampuan suatu usaha mempertahankan kelangsungan

hidup dan berkembang yang akan memprengaruhi kemampuan usaha tersebut

memenuhi kewajiban membayar bunga dan pokok kredit.

Maslina Eva Siregar (2014), analisis system informasi simpan pinjam pada

koperasi PT. Panarub Industry, system yang berjalan pada koperasi PT. Panarub

Industry saat ini belum efektif untuk melakukan proses simpan pinjam sebaiknya

diberikan tambahan sumber daya manusia untuk melakukan pemeriksaan dalam

kesalahan yang dilakukan manusia dan tentunya yang sesuai dengan bidangnya.

Muhammad syafriansyah (2013), analisis system dan prosedur pemberian

kredit pada Koperasi Unit DesaLabruk di Samarinda, prosedur pemberian kredit

pada Koperasi Unit DesaLabruk di Samarinda (1) calon peminjam menyiapkan


16

persyaratan-persyaratan (2) bagian admistrasi menerima formulir (3) survey

menerima formulir (4) komite kredit menerima berkas (5)pengurus koperasi

menerima berkas (6) bagian admistrasi menerima berkas. Dilihat praktek

sebenarnya prosedur pemberian kredit pada KUD Labruk dalam melayani jasa

pemberian kredit sudah mendekati standar umum prosedur pemberian kredit yang

ditetapkan tetapi masih terdapat kelemahan-kelemahan dalam menjalakan

prosedur pemberian kredit.

2.1.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran menurut Muhammad (2009:75) adalah gambaran

mengenai hubungan antara variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan dalam

jalan pikiran menurut karangka logis. Karangka pemikiran dalam penelitian ini

menunjukkan analisis sitem dan prosedur simpan pinjam KUD Sido Makmur

Labruk.

Adapun yang digunakan adalah sebagai berikut: Menurut Bridwan (2002:3)

definisi sistem adalah kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,

yang disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan fungsi

utama dari perusahaan. Sementara definisi prosedur adalah suatu urut-urutan

pekerjaan karena biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau

lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap

transaksi-transaksi yang berulang-ulang.

Dalam proses simpanan KUD Sido Makmur Labruk pada proses simpanan

anggota menyerahkan kartu anggota kemudian anggota mendapat buku tabungan.

Sedangkan dalam pemberian pinjaman, KUD Sido Makmur Labruk melalui

beberapa tahapan, yaitu diawali dengan petugas lapangan menawarkan pinjaman


17

kepada calon nasabah, kemudian jika calon nasabah tersebut layak dan berminat

mengajukan pinjaman maka petugas lapangan akan membuatkan pengajuan yang

ditinjak lanjuti oleh pihak koperasi.

Tahap selanjutnya, pengajuan tersebut akan di periksa oleh pengawas dan

pimpinan terkait segala informasi dengan calon nasabah tersebut. Jika memang

memenuhi syarat maka akan segera dilakukan survei ke lapangan untuk

mengetahui lebih jelas kondisi calon nasabah. Jika semua sudah terpenuhi,

dilanjutkan tahap terakhir yaitu pencairan kredit.

Petugas Koperasi Simpanan

Anggota

Angsuran Pinjaman

Kategori Pinjaman

Pencairan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Sumber : Data Diolah (2018)


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Menurut Supardi (2005:28) “Penelitian deskriptif

merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran atau

mencoba mencandra suatu peristiwa atau gejala sistematis, faktual

dengan penyusunan yang akurat.” Penelitian ini hanya meneliti Sistem

Dan Prosedur Simpan Pinjam KUD Sido Makmur Labruk.”

3.2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah KUD Sido Makmur

Labruk yang berlokasi di Labruk-Kecamatan Labruk Kabupaten

Lumajang. Lokasi ini sangat strategis bagi dunia usaha koperasi dan

mempunyai potensi yang tinggi sehingga cocok untuk menggembangkan

usaha dan menunjang tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya.

3.3. Sumber dan Jenis Data

3.3.1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah obyek dimana data

diperoleh oleh peneliti Data dibagi menjadi dua macam yaitu data

internal dan eksternal.

18
19

1. Sumber Data Internal

Menurut data yang diperoleh secara langsungdari obyek

penelitian yaitu dalam bentuk data yang berupa dokumentasi,

observasidan wawancara dalam hal ini tentang simpan pinjam itu

sendiri.

2. Sumber Data Eksternal

Data yang dihasilkan dari luar perusahaan obyek

penelitian. Data eksternal yang digunakan dalam penelitian ini

karena menggambarkan keadaan KUD Sido Makmur Labruk

yang berasal dari luar. Jadi semua data yang berasal dari luar

koperasi tersebut, baik data yang diperoleh dari lingkungan

sekitar koperasi sendiri maupun dari literatur.

3.3.2 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

1. Data Primer

Adalah data yang dapat diperoleh langsung dari

sumbernya, dalam penelitian ini yang menjadi sumber data

primer adalah semua penjelasan dan keterangan melalui

wawancara dengan pihak terkait pada KUD Sido Makmur

Labruk.

2. Data Sekunder

Adalah data yang tidak diperoleh secara langsung

melainkan dikumpulkan dan dilaporkan lebih dahulu oleh orang


20

lain dan dta tersebut relevan dengan fokus penelitian. Data

sekunder dapat berupa perundangan, arsip atau dokumen yang

terdapat pada KUD Sido Makmur Labruk.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam rangka

penyusunan tugas akhir, peneliti menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data dimana teknik-teknik tersebut saling melengkapi

sehingga peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik

yang digunakan secara lain :

1. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang ada pada lokasi penelitian.

Sugiyono (2012:240) dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu.

2. Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui buku,

literatur, artikel dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah

penelitian ini.

3. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung pada objek atau sistem yang akan diteliti sehingga

mendapatkan data yang akurat.

4. Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya

jawab atau konsultasi langsung (tatap muka) dengan semua pengurus

KUD Sido Makmur Labruk maupun secra tidak langsung (melalui

media seperti telepon).


21

3.5. Variabel Penelitian

3.5.1. Identifikasi Variabel

Variabel yaitu konsep-konsep yang bisa diubah dan selalu berubah

sehinggan mempengaruhi kejadian dari hasil penbelitian agar dapat diuji

dan ditentukan kebenarannyaoleh orang lain berdarsarkan variabel-

variabelyang digunakan dan bisa menghitung data apa saja yang masih

dibutuhkan.

5.2 Definisi koseptual Variabel

Agar diperoleh pemahaman mengenai variabel-variabel pada

penelitian ini, maka diberikan penjelasan suatu konsep secara singkat,

sebagai berikut :

a) Menurut bridwan (2002:3) definisi sitem adalah kerangka dari

prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai

dengan skema yang menyeluruh.

b) Menurut Bridwan (2002:3) definisi prosedur adalah suatu urut-

urutan pekerjaan karena biasanya melibatkan beberapa orang dan satu

bagian atau lebih.

c) Simpan Pinjam adalah lembaga keuangan bukan bank yang

berbentuk koperasi dengan kegiatan usaha menerima simpanan dan

memberikan pinjaman uang kepada para anggotanya dengan bunga

serendah-rendahnya.

3.6. Teknik Analisa Data

Dalam teknik analisa data maka peneliti menggunakan metode

kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu data serta


22

informasinya yang diperoleh selama penelitian dilakukan akan diproses

serta dianalisis lebih lanjut.

Berdasarkan obyek penelitian diatas, pengumpulan data dilakukan

secara dokumemtasi, kepustakaan, observasi, dan wawancara. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan sebagai beriku :

1. Mencari dan menghimpun data dengan cara wawancara dan observasi

di KUD Sido Makmur Labruk.

2. Mengelola data yang diperoleh dari KUD Sido Makmur Labruk

dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif.

3. Menganalisis data-data yang diperoleh untuk ditarik menjadi suatu

kesimpulan.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Koperasi Unit Desa (KUD) Labruk berdiri dengan Badan Hukum No.

305.BH/11/2005/KPKUK, Tanggal 20 Juni 2005. Koperasi ini berkedudukan di

Kecamatan Sumbersuko Kabupaten Lumajang dan memiliki wilayah kerja di

seluruh Kabupaten Lumajang khususya di wilayah Kecamatan Sumbersuko dan

sekitarnya.

Di tahun 2012, di bulan Juni 2012 setelah 7 tahun beridiri, KUD Labruk

telah melakukan restrukturisasi manajemen. Latar belakang restrukturisasi karena

tata kelola koperasi dirasa kurang profesional dan untuk memaksimalkan kinerja

koperasi secara umum agar dapat mencapai target yang dietapkan dalam Rapat

Anggota Tahunan (RAT) Koperasi..

Awal bulan Juli 2012, Pengurus KUD Labruk, membentuk manajemen

baru, yaitu dengan mengangkat seorang General Manager yang merupakan

penanggungjawab semua kegiatan usaha Koperasi. Manager dibantu oleh

beberapa kepala bidang yang mengelola bidang usaha tersendiri. Hingga akhir

bulan Juni 2013 Koperasi mulai menunjukkan progress report yang baik dan

koperasi secara umum berkembang dengan baik khususnya dibidang simpan

pinjam.

23
24

4.1.1.2 Struktur Organisasi UD. LAMBANG PUTRA JAYA

RAPAT ANGGOTA

PENGURUS PENGAWAS

UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA


SIMPAN PINJAM PELAYANAN UMUM PELAYAN KELUARGA
Lapangan

ANGGOTA

Gambar 4.1 Struktur Organisasi UD. LAMBANG PUTRA JAYA

Sumber Data : UD. Lambang Putra Jaya

Adapun uraian tugas dari struktur organisasi adalah sebagai berikut :

1. Rapat Anggota

Rapat Anggota atau Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi memiliki

sturktur tertinggi di dalam koperasi, RAT di hadiri oleh seluruh anggota

untuk membahas perkembangan koperasi selama satu tahun yang

ditunjukkan dengan laporan dari pengurus koperasi sekaligus pembagian


25

hasil usaha koperasi kepada anggota dan memutuskan keputusan strategis

untuk koperasi kedepaanya.

2. Pengurus

Pengurus Koperasi Unit Desalabruk terdiri dari :

a. Ketua Koperasi

1) Ketua yang bertugas untuk memimpin koperasi

2) Mewakili koperasi jika ada undangan dari luar

3) Mengambil keputusan dan kebijikan harian koperasi

b. Sekrtaris Koperasi

1) Sekretaris Koperasi bertanggung jawab atas administrasi harian

koperasi.

2) Mengatur Koperasi dalam urusan administrasi

3) Membuat SOP admisnitrasi koperasi

c. Bendahara Koperasi

1) Bendahara Koperasi bertanggung atas masalah keuangan

operasional harian

2) Membuat laporan keuangan bulanan

3) Menyusun rencana anggaran dan pendapatan koperasi

4) Membuat SOP pelaporan keuangan koperasi

d. Susunan Pengurus KUD Simpan Pinjam Labruk Tahun 2018 :

1) Ketua Koperasi : Mulyono, SE

2) Sekretaris Koperasi : Dewi Sriyatie

3) Bendahara Koperasi : Siti Khumairoh


26

3. Pengawas Koperasi

a. Pengawas Koperasi bertanggung jawab untuk mengawasi kinerja

pengurus koperasi

b. Pengawas memberikan rekomendasi atau teguran jika pengurus tidak

menjalankan tugasnya dengan baik

e. Susunan Pengawas KUD Simpan Pinjam Labruk

1) Ketua Pengawas : Muhammad Arifin

2) Anggota : Zainul Ihksan Akbar

4. Bidang Usaha Simpan Anggota

Bertanggung jawab atas berjalannya usaha simpanan anggota, ada

beberapa bentuk simpanan di KUD Simpan Pinjam Labruk diantaranya

simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela.

5. Bidang Pinjaman Anggota dan Pegawai

Bertanggung jawab atas berjalannya usaha pinjaman yang dijalankan oleh

koperasi yang diperuntukan untuk anggota dan pegawai koperasi untuk

kebutuhan komsumtif.

6. Bidang Kredit Usaha

Bertanggung jawab atas berjalannya usaha simpan pinjam yang dijalankan

oleh koperasi dari mencari nasabah, survei hingga memastikan tidak ada

kredit macet dari anggota koperasi yang diperuntukkan untuk

pengembangan usaha yang dimiliki oleh anggota koperasi.

4.1.1.3. Visi Misi Koperasi

Visi Koperasi Unit Desa (KUD) Labruk Yakni :


27

Menjadi Koperasi yang profesional, transparan dan membangun ekonomi

masyarakat Lumajang

Misi Koperasi Unit Desa Labruk Yakni:

1. Mengajak seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan tanpa

membedakan suku,ras,golongan dan agama, agar mereka dapat

bersama -sama, bersatu padu dan beritikad baik dalam membangun

ekonomi kerakyatan secara bergotong royong dalam bentuk koperasi.

2. Membantu para pedagang kecil dan menengah didalam mobilisasi

permodalan demi kelancaran usaha sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan mereka.

3. Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan

kegiatan usaha secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik

BUMN,swasta, perbankan maupun gerakan koperasi lainnya.

4.1.2. Hasil Pengumpulan Data

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

kepada pengurus, pengawas dan ketua bidang usaha koperasi unit desa

(KUD) Labruk pada tanggal 26 April 2018 sampai 10 Mei 2018. Peneliti

dapat mengumpulkan data untuk mendukung penelitian sebagai berikut:

1.Perkembangan Anggota KUD Labruk tahun 2015-2017.

Tabel 4.1.

Perkebangan Anggota KUD Labruk Tahun 2015-2017

No. Semester/Tahun Jumlah Anggota

1 I/2015 261

2 II/2015 288
28

3 I/2016 303

4 II/2016 286

5 I/2017 321

6 II/2017 376

2. Jenis Simpanan di KUD Labruk

a. Simpanan Pokok

Simpaan Pokok merupakan simpanan awal bagi calon anggota

koperasi untuk bisa menjadi anggota koperasi, besaran simpanan

pokok ini sama besarnya sesama anggota yakni sebesar Rp. 200.000,

dan simpana pokok tidak bisa diambil kecuali anggota keluar dari

koperasi.

b. Simpanan Wajib

Simpanan wajib merupakan simpanan yang mengikat anggota

dengan periode tertentu yang besarannya sebelumnya telah ditetapkan

dalam RAT KUD labruk, untuk simpanan wajib tidak diberikan bunga

simpanan dan dapat diambil ketika anggota keluar dari keanggotaan

koperasi.

c. Simpanan Sukarela

Simpanan Sukarela merupakan salah satu program unggulan

dari koperasi KUD Labruk, simpanan sukarela ini secara prinsip

merupakan tabungan anggota koperasi yang disimpan di KUD labruk,

besaran simpanan sukarela ini mendapatkan bunga simpanan dari

koperasi
29

3. Jenis Pinjaman di KUD Labruk

a. Pinjaman Anggota dan Pegawai

Pinjaman Anggota dan pegawai merupakan bentuk pinjaman yang

ditujukan untuk anggota dan pegawai koperasi dengan bunga ringan dan

tanpa jaminan. Namun pinjaman ini maksimal sebesar Rp. 1.000,000

dengan bungan sebesar 10% dari total pinjaman dan jangka waktu

maksimal selama waktu 3 Bulan saja. Pinjaman anggota dan pegawai tidak

memerlukan jaminan namun tetap calon peminjam harus memiliki

pemasukan tetap setiap bulan dan jika dihitung peminjam dapat membayar

cicilan setiap minggunya.

Kemudahan yang ditawarkan oleh KUD Labruk dengan program

simpanan anggota dan pegawai ini cukup diminati oleh calon anggota dan

anggota untuk bergabung dalam koperasi labruk, meskipun dalam

prakteknya terdapat banyak keterlambatan pembayaran pinjaman oleh

anggota.

b. Pinjaman Pengembangan usaha

Pinjaman Anggota dan pegawai merupakan bentuk pinjaman yang

ditujukan untuk calon anggota dan anggota koperasi untuk penggunaan

pengambangan usaha yang diimiliki oleh calon anggota maupun anggota

koperasi. Batas peminjaman pengembangan usaha sebesar Rp. 10.000.000

dengan jaminan dan survei oleh tim survei koperasi. Jangka waktu

peminjaman dibatasi 6 bulan sampai 2 tahun masa pinjaman.

Pinjaman pengembangan usaha ini merupakan program utama

koperasi yang banyak diminati oleh anggota, bunga pinjaman yang


30

ditawakan koperasi dibawah 2% dari total pinjaman merupakan salah satu

faktor yang membuat pinjaman ini banyak diminati, selain syarat yang

tidak sesulit di perbankan dalam pengajuan pinjaman, bunga yang dirasa

tidak membebani kreditur juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi.

4. Syarat Menjadi Anggota Koperasi

Untuk menjadi syarat anggota KUD simpan pinjam labruk terdapat

beberapa persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh calon anggota

diantaranya:

a. Warga Negara Indonesia (WNI)

b. Sehat jasmani dan Rohani

c. Minima berusia 17 Tahun

d. Mengisi formulir keanggotaan koperasi

e. Melamprikan Fc. Identita diri KTP/SIM dan Foto 4x6 sebanyak 3

lembar

f. Membayar Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib yang telah

ditentukan sebelumnya dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT)

g. Permohonan keanggotaan telah disetujui oleh pengurus KUD Simpan

Pinjam Labruk

4.1.3. Hasil Analisa Data

1. Prosedur Pemberian Pinjaman Pegawai dan Anggota

Prosedur pemberian pinjaman program pinjaman pegawai dan

anggota di KUD Labruk terdapat beberapa tahap prosedur diantaranya:


31

a. Pegawai atau Anggota mengajukan permohonan pinjaman dengan

melengkapi persayaratan administratif kepada bagian administratif

koperasi.

b. Dalam pengajuan pinjaman, persyaratan administratif harus

dilampiri dengan persyaratan administratif yang telah dilegalisir oleh

pejabat yang berwenang seperti Fc.KTP.

c. Jika persyaratan tidak dirasa kurang lengkap maka berkas

dikembalikan kepada pengaju kredit, dan jika persyaratan telah

memenuhi syarat maka akan diajukan ke tim survei untuk

mendapatkan analisa kelayakan peminjaman.

d. Tim survei selanjutnya memverifikasi calon peminjam dengan

pertimbangan beberapa aspek, seperti kemampuan membayar

pinjaman, kelamaan anggota, dsb. Jika calon peminjam lolos

verifikasi maka berkas akan dilanjukan kepada pengurus untuk

mendapatkan persetujuan. Namun apabila berkas tidak lolos verfikasi

maka berkas diserahkan kepada pengurus untuk selanjutnya

dikembalikan ke peminjam.

e. Berkas yang telah diterima oleh pengurus akan dirapatkan oleh

pengurus untuk disetujui besaran kredit yang akan

diberikan,potongan administratif, potogan simpanan dan

penandatangan persetujuan penerimaan pengajuan pinjaman. Namun

jika berkas yang diterima pengurus dari tim survei adalah berkas

yang tidak lolos verifikasi maka pengurus membuatkan keterangan

penolakan permohonan pinjaman yang selanjutnya diserahkan ke


32

bagia administrasi, dan bagian adminisrasi mengembalikannya ke

pemohon pinjaman.

f. Setelah persetujuan didapatkan dari pengurus pemohonan akan

dipanggil untuk menyelesaiakan urusan administratif dan menerima

pengajuan pinjaman yang telah diajukan. Dalam pencairan pinjaman

bagian administratif melakukan pencatatan berdasarkan nota dan

menyimpannya kedalam berkas buku pengeluaran kas dan

mengarsipnya.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini bagan prosedur pemberian kredit

pegawai sebagai berikut :

Aplikasi Pinjaman

Pengajuan Ditolak Pinjaman Disetujui

Bagian Administratif

Bagian Survei

Persetujuan Penggurus

Gambar 4.2. alur prosedur pinjaman pegawai di KUD Labruk

Sumber Data sudah diolah (2018)


33

2. Prosedur Pemberian Pinjaman Pegawai dan Anggota

Prosedur pemberian pinjaman program pinjaman pegawai dan

anggota di KUD Labruk terdapat beberapa tahap prosedur diantaranya:

a. Pegawai atau Anggota mengajukan permohonan pinjaman dengan

melengkapi persayaratan administratif kepada bagian administratif

koperasi.

b. Dalam pengajuan pinjaman, persyaratan administratif harus

dilampiri dengan persyaratan administratif yang telah dilegalisir oleh

pejabat yang berwenang seperti Fc.KTP, Fc.Kartu Kelurga, Fc. Buku

Nikah, Fc.Rekening Listrik Fc. Slip Gaji dan surat peryataa

bermaterai.

c. Jika persyaratan tidak dirasa kurang lengkap maka berkas

dikembalikan kepada pengaju kredit, dan jika persyaratan telah

memenuhi syarat maka akan diajukan ke tim survei untuk

mendapatkan analisa kelayakan peminjaman.

d. Tim survei selanjutnya memverifikasi calon peminjam dengan

pertimbangan beberapa aspek, seperti kemampuan membayar

pinjaman, kelamaan anggota, dsb. Ada perbedaan penyikapan

survei,jika dalam pengajuan pinjaman pegawai tim surve tidak perlu

turun ke lapangan dalam proses veirifikasi,namun dalam pengajuan

pinjaman pengembangan usaha tim survei lebih detail dan teliti serta

turun ke lapangan untuk mengecek kebenaran berkas pengajuan

pemohon pinjaman pengambangan usaha.


34

e. Jika calon peminjam lolos verifikasi maka berkas akan dilanjukan

kepada pengurus untuk mendapatkan persetujuan. Namun apabila

berkas tidak lolos verfikasi maka berkas diserahkan kepada pengurus

untuk selanjutnya dikembalikan ke peminjam.

f. Berkas yang telah diterima oleh pengurus akan dirapatkan oleh

pengurus untuk disetujui besaran kredit yang akan

diberikan,potongan administratif, potogan simpanan dan

penandatangan persetujuan penerimaan pengajuan pinjaman. Namun

jika berkas yang diterima pengurus dari tim survei adalah berkas

yang tidak lolos verifikasi maka pengurus membuatkan keterangan

penolakan permohonan pinjaman yang selanjutnya diserahkan ke

bagia administrasi, dan bagian adminisrasi mengembalikannya ke

pemohon pinjaman.

g. Setelah persetujuan didapatkan dari pengurus pemohonan akan

dipanggil untuk menyelesaiakan urusan administratif dan menerima

pengajuan pinjaman yang diajukan. Dalam pencairan pinjaman

bagian administratif melakukan pencatatan berdasarkan nota dan

menyimpannya kedalam berkas buku pengeluaran kas dan

mengarsipnya.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini bagan prosedur pemberian kredit pengembangan

usaha sebagai berikut :


35

Aplikasi Pinjaman
h.

i.
Pengajuan Ditolak Pinjaman Disetujui

j.
Bagian Administratif
k.

l.

m. pengajuan pinjaman yang telah


Survei diajukan.
Lapangan

Persetujuan Penggurus

Gambar 4.3. Alur Prosedur Pinjaman pengembangan usaha KUD Labruk

Sumber Data sudah diolah (2018)

4.2 .Pembahasan

Dari hasil analisa data yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diketahui

bahwa praktek Sistem Dan Prosedur Simpan Pinjam KUD Labruk secara umum

telah sesuai dengan standar sistem dan prosedur simpan pinjam. Khususnya dalam

prosedur pemberian pinjaman pengembangan usaha dimana tim survei benar-

benar malakukan verifikasi kepada pemohon pinjaman untuk menghindari

masalah yang timbul ketika pinjaman berakhir dengan kredit macet atau pinjaman

tidak tertagih. Secara administratif KUD labruk mencoba semaksimal mungkin


36

untuk membuat KUD labruk menjadi koperasi yang transparan dan akuntable

dalam pelaksanaan opersional koperasi.

1. Sistem dan Prosedur di KUD Labruk

Secara umum Prosedur pemberian pinjaman program pinjaman pegawai dan

pengembangan usaha di KUD Labruk terdapat beberapa tahap prosedur

diantaranya:

a. Pegawai atau Anggota mengajukan permohonan pinjaman dengan

melengkapi persayaratan administratif kepada bagian administratif

koperasi.

b. Dalam pengajuan pinjaman, persyaratan administratif harus

dilampiri dengan persyaratan administratif

c. Jika persyaratan tidak dirasa kurang lengkap maka berkas

dikembalikan kepada pengaju kredit, dan jika persyaratan telah

memenuhi syarat maka akan diajukan ke tim survei untuk

mendapatkan analisa kelayakan peminjaman.

d. Tim survei selanjutnya memverifikasi calon peminjam dengan

pertimbangan beberapa aspek, seperti kemampuan membayar

pinjaman, kelamaan anggota, dsb. Jika calon peminjam lolos

verifikasi maka berkas akan dilanjukan kepada pengurus untuk

mendapatkan persetujuan. Namun apabila berkas tidak lolos verfikasi

maka berkas diserahkan kepada pengurus untuk selanjutnya

dikembalikan ke peminjam.

e. Berkas yang telah diterima oleh pengurus akan dirapatkan oleh

pengurus untuk disetujui besaran kredit yang akan


37

diberikan,potongan administratif, potogan simpanan dan

penandatangan persetujuan penerimaan pengajuan pinjaman. Namun

jika berkas yang diterima pengurus dari tim survei adalah berkas

yang tidak lolos verifikasi maka pengurus membuatkan keterangan

penolakan permohonan pinjaman yang selanjutnya diserahkan ke

bagia administrasi, dan bagian adminisrasi mengembalikannya ke

pemohon pinjaman.

f. Setelah persetujuan didapatkan dari pengurus pemohonan akan

dipanggil untuk menyelesaiakan urusan administratif dan menerima

pengajuan pinjaman yang telah diajukan. Dalam pencairan pinjaman

bagian administratif melakukan pencatatan berdasarkan nota dan

menyimpannya kedalam berkas buku pengeluaran kas dan

mengarsipnya.

2. Kekurangan Sistem dan prosedur KUD Labruk

Dari hasil penelitian dan wawancara dengan pengurus dan pegawai KUD

Simpan Pinjam Labruk dan dari hasil analisa data diatas ada beberapa hal yang

ditemukan peneliti yang mengarah pada kekurangan sistem dan prosedur simpan

pinjam yang harus diperbaiki oleh KUD labruk untuk menjadikan KUD labruk

lebih profesioanal diantaraanya:

a. Dalam persyaratan prosedur pemberian pinjaman pegawai , KUD Labruk

tidak memakai fc KK sebagai syarat administrasi permohonan pinjaman.

Idealnya kartu keluarga harus dicantumkan untuk menghindari hal yang

tidak diinginkan meskipun peminjam merupakan pegawai dari KUD.


38

b. Dalam Pinjaman Pengembangan usaha kegiatan survey lapangan terkadang

petugas survey tidak benar-benar melakukan pengecekan terhadap

kebenaran jaminan maupun kelayakan jaminan yang diajukkan peminjam.

c. Dalam persyaratan permohonan pinjaman kredit untuk seorang pegawai

tidak menggunakan SK atau slip gaji sebagai jaminan, seharusnya jaminan

tersebut perlu dicantumkan untuk mengantisipasi biaya kerugian jika

peminjam tidak melunasi kewajibannya.

d. Ketika peminjam telah melunasi pinjamannya, biasanya KUD Labruk

langsung memberikan atau menawarkan pinjaman berikutnya tanpa

menjalankan prosedur pemberian kredit, dan

e. Selain itu di KUD Labruk masih memiliki kelemahan dalam pembagian

fungsi dalam menjalankan prosedur pemberian kredit, dimana terdapat

perangkapan fungsi yaitu bagian administrasi yang bertugas mencatat

dokumen-dokumen sekaligus sebagai kasir yang bertugas menyerahkan

uang kepada peminjam.

Dari hasil analisis perbandingan antara prosedur pemberian kredit pada

KUD Labruk dengan prosedur pemberian kredit menurut SOP KUD yaitu

Kek.Menperindagkop Tahun 2004 tentang Standar Operating Procedure (SOP)

pemberian kredit pada Koperasi Unit Desa(KUD), masih terdapat kekurangan dari

prosedur pemberian kredit yang ada di KUD Labruk , yakni:

1. KUD Labruk memiliki struktur organisasi yang sederhana dalam

fungsinya untuk menjalankan prosedur pemberian kredit sehingga

mengalami kesulitan dalam menjalankan prosedur pemberian kredit,


39

berbeda dengan pembagian fungsi dalam prosedur pemberian kredit

dalam SOP KUD tahun 2004, hal itu seperti:

a. KUD Labruk tidak memiliki staf hukum dan dokumentasi yang

berfungsi untuk melakukan analisis yuridis dan melakukan

dokumentasi yang sekaligus membuat surat perikatan pinjaman

kepada peminjam,

b. KUD Labruk tidak memiliki staf khusus yang bertugas sebagai

pencairan dana pinjaman kepada peminjaman, dan

c. KUD Labruk tidak memiliki staf pembukuan yang khusus bertugas

untuk membuat pembukuan pengeluaran atas pemberian kredit.

2. Dalam alur prosedur pemberian kredit di KUD Labruk, bagian

administrasi tidak melakukan persetujuan atas berkas-berkas pelepasan

pinjaman kepada pengurus. Tahap ini harus dilakukan untuk

memastikan apakah berkas-berkas tersebut sudah sesuai dan mencegah

adanya manipulasi data, dan

3. Dalam menjalankan prosedur pemberian kredit di KUD Labruk , bagian

administrasi melakukan perangkapan fungsi. Dimana dalam prosedur

pemberian kreditnya bagian administrasi yang umumnya bertugas untuk

melakukan pembukuan data-data peminjam juga menyiapkan surat

perikatan kredit, melakukan pencairan pinjaman dan melakukan

pembukuan pengeluaran kas. Hal ini bisa menimbulkan kesalahan dalam

prosedur dan kelemahan prosedur di KUD Labruk.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai sistem dan

prosedur simpan pinjam di KUD Labruk khususnya dalam prosedur pemberian

pinjaman pengembangan usaha dimana tim survei benar-benar malakukan

verifikasi kepada pemohon pinjaman untuk menghindari masalah yang timbul

ketika pinjaman berakhir dengan kredit macet atau pinjaman tidak tertagih.

Ada beberapa hal yang ditemukan peneliti yang mengarah pada kekurangan

sistem dan prosedur simpan pinjam yang harus diperbaiki oleh KUD labruk untuk

menjadikan KUD labruk lebih profesioanal. Kekurangan secara administratif

dimana adan beberapa persyaratan yang dilewatkan oleh KUD Labruk seperti

dalam persyaratan prosedur pemberian pinjaman pegawai tidak memakai fc KK,

SK atau Slip Gaji.

Selain itu dalam program Pinjaman Pengembangan usaha kegiatan survey

lapangan terkadang petugas survey tidak benar-benar melakukan pengecekan

terhadap kebenaran jaminan maupun kelayakan jaminan yang diajukkan

peminjam. Sekaligus Terdapat perangkapan fungsi yaitu bagian administrasi yang

bertugas mencatat dokumen-dokumen sekaligus sebagai kasir yang bertugas

menyerahkan uang kepada peminjam.

5.2. Saran

Saran dari peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Saran Bagi KUD

40
41

1. Pada KUD Labruk sebaiknya petugas survei hanya melakukan analisis

kredit, sedangkan petugas penilai jaminan dapat dilakukan oleh juru tagih.

Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu petugas penilai jaminan.

2.. Formulir yang digunakan sebaiknya perlu adanya nomor urut tercetak hal

tersebut untuk menghindari terjadinya suatu transaksi yang belum dicatat

atau transaksi yang tercatat lebih dari dua kali dan untuk mempermudah

pencatatan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti Pemanfaatan

pinjamanan yang diberikan oleh KUD Labruk terhadap tingkat pendapatan

kreditur sebelum dan setelah mendapatkan pinjaman dari Koperasi.


DAFTAR PUSTAKA

Baswir, Revrisond. 2010. Koperasi Indonesia Edisi Pertama. Yogyakarta BPFE.

Firdaus, Rachmat & Ariyanti, Maya. 2011. Manajemen Perkreditan Bank Umum:
Teori, Masalah Kebijakan dan Aplikasinya. Cetakan Kelima. Bandung :
Alfabeta.

Hartadi, Bambang. 2005. Sistem Pengendalian Intern dalam Hubungan dengan


Manajemen Audit. Edisi Baru. Yogyakarta : BPFE UGM.

Hasibuan, Malayu. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi


Revisi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Horngren, Charles T, Walter T. Harrison dan Linda Smith Bamber. 2006.


Akuntansi. Edisi ke enam. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.

Iskandar, Syamsu. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : PT


Semesta Asa Bersama.

Ismail. 2010. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta : PT


Kencana.

Judisseno, Rimsky, K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia.


Cetakan Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit


Andi

Mulyadi, 2006. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta : BP STIE YKPN.

Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis.Yogyakarta : UII Press.

Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.

Untung, Budi. 2005. Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia. Yogyakarta :
Penerbit Andi.

Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian.


http://www.depkop.go.id. Diakses pada 3 Mei 2018.

42

Anda mungkin juga menyukai