Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH AGROBISNIS

PROSPEK AGROBISNIS TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Meer)

DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL

Oleh:

Clara anggita 10060315108

Deska Andriani 11060315175

Lisvia Aryanti Ritana 10060315117

Rizska Della Shafira 10060315118

Siti Zainab 10060315120

Winie Sri Widyastuti 10060315124

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2018 M / 1440 H
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang kedelai (Glycine max (L.) Merr) ialah komoditas tanaman
panganyang penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Biji
kedelai umumnya mengandung sekitar 40 sampai 43 persen protein, cukup tinggi
dibandingkan protein kacang tanah yang hanya 20 persen, beras dan jagung
masing-masingnya 10 persen. Selain sebagai sumber protein nabati kedelai juga
mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B yang berguna bagi
pertumbuhan tubuh manusia. Tanaman kedelai (Glycine max) ini telah lama
diusahakan di Indonesia khususnya Pulau Jawa dan Bali, kedelai sudah lama
ditanam sejak tahun 1758. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun makin
meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Kenaikan konsumsi ini
tidak dapat dikejar oleh produksi dalam negeri sehingga masih ditutup dengan
impor. Pada tahun 2011 konsumsi kedelai dalam negeri tercatat 14,31 juta ton.
Sedangkan produksi hanya mencapai 2,9 juta ton (Badan Pusat Statistik)
Budidaya kedelai umumnya dilakukan di lahan sawah setelah tanaman
padi sebagai upaya untuk menghindari resiko kekeringan. Penggunaan teknologi
jerami pada tanaman kedelai dimaksudkan sebagai mulsa. Penggunaan mulsa
bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat
dikurangi dengan menjaga temperatur dan kelembaban tanah. Aplikasi mulsa
merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembaban
dan suhu tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setelah terdekomposisi
penggunaan mulsa jerami padi pada kedelai dapat memperbaiki kesuburan dan
struktur tanah, selain itu akan mempengaruhi suplai CO2 yang menentukan
jumlah nodul terbentuk, suhu dan kelembaban tanah terjaga, dan membantu
menambah unsur hara P. Unsur hara seperti P berperan dalam merangsang
Rhizobium menginfeksi akar, pembintilan, penyerapan unsur Ca, Mg, Fe, B, K,
Mo, dan S dalam penggunaan hasil fiksasi (Lamina,1989).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara budidaya tanaman kedelai dengan teknik yang benar?


2. Bagaimana tahapan proses budidaya tanaman kedelai?
3. Bagaimana strategi pengendalian hama dan penyakit yang dapat
menyerang tanaman kacang kedelai?
4. Bagaimana cara mengembangkan tanaman kacang kedelai menjadi suatu
prospek bisnis yang menguntungkan?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu membudidayakan kacang kedelai dengan teknik yang


benar.
2. Mahasiswa mampu mengetahui proses-proses dalam budidaya kacang
kedelai dari awal sampai pamanenan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai hama dan penyakit yang dapat
menyerang tanaman kacang kedelai serta cara pengendaliannya.
4. Mahasiswa mampu mengembangkan tanaman kacang kedelai menjadi
suatu prospek bisnis yang menguntungkan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Klasifikasi dan Penyebaran

 Klasifikasi TanamanKedelai (Glycine max (L.) Meer)

Menurut Rukmana (1996) klasifikasi tanaman kedelai (G.max (L.) adalah


sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae(Papilionaceae)
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Meer)

 Penyebaran
Kedelai termasuk famili Leguminocaeyang berasal dari Mashukuo Cina,
kemudian menyebar sampai ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia.
Penyebaran kedelai di indonesia pertama kali di Jawa Barat, Jawa Timur,
Sulawesi Utara, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali. Indonesia merupakan
negara penghasil kedelai keenam di dunia setelah Amerika Serikat, Brazil,
Argentina, Cina, dan India (Ampnir, 2011).

2.2 Deskripsi Tanaman


Kedelai merupakan tanaman semusim berupa semak rendah, tumbuh
tegak, berdaun lebat, dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar
antara 200cm, dapat bercabang sedikit atau banyak. Kultivar yang berdaun
lebar dapat memberikan hasil yang lebih tinggi karena mampu menyerap sinar
matahari lebih banyak bila dibandingkan dengan yang berdaun sempit
(Lamina,1989).
Susunan tubuh tanaman kedelai terdiri atas 2 macam alat (organ)
utama yaitu organ vegetatif dan organ generatif. Organ vegetatif meliputi
akar, batang dan daun yang fungsinya sebagai alat pengambil, pengangkut,
pengolah, pengedar, dan penyimpan makanan sehingga disebut alat hara
(organum nutritivum). Organ generatif meliputi bunga, buah, dan biji yang
fungsinya adalah sebagai alat berkembang biak (organum reproduktivum)
(Rukmana,1996).
Akar tanaman kedelai terdiri atas akar lembaga (radicula) akar
tunggang (radix primaria) dan akar cabang (radix lateralis) berupa akar
rambut. Perakaran kedelai dapat menembus tanah pada kedalaman ±150 cm,
terutama pada tanah yang subur. Selain berfungsi sebagai tempat
bertumpunya tanaman dan alat penmgangkut air maupun unsur hara,
perakaran kedelai juga mempunyai kemampuan untuk membentuk nodul
berfungsi untuk menambah nitrogen bebas (N2) dari udara.
Batang kedelai berasal dari proses janin sedangkan bagian atas poros
berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hipokotil merupakan bagian
batang berkecambah. Kedelai berbatang semak dengan tinggi antara 30-100
cm. Batang dapat membentuk 3-6 batang.
Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun (lamina) oval
dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (trifoliat).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua yaitu oval (bulat) dan lancip
(lanciolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.
Daun ini berfungsi sebagai alat untuk proses asimilasi, respirasi dan
transpirasi (Rukmana, 1996).
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni
pada tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin
jantan (benang sari). Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antar 30-50
hari setelah tanam, tumbuh berkelompok pada ruas batang, berwarna putih
atau ungu. Penyerbukan terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga
kemungkinan penyerbukan silang amat kecil
Buah kedelai disebut polong yang tersusun dalam rangkaian buah. Tiap
polong yang tersusun dalam rangkaian. Tiap polong akedelai berisi antara 1-4 biji.
Jumlah polong pertanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah, dan
jarak tanam yang digunakan.

Biji kedelai umumnya berbentuk bulat pipih sampai bulat lonjong. Warna
kulit biji bervariasi antara lain kuning, coklat, dan hitam. Ukuran biji berkisar
antara 6-30 gr/100 biji. Biji-biji kedelai dapat digunakan sebagai bahan
perbanyakan tanaman secara generatif. Ketahanan daya simpan biji pada kadar air
8-12% yang disimpan pada suhu kamar berkisar antara 2-5 bulan. Di luar kisaran
waktu tersebut, sebagian besar biji tidak mampu tumbuh (Rukmana, 1996).

2.3 Kandungan Kimia Tanaman

Kedelai merupakan sumber gizi yang sangat penting. Komposisi gizi


kedelai bervariasi tergantung varietas yang dikembangkan dan juga warna kulit
maupun kotiledonnya. Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi antara
31-48% sedangkan kandungan lemaknya bervariasi antara 11-21%. Antosianin
kulit kedelai mampu menghambat oksidasi LDL kolesterol.

2.4 Manfaat Tanaman Kedelai

1. Kedelai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku makanan.


Makanan yang diproduksi dari olahan kedelai ialah tahu dan tempe, kecap,
susu dan lain-lain (Adisarwanto, 2005).
2. Penurun tekanan darah tinggi dan prebiotik (lukas, 2007:124).
3. Mengobati diabetes melitus, sakit ginjal, rematik, dan mencegah kanker
payudara (Agung & Tinton, 2008:126)
4. Kacang kedelai tidak mengandung kolesterol, mempunyai rasio kalori
yang rendah dibandingkan protein, dan bertindak sebagai makanan yang
tidak menggemukan bagi penderita obesitas.
5. Kedelai juga merupakan sumber vitamin B dan E serta dapat digunakan
sebagai sumber lemak, vitamin, mineral, dan serat

2.5 Syarat Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai

2.5.1 Syarat Tumbuh

1. Iklim
Kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah tropis, yakni
pada zone agroklimat C1-C2 yang memiliki masa basah 5-6 bulan dan masa
kering 2-3 bulan; zone D1-D2 yang memiliki masa basah 3-4 bulan dan masa
kering 2-6 bulan; dan zone E1-E2 yang memiliki masa basah 4 bulan dan masa
kering 2-3 bulan (Oldeman). Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang memiliki
ketinggian tempat 0-900 m pdl (Setijo, 2003:28).
Kondisi curah hujan yang ideal bagi pertanaman kedelai lebih dari 1.500
mm/tahun dan curah hujan optimal antara 100-200 mm/bulan. Berdasarkan
penyebaran curah hujan, di kalangan petani dikenal empat musim tanam, yaitu
labuhan, rendengan, marengan, dan kemarau. Keempat musim tanam tersebut
berguna untuk mengatur pola tanam secara spesifik lokasi (Setijo, 2003:28).
Pertumbuhan terbaik diperoleh pada kisaran suhu antara 20oC – 35oC.
Suhu optimal berkisar antara 25oC – 27oC, dengan kelembaban udara rata-rata
50%. Tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh, dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik di daerah yang terkena sinar matahari selama dua belas
jam sehari (Setijo, 2003:28).
2. Keadaan Tanah
Kedelai memerlukan tanah yang memiliki aerasi, drainasi, dan
kemampuan menahan air cukup baik. Pada tanah kering berpasir serta tanah
dangkal, kedelai tidak dapat tumbuh dengan baik. Jenis tanah yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman kedelai adalah tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol,
dan andosol. Jenis-jenis tanah tersebut tersebar pada tanah persawahan, tegalan,
maupun tanah kering di perkebunan dan kehutanan (Setijo, 2003:29).
Tanah yang cukup lembap cocok untuk budidaya tanaman kedelai.
Kelembapan tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sejak
perkecambahan benih hingga tanaman tua; yakni mempengaruhi aktivitas akar
dalam penyerapan air serta zat-zat hara dan mempengaruhi aktivitas bakteri
Rhizobium untuk bergerak ke daerah akar tanaman(Setijo, 2003:29).
Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan kedelai berkisar 5,5 –
6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman, tanah asam
(pH tanah 4,6 – 5,5) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi bakteri
Rhizobiumke perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada tanah dengan
nilai pH lebih dari 7, kedelai sering menampakkan gejala klorosis karena
kekurangan hara besi. Pada kondisi pH 3,5 – 4,5, pertumbuhan tanaman terhambat
(tanaman tumbuh sangat kerdil) karena keracunan alumunium atau mangan.
Untuk meningkatkan pH tanah dapat dilakukan penambahan kapur sehingga
diperoleh kondisi pH tanah yang sesuai bagi pertanaman kedelai (Setijo, 2003:29).

2.5.2 Pertumbuhan Kedelai


Pola pertumbuhan tanaman kedelai di lapangan berbeda-beda, tergantung
varietasnya. Kedelai dikelompokkan dalam tiga kelompok umur, varietas kedelai
yang berumur panjang (lebih dari 90 hari), varietas kedelai yang berumur sedang
(antara 85 – 90 hari), dan varietas kedelai dengan pendek (antara 75 – 85). Namun
demikian, pertumbuhan varietas-varietas tersebut memiliki karakter utama yang
hampir sama, yang dibedakan menjadi stadium pertumbuhan vegetatif dan
stadium pertumbuhan reproduktif (Setijo, 2003:30-31).
1. Stadium Pertumbuhan Vegetatif (V)
Stadium pertumbuhan vegetatif dibedakan lagi menjadi beberapa stadium,
yaitu:
a. Stadium Pemunculan (Ve)
Stadium pemunculan ditandai dengan pemunculan kotiledon dari
permukaan tanah tempat biji kedelai ditanam. Sebelum kotoledon mucul,
terjadi perkecambahan biji di dalam tanah, yang didukung oleh kondisi
tanah yang lembap dan tersedianya cukup oksigen akan menghambat
proses perkecambahan. Suhu yang ideal bagi perkecambahan benih
kedelai berkisar antara 20oC – 30o (Setijo, 2003:31).
b. Stadium Kotiledon (Vc)
Stadium kotiledon ditandai dengan berkembangnya daun unifoliat yang
berasal dari satu node, hingga tepi-tepi daun tidak saling meyentuh. Pada
stadium ini, penangkar dapat memperhatikan warna hipokotil atau batang
muda yang keluar dari benih tanaman (Setijo, 2003:31).
c. Stadium Kotiledon (Vc)
Stadium ini ditandai dengan terurainya daun pertama yang berasal dari
buku unifoliat secara penuh. Penangkar dapat mengamati ruas pertama
antara keping biji yang masih menempel pada batang dan letak daun
pertama (Setijo, 2003:31).
d. Stadium Buku Kedua (V2)
Stadium ini ditandai dengan mekarnya daun ketiga pertama (trifoliat) pada
buku diatas buku unifoliat secara penuh (Setijo, 2003:31).
e. Stadium Buku Ketiga (V3)
Stadium ini ditandai dengan mekarnya daun bertiga kedua pada buku
ketiga batang utama atau pada buku kedua tempat pijak trifoliat pertama.
Pada stadium ini, penangkar dapat mengamati bentuk dan bulu daun
tanaman (32).

Stadium buku keempat (V4), kelima (V5), dan keenam (V6) adalah
stadium pertumbuhan daun selanjutnya, atas dasar buku unifoliat.
2.6 Pedoman Budidaya Tanaman Kedelai

Kedelai cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian 10 m – 800 m dpl.


kedelai ditanam di sawah pada musim hujan setelah padi, sedangkan dilahan
kering (tegalan) kedelai umumnya ditanam dimusim hujan(Martodireso, 2001).

2.6.1 Persiapan benih

Penggunaan benih kedelai bermutu merupakan kunci utama dalam


memperoleh hasil yang tinggi. Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan
populasi optimal harus menggunakan benih yang bermutu tinggi(Martodireso,
2001). Sifat-sifat benih kedelai yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut:

- Daya kecambah tinggi yaitu 80%


- Mempunyai vigor yang baik (benih tumbuh serentak cepat dan sehat)
- Murni, bersih, sehat, tidak keriput, atau luka bekas serangga
- Benih baru

2.6.2 Penyolahan tanah


Tanaman kedelai sangat peka terhadap kandungan air sehingga harus
memperhatikan daerah tanam dan macam lahan yang di tanam. Pengolahan tanah
sebelum tanam kedelai dapat dilakukan, tergantung dari tipe lahan, kandungan air
tanah, untuk lahan kering dengan keadaan areal tanpa pengairan di musim
kemarau yang terik harus diadakan pengolahan tanah.
Tanah tegalan yang bertekstur berat pada awal musim penghujan seperti
grumosol pengolahan tanah harus dilakukan. Untuk lahan kering dengan tanah
podsolik pengolahan tanah tidak boleh sering dilakukan.
Lahan tanah bekas tanaman padi tidak perlu melakukan pengolahan tanah.
Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur sehingga
kejenuhan alluminium dapat diturunkan, pH tanah dapat dinaikkkan dan ini erat
kaitannya dengan tingkat efisiensi serapan hara oleh tanaman.
Tinggi rendahnya tempat suatu tanaman yang di usahakan sangat erat
hubungannya dengan proses metabolisme. Kedelai dapat tumbuh baik sampai
ketinggian 1500 m (dpl) tetapi yang paling baik sampai 650 m dpl, karena
berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai
menjadi semakin panjang (Martodireso, 2001).

2.6.3 Waktu Tanam


Pemilihan waktu tanam yang tepat untuk masing-masing daerah amat
penting,karna berhubungan erat dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan
menghindari resiko kebanjiran terutama pada saat tanamanm masih muda selain
itu juga untuk menekan atau menghindari berkembangnya populasi hama atau
penyakit.waktu tanam yang tepat sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah
lain (Martodireso, 2001).

2.6.4 Penanaman
Pada saat tanam tiba, hendaknya tanah cukup lembab agar benih cepat
tumbuh. Cara penanaman dapat berbeda beda tergantung dari alat yang
digunakan, tekhnik penanaman harus berpedoman dengan:
- Jarak tanam harus teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam sehingga
memudahkan pemeliharaan.
- Dalamnya penanaman. Benih kedelai ditanam sedalam 2-4cm agar dapat
cepat berkecambah dan tanaman dapat tumbuh kokoh.
Cara penanaman tanaman kedelai:
- Tanam dengan tugal
- Tanam dengan bajak
- Tanam sebar
- Tanam dengan mesin penanam (Martodireso, 2001).

2.6.5 Pemupukan
Untuk produksi yang tinggi dianjurkan memupuk sebagai berikut:
a. Pupuk dasar
Diberikan pada saat tanam atau sehari sebelum tanam, Dosisnya yaitu
24,5-48,9 kg urea, 97,8kg TSP dan 49,9kg Kcl per hektar
b. Pupuk susulan 1
Diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam( menjelang
tanaman berbunga) dosisnya hanya urea saja sebanyak 48,9kg per hektar
(Martodireso, 2001).

2.6.6 Pasca panen


Tahap-tahap penanganan pascapanen kedelai meliputi kegiatan berikut:
1. Pemanenan
a. Penentuan umur panen dan cara panen
Umur panesn kedelai sangat bervariasi tergantung pada faktor variestas
dan lingkungan. Cara panen dilakukan memotong pangkal, menggunakan
sabit tajam atau bergerigi agar dapat diterapkan pada kondisi lapang yang
kering ataupun basah (Rahmat, 1996:74).
b. Pengumpulan hasil panen
Hasil pemotongan dalam bentuk brangkasan harus segera dikumpulkan
pada suatu tempat dan dipisahkan menurut tingkat kematangan polong.
Dari tempat pengumpulan sementara ini, selanjutnya hasil panen diangkut
ketempat penjemuran dengan alat bantu karung atau bakul (Rahmat,
1996:74).
2. Pengeringan
Tujuan utama pengeringan adalah untuk mengeluarkan sebagian air dari
biji sampai batas aman untuk disimpan atau memudahkan penanganan
selanjutnya. Tatalaksana pengeringan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Penjemuran
Penjemuran dilakukan dibawah terik matahari dengan cara dihamparkan di
atas lantai semen atau menggunakan alas dari anyaman bambu maupun
lembar plastik. Cara penjemuran adalah:
- Hamparkan brangkasan kedelai di atas alas setebal ± 20 cm.
- Lakukan pembalikan brangkasan setiap 2 jam sekali.
- Lanjutkan penjemuran sampai kadar air biji ± 17% bb (basis bawah)
yang ditandai polong sangat mudah pecah bila ditekan dengan jari.
Lamanya penjemuran pada cuaca baik sekitar 1 – 2 hari (Rahmat,
1996:75).
b. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan dilakukan dengan alat atau mesin pengering.
Pengeringan brangkasan kedelai biasanya pada kondisi suhu maksimum
60oC. Pengeringan buatan dapat dilakukan sebagai pengganti penjemuran,
terutama pada saat musim hujan (Rahmat, 1996:75).

2.8 Pemeliharaan Tanaman

Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan mulsa


berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat penanaman benih
dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm. Satu minggu setelah penanaman, dilakukan
kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang
mati atau tidak tumbuh. Keterlambatan penyulaman akan mengakibatkan tingkat
pertumbuhan tanaman yang jauh berbeda. Tanaman kedelai sangat memerlukan
air saat perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20
hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari). Pengairan
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan
menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit. Kelebihan air dibuang
melalui saluran pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau
bahkan kekeringan. Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam,
dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan
kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman
kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang
tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan pula
penggemburan tanah. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak perakaran tanaman. Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman
berumur 20 – 30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan
pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk yang digunakan berupa Urea sebanyak
50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai,
selanjutnya ditutup dengan tanah. Bagi kedelai, pupuk susulan yang digunakan
adalah Urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg/ha. Untuk
meningkatkan hasil produksi kedelai, dapat digunakan pula ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh) dan PPC (Pupuk Pelengkap Cair). Dosis yang digunakan disesuaikan
dengan dosis anjuran (Aep, 2006).

2.9 Hama

Berikut adalah hama-hama yang terdapat di lahan kedelai dan upaya


pengendaliannya : (Aep, 2006)

a. Aphis spp. (Aphis glycine)


Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang
bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soybean
Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa
pertumbuhan bunga dan polong. Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian : (1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah
tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman
inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2)
membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya; (3)
menggunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) penyemprotan
insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.
b. Melano Agromyza phaseoli
Ukuran kecil sekali (1,5 mm) Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk
ke dalam batang memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur.
Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.
Pengendalian :
(1) Waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada
bulan-bulan kering);
(2) Penyemprotan Agrothion 50 EC,Sumithoin 50 EC, Suprecide 25 EC.
c. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun.
Gejala : larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda,
bahkan seluruh tanaman. Pengendalian : penyemprotan, Diazinon 60 EC,
dan Agrothion 50 EC.
d. Cantalan (Epilachana soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun
dan merusak bunga. Pengendalian : sama dengan terhadap kumbang daun
tembukur.
e. Ulat polong (Etiela zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah
menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.
Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong
bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan
kotorannya.
Pengendalian :
(1) Kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum
ulat berkembang biak;
(2) Penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
f. Kepala polong (Riptortus linearis)
Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa. Pengendalian :
penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian
setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah
benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida
Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha.
Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
h. Kepik hijau (Nezara viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6
hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam
bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke
polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga
dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala : polong dan biji mengempis serta
kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat. Pengendalian
: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.
i. Ulat grayak (Prodenia litura)
Serangan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu
berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di
permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir. Gejala :
kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan
berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian: (1) dengan cara sanitasi;
(2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman)
beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC
dan Basudin 50 EC.

2.10 Penyakit

Berikut adalah macam-macam penyakit yang terdapat di lahan kedelai dan


upaya pengendaliannya : (Aep, 2006).

a. Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)


Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman
berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: layu
mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat.
Pengendalian: (1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan
layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan
dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut.
Pemberantasan: belum ada.
b. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan
tanaman berjarak tanam pendek. Gejala: daun sedikit demi sedikit layu,
menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian: (1) varietas
yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu; (2)
menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
c. Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)
Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui
singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat. Gejala: bunga, buah
dan daun mengecil. Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau
Tokuthion 500 EC.
d. Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum glycine Mori)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan
perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup
lembab. Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun
yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi
kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian: (1) perhatikan
pola pergiliran tanam yang tepat; (2) penyemprotan Antracol 70 WP,
Dithane M 45, Copper Sandoz.
e. Penyaklit karat (Cendawan Phachyrizi phakospora)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang
menerbangkan dan menyebarkan spora. Gejala: daun tampak bercak dan
bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap
penyakit; (2) menyemprotkan Dithane M 45.
f. Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Penyakit ini menyerang daun. Gejala: permukaan daun bercak-bercak
menembus ke bawah. Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
g. Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium sp.)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala: batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian
membusuk dan mati. Pengendalian: (1) memperbaiki drainase lahan; (2)
menyemprotkan Dithane M 45.
h. Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus
ini adalah Aphis glycine (sejenis kutu daun). Gejala: perkembangan dan
pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian:
(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus;
(2) menyemprotkan Tokuthion 500 EC.
i. Fusarium Root Rot
Penyakit ini menyerang pada akar tanaman

2.11 Panen
2.11.1 Ciri Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah
warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah
kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang
terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering,
sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.
Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari
cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-
110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan,
kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100
hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar
kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
2.11.2 Cara Panen
- Pemungutan Dengan Cara Dicabut
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu.
Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara
pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan
dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan
harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah
sekali rontok bila tersentuh tangan.
- Pemungutan Dengan Cara Dipotong
Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup
tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping
itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan
cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan.
Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah,
karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan banyak senyawa
nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang
keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan
memotong akan lebih cepat.
- Periode Panen
Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah
yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya
dilakukan secara bertahap, beberapa kali.

2.12 Pasca Panen


2.12.1 Pengumpulan Dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera
dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu,
atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong
kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai
kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan
berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan
banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji
masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan
polong sudah cukup kering.
Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah.
Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan
dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air
10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00
hingga 12.00 siang.

2.12.2 Penyortiran Dan Penggolongan

Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan.


Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara
langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul
dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.
Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian
ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput
dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya
9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan
atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan
diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

2.12.3 Penyimpanan Dan Pengemasan


Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu
cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-
karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak
langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu
lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar
9-11 %.
2.12 Prospek
Kedelai memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan secara
komersial. Kedelai merupakan komoditas bahan baku industri pengolahan susu
kedelai, tahu dan tempe yang sekarang menjadi makanan rakyat yang sangat
populer, serta produk industri hasil olahan lainnya. Pertumbuhan permintaan
kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi
oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan impor dalam jumlah yang
cukup besar.
Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor
cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim
yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang
cukup terampil dalam usahatani. uktur, serta pengaturan tata niaga dan insentif
usaha.
Untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, dengan sasaran peningkatan
produksi 15% per tahun, sasaran produksi 60% dicapai pada tahun 2009. dan
swasembada baru tercapai pada tahun 2015. Untuk mendukung upaya khusus
peningkatan produksi kedelai tersebut diperlukan investasi sebesar Rp. 5,09
trilyun (2005-2009) dan 16,19 trilyun (2010-2025). Dalam periode yang sama,
investasi swasta diperkirakan masing-masing sebesar Rp. 0,68 trilyun dan Rp.
2,45 triliun.
Kedelai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein murah bagi
masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk maka permintaan akan kedelai semakin
meningkat. Pada tahun 1998 konsumsi per kapita baru 9 kg/tahun, kini naik
menjadi 10 kg/th. Dengan konsumsi perkapita rata-rata 10 kg/tahun maka dengan
jumlah penduduk 220 juta dibutuhkan 2 juta ton lebih per tahun. Untuk itu
diperlukan program khusus peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Produksi
kedelai pernah mencapai 1,86 juta pada tahun 1992 (tertinggi) kemudian turun
terus hingga kini 2007, hanya 0,6 juta ton.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perkiraan analisis budidaya tanaman kedelai permusim panen dengan


luaslahan 1 hektar
3.2 Tabel perkiraan analisis produksi “Ampas Tahu Nugget Keju”

Harga jual : Rp. 15.000,-

Jumlah produksi : 360 pack

Hasil penjualan : 360 Rp. 15.000 = Rp. 5.400.000,-

Keuntungan = (Hasilpenjualan – BiayaProduksi)

= Rp. 5.400.000 – Rp. 3.003.080

= Rp. 2.396.920,-
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kedelai atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman jenis polong-
polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan seperti kecap, tahu,
dantempe.Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein
dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asamfitat)
dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi pangan fungsional sehingga
dijadikan prospek bisnis yang menjanjikan dibidang kuliner.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Lukas. 2007. Sehat Berdasarkan Tekanan Darah. Jakarta : Agromedia


Pustaka

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya.

Aep,W.I. (2006) Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Ampnir, Maria Lowisa. 2011. Inventarisasi Jenis-jenis Hama Utama dan


Ketahanan Biologi pada Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril)
di Kebun Percobaan Manggoapi Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian
dan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Papua: Manokwari.
Astuti, M., Meliala, Andreanyta., Fabien, Dalais., Wahlq, Mark. 2000. Tempe, a
Nutritious and Healthy Food from Indonesian. Asia Pasific J Clin Nurt
(2000).

Badan Pusat Statistik (BPS) diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada


tanggal 2 Desember 2018 pada jam 09.00 WIB.
Damardjati, Dj. S., Marwoto, D. K. S. Swastika, D. M. Arsyad, Y. Hilman 2005.
Lamina. 1989. Bertanam Kedelai. Yasaguna: Jakarta.
Martodireso, Sudadi. 2001. Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Pertanian
Organik. Yogyakarta : Kanisius.

Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.


Pitojo, Setijo. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta: Kanisius

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang

Rukmana Rahmat, 1996.Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Jakarta : kannisius


Rukmana, R. dan Yuniarsih, Y. 1996. Budidaya dan Pasca Panen Kedelai.
Kanisius: Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1996. KEDELAI, Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta:
Kanisius.

Sugiarto, Agung dan Tinton D. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta :
Agromedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai