SKRIPSI
YULI NURRAINI
0706265932
DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
JULI 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
YULI NURRAINI
0706265932
DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
JULI 2011
Assalamualaikum Wr.Wb
iv
Penulis
Kata Kunci :
Biblografi : 29 (1972-2008)
vii
Major : Geography
Garbage Dump (GD) of Cipayung Depok which is located at the the Village of
Cipayung, district is dump of garbage coming from the City of Depok. Garbage
Dump of cipayung operates with control landfill so that it is potential to pollute
the surrounding shallow ground water. his study aims to determine the spatial
pattern of shallow ground water quality with TDS parameter, DHL, nitrate (NO3),
ammonia (NH3 -N) and phosphate (PO4)-3 around the landfill, and explains the
differences and similarities shallow ground water quality based on the time it did
n rain and not rain, distance from the landfill, land use, soil types and rock types
of research areas. In this study, measurement of water quality determination of the
33 points taken using systematic random sampling technique, with coverage limits
up to 500 meters from the center of the landfill. The results showed that the
quality of ground water for nitrate and phosphate concentrations above the
standard quality or contaminated. Spatial patterns of soil water quality parameters
for each pattern is not random or uniform when the rain and wet conditions did
not exist and is not influenced by the distance from the landfill, soil types, rock
types and land use.
Keywords:
viii
ABSTRAK…………………………………………………………………….…vii
LAMPIRAN……………………………………………………………………xviii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..............1
ix
5.1 Hasil………………………………………………………………………….43
xi
5.2 Pembahasan………………………………………………………………...64
xii
xiii
Halaman
xiv
Halaman
Gambar 2.3 Hubungan Antara Intensitas Hujan, Air Permukaan, dan Airtana 18
Gambar 3.2 Alat Multiparameter Ion Spesific meter for Environmental dan
Sampel Air Hasil Pengujian ……………………………………..28
Gambar 5.1 Sumur Gali (sampel A10: kiri, sampel D1:kanan) ……………....46
Gambar 5.2 Sumur Gali (sampel A2: kiri, sampel B3:kanan) ………………..47
Gambar 5.3 (a) Titik Sampel Kolam Lindi, (b) Kolam Lindi Baru (2008), dan
(c) Kolam Lindi Lama (2000)……………………………………50
Gambar 5.4 Nilai Konsentrasi TDS Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan …………………………………………………………….51
Gambar 5.5 Nilai Konsentrasi DHL Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan …………………………………………………………….54
Gambar 5.6 Nilai Konsentrasi Nitrat Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan …………………………………………………………….55
Gambar 5.7 Nilai Konsentrasi Amoniak Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan ……………………………………………………….........58
Gambar 5.8 Nilai Konsentrasi Fosfat Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan …………………………………………………………….61
Gambar 5.9 Hubungan Antara Nilai TDS Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan dengan Jarak dari TPA …………………………………...67
xv
Gambar 5.10 Hubungan Antara Nilai DHL Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan dengan Jarak dari TPA ……………………………………68
Gambar 5.11 Hubungan Antara Nilai Nitrat Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan dengan Jarak dari TPA …………………..………...............71
Gambar 5.12 Hubungan Antara Nilai Amoniak Pada Waktu Tidak Hujan dan
Waktu Hujan dengan Jarak dari TPA ……………………………74
Gambar 5.13 Hubungan Antara Nilai Fosfat Pada Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan dengan Jarak dari TPA …………………………………….77
xvi
xvii
xviii
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
airtanah yang dipengaruhi oleh kondisi hidrogeologi. Sejauh mana pergerakan zat
pencemar tersebut dapat dilihat dari faktor jarak dari sumber pencemar, Dengan
kondisi demikian dimana air merupakan sumber utama dalam kehidupan dan
sebagian besar masyarakat sekitar TPA masih menggunakan airtanah dangkal
yang rentan akan terjadinya proses pencemaran akibat sampah tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian adalah
1. Bagaimana pola spasial kualitas airtanah dangkal di sekitar TPA Cipayung
Depok?
2. Apakah pola spasial kualitas airtanah dangkal yang terbentuk dipengaruhi
oleh penggunaan tanah, jenis bantuan, jenis tanah, dan jarak ke TPA?
1. Airtanah dangkal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah airtanah yang
terdapat di dalam akuifer (wilayah jenuh air) yang tidak tertutup oleh
lapisan kedap air dan kedalamannya kurang dari 30 meter dari permukaan
tanah.
2. Kedalaman muka airtanah adalah kedalaman untuk mencapai muka
airtanah.
3. Sampel airtanah yang diambil dalam penelitian ini adalah airtanah dangkal
yang berasal dari sumur gali penduduk, aliran sungai, dan kolam lindi.
4. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian sebanyak 33 buah, yang
terdiri dari air sumur gali, aliran sungai, dan kolam lindi TPA.
5. Pengambilan sampel air dilakukan dua kali yaitu pada waktu hujan dan
waktu tidak hujan.
Universitas Indonesia
6. Waktu hujan adalah saat terjadi hujan selama tiga hari berturut-turut dan
waktu tidak hujan adalah saat tidak terjadi hujan selama tiga hari berturut-
turut.
7. Baku mutu kualitas air berdasarkan baku mutu yang dikeluarkan oleh
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No.82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
8. Parameter kualitas yang diukur yaitu TDS (Total Dissolved Solid/Jumlah
Pedatan Terlarut), DHL (Daya Hantar Listirk), Amoniak (NH3-N), Nitrat
(NO 3) dan fosfat (PO4)-3 ,
9. Jarak dari TPA adalah jarak dari sumur sampel ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir)
10. Klasifikasi penggunaan tanah pada skla 1:10.000 yang digunakan adalah
klasifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional
Universitas Indonesia
6 Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
7
Universitas Indonesia
Keuntungan cara open dumping ini adalah operasi sangat mudah, biaya
operasi dan perawatan serta biaya investasi TPA relatif murah.
Kerugiannya adalah timbulnya lindi sehingga menimbulkan pencemaran
airtanah, mendorong timbulnya sarang-sarang vektor penyakit dan
mengurangi estetika lingkungan. Pemusnahan sampah dengan sistem open
dumping ini secara bertahap ditinggalkan.
2) Incineration (Pembakaran)
Pemusnahan sampah dengan cara pembakaran merupakan cara yang telah
lama dikenal sejak dahulu hingga kini. Cara ini dilakukan masyarakat
pedesaan, yaitu dengan cara membakar sampah yang sudah kering. Cara
pembakaran ini tentu saja dapat menimbulkan asap dan debu yang dapat
bertebrangan ke mana saja dan berpotensi sebagai penyebab munculnya
penyakit saluran pernafasan apabila sering dilakukan.
Keuntungan pemusnahan sampah dengan menggunakan incinerator adalah
tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak tergantung cuaca dan aman
serta mampu mengurangi volume sampah hingga kurang lebih 90%.
Sedangkan kekurangan sistem ini adalah membutuhkan biaya tinggi dan
mempunyai potensi pencemaran udara.
3) Composing
Cara pembuangan sampah dengan cara mengolahnya menjadi kompos.
Sampah yang diubah menjadi kompos adalah sampah organik yang dapat
terurai. Sampah ditempatkan pada suatu galian tanah dan dibiarkan agar
terjadi proses aerobik atau proses dekomposisi. Dalam pelaksanaannya
cara komposing ini mempunyai kendala antara lain; pemasaran dan jumlah
sampah, di mana timbunan sampah minimum 20 sampai 30 ton perhari.
Kelebihan sistem composing adalah lebih dari 50% sampah dapat
dimanfaat dan luas lahan TPA yang dibutuhkan kecil. Kekurangan sistem
composing ini adalah bila diterapkan dengan menggunakan sistem
mekanis di mana dibutuhkan biaya tinggi.
4) Pembuangan dengan cara Landfill
Cara pembungan sampah pada suatu lahan terbuka yang dilakukan secara
berlapis-lapis dengan ketebalan tertentu. Setiap lapisan sampah ditutup
Universitas Indonesia
dengan lapisan tanah dan diupayakan agar setiap akhir hari kerja sampah
telah ditutupi tanah.
Metode pembuangan Landfill, dalam pelaksanaanya mempunyai kendala
antara lain ;
- Ketersediaan tanah penutup
- Pengerjaan harus hati-hati
- Timbunan sampah minimum 15 sampai dengan 60 ton perhari tetapi
dapat mencapai 300 ton perhari bila energi dimanfaatkan.
- Memerlukan sistem pengangkutan yang sesuai.
Suatu alat yang sangat penting berkaitan dengan lingkungan pada saat
pembuangan dan pengoperasikan TPA adalah terbentuknya cairan yang
mengandung bahan pencemar dengan terbentuknya cairan yang mengandung
bahan pencemar dengan konsentrasi tinggi disebut leachate (lindi). Lindi ini
terbentuk pada saat air menembus melalui timbunan sampah yang mengalami
proses dekomposisi. Masuknya lindi ke dalam perairan baik, air sungai maupun
airtanah akan dengan segera menyababkan turunya kualitas air tersebut.
Sumber air yang memicu timbulnya lindi berasal umumnya dari rembesan
air hujan ke dalam timbunan sampah atau airtanah yang tinggi disamping cairan
yang terkandung dalam sampah. Pada saat air menembus dalam timbunan sampah
akan terjadi reaksi dengan sampah baik secara kimiawi maupun biologis. Proses
biologis akan berlangsung secara terus menerus di dalam timbunan sampah
sampai jangka waktu yang panjang tergantung pada tahap penguraian yang ada
dan ketersediaan oksigen. Hasil dari proses kimia maupun biologis tersebut akan
menambah kandungan zat pencemar dalam air yang dilaluinya.
Universitas Indonesia
Tujuan dan fungsi dari pengolahan lindi di TPA adalah untuk mengolah
lindi yang telah terkumpul sehingga dapat dibuang secara aman ke dalam air
penerima dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap sekitarnya baik sungai
maupun airtanah.
a. Air yang jatuh di atas tumpukan sampah pada saat operasi TPA
b. Air yang mengalir ke dalam TPA dari sekelilingnya.
c. Air yang terkandung dalam sampah.
d. Remebesan air melalui lapisan tanah penutup
e. Air yang menembus melalui dinding TPA
f. Air yang mengalir ke dalam timbunan sampah dari airtanah
2.4 Airtanah
Universitas Indonesia
tanah dalam arah vertikal dan horizontal harus di masukkan dalam pertimbangan.
Zona geologi yang sangat mempengaruhi airtanah dan strukturnya dalam arti
kemampuannya untuk menyimpan dan menghasilkan airtanah harus didefinisikan.
Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi menyediakan air pada zona bawah
tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan melakukan distribusi dan
mempengaruhi gerakan airtanah, sehingga peranan geologi terhadap airtanah tidak
dapat diabaikan (Soemarto, 1995).
Airtanah terdiri dari airtanah dangkal, airtanah dalam, dan mata air.
Airtanah dapat ditemukan pada aquifer dengan pergerakan yang lambat. Hal ini
yang akan menyebabkan airtanah untuk sulit pulih jika telah terjadi pencemaran.
Klasifikasi airtanah dangkal yaitu;
a. Airtanah Dangkal
Yaitu air yang terdapat diatas lapisan kedap air pertama. Airtanah
dangkal sangat rentan terhadap pencemaran. Daerah yang memiliki jumlah
penduduk yang banyak, biasanya memiliki kondisi airtanah yang telah
tercemar oleh limbah domestik (septic tank, saluran irigasi). Sedangkan
daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang rendah kondisi kualitas air
relatifcukup baik.
Airtanah dangkal terjadi karena adanya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, sehingga airtanah akan jernih
tetapi banyak mengandung zat-zat kimia karena air tersebut selama dalam
perjalanannya melewati lapisan tanah yang mengandung unsur-unsur kimia
tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
Lapisan tanah berfungsi sebagai penyaring. Disamping
penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada
muka air yang dengan muka tanah. Air akan terkumpul pada lapisan rapat
air, berkumpulnya air ini merupakan airtanah dangkal dimana air dapat
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Universitas Indonesia
b. Airtanah Dalam
Airtanah dalam merupakan air yang terdapat dibawah lapisan
kedap air (aquifer) pertama. Airtanah ini mempunyai sifat yang
berlawanan dengan airtanah dangkal dimana fluktuasinya relatif kecil.
Kualitasa air tidak tergantung pada kegiatan lingkungan diatasnya.
Pengambilan airtanah dalam tidak semudah pada airtanah dangkal.
Dalam hal ini menggunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya
hingga kedalaman tertentu (100-300 meter). Kualitas dari airtanah dalam
pada umumnya lebih baik daripada airtanah dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.
c. Mata air
Mata air adalah airtanah yang keluar dengan sendirinya
kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kuantitas dan kualitas sama dengan airtanah
dalam. Selain itu, gaya gravitasi juga mempengaruhi aliran airtanah
menuju ke laut. Tetapi, dalam perjalannnya airtanah juga mengikuti
lapisan geologi yang berkelok sesuai jalur aquifer dimana airtanah tersebut
itu berada. Bila terjadi patahan geologi di dekat permukaan tanah, maka
aliran airtanah tersebut akan muncul ke permukaan bumi. Sebagai
tumpahan airtanah alami yang pada umumnya berkualitas baik, maka mata
air dijadikan pilihan sumber air bersih yang dicari-cari dan diperebutkan
oleh penduduk kota (Asdak, 2004).
Universitas Indonesia
Airtanah mengalir dari daerah yang memiliki tekanan lebih tinggi menuju
ke daerah yang memiliki tekanan lebih rendah dan dengan akhir perjalanannya
menuju ke laut atau sungai.
Sumber : ga.water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.htm
a.water.usgs.gov/edu/earthgwdecline.html
Universitas Indonesia
kering. Air bebas bergerak karena gaya gravitasi dan ikatan air karena potensial
matriks. Apabila tanah yang kering terkena hujan, kandungan lengas tanah di
lapisan permukaan meningkat mencapai kapasitas lapangan, kemudian airtanah
bergerak kelapisan yang lebih dalam. Air juga bergerak kesemua arah, di atas
kapasitas lapang perkolasi bergerak lambat melalui pori berukuran 10-50 µm dan
pengatusan terjadi dengan cepat melalui pori berukuran > 50 µm.
2.6.1 Akuifer
Universitas Indonesia
Sumber : www.douglas.co.us/water/images/Denver_Basin_A
Universitas Indonesia
2.6.3 Topografi
Topografi (lereng) merupakan variabel dari permukaan bumi yang
berperan sebagai pengontrol polutan yang mangalir (runoff) atau
menggenang, yang memberikan cukup waktu untuk terjadi infiltrasi (Mato,
2002). Lereng yang cukup datar, memungkinkan terjadi pencemaran
menjadi besar karena air lama berada di atas tanah serta memungkinkan
untuk terjadi penyerapan yang lebih banyak (infiltrasi > run off). Kondisi ini
akan berbalik pada lereng yang cukup terjal, run off yang terjadi akan lebih
besar daripada infiltrasinya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Hubungan antara intensitas hujan, air permukaan dan airtanah
Universitas Indonesia
Sumber : https:/.../images/Issue36/water_e_l.gif
Universitas Indonesia
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan
dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis.
Parameter fisik menyatakan kondisi air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara visual atau kasat mata. Parameter fisik adalah kekeruahan,
kandungan partikel atau padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.
Parameter kimia menyatakan kandungan unsur atau senyawa kimia dalam air,
seperti kandungan oksigen, bahan organik (BOD, COD, TOC), mineral atau
logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter
mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, sperti bakteri,
virus, dan mikroba pathogen lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran atau
pengujian airtanah dangkal dapat dinyatakan kondisi baik atau tercemar. Sebagai
acuan dalam kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Masduqi, 2007).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada suhu air. Pergerakan ion terlarut, konsentrasi, dan valensi akan
mempengaruhi daya hantar listrik suatu larutan. Larutan yang
mengandung ion-ion akan menghantar listrik. Pada umumnya asam, basa,
dan garam-garam anorganik merupakan pengantar listrik yang baik.
Sebaliknya senyawa-senyawa organik yang tidak terionisasi dalam larutan
merupakan pengantar listrik yang lemah (Purwanti, dkk, 2006).
2.11.2 Nitrat (NO 3)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
METODE PENELITIAN
JARAK PENGGUNA
MERESAP AN TANAH HUJAN TIDAK
KE HUJAN
AKUIFER
KONDISI
HIDROGEO
Kedalaman
muka airtanah Parameter
Ketinggian Menyebar
muka kedalam Kualitas air
Ketinggian airtanah airtanah (TDS, DHL,
NH3-N, NO 3,
Jenis Batuan (PO 4)-3 )
Jenis Tanah
Pola Spasial Kualitas Airtanah
Dangkal di Sekitar TPA Cipayung
24
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
25
Universitas Indonesia
3.3.1 Peralatan
Universitas Indonesia
a. Jarak 100 meter, jumlah titik sampel yang diambil adalah 13 titik
b. Jarak 200 meter, jumlah titik sampel yang diambil adalah 8 titik
c. Jarak 300 meter, jumlah titik sampel yang diambil adalah 6 titik
d. Jarak 400 meter, jumlah titik sampel yang diambil adalah 3 titik
e. Jarak 500 meter, jumlah titik sampel yang diambil adalah 3 tiitik
Universitas Indonesia
b. Melakukan
ukan pengukuran kedalaman muka airtanah pada sumur, dan
mencatat hasil pengukuran pada tabel isian survei.
a. Menyiapkan
kan alat yang digunakan dalam pengujian yaitu TDS meter,
DHL meter, dan Multiparameter Ion Specific Meter for Environmental
Testing
Sumber : Pengukuran
Peng Laboratorium, 2011
Data yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi data survey lapang
(primer) dan data yang diperoleh dari instansti dan studi kepustakaan (sekunder).
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi, yaitu Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas
Di nas Kesehatan, Balai Penelitian Tanah,
Bakosurtanal, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Dinas Kebersihan dan
Universitas Indonesia
Pertanaman, TPA Cipayung Depok, Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
yaitu ;
4. Jenis Batuan diperoleh dari Peta Geologi lembar 1209-4 Jakarta dan
1209-1 Bogor skala 1:100.000
5. Jenis Tanah diperoleh dari peta tanah Kabupaten Bogor skala 1:100.000
keluaran Balai Penelitian Tanah Tahun 1990.
7. Curah Hujan data curah hujan daerah penelitian diperoleh dari stasiun
pengamatan curah hujan Kota Depok yang berasal dari Dinas Bina Marga
dan Sumber Daya Air.
8. Jarak sumur gali dari TPA Cipayung didapatkan dari pengukuran jarak
rata- rata antara titik sampel dengan TPA menggunakan software Arc.Gis
9.3 yaitu menggunakan Generate Near Tabel.
Universitas Indonesia
10. Penentuan lokasi titik sampel di sekitar TPA Cipayung yaitu Kelurahan
Pasir Putih dan Kelurahan Cipayung dalam jangkauan hingga 500 meter
sebanyak 33 sampel
11. Administrasi daerah penelitian diperoleh dari peta rupabumi Kota Depok
Skala 1:10.000 yang berasal dari BAPPEDA Kota Depok tahun 2009.
Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini, baik tabular maupun
spasial dibuat dan diolah dengan sisitem database berbasis sistem Informasi
Geografi (SIG) dengan memanfaatkan software Arc.view 3.3 dan Arc.Gis 9.3.
Tahapan pengolahan data berasal dari data primer dan data sekunder akan
menghasilkan :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keterangan :
Universitas Indonesia
Dimana ;
r = koefisien korelasi
N = jumlah sampel
x = variabel bebas
y = variabel terikat
korelasi ini mempunyai nilai antara -1, 0, dan +1. Tanda + (plus)
atau – (min) adalah penanda arah dari hubungan variabel tersebut. Jika
tandanya + (plus) maka hubungannya searah, artinya semakin tinggi nilai
x semakin tinggi juga nilai y. Sedangkan jika tandanya – (min) maka
hubungannya dua arah, artinya semakin tinggi nilai x maka nilai y
semakin rendah. Parameter untuk menyatakan besar kecilnya korelasi
adalah sebagai berikut;
r= 0,80 – 1,00 hubungan sangat kuat
0,60 – 0,80 hubungan kuat
0,40 – 0,60 hubungan sedang
0,20 – 0,40 hubungan lemah
0,00 – 0,20 hubungan sangat lemah
Universitas Indonesia
35 Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
36
4.2 Ketinggian
Universitas Indonesia
Secara umum kondisi iklim daerah penelitian adalah beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh iklim muson, musim kemarau antara bulan April - September
dan musim hujan antara bulan Oktober – Maret. Pada stasiun pengamatan curah
hujan yang terdapat di Pancoran Mas besar curah hujan bulanan pada waktu
Januari – April 2011 berkisar antara 96 – 212 mm/bulan, curah hujan tertinggi
terdapat pada bulan April sebesar 212 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 14
hari. Sedangkan untuk curah hujan tahunan yang diperoleh pada waktu 2010
sebesar 3160 mm/tahun.
4.4 Hidrologi
Kondisi hidrologi daerah penelitian dibedakan menjadi dua bagian yaitu
hidrologi permukaan dan kondisi hidrogeologi yaitu :
Secara umum daerah penelitian dilalui oleh satu aliran permukaan yaitu
Kali Pesanggrahan yang menjadi pembatas administrasi antara Kelurahan
Cipayung dan Kelurahan Pasir Putih. Kali Pesanggrahan mengalir dari
Kabupaten Bagor melewati Kecamatan Cipayung dan Sawangan (Kelurahan
Cipayung dan Kelurahan Pasir Putih) yang kemudian masuk ke aliran
Cengkareng.
4.4.2 Hidrogeologi
Muka airtanah pada sistem akuifer tidak tertekan (< 30 meter), airtanah
pada sistem ini merupakan airtanah dangkal atau airtanah bebas. Airtanah
bebas kondisinya sangat dipengaruhi oleh curah hujan. pada musim kemarau
muka airtanah turun, sedangkan pada musim hujan cenderug naik, hal ini
dikarenakan terjadi pengisian kembali pada sistem akuifer tersebut. airtanah
Universitas Indonesia
4.5 Geologi
Endapan alluvial (Qa) yang berusia resent yang terdiri dari endapan
material lepas berukuran lempung, pasir, dan kerikil. Satuan ini bersifat lepas,
hasil erosi dan pelapukan, yang terdapat di sepanjang aliran sungai
Pesanggarahan. Selain itu juga terdapat jenis Formasi Bojongmanik.
Jenis tanah daerah penelitian terdiri lima jenis tanah yaitu Aluvium kelabu
yang merupakan jenis tanah yang mempunyai drainase terhambat karena memiliki
konduktivitas rendah dan daya menahan air (porositas) rendah sampai sangat
rendah. Latosol merah yang terbentuk dari tuf vulkan andesitik-basaltis tekstur
tanah yang halus, karekteristik kelas drainase tanah sedang karena tanah memiliki
kemampuan konduktivitas hidraulik sedang sampai agak rendah dan dapat
menahan air rendah, serta tanah basah dekat dengan permukaan. Asosiasi latosol
merah memiliki tektur tanah yang halus dengan drainase sedang terhambat. Jenis
tanah yang selanjutnya yang terdapat di daerah penelitian adalah asosisasi regosol
coklat yang berasal dari batuan kapur, tekstur tanah yang agak kasar dan halus,
dan kemampuan drainase yang cepat. Serta jenis regosol coklat yang memiliki
tekstur agak kasar dan memiliki kemampuan drainase yang cepat.
Universitas Indonesia
4 Tegalan 3,31
5 Campuran 33,21
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
>80
75 - 79
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
11 - 15
5 - 10
0-4
Dari gambar tersebut juga dapat terlihat bentuk dari piramida penduduk
ekspansif yaitu mengembang di bagian tengah dan mengecil di bagian atas yaitu
pada usis lebih dari 60 tahun. Jika dilihat dari kondisi saat survey lapang,
Kelurahan Cipayung cukup maju dengan banyak aktifitas perdagangan serta
kegiatan ekonomi yang berjalan dengan baik, dari tingkat kesejahteraan pun
terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kesejahteraan di Kelurahan Pasir
Putih Sawangan dengan kondisi rumah yang sudah permanen dan teratur.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Hasil
Jenis batuan di daerah penelitian terdiri dari alluvium (Qa), kipas alluvium
(Qav), dan formasi bojong manik (Tmb). Berdasarkan Tebel 5.1, jenis batuan
yang paling mendominasi di daerah penelitian adalah kipas alluvium dengan luas
59,42 Ha. Kipas alluvium merupakan jenis batuan yang tuf halus berpasir, tuf
pasiran, dan berselingan dengan tuf konglomerat. Pada peta 4 diperlihatkan
sebaran masing-masing jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian.
Total 97,76
Sumber: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung (1992-1993)
43
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
44
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
45
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
46
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
47
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
48
arah aliran airtanah ini maka akan dapat diketahui proses penyebaran zat
pencemar yang disebabkan oleh air.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
49
H : Hujan
Pada Tabel 5.3 diperlihatkan bahwa nilai konsentrasi TDS dan DHL pada
air lindi melebihi baku mutu dan nilai yang sangat tinggi tingkat pencemarnya.
Baik pengukuran waktu hujan dan tidak hujan, sedangkan untuk nilai konsentrasi
nitrat, amoniak, dan fosfat pada hasil pengukuran hujan dan tidak hujan masih
berada dibawah standar baku mutu kualitas air. Untuk parameter nitrat, amoniak,
dan fosfat memang merupakan senyawa yang sudah ada di alam bebas dan dapat
meningkat karena aktivitas manusia.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
50
(b)
(c ) (a)
Gambar 5.3 (a) Titik Sampel Kolam Lindi, (b) Kolam Lindi Baru (2008), dan (c)
Kolam Lindi Lama (2000)
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
51
400
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
52
Lokasi sampel A7, B4, B5, B8, C4, D2, dan D3 merupakan lokasi yang
termasuk kedalam wilayah yang memiliki nilai konsentrasi TDS sebesar 160
hingga 240 ppm, luas daerah ini sebesar 31,95 Ha atau 33% (lihat Tabel 5.5).
Lokasi ini mengelompok dibagian selatan dan timur TPA,.Sedangkan untuk
wilayah yang memiliki nilai TDS lebih dari 240 ppm terdapat pada lokasi A6
dan B7, lokasi ini merupakan lokasi yang sama pada lokasi yang memiliki
nilai yang tinggi pada waktu tidak hujan, yang berada dibagian selatan.
Pada waktu tidak hujan nilai konsentrasi nitrat lebih tinggi dibandingkan
pada hasil pengukuran waktu hujan. Saat tidak hujan tidak ada aliran air yang
mengalir ke dalam airtanah sehingga padatan terlarut tertimbun banyak di
dalam air. Nilai ukur TDS terendah pada waktu tidak hujan adalah sebesar
49,1 ppm terdapat pada sampel C5 yang berjarak kurang lebih 300 meter dari
TPA. Sementara nilai ukur TDS tertinggi adalah sebesar 323 ppm yaitu pada
titik sampel A6 yang berjarak 100 meter dari TPA.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
53
dengan jarak dari TPA berkisar antara 200 hingga 500 meter, klasifikasi ini
berada di sebelah Barat TPA Cipayung sebagian kecil wilayah selatan, dan
bagian utara yang searah dengan aliran sungai (lihat peta 13).
Wilayah yang memiliki nilai TDS 160 hingga 240 ppm terdapat sebanyak
4 lokasi sampel yaitu A7, B4, B5 dan B6, wilayah dengan klasifikasi ini
berada di sebalah timur, dan barat, dengan luas 22,57 Ha atau 23% dari
seluruh luas daerah penelitian, dengan jarak dari TPA berkisar 100 - 200
meter. Sedangkan untuk wilayah yang memiliki nilai TDS lebih dari 240 ppm
hanya terdapat 2 lokasi yaitu sampale A6 dan B7 dimana jarak dari TPA
berkisar antara 100 – 200 meter. Lokasi ini adalah lokasi yang terdekat dari
TPA Cipayung yaitu A6, dan lokasi B7 adalah lokasi yang dekat dengan
aliran sungai, dengan luas wilayah 0,98 Ha atau 10% dari luas keseluruhan.
Pada peta 8 dan peta 13 yang memperlihatkan sebaran nilai TDS pada
waktu hujan dan tidak hujan, menunjukkan bahwa tidak ada pola yang
seragam dalam pembentukan pola spasial apakah semakin jauh dengan TPA
nilai konsentrasi TDS berkurang.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
54
400
Tabel 5.6
5. Luas Klasifikasi Kualitas Air Parameter DHL
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
55
Wilayah dengan nilai DHL berkisar antara 200 hingga 300 µS memiliki
luas sebesar 39,77 Ha atau 41% dari luas adaerah penelitian, yang berada di
bagian timur
imur hingga bagian selatan,
elatan, lokasi sampel yang termasuk wilayah ini
adalah A7, B6, B8, E1, dan E2. Untuk wilayah dengan nilai DHL lebih dari
300 µS hanya terdapat 4 lokasi yaitu B4, B7, dan D 2. Wilayah pengaruh ini
mengelompok pada satu titik dengan luas 1,44 Ha atau 1% dari luas daerah
penelitian, Dengan demikian wilayah yang memiliki nilai DHL lebih dari 300
µS merupakan wilayah yang paling kecil pengaruhnya.
40
Nilai Nitrat (mg/l)
20 Batas
Baku
Mutu
0
A1 A2 A7 B1 B3 B5 B7 C1 C3 C5 D1 D3 E2
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
56
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
57
Hasil pengukuran nitrat pada waktu tidak hujan, wilayah dengan nilai
konsentrasi nitrat kurang dari 5 mg/l wilayah sebarannya berada di bagian
timur dan utara TPA Cipayung, serta sebagian kecil di bagian barat dan selatan.
Beberapa lokasi yang termasuk wilayah ini adalalah A1, A1’, A10, A7, B2, C1,
D2 dan B4, dengan luas daerah 46,01 Ha atau 47% dari lus daerah penelitian.
Wilayah ini merupakan wilayah yang memiliki luasan terbesar dari wilayah
yang lain. Daerah ini merupakan daerah pemukiman sehingga nilai nitrat
menjadi lebih kecil. Sementara untuk wilayah dengan nilai nitrat berkisar
anatar 5 – 10 mg/l terdapat pada lokasi B2, C3, C6, D4, dengan luas 41,62 Ha
atau 43% dari luas daerah penelitian yang tercemar akan konsentrsi nitrat yang
menyebar di bagian Barat TPA Cipayung dan daerah ini juga dikelilingi
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
58
penggunaan tanah lahan irigasi yang menyebabkan nilai nitrat meningkat (lihat
peta 15).
Dari peta 10 dan 15 diperlihatkan pola sebaran spasial nilai nitrat pada
waktu hujan dan tidak memiliki pola yang tidak seragam mengikuti jarak dari
TPA. Nilai nitrat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan tanah sekitar lokasi
sampel.
2.0
Amoniak (mg/l)
1.0
Batas
Baku
0.0 Mutu
A1 A2 A7 B1 B3 B5 B7 C1 C3 C5 D1 D3 E2
Tidak Hujan Hujan Titik Sampel
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
59
yaitu 0,95 mg/l, lokasi ini berada di bagian utara TPA Cipayung tepatnya di
perkampungan Benda, Kelurahan Cipayung, dengan kondisi penggunaan tanah
sekitar lokasi adalah kebun dan padat permukiman. sedangkan pada waktu
hujan terdapat pada lokasi A2. Lokasi ini berada di bagian utara dengan jarak
100 meter dari TPA Cipayung, penggunaan tanah di sekitar lokasi ini di bagian
barat merupakan area kebun. Nilai ini melewati batas baku mutu kualitas air
golongan I yang dipergunakan untuk minum lebih besar dari 0,5 mg/l.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
61
4.0
Fosfat (mg/l)
2.0 Batas
Baku
0.0 Mutu
A1 A2 A7 B1 B3 B5 B7 C1 C3 C5 D1 D3 E2
Tidak Hujan Hujan Titik Sampel
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
62
menyebar di bagian barat dan timur TPA Cipayung, lokasi yang berada pada
klasifikasi ini adalah A6 dan A10. Namun, wilayah pengaruh dari titik ini
menyebar merata dengan luas wilayah sebesar 49,20 Ha atau sebesar 50%
yaitu hampir setengah dari luas daerah kajian merupakan wilayah yang
tercemar akan fosfat karena lebih dari 0,2 mg/l seperti yang terlihat pada Tabel
5.9. Untuk wilayah dengan nilai fosfat lebih dari 2,0 mg/l terdapat pada lokasi
A2, A7, B1, C3, dan C4 yang berada di bagian barat dan bagian timur TPA.
(lihat peta 12)
Hasil pengukuran pada waktu tidak hujan kondisi secara umum kualitas
parameter fosfat dibawah baku mutu kualitas air tidak lebih dari 0,2 mg/l. Peta
17 terlihat wilayah dengan nilai konsentrasi fosfat kurang dari 0,2 mg/ berada di
bagian Selatan TPA. Beberapa lokasi pada wilayah ini adalah A2, D1, D3, B4,
B8, C6, dan C8 dengan luas 0,024 Ha wilayah ini adalah wilayah yang paling
kecil. Dengan demikian, hanya sedikit daerah yang tidak tercemar akan
konsentrasi fosfat. Pada peta 17 terlihat bahwa sebaran lokasi yang merupakan
wilayah dengan nilai konsentrasi fosfat berkisar antara 0,2-1,0 mg/l berada di
bagian barat dan timur, serta utara TPA Cipayung. Lokasi titik sampel yang
terdapat pada wilayah ini adalah A7, C3, dan C4 luas daerah 43,93 Ha atau 45%
Dengan demikian, wilayah ini merupakan wilayah yang tercemar oleh parameter
fosfat, karena nilainya lebih dari 0,2 mg/l.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
63
Sedangkan untuk wilayah dengan nilai fosfat 1,0 hingga 2,0 mg/l
membentang dari arah barat, timur, dan utara di sekitar TPA yaitu lokasi tersebut
dekat dengan pemukiman, dan lahan pertanian. Dengan luas wilayah persebaran
seluasa 47,39 Ha atau 45% untuk klasifkasi lebih dari 2,0 mg/l terdapat pada
lokasi C2, D1, dan E2 yang jarak dari TPA lebih dari 300 meter, Lokasi ini juga
merupakan lokasi yang tercemar dari kondungan fosfat dalam air (lihat peta 17).
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
64
5.2 Pembahasan
Tabel 5.10 Nilai Rata-Rata Konsentrasi Parameter Terhadap Jarak, Jenis Batuan,
Jenis Tanah, dan Penggunaan Tanah
Amoniak Fosfat
Kondisi Fisik TDS (ppm) DHL (µS) Nitrat (mg/l) (mg/l) (mg/l)
Jarak H TH H TH H TH H TH H TH
> 100 m 110,7 123,3 138,2 138,2 5,01 3,5 0,44 0,06 1,58 0,95
100 - 200 m 128,2 141,4 207,7 219,8 6,06 13,8 0,93 0,07 0,95 0,35
200 - 300 m 85,3 83,9 122,8 138,5 7,01 4,8 0,15 0,24 1,59 0,67
300 - 400 m 111,4 115,2 216,3 202,3 15,4 5,5 0,22 0,02 1,08 2,23
< 400 m 123,5 128,2 211,5 232,3 6,7 8,0 0,03 0,08 0,47 1,07
Jenis Batuan
Kipas Aluvium 99,10 105,3 150,2 165,2 5,05 8,91 0,22 0,09 1,43 0,59
Aluvium 107,4 103,2 188,8 175,8 13,93 5,27 0,06 0,15 0,64 1,77
Formasi Bojong manik 150,0 179,82 210,9 235,3 3,42 7,65 0,27 0,01 1,35 0,38
Jenis tanah
Latosol Merah 116,6 115,4 163,3 156,4 9,41 4,77 0,24 0,11 1,19 1,14
Aluvium Kelabu 91,9 99,0 149,9 166,5 2,20 9,22 0,17 0,01 1,50 0,13
Regosol Coklat 115,7 124,3 221,2 230,2 10,0 9,73 0,11 0,03 0,97 1,58
Asosiasi Latosol 132,0 145,4 181,9 199,0 4,20 11,60 0,18 0,19 1,39 0,35
Asosiasi Regosol 83,0 103,1 144,2 209,5 5,85 6,30 0,11 0,00 0,69 0,72
Penggunaan Tanah
(% non-permukiman)
<40% 83,25 80,45 142,7 131,0 9,6 7,2 0,36 0,00 1,09 1,16
40-70% 132,3 147,9 198,3 202,4 8,3 5,2 0,16 0,12 0,96 1,19
>70% 96,82 100.0 152.7 176,2 4,7 10,6 0,16 0,09 1,54 0,37
Sumber : Diolah dan Hasil Survey Lapang, 2011
Konsentrasi nilai TDS dan DHL, kedua parameter ini tidak tercemar karena
nilai menunjukan dibawah batas maksimum adalah 1000 ppm dan DHL adalah
750 µS. Secara umum diperlihatkan terdapat variasi yang muncul pada masing-
masing nilai TDS dan DHL. Peta 8 dan Peta 13 memperlihatkan nilai TDS lebih
besar di daerah yang dekat dengan TPA dengan jarak kurang dari 100 meter.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
65
Sebaran nilai konsentrasi TDS dan DHL pada setiap jenis batuan
memiliki variasi baik pada kondis hujan dan tidak hujan. Wilayah dengan
nilai TDS dan DHL dengan nilai rata-rata yang tinggi berada pada wilayah
dengan jenis batuan formasi bojong manik.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
66
besar dari nilai αyang digunakan dalam penelitian, yaitu 0,05, ini berarti
hasil menunjukan tidak signifikan.
5.2.1.4 Hubungan Konsentrasi TDS dan DHL dengan Jarak dari TPA
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
67
konsentrasi DHL nilai rata-rata tertinggi berada pada jarak lebih dari 400
meter dari TPA pada kondisi tidak hujan dengan nilai rata-rata 216,3 µS dan
pada waktu hujan nilai rata-rata tertinggi pada jarak 200 hingga 300 meter
dengan nilai 232,3 µS. fluktuasi perberdaan nilai TDS di setiap jarak TPA
dapat dilihat pada Gambar 5.9, sedangkan untuk nilai konsentrasi DHL
dapat dilihat pada Gambar 5.10.
400
TDS (ppm)
200
0
0 100 200 300 400 500
Hujan Jarak (meter)
400
TDS (ppm)
200
0
0 100 200 300 400 500
Tidak Hujan Jarak (meter)
Sumber : Diolah dari Hasil Survey Lapang, 2011
Gambar 5.9 Hubungan antara Nilai TDS Waktu Tidak Hujan dan Waktu Hujan
dengan Jarak dari TPA Cipayung
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
68
400
DHL (µS)
200
0
0 100 200 300 400 500
Hujan jarak (meter)
400
DHL (µS)
200
0
0 100 200 300 400 500
Tidak Hujan Jarak (meter)
Gambar 5.10 Hubungan antara Nilai DHL Waktu Tidak Hujan dan Waktu Hujan
dengan Jarak dari TPA Cipayung
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
69
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
70
latosol merah. Sementara nilai rata-rata senyawa nitrat pada waktu tidak
hujan terdapat pada asosiasi latosol coklat. Sedangkan untuk nilai rata-rata
terendah pada waktu hujan sebesar 2,2 terdapat di jenis tanah alluvium
kelabu, jenis alluvium kelabu memiliki tekstur halus, kondisi ini
menyebabkan drainase terhambat.pada waktu tidak hujan sebesar 4,77 pada
terdapat pada latosol merah.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
71
r=0,224 pada waktu hujan dan r=-0,34 untuk konsentrasi senyawa nitrat
pada waktu tidak hujan.
40
40
Nitrat (mg/l)
20 Batas
Baku
Mutu
0
0 100 200 300 400 500
Tidak Hujan Jarak (meter)
Gambar 5.11 Hubungan antara Nilai Nitrat Waktu Tidak Hujan dan Waktu Hujan
dengan Jarak dari TPA Cipayung
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
72
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
73
pada waktu hujan sebesar 0,76 dan pada waktu tidak hujan sebesar 0,97.
Nilai ini lebih besar dari nilai αyang digunakan dalam penelitian ini yaitu
0,05.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
74
ada hubungannya dengan jarak dari TPA. Namun, senyawa amoniak adalah
senyawa yang merupakan bagian dari hasil siklus nitrogen di alam membuat
keberadan senyawa amoniak ini sudah ada di dalam tanah, dan peningkatan
kandungan senyawa amoniak dapat berasal dari penggunaan tanah sekitar
dan aktivitas manusia di sekitar lokasi.
2.0
Amoniak
(mg/l)
1.0 Batas
Baku
Mutu
0.0
0 100 200 300 400 500
Hujan Jarak (meter)
1.0
Amoniak
Batas
(mg/l)
0.5 Baku
Mutu
0.0
0 100 200 300 400 500
Tidak Hujan Jarak (meter)
Sumber : Diolah dari Hasil Survey Lapang, 2011
Gambar 5.12 Hubungan antara Nilai Amoniak Waktu Tidak Hujan dan Waktu
Hujan dengan Jarak dari TPA Cipayung
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
75
lokasi yang memiliki nilai konsentrasi fosfat tertinggi waktu hujan terdapat pada
lokasi-lokasi di bagian barat, timur TPA sebesar 2,75 mg/l. lokasi ini hampir
tersebar di seluruh daerah penelitian dengan penggunaan tanah seperti padat akan
permukiman dan lahan pertanian. Hal ini pun juga terjadi pada pengukuran waktu
tidak hujan. Namun, lokasi waktu tidak hujan bagian yang tecemar lebih di bagian
utara TPA Cipayung. Senyawa fosfat merupakan senyawa yang sudah ada di
alam, seperti dilahan pertanian, industry, lingkungan padat akan permukiman
seperti hasil buangan kotoran manusia (tinja).
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
76
Pada Tabel 5.10 nilai rata-rata tertinggi senyawa fosfat terdapat pada
jenis alluvium kelabu saat hujan sebesar 1,5 mg/l. Sementara pada waktu
tidak hujan nilai rata-rata tertinggi di jenis tanah regosol coklat. Jenis tanah
alluvium kelabu adalah jenis tanah yang memiliki tekstur halus dan drainase
yang terhambat, kondisi ini yang menyebabkan senyawa fosfat terhambat
untuk mengalir.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
77
senyawa yang merupakan bagian dari hasil siklus fosfar di alam membuat
keberadan senyawa fosfat ini sudah ada di dalam tanah, dan peningkatan
kandungan senyawa fosfat dapat berasal dari penggunaan tanah sekitar dan
aktivitas manusia di sekitar lokasi.
4.0
Fosfat (mg/l)
2.0 Batas
Baku
0.0 Mutu
3.0
Fosfat (mg/l)
2.0 Batas
Baku
1.0 Mutu
0.0
0 100 200 300 400 500
Tidak Hujan Jarak (meter)
Gambar 5.13 Hubungan antara Nilai Fosfat Waktu Tidak Hujan dan Waktu Hujan
dengan Jarak dari TPA Cipayung
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
BAB VI
KESIMPULAN
Pola spasial kualitas airtanah dangkal dengan parameter total zat terlarut,
daya hantar listrik, nitrat (NO3), amoniak (NH3-N), dan fosfat (PO4)-3 di sekitar
TPA Cipayung Depok membentuk pola acak atau pola yang tidak seragam saat
hujan dan tidak hujan. Dengan kualitas airtanah dangkal waktu hujan dan tidak
hujan di sekitar TPA tidak tercemar untuk parameter total zat terlarut dan daya
hantar listrik, tetapi untuk parameter nitrat (NO3) dan amoniak (NH3-N) wilayah
yang tercemar terdapat di bagian utara, dan barat, sedangkan untuk parameter
fosfat (PO4 )-3 hampir seluruh wilayah tercemar.
Tidak ada pengaruh perbedaan untuk setiap parameter yang diuji statistik
One Way of Anova terhadap jenis batuan, jenis tanah, dan penggunaan tanah.
Namun, terdapat perbedaan yanga nyata antara senyawa nitrat saat waktu hujan
dan senyawa fosfat saat waktu tidak hujan pada jenis batuan yang ada di daerah
penelitian. Sementara untuk faktor jauh atau dekatnya jarak dari TPA, tidak
memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai konsentrasi parameter total
zat terlarut, daya hantar listrik, nitrat, amoniak, dan fosfat. Berdasarkan uji
statistik Person’s Product Moment antara jarak dengan konsentrasi parameter
tidak menunjukan adanya hubungan.
78 Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air, Surabaya: Usaha
Nasional.
Arsadi, dkk. 2007. Optimalisasi Sumber Daya Air di Wilayah Pesisir,Studi
Kasus:Pantai Utara Kabupaten Karawang,Jawa Barat. Kumpulan
Jurnal Sumber Daya Air dan Lingkungan,Potensi, Degradasi, dan Masa
Depan: 47-74. Jakarta: LIPI Press.
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Astuti, D. 2008 “Analisis Kualitas Air Lindi di Tempat Pembungan Akhir Sampah
Putri Cempo Mojosongo Surakarta.” Oktober 02, 2010 pukul 17.23.
http://eprints.ums.ac.id/1441/1/4._Dwi_Astuti.pdf
Clark, J.R. 1977. Coastal Ecosystem Management. John Willey and Sons, New
York.
Departemen Pekerjaan Umum. 1994. Domestic Solid Waste Disposal. UP3KT
Bidang Air Bersih dan PLP, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Diana, E, 1992. Pemantauan Dampak Lokasi Pembungan Akhir sampah Secara
Sanitary Landfill Bantar Gebang Terhadap Kualitas Air permukaan,
Air Tanah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. Tesis. Program
Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Dwinanto, R. 2007. Wilayah Kerentanan Airtanah di Kecamatan Sawangan.
Depok : Skripsi Geografi FMIPA Universitas Indonesia.
Foth, H.D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, terj. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Fuller, W.H & Warrich, A.W, 1986. Soil inWaste Treatment and Utilization, CRC
Presc. Inc. Boca Raton, Florida, vol II.
Freeze, R.A. and John A.C, 1979. Groundwater. United States of America : Prentice-
Hall.
Ghufran, H.M & Andi B.T, (2007). Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
79 Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
80
Lyman, W.J. & Guswa J.H., 1983 Groundwater Contamination and Emergency
Response Guide, New York
Lechie, J.O., & Pacey, J.G., 1975. Landfill Management With Moisture Control.
Journal ASCE En. Eng, DIV, vol.101. No. Eei
Kodoatie, R. J., 1996. Pengantar Hidrogeologi. Andi Offset, Yogyakarta.
Mato, R. (2002). Groundwater Pollution In Urban Dar es Salaam, Tanzania :
Assesing Vulnerability and Protection Priorities. Netherlands : Eindhoven
University of Technology. November 13, 2011 pukul 23.05 WIB.
http://alexandria.tue.nl/extra2/200211708.pdf.
Masduqi. (2007). Kualitas Air Sebagai Indikator Pengolahan DAS. April 13, 2011
pukul 13.45 WIB. http://blog.its.ac.id/masduqi/2007/11/04/kualitas-air-
sebagai-indikatorpengelolaan-daerah-pengaliran-sungai/
Notodarmojo, S., 2005. Tanah dan Air tanah; ITB , Bandung.
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
81
Universitas Indonesia
Kualitas airtanah ..., Yuli Nurraini, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Universitas Indonesia
Koordinat MAT
No Titik
BT LS (meter) Jarak (m)
1 A1 106°47'16.07" -6°25'8.51" 8.0 16.23
2 A1’ 106°47'16.95" -6°25'8.94" 4.8 6.35
3 A2 106°47'15.11" -6°25'6.76" 13.0 71.50
4 A3 106°47'12.47" -6°25'11.13" 0.0 24.27
5 A4(1) 106°47'14.25" -6°25'17.15" 0.0 37.76
6 A4(2) 106°47'14.27" -6°25'16.43" 0.0 36.76
7 A4 (3) 106°47'14.27" -6°25'15.34" 0.0 31.61
8 A5 106°47'13.22" -6°25'15.85" 0.0 67.36
9 A6 106°47'21.60" -6°25'22.40" 25.0 72.04
10 A7 106°47'21.38" -6°25'14.71" 0.1 68.40
11 A8 106°47'20.32" -6°25'27.26" 0.0 96.45
12 A9 106°47'13.98" -6°25'11.66" 0.0 24.86
13 A10 106°47'18.95" -6°25'7.40" 3.2 63.00
14 B1 106°47'9.63" -6°25'11.30" 6.3 106.95
15 B2 106°47'9.98" -6°25'5.94" 14.0 183.65
16 B3 106°47'21.50" -6°25'4.72" 17.0 169.66
17 B4 106°47'24.66" -6°25'16.81" 10.5 153.06
18 B5 106°47'23.41" -6°25'22.38" 18.0 125.45
19 B6 106°47'22.93" -6°25'25.99" 3.1 137.42
20 B7 106°47'13.80" -6°25'29.07" 3.8 130.46
21 B8 106°47'8.49" -6°25'24.10" 7.6 177.34
22 C1 106°47'13.07" -6°25'0.39" 10.0 276.51
23 C2 106°47'19.04" -6°25'0.75" 6.6 264.46
24 C3 106°47'23.77" -6°25'31.15" 3.5 256.07
25 C4 106°47'4.89" -6°25'22.88" 8.0 288.50
26 C5 106°47'5.73" -6°25'12.70" 13.5 226.99
27 C6 106°47'11.21" -6°25'30.95" 15.0 214.87
28 D1 106°47'19.60" -6°24'57.28" 4.4 372.35
29 D2 106°47'28.03" -6°25'4.08" 2.1 332.20
30 D3 106°47'4.73" -6°25'3.76" 9.0 344.75
31 E1 106°47'1.06" -6°25'5.11" 9.0 419.67
32 E2 106°47'16.48" -6°24'54.42" 17.5 449.11
33 E3 106°47'29.05" -6°24'59.69" 6.0 438.63
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Total Total
Dissolved 1 Dissolved 2 Jarak TPA
Total Dissolved 1 Pearson Correlation 1 .938** -.037
Sig. (2-tailed ) N .000 .847
30 30 30
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia