Anda di halaman 1dari 6

JIDAN

Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja Tentang


Kesehatan Reproduksi
Susanti Nirawati Bulahari, Hermien B. Korah, Anita Lontaan
1,2,3.Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

ABTRAK
Latar Belakang : Berdasarkan hasil pengumpulan data awal yang diperoleh dari wawancara, 6 orang
siswa mengatakan kalau sampai mereka melakukan perilaku seksual itu karena mudahnya mereka
mendapatkan informasi yang belum tentu benar dari internet, sementara 4 orang siswa mengatakan
bahwa kurangnya informasi yang benar dari orang tua perihal kesehatan reproduksi. Dalam periode
2006-2011 tercatat 9 siswi putus sekolah karena perilaku seksual (hamil sebelum menikah). Melihat
besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi mendatang, maka upaya yang
perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini
mungkin kepada remaja.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMU Negeri 1 Tamako.
Metode : penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Jumlah populasi 321 orang dan
sampel 180 orang yang ditentukan secara proportionate stratifield random sampling. Menggunakan
kusioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisa
data pada penelitian ini menggunakan uji statistic “ Chi Square (χ2 )”.
Hasil : menunjukan bahwa siswa yang mendapat informasi baik dari internet dan media massa dengan
jumlah 123 responden (68,33%), dari teman 102 (56,67%) dan informasi kurang baik adalah 57
responden (31,67%), dari teman 78 (43,33%). Pengetahuan baik adalah 157 responden (87,22%) dan
yang pengetahuan cukup adalah 23 responden (12,78%). Hasil uji chi-square dengan ρ value = 0,024
untuk faktor informasi dimana α = 0,05 (0,024<0,05), ρ value = 0,002 untuk faktor teman dimana α =
0,05 (0,002<0,05).

Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, Kesehatan Reproduksi.

PENDAHULUAN Penduduk Indonesia tahun 2000-2025


Masa remaja seringkali dikenal yang dikeluarkan oleh Bappenas pada
dengan masa mencari jati diri, disebut juga tahun 2005 jumlah penduduk remaja umur
dengan identitas ego (ego identity). Ini 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun
terjadi karena masa remaja merupakan 2007 atau 28,6% dari jumlah penduduk
peralihan antara masa kehidupan anak- Indonesia sebanyak 222 juta. Data BPS
anak dan masa kehidupan orang dewasa. tahun 2009 menyebutkan bahwa usia
Ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah produktif remaja sebesar 55% dari jumlah
bukan anak-anak lagi melainkan sudah penduduk Indonesia 238.452.952. Salah
seperti orang dewasa, tetapi jika mereka satu permasalahan yang menonjol
diperlakukan sebagai orang dewasa, dikalangan remaja adalah masalah
ternyata belum dapat menunjukan sikap kesehatan reproduksi.(2)
dewasa.(1) Menurut survey Komisi Nasional
Perlindungan Anak (KPAI) Januari s/d

Volume 3 Nomor 2. Juli – Desember 2015 15


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Juni 2008 remaja (SMP, SMA) ada 97%, Melihat besarnya permasalahan dan
pernah menonton film porno, 93,7% dampaknya di masa depan untuk generasi
pernah ciuman, 62,7%, tidak perawan. mendatang, maka upaya-upaya yang perlu
Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi dilakukan adalah pemberian informasi
HIV didunia terjadi pada remaja, demikian kesehatan reproduksi dalam berbagai
pula dengan kejadian IMS sekitar 29% bentuk sedini mungkin kepada seluruh
kasus terjadi pada remaja. Berdasarkan segmen remaja, baik di perkotaan maupun
Riset Kesehatan Dasar di Sulawesi Utara di pedesaan.(4)
remaja usia 13-18 tahun yang pernah Pemberian informasi ini dengan
melakukan seks bebas 21%, merokok tujuan meningkatkan pengetahuan yang
40%, minum alkohol 10%, narkoba 1,3%, pada gilirannya mampu memberikan
IMS 8%, dan terinfeksi HIV/AIDS 4,18%. pilihan kepada remaja untuk bertindak
Hal tersebut diakibatkan karena secara bertanggung jawab, baik kepada
kurangnya pengetahuan remaja tentang dirinya maupun kepada keluarga dan
kesehatan reproduksi remaja, kurangnya masyarakat. Pemerintah bersama Lembaga
pengawasan dari orang tua terhadap Swadaya Masyarakat (LSM) dan
remaja dan adanya pergaulan bebas masyarakat dapat menjadi inisiator
dikalangan remaja.(2) lahirnya kebijakan ini menjadi peraturan
Globalisasi informasi melalui media daerah atau sejenisnya. Kebijakan ini
telah menyebabkan perubahan perilaku misalnya dengan memberikan keputusan
seksual remaja pada umunya. Eksploitasi bahwa seluruh sekolah, baik negeri
seksual dalam televisi, majalah, video klip, maupun swasta mempunyai kewajiban
media online dan film-film banyak memberikan informasi kesehatan
mempengaruhi kaum muda melakukan reproduksi remaja mulai SD hingga
aktivitas seks secara bebas. Penetrasi SMA.(4)
media terhadap perubahan perilaku seksual Berdasarkan hasil pengumpulan data
remaja akibat tidak dibarengi oleh awal yang dilakukan di SMU Negeri 1
pendidikan seks yang memadai baik Tamako pada tanggal 28 Januari 2013 data
dirumah oleh orang tua maupun disekolah bahwa dari 10 siswa yang diwawancarai 6
oleh guru.(3) orang mengatakan kalau sampai mereka
Remaja pada umumnya memiliki rasa melakukan perilaku seksual itu karena
ingin tahu yang tinggi sehingga sering kali mudahnya mereka mendapatkan informasi
ingin mencoba-coba, menghayal dan yang belum tentu benar dari internet,
merasa gelisah, serta berani melakukan sementara 4 orang siswa mengatakan
pertentangan jika dirinya merasa bahwa kurangnya informasi yang benar
disepelekan atau “tidak dianggap”. Untuk dari orang tua perihal kesehatan
itu mereka sangat membutuhkan reproduksi. Berdasarkan wawancara
keteladanan, konsistensi, serta komunikasi dengan Kepala Sekolah mengatakan
yang tulus dan empatik dari orang bahwa jumlah siswa-siswi di SMU Negeri
dewasa.(1) 1 Tamako sebanyak 321 orang dan dalam
periode 2006-2011 tercatat 9 siswi putus

Volume 3 Nomor 2. Juli – Desember 2015 16


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

sekolah karena perilaku seksual (hamil ada 24,44 %, faktor orang tua ini
sebelum menikah). maksudnya adalah informasi yang
METODE diperoleh dari orang tua mengenai organ
Metode penelitian ini merupakan reproduksi, menstruasi, kehamilan dan
penelitian deskriptif analitik, Sampel PMS, sedangkan informasi baik dari faktor
dalam penelitian adalah sebagian dari teman adalah 56,67 %, faktor teman ini
populasi yaitu sejumlah 180 orang dengan menyangkut informasi yang diperoleh dari
teknik pengambilan sampel dalam adalah teman meliputi organ reproduksi,
teknik proportionate stratified random menstruasi, kehamilan dan PMS.
sampling. Data diperoleh melalui kuesioner Pengaruh Faktor Informasi terhadap
dan data sekunder dari profil di SMU Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
Negeri 1 Tamako. Analisis data yang Reproduksi
digunakan yaitu analisis univariate Sebagian besar responden berpengetahuan
dilakukan untuk mendapatkan gambaran baik mendapat informasi yang baik
umum dengan cara mendeksprisikan tiap- (71,33%) dan responden yang mempunyai
tiap variabel dalam penelitian yaitu dengan pengetahuan yang cukup mendapat
melihat distribusi frekuensinya dengan informasi yang baik (47,83 %) dan
memakai skala Guttman yaitu skala yang responden yang kurang mendapat
digunakan untuk jawaban yang bersifat informasi (52,17%). Hasil uji statistik chi-
jelas (tegas) dan konsisten dengan kriteria square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05
jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jawaban menunjukan nilai χ2 hitung sebesar 5,125
“Tidak” diberi nilai 0.(5) Analisis Bivariate > χ2 tabel 3,841 dan nilai ρ value sebesar
dilakukan untuk melihat hubungan 0,024 < 0,05 hal ini menunjukan ada
variabel bebas terhadap variabel terikat.(6) hubungan antara faktor informasi dengan
Untuk hasil akhir digunakan uji statistik pengetahuan remaja tentang kesehatan
Chi Square(χ2) dengan tingkat kemaknaan reproduksi.
α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95% Pengaruh Faktor Informasi terhadap
Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan
menggunakan SPSS versi 18.
Reproduksi
HASIL
Dalam penelitian ini sebagian besar Faktor orang tua responden yang
responden berumur16 tahun yakni 71 berpengetahuan baik 5,55 % yang
responden (39,44 %) dan sebagian besar mendapat informasi yang baik dari orang
responden berada di kelas X 1 dengan tua (5,55 %) dan 76,43 % kurang
jumlah 30 orang (16,67%). 180 responden mendapat informasi dari orang tua.
kelas X dan XI SMU Negeri 1 Tamako Responden yang mempunyai pengetahuan
diperoleh data yaitu 87,22 % yang cukup 30,43 % mendapat informasi
berpengetahuan baik. 68,33 % yang faktor yang baik dan 69,57 % yang kurang
informasinya baik. Faktor informasi itu mendapat informasi dari orang tua. Hasil
meliputi internet, majalah, VCD, telepon uji statistik chi-square diperoleh nilai χ2
genggam, penyuluhan dari Tenaga hitung sebesar 0,512 < χ2 tabel 3,841
Kesehatan. Informasi baik dari orang tua dengan nilai ρ value = 0,474 > α = 0,05

Volume 3 Nomor 2. Juli – Desember 2015 17


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

berarti secara statistik tidak ada hubungan pada saat usia remaja terjadi perubahan
antara faktor orang tua dengan psikologis yang mengakibatkan perubahan
pengetahuan remaja tentang kesehatan sikap dan tingkah laku. Seperti mulai
reproduksi. memperhatikan penampilan diri, mulai
PEMBAHASAN tertarik dengan lawan jenis, berusaha
Dari hasil chi-square, didapatkan niali χ2 menarik perhatian dan muncul perasaan
hitung 5,125 > χ2 tabel 3,841 dengan nilai cinta yang kemudian akan timbul
ρ value = 0,024 < α = 0,05, ini berarti ada dorongan seksual. Pada masa remaja
hubungan antara faktor informasi dengan cenderung memliki tingkat seksual yang
pengetahuan remaja tentang kesehatan tinggi sehubungan dengan mulai
reproduksi di SMU Negeri 1 Tamako. matangnya hormon seksual dan organ-
Hal ini sesuai dengan teori menurut organ reproduksi.
Notoatmodjo (2007) yang menyatakan Dari hasil chi-square, didapatkan niali
bahwa pengetahuan adalah hasil “tahu”, χ hitung 5,125 > χ2 tabel 3,841 dengan
2

dan ini terjadi setelah orang melakukan nilai ρ value = 0,024 < α = 0,05, ini berarti
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. ada hubungan antara faktor informasi
Pengindraan terjadi melalui pancaindra dengan pengetahuan remaja tentang
manusia, yakni indra penglihatan, kesehatan reproduksi di SMU Negeri 1
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Tamako.
Sebagian besar pengetahuan manusia Sebagian besar remaja menganggap
diperoleh melalui mata dan telinga. orang tua adalah orang yang penting bagi
Meskipun pengetahuan seseorang mereka, karena nilai-nilai yang
mengenai kesehatan sudah tinggi, namun ditanamkan oleh orang tua dapat
praktek hidup sehatnya masih rendah. Hal mempengaruhi pengetahuan remaja,
ini menunjukan bahwa terdapat faktor- mereka menganggap bila orang tua mampu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan. memberikan pemahaman mengenai
Dalam pembahasan ini akan di pengetahuan kesehatan reproduksi kepada
deskripsikan juga tentang variabel faktor- anak-anaknya, maka anak-anaknya
faktor yang berpengaruh dan berhubungan cenderung mengontrol perilaku seksnya
dengan pengetahuan remaja. yang dapat berpengaruh pada organ
Dalam penelitian ada banyak remaja reproduksi. Hal ini terjadi karena pada
yang mendapatkan informasi kesehatan dasarnya pendidikan seks yang terbaik
reproduksi dari internet karena internet adalah yang diberikan oleh orang tua
merupakan media yang menyediakan sendiri, dan dapat pula di wujudkan
informasi secara bebas tanpa batas melalui cara hidup orang tua dalam
walaupun informasi ada yang positif dan keluarga sebagai suami istri yang bersatu
negatif. Banyak media yang mengungkap dalam perkawinan.
secara fulgar (bebas) kehidupan seks atau Dari hasil uji statistik dengan tingkat
gambar-gambar yang belum sesuai untuk kemaknaan 0,05 menunjukan nilai χ2
remaja yang dapat memberikan dampak sebesar 0,512 < χ2 tabel 3,841 dengan niali
yang kurang baik bagi mereka. Karena ρ value sebesar 0,474 > 0,05 hal ini

Volume 3 Nomor 2. Juli – Desember 2015 18


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

menunjukan bahwa tidak ada hubungan mencakup aspek fisik, biologis, mental dan
antara faktor orang tua dengan sosial. Oleh karena itu sangat diperlukan
pengetahuan remaja tentang kesehatan pendidikan kesehatan sebagai salah satu
reproduksi di SMU Negeri 1 Tamako. upaya untuk mengingatkan pemahaman,
Informasi dari teman-temannya pengetahuan, sikap dan perilaku positif
tersebut, dalam hal ini tidak jarang anak usia sekolah dan remaja tentang
menimbulkan rasa penasaran yang kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
membentuk serangkaian pertanyaan dalam remaja.
diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan Hasil penelitian ini mendukung
itu sekaligus membuktikan kebenaran penelitian sebelumnya dengan
informasi yang diterima, mereka penelitiannya menunjukan responden
cenderung melakukan dan mengalami menilai bahwa teman, orang terdekat,
hubungan seks pranikah itu sendiri yang orang tua, media massa, informasi yang
dapat berdampak negatif untuk kesehatan diterima dan seringnya berdiskusi dapat
reproduksinya. mempengaruhi pengetahuan remaja
(7)
Hasil uji chi-square, didapatkan nilai tentang kesehatan reproduksi.
χ hitung 10,042 > χ2 tabel 3,841 dengan
2
KESIMPULAN
nilai ρ value = 0,002 < α = 0,05 berarti ada Pengetahuan remaja SMU Negeri 1
hubungan antara faktor teman dengan Tamako kelas X dan XI tentang kesehatan
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di kategorikan baik,.
reproduksi di SMU Negeri 1 Tamako. Faktor yang mempengaruhi
Masalah kesehatan reproduksi remaja pengetahuan orang tua Faktor teman
di Indonesia kurang mendapat perhatian responden yang memperoleh informasi
dari semua pihak, hal ini disebabkan baik dari teman dibanding informasi yang
karena banyak kalangan yang berpendapat kurang dari teman
bahwa masalah kesehatan reproduksi Ada hubungan antara faktor informasi
seperti juga masalah kesehatan lainnya, dan teman dengan pengetahuan remaja,
semata-mata menjadi urusan kalangan dan tidak ada hubungan antara faktor
medis, sementara pemahaman terhadap orang tua dengan pengetahuan remaja.
kesehatan reproduksi remaja dikalangan SARAN
medis sendiri juga masih minim, banyak Bagi Institusi Sekolah Dapat
yang beranggapan bahwa masalah dimanfaatkan sebagai masukan bagi
kesehatan reproduksi hanyalah sebatas pimpinan serta staf guru dalam
proses kehamilan dan melahirkan sehingga memberikan informasi dan menjalin
masalah reproduksi remaja bukan komunikasi yang baik dengan siswa-siswi
dianggap sebagai masalah. serta mengarahkan mereka untuk turut
Masalah remaja terjadi karena mereka serta dalam kegiatan yang positif seperti
tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hal ini
tentang aspek yang berhubungan dengan bekerja sama dengan tenaga kesehatan
masalah peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadikan guru Bimbingan Khusus
ke dewasa. Masalah kesehatan remaja

Volume 3 Nomor 2. Juli – Desember 2015 19


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

sebagai konselor masalah kesehatan selektif lagi dalam mengadopsi informasi


reproduksi di sekolah. dan dalam mencari teman agar tidak
Bagi Profesi bidan dapat meningkatkan terpengaruh serta terjerumus pada
perannya dalam memberikan pendidikan pergaulan bebas yang tidak bertanggung
kesehatan dan konseling mengenai jawab, lebih dekat dengan anak-anak, tidak
kesehatan reproduksi remaja. Bekerja menganggap tabu membicarakan masalah
sama dengan lintas sektor dan masyarakat seksual dan memiliki pengetahuan yang
untuk memberikan pemahaman mengenai benar perihal kesehatan reproduksi
kesehatan reproduksi remaja dalam sehingga akan lebih mudah dalam
kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli memberikan pendidikan serta pemahaman
Remaja (PKPR). mengenai masalah seksual.
Bagi Remaja dan Orang Tua siswa-siswi
SMU Negeri 1 Tamako sebaiknya lebih

DAFTAR PUSTAKA
1. Ali Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.: Bumi Aksara.; 2010.
2. Eprints. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. 2009 [cited 09 Februari 2013]; Diakses dari:
http://eprints.udip.ac.id/33297/1/dewi/pendidikan
3. Gobel. Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi. 2010 [cited 09 Februari 2013];
Diakses dari: http:// yantigobel.worpress.com.
4. Husni. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. 2005 [cited 09 Februari 2013]; Diakses dari:
http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppu-india/2005-03/msg00997.html. .
5. Setiawan. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika. ;
(2010).
6. Hidayat A. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya.: Health Books
Publishing. ; 2010.
7. Putriani N. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengatahuan Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang [Skripsi]: Program Studi Ilmu Keperawatan,
Universitas Diponegoro Semarang; (2010).

Volume 3 Nomor 2. Juli – Desember 2015 20

Anda mungkin juga menyukai