Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam keadaan sehat tanpa kurang
suatu apapun.

Makalah ini kami buat selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen kami,
juga untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang pemeriksaan pada anak SENSATION,
GAIT, MENINGEAL SIGN

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, dan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas lagi. Demikian makalah ini kami buat, Kami sadar
makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saraan dari pembaca sangat kami
perlukan guna kesempurnaan makalah selanjutnya.

Denpasar, 20 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................................... 2

Bab II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Berhubungan dengan Sensasi, Cara Berjalan dan Menengial
Sign .......................................................................................................................................... 5
2.2. Pemeriksaan Pada Anak Sensation,Gait, Meningeal Sign ................................................ 15

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................... 24
3.2. Kritik & Saran ................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari
riwayat keperawatan klien. Fokus pengkajian fisik keperawataan adalah pada kemampuan
fungsional klien, misalnya klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal ataupun penyakit
yang serius. Salah satu fungsi pemeriksaan fisik untuk mengetahui gejala – gejala / kelainan
seperti pada sistem neurologi yang dapat dilakukan dengan mengkaji kepekaan dengan rangsang
dan ekstremitas pada manusia dengan mengkaji sistem gerak klien.
Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas adalah
“berjalan“. Gerakan berjalan memerlukan koordinasi yang baik antara sistem yang bekerja pada
tubuh manusia sehingga dihasilkan pola berjalan yang harmonis. Untuk dapat menghasilkan
mekanisme pola berjalan yang harmonis, maka kita perlu memahami terlebih dahulu mengenai
struktur tubuh yang berkaitan dengan fungsinya untuk berjalan. Struktur yang dimaksud adalah
anggota gerak bawah (ekstremitas bawah) yang terdiri dari sendi panggul, sendi lutut, dan sendi
pergelangan kaki.
Sistem saraf pusat yaitu otak adalah suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh. Pada otak kecil memiliki hubungan dengan fungsi gerak manusi
seperti mengontrol gerakan manusia, mengontrol gerak koordinasi antar otot, mengatur
keseimbangan tubuh, dan mengatur sikap dan posisi tubuh.
Jadi, dari latar belakang mengenai pengertian tentang sistem saraf pusat dan sistem gerak
maka kelompok kami membahas tentang anatomi fisiologi sistem saraf pusat dan sistem gerak (
ekstremitas bawah ), dan bagaimana cara pemeriksaan kelainan yang terjadi pada sistem saraf
pusat dan sistem gerak yang berhubungan dengan saraf, sekaligus membandingkan apakah ada
perbedaan dalam pemeriksaan fisik anak dan dewasa.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagaai berikut :

1.1.1 Bagaimana Anatomi Fisiologi sistem saraf yang berhubungan dengan


sensasi, cara berjalan dan meningeal sign ?
1.1.2 Bagaimana cara Pemeriksaan sensasi, cara berjalan dan meningeal sign
pada anak ?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas , adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk menginformasikan bagaimana pentingnya kita mengetahui dan
mempelajari anatomi tubuh, kususnya pada sistem saraf pusat dah sistem gerak
manusia.

1.3.2 Tujuan Khusus:


1.3.2.1 Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi pada sistemsaraf pusat;
1.3.2.2 Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi pada sistem gerak;
1.3.2.3 Untuk mengetahu cara pemeriksaan sensasi, cara berjalan dan meningeal
sign pada anak;
1.4 Manfaat

Dari tujuan di atas manfaat dari penulisan makalah ini asebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis


Kita bisa mempelajari dan memahami bagaimana anatomi fisiologi dari sistem
saraf dan sistem gerak.
1.4.2 Manfaat praktis
Kita sebagai mahasiswa agar bisa mempraktikan maupun menerapkan bagaimana
tahapan pemeriksaan sensasi, cara berjalan dan meningeal sign pada anak dan
pada orang dewasa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Berhubungan dengan Sensasi, Cara Berjalan dan Menengial
Sign

Sistem saraf pusat

1. Otak
Otak adalah suatu alat yang sangat penting kaena merupakan pusat computer dari semua
alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaut otak dan tulang tengkorak yang kuat dan terletak
dalam kavum kranii. Berat otak orang dewasa kira – kira 1400 gram, pada saat bayi yang baru
lahir 25% dari dewasa, dan pada tahun kedua, otak sekitar 75% dari dewasa, setengah padat dan
berwarna kelabu kemerahan. Otak dibungkus tiga selaput otak (meningen) dan dilindungi oleh
tulang tengkorak. Otak mengapung dalam suatu cairan untuk menunjang otak yang lembek dan
halus. Cairan ini bekerja sebagai penyerap goncangan akibat pukulan dari luar terhadap kepala.
Selaput otak (meningen) adalah selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang untuk melindungi struktur saraf yang halus membawa pembuluh darah dan cairan
sekresi serebrospinalis memperkecil benturan atau getaran pada otak dan sumsum tulang
belakang.
Selaput otak (meningen) terdiri dari tiga lapisan :
a. Duramater merupakan selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat
tebal dan kuat. Pada bagian tengkorak terdiri dari periost (selaput) tulang tengkorak
dan durameter propia bagian dalam. Duramater di tempat tertentu mengandung
rongga yang mengalirkan darah dari vena otak. Rongga ini dinamakan sinus vena.
Diafragma sellae adalah lipatan berupa cincin dalam durameter menutupi sela tursika
sebuah lekukan pada tulang stenoid yang berisi kelenjar hipofisis.
b. Araknoidea merupakan selaput tipis yang membentuk sebuah balon yang berisi cairan
otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. Otak dan medulla spinalis berada
dalam balon yang berisi cairan itu. Kantong araknoid ke bawah berakhir di bagian
sakrum, medulla spinalis berhenti setinggi lumbal I-II. Di bawah lumbal II kantong
berisi cairan hanya terdapat saraf – saraf perifer yang keluar dari medulla spinalis.
Pada bagian ini tidak ada medulla spinalis. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
pengambilan cairan otak yang disebut pungsi lumbal. Ruang subaraknoid pada bagian
bawah serebelum merupakan ruangan yang agak besar disebut sisterna magma.
Besarnya sisterna magma dapat dimasukkan jarum ke dalam melalui foramen
magnum untuk mengambil cairan otak. Tindakan ini disebut pungsi suboksipitalis.
c. Piameter, merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak,
piameter berhubungan dengan araknoid melalui struktur jaringan ikat yang disebut
trabhekel. Tepi flak serebri tentorium memisahkan serebrum dengan serebelum.
System ventrikel terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang berhubungan satu sama
lain. Ke dalam rongga itu fleksus koroid mengaliran cairan liquor serebrospinalis. Fleksus koroid
dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi. Pada bagian piameter membelok ke
dalam ventrikel dan menyalurkan cairan serebrospinalis, hasil sekresi fleksus koroid. Cairan ini
bersifat alkali bening mirip plasma.
Cairan serebrospinalis disalurkan oleh fleksus koroid ke dalam ventrikel yang ada dalam
otak kemudian masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang kembali ke sirkulasi melalui
granulasi arakhnoid pada sinus sagitalis superior. Setelah meninggalkan ventrikel lateralis I dan
II, cairan otak dan sumsum tulang belakang menuju ventrikel III melalui foramen monroi masuk
ke ventrikel IV melalui aquadukus silvii. Cairan dialirkan ke bagian medial foramen magendi,
selanjutnya ke sisterna magma. Cairan akan membasahi bagian – bagian dari otak dan cairan ini
akan diabropsi oleh vili – vili yang terdapat pada arachnoid. Jumlah cairan ini tidak tetap,
berkisar antara 80 – 200 cc.
Komposisi cairan serebrospinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam, sedikit limfosit,
dan karbon dioksida. Fungsi cairan serebrospinalis meliputi memberikan kelembapan otak dan
medulla spinalis, melindungi alat – alat dalam medulla spinalis dan otak dari tekanan, serta
melicinkan alat – alat dalam medulla spinalis dan otak.

2. Serebrum
Serebrum atau otak besar mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan
yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut korpus kollosum. Tiap – tiap
hemisfer meluas dari os frontalis sampai ke os oksipitalis. Di atas fossa kranii anterior media dan
fosa kranii posterior, hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar disebut fisura longitudinalis
serebri. Serebrum (telensefalon) terdiri dari korteks serebri, basal ganglia (korpora striate), dan
rheniensefalon.

3. Korteks serebri
Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea.
Korteks serebri yang berlipat – lipat disebut girus, celah di antara dua lekuk disebut sulkus
(fisura). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik.
Pada tahun 1909 Brodmann membagi korteks serebri menjadi 47 area berdasarkan struktur
selular. Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang cranium.
Lapisan korteks terdiri dari :
a. Lamina molekularis : mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan
permukaan korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lapisan yang lebih
dalam.
b. Lamina granularis eksterna : lapisan mengandung sel neuron berbentuk segitiga
memadati lapisan ini.
c. Lamina piramidalis : lapisan ini mengandung sel berbentuk pyramid. Di antara sel
piramid terdapat sel – sel granular dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan
superfisial.
d. Lamina ganglionaris : sel neuron granular. Sel neuron yang naik mencapai lamina
molekularis akson dari sel ini memasuki substansia alba.
e. Lamina multiformis : sel – selnya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang
tegak lurus terhadap permukaan korteks. Akson mencapai substansia alba sebagai
serat proyeksi aferen dan asosiasi

Bagian – bagian dari korteks menurut brodmann :


a.Lobus frontalis : area 4 (area motorik primer), sebagian besar girus presentalis dan
bagian anterior lobus parasentralis,
Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur gerakan
motoric dan premotorik,
Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil,
Area 9,10,11,12 (area asosiasi frontalis). Lobus frontalis terletak di depan
serebrum, bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralis rolandi. Bagian lateral lobus
frontalis terbagi dalam girus frontalis superior, girus frontalis media, dan girus
frontalis inferior. Bagian basal lobus frontalis terdapat girus frontalis terdapat girus
orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
a. Lobus parietalis :
Area 3, 1, 2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliputi girus sentralis
dan meluas ke arah anterior sampai mecapai dasar sulkus sentralis,
Area 5, 7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial
hemisfer serebri.
Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus parietal posterior, girus parietal
superior, girus supramarginalis, girus angularis, dan bagian medial lobus parasentris.

b. Lobus oksipitalis :
Area 17 (korteks visual primer) : permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir
superior dan inferior sulkus kalkanius.
Area 18, 19 (area asosiasi visual): sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi
permukaan lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis
lateralis, bagian medial girus lingualis, bagian basal di antara kuneus dan girus
lingalis terdapat fisura kalkarina.

c. Lobus temporalis :
Area 41 (korteks auditori primer) meliputi girus temporalis superior meluas sampai
ke permukaan lateral girus temporalis.
Area 42 (area asosiasi auditorik) korteks area sedikit meluas sampai pada permukaan
girus temporalis superior.
Area 38, 20, 21, 22 (area asosiasi) permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis
superior, girus temporalis media, dan girus temporalis inferior. Pada bagian basal
terdapat girus fusiformis.

4. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak dalam fosa kranial posterior, di bawah tentorium
serebelum bagian posterior dari pons varoli dan medulla oblongata. Serebelum mempunyai dua
hemisfer yang dihubungkan oleh fermis serebelum, dihubungkan dengan otak tengah oleh
pendukulus serebri superior, dengan pons parole oleh pendunkulus serebri media, dan dengan
medulla oblongata oleh pendunkulus serebri inferior.
Serebelum berfungsi dalam mengadakan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan otot
pada sisi tubuh yang sama. Berat serebelum lebih kurang 150g (8-9%) dari berat otak
seluruhnya. Sesuai dengan lobuli serebelum, fermis dibagi dalam beberapa bagian dari depan ke
belakang sebagai berikut :
1. Lobus quadrangularis anterior lingua
2. Lobus sentralis kulmen
3. Quadrangularis posterior deklive
4. Lobus semilunaris inferior tuber.

5. Batang otak
Pada permukaan batang otak (trunkus serebri ) terlihat medulla oblongata, pons parole,
mesensefalon, dan diensefalon. Talamus dan epitalamus terlihat dipermukaan posterior otak,
terletak di antara serabut kapsula interna. Di sepanjang tepo dorso medial talamus terdapat
sekelompok serabut saraf berjalan ke posterior basis epifase.
a. Diensefalon
Diensefalon merupakan bagian dari batang otak yang paling atas, di antara
serebelum dan mesensefalon. Pada bagian tengah disensefalon terdapat ventrikel
III bagian dorsal terdapat talamus. Di bawah talamus disebut hipotalamus, bagian
lateral dari hiptalamus bersambung dengan mesensefalon, disebut subtalamus,
daerah yang membentuk atap dari ventrikel III.
Bagian belakang sebelah depan lateral talamus terdapat nuklei kaudatus,
merupakan salah satu ganglia basalis yang mempunyai ekor berjalan di atas
talamus. Bagian lateral nukleus kaudatus dan talamus terdapat kapsula
interlentikularis. Sebelah luar terdapat kapsula eksterna. Insula ke depan
berhubungan dengan lobus frontalis, ke belakang lobus parietalis dan lobus
temporalis merupakan dasar dari fisura silvii. Diensefalon merupakan suatu
struktur dari ventrikel III terdiri dari talamus, nukleus subtalamus, epitalamus, dan
hipotalamus.

b. Mesensefalon
Bagian otak yang terletak di antara pons varoli dan hemisfer serebri. Bagian
dorsal mempunyai tonjolan yang disebut korpora quadrigemina dan terdiri dari
dua kolikulus superior yang berhubungan dengan sistem penglihatan dan dua
kolikulus inferior yang berhubungan dengan pendengaran.
Bagian lain dari mesensefalon antara lain :
a. Substansia nigra
b. Tegmentum dengan nukleus, bersama dengan subtansia nigra termasuk dalam
basal ganglia fungsional
c. Nuklei saraf kranial yaitu nukleus nervus III, nukleus nervus IV, nukleus
nervus V
d. Formasioretikularis.

Sebelah kiri dan kanan terdapat kumpulan nukleus nervus IV (toklearis), bagian ventral
nervus III (N. okulomotorius) terdapat nukleus rubra berwarna kemerahan menerima serat saraf
dari serebelum. Bagian ventral nukleus rubra terdapat substansia nigra. Bagian ventral substansia
nigra terdapat berkas saraf motoris yang berasal dari korteks serebri yang tersusun ke arah
berturut - turut traktus frontopontis, traktus piramidalis, dan traktus temporopontis membentuk
bagian bawah dan samping mesensefalon saraf III (N. okulomotoris) berjalan ke arah dorsal
berturut – turut traktus frontopontis, traktus piramidalis, traktus temporopontis membentuk
bagian bawah dan samping mesenfalon. Saraf III (N. okulomotorius) berjalan kea rah dorsal
menyilang garis tengah ke sisi lain dan membuat persilangan di bagian tengah kolumna inferior.

Fungsi mesensefalon :

1. Perangsangan daerah quadrigeminus yang menyebabkan dilatasi pupil dengan


gerakan konjugasi mata ke arah yang berlawanan dengan tempat perangsangan.
2. Lesi destruktif menimbulkan gejala yang jenisnya bergantung pada kerusakan
kopora qua drigemina, menyebabkan paralisis gerakan mata ke atas.
3. Kerusakan nukleas rubra, substansia nigra, dan substansia retikular menimbulkan
gerakan involunter dan rigiditas

c. Medulla Oblongata bagian bawah batang otak, menghubungkan pons dg sumsum tlg
blkg, mengendalikan denyut jantung , kecepatan bernafas dan aliran darah dalam
pembuluh
d. Pons menyampaikan sinyal dari serebrum ke serebelum
e. Thalamus
menerima impuls dari reseptor sensorik menyampaikan informasinya ke bagian yang
tepat di serebrum
f. Hypothalamus
1. mengatur suhu tubuh rasa lapar, haus, marah, lelah,dll
2. Mengendalikan kelenjar pituitari untuk fungsi endokrin

Saraf Somatik

Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Indra
ini berbeda dengan indra khusus (penglihatan, penghidungan, pendengaran pengecapan, dan
keseimbangan). Indra somatif dapat digolongkan menjadi tiga jenis :

1. Indra somatic mekanoreseptif, yang dirangsang oleh pemindahan mekanisme sejumlah


jaringan tubuh, meliputi indra raba, tekanan, tekanan yang menentukan positif relatif, dan
kecepatan gerakan berbagai bagian tubuh, yang dikelompokkan sebagai berikut :
a. Sensasi eksteroreseptif, sensasi dari permukaan tubuh
b. Sensasi proprioseptif, sensasi yang berhubungan dengan keadaan fisik tubuh
termasuk sensasi kinestetik, sensasi tendo dan otot, tekanan dari dasar kaki.
c. Sensasi visceral, sensasi dari visera tubuh organ dalam yang berasal dari jaringan
dalam seperti sumsum tulang atau fasia terutama meliputi tekanan nyeri dan getaran
dalam.
2. Indra termoreseptor, mendeteksi panas dan dingin
3. Indra nyeri, digiatkan oleh factor apa saja yang merusak jaringan, perasaan kompleks
karena menyertakan sensasi perasaan dan emosi.
Daerah asosiasi somatic korteks parietal tepat di belakang daerah sensoris somatic
memegang peranan penting dalam memisahkan informasi sensoris. Memasuki daerah
sensoris somatik yang disebut daerah asosiasi somatik. Perangsangan listrik dalam daerah
asosiasi somatik bergabung dengan informasi dari berbagai tempat di dalam daerah
sensoris somatik.

Reseptor Sensori

Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensoris yang mendeteksi rangsangan
sensoris seperti sentuhan, suara,cahaya, dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor ini
mengubah rangsangan sensoris menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensoris dan
kekuatan dideteksi oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan tinggi.
Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam
dan lingkungan luar.

1. mekanoreseptor : reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor sensoris yang


mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat reseptor (mis., kulit, otot rangka,
persendian,dan organ viseral).

2. termoreseptor : mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi suhu.


Beberapa reseptor mendeteksi suhu dingin dan panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam
kulit dan sensitif akan perubahan suhu dalam darah.

3. nosireseptor : mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun


kerusakan kimia,terdapat dalam hipotalamus otak.

4. reseptor elektromagnetik : mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata. Perubahan


cahaya akan membuat perubahan gelombang spektrum elektromagnetik.

5. kemoreseptor : mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung, kadar oksigen
dalam darah arteri, osmolitas cairan tubuh, konsentrasi karbon dioksida, dan faktor bahan kimia
tubuh.

Tiap jenis reseptor sangat peka terhadap rangsangan, dirancang tidak bereaksi atau
hampir tidak bereaksi terhadap intensitas normal dari rangsang sensoris lainnya. Tiap saraf
berakhir pada suatu tempat spesifik dalam susunan saraf pusat. Jenis sensasi yang dirasakan,bila
suatu serabut saraf dirangsang, ditentukan oleh daerah khusus di dalam sistem saraf ini yang
ditujukan oleh serabut tersebut. Misalnya, jika suatu serabut nyeri di rangsang, orang akan
merasa nyeri tanpa memperhatikan jenis rangsang apa yang merangsang serabut itu. Kekhususan
serabut saraf untuk mengirim hanya satu modalitas sensasi saja yang disebut prinsip jalur. Pada
umumnya perjalanan impuls dari perifer sampai ke pusat melalui tiga neuron. Pasangan reseptor
menimbulkan potensial aksi pada neuron I, kemudian bersinaps dengan neuron II di medula
spinalis, medula oblongata, atau daerah otak. Jalur kedua bersinaps dengan neuron III di
nukleitalamus dengan neuron III berakhir di korteks serebri.

Jalur somatosensoris (rasa somatik) dihantarkan oleh dua sistem:

1. Spinotalmikus, menyalurkan impuls sensoris di kulit (superfisial)

a. Jaras spinotalmikus ventralis, menyalurkan rasa raba dan tekan. Neuron I bersinaps
ke kornu posterior, menyeberang ke kontralateral, masuk ke traktus spinotalamikus ventralis.
Neuron II bersinaps dengan neuron III di nukleus ventraposterolateral talamus berakhir di daerah
1,2,3 Brodmann.

b. Jaras spinotalmikus lateralis, menyalurkan rasa sakit dan suhu. Neuron I bersinaps di
subtansia gelantinosa, neuron II menyeberang ke sisi kontralateral dan masuk ke traktus
spinotalmikus lateralis bersinaps dengan neuron III di nuklei ventroposterolateral talamus
berakhir di daerah are 1,2,3 Brodmann.

2. Sistem kolumna dorsalis, menyalurkan impuls sensorik motorik bagian dalam dari otot dan
tendon, menyalurkan rasa somatik berupa rasa gerak sikap, diskriminasi 2 titik dan getaran.
Terdiri diri dua sistem yaitu :

a. Fasikulus grasilis : aferen masuk melalui segmen sakral dan lumbal membawa impuls
dari tubuh dan ekstermitas bagian bawah. Neuron I bersinaps dengan neuron II di daerah medula
oblongata kemudian neuron II menyeberang ke sisi kontralateral dan berjalan ke dalam lemnikus
medialis. Neuron II di nukleus ventrolateral talamus bersinaps dengan neuron III berakhir pada
area 3,2,1 Brodmann.

b. Fasikulus guneatus : aferen masuk melalui segmen torakal dan servikal neuro I
bersinaps dengan neuro II di medula oblongata. Neuron II menyeberang ke sisi kontralateral
berjalan dalam lemnikus medialis selanjtnya sama dengan fasikulus grasilis.

Pengaturan Motorik

Kegiatan motorik bahwa sadar yang diintegrasikan dalam medula spinalis dan batang
otak terutama bertanggung jawab untuk daya gerakan. Gerakan volunter sederhana atau
kompleks dapat dilaksanakan oleh struktur motor di otak besar, terutama area korteks di depan
sulkus sentralis. Puncak peranan dari sistem saraf adalah pengendalian berbagai aktivitas tubuh.
Kemampuan ini dapat dicapai melalui pengendalian :

1. kontraksi otot rangka seluruh tubuh

2. Kontraksi otot polos viseral

3. Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin


Seluruh aktivitas pengendalian ini disebut fungsi motorik sistem saraf. Sedangkan otot
dan kelenjar adalah efektor karena ia melakukan fungsi yang ditetapkan oleh isyarat saraf.
Korteks motorik primer menyebabkan kontraksi otot di dalam berbagai bagaian tubuh bila
dirangsang. Rangsangan korteks motorik paling lateral menyebabkan kontraksi otot yang
berhubungan dengan gerakan menelan, mengunyah, dan gerakan wajah. Perangsangan bagian
tengah garis korteks motorik membengkok ke dalam fisura longitudinal menyebabkan kontraksi
tungkai, kaki, dan jari kaki.

Korteks motorik asosiasi (premotorik) terletak langsung di depan korteks motorik primer
yang bertugas membuat program gerakan volunter kompleks dan mengatifkan otot - otot yang
diperlukan untuk gerakan. Rangsangan listrik pada korteks serebri di depan korteks motorik
primer menimbulkan kontraksi kompleks kelompok otot atau gerakan berirama seperti mengayu
tungkai ke depan dan ke belakang, koordinasi gerakan mata, gerakan mengunyah, menelan, dan
posisi sikap.

Daerah anterior korteks motorik primer dapat menimbulkan gerakan - gerakan


terkoordinasi yang kompleks seperti bicara, gerakan mata,gerakan kepala, dan ketrampilan
tangan. Semua daerah ini berhubungan erat di dalam korteks motorik primer, talamus, dan
ganglia basalis. Ganglia basalis merupakan bagian yang terpisah dari sistem motorik yang
bertugas untuk mengendalikan gerakan motorik kasar dan tidak terampil. Peran ganglia basalis
akan lebih jika ada kerusakan atau gangguan. Kendali motorik gerakan volunter kasar (mis.,
gerakan selama berdiri, berjalan, lambaian tangan, kaki), dilakukan dengan mengubah tegangan
otot dan aktivitas umpan balik kinestik. Fungsi lainnya memulai gerakan motorik volunter bila
dikomando.

Serebelum sangat penting untuk mengatur kegiatan otot yang sangat cepat seperti berlari,
mengetik, bermain piano, dan berbicara. Serebelum membandingkan status fisik sebenernya dari
tubuh yang dilukiskan oleh informasi sensoris dengan status yang dimaksud oleh sistem motorik.
Serebelum membuat koreksi motorik utama dengan sangat cepat selama rangkaian gerakan
motorik. Sistem masukan ke serebelum bekerja dengan cepat dan sistem pengeluaran
memberikan informasi sama yang cepat ke dalam sistem motorik untuk memberikan koreksi
pada isyarat motorik.
2.1 Pemeriksaan Pada Anak Sensation,Gait, Meningeal Sign

Dalam video tersebut, Dokter anak melakukan tes sensorik yang memeriksa kemampuan anak
untuk merasakan. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berbeda: jarum
tumpul, garpu tala, penyeka alkohol, atau benda lain. Dokter mungkin menyentuh kaki, tangan,
atau bagian tubuh lain dari anak dan minta dia mengidentifikasi sensasi (misalnya, panas atau
dingin, tajam atau kusam). Rangsangan sentuhan pada anak kecil bagian yang tersentuh dan sakit
bisa dirasakan, kita meninjau reaksi sensasi pada anak tersebut.Gangguanfungsi mental dan fisik
sangat jarang terjadi pada anak.

Pemeriksaan pada orang dewasa menggunakan garputala 128 HZ.Minta pasien menutup mata
mereka sehingga mereka tidak menerima isyarat visual apa pun.Pegang garpu tala di batang dan
serang ujung bercabang ke lantai, sehingga bergetar.Tempatkan batang di atas sendi
interphalangeal dari jempol kaki. Letakkan beberapa jari tangan Anda yang lain di bagian bawah
sendi ini. Tanyakan pada pasien apakah mereka dapat merasakan getarannya. Pasien harus dapat
menentukan kapan getaran berhenti.

Rangsangan pada orang dewasa lebih sensitif daripada anak – anak dikarenakan pada kulit orang
dewasa terdapat banyak jaringan pembuluh darah, terdapat jaringan ikat di kulit yang berfungsi
menghubungkan jaringan kulit pada jaringan dibawahnya dengan jumlah dan ukuran yang
berbeda beda menurut daerah ditubuh dan nutrisi individu dan berfungsi menunjang darah ke
dermis untuk berdegenerasi.
Dalam video tersebut, langkah pada anak bisa kita periksa saat mereka tumbuh dewasa, apakah
langkahnya pincang dan apakah perpindahan langkahnya terkoordinasi. Anak tidak dapat berdiri
dengan satu kaki sampai umur 5 tahun.
Jika terdapat kelainan fungsi pada anak tersebut maka kita dapat memeriksa dengan cara
menyuruh mereka untuk berlari.
Selain mengecek ada kelainan atau tidak degan cara berlari, dapat mengecek dengan menyuruh
anak untuk berjalan menggunakan tumit dan jari kaki depan Selama pengkajian kita
mencocokkan dengan umur mereka karena tahap pertumbuhan harus juga dilihat dari
perkembangan otaknya. Pemeriksaan pada orang dewasa dengan cara tangan mengayun
kedepan bersamaan dengan langkah kaki. Perbedaan anak – anak biasanya berjalan jinjit
(berjalan dengan ujung – ujung jari kaki) berjalan dengan lutut beradu, kurangnya
keseimbangan sedangkan orang dewasa berjalan bertumpu dengan telapak kaki dan seimbang.

Pada anak umur satu tahun cara jalan masih ragu – ragu dan masih dasar.
Pemeriksaan Tanda-Tanda Meningitis :
1. Nuchal rigidity
2. Tandalasegue / teslasegue
3. Kernig sign
4. Brudzinski

Berikut akan dibahas secara ringkas mengenai teknik pemeriksaan rangsang selaput otak.
1. Nuchal Rigidity

Gambar : 1. Normal Gambar : 2. abnormal

Caranya adalah tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
baring. Kepala ditekuk (fleksi), usahakan agar dagu menyentuh dada.
Interpretasi : nuchal rigidity (+) bila terasa ada tahanan dan dagu tidak dapat mencapai
dada.
2. TesLasegue

Gambar : 1. Normal Gambar : 2. abnormal


Caranya adalah pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
Kemudian satu tungkai diangkat lurus 90°.Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus
(tidak bergerak)
Interpretasi : Tanda lasegue (+) bila sakit / tahan antimbul pada sudut <45°
(anak-anak) ,< 70° (dewasa) dan< 60° (lansia).

3. TandaKernig/Kernig Sign

Gambar : 1. Normal gambar : 2. Abnormal


Caranya adalah penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai membuat sudut
90°.Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya ekstensi dilakukan
sampai membentuk sudut 135°
Interpretasi : TandaKernig Sign (KS) (+) bilaterdapattahanandan rasa nyeri

4. Brudzinski

a. Brudzinski I (Brudzinski’s Neck Sign)


Caranya adalah tangan ditempatkan di bawah kepala yang sedang baring. Kita
tekuk kepala (fleksi) sampai dagu mencapai dada.Tangan yang satu lagi
sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk mencegah diangkatnya badan.
Interpretasi : Tandabrudzinski I (+) bilaterdapatfleksipadakeduatungkai

b. Brudzinski II (Brudzinski’s Contra-Lateral Leg Sign)


Caranya adalah pada pasien yang sedang baring, satu tungkai di fleksikan pada
persendian panggul, sedang tungkai yang satunya lagi berada dalam keadaan
ekstensi (lurus).
Interpretasi : Tanda Brudzinski II (+) bila tungkai yang satunya ikut pula
terfleksi.
Indikasi lain yang terlihat pada tanda-tanda meningitis, jika saat duduk posisi anak terlihat menopang
dirinya dengan meletakan tangannya dibelakangnya dan menekuk kakinya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otak adalah suatu alat yang sangat penting kaena merupakan pusat computer dari semua
alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaut otak dan tulang tengkorak yang kuat dan terletak
dalam kavum kranii.
1.Selaput otak (meningen) terdiri dari tiga lapisan :
A. Duramater
B. Araknoidea
C. Piameter
2.Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh.
Indra ini berbeda dengan indra khusus (penglihatan, penghidungan, pendengaran pengecapan,
dan keseimbangan). Indra somatif dapat digolongkan menjadi tiga jenis :
A. Indra somatic mekanoreseptif
B. Indra termoreseptor
C. Indra nyeri,
3.Pemeriksaan Tanda-Tanda Meningitis :
A.Nuchal rigidity
B.Tandalasegue / teslasegue
C.Kernig sign
D.Brudzinski
Pemeriksaan pada Rangsangan sentuhan pada anak kecil bagian yang tersentuh dan sakit
bisadirasakan, kita meninjau reaksi sensasi pada anak tersebut.Gangguan fungsi mental dan fisik
sangat jarang terjadi pada anak.
Pemeriksaan Tanda-Tanda Meningitis :
1. Nuchal rigidity
2. Tandalasegue / teslasegue
3. Kernig sign
4. Brudzinski

3.2 Saran

Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang pemeriksaan
pada anak khususnya sistem saraf pada otak ( sentuhan, cara berjalan, meningitis sign) , tidak
hanya itu juga tetapi dapat mengaplikasikan teori-teori yang kami jabarkan diatas

Anda mungkin juga menyukai