Separatis Nanggroe Aceh Darussalam: Bab I Pendahuluan
Separatis Nanggroe Aceh Darussalam: Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang yang menimbulkan pemberontakan GAM
2. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap
ketahanan nasional Indonesia
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan
GAM
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap ketahanan nasional
Indonesia
Pemberontakan yang telah tejadi didaerah Aceh (pemberontakan GAM) memiliki pengaruh
yang besar tehadap kondisi-kondisi yang ada. Konflik yang berlangsung di Aceh telah
menimbulkan dampak yang parah terhadap berbagai komponen masyarakat sipil Aceh.
Pemberontakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik terhadap warga
Aceh.Ribuan orang yang dicintai (orang tua, istri, suami dan anak-anak) telah gugur mengalami
penyiksaan dan cacat, menjadi janda dan anak yatim piatu. Ribuan orang telah kehilangan tempat
tinggal dan ribuan lainnya kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Lebih jauh dari
itu,masyarakat sipil hampir tidak memiliki akses terhadap hukum, sementara sebagian besar
lembaga pengadilan tidak berfungsi lagi.
Beberapa pengaruh lainnya yang di timbulkan dengan adanya pemberontakan GAM
terhadap ketahanan nasional Indonesia yaitu pengaruhnya yang masuk dalam berbagai aspek
kehidupan bernegara, yang paling tampak terutama terhadap kesatuan dan persatuan yang secara
otomatis akan menimbulkan perpecahan lalu akan memotivasi daerah lain yang mempunyai
keinginan memberontak di saat pemerintah sedang mengurusi masalah masalah GAM. Ratusan
sekolah terbakar, sehingga mengganggu proses pendidikan yang ada diwilayah tersebut.
Kerusakansarana pendidikan dan pemerintahan serta infrastruktur lainnya tersebut terjadi dalam
jumlah yang cukup besar. Gerakan separatis di Aceh telah banyak melibatkan penggunaan
sumberdaya nasional, dan akibatnya telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang tidak
kecil.
2.3 Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan GAM
Berbagai upaya telah dijalankan Pemerintah di Aceh, baik di masa Orde Baru maupun Era
Reformasi melalui jeda kemanusiaan sampai gelar operasi militer, belum mampu mengakhiri
konflik secara sempurna dan belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam kerangka
penyelesaian konflik Aceh secara menyeluruh. Tuntutan memisahkan diri dari NKRI semakin
kental, bahkan lebih sebagai akumulasi kekecewaan dari pada sebuah pencarian solusi.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa masalah konflik Aceh merupakan masalah yang
multi kompleks dan multi dimensional, akumulasi dari persoalan politik, ekonomi, sosial budaya,
hankam dan kemanusiaan yang bersumber dari ketidakadilan, sehingga penyelesaian masalah
Aceh diharapkan dapat diselesaikan secara komprehensif, menggunakan pendekatan
multi dimensi dan tidak hanya bersifat jangka pendek (ad-hoc) tetapi juga jangka panjang.
Dalam penyelesaian masalah separatis di Aceh, Pemerintah Republik Indonesia bertekad
menyelesaikan secara damai, komprehensif, bermartabat, berkeadilan dan menyeluruh dalam
bingkai NKRI. Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam kurun
waktu terakhir ini secara intensif melakukan perundingan informal di Helsinski yang difasilitasi
oleh Crisis Management Inisiative. Dengan berpedoman pada Memorandum of Understanding
(MoU) antara Pemerintah RI dengan GAM yang di tanda tangani pada tanggal 15 Agustus 2005
di Helsinki sebagai langkah nyata Pemerintah RI dengan negara Uni Eropa dan negara ASEAN
akan menandatangani MoU tentang keikutsertaan Aceh Monitoring Mission (AMM) sehingga
diharapkan upaya damai dapat diwujudkan secepatnya.
Selain itu, berbagai upaya penanggulangan GAM yang merupakan disintregasi bangsa
terdiri dari kebijakan, upaya dan strategi. Berikut ini adalah upaya – upaya yang dilakukan , antara
lain :
Kebijakan :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu
2. Pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan pemerintah di NAD.
3. Membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang adil dan sejahtera
4. Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa melalui
implementasi tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan Penegakkan Hukum secara
benar.
5. Menegakkan syariah Islam di Propinsi NAD
Strategi :
1. Dalam rangka membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Menghancurkan pandangan dan ide GAM serta menangkal dan mencegah terpengaruhnya
masyarakat NAD dari gerakan separatis
b) Pembangunan politik di NAD serta membangkitkan kebanggaan nasional pada diri putera-puteri
Aceh.
2. Dalam rangka pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan pemerintah
di NAD, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma Aceh
b) Mengembalikan kultur asli Aceh dalam wujud yang sebenarnya
c) Dalam rangka membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang adil dan sejahtera,
dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk menjamin kesejahteraan
masyarakat NAD
b) Membentuk struktur ekonomi NAD yang berkeadilan
d) Dalam rangka Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
melalui implementasi tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan penegakkan hukum
secara benar, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Mengembangkan Sistem Keamanan Nasional (Siskam-nas) di Aceh yang sesuai dengan
pola/budaya kehidupan masyarakat Aceh.
b) Meningkatkan pembinaan territorial dalam rangka menyiapkan tata ruang wilayah pertahanan
sebagai media daya tangkal bangsa untuk menanggulangi setiap ancaman.
e) Dalam rangka menegakkan syariah islam di propinsi NAD, dilaksanakan strategi sebagai berikut
:
a) Peningkatan pemahaman dan pengamalan syariah Islam dalam kehidupan bermasya-rakat dan
bernegara.
b) Pemberdayaan pranata agama.
Upaya
Dalam rangka realisasi kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan di atas ke arah yang lebih
konkrit, perlu dirumuskan upaya-upaya sebagai manifestasi pelaksanaannya, sebagai berikut :
a) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air, serta rasa persaudaraan agar
tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan masyarakat NAD.
b) Menciptakan iklim politik nasional yang damai, saling kooperatif dan demokratis agar stabilitas politik
bisa terjaga.
c) Menyusun peraturan perundang-undangan yang lebih tegas, jelas dan adil terhadap semua pihak
yang berkepentingan.
d) Memelihara persebaran penduduk yang proporsional dengan kondisi topografi dan posisi astronomis
dalam rangka deteksi dini untuk pengamanan wilayah negara
2. Bidang Ekonomi
a) Pola pemenuhan kebutuhan pokok, melalui implementasi pengembangan usaha/industri kecil dan
menengah.
d) Menilai ulang sistem dan prosedur administrasi dana manajemen pembangunan otonomi khusus
NAD.
b) Menampilkan seni budaya Aceh sebagai sebuah pra-konsepsi wilayah Propinsi NAD.
a) Merumuskan kembali peran dan tanggung jawab semua komponen bangsa dalam menghadapi
separatisme.
b) Melakukan upaya-upaya intelijen, teritorial yang dilakukan oleh satuan TNI dan Polri yang profesional.
c) Merumuskan kembali gelar kemampuan dan kekuatan TNI dan Polri sesuai dengan situas dan kondisi
NAD.
Secara ringkas bahwa upaya yang harus adilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi
pemberontakan GAM ini adalah sebagai berikut :
Pemulihan keamanan untuk menindak secara tegas separatisme bersenjata yang melanggar hak-hak
masyarakat sipil.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan konflik atau separatisme melalui perbaikan
akses masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan pemerataan pembangunan antardaerah.
Mendeteksi secara dini dan pencegahan awal potensi konflik dan separatisme.
Melaksanakan pendidikan politik secara formal, informal, dialogis, serta melalui media massa dalam
rangka meningkatkan rasa saling percaya.
3.1 Kesimpulan
1. Timbulnya konflik Aceh tidak hanya dari sudut pandang polotik yaitu paska berhentinya
perlawanan Darul Islam di Aceh, keinginan Aceh untuk melakukan Islamisasi di Indonesia
menjadi lebih sempit hanya kepada Aceh. Selain itu minimnya rasa persatuan dan kesatuan yang
dimiliki oleh masyarakat Aceh sehingga mereka dengan gencar ingin membebaskan diri dari
NKRI. Selain itu, kondisi ekonomi juga ikut memicu terjadinya pemberontakan di Aceh.
2. Begitu banyak dampak yang diakibatkan dengan adanya pemberontakan tersebut. Masyarakat
yang awalnya tidak terlibat dengan pemberontkan itu akhirnya ikut juga merasakan. Misalnya,
banyak yang kehilangan keluarga tercinta, sarana dan prasarana juga ikut hacur, supremasi hukum
tidak ditegakkan lagi dan lain sebagainya.
3. Dengan adanya masalah ini dapat disimpulkan beberapa upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir kejadian – kejadian seperti itu terulang kembali, antara lain :
Persatuan sebagai landasan untuk mencapai ketahanan nasional.
Dari kesatuan pandangan akan didapat ketahanan nasional yang kuat. Dengan adanya kesamaan
pandangan antara pemerintah dengan masyarakat maka dengan mudah pemerintah dapat
menentukan politik dan strategi nasional.
Perwujudan dan fasilitasi berbagai forum dan wacana-wacana sosial politik yang dapat
memperdalam pemahaman mengenai pentingnya persatuan bangsa, mengikis sikap diskriminatif,
dan menghormati perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini hendaknya pembaca dapat mengetahui dan memahami pentingnya
persatuan dan kesatuan dalam suatu negara demi terciptanya ketahanan nasional yang kokoh dan
kuat. Serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari sejak dini.
http://idayoce.blogspot.co.id/2013/12/gam-gerakan-aceh-merdeka.html