Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gerakan Aceh Merdeka atau sering kali disebut dengan GAM adalah sebuah organisasi
yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh yang merupakan daerah yang sempat
berganti nama menjadi Nanggroe Aceh Darussalam lepas dari Negara Republik Indonesia. Tujuan
utama GAM adalah ingin NAD berpisah dengan NKRI. Gerakan ini dipimpin oleh Hasan Di Tiro
yang bermukim di Swedia dan berwarganegaraan Swedia. Di dalam situasi antara GAM dan
pemerintah, masyarakat NAD lah yang menjadi korban karena terjadi konflik antara GAM dan
pemerintah sehingga para anggota GAM sering melakukan penculikan dan penarikan pajak
terhadap para masyarakat NAD bahkan juga sering terjadi perang, sehingga para masyarakat NAD
menjadi resah. Untuk itu para masyarakat NAD meminta agar pemerintah segera
menyelesaikannya.
Dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antara pemerintah pusat melancarkan dua
strategi yaitu otonomi khusus ( untuk aspek agama, ekonomi, dan politik ) bagi masyarakat sipil
yang ada di NAD. Selain itu pemerintah juga mengadakan perundingan yang di kenal dengan
sebutan COHA, hasil dalam perundingan ini pemerintah dan GAM tetap pada pendirian masing-
masing.
Pembahasan ini juga tidak terlepas dari ketahanan nasional, karena hakekat Ketahanan
Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan
menggambarkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
dalam mencapai tujuan nasional. Selain itu merupakan pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan secara seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan
nasional.
Sedangkan konsepsi ketahanan nasional adalah keseimbangan dan keserasian dalam
kehidupan sosial melingkupi seluruh aspek kehidupan secara utuh menyeluruh berlandaskan
falsafah bangsa, ideologi negara, konstistusi dan wawasan nasional dengan metode astagrata.
Konsepsi ketahanan nasional ini merupakan saran untuk mewujudkan ketahanan nasional. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kelompok kami akan mengupas tentang pemberontakan GAM yang
telah terjadi di tanah air tercinta ini dan memberikan gambaran tentang peran serta ketahanan
nasional yang diterapkan oleh Indonesia kala adanya pemberontakan yang sedemikian itu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana latar belakang yang menimbulkan pemberontakan GAM ?
2. Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap ketahanan
nasional Indonesia ?
3. Upaya apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan GAM ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang yang menimbulkan pemberontakan GAM
2. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap
ketahanan nasional Indonesia
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan
GAM

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar belakang adanya pemberontakan GAM


GAM lahir karena kegagalan gerakan Darul Islam pada masa sebelumnya. Darul Islam
muncul sebagai reaksi atas ketidak berpihakan Jakarta terhadap gagasan formalisasi Islam di
Indonesia. Darul Islam adalah sebuah gerakan perlawanan dengan ideologi Islam yang terbuka.
Bagi Darul Islam, dasar dari perlawanan adalah Islam, sehingga tidak ada sentimen terhadap
bangsa-bangsa lain, bahkan ideologi Islam adalah sebagai perekat dari perbedaan yang ada.
Gagasan ini juga berkembang dalam gerakan Darul Islam di Aceh.
Akan tetapi, paska berhentinya perlawanan Darul Islam di Aceh, keinginan Aceh untuk
melakukan Islamisasi di Indonesia menjadi lebih sempit hanya kepada Aceh. Perubahan ini terjadi
disebabkan karena kegagalan Darul Islam diseluruh Indonesia, sehingga memaksa orang Aceh
lebih realistis untuk mewujudkan cita-cita. Yang menjadi menarik adalah GAM yang melanjutkan
tradisi perlawanan Aceh, ternyata tidak melanjutkan ideologi Islam yang terlebih dahulu
digunakan oleh Darul Islam. Sebagaimana yang disebutkan bahwa GAM lebih memilih
nasionalisme Aceh sebagai isu populisnya.
Hal yang mempengaruhi munculnya GAM berikutnya adalah faktor ekonomi, yang
berwujud ketidakadilan dan ketimpangan ekonomi antara pusat dengan daerah. Pemerintahan
sentralistik Orde Baru menimbulkan kekecewaan berat terutama di kalangan elite Aceh. Pada era
Soeharto, Aceh menerima 1% dari anggaran pendapatan nasional, padahal Aceh memiliki
kontribusi 14% dari GDP Nasional. Terlalu banyak pemotongan yang dilakukan pusat yang
menggarap hasil produksi dari Aceh. Sebagian besar hasil kekayaan Aceh dilahap oleh penentu
kebijakan di Jakarta. Meningkatnya tingkat produksi minyak bumi yang dihasilkan Aceh pada
1970-an dan 1980-an dengan nilai 1,3 miliar US Dolar tidak memperbaiki kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Aceh.
Kemunculan GAM pada masa awalnya langsung mendapat respon oleh pemerintah Orde
Baru dengan melakukan operasi militer yang represif, sehingga membuat GAM kurang bisa
berkembang. Walau demikian, GAM juga melakukan pelebaran jaringan yang membuat mereka
kuat, baik pada tingkat internasional maupun menyatu dengan masyarakat dan GAM bisa terus
bertahan. Pada masa Orde Baru GAM memainkan dua wajah yaitu satu wajah perlawanan ( dengan
pola-pola kekerasan yang dilakukan ), dan strategi ekonomi-politik yang dimainkan (dengan
mengambil uang pada proyek-proyek pembangunan ).

2.2 Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya pemberontakan GAM terhadap ketahanan nasional
Indonesia
Pemberontakan yang telah tejadi didaerah Aceh (pemberontakan GAM) memiliki pengaruh
yang besar tehadap kondisi-kondisi yang ada. Konflik yang berlangsung di Aceh telah
menimbulkan dampak yang parah terhadap berbagai komponen masyarakat sipil Aceh.
Pemberontakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik terhadap warga
Aceh.Ribuan orang yang dicintai (orang tua, istri, suami dan anak-anak) telah gugur mengalami
penyiksaan dan cacat, menjadi janda dan anak yatim piatu. Ribuan orang telah kehilangan tempat
tinggal dan ribuan lainnya kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Lebih jauh dari
itu,masyarakat sipil hampir tidak memiliki akses terhadap hukum, sementara sebagian besar
lembaga pengadilan tidak berfungsi lagi.
Beberapa pengaruh lainnya yang di timbulkan dengan adanya pemberontakan GAM
terhadap ketahanan nasional Indonesia yaitu pengaruhnya yang masuk dalam berbagai aspek
kehidupan bernegara, yang paling tampak terutama terhadap kesatuan dan persatuan yang secara
otomatis akan menimbulkan perpecahan lalu akan memotivasi daerah lain yang mempunyai
keinginan memberontak di saat pemerintah sedang mengurusi masalah masalah GAM. Ratusan
sekolah terbakar, sehingga mengganggu proses pendidikan yang ada diwilayah tersebut.
Kerusakansarana pendidikan dan pemerintahan serta infrastruktur lainnya tersebut terjadi dalam
jumlah yang cukup besar. Gerakan separatis di Aceh telah banyak melibatkan penggunaan
sumberdaya nasional, dan akibatnya telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang tidak
kecil.

2.3 Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengatasi pemberontakan GAM
Berbagai upaya telah dijalankan Pemerintah di Aceh, baik di masa Orde Baru maupun Era
Reformasi melalui jeda kemanusiaan sampai gelar operasi militer, belum mampu mengakhiri
konflik secara sempurna dan belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam kerangka
penyelesaian konflik Aceh secara menyeluruh. Tuntutan memisahkan diri dari NKRI semakin
kental, bahkan lebih sebagai akumulasi kekecewaan dari pada sebuah pencarian solusi.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa masalah konflik Aceh merupakan masalah yang
multi kompleks dan multi dimensional, akumulasi dari persoalan politik, ekonomi, sosial budaya,
hankam dan kemanusiaan yang bersumber dari ketidakadilan, sehingga penyelesaian masalah
Aceh diharapkan dapat diselesaikan secara komprehensif, menggunakan pendekatan
multi dimensi dan tidak hanya bersifat jangka pendek (ad-hoc) tetapi juga jangka panjang.
Dalam penyelesaian masalah separatis di Aceh, Pemerintah Republik Indonesia bertekad
menyelesaikan secara damai, komprehensif, bermartabat, berkeadilan dan menyeluruh dalam
bingkai NKRI. Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dalam kurun
waktu terakhir ini secara intensif melakukan perundingan informal di Helsinski yang difasilitasi
oleh Crisis Management Inisiative. Dengan berpedoman pada Memorandum of Understanding
(MoU) antara Pemerintah RI dengan GAM yang di tanda tangani pada tanggal 15 Agustus 2005
di Helsinki sebagai langkah nyata Pemerintah RI dengan negara Uni Eropa dan negara ASEAN
akan menandatangani MoU tentang keikutsertaan Aceh Monitoring Mission (AMM) sehingga
diharapkan upaya damai dapat diwujudkan secepatnya.
Selain itu, berbagai upaya penanggulangan GAM yang merupakan disintregasi bangsa
terdiri dari kebijakan, upaya dan strategi. Berikut ini adalah upaya – upaya yang dilakukan , antara
lain :
Kebijakan :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu
2. Pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan pemerintah di NAD.
3. Membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang adil dan sejahtera
4. Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa melalui
implementasi tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan Penegakkan Hukum secara
benar.
5. Menegakkan syariah Islam di Propinsi NAD

Strategi :
1. Dalam rangka membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Menghancurkan pandangan dan ide GAM serta menangkal dan mencegah terpengaruhnya
masyarakat NAD dari gerakan separatis
b) Pembangunan politik di NAD serta membangkitkan kebanggaan nasional pada diri putera-puteri
Aceh.
2. Dalam rangka pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan pemerintah
di NAD, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma Aceh
b) Mengembalikan kultur asli Aceh dalam wujud yang sebenarnya
c) Dalam rangka membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang adil dan sejahtera,
dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk menjamin kesejahteraan
masyarakat NAD
b) Membentuk struktur ekonomi NAD yang berkeadilan
d) Dalam rangka Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
melalui implementasi tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan penegakkan hukum
secara benar, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Mengembangkan Sistem Keamanan Nasional (Siskam-nas) di Aceh yang sesuai dengan
pola/budaya kehidupan masyarakat Aceh.
b) Meningkatkan pembinaan territorial dalam rangka menyiapkan tata ruang wilayah pertahanan
sebagai media daya tangkal bangsa untuk menanggulangi setiap ancaman.

e) Dalam rangka menegakkan syariah islam di propinsi NAD, dilaksanakan strategi sebagai berikut
:
a) Peningkatan pemahaman dan pengamalan syariah Islam dalam kehidupan bermasya-rakat dan
bernegara.
b) Pemberdayaan pranata agama.
Upaya

Dalam rangka realisasi kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan di atas ke arah yang lebih
konkrit, perlu dirumuskan upaya-upaya sebagai manifestasi pelaksanaannya, sebagai berikut :

1. Bidang Ideologi Politik

a) Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air, serta rasa persaudaraan agar
tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan masyarakat NAD.

b) Menciptakan iklim politik nasional yang damai, saling kooperatif dan demokratis agar stabilitas politik
bisa terjaga.

c) Menyusun peraturan perundang-undangan yang lebih tegas, jelas dan adil terhadap semua pihak
yang berkepentingan.

d) Memelihara persebaran penduduk yang proporsional dengan kondisi topografi dan posisi astronomis
dalam rangka deteksi dini untuk pengamanan wilayah negara
2. Bidang Ekonomi

a) Pola pemenuhan kebutuhan pokok, melalui implementasi pengembangan usaha/industri kecil dan
menengah.

b) Realisasi program khusus pengentasan kemiskinan.

c) Menciptakan pola distribusi antar kabupaten / kota.

d) Menilai ulang sistem dan prosedur administrasi dana manajemen pembangunan otonomi khusus
NAD.

e) Pola investasi melalui penggerakkan kembali roda perekonomian daerah.

f) Mempercepat operasiona-lisasi status Sabang sebagai Pelabuhan Bebas.

3. Bidang Sosial Budaya

a) Melakukan pendekatan-pendekatan kultural.

b) Menampilkan seni budaya Aceh sebagai sebuah pra-konsepsi wilayah Propinsi NAD.

c) Mengembalikan kewenangan adat kepada masyarakat.

d) Memunculkan kembali adat istiadat Aceh yang sudah mulai sirna.

4. Bidang Hankam ( Pertahanan dan Keamanan )

a) Merumuskan kembali peran dan tanggung jawab semua komponen bangsa dalam menghadapi
separatisme.

b) Melakukan upaya-upaya intelijen, teritorial yang dilakukan oleh satuan TNI dan Polri yang profesional.

c) Merumuskan kembali gelar kemampuan dan kekuatan TNI dan Polri sesuai dengan situas dan kondisi
NAD.

d) Melaksanakan keseimbangan penerapan hukum.


5. Bidang Agama

a) Membentuk qanun-qanun sebagai aturan pelaksanaan dalam penyelenggaraan pemerintahan NAD.

b) Memberdayakan tokoh-tokoh agama dalam negosiasi konflik.

c) Mendekati pihak ulama untuk merebut hati masyarakat.

d) Menciptakan hukum di NAD yang mengakomodir syariah islam.

Secara ringkas bahwa upaya yang harus adilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi
pemberontakan GAM ini adalah sebagai berikut :

 Pemulihan keamanan untuk menindak secara tegas separatisme bersenjata yang melanggar hak-hak
masyarakat sipil.

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan konflik atau separatisme melalui perbaikan
akses masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan pemerataan pembangunan antardaerah.

 Meningkatkan kualitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.

 Mendeteksi secara dini dan pencegahan awal potensi konflik dan separatisme.

 Melaksanakan pendidikan politik secara formal, informal, dialogis, serta melalui media massa dalam
rangka meningkatkan rasa saling percaya.

 Menguatkan kelembagaan pemerintah daerah di bidang pelayanan publik.

 Menguatkan komunikasi politik pemerintah dengan masyarakat.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Timbulnya konflik Aceh tidak hanya dari sudut pandang polotik yaitu paska berhentinya
perlawanan Darul Islam di Aceh, keinginan Aceh untuk melakukan Islamisasi di Indonesia
menjadi lebih sempit hanya kepada Aceh. Selain itu minimnya rasa persatuan dan kesatuan yang
dimiliki oleh masyarakat Aceh sehingga mereka dengan gencar ingin membebaskan diri dari
NKRI. Selain itu, kondisi ekonomi juga ikut memicu terjadinya pemberontakan di Aceh.
2. Begitu banyak dampak yang diakibatkan dengan adanya pemberontakan tersebut. Masyarakat
yang awalnya tidak terlibat dengan pemberontkan itu akhirnya ikut juga merasakan. Misalnya,
banyak yang kehilangan keluarga tercinta, sarana dan prasarana juga ikut hacur, supremasi hukum
tidak ditegakkan lagi dan lain sebagainya.
3. Dengan adanya masalah ini dapat disimpulkan beberapa upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir kejadian – kejadian seperti itu terulang kembali, antara lain :
 Persatuan sebagai landasan untuk mencapai ketahanan nasional.
 Dari kesatuan pandangan akan didapat ketahanan nasional yang kuat. Dengan adanya kesamaan
pandangan antara pemerintah dengan masyarakat maka dengan mudah pemerintah dapat
menentukan politik dan strategi nasional.
 Perwujudan dan fasilitasi berbagai forum dan wacana-wacana sosial politik yang dapat
memperdalam pemahaman mengenai pentingnya persatuan bangsa, mengikis sikap diskriminatif,
dan menghormati perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini hendaknya pembaca dapat mengetahui dan memahami pentingnya
persatuan dan kesatuan dalam suatu negara demi terciptanya ketahanan nasional yang kokoh dan
kuat. Serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari sejak dini.

http://idayoce.blogspot.co.id/2013/12/gam-gerakan-aceh-merdeka.html

Anda mungkin juga menyukai