Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian minor yang
berjudul :
Penelitian minor ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
MATERIAL TEKNIK di Politeknik Manufaktur Bandung.
1. Tuhan YME yang selama ini telah memberikan kesempatan dan kesehatan
sehingga penulis masih bisa diberikan kemampuan oleh-Nya.
2. Yth. Bapak Umen Rumendi, S.T., M.T., selaku dosen material teknik yang
telah banyak meluangkan kesempatan, tenaga, dan pikiran, untuk
membimbing selama penelitian.
3. Kepada Bapak Heri, selaku instruktur lab. pabrikasi yamg telah banyak
membantu selama penelitian.
Penulis berharap agar laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
BAB II....................................................................................................................................... 4
2.5 Hardening.................................................................................................................. 9
ii
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................................. 17
BAB IV ................................................................................................................................... 24
BAB V .................................................................................................................................... 30
PENUTUP .............................................................................................................................. 30
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Industri, khususnya yang sering menggunakan bahan logam untuk membuat dan
membangun kunstruksi pemilihan material yang tepat sangatlah penting. Material yang dipilih
harus berdasarkan sifat dan standar dari suatu material.
Baja merupakan material yang paling banyak digunakan sebagai bahan industri, karena
baja mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang bervariasi (Purboputro, 2009). Baja sebagai
material utama untuk menunjang berbagai keperluan industri terus meningkat, dimulai dari
industri otomotif, perkapalan, pemesinan, dan industri lainnya (Saefudin dan Herianto, 2008).
Dalam aplikasinya baja karbon medium yang banyak digunakan sebagai baja konstruksi mesin,
poros, roda gigi, rantai, dan lainnya (Sidney, 1992).
Pada Penelitian kali ini digunakan baja VCN, yang merupakan baja paduan dengan
karbon menengah. Pada spesimen dilakukan uji keras, dan uji mikro struktur sebelum
perlakuan panas dan setelah perlakuan panas guna mengetahui efek dari perlakuan panas
tersebut.
1. Bagaimana proses perlakuan panas pada Baja VCN 150 (DIN 34NiCrMo6) dilakukan?
2. Bagaimana hasil kekerasan material yang didapatkan setelah proses perlakuan panas?
1
1.4 Batasan Masalah
2
1.7 Sistematika Penulisan
Agar pembaca lebih mudah memahami isi dari karya tulis ini, penulis menyusun sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup kajian, tujuan
penulisan, diagram alir, dan metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan
Teknik.
Berisi mengenai beberapa teori dasar yang mendukung dan berkaitan dengan permasalah yang
dibahas oleh penulis pada laporan Teknik.
Berisi mengenai tahapan proses perlakuan panas, serta hasil pemeriksaan kekerasan dan
mikrostruktur pada material VCN yang telah di perlakuan panas.
BAB IV ANALISA
BAB V PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya serta saran yang
diperlukan untuk pengembangan lebih lanjut dari laporan Teknik ini.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur
paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga 2,1% berat
sesuai grade–nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa
ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan
nikel. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Baja VCN 150 merupakan nama dagang. Baja VCN 150 (DIN 34NiCrMo6) yaitu baja
paduan dari Nickel, Crom, dan Molybdenum dengan kandungan karbon menengah. Material ini
memiliki ketangguhan,kekuatan serta keuletan yang baik dan memiliki kemampuan
untuk dikeraskan yang cukup baik, karena relatif bebas dari temper embrittlement.
Si Mn S P Ni Cr Mo
C
0.20 – 0.60 – 0.040 0.40 1.65 – 0.70 – 0.20 -
0.38 –
0.35 0.80 (Max) (Max) 2.00 0.90 0.30
0.43
2.2.1 Karbon
4
2.2.2 Mangan
2.2.4 Chrom
2.2.5 Nikel
2.2.6 Molybdenum
Molybdenum dapat menguatkan fasa ferrit dan menaikan kekuatan baja tanpa
kehilangan keuletan.Unsur ini juga dapat berfungsi sebagai penyetabil karbida,
sehingga mencega pembentukan grafit pada pemanasan yang lama. Karena itu
penamabahan Mo kedalam baja dapat menaikan kekuatan dan ketahanan terhadap
creep pada suhu tinggi.
2.2.7 Phosphor
5
2.2.8 Sulfur
Baja merupakan paduan antara unsur besi (Fe) dengan karbon (C). karbon merupakan
salah satu unsur yang memiliki pengaruh dominan terhadap sifat mekanik baja. Diagram fasa
dapat digunakan sebagai panduan untuk memahami distribusi fasa-fasa pada berbagai
temperature dan komposisi , sehingga bisa diperoleh struktur mikro dan sifat mekanik yang
diinginkan.
Besi merupakan unsur logam yang politropik. Atom-atom karbon larut secara interstisi
di dalam besi dengan membentuk larutan padat, seperti ferit-α, ferit-δ dan austenite-γ.
Kelarutan karbon pada besi bergantung pada bentuk sel satuannya. Pada temperatus kamar,
besi membentuk ferit- α yang memiliki satuan BCC. Ferit kemudian akan bertransformasi
6
menjadi austenite-γ yang memiliki sel satuan FCC pada temperature 912°C sampai 1394°C.
Di atas 1394°C besi kembali memiliki satuan BCC yang disebut ferit-δ, kemudian meleleh
pada 1538°C. pada diagram fasa Fe-C selain terdapat fasa-fasa yang membentuk larutan padat
juga ditemui fasa lain yang membentuk senyawa, seperti sementiti-Fe3C.
Ferit (α) memiliki satuan BCC dengan kelarutan karbon maksimum 0.022% pada
temperature 727°C yang bersifat ulet dan relative lunak. Austenin (γ) bersel satuan FCC dengan
kelarutan karbon maksimum 2,14% pada 1147°C. sementiti (Fe3C) merupakan fasa yang keras
dan getas sehingga sangat berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan dan kekerasan baja.
Pada diagram fasa terjadi tiga jenis reaksi, yang terdiri dari :
1. Reaksi peritektik
Terjadi perubahan dari fasa cair dan fasa ferit-δ menjadi fasa austenit pada temperature
1493°C.
L+δ γ
2. Reaksi eutektik
Terjadi perubahan fasa cair menjadi austenite dan sementit pada temperature 1147°C,
dengan komposisi 0.76%C. fasa campuran antara α dan Fe3C dikenal sebagai perlit.
L γ + Fe3C
3. Reaksi eutectoid
Terjadi perubahan fasa austenite menjadi fasa ferit dan sementit pada temperature 727°C,
dengan komposisi 0.76%C. fasa campuran antara α dan Fe3C dikenal sebagai perlit.
γ α + Fe3C.
Fasa-fasa yang terdapat pada baja:
7
Tabel 2.1 Penjelasan Sifat Fasa
Berdasarkan karbon yang dimiliki, baja dibagi atas baja karbon rendah dengan kadar
karbon maksimal 0.3% C, baja karbon medium dengan kandungan antara 0.3% - 0.6 % C, dan
baja karbon tinggi dengan kadar 0.6%-1.7%C. aplikasi dari setiap jenis baja disesuaikan
dengan sifat-sifat dan karakteristik yang dimilikinya.
2.4 Annealing
Annealing adalah salah satu perlakuan panas baja sampai suhu tertentu (rrekritalisasi)
dengan tujuan untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan serupa sehingga dapat
meningkatkan sifat keuletan (ductility).
1. Untuk baja tuang yang dituang dalam cetakan pasir yang mana suhu akan turun
perlahan-lahann dan struktur menjadi kasar, yang disebut struktur
WIDMANSTATTEN.
2. Untuk baja hasil dari proses pengerjaan dingin sebelum dikerjakan dimesin atau
kedeformasi selanjutnya.
8
2.5 Hardening
Hardening adalah proses perlakuan panas yang kemudian diikuti dnegan pencelupan
pada media celup secara tiba-tiba. Tujan proses ini adalah untuk mendapatkan struktur
martensite yang bersifat keras tapi rapuh. Proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas
temperature kritisnya (723°C).
2.6 Tempering
Tempering adalah proses pemanasan kembali baja yang sudah di “quenching” dalam
struktur martensite pada suhu 100°C sampai 600°C disertai penahanan suhu selama 1 samapi
2 jam. Tempering ini harus segera dilakukan setelah baja didinginkan pada proses quenching,
untuk mencegah terjadinya gerakan struktur yang labil. Dan bila dibiarkan benda kerja akan
menjadi retak.
RUMUS :
T1 = T2+25.HRC
2.7 Quenching
Untuk mendapatkan kekerasan dalam struktur martensite pada suhu baja yang
dipanaskan, haruslah melalui proses yang disebut pendinginan secara tiba-tiba (quenching),
dengan cara mencelup kedalam media pendingin yang sesuai dengan jenis bahan yang
dikeraskan.
Untuk menghindari tidak tercapainya kekerasan yang didinginkan dan retaknya benda
kerja yang dikeraskan, perlu pertimbangan hal-hal sbb :
9
1. Kecepatan pendinginan
Kecepatan pendinginan ini dapat dikontrol melalui medium quenching yang
digunakan.
Beberapa kecepatan yang harus dipakai, dapat dipelajari dari diagram CCT
(Continous Cooling Transformation).
2. Media Quenching
Ada 3 jenis media yang biasa digunakan dalam quenching yaitu air, oli dan
udara. Dimana air mendinginkan dengan cepat, dan udara mendinginkan paling
lambat.
3. Keadaan Benda Kerja
Ada dua peristiwa benda kerja disaat quenching yaitu baja akan mengkerut
selama kontak pertama dnegan media quenching dan baja akan mengembang pada saat
akhir quenching ketika mulai bertransformasi ke martensite.
10
2.8 Mikrostruktur
Struktur mikro pada baja dapat dihasilkan sesuai yang diinginkan melalui proses perlakuan
panas, dimana struktur mikro tersebut diperoleh melalui proses pemanasan dan pendinginan
benda pada temperatur tertentu. Struktur mikro yang dihasilkan pada baja adalah sebagai
berikut :
1. Ferrit
Ferrit adalah larutan padat karbon dan unsur paduan lainnya pada besi kubus pusat
badan Fe. Ferite terbentuk pada saat pendinginan yang lambat dari austenite baja hipoeutektoid
pada saat mencapai A3. Ferit memiliki kelarutan 0,025% C max. pada 723oC, dimana pada saat
austenite didinginkan pada suhu dibawah A3 (723 C) austenite yang memiliki kandungan C
yang sangat rendah akan bertransformasi ke ferit. Ferit mempunyai struktur lattice BCC (Body
Centered Cubic), bersifat sangat lunak ulet dan memiliki kekerasan sekitar 60 HB serta
memiliki konduktifitas yang tinggi.
2. Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umumnya dikenal dengan karbida
besi dengan rumus kimianya yaitu Fe3C dengan prosentase karbon pada sementit yaitu sekitar
6.67%. Sel satuannya orthorombik dan bersifat keras dengan harga kekerasannya yaitu sekitar
65-68 HRC.
11
3. Pearlit
12
4. Bainit
Bainit adalah fasa yang kurang stabil (metastabil) yang diperoleh dari austenite pada
temperature yang lebih rendah dari temperature transformasi ke perlit dan lebih tinggi dari
temperature transformasinya ke martensit. Kekerasannya bervariasi antara 45-55 HRC yang
tergantung pada temperature transformasinya. Ditinjau dari suhu transformasinya, jika
terbentuk pada suhu yang relative tinggi disebut dengan upper bainit, dan jika terbentuk pada
suhu yang lebih rendah disebut dengan lower bainit. Struktur upper bainit seperti perlit yang
sangat halus, sedangkan lower bainit meyerupai martensit temper.
5. Austenit
13
6. Martensit
7. Martensit Temper
Sesaat kondisi benda setelah quenched, dengan struktur hasil martensit, kondisinya
akan sangat keras dan rapuh, yang mana kurang dapat digunakan pada kebanyakan aplikasi
karena terbentuknya tegangan dalam. Kegetasan dan kerapuhan struktur yang terbentuk dapat
ditanggulangi dengan proses tempering. Tempering yang dilakukan dengan cara memanaskan
kembali baja martensit pada suhu dibawah temperatur eutectoid.
8. Austenit Sisa
Pada baja, austenit stabil pada temperatur diatas A3 dan Acm. Pada saat didinginkan
dari temperatur tersebut, menjadi tidak stabil karena berdisosiasi menjadi beberapa produk
baru. Produk baru yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan laju pendinginan dan komposisi
kimia dari baja yang diproses. Jika laju pendinginannya rendah, hasil dari transformasi adalah
perlit atau bainit. Tetapi jika baja didinginkan sedemikian rupa maka austenit akan
bertransformasi menjadi martensit dan austenit sisa.
14
2.9 Pengujian Bahan
Ada dua pungujian bahan yang akan dibahas yaitu pengujian kekerasan dan pengujian
mikrostruktur, yaitu :
15
bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dati nilai tersebut
maka disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers. Angka
Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi (Koefisien) dari beban uji (F) dalam
Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka tekan
(injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan
dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida Tungsten. Jika diameter Identor 10 mm maka
beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah 3000 N sedang jika diameter Identornya 5 mm
maka beban yang digunakan (pada mesin uji) adalah 750 N. Dalam Praktiknya, pengujian
Brinnel biasa dinyatakan dalam (contoh ) : HB 5 / 750 / 15 hal ini berarti bahwa kekerasan
Brinell hasil pengujian dengan bola baja (Identor) berdiameter 5 mm, beban Uji adalah sebesar
750 N per 0,102 dan lama pengujian 15 detik. Mengenai lama pengujian itu tergantung pada
material yang akan diuji. Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk
material bukan besi lama pengujian adalah 30 detik.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Proses Perlakuan panas dilakukan untuk membentuk struktur dari suatu material
menjadi bentuk tertentu yang diinginkan. Selain itu, Perlakuan panas juga berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan dan sifat dari material tersebut sesuai dengan yang diinginkan.
Pada proses kali ini, proses perlakuan panas dilakukan pada material VCN 150 (DIN
34NiCrMo6). Proses perlakuan panas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan
bentuk struktur dari VCN 150 (DIN 34NiCrMo6) dan untuk mengetahui tingkat kekerasan HB
dan HRC setelah dilakukan proses annealing, hardening,tempering dengan suhu (125, 150,
250 dan 350).
17
3.1 Diagram Alir Penelitian
18
3.2 Langkah Kerja Praktek Heat Treatment
Dalam Praktek kali ini, Alat dan Bahan yang digunakan adalah :
Alat:
- Oven/Tungku
- Bak quenching
- Tang penjepit
- Mikroskop
- Ampelas (Disc Sanding)
- Mesin potong specimen
- Mesin Mounting
- Oven/Tungku tempering
Bahan:
600
SUHU [°C]
400
200
0 25
0
0 5 10 15 20 25 30
WAKTU[JAM]
19
Langkah-langkah untuk melakukan proses Annealing yaitu :
Baja VCN dipanaskan di dalam oven hingga suhu 700°C kemudian dilakukan holding time
selama 120 menit setelah itu benda di dinginkan di dalam oven selama lebih dari 1 hari,
kemudian dilakukan uji kekerasan (HB) dan uji struktur mikro.
20
3.4 Proses Hardening
600
400
200
0 25
0
0 2 4 6 8
WAKTU[JAM]
21
Gambar 3.2 Setelah Hardening
Baja VCN dipanaskan di dalam oven hingga suhu 600°C lalu di holding selama 80
menit,kemudian suhu dinaikan lagi menjadi 860°C dan di holding 80 menit.
SUHU (°C)
100
100
50
0 0
0 1 2 3 0 2 4
WAKTU (JAM) WAKTU (JAM)
200 300
200
100 100
0 0
0 2 4 0 2 4
WAKTU (JAM) WAKTU (JAM)
22
Langkah-langkah proses Quenching yaitu :
Setelah benda selesai melalui proses hardening maka benda tersebut di keluarkan dari
oven dan langsung di quenching pada media oli. Proses quenching ini harus di lakukan secara
cepat.
23
BAB IV
HB AWAL 𝑃
𝐻𝐵 = 𝜋
2 2
PENGUKURAN HASIL 2 ⋅ 𝐷 ⋅ (𝐷 − √𝐷 − 𝑑 )
250
1 1 𝐻𝐵 = 𝜋
√52 − 0,9962 )
2 ⋅ 5 ⋅ (5 −
2 1
HB = 317.6564
3 1
4 0,98
5 1
RATA-RATA 0,996
HB AWAL HASIL
1.01
1
HB
0.99
0.98
0.97
Pengukuran
24
4.1.2 Data Setelah Proses Annealing
HB ANNEALING 700°C 𝑃
𝐻𝐵 = 𝜋
2 2
PENGUKURAN HASIL 2 ⋅ 𝐷 ⋅ (𝐷 − √𝐷 − 𝑑 )
250
1 1,03 𝐻𝐵 = 𝜋
2 2
2 ⋅ 5 ⋅ (5 − √5 − 1.14 )
2 1,1
3 1,1 HB = 241.7035
4 1,24
5 1,23
RATA-RATA 1,14
HB ANNEALING 700°C
1.5
1
HB
0.5
0
Pengukuran
25
4.1.3 Data Setelah Hardening (Quenching Oli)
PENGUKURAN HASIL
1 61,9
2 62
3 62,3
4 62,4
5 62,2
RATA-RATA 62,16
62.1
62
61.9
61.8
61.7
61.6
Pengukuran
26
4.1.4 Data Setelah Tempering
HRC TEMPERING
6 58,1 55,7 53 50
HASIL TEMPERING
60
55
HRC
50
45
1 2 3 4 5
Pengukuran
27
4.2 Uji Mikrostruktur
Karbida
Chromium
Ferrit
Pearlit
Ferrit
Pearlit
28
Setelah dilakukan proses perlakuan panas yaitu annealing berarti susunan
struktur baja kembali seperti awal.
Ferrite + Cementit
Martensite
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian berdasarkan metodologi penelitian yang telah dibuat, makan
dapat disimpulkan bnahwa :
1. Proses perlakuan panas yang dilakukan pada Baja VCN 150 (DIN 34NiCrMo6) adalah :
- Annealing, dilakukan dengan cara memanaskan benda dalam tungku dengan suhu
700°C dan di dinginkan dalam tungku selama kurang lebih 1 hari dengan tujuan
mengurangi kekerasan benda.
- Hardening, dilakukan dengan cara memanaskan baja dalam tungku dengan suhu
860°C dan di holding selama kurang lebih 80 menit.
- Quenching, dan dilakukan setelah benda dikeluarkan darai tungku dan langsung
dimasukan ke dalam drum oli.
- Tempering dilakukan di dalam tungku tempering dengan suhu 125°C, 150°C,
250°C, 350°C dengan tujuan menghilangkan tegangan dalam yang di akibatkan
oleh proses hardening.
2. Hasil kekerasan sebelum proses perlakuan panas adalah 34 HRC dan kekerasan yang
didapat setelah proses perlakuan panas adalah :
- Annealing = 23 HRC
- Hardening = 62,16 HRC
- Tempering = 125°C = 57.86 HRC , 150°C = 54.8 , 250°C = 53.16 , 350°C
= 50.2
3. Mikrostruktur yang dihasilkan setelah proses perlakuan panas yaitu :
- Pada pengujian mikrostruktur awal terdapat karbida, chromium, ferrit dan pearlit.
- Pada pengujian mikrostruktur setelah proses Annealing terdapat ferrit dan pearlit.
- Pada pengujian mikrostruktur setelah proses Hardening terdapat cementit,ferrit dan
pearlit.
- Pada pengujian mikrostruktur setelah proses Tempering struktur menjadi lebih rapi.
30
5.2 Saran
1. Lakukan media quenching yang berbeda untuk mengetahui kekerasan material setelah
dihardening.
2. Untuk pengamatan mikrostruktur lakukan pemolesan dengan baik untuk mendapatkan
gambar yang lebih jelas sehingga fasa-fasa yang yang terbentuk dapat terlihat dengan
baik.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://okasatria.blogspot.com/2007/11/pengujian-kekerasan-oleh-okasatria.html
32