Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ENDOKRIN

DIABETES TIPE 2 (NIDDM)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK :2

1. NURUL FATHONAH
2. YOLA SURYANI
3. BILLY RAKHA PUTRA
4. DIKI KARLINDO
5. ANGGUN RAHMAWATI
6. SETIA AGISTA
7. DITA ANGGRAENI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan hanya kepada Allah SWT, yang telah
menciptakan alam semesta ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Nabi kita, yaitu Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengajarkan apa
yang sebelumnya tidak diketahuioleh umat Islam.
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami penyusun mengucapkan banyak-banyak terimah kasih
kepada teman-teman dan para Dosen, atas semua dukungan dan motivasinya
sehingga makalah ini bisa kami selesaikan, namun di dalam makalah ini
tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan dan kehilafan, oleh karnanya
kami mengharapkan kritik dan sarannya dari para dosen sehingga
setidaknya kami dapat menyajikan tugas yang lebih baik kedepannya.
Besar harapan kami, agar makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai acuan menambah wawasan dan
pengetahuanSistem Endokrin, khususnya yang di bahas makalah ini yaitu
Diabetes tipe 2 (NIDDM).

Pringsewu, Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (NIDDM). Angka kejadiannya paling sering
dibandingkan dengan Diabetes Melitus tipe I. Hal ini dikarenakan pada
Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan oleh beberapa factor
diantaranya yaitu adanya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi
makanan sedangkan aktivitas fisik berkurang, sehingga menyebabkan
kegemukan. Diabetes mellitus tipe II dengan adanya kegemukan dapat
menimbulkan komplikasi lebih lanjut terhadap berbagai organ tubuh
diantaranya ginjal, mata, jantung koroner, pembuluh darah kaki dan
pembuluh darah otak.
Bila dilihat dari permasalahannya klien dengan Diabetes Melitus
memerlukan pengobatan dan perawatan sedini mungkin dengan diet,
latihan dan obat-obatan. Pada umumnya klien dengan Diabetes Melitus
menjadi rentan terhadap infeksi, dan infeksi yang timbul terjadi karena
kesulitan untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan infeksi pada
klien cenderung lebih berat. Disamping itu partisifasi klien seperti
menjalankan program diet dengan baik, olahraga dengan teratur, disertai
dengan pengetahuan yang memadai tentang penyakit Diabetes Melitus,
akan sangat menunjang dalam proses penyembuhan. Untuk itu
memerlukan tindakan keperawatan, baik berupa perawatan maupun
pencegahan komplikasi. Dan ketidak epektifan kepatuhan pengobatan
memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang epektif sehingga klien bisa
merubah gaya hidupnya dan mengikuti pengobatan dan perawatan lebih
lanjut.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana NIDDM itu ?
2. Apa penyebab NIDDM ?
3. Bagaimana patofisiologi NIDDM ?

C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
Dengan NIDDM dengan pendekatan proses keperawatan .
2. Tujuan khusus
Penulis dapat :
a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan NIDDM.
b. Membuat rencana keperawatan guna mengatasi
permasalahan yang muncul sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperwatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Diabetes militus adalah ganguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat,lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penueunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler, dan neoropati (sudoyo dkk, 2009)
Diabetes Melitus tipe II/ NIDDM adalah gangguan kronis
yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang
diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relative kekurangan
insulin. ( Susan, M.T, 1998 )
NIDDM ini terjadi pada usia matur atau pertengahan
meskipun pada semua tahapan usia dapat terjadi. Disini factor
lingkungan sangat berperan misalnya perubahan gaya hidup dalam
mengkonsumsi makanan sedangkan aktivitas berkurang sehingga
menyebabkan obesitas.

B. ETIOLOGI
NIDDM di sebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan denganproses
terjadinya diabetes tipe II :
Usia, obesitas, dan riwayat keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa
darah dua jam paska pembedahan di bagi menjadi tiga: (Sudoyo aru,
dkk 2009)
1. <140 mg/dl ( normal)
2. 140-<200 mg/dl (Toleransi glukosa terganggu)
3. ≥ 200 mg/dl( diabetes)
C. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis DM dikaitan kedengan kosekuensi
metabolic defisiensi insulin (pice & wilson,2006)
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berkaitan glukosuria yang akan menjadi
dieresisosmoti yang meningkatkan pengeluaran urin
(poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang.
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata
kabur, himpotensi, peruritasfulfa.

Kriteria diaknosis DM: (sudoyono aru,dkk 2009)


1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dL
(11,1mmol/L)
2. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
3. Gejala klasik Dm + glukosa plasma ≥ 126mg/dL (7,0
mmo/L) Puasa diartikan pasien tidak mendpat kalori tambhan
sedikitnya 8 jam
4. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1
mmol/L)
TTGO dilakukan dengan setantar WHO, menggunakan
bebean glukosa yang setara dengan 75gr glukosa anhidrus
dilarutkan kedalam air

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa
/produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan
sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses
glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa darah >
110 mg / dl ). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan
metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi. Empat perubahan itu
adalah:
1. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
2. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa
dalam darah
3. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan
glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus
melebihi kebutuhan.
4. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati
yang tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan
lemak

a. PATHWAY

( Referensi : NANDA 2015)


E. KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes militus ( smeltzer,2002)
a) Klasifikasi klinis
Tipe II : NIDDM
Di sebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunyya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:
1. Tipe II dengan obesitas
2. Tipe II tanpa obesitas
b) Gangguan toleransi glukosa
c) Diabetes kehamilan

F. KOMPLIKASI
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Penyakit kardivaskular
4. Amputasi

G. DIAGNOSA BANDING
1. Diabetes millitus type 1
2. Diabetic ketoacidosis
3. Pancreatitis
4. Gestational diabetes

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan (isselbacher,2000)
Insulin pada NIDDM diperlukan pada keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketosidosis diabetik(KAD) atau hiperglikemia hiperosmolar non
ketotic(HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stres berat(infeksi sistemik,operasi besar,IMA,Stroke)
7. Kehamilan dengan DM atau diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makanan
8. Gangguan fugsi ginjal atau hati yang berat
9. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang (sudoyono dkk, 2009)
1. Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagi patokan penyaring
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa DM Belum pasti DM
darah sewaktu
Plasma vena >200 100 – 200
Darah kapiler >200 80 -100
Kadar glukoasa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa DM Belum pasti DM
darah puasa
Plasma vena >120 110 -120
Darah kapiler >110 90 -110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes militus pada sedikitnya


2 kali pemeriksaan :
a. Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140mg/dl(7,8mmol/L)
c. Glukosa plasma darisempel yang diambil 2 jam kemudian
sesuadh mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam posprandial
(pp) >200mg/dl)
3. Tes laboraturium DM
Jenis tes pada pasien DM dabat berupa tes saring, tes diaknostik,
tes pemantauan, dan tes untuk mendeteksi komplikasi
4. Tes saring pada DM adalah:
a. GDP, GDS
b. tes glukosa urin :
1) tes konfesional (metode reduksi / benedict)
2) tes carik clup (metod glucose oxsidase/hexsokinase)
5. tes diaknostik
Tes –tes diknostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP
(glukosa darah 2 jam posprandial), glukosa jam ke 2, TTGO
6.tes monitoring terapi
Tes- tes monitoring terapi DM adalah :
- GDP: plasma vena, darah kapiler
- GDP2PP:plasma vena
- A1c: darah vena , darah kapiler

7.Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi

a. Mikroalbuninuria: urine
b. Ureum,kreatinin,asam urat
c. Kolesterol total: plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL: Plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL :plasma vena (puasa)
f. Trigliserida : plasma vena (puasa)

J. HASIL PENELITIAN PENATALAKSANAAN PADA KLIEN


NIDDM
Pengaruh latihan fisik; senam aerobik terhadap penurunan
kadar gula darah pada penderita DM tipe II di wilayah puskesmas
Bukateja Purbalingga
Puji Indriyani, Heru Supriyatno, Agus Santoso
Abstract
Diabetes mellitus tipe 2 adalah suatu keadaan hiperglikemia
yang disebabkan gangguan pada resistensi insulin dan sekresi insulin
sehingga metabolisme tubuh juga terganggu. Pada DM tipe 2, latihan
fisik berperan sebagai glycemic control yaitu mengatur dan
mengendalikan kadar gula darah. Latihan fisik yang dianjurkan salah
satunya adalah senam aerobik, yang bertujuan meningkatkan dan
mempertahankan kesegaran tubuh dan dilaksanakan sesuai prinsip
F.I.T.T (Frekuensi, Intensitas, Time dan Tipe). Penelitian yang
dilakukan di wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga pada bulan
September – Oktober 2004 ini, bertujuan untuk mengetahui
pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian pra eksperimen tanpa kelompok kontrol. Responden yang
menjadi subyek penelitian adalah 22 orang yang menderita DM tipe
2. Alat pengumpulan data berupa kuesioner tentang karakteristik
responden dan observasi untuk mengetahui kadar gula darah
sebelum dan sesudah latihan.Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Puskesmas Bukateja
Purbalingga (p=0.0001) dengan penurunan rata – rata sebesar 30,14
mg%.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.M

DENGAN DIAGNOSA MEDIS NIDDM

DI RUANG SAKURA RSUD

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
Tanggal masuk :
Jam masuk :
No. register :
Ruang :
Tanggal Pengkajian :
Jam Pengkajian :

2. Biodata Klien
Nama :
Umur :
Agama :
Status :
Pekerjaan :
Alamat :

Biodata Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Status :
Pekerjaan :
Hub dg klien :
3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Dahulu
DS: klien mengatakan tidak mempunyai penyakit dahulu.
Namun hanya demam batuk dan pilek
 Riwayat Penyakit Sekarang
DS:
1. Klien mengatakan sudah 3 hari mengalami mual muntah
2. Klien mengatakan badannya lemas
3. Klien mengatakan kepalanya pusing
4. Klien mengatakan tidak nafsu makan
5. Klien mengatakan lambungnya tersa sakit
DO:
1. Klien tampak pucat
2. TTV: TD: 100/60 mmHg
RR: 20x/mnt
N : 80x/mnt
S :36.5’C

Keluhan utama: keluhan yang pertama kali dirsakan oleh klien

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

DS: klien mengatakan dalam keluarganya memiliki riwayat


penyakit DM
Genogram

5.Riwayat Kesehatan Lingkungan

Hubungan klien terhadap lingkungannya

6.Riwayat Tindakan Bedah

Riwayat klien dengan tindakan bedah

7.Riwayat Penyakit Masa anak-anak

Imunisasi: klien menatakan pada masa anak-anak imunisasi nya


lengkap

Alergi: klien mengatakan tidak memiliki alergi pada makanan dan


kebiasaan lainnya.
8. Riwayat Sosial

Hubungan klien terhadap sosialnya

9. Personal Hygiene

Sebelum sakit Selama sakit


Mandi
Gosok gigi
Cuci rambut
Potong kuku
Ganti pakaian

10. riwayat Kesehatan untuk pola nutrisi – metabolic

DS: klien mengatakan sering merasa lapar dan sering merasakan


haus (BB: 45 kg)

sebelum sakit Selama sakit


Makan pagi
Makan siang
Makan malam
Kudapan
Minum

RUMUS IMT= BB/TB²(dalam meter)

Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17.0
Kekurangan BB tingkat ringan 17.0 – 18.5
Normal 18.5 – 25.0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25.0 – 27.0
Kelebihan BB tingkat berat >27.0
Contoh:

BB= 45 kg

TB = 155 Cm

45/ 1.55 x 1.55 = 45- 2,4 =18,75

RUMUS BERAT BADAN IDEAL

BB= (TB)² x 18,5 sampai dengan BB = (TB)² x 25,0

Keterangan :

18,5 = IMT normal batas bawah

25,0= IMT normal batas atas

11. Riwayat Kesehatan untuk Pola Eliminasi

Sebelum sakit
BAK BAB
Frekuensi : Frekuensi :
Jumla Jumlah feses :-
Warna : Warna :
Bau : Konsisten

Selama sakit
BAK BAB
Frekuensi : Frekuensi :
Jumlah urin : Jumlah feses :-
Warna : Warna :
Bau : Konsisten
RUMUS BALANCE CAIRAN

Input – output =

Am :

>balita : 8 ml/kgBB/hari >dewasa : 5 ml/kgBB/hari

> 5-7 thn : 8 – 8,6 ml/kgBB/hari >7-11 thn :6 -7 ml/kgBB/hari

>Anak : 12 – 44 thn : 5- 6 ml/kgBB/hari

Contoh:

Input : cairan masuk :3000 cc

Infus RL : 1500 cc

Airmetabolisme: 5 cc x 32= 160

=( 3.310 cc)

Output :urin : 4500 cc

BAB : 100 cc

IWL= 15 x 45/ 24 jam = 675/24 = 28.125

=( 4628.125)

Input – output = 3.310 – 4628.125 = - 1318.125

12. Riwayat Keperawatan untuk Pola Aktivitas Latihan

Skala Kekuatan otot


O Otot tidak mampu bergerak/lumpuh
total
1 Terdapat sedikit kontraksi otot
namun tidak di dapatkan gerakan
pada persendian
2 dapat menggerakan otot atau bagian
yang lemah sesuai perintah
3 Dapat menggerakan otor dg tahanan
minimal
4 Dapat bergerak dan dapat melawan
hambatan yang ringan
5 Kekuatan otot penuh

13. Riwayat Keperawatan untuk pola Istirahat tidur

FASE TIDUR REM FASE TIDUR NREM


70- 90menit N1= 5 menit
N2= 10 -30 menit
N3 dan N4= tidak terbatas

14. Riwayat kesehatan untuk pola kognitif perseptual

DS: -

15. Riwayat kesehatan untuk pola konsep diri

Sikap terhadap diri :tetap mau berinteraksi

Keinginan untuk mengubah diri: mempunyai semangat untuk


sembuh

16. Riwayat kesehatan untuk pola peran hubungan

Hubungan klien terhadap perannya

17. Riwayat kesehatan untuk pola seksualitas dan reproduksi

Hubungan klien terhadap kesehatan seksualitas dan reproduksi


18. Riwayat kesehatan untuk pola koping/toleransi stress

Stressor : adanya ketegangan tubuh dan mental

System pendukung: keluarga

Efek penyakit terhadap stress : adanya peningkatan denyut jantung

Ekspresi: tegang dan gugup

19. Riwayat kesehatan untuk pola nilai / kepercayaan

Hubungan klien dengan agama dan Tuhan

PEMERIKSAAN FISIK

1. Data obyektif (Normal dewasa)


Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 120/80mmHg
Suhu : 36-37,5◦C
Nadi :60-100x/menit
RR :16-24 X/menit

2. Pemeriksaan head to toe


Kepala Normal Tidak normal
Mata (inspeksi ) simetris Tidak simetris
Scelera Aniterik Iterik
Konjungtifa Ananemis Anemis
Pengelihatan Tidak kabur Kabur

Hidung (inspeksi)
Cuping hidung
Penghiduan Penciuman
normal

Teling (inspeksi)
Serum Tidak ada serum Terdapat serumen
Tes pendengaran

Mulut(inspeksi)
Mukosa Lembab dan Kering
tidak ada lesi
Lidah Bersih Kotor
Tonsil Tidak ada Terdapat
pembengkakan pembengkakan
tonsil
Nyeri telan Tidak ada Terdapat nyeritelan
Stomatitis Tidak ada
stomatitis

Gigi (inspeksi)
Karis gigi Tidak ada karis
gigi

Leher (inspeksi & palpasi) Tidak ada


pembengkakan
kelenjar tiroid
Dada
Inspeksi paru Bentuk simetris
Auskultasi Vesikuler
Palpasi Tidak ada nyeri
tekan
Perkusi Sonor
Auskultasi Lup dup Terdapat BJ
tambahan

Abdomen
Inspeksi Tidak ada lesi
Auskultasi Bising usus 4
x/menit(hiper
aktif)
Perkusi Timphani
Palpasi Terdapat nyeri
tekan dibagian
lambung
Genetalia
Inspeksi Tidak ada lesi
Ekstermitas Atas: tidak ada
kelainan
Bawah: normal

Kulit Elastis Tidak elastis

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data Obyektif:
1. Labroraturium

NO Paramenter Nilai normal


1 WBC 400-10.00
2 RBC 3.50-5.50
3 HGD 11.0-16.0
4 PLT 150-450
5 GDS 70-115 /dl
Pemeriksaan penunjang (sudoyono dkk, 2009)
Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagi patokan penyaring
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Kadar glukosa DM Belum pasti DM
darah sewaktu
Plasma vena >200 100 – 200
Darah kapiler >200 80 -100
Kadar glukoasa darah puasa (mg/dl)
Kadar glukosa DM Belum pasti DM
darah puasa
Plasma vena >120 110 -120
Darah kapiler >110 90 -110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes militus pada sedikitnya


2 kali pemeriksaan :
a) Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl (11,1mmol/L)
b) Glukosa plasma puasa >140mg/dl(7,8mmol/L)
c) Glukosa plasma darisempel yang diambil 2 jam kemudian
sesuadh mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam
posprandial (pp) >200mg/dl)
ANALISA DATA

Data (symtom) Etiologi Problem Halaman


 pemantauan glukosa gangguan Resiko ketidakstabilan NANDA
darah tidak metabolisme kadar glukosa darah diagnosis kep
adekuat ( 187 )
 kurang pengetahuan
tentang manajemen Nanda
diabetes NIC&NOC
 asupan diet jilid 1 (338)
 kurang manajemen
diabetes (rencana
tindakan)
 Defisit volume cairan Gejala poliurea dan Resiko NANDA
 Disfungsi endokrin dehidrasi ketidakseimbangan diagnosis kep
 Kelebihan volume elektrolit (191)
cairan
 Gangguan Nanda
mekanisme regulasi NIC&NOC
(diabetes) jilid 1 (335)

 Gangguan integritas Penyakit diabetes Resiko infeksi NANDA


kulit millitus diagnosis kep
 Penyakit kronis (DM, (405)
obesitas)
 Malnutrisi Nanda
NIC&NOC
jilid 1 (323)

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa NOC NIC


keperawatan
Resiko  Dapat mengontrol  Memantau
ketidakstabilan kadar gula darah kadar glukosa
kadar glukosa  Kepatuhan diet sehat darah
darah b.d gangguan  Pemahaman  Pantau tanda
metabolisme manajemen diabetes dan gejala
hiperglikemia
(poliurea,
polidipsia,
polifagia)
 Mengelola
insulin seperti
yang ditentukan
 Anjurkan
terhadap
kepatuhan diet
dan latihan
Resiko  Mempertahankan  Pertahankan
ketidakseimbangan urine output sesuai catatan intake
elektrolit b.d dengan BB dan usia dan output yang
Gejala poliurea dan  TTV dalam rentan adekuat
dehidrasi normal  Monitor status
 Tidak ada tanda- hidrasi
tanda dehidrasi  Kolaborasi
(tidak ada rasa haus pemberian
berlebih, turgor kulit cairan IV
elastis, mukosa  Monitor status
lembab) nutrisi
 Monitor status
cairan termasuk
intake dan
output cairan
Resiko infeksi b.d  Klien bebas dari  Tingkatkan
penyakit diabetes tanda dan gejala intake nutrisi
mellitus infeksi  Monitor
 Jumlah leukosit terhadap
dalam batas normal kerentanan
(<10.000) nutrisi
 Menunjukan  Ajarkan cara
perilaku hidup sehat menghindari
infeksi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak
tergantung insulin (NIDDM). Angka kejadiannya paling sering
dibandingkan dengan Diabetes Melitus tipe I. Hal ini
dikarenakan pada Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan
oleh beberapa factor diantaranya yaitu adanya perubahan gaya
hidup dalam mengkonsumsi makanan sedangkan aktivitas fisik
berkurang, sehingga menyebabkan kegemukan. Diabetes
mellitus tipe II dengan adanya kegemukan dapat menimbulkan
komplikasi lebih lanjut terhadap berbagai organ tubuh
diantaranya ginjal, mata, jantung koroner, pembuluh darah kaki
dan pembuluh darah otak.

B. Saran
Sebaiknya kita hurus lebih menjaga pola hidup agar tidak
terkena penyakit DM, dan lebih mengurangi makanan yang
manis-manis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Price, A.sylvia & wilson, L.M. 2005.


Patofisiologi. Jakarta: EGC.
2. Herdman, T. Heather. 2015. Nanda
International. Jakarta: EGC
3. Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardi.
2015. Aplikai asuhan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa Medis & NANDA
NIC NOC. Jilid 1. Jogjakarta : mediaction
jogja

Anda mungkin juga menyukai