Oleh :
TEGUH SANTOSO
NPM 0610073211
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2017
i
PERNYATAAN
Sepanjang pengetahuan saya, dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Teguh Santoso
ii
SKRIPSI
Oleh:
TEGUH SANTOSO
NPM0610073211
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
iii
SKRIPSI
Oleh:
TEGUH SANTOSO
NPM0610073211
Tanda
Jabatan Nama Tanggal
Tangan
Penguji I
Mengetahui,
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, serta sholawat dan salam selaluter curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerapan Model Participative Teaching And Learning Berbantuan Multimedia
Presentasi Untuk Meningkatkan Percaya Diri Dan Pemahaman Konsep
Matematika Materi Aljabar Kelas VIII Di SMP N 3 Kajen Tahun Pelajaran
2016/2017”.
Skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan
banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1) H. Suryani, S.H. M.Hum. Rektor Universitas Pekalongan (UNIKAL).
2) Drs. Chamdi Rohmat, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Pekalongan.
3) Sayyidatul Karimah, S.Pd.I, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Pekalongan (UNIKAL).
4) Dewi Azizah, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama bimbingan pada penulis.
5) Nur Baiti Nasution, M.Sc. Pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama bimbingan pada penulis.
6) Penguji yang telah memberikan masukan pada penulis.
7) Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8) Drs. Suhadi. Kepala SMP Negeri 3 Kajen yang telah memberi izin
penelitian.
9) Lukmanul Chakim, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 3 Kajen yang
telah membantu dan membimbing selama penelitian di kelas.
vi
10) Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen yang telah membantu proses
penelitian.
11) Semua pihak yang telah membantu terselesaikan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para
pembaca. Terimakasih.
Penulis
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi di SMP Negeri 3 Kajen.
Pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran matematika. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan latihan
soal, masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
latihan soal tersebut. Kesulitan inilah yang menggambarkan bahwa masih
rendahnya pemahaman siswa akan konsep-konsep mata pelajaran matematika.
Permasalahan tersebut terjadi karena adanya beberapa kendala yaitu masih
berpusatnya pada guru dalam proses pembelajaran. Guru dominan
menggunakan metode ceramah sehingga berdampak pada siswa yang pasif,
siswa takut bertanya, dan tidak termotivasi untuk beraktifitas dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga tidak memiliki rasa percaya diri. Rumusan masalah
penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
Participative Teaching and Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat
meningkatkan Percaya diri dan Pemahaman konsep pada materi aljabar dikelas
VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017 ?”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan yang meliputi
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes yang
terdiri dari observasi proses pembelajaran, angket percaya diri belajar matematika
siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
Hasil penelitian ini adalah Pada siklus I presentase keterlaksanaan
pembelajaran berdasarkan observasi dengan penerapan model participative
teaching and learning sebesar 66,67 % pada pertemuan 1 dan 75 % pada
pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 83,33% pada pertemuan 1 dan
91,67 % pada pertemuan 2. Peningkatan rata-rata presentase indicator percaya
diridari siklus I sebesar 64,22 % menjadi sebesar 70,27 % pada siklus II.Rata-rata
hasil tes siklus I sebesar 56, 52 dan pada siklus II meningkat menjadi 75,65.
viii
Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model Participative Teaching
And Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat meningkatkan Percaya Diri
dan Pemahaman Konsep Matematika Materi Aljabar Kelas VIII Di SMP N 3
Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017.
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN ......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
PRAKATA ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
xi
4. Multimedia Presentasi ............................................................... 11
5. Kepercayaan Diri (Self-Efficacy) .............................................. 12
6. Pemahaman Konsep .................................................................. 13
7. Pembelajaran Participative Teaching And Learning ................ 15
8. Ciri-Ciri Pembelajaran Partisipatif ........................................... 15
9. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Partisipatif ................. 16
10. Pengertian Prisma ...................................................................... 17
11. Volume Prisma .......................................................................... 18
12. Pengertian Limas ....................................................................... 19
13. Volume Limas ........................................................................... 21
C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 22
xii
1. Prosedur Penelitian ................................................................... 40
2. Rencana Penelitian .................................................................... 41
a) Siklus I ............................................................................... 41
b) Perencanaan ....................................................................... 41
c) Implementasi Tindakan ..................................................... 42
d) Observasi Dan Tindakan ................................................... 44
e) Refleksi .............................................................................. 44
f) Siklus II .............................................................................. 44
g) Perencanaan ...................................................................... 44
h) Implementasi Tindakan .................................................... 45
i) Observasi Dan Tindakan .................................................. 47
j) Refleksi ............................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 48
A. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 48
1. Tindakan pembelajaran siklus I ............................................... 49
a. Tahap perencanaan ........................................................... 50
b. Tahap pelaksanaan ............................................................ 50
c. Tahap observasi dan analisis ............................................. 58
d. Tahap refleksi .................................................................... 61
2. Tindakan pembelajaran siklus II .............................................. 63
a. Tahap perencanaan ............................................................ 63
b. Tahap pelaksanaan ............................................................ 64
c. Tahap observasi dan analisis ............................................. 75
d. Tahap refleksi .................................................................... 77
B. Pembahasan .................................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................... ......... 86
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................... 87
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang peneliti kemukakan tersebut, maka
dapat di identifikasikan permasalahannya sebagai berikut :
1. Masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran
matematika.
2. Masih terdapat siswa yang tidak bisa mengerjakan soal baik tugas
maupun latihan yang diberikan oleh guru secara individu.
3. Masih terdapat siswa yang cenderung menyalin jawaban guru
dari pada mengerjakan sendiri.
4. Siswa yang pandai lebih mendominasi dalam pembelajaran
maupun pengerjaan soal secara individu.
5. Banyak siswa yang masih malu bertanya saat diberikan kesempatan
bertanya karena takut diremehkan oleh teman-temannya.
6. Banyak siswa yang beranggapan mata pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan.
7. Sebagian siswa masih menunggu perintah yang harus dikerjakan,
jarang sekali yang memiliki inisiatif dalam belajar. Kejadian tersebut
sering terjadi pada jam-jam kosong, tidak dimanfaatkan untuk belajar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran Participative Teaching and Learning berbantuan Multimedia
Presentasi dapat meningkatkan Percaya diri dan Pemahaman konsep pada
materi Aljabar di kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran
2016/2017 ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat meningkatkan percaya diri
dan pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun
Pelajaran 2016/2017 .
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Manfaat yang diharapkan peneliti adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan menambahkan wawasan pengetahuan
tentang penerapan model pembelajaran Participative Teaching and Learning
berbantuan Multimedia Presentasi dalam meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep siswa matematika pada materi aljabar.
2. Secara praktis
a. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru matematika
dalam menggunakan metode pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi yang dapat meningkatkan
percaya diri dan pemahaman konsep siswa, sehingga dapat menjadi sebuah
alternatif solusi bagi para guru mata pelajaran matematika sebagai bahan
acuan dan pertimbangan dalam menggunakan metode pengajaran.
6
b. Bagi siswa
Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning berbantuan Multimedia Presentasi diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri
dan pemahaman konsep dalam belajar matematika, serta pada akhirnya
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Sebagai dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode
pembelajaran matematika diantaranya dengan menggunakan model
pembelajaran Participative Teaching and Learning.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Participative Teaching and Learning berbantuan Multimedia Presentasi
yang dapat meningkatkan percaya diri dan pemahaman konsep siswa.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dan empiris dianggap paling mungkin dan
paling tinggi tingkat kebenarannya. Oleh karena itu, hipotesis masih
merupakan pernyataan yang masih lemah. Dalam penelitian ini
hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut yaitu: “Ada peningkatan
dengan penerapan model pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi terhadap percaya diri dan
pemahaman konsep mata pelajaran matematika materi aljabar di kelas
VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017 ”.
7
H. Sistematika Penulisan
Sistematika skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal
skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian awal skripsi
Berisi halaman judul, abstrak, lembar persetujuan, lembar pengesahan,
lembar pernyataan, lembar motto, dan persembahan, prakata, daftar
isi, daftar lampiran, dan daftar tabel.
2. Bagian isi skripsi
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Identifikasi masalah
c. Tujuan penelitian
d. Manfaat penelitian
e. Sistematika penulisan
Bab II Landasan Teoritis
a. Tinjuan pustaka
b. Landasan teoritis
c. Hipotesis
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Bab V Penutup
a. Simpulan
b. Saran
3. Bagian akhir skripsi
Berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan biodata penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
Hasil penelitian Sidiq (2012), yang berjudul “Upaya Peningkatan
Keaktifan Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar
(Segi Empat) Melalui Penerapan Model Participative Teaching And
Learning Di Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak Sukoharjo“.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika
siswa. Adanya peningkatan keaktifan belajar matematika siswa yang dapat
dilihat dari meningkatnya indikator keaktifan meliputi aspek: (1) bertanya
dengan bahasa yang tepat 10% diakhir tindakan 70%, (2) menjawab
pertanyaan (latihan mandiri) dengan tepat 5% diakhir tindakan 75%, (3)
keaktifan siswa bekerjasama dalam kelompok sebelum tindakan 10%
diakhir tindakan 80%, (4) aktif menanggapi kelompok yang presentasi
sebelum tindakan 10% diakhir tindakan 70%. Persamaan penelitian di atas
dengan penulis yaitu, menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning. Perbedaan penelitian di atas meningkatkan
keaktifan belajar siswa, sedangkan peneliti meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep matematika pada mata Pelajaran Aljabar.
Hasil penelitian Mahanani (2013), yang berjudul “Keefektifan Model
Pembelajaran CRH Berbantuan Powerpoint pada Kemampuan Pemecahan
MasalahِSiswaِKelasِVIIIِMateriِLingkaran”.ِSimpulan penelitian tersebut
yaitu model pembelajaran CRH berbantuan powerpoint efektif pada
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran.
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu, sama-sama
menggunakan bantuan media powerpoint. Perbedaan penelitian dengan
penulis yaitu pada penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran
8
9
B. Landasan Teoretis
1. Teori Belajar
Menurut Ausubel dalam Siregar dan Nara (2011 : 33) siswa akan
belajar dengan baik jika isi pelajaran (instructional content) sebelumnya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa (advance organizers). Dengan demikian, akan mempengaruhi
pengaturan kemajuan belajar siswa. Advance organizers adalah konsep tau
informasi umum yang mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. Advance organizers dapat memberikan tiga macam manfaat:
(1) menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan
dipelajari, (2) berfungsi sebagai jembatan yang akan menghubungkan antara
yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, (3) dapat membantu siswa
untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Untuk itu, pengetahuan
guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan demikian guru
akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif
yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berpikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran,
merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat serta mengurutkan
materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.
Selain Ausubel, menurut Bruner bahwa belajar tidak untuk mengubah
tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses
belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan (Slameto, 2010 : 11).
10
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, mateial, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2014 : 57). Unsur
unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang
siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur untuk mencapai tujuan.
Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem
pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media
sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang diprogram, dan
sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur
sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan menurut Amir dan Risnawati (2016 : 7), pembelajaran
merupakan proses individu mengubah prilaku dalam upaya memenuhi
kebutuhannya. Selanjutnya Thobroni (2016 : 35), menyatakan bahwa
pembelajaran adalah upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada
kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar siswa dapat belajar
dengan efektif dan efisien.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, bahwa dapat di simpulkan
pembelajaran merupakan suatu proses rangkaian kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan. Tujuan utama sistem pembelajaran yaitu agar siswa belajar.
Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan
prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dalam proses
mendesain sistem pembelajaran ini semata-mata dirancangan untuk
11
3. Pembelajaran Matematika
Menurut Amir dan Risnawati (2016: 8), pembelajaran matematika
adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi matematika dalam proses
pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi
pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan
mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara
efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan seluruh siswa secara aktif.
Kualitas pembelajaran didapat dari segi proses dan segi hasil.
Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau bagian besar siswa terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping
menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan percaya diri. Kedua, dari
segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah
laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep
matematika, dan mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Multimedia Presentasi
Menurut Rusman, Kurniawan, dan Riyana (2012 : 296), multimedia
merupakan media presentasi dengan menggunakan teks, audio dan visual
sekaligus. Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-
materi yang sifatnya teoritis, digunakan dalam pembelajaran dengan group
belajar yang cukup banyak, sehingga media ini cukup efektif sebab
menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar yang
12
gurunya, dan ketika menjawab soal latihan siswa merasa percaya dengan
hasil kemampuannya sendiri.
6. Pemahaman konsep
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan pemahaman
konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada
setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada pemahaman konsep
agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan
dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan
masalah.
Pemahaman konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga
dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan
pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa
menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami
konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan
mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan
tetapi maksudnya sama.
Menurut Jihad dan Haris (2013 : 149), pemahaman konsep merupakan
kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.
Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah :
a. Menyatakan ulang sebuah konsep
b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsep)
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi
pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan
15
2x 2 kali x Perkalian
4
4 dibagi y Pembagian
𝑦
x+3 x ditambah 3 Penjumlahan
y2 y kali y Perpangkatan
19
c. x + 3 = 4 tambah 3 yaitu 7
d. y – 5 = 2 dikurangi 5 yaitu -3
e. y2 = 2 kali 2 yaitu 4
3. Permasalahan Sehari-hari Dalam Bentuk Aljabar.
Bentuk aljabar sangat penting dalam matematika. Seringkali jika kita
akan menyelesaikan masalah dalam matematika, terlebih dahulu kita
menyatakan permasalahan itu dalam bentuk aljabar. Suatu misal, Intan
membeli 3 buah jeruk dan 2 buah apel. Bagaimanakah cara menuliskan
banyaknya buah jeruk dan buah apel yang dimiliki oleh Intan dalam bentuk
Aljabar ?
Dalam aljabar terdapat cara untuk mempermudah atau menyederhanakan
dengan menggunakan notasi aljabar, contohnya yaitu:
3 buah jeruk + 2 buah apel
Keterangan: = buah jeruk
= buah apel
Jadi, 3 buah jeruk + 2 buah apel = 3 +2
Namun cara diatas sedikit menyulitkan karena perlu menggambar. Maka
dari itu dalam matematika pada aljabar mengenal istilah variabel, dan
Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.
Misal Intan membeli 3 buah jeruk + 2 buah apel. Misalkan x menyatakan
buah jeruk dan y menyatakan buah apel maka dapat ditulis untuk bentuk
aljabarnya yaitu 3x + 2y.
Jadi, 3 buah jeruk dan 2 buah apel dapat ditulis 3x + 2y.
Bentuk aljabar lainya yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yaitu :
20
Banyak boneka Rika 5 lebihnya dari boneka Desy. Jika banyak boneka
Desy dinyatakan dengan x maka berapa banyak boneka Rika ?
Diketahui :
X = Desy
Jawab : banyak boneka Rika 5 lebihnya dari boneka Desy.
X+5
Jika boneka Desy sebanyak 4 buah maka berapa banyak boneka Rika ?
X+5
4+5=9
4. Variabel, konstanta, koefisien, faktor, suku, dan suku sejenis dan
bukan sejenis.
a. Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum
diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah.
Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.
Contoh : x2, x, y2, y, dsb.
b. koefisien adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk
aljabar.
Contoh : 2x + 3y, koefisien 2 untuk variabel x, koefisien 3 untuk
variabel y.
Perhatikan koefisien masing-masing suku pada bentuk aljabar
6𝑥+3𝑦 6 3 6 3
= x + y, koefisien untuk variabel x, koefisien untuk
2 2 2 2 2
variabel y.
c. Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada
bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
1) Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh
operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3x, 2a2, –4xy
2) Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu
operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x + 3, a2 – 4, 3x2 – 4x
21
( ax + b ) ( cx + d )
= ax ( cx + d ) + b ( cx + d )
= ax (cx) + ax (d) + b (cx) + bd
= acx2 + (ad + bc)x + bd
Sifat distributif dapat pula digunakan pada perkalian suku dua dan
suku tiga.
(ax + b) (cx2 + dx + e)
= ax (cx2) + ax (dx) + ax (e) + b (cx2) + b (dx) + b (e)
= acx3 +adx2 + aex + bcx2 + bdx + be
= acx3 + (ad + bc)x2 + (ae + bd)x + be
Contoh :
Tentukan hasil perkalian bentuk aljabar (x + 2) (x + 3)
Penyelesaian :
(x + 2) (x + 3)
= x (x + 3) + 2 (x + 3)
= x2 + 3x + 2x + 6
= x2 + 5x + 6
24
c. Perpangkatan
Opersi perpangkatan diartikan sebagai operasi perkalian berulang
dengan unsur yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku
an = a x a x a x . . .x a
Contoh:
1. (3x)2 = 3x . 3x = 9 x 2
= x2 + xy + xy + y2
= x2 + 2xy + y2
b) Pemangkatan bentuk aljabar
dalam bentuk x - y contoh:
(x -y)2 = (x - y) (x - y)
= (x- y) x - (x - y) y
= x2 - xy - xy + y2
= x2 - 2xy + y2
25
(x+y)0 = 1 à 1
(x+y)1 = x + y à 1 1
(x+y)2 = x2 + 2xy + y2 à 1 2 1
(x+y)4 = à 1 4 6 4 1
(x - y)0 = 1
(x - y)1 = x - y
(x - y)2 = x2 - 2xy + y2
d. Pembagian
Perhatikan uraian berikut.
2x2yz2 = 2 . x2 . y . z2
x3y2z = x3 . y2 . z
pada bentuk aljabar diatas, 2 , x2 , y , dan z2 adalah faktor-faktor dari
2x2yz2, sedangkan x3 , y2 , z adalah faktor-faktor dari bentuk aljabar
x3y2z .
faktor sekutu ( faktor yang sama ) dari 2x2yz2 dan x3y2z adalah x2, y,
dan z, sehingga diperoleh
2 𝑥 2𝑦 𝑧 2
=
𝑥 3𝑦2𝑧
𝑥 2 𝑦𝑧 (2𝑧)
=
𝑥 2 𝑦𝑧 (𝑥𝑦)
2𝑧
=
𝑥𝑦
Contoh :
Sederhanakan bentuk aljabar 6x3 : 3x2
Penyelesaian :
6𝑥 3
=
3𝑥 2
3𝑥 2 2𝑥
=
3𝑥 2
= 2x
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan observasi di lapangan, sebagian besar siswa
beranggapan bahwa matematika itu berisi rumus, sulit, dan membosankan.
Pada saat pembelajaran matematika berlangsung semua siswa hanya duduk
pasif mendengarkan penjelasan guru. Selain itu, siswa sangat sedikit
memiliki inisiatif untuk bertanya kepada guru bila ada penjelasan yang
tidak dimengerti, hal tersebut menggambarkan masih rendahnya rasa
percaya diri siswa. Hasil wawancara dari guru matematika SMP Negeri 3
27
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau
Classroom Action Research. Menurut Sanjaya (2009 : 26), penelitian
tindakan kelas merupakan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran
di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan sebagai strategi
pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian
merefleksi terhadap hasil tindakan. Penelitian tindakan cocok untuk
meningkatkan kualitas subyek yang akan diteliti. Penelitian ini dilaksanakan
untuk meningkatkan percaya diri dan pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning.
B. Setting Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Kajen. Pelaksanaan
penelitian ini yaitu pada bulan Juli s/d Agustus 2017. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang
efektif di kelas. Rencana penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklusnya
dilaksanakan 2 kali pertemuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
28
29
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen
tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa dalam kelas ini yaitu 23 siswa yang
terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Keputusan ini
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti melihat pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa cenderung pasif, siswa terlihat
takut dan malu bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, dan pada saat
mengerjakan latihan soal yang diberikan diberikan guru masih banyak siswa
yang tidak bisa menjawab dan cenderung melihat jawaban temannya. Dari
hal tersebut bahwa siswa kelas VIII masih rendah dalam hal percaya diri dan
pemahaman konsep, maka peneliti berkeinginan untuk memperbaiki
permasalahan tersebut.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu sebagai berikut:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada saat
akhir siklus, dan untuk tes evaluasi diberikan pada akhir pembelajaran.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep
siswa terhadap materi yang telah diberikan.
2. Instrumen Non-Tes
Dalam instrumen non-tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Participative Teaching and Learning terlaksana dengan baik,
bagaimana interaksi yang terjadi dikelas, serta untuk mengetahui
kekurangan dalam proses pembelajaran.
30
No Dimensi Indikator
1. Percaya pada kemampuan Yakin pada diri sendiri
diri sendiri Bertindak putus asa
2. Mandiri Tidak bergantung pada orang lain
Bertanggung jawab
Ingin berprestasi
3. Memiliki keberanian untuk Berani mengungkapkan pendapat
bertindak
(Chodijah, 2010)
Keterangan:
A : ( 5 x Jumlah Responden )
B : ( 4 x Jumlah Responden )
C : ( 3 x Jumlah Responden )
D : ( 2 x Jumlah Responden )
E : ( 1 x Jumlah Responden )
Dari tabel di atas dapat dicari validitas isi (content validity) dengan
menggunakan rumus Gregory:
𝑫
VC =
( 𝑨+𝑩+𝑪+𝑫 )
Nilai validitas isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang
dihasilkan. Untuk mengklasifikasikan di kategori mana koefisien validitas
itu berada, maka diketahui berdasarkan kriteria di bawah ini.
Tabel 3.6. Koefisien Validitas
Koefisien Validitas
0,80ِ<ِِِyِِِ≤ِِ1,00 Validitas isi sangat tinggi
0,60ِ<ِِِyِِِ≤ِ0,80 Validitas isi tinggi
0,40ِ<ِِِyِِِ≤ِ0,60 Validitas isi sedang
0,20ِ<ِِِyِِِ≤ِ0,40 Validitas isi rendah
0,00ِ≤ِِِyِِِ≤ِ0,20 Validitas isi sangat rendah
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrumen (Arifin, 2009 : 258). Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada
waktu atau kesempatan yang berbeda.
Untuk mengetahui reliabilitas tes pemahaman konsep digunakan
dengan teknik Cronbach’s Alpha atau Koefisien Alpha. Teknik ini tidak
hanya digunakan untuk tes dengan dua pilihan saja, tetapi penerapannya
36
lebih luas, seperti menguji skala pengukuran sikap dengan tiga, lima atau
tujuh pilihan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Koefisien
Alpha adalah:
R 𝛴𝜎𝑖2
Rumusِαِ= (R − 1) (1 − )
𝜎𝑥2
Dimana:
R = Jumlah butir soal.
𝜎𝑖2 = Varian butir soal
𝜎𝑥2 = Varian skor total
Untuk sebuah butir tes yang ideal, tingkat reliabilitas berkisar antara
0,7 sampai 1. Adapun indeks reliabelitas tes diklasifikasikan sebagai
berikut:
Tabel 3.7. Klasifikasi Reliabelitas
Reliabelitas Keterangan
0,90ِ<ِِِαِِِ≤ِ1,00 Sangat Tinggi
0,70ِ<ِِِαِِِ≤ِ0,90 Tinggi
0,40ِ<ِِِαِِِ≤ِ0,70 Sedang
0,20ِ<ِِِαِِِ≤ِ0,40 Rendah
0,00ِ≤ِِِαِِِ≤ِ0,20 Sangat Rendah
3. Daya pembeda
Menurut Arifin (2011 : 133), daya pembeda tes adalah kemampuan
sesuatu tes untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Suatu
butir tes dikatakan memiliki daya beda yang baik artinya butir tes tersebut
dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa yang sudah paham dan
yang belum paham.
37
4. Taraf kesukaran
Arikunto (2013 : 222) mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal
yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Taraf kesukaran butir tes melukiskan derajat proporsi rata-
rata jumlsh skor jawaban benar pada butir tes yang bersangkutan terhadap
jumlah skor idealnya. Semakin banyak peserta tes yang menjawab benar
berarti soal semakin mudah, sebaliknya semakin banyak peserta tes yang
menjawab salah, maka soal semakin sukar (Arifin, 2011 : 134).
38
Untuk sebuah butir tes yang ideal, tingkat kesukaran butir berkisar
diatas 0,3 sampai 0,7. Adapun indeks kesukaran butir tes diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 3.9. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Kriteria Keterangan
Sukar 0,00ِ≤ِِِP ≤ِ0,30
Sedang 0,30 < P ≤ِ0,70
Mudah 0,70 < P ≤ِ1,00
Kriteria soal yang akan digunakan untuk tes siklus I dan II yaitu sebagai
berikut :
a. Validitas soal berkisar diatas 0,6 sampai 1.
b. Reliabilitas soal berkisar antara 0,7 sampai 1.
c. Daya bedanya berkisar antara 0,2 sampai 1.
39
H. Indikator Kinerja
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kriteria
yang telah ditentukan. Kriteria keberhasilan tindakan tersebut yaitu:
1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata persentase indikator
percaya diri siswa mencapai 70%.
2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila peningkatan pemahaman
konsep siswa hingga 70% siswa di kelas memenuhi ketuntasan
minimal yakni 70.
3. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila guru melaksanakan model
pembelajaran Participative Teaching and Learning di kelas mencapai
70%.
40
REPLECT PLAN
Siklus 1
OBSERVE
ACTION
REPLECT
PLAN
Siklus 2 OBSERVE
ACTION
2. Rencana Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berdasarkan 2 siklus, tiap-tiap siklusnya
dilaksanakan 2 kali pertemuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Untuk dapat melihat tingkat pemahaman konsep siswa, dilakukan tes yang
berfungsi sebagai mengukur tingkat pemahaman konsep siswa. Sedangkan
untuk melihat tingkat percaya diri siswa diberikan angket di akhir setelah
tes di tiap siklusnya yang berfungsi untuk mengukur tingkat percaya diri
siswa.
Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi
antara peneliti dengan guru. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru
bertindak sebagai pengajar. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan
guru dengan tujuan agar lebih mudah dan teliti dalam kegiatan observasi.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti melakukan tahapan-tahapan
rencana tindakan kelas, sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
a) Peneliti bersama dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Participative Teaching And Learning.
b) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari:
1) Lembar observasi aktivitas belajar siswa.
2) Lembar observasi kegiatan guru.
3) Soal tes.
4) Lembar Angket
c) Melakukan koordinasi dengan guru sebagai kolabolator.
42
2. Implementasi Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan implementasi tindakan adalah
melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
direncanakan dengan menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching And Learning, yakni:
1) Guru mengkondisikan siswa dan mengucapkan Salam, doa, dan
absensi.
2) Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis sebagai tanda siswa
siap mengikuti pembelajaran.
3) Guru menyampaikan bahwa apabila materi ini dikuasai dengan baik
maka siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya yaitu guru mengemukakan beberapa permasalahan yang
dapat di sampaikan dengan sederhana menggunakan notasi aljabar.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Selanjutnya guru menawarkan kesepakatan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu guru dengan memberikan alternatif
yang ditawarkan diantaranya yaitu:
1. Game
2. Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya
guru menyampaikan aturan mainnya.
Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan apabila pada siklus
I masih adanya kekurangan yang perlu diperbaiki. Pada dasarnya kegiatan
pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pembelajaran
siklus I.
1. Perencanaan (Planning)
a) Melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada siklus I
b) Peneliti bersama dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Participative Teaching And Learning.
45
48
49
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I adalah
peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi
yang diajarkan pada siklus I ini adalah memahami maksud dari bentuk
aljabar, menghitung nilai bentuk aljabar, menyatakan permasalahan
sehari-hari dalam bentuk aljabar, menjelaskan pengertian variabel,
konstanta, koefisien, suku. Untuk memudahkan siswa memahami
materi yang akan dipelajari peneliti menyiapkan media pembelajaran
berupa Power Point. Selain itu, peneliti juga telah menyiapkan lembar
observasi kegiatan pembelajaran guru dan siswa untuk setiap
pertemuan, angket percaya diri diberikan pada akhir siklus I dan lembar
soal tes siklus.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan I
Pembelajaran matematika di kelas VIII B adalah hari Sabtu, tanggal 29
Juli 2017, pukul 10.20 WIB sampai dengan 11.40 WIB. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah guru melakukan tindakan sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun atas kerja sama
peneliti, guru kelas, dan dosen pembimbing. Materi yang diajarkan
pada pertemuan ini adalah memahami maksud dari bentuk aljabar,
menghitung nilai bentuk aljabar, menyatakan permasalahan sehari-hari
dalam bentuk aljabar, menjelaskan pengertian variabel, konstanta,
koefisien, suku. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan ini adalah siswa dapat memahami maksud dari bentuk
aljabar, siswa dapat menghitung nilai bentuk aljabar, siswa dapat
menyatakan permasalahan sehari-hari dalam bentuk aljabar, siswa dapat
menjelaskan pengertian variabel, konstanta, koefisien, suku. Dalam
pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru dibantu guru
matematika sebagai observer.
51
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini peneliti menjelaskan materi pelajaran secara garis
besar mengenai materi aljabar dan contoh soal yaitu contoh bentuk
aljabar, cara menghitung nilai bentuk aljabar, contoh permasalahan
sehari-hari dalam bentuk aljabar, menjelaskan pengertian variabel,
konstanta, koefisien, suku beserta contohnya yang dikemas dalam
bentuk Power point sebagai medianya. Selama peneliti menjelaskan
materi, peneliti memberikan beberapa pertanyaan dengan tujuan
siswa ikut serta dalam pembelajaran. Respon siswa cukup bagus,
dimana beberapa siswa ikut merespon walaupun masih ada yang
tidak memperhatikan.
Setelah selesai menyampaikan materi peneliti membentuk siswa
kedalam kelompok, dari 23 siswa dibentuk 6 kelompok setiap
53
kelompok ada yang berisi 4 siswa dan ada yang 3 siswa. Kegiatan
selanjutnya yaitu peneliti meminta siswa untuk melakukan kegiatan
yang telah disepakati pada tahap perencanaan yaitu game. Peneliti
mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dalam
kelompoknya masing-masing, semua siswa langsung berkumpul
dengan kelompoknya namun masih ada beberapa siswa yang tidak
langsung bergegas kekelompoknya.
Setelah semua kelompok telah siap, peneliti meminta setiap
kelompok membuat soal mengenai bentuk aljabar, setelah semua
kelompok sudah membuat soal, soal tersebut diberikan kepada lawan
tandingnya untuk dikerjakan, karena pembelajaran bersifat game
maka yang cepat menjawab dan benar maka kelompok tersebutlah
yang menang. Pada pembagian lawan tandingnya diperoleh yaitu
kelompok 1 melawan kelompok 4, kelompok 2 melawan kelompok
5, kelompok 3 melawan kelompok 6 pembagian ini sudah disepakati
oleh tiap – tiap kelompok dan peneliti.
Pertandingan pertama yaitu antara kelompok 3 dan kelompok 6,
dalam pertandingan ini dimenangkan oleh kelompok 3, pertandingan
selanjutnya yaitu antara kelompok 2 dan kelompok 5 dimana
kelompok 2 berhasil mengalahkan kelompok 5. Dari kedua
pertandingan tersebut maka yang berhak lolos ke babak selanjutnya
yaitu kelompok 3 dan kelompok 2. Peneliti menghentikan
pertandingan untuk sementara, untuk kelompok yang belum
bertanding dilanjut pertemuan kedua karena keterbatasan waktu.
Setelah itu, semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-
masing. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit.
Siswa dalam kesempatan ini masih sedikit malu dan takut untuk
bertanya. Sebelum penutup, peneliti memberikan penjelasan dari
materi yang sudah disampaikan dan kegiatan pembelajaran yang
sudah dilakukan, peneliti memberikan evaluasi mengenai percaya
54
Pertemuan II
Pertemuan kedua untuk siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa,
tanggal 1 agustus 2017, dari pukul 08.45 WIB sampai dengan pukul
09.25 WIB yaitu hanya 1 jam pelajaran. Pertemuan ini adalah lanjutan
dari pertemuan pertama.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut :
a. Kegiatan pendahuluan
Seperti kegiatan pembuka pada pertemuan pertama, guru
memberikan salam, menanyakan kabar siswa, kemudian mengecek
kehadiran siswa. Karena pertemuan kedua adalah lanjutan dari
kegiatan inti pertama yang tertunda, maka peneliti tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak menawarkan
alternatif kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan karena
kegiatan pembelajaran sudah disepakati pada pertemuan pertama.
55
b. Kegiatan inti
Pada pertemuan kali ini, peneliti tidak kembali menyampaikan
materi pembelajaran karena sudah disampaikan pada pertemuan
pertama. Peneliti langsung meminta siswa untuk kembali
kelompoknya masing-masing yang sudah terbentuk pada pertemuan
sebelumnya. Kelompok yang belum bertanding yaitu kelompok 1
dan kelompok 4, pada pertandingan antara kelompok 1 dan 4
berakhir imbang mengingat jawaban kedua kelompok tersebut sama-
sama benar, maka peneliti menyatakan kedua kelompok tersebut
berhak lolos kebabak selanjutnya. Maka kelompok yang lolos ke
babak selanjutnya yaitu kelompok 2, 3, 1, 4. Selanjutnya ke empat
kelompok tersebut dilakukan pengundian untuk mendapatkan lawan
tandingnya. Dari hasil undian diperoleh kelompok 2 melawan
kelompok 3, dan kelompok 1 melawan kelompok 4. Selanjutnya
masing-masing kelompok membuat soal dan diberikan ke lawan
kelompoknya. Pada pertandingan pertama yaitu antara kelompok 1
dan kelompok 4 keduanya melakukan kesalahan, dimana kelompok
4 salah dalam membuat soal yaitu tidak sesuai dengan materi yang
sedang berlangsung, namun di lain pihak kelompok 1 justru
menjawabnya, dari sini bisa dikatakan kedua kelompok tersebut
sama-sama belum memahami materi. Atas kesepakatan bersama
siswa maka kedua kelompok tersebut dinyatakan gugur, dari hasil
tersebut maka kelompok 2 dan kelompok 3 berhak lolos ke final.
Disinilah letak pembelajaran partisipatif, dimana guru benar-benar
memberi ruang kepada siswa dan siswa ikut serta dalam
pembelajaran. Pada pertemuan ke-2 siklus I, percaya diri siswa
sudah mulai muncul, siswa saling bekerja sama dalam satu
kelompoknya, siswa sudah tidak saling menunjuk temannya untuk
maju menuliskan jawaban dipapan tulis. Selain itu, pemahaman
konsep siswa sudah lebih baik dibandingkan pada pertemuan
pertama, beberapa kelompok sudah bisa mengerjakan soal yang
56
Gambar 4.1
Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang Menulis
Jawaban di Papan Tulis
Gambar 4.2
Dokumentasi Saat Kelompok 3 Menerima Reward.
57
2) Data Angket
Angket percaya diri belajar matematika siswa diberikan pada akhir
siklus 1 untuk mengetahui tingkat percaya diri belajar matematika siswa
kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen. Angket dikerjakan oleh 23 siswa
kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen.
60
Hasil analisis angket percaya diri belajar siswa pada siklus I dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3
Hasil Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa
Siklus I
No Indikator Persentase
1 Yakin pada diri sendiri 51, 17 %
2 Tidak putus asa 72, 17 %
3 Tidak bergantung pada orang lain 74, 34 %
4 Bertanggung jawab 60, 29 %
5 Ingin berprestasi tinggi 62, 60 %
6 Berani mengungkapkan pendapat 64, 78 %
Jumlah rata-rata 64, 22 %
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, angket dan
hasil evaluasi akhir siklus, ternyata masih terdapat kekurangan yang
menyebabkan terhambatnya tujuan penelitian. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan refleksi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Refleksi
dilakukan bersama-sama dengan guru yang bersangkutan. Kendala
yang muncul selama pembelajaran berlangsung pada siklus I yaitu
sebagian siswa masih banyak yang diam dan malu untuk
menyampaikan pendapat.
61
Dari akhir siklus I ini, dapat dikatakan bahwa percaya diri belajar
matematika siswa selama proses pembelajaran masih kurang optimal.
Presentase rata-rata dari indikator percaya diri belajar matematika siswa
yaitu hanya sebesar 64,22 %, masih kurang dari indikator keberhasilan
penelitian yaitu 70 %.
Pada siklus I pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang menyatakan ulang sebuah
konsep rata-rata mencapai skor 2,82
2) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek
menurut sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 4,65
3) Siswa yang menjawab soal tentang menyajikan konsep dalam
bentuk representasi matematis rata-rata mencapai skor 2,91
4) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep
atau algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 0,43
Pada tes siklus 1 ada satu indikator yang tidak ikut serta karena soal
yang berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya
pembeda memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut
dibuang dan tidak bisa digunakan pada tes siklus I. Yaitu indikator
mengenai memberi contoh dan non contoh dari konsep.
Nilai rata-rata tes pada akhir siklus I sebesar 56,52 hal ini masih
kurang dari indikator keberhasilan penelitian yaitu sebesar 70.
Dari analisis dan refleksi di atas, maka peneliti masih perlu untuk
memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam tindakan I untuk lebih
meningkatkan dan memaksimalkan percaya diri dan pemahaman
konsep siswa dalam mata pelajaran matematika. Tindakan lanjutan atau
tindakan siklus II merupakan tindakan modifikasi rancangan
pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
participative teaching and learning.
Rencana perbaikan untuk siklus selanjutnya yaitu diantaranya :
62
pembelajaran guru dan siswa, angket percaya diri dan lembar soal tes
siklus II yang telah disetujui oleh dosen pembimbing.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan I
Pembelajaran matematika dikelas VII B SMP Negeri 3 Kajen adalah
hari Selasa, tanggal 29 Agustus 2017 pukul 09.40 WIB sampai dengan
pukul 11.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
pelaksanaan tindakan RPP yang telah disusun. Materi yang diajarkan
pada pertemuan ini yaitu operasi bentuk aljabar. Tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat
menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian.
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru dan
dibantu oleh guru matematika yang sebagai observer atau pengamat.
Aktivitas-aktivitas yang terjadi pada pertemuan 1 ini sebagai berikut :
a) Kegiatan pendahuluan
Sebelum kegiatan dimulai peneliti mengkondisikan siswa untuk
duduk rapi, selanjutnya peneliti memberikan salam kepada siswa
dan guru yang bertindak sebagai observer yang turut serta dalam
kelas. Selain salam peneliti juga menanyakan kabar siswa pada hari
itu. Kemudian peneliti mengecek kesiapan siswa dan kehadiran
siswa. Pada pertemuan pertama semua siswa hadir semua dengan
jumlah siswa yaitu 23 siswa. Peneliti yang bertindak sebagai guru
meminta siswa untuk mempersiapkan alat tulis sebagai tanda siswa
siap mengikuti pembelajaran dan semua siswa menyiapkan alat
tulis untuk mengikuti pembelajaran. Sebelum peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti menyampaikan
motivasi apabila materi ini dikuasai maka siswa mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu peneliti
mengemukakan beberapa soal yang bisa diselesaikan dengan
operasi hitung aljabar.
64
Gambar 4.3
Dokumentasi Salah Satu Kelompok Yang Sedang Berdiskusi Mengerjakan
Soal Dari Lawan Tandingnya.
Gambar 4.4
Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang Menulis
Jawaban di Papan Tulis
Gambar 4.5
Dokumentasi Saat Kelompok 3 Menerima Reward.
68
Pertemuan II
Pertemuan kedua untuk siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 5 September 2017, dari pukul 09.40 WIB sampai dengan pukul
11.00 WIB.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut :
a) Kegiatan pendahuluan
Seperti kegiatan pembuka pada pertemuan pertama, guru
memberikan salam, menanyakan kabar siswa, kemudian mengecek
kesiapan siswa dan kehadiran siswa. Pada pertemuan kedua semua
siswa hadir semua dengan jumlah siswa yaitu 23 siswa. Setelah
selesai mengecek kehadiran siswa peneliti meminta siswa untuk
mempersiapkan alat tulis sebagai tanda siswa siap mengikuti
pembelajaran dan semua siswa menyiapkan alat tulis untuk
mengikuti pembelajaran. Sebelum peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran, peneliti menyampaikan bahwa apabila materi ini
dikuasai dengan baik maka siswa mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu peneliti mengemukakan beberapa soal
yang bisa diselesaikan dengan operasi hitung aljabar. Sebelum
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti
menyampaikan bahwa apabila materi ini dikuasai dengan baik
maka siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu peneliti mengemukakan beberapa soal yang bisa diselesaikan
dengan operasi hitung aljabar. Kemudian peneliti menjelaskan
kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat
menyelesaikan operasi perkalian pada bentuk aljabar dan siswa
dapat menyelesaikan operasi perpangkatan pada bentuk aljabar.
70
Gambar 4.6
Dokumentasi Salah Satu Kelompok Yang Sedang Berdiskusi Mengerjakan
Soal Dari Lawan Tandingnya.
Gambar 4.7
Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang Menulis
Jawaban di Papan Tulis
Gambar 4.8
Dokumentasi Saat Kelompok 2 Menerima Reward.
c) Kegiatan penutup
Sebelum menutup pelajaran peneliti memberikan tugas, dimana
tugas ini individu. Tugasnya yaitu siswa diminta untuk membuat
soal bentuk aljabar agar siswa terbiasa mengerjakan soal serta
sebagai evaluasi. Dalam penilaiannya peneliti memberikan alternatif
aturan penilaiannya bersama siswa. Dimana peneliti menawarkan
kepada siswa untuk aturannya semakin banyak soal semakin bagus
nilainya, semakin bervariasi jenis variabelnya, dan ketepatan dalam
menentukan variabel maka akan menjadi nilai plus. Dari alternatif
yang diberikan oleh peneliti semua siswa menyepakati walaupun
masih ada siswa yang merasa keberatan. Ditahap evaluasi ini tujuan
peneliti memberikan ruang (alternatif) kepada siswa mengenai
sistem penilaiannya yaitu agar siswa juga terlibat dalam menentukan
penilaian sebagai nilai hasil belajarnya. Jadi nilai tidak murni dari
gurunya, tetapi hasil dari mereka yang telah dikerjakan.
Kemudian peneliti mengingatkan siswa untuk membaca dan
memahami materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan, diharapkan siswa
belajar bersungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran hari ini
ditutup dengan salam.
Tabel 4.4
Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi Pada
Siklus II
Jumlah Jumlah
Keterlaksanaan
Pertemuan Skor Skor
Pembelajaran
Maksimal Observasi
10
Pertemuan I 12 10 𝑥 100% = 83,33 %
12
11
Pertemuan II 12 11 𝑥 100% = 91,67%
12
2) Data Angket
Angket percaya diri siswa diberikan pada akhir siklus II untuk
mengetahui tingkat percaya diri belajar matematika siswa kelas VIII B
SMP Negeri 3 Kajen. Angket dikerjakan oleh 23 siswa kelas VIII B
SMP Negeri 3 Kajen. Hasil analisis angket percaya diri belajar siswa
pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Hasil Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa
Siklus II
No Indikator Persentase
1 Yakin pada diri sendiri 61,36 %
2 Tidak putus asa 75,12 %
3 Tidak bergantung pada orang lain 86,08 %
4 Bertanggung jawab 66,05 %
5 Ingin berprestasi tinggi 66,95 %
6 Berani mengungkapkan pendapat 66,08 %
Jumlah rata-rata 70,27 %
d. Tahap Refleksi
Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan siklus I.
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru pada akhir
siklus II menunjukan bahwa secara umum pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II telah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Percaya diri belajar matematika siswa dalam
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang cukup tinggi, hal
ini dapat dilihat dari hasil angket siklus II. Pada siklus II percaya diri
siswa lebih baik dibandingkan dengan siklus I yaitu rata-rata presentase
percaya diri tiap indikatornya sebesar 70,27 %. Dalam bekerja
kelompok siswa sudah saling bekerja sama dalam satu kelompoknya.
Pada saat menuliskan hasil jawabanya dipapan tulis sudah tidak saling
menunjuk teman satu kelompoknya. Siswa sudah tidak takut bertanya
apabila siswa merasa tidak paham mengenai materi yang sedang
dipelajari terhadap peneliti yang bertindak sebagai guru. Pemahaman
konsep siswa pada siklus II mengalami perubahan yang cukup baik
dibandingkan pada siklus I. Siswa sudah bisa mandiri dalam
mengerjakan soal, siswa yang tadinya belum bisa dalam mengerjakan
soal pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sudah mulai bisa
mengerjakan soal tanpa diberikan penjelasan ulang oleh peneliti yang
bertindak sebagai guru.
77
Pada siklus II pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek
menurut sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 5
2) Siswa yang menjawab soal tentang memberi contoh dan non
contoh dari konsep rata-rata mencapai skor 4,17
3) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep
atau algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 4,08.
Pada tes siklus II ada dua indikator yang tidak ikut serta karena soal
yang berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya
pembeda memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut
dibuang dan tidak bisa digunakan pada tes siklus II. Yaitu indikator
mengenai menyatakan ulang sebuah konsep dan menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis.
Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus II menunjukkan nilai rata-
rata kelas sebesar 75,65, hal ini menunjukan hasil tes siklus II
meningkat dari siklus I
Pada siklus II alokasi waktu pembelajaran sudah cukup baik
dibandingkan dengan siklus I. Antusias siswa dalam mengumpulkan
tugas sudah cukup baik, selain itu, dalam mengerjakan tugas siswa
memperhatikan aturan yang telah disepakati bersama, yaitu hampir rata-
rata siswa membuat soal lebih dari 2 soal dan variabelnya bervariasi.
Hal ini membuktikan bahwa pada siklus II siswa sudah mulai paham
maksud dari tujuan penelitian
78
Gambar 4.9
Dokumentasi Hasil Tugas Dari Siswa Kelas VIII B
79
B. Pembahasan
Dari deskripsi hasil penelitian telah dipaparkan bagaimana proses
pembelajaran matematika dengan mengunakan model pembelajaran
patisipative teaching and learning untuk meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep matematika siswa di SMP Negeri 3 Kajen. Berdasarkan
hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
partisipative teaching and learning dalam pembelajaran matematika telah
mampu meningkatkan percaya diri belajar siswa dan juga pemahaman
konsep matematika siswa SMP Negeri 3 Kajen kelas VIII B. Hal ini nampak
berdasarkan data yang diperoleh baik melalui hasil observasi, hasil angket,
maupun hasil nilai tes siklus yaitu siklus I dan II.
Pada proses pembelajaran siklus I, siswa masih kurang bertanggung
jawab dengan apa yang akan siswa pelajari, belum ada kesiapan siswa
dalam pembelajaran, dan ketika siswa mengalami kesulitan, siswa masih
kurang percaya diri untuk bertanya kepada guru. Siswa masih saling
menunjuk teman satu kelompokya untuk menuliskan jawaban dipapan tulis.
Sehingga peneliti yang bertindak sebagai guru harus menunjuk salah
seorang siswa dari perwakilan kelompok untuk maju menuliskan
jawabannya. Hal tersebut menunjukkan percaya diri siswa masih rendah.
Selain itu, pemahaman konsep siswa masih kurang hal ini ditandai masih
banyaknya siswa yang tidak bisa mengerjakan soal. Siswa masih perlu
diberikan penjelasan ulang dan belum bisa mengerjakan soal secara mandiri.
Pada siklus II, siswa mulai bertanggung jawab dengan materi yang
mereka dapat. Siswa juga mulai mempunyai rasa percaya diri untuk maju
kedepan kelas untuk menuliskan jawabannya dipapan tulis dari hasil diskusi
kelompoknya tanpa saling menunjuk temannya untuk maju kedepan kelas.
Siswa yang berpartisipasi dalam pembahasan dari hasil jawaban masing-
masing kelompok juga mengalami peningkatan dibanding siklus I. Rasa
ingin berprestasi siswa mulai terlihat, dimana pada saat siswa mengalami
kesulitan siswa tidak takut meminta bantuan pada peneliti yang bertindak
sebagai guru. Pada siklus II pemahaman konsep siswa lebih baik dibanding
80
siklus I, siswa sudah mulai bisa mengerjakan soal walaupun masih ada
beberapa siswa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus. Siswa sudah
bisa mengerjakan soal secara mandiri tanpa perlu diberikan penjelasan ulang
oleh peneliti. Selain itu, siswa juga menjadi percaya diri, dimana ketika
siswa tidak bisa mengerjakan soal siswa meminta bantuan kepada guru dan
siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
partisipative teaching and learning di SMP Negeri 3 Kajen kelas VIII B
mengalami peningkatan. Pada siklus I presentase keterlaksanaan
pembelajaran berdasarkan observasi dengan penerapan model partisipative
teaching and learning sebesar 66,67 % pada pertemuan 1 dan 75 % pada
pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 83,33% pada pertemuan 1
dan 91,67 % pada pertemuan 2.
Tabel keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi dengan
penerapan model partisipative teaching and learning dapat dilihat pada
lampiran sedangkan grafik peningkatan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
91.67%
100.00% 83.33%
90.00% 75%
80.00% 66.67%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pertemuan pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 2 1 2
SIKLUS 1 SIKLUS 2
Gambar 4.10
Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi
Dari Siklus I Ke Siklus II
81
Berdasarkan hasil angket percaya diri belajar matematika siswa yang telah
dikerjakan oleh siswa, nampak adanya peningkatan pada masing- masing
indikator kepercayaan diri dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan yang terjadi pada masing-masing indikator percaya diri adalah
sebagai berikut :
1) Yakin pada diri sendiri mengalami peningkatan sebesar 10,19 % dari
51,17 % menjadi 61,36 %
2) Tidak putus asa mengalami peningkatan sebesar 2,95 % dari 72,17 %
menjadi 75,12 %
3) Tidak bergantung pada orang lain mengalami peningkatan sebesar
11,74 % dari 74,34 % menjadi 86,08 %
4) Bertanggung jawab mengalami peningkatan sebesar 5,76 % dari 60,29
% menjadi 66,05 %
5) Ingin berprestasi tinggi mengalami peningkatan sebesar 4,35 % dari
62,60 % menjadi 66,95 %
6) Berani mengungkapkan pendapat mengalami peningkatan sebesar 1,30
% dari 64,78 % menjadi 66,08 %
Kenaikan rata-rata presentase dari dari siklus I ke siklus II sebanyak 6,05 %
dari siklus I rata-rata sebesar 64,22 % menjadi 70,27 % pada siklus II.
82
Dari tabel di atas nampak bahwa rata-rata presentase indikator percaya diri
belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen dari siklus I
sebesar 64,22 % menjadi sebesar 70,27 % pada siklus II. Hal ini
menunjukkan bahwa Pembelajaran partisipative teaching and learning dapat
memberikatan peningkatan percaya diri dalam belajar matematika.
Berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II, nampak bahwa terjadi
peningkatan nilai. Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut ini.
Pada siklus I pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang menyatakan ulang sebuah konsep
rata-rata mencapai skor 2,82
2) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 4,65
3) Siswa yang menjawab soal tentang menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis rata-rata mencapai skor 2,91
4) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 0,43
83
Pada tes siklus I ada satu indikator yang tidak ikut serta karena soal
yang berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya
pembeda memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut
dibuang dan tidak bisa digunakan pada tes siklus I. Yaitu indikator
mengenai memberi contoh dan non contoh dari konsep.
Pada siklus II pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 5
2) Siswa yang menjawab soal tentang memberi contoh dan non contoh
dari konsep rata-rata mencapai skor 4,17
3) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 4,08
Pada tes siklus II ada dua indikator yang tidak ikut serta karena soal yang
berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya pembeda
memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut dibuang dan tidak
bisa digunakan pada tes siklus II. Yaitu indikator mengenai menyatakan
ulang sebuah konsep dan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis.
Dari hasil diatas maka ada dua indikator yang masuk pada siklus I dan
siklus II, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor Siswa yang menjawab soal
tentang mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu rata-rata
mencapai skor 4,65 pada siklus I dan meningkat mencapai skor 5.
2) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 0,43 pada siklus
I dan meningkat mencapai skor 4,08 pada siklus II.
84
Tabel 4.7
Nilai Rata-rata Matematika Kelas VIII B Berdasarkan Hasil Tes Akhir
Siklus I Dan II
Siklus Rata-rata nilai tes
Siklus I 56,52
Siklus II 75,65
Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII B Berdasarkan Hasil Tes Akhir
Siklus I Dan II
Siklus Ketuntasan Belajar
Siklus I 39,13 %
Siklus II 82,60 %
Dari segi presentase ketuntasan belajar siswa dalan satu kelas, ketuntasan
belajar siswa mengalami peningkatan yakni pada siklus I hanya sebesar
39,13 % dan meningkat pada siklus II menjadi sebesar 82,60 %.
Hasil dari penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Sidiq (2012),
bahwa penerapan model pembelajaran participative teaching and learning
dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa. Sedangkan pada
penelitian ini penerapan model pembelajaran participative teaching and
learning berbantuan multimedia presentasi meningkatkan rasa percaya diri
dan pemahaman konsep siswa. Dapat dilihat rata-rata presentase indikator
percaya diri belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen
dari siklus I sebesar 64,22 % menjadi sebesar 70,27 % pada siklus II. Selain
itu, untuk mengetahui pencapaian pemahaman konsep siswa dilakukan tes
pada akhir siklus, hasil tes siklus I menunjukan rata-rata nilai matematika
siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen sebesar 56,52 dan meningkat pada
siklus II menjadi sebesar 75,65. Sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat
adanya peningkatan antara percaya diri dengan pemahaman konsep siswa
kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada BAB IV, bahwa pembelajaran matematika di kelas VIII B SMP
Negeri 3 Kajen yang dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap model
pembelajaran partisipatif (Participative Teaching and Learning )
berbantuan multimedia presentasi dapat meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep sebagai berikut :
1. Hasil observasi yang dilakukan dalam penerapan pembelajaran partisipatif
(Participative Teaching and Learning ) berbantuan multimedia presentasi
sudah terlaksana dengan baik. Siswa lebih antusias dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa menggunakan media Power Point. Hal ini ditunjukkan
dengan peningkatan pada setiap pertemuannya Presentase hasil obeservasi
pembelajaran pada siklus I sebesar 66,67 % pada pertemuan 1 dan 75 %
pada pertemuan 2. Pada siklus II presentase hasil observasi pembelajaran
sebesar 83,33 % pada pertemuan 1 dan 91,67 % pada pertemuan 2.
Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan guru berhasil dalam
melaksanakan pembelajaran Participative Teaching and Learning yang
telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu
70 % .
2. Hasil angket pada pada masing-masing indikator kepercayaan diri yang
diberikan kepada siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen mengalami
peningkatan. Masing-masing indikator percaya diri adalah sebagai berikut
:
1) Yakin pada diri sendiri mengalami peningkatan sebesar 10,19 % dari
51,17 % menjadi 61,36 %
2) Tidak putus asa mengalami peningkatan sebesar 2,95 % dari 72,17 %
menjadi 75,12 %
86
87
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 3
Kajen menjadikan dasar bagi peneliti untuk memberikan saran :
1. Bagi guru
a. Diharapkan kepada guru untuk model pembelajaran partisipatif
berbantuan multimedia presentasi dapat dijadikan salah satu pilihan
yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika.
b. Diharapkan penggunaan model pembelajaran partisipatif
berbantuan multimedia presentasi dapat terus digunakan dalam
proses pembelajaran di kelas bukan hanya pada materi pokok
aljabar tetapi pada materi pokok lainya.
88
89
90