Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PARTICIPATIVE TEACHING AND


LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA PRESENTASI UNTUK
MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA MATERI ALJABAR
KELAS VIII DI SMP N 3 KAJEN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh :

TEGUH SANTOSO
NPM 0610073211

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN 2017

i
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini saya:


Nama : Teguh Santoso
NPM : 0610073211
Program Studi : Pendidikan Matematika

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Penerapan


Model Participative Teaching And Learning Berbantuan Multimedia Presentasi
Untuk Meningkatkan Percaya Diri Dan Pemahaman Konsep Matematika Materi
Aljabar Kelas VIII Di SMP N 3 Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017 adalah betul-
betul karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya, dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya


bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang saya peroleh
dari skripsi ini.

Pekalongan, Juli 2017


Yang membuat pernyataan

Teguh Santoso

ii
SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PARTICIPATIVE TEACHING AND LEARNING


BERBANTUAN MULTIMEDIA PRESENTASI UNTUK
MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA MATERI ALJABAR
KELAS VIII DI SMP N 3 KAJEN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:
TEGUH SANTOSO
NPM0610073211

Telah disetujui oleh Tim


Pembimbing

Jabatan Nama TandaTangan Tanggal


Pembimbing I Dewi Azizah, M.Pd Januari 2018
NPP111011265

Pembimbing II Nur Baiti Nasution, M.Sc Januari 2018


NPP110416342

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Sayyidatul Karimah, M.Pd


NPP111011261

iii
SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PARTICIPATIVE TEACHING AND LEARNING


BERBANTUAN MULTIMEDIA PRESENTASI UNTUK
MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA MATERI ALJABAR
KELAS VIII DI SMP N 3 KAJEN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh:
TEGUH SANTOSO
NPM0610073211

Telah diuji oleh Tim Penguji

Tanda
Jabatan Nama Tanggal
Tangan
Penguji I

Penguji II Dewi Azizah, M.Pd


NPP. 111011265
Penguji III Nur Baiti Nasution, M.Sc
NPP. 110416342

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Pendidikan Matematika

Drs. H.M. Chamdi Rochmat, M.Pd. Sayyidatul Karimah, S.Pd.I, M.Pd


NIP. 195304201981031002 NPP. 11101126

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ِ ‫َخي ُْرالنا ِسأ َ ْنفَعُ ُه ْم ِل‬


ِ‫لناس‬
“Sebaik – Baik Manusia Adalah Yang Paling
Bermanfaat Bagi Orang Lain”

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala


nikmat-Nya skripsi ini saya persembahkan :

 Untuk Kedua orang tua saya ( Warjo dan


Munasipah ) dengan segala bentuk dukungan luar
biasa yang dicurahkan kepada saya. Panjang umur
dan sehat selalu bapak ibu.
 Untuk Kakakku Wiwik Hayati dan Wakhini
 Untuk Adikku Iwan Setiawan dan Adhe Saputra
 Untuk Sahabat-sahabatku Akhmad Subhi,
Kurdianto, Juni Sugito, dan M. Izal Ardhi yang
telah mensuport dan menjadi teman setia selama
menempuh gelar Sarjana S1.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, serta sholawat dan salam selaluter curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerapan Model Participative Teaching And Learning Berbantuan Multimedia
Presentasi Untuk Meningkatkan Percaya Diri Dan Pemahaman Konsep
Matematika Materi Aljabar Kelas VIII Di SMP N 3 Kajen Tahun Pelajaran
2016/2017”.
Skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan
banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1) H. Suryani, S.H. M.Hum. Rektor Universitas Pekalongan (UNIKAL).
2) Drs. Chamdi Rohmat, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Pekalongan.
3) Sayyidatul Karimah, S.Pd.I, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Pekalongan (UNIKAL).
4) Dewi Azizah, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama bimbingan pada penulis.
5) Nur Baiti Nasution, M.Sc. Pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama bimbingan pada penulis.
6) Penguji yang telah memberikan masukan pada penulis.
7) Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8) Drs. Suhadi. Kepala SMP Negeri 3 Kajen yang telah memberi izin
penelitian.
9) Lukmanul Chakim, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 3 Kajen yang
telah membantu dan membimbing selama penelitian di kelas.

vi
10) Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen yang telah membantu proses
penelitian.
11) Semua pihak yang telah membantu terselesaikan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para
pembaca. Terimakasih.

Pekalongan, Juli 2017

Penulis

vii
ABSTRAK

Santoso, Teguh. 2017. Penerapan Model Participative Teaching And Learning


Berbantuan multimedia presentasi Untuk Meningkatkan Percaya Diri
Dan Pemahaman Konsep Matematika Materi Aljabar Kelas VIII Di SMP
Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017. Program Studi Pendidikan
Matematika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Pekalongan 2017. Pembimbing: 1. Dewi Azizah, M.Pd., 2. Nur Baiti
Nasution, M.Sc.

Kata kunci: Model Participative Teaching And Learning, Multimedia Presentasi,


Percaya Diri, Pemahaman Konsep.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi di SMP Negeri 3 Kajen.
Pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran matematika. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan latihan
soal, masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
latihan soal tersebut. Kesulitan inilah yang menggambarkan bahwa masih
rendahnya pemahaman siswa akan konsep-konsep mata pelajaran matematika.
Permasalahan tersebut terjadi karena adanya beberapa kendala yaitu masih
berpusatnya pada guru dalam proses pembelajaran. Guru dominan
menggunakan metode ceramah sehingga berdampak pada siswa yang pasif,
siswa takut bertanya, dan tidak termotivasi untuk beraktifitas dalam mengikuti
pembelajaran, sehingga tidak memiliki rasa percaya diri. Rumusan masalah
penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
Participative Teaching and Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat
meningkatkan Percaya diri dan Pemahaman konsep pada materi aljabar dikelas
VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017 ?”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan yang meliputi
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknik non tes yang
terdiri dari observasi proses pembelajaran, angket percaya diri belajar matematika
siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
Hasil penelitian ini adalah Pada siklus I presentase keterlaksanaan
pembelajaran berdasarkan observasi dengan penerapan model participative
teaching and learning sebesar 66,67 % pada pertemuan 1 dan 75 % pada
pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 83,33% pada pertemuan 1 dan
91,67 % pada pertemuan 2. Peningkatan rata-rata presentase indicator percaya
diridari siklus I sebesar 64,22 % menjadi sebesar 70,27 % pada siklus II.Rata-rata
hasil tes siklus I sebesar 56, 52 dan pada siklus II meningkat menjadi 75,65.

viii
Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model Participative Teaching
And Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat meningkatkan Percaya Diri
dan Pemahaman Konsep Matematika Materi Aljabar Kelas VIII Di SMP N 3
Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017.

ix
ABSTRACT

Santoso, Teguh. 2017. Application of Participative Teaching And Learning


Model Multimedia Presentation Assistance To Enhance Self-Efficacy
And Understanding Mathematical Concepts of Class Eight Algebra
Material In Junior high school 3 Kajen Lesson Year 2016/2017.
Mathematics Education Program, Faculty of Teacher Training and
Education, Pekalongan University. Advisor: 1. Dewi Azizah, M.Pd., 2.
Nur Baiti Nasution, M.Sc.

Keywords: Participative Teaching And Learning Model, Multimedia Presentation,


Self-Confidence, Understanding Concepts.

This research is motivated by the observation in Junior high school 3 Kajen.


In the learning process there are still many students who have difficulty in
understanding math lesson. This is seen when students are given exercise
questions, there are still some students who have difficulty in completing the
exercise of the matter. This difficulty illustrates that the students still lack
understanding of the concepts of mathematics subjects. The problem occurs
because of several constraints that are still centered on the teacher in the learning
process. The dominant teacher uses the lecture method so that it impacts on the
passive students, the students are afraid to ask questions, and are not motivated to
indulge in learning, so they do not have confidence. The formulation of this
research problem is "Whether by using learning model Participative Teaching and
Learning with Multimedia Presentation can improve Self-Efficacy and
understanding concept on algebra material class Eight Junior high school 3 Kajen
Lesson Year 2016/2017". The purpose of this study is to know that the learning
model Participative Teaching and Learning assisted Multimedia Presentation can
increase confidence and understanding of the concept.
This research is included in classroom action research carried out in two
cycles. Each cycle consists of two meetings covering the planning,
implementation, action, observation, reflection. Data collection techniques used
are test techniques and non-test techniques consisting of observation of the
learning process, questionnaire confident learning mathematics students, the
results of documentation (in the form of photo learning activities).
The result of this research is in one cycle the percentage of learning activity
based on observation with the application of participative teaching and learning
model equal to 66,67% at the first meeting and 75% at second meeting, while in
twocycle equal to 83,33% at the first meeting and 91,67 % at the second meeting.
The average increase in percentage indicator believes from one cycle of 64.22% to
70.27% in two cycle.Results of the first cycle test results of 56, 52 and in the
second cycle increased to 75.65 .
The conclusion of this research is through Participative Teaching And
Learning model with Multimedia help Presentation can improve Self-Efficacy and
Understanding of Mathematics Concept of Class Eight Algebra Material In Junior
high school 3 Kajen Lesson Year 2016/2017.

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN ......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
PRAKATA ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 4
C. Ruang Lingkup Masalah .................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
G. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 6
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 8


A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
B. Landasan Teoritis ............................................................................. 9
1. Teori Belajar .............................................................................. 9
2. Pembelajaran ............................................................................. 10
3. Pembelajaran Matematika ......................................................... 11

xi
4. Multimedia Presentasi ............................................................... 11
5. Kepercayaan Diri (Self-Efficacy) .............................................. 12
6. Pemahaman Konsep .................................................................. 13
7. Pembelajaran Participative Teaching And Learning ................ 15
8. Ciri-Ciri Pembelajaran Partisipatif ........................................... 15
9. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Partisipatif ................. 16
10. Pengertian Prisma ...................................................................... 17
11. Volume Prisma .......................................................................... 18
12. Pengertian Limas ....................................................................... 19
13. Volume Limas ........................................................................... 21
C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 22

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 28


A. Jenis Penelitian ................................................................................. 28
B. Setting Penelitian ............................................................................. 28
C. Subyek Penelitian ............................................................................ 29
D. Instrumen Penelitian ........................................................................ 29
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 30
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 31
1. Analisis Data Kualitatif ............................................................ 31
2. Analisis Data Kuantitatif ........................................................... 32
a) Analisis Data Hasil Observasi Pembelajaran .................... 32
b) Analisis Data Hasil Angket ............................................... 33
c) Analisis Data Hasil Tes ..................................................... 34
G. Analisis Hasil Uji Coba Soal ........................................................... 34
1. Validitas .................................................................................... 34
2. Reliabelitas ............................................................................... 36
3. Daya Pembeda .......................................................................... 37
4. Taraf Kesukaran ........................................................................ 37
H. Indikator Kinerja ............................................................................. 39
I. Prosedur Dan Rencana Penelitian ................................................... 40

xii
1. Prosedur Penelitian ................................................................... 40
2. Rencana Penelitian .................................................................... 41
a) Siklus I ............................................................................... 41
b) Perencanaan ....................................................................... 41
c) Implementasi Tindakan ..................................................... 42
d) Observasi Dan Tindakan ................................................... 44
e) Refleksi .............................................................................. 44
f) Siklus II .............................................................................. 44
g) Perencanaan ...................................................................... 44
h) Implementasi Tindakan .................................................... 45
i) Observasi Dan Tindakan .................................................. 47
j) Refleksi ............................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 48
A. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 48
1. Tindakan pembelajaran siklus I ............................................... 49
a. Tahap perencanaan ........................................................... 50
b. Tahap pelaksanaan ............................................................ 50
c. Tahap observasi dan analisis ............................................. 58
d. Tahap refleksi .................................................................... 61
2. Tindakan pembelajaran siklus II .............................................. 63
a. Tahap perencanaan ............................................................ 63
b. Tahap pelaksanaan ............................................................ 64
c. Tahap observasi dan analisis ............................................. 75
d. Tahap refleksi .................................................................... 77
B. Pembahasan .................................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................... ......... 86
A. Kesimpulan ..................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 89


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 91

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Angket Percaya diri .................................................. 30


Tabel 3.2. Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi .................................... 32
Tabel 3.3. Skala Likert ............................................................................. 33
Tabel 3.5. Formula Gregory ..................................................................... 35
Tabel 3.6. Koefisien Validitas .................................................................. 35
Tabel 3.7. Klasifikasi Reliabilitas ............................................................ 36
Tabel 3.8. Klasifikasi Daya Pembeda ....................................................... 37
Tabel 3.9. Klasifikasi Indeks Kesukaran ................................................... 38
Tabel 4. 1 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
Di Kelas VIII B ......................................................................... 49
Tabel 4.2 Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan
Observasi Pada Siklus 1 ............................................................ 59
Tabel 4.3 Hasil Persentase Angket Percaya Diri
Belajar Matematika Siswa Siklus I ........................................... 60
Tabel 4.4 Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan
Observasi Pada Siklus II .......................................................... 75
Tabel 4.5 Hasil Persentase Angket Percaya Diri
Belajar Matematika Siswa Siklus II ......................................... 75
Tabel 4.6 Presentase Peningkatan percaya Diri Belajar Siswa
Berdasarkan Indikator Percaya Diri Belajar Siswa .................. 82
Tabel 4.7 Nilai Rata-rata Matematika Kelas VIII B
Berdasarkan Hasil Tes Akhir Siklus I Dan II .......................... 84
Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII B
Berdasarkan Hasil Tes Akhir Siklus I Dan II .......................... 84

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas


Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart .............................. 40
Gambar 4.1. Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok
Sedang Menulis Jawaban di Papan Tulis .......................... 56
Gambar 4.2. Dokumentasi Saat Kelompok 3 Menerima Reward ............ 56
Gambar 4.3. Dokumentasi Salah Satu Kelompok Yang Sedang
Berdiskusi Mengerjakan Soal Dari Lawan Tandingnya ..... 66
Gambar 4.4. Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang
Menulis Jawaban di Papan Tulis ....................................... 66
Gambar 4.5. Dokumentasi Saat Kelompok 3 Menerima Reward ............ 67
Gambar 4.6. Dokumentasi Salah Satu Kelompok Yang Sedang
Berdiskusi Mengerjakan Soal Dari Lawan Tandingnya .... 72
Gambar 4.7. Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang
Menulis Jawaban di Papan Tulis ....................................... 72
Gambar 4.8. Dokumentasi Saat Kelompok 2 Menerima Reward ............ 73
Gambar 4.9. Dokumentasi Hasil Tugas
Dari Siswa Kelas VIII B ..................................................... 78
Gambar 4.10. Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan Observasi Dari Siklus I Ke Siklus II ............. 80

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa ............................................................ 92


Lampiran 2. RPP .................................................................................... 95
Lampiran 3. Validasi Pemahaman Konsep ............................................ 130
Lampiran 4. Soal Uji Coba .................................................................... 155
Lampiran 5. Analisis Data ...................................................................... 164
Lampiran 6. Soal Tes .............................................................................. 171
Lampiran 7. Kunci Jawaban ................................................................... 176
Lampiran 8. Nilai Tes ............................................................................. 187
Lampiran 9. Angket Percaya Diri ........................................................... 190
Lampiran 10. Analisis Angket .................................................................. 195
Lampiran 11. Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ............................ 200
Lampiran 12. Power Point ......................................................................... 217
Lampiran 13. Dokumentasi hasil jawaban pada siklus I dan II ................ 225
Lampiran 14. Dokumentasi Kegiatan ........................................................ 228
Lampiran 15. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............. 231
Lampiran 16. Biodata Penulis .................................................................... 232

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan kurikulum dan mata pelajaran yang ada dalam
tiap tingkatan sekolah, mulai dari Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Keberadaan
matematika diperlukan di tingkat sekolah karena matematika memegang
peranan penting dalam ilmu pengetahuan, sehingga di tiap tingkatan sekolah
harus mempelajari matematika, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa
menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari,
matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara
logis dan sistematis. Oleh sebab itu, matematika sangat penting untuk dapat
dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Namun sampai saat ini
matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan dan
bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain
mempunyai sifat yang abstrak, matematika juga memerlukan pemahaman
konsep yang baik, karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan
prasyarat pemahaman konsep sebelumnya.
Menurut Jihad dan Haris (2013 : 149), bahwa salah satu indikator
yang menunjukkan pemahaman konsep yaitu menyatakan kembali sebuah
konsep. Siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Dalam mempelajari
matematika pemahaman konsep matematika sangat penting untuk siswa.
Karena konsep matematika yang satu dengan yang lain saling berkaitan
sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan. Jika
siswa telah memahami konsep-konsep matematika maka akan
memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika
berikutnya yang lebih kompleks. Namun pada kenyataanya tidak

1
2

demikian, siswa sering kali mengalami kesulitan mengenai pemahaman


materi di pelajaran matematika.
Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi di SMP Negeri 3
Kajen. Kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru matematika dan siswa,
serta melakukan observasi proses pembelajaan matematika di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pada
proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 3 Kajen. Hasil wawancara
dengan guru matematika kelas VIII diperoleh informasi bahwa SMP Negeri
3 Kajen merupakan sekolah non unggulan dari segi akademik. Selain itu,
penggunaan metode pembelajaran matematika yang selama ini digunakan
adalah dengan menggunakan metode ceramah dan latihan. Selama ini,
jarang sekali guru yang menggunakan bantuan seperti power point untuk
menunjang pembelajaran di kelas. Materi matematika yang terlalu padat
menyebabkan guru tidak dapat mencoba metode pembelajaran lain. Selain
itu, diperoleh informasi bahwa ketika proses pembelajaran matematika
selama ini siswa cenderung pasif, kurang adanya interaksi antara guru dan
siswa dan sebagian siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika.
Untuk membuktikan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan guru matematika, peneliti melakukan observasi langsung untuk
mengamati sikap siswa ketika pelajaran matematika. Ketika pembelajaran
berlangsung siswa cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan
guru dan mencatat materi yang diberikan, bahkan masih ada beberapa siswa
yang belum siap mengikuti pelajaran dengan tidak membuka buku ataupun
LKS. Ketika guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya siswa
cenderung diam. Hal tersebut menggambarkan bahwa percaya diri siswa
masih rendah. Selain itu, pada saat guru memberikan soal latihan banyak
siswa yang masih kesulitan dalam mengerjakan, terlihat beberapa siswa
melihat pekerjaan temannya dan siswa masih perlu diberikan penjelasan
ulang. Hal inilah yang menggambarkan bahwa masih rendahnya
pemahaman konsep mata pelajaran matematika. Maka perlu adanya
3

perubahan model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan


tersebut salah satunya yaitu pembelajaran partisipatif.
Pembelajaran partisipatif (Participative Teaching and Learning )
merupakan model pembelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan kondisi
masih rendahnya rasa percaya diri siswa dalam belajar serta masih kurang
mampu dalam memahami konsep, pembelajaran partisipatif diharapkan
mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika dan
memudahkan siswa untuk memahami konsep matematika dalam belajar.
Menurut Rusman (2012) dalam Kusumawati (2013), pembelajaran
partisipatif dapat diartikan sebagai upaya guru untuk melibatkan siswa
dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Jadi pembelajaran akan lebih
bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan berpartisipasi
aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam maupun di luar
kelas. Dengan demikian memungkinkan menumbuhkan rasa percaya
diri siswa dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan interaksi antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga memudahkan
siswa dalam belajar serta memudahkan siswa dalam memahami konsep
matematika.
Dari latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk memperbaiki
proses pembelajaran dalam mata pelajaran matematika dengan model
pembelajaran partisipatif sebagai upaya untuk meningkatan percaya diri dan
pemahaman konsep matematika siswa.
4

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang peneliti kemukakan tersebut, maka
dapat di identifikasikan permasalahannya sebagai berikut :
1. Masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran
matematika.
2. Masih terdapat siswa yang tidak bisa mengerjakan soal baik tugas
maupun latihan yang diberikan oleh guru secara individu.
3. Masih terdapat siswa yang cenderung menyalin jawaban guru
dari pada mengerjakan sendiri.
4. Siswa yang pandai lebih mendominasi dalam pembelajaran
maupun pengerjaan soal secara individu.
5. Banyak siswa yang masih malu bertanya saat diberikan kesempatan
bertanya karena takut diremehkan oleh teman-temannya.
6. Banyak siswa yang beranggapan mata pelajaran matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan.
7. Sebagian siswa masih menunggu perintah yang harus dikerjakan,
jarang sekali yang memiliki inisiatif dalam belajar. Kejadian tersebut
sering terjadi pada jam-jam kosong, tidak dimanfaatkan untuk belajar.

C. Ruang Lingkup Masalah


Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian, maka
pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Pembelajaran yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan
model pembelajaran Participative Teaching and Learning.
2. Mengukur tingkat percaya diri dan pemahaman konsep siswa pada
materi aljabar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen.
5

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
pada penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran Participative Teaching and Learning berbantuan Multimedia
Presentasi dapat meningkatkan Percaya diri dan Pemahaman konsep pada
materi Aljabar di kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran
2016/2017 ?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi dapat meningkatkan percaya diri
dan pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun
Pelajaran 2016/2017 .

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Manfaat yang diharapkan peneliti adalah:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan menambahkan wawasan pengetahuan
tentang penerapan model pembelajaran Participative Teaching and Learning
berbantuan Multimedia Presentasi dalam meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep siswa matematika pada materi aljabar.
2. Secara praktis
a. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru matematika
dalam menggunakan metode pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi yang dapat meningkatkan
percaya diri dan pemahaman konsep siswa, sehingga dapat menjadi sebuah
alternatif solusi bagi para guru mata pelajaran matematika sebagai bahan
acuan dan pertimbangan dalam menggunakan metode pengajaran.
6

b. Bagi siswa
Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning berbantuan Multimedia Presentasi diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menumbuhkan rasa percaya diri
dan pemahaman konsep dalam belajar matematika, serta pada akhirnya
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Sebagai dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode
pembelajaran matematika diantaranya dengan menggunakan model
pembelajaran Participative Teaching and Learning.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Participative Teaching and Learning berbantuan Multimedia Presentasi
yang dapat meningkatkan percaya diri dan pemahaman konsep siswa.

G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dan empiris dianggap paling mungkin dan
paling tinggi tingkat kebenarannya. Oleh karena itu, hipotesis masih
merupakan pernyataan yang masih lemah. Dalam penelitian ini
hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut yaitu: “Ada peningkatan
dengan penerapan model pembelajaran Participative Teaching and
Learning berbantuan Multimedia Presentasi terhadap percaya diri dan
pemahaman konsep mata pelajaran matematika materi aljabar di kelas
VIII SMP Negeri 3 Kajen Tahun Pelajaran 2016/2017 ”.
7

H. Sistematika Penulisan
Sistematika skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal
skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi.
1. Bagian awal skripsi
Berisi halaman judul, abstrak, lembar persetujuan, lembar pengesahan,
lembar pernyataan, lembar motto, dan persembahan, prakata, daftar
isi, daftar lampiran, dan daftar tabel.
2. Bagian isi skripsi
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Identifikasi masalah
c. Tujuan penelitian
d. Manfaat penelitian
e. Sistematika penulisan
Bab II Landasan Teoritis
a. Tinjuan pustaka
b. Landasan teoritis
c. Hipotesis
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Bab V Penutup
a. Simpulan
b. Saran
3. Bagian akhir skripsi
Berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan biodata penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
Hasil penelitian Sidiq (2012), yang berjudul “Upaya Peningkatan
Keaktifan Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar
(Segi Empat) Melalui Penerapan Model Participative Teaching And
Learning Di Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak Sukoharjo“.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika
siswa. Adanya peningkatan keaktifan belajar matematika siswa yang dapat
dilihat dari meningkatnya indikator keaktifan meliputi aspek: (1) bertanya
dengan bahasa yang tepat 10% diakhir tindakan 70%, (2) menjawab
pertanyaan (latihan mandiri) dengan tepat 5% diakhir tindakan 75%, (3)
keaktifan siswa bekerjasama dalam kelompok sebelum tindakan 10%
diakhir tindakan 80%, (4) aktif menanggapi kelompok yang presentasi
sebelum tindakan 10% diakhir tindakan 70%. Persamaan penelitian di atas
dengan penulis yaitu, menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning. Perbedaan penelitian di atas meningkatkan
keaktifan belajar siswa, sedangkan peneliti meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep matematika pada mata Pelajaran Aljabar.
Hasil penelitian Mahanani (2013), yang berjudul “Keefektifan Model
Pembelajaran CRH Berbantuan Powerpoint pada Kemampuan Pemecahan
MasalahِSiswaِKelasِVIIIِMateriِLingkaran”.ِSimpulan penelitian tersebut
yaitu model pembelajaran CRH berbantuan powerpoint efektif pada
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII materi lingkaran.
Persamaan penelitian di atas dengan skripsi penulis yaitu, sama-sama
menggunakan bantuan media powerpoint. Perbedaan penelitian dengan
penulis yaitu pada penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran

8
9

CRH, sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran Participative


Teaching and Learning.

B. Landasan Teoretis
1. Teori Belajar
Menurut Ausubel dalam Siregar dan Nara (2011 : 33) siswa akan
belajar dengan baik jika isi pelajaran (instructional content) sebelumnya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa (advance organizers). Dengan demikian, akan mempengaruhi
pengaturan kemajuan belajar siswa. Advance organizers adalah konsep tau
informasi umum yang mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. Advance organizers dapat memberikan tiga macam manfaat:
(1) menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan
dipelajari, (2) berfungsi sebagai jembatan yang akan menghubungkan antara
yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, (3) dapat membantu siswa
untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Untuk itu, pengetahuan
guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan demikian guru
akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif
yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berpikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran,
merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat serta mengurutkan
materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah dipahami.
Selain Ausubel, menurut Bruner bahwa belajar tidak untuk mengubah
tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.
Sebab itu Bruner mempunyai pendapat, alangkah baiknya bila sekolah dapat
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses
belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan (Slameto, 2010 : 11).
10

Teori Bruner tersebut berkaitan dengan penelitian ini karena dalam


proses belajar dengan model pembelajaran partisipatif siswa diikutsertakan
untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian hal ini akan
mempengaruhi adanya perkembangan kognitif siswa, sehingga siswa dapat
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan atau pemahaman
siswa.

2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-
unsur manusiawi, mateial, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2014 : 57). Unsur
unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang
siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur untuk mencapai tujuan.
Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem
pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media
sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang diprogram, dan
sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur
sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan menurut Amir dan Risnawati (2016 : 7), pembelajaran
merupakan proses individu mengubah prilaku dalam upaya memenuhi
kebutuhannya. Selanjutnya Thobroni (2016 : 35), menyatakan bahwa
pembelajaran adalah upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada
kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar siswa dapat belajar
dengan efektif dan efisien.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, bahwa dapat di simpulkan
pembelajaran merupakan suatu proses rangkaian kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan. Tujuan utama sistem pembelajaran yaitu agar siswa belajar.
Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan
prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif. Dalam proses
mendesain sistem pembelajaran ini semata-mata dirancangan untuk
11

memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran


tersebut.

3. Pembelajaran Matematika
Menurut Amir dan Risnawati (2016: 8), pembelajaran matematika
adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi matematika dalam proses
pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi
pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan
mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara
efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan seluruh siswa secara aktif.
Kualitas pembelajaran didapat dari segi proses dan segi hasil.
Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruhnya atau bagian besar siswa terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping
menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan percaya diri. Kedua, dari
segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah
laku ke arah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu menjadi tahu konsep
matematika, dan mampu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Multimedia Presentasi
Menurut Rusman, Kurniawan, dan Riyana (2012 : 296), multimedia
merupakan media presentasi dengan menggunakan teks, audio dan visual
sekaligus. Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-
materi yang sifatnya teoritis, digunakan dalam pembelajaran dengan group
belajar yang cukup banyak, sehingga media ini cukup efektif sebab
menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar yang
12

cukup besar. Program aplikasi presentasi merupakan paket dari program


komputer yang digunakan untuk membantu penggunanya dalam mengolah
bahan presentasi.
Microsoft office power point merupakan program aplikasi presentasi
yang populer dan paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai
kepentingan presentasi salah satunya yaitu pembelajaran. Dilihat dari kaidah
pembelajaran, meningkatkan kadar hasil belajar yang tinggi, sangat
ditunjang oleh penggunaan media pembelajaran. Melalui media potensi
indra siswa dapat diakomodasi sehingga kadar hasil belajar akan
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dalam Rusman, Kurniawan, dan
Riyana (2012 : 295) tentang pemanfaatkan multimedia, informasi/materi
pengajaran melalui teks dapat diingat dengan baik jika disertai dengan
gambar. Hal ini dijelaskan dengan dual coding theory. Menurut teori ini,
sistem kognitif manusia terdiri dari dua subsistem, yaitu sistem verbal dan
sistem gambar (visual). Jadi dengan adanya gambar dalam teks dapat
meningkatkan memori oleh karena adanya dual coding dalam memori di
bandingkan dengan single coding.

5. Kepercayaan diri (Self-Efficacy)


Percaya diri merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh
pada pencapaian akademik siswa. Seringkali siswa tidak mampu
menunjukkan prestasi akademisnya secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Salah satu penyebabnya adalah karena
mereka sering merasa tidak yakin bahwa dirinya akan mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Keyakinan akan
kemampuan akan membuat siswa semangat dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya dan ada perasaan mampu pada dirinya (Amir & Risnawati, 2016 :
156).
Menurut Bandura (1986 : 391) dalam Amir dan Risnawati (2016 :
158-159) mendefinisikan self-efficacy sebagai penilaian seseorang terhadap
kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan sejumlah
13

tingkah laku yang sesuai dengan unjuk kerja (performance) yang


dirancangnya. Dengan kata lain, self-efficacy adalah suatu pendapat atau
keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai kemampuannya dalam
menampilkan suatu bentuk perilaku dan hal ini berhubungan dengan situasi
yang dihadapi oleh seseorang tersebut.
Selanjutnya Feist (2008 : 415) dalam Amir dan Risnawati (2016),
mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan manusia dan kemampuan
siswa untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri
siswa dan kejadian-kejadian di lingkungannya. Manusia yang percaya dapat
melakukan sesuatu memiliki potensi untuk merubah kejadian-kejadian di
lingkungannya.
Sedangkan menurut Lauster dalam Chodijah (2010), percaya diri
merupakan sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga
orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya,
dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan
bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi
dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki
dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangannya. Terdapat beberapa karakteristik untuk menilai kepercayaan
diri seseorang, yaitu percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri
dalam mengambil keputusan, dan berani mengungkapkan pendapat.
Dalam belajar matematika, rasa percaya diri anak harus di tumbuhkan
karena sikap ini sangatlah penting. Pada umumnya di sekolah seringkali
dapat menemukan siswa yang malu bertanya ketika kurang mengerti tentang
materi yang dijelaskan oleh guru. Siswa takut menjawab pertanyaan karena
khawatir jawabannya salah dan masih adanya siswa yang melihat jawaban
temannya ketika diberi latihan soal oleh guru. Sikap ini merupakan
gambaran bahwa siswa kurang memiliki rasa percaya pada kemampuan diri
siswa sendiri. Sedangkan sebaliknya anak yang memiliki rasa percaya diri
yang tinggi tidak akan takut untuk menjawab pertanyaan guru, tidak akan
malu untuk bertanya ketika tidak memahami apa yang dijelaskan oleh
14

gurunya, dan ketika menjawab soal latihan siswa merasa percaya dengan
hasil kemampuannya sendiri.

6. Pemahaman konsep
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan pemahaman
konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada
setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada pemahaman konsep
agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan
dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan
masalah.
Pemahaman konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga
dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan
pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa
menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami
konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan
mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan
tetapi maksudnya sama.
Menurut Jihad dan Haris (2013 : 149), pemahaman konsep merupakan
kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.
Indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah :
a. Menyatakan ulang sebuah konsep
b. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsep)
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi
pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan
15

maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar


mengerti apa yang disampaikan.

7. Pembelajaran Participative Teaching and Learning


Menurut Mahfiroh (2009) dalam Kusumawati (2013), model
pembelajaran partisipatif (Participative Teaching ang Learning) adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Keterlibatan siswa ini memberi
makna bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan bersama dalam kelompok.
Selain itu, pembelajaran partisipatif merupakan sebuah model pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara optimal.
Pembelajaran ini menitik beratkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan
pembelajaran (child center/student centered) bukan pada dominasi guru
dalam menyampaikan materi pelajaran (teacher centered).
Sedangkan Sudjana (2005 : 155) dalam Sidiq (2012) Participative
Teaching and Learning (Participatory learning) mengandung arti ikut
sertanya siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keikusertaan siswa itu
diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan
program (program planning), pelaksanaan (program implementation), dan
penilaian (program evaluation) kegiatan pembelajaran. Jadi, pembelajaran
akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sementara guru berperan
sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa mampu berperan dan
berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuannya di dalam
maupun di luar kelas.

1) Ciri-Ciri Pembelajaran Partisipatif


Berdasarkan pada pengertian pembelajaran partisipatif yaitu upaya
untuk mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran, maka ciri- ciri dalam
kegiatan pembelajaran partisipatif menurut Sudjana dalam (Hernita, 2012)
adalah :
16

a. Guru menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui


terhadap semua bahan ajar.
b. Guru memainkan peran untuk membantu siswa dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
c. Guru melakukan motivasi terhadap siswa untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran.
d. Guru menempatkan dirinya sebagai siswa.
e. Guru bersama siswa saling belajar.
f. Guru membantu siswa untuk menciptakan situasi belajar yang
kondusif.
g. Guru mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
h. Guru mendorong siswa untuk meningkatkan semangat berhasil.
i. Guru mendorong siswa untuk berupaya memecahkan permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupannya.

2) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Partisipatif Berbantuan


Multimedia Presentasi.
Tiga tahapan kegiatan pembelajaran menurut Sudjana yaitu
perencanaan program (program planning), pelaksanaan (program
implementation), dan penilaian (program evaluation) kegiatan
pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Tahap Perencanaan
1) Guru mengkondisikan siswa dan mengucapkan Salam, doa, dan
absensi.
2) Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis sebagai tanda siswa
siap mengikuti pembelajaran.
3) Guru menyampaikan bahwa apabila materi ini dikuasai dengan baik
maka siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya yaitu guru mengemukakan beberapa permasalahan yang
dapat di sampaikan dengan sederhana menggunakan notasi aljabar.
Misalnya apabila pembelajaran pada materi Aljabar.
17

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


5) Selanjutnya guru menawarkan kesepakatan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu guru dengan memberikan alternatif
yang ditawarkan diantaranya yaitu:
1. Game
2. Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya guru
menyampaikan aturan mainnya.

Untuk aturannya yaitu:


1. Game : siswa dibentuk kelompok, setelah itu tiap kelompok di
tandingan dengan kelompok lainnya dengan teknis fase gugur dimana
setiap kelompok saling memberikan soal dan menjawabnya dengan
cepat, kelompok yang menjawab dengan cepat dan benar maka
kelompok tersebut sebagai pemenangnya, sebagai tanda apresiasi guru
memberikan reward kepada kelompok yang menjadi pemenang.
2. Latihan soal biasa : siswa dibentuk kelompok, setelah itu tiap
kelompok diberi tugas untuk membuat soal. Setiap kelompok saling
memberikan soal dan menjawabnya. Pada kegiatan ini tidak ada
kelompok yang menjadi pemenang.
6) Guru menerima pilihan yang telah dipilih siswa kemudian
menyepakati kegiatan pembelajaran yang telah terpilih bersama siswa.
Tahap Pelaksanaan
7) Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar mengenai materi
aljabar dan contoh soal yang sudah dikemas dalam bentuk Power
point sebagai medianya.
8) Guru membentuk siswa kedalam kelompok kecil.
9) Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang telah di sepakati
pada tahap perencanaan.
10) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit.
18

11) Guru memberikan penjelasan terhadap pertanyaan tersebut.


12) Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan memberikan
penguatan.
Tahap Penilaian
13) Guru memberikan tugas kepada siswa berupa proyek.
14) Ditahap evaluasi ini guru memberikan ruang (alternatif) kepada siswa
mengenai sistem penilaiannya, agar siswa juga terlibat dalam
menentukan penilaian sebagai nilai hasil belajarnya.
Misalnya : siswa diminta mencari permasalahan di sekitarnya yang
dapat dinyatakan dengan bentuk aljabar.
Selanjutnya guru memberikan alternatif aturan penilaiannya :
1. Ketepatan penggunaan variabel.
2. Banyak sedikitnya variabel, dsb.
3. Rapih atau tidaknya dalam penulisan.
15) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya
16) Guru menutup pembelajaran.
8. Aljabar
1. Pengertian Bentuk Aljabar
Sebelum memasuki pengertian bentuk aljabar perlu kita memahami
terlebih dahulu maksud dari bentuk aljabar.
Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya
memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui.
Contoh :

Bentuk Aljabar Maksudnya Opeasi yang terlibat

2x 2 kali x Perkalian
4
4 dibagi y Pembagian
𝑦
x+3 x ditambah 3 Penjumlahan

y–5 y dikurangi 5 Pengurangan

y2 y kali y Perpangkatan
19

2. Nilai Bentuk Aljabar


Dari contoh bentuk aljabar diatas, jika x = 4 dan y = 2. Berapakah
nilai dari bentuk aljabar tersebut ?
a. 2x = 2 kali 4 yaitu 8
4
b. = 4 dibagi 2 yaitu 2
𝑦

c. x + 3 = 4 tambah 3 yaitu 7
d. y – 5 = 2 dikurangi 5 yaitu -3
e. y2 = 2 kali 2 yaitu 4
3. Permasalahan Sehari-hari Dalam Bentuk Aljabar.
Bentuk aljabar sangat penting dalam matematika. Seringkali jika kita
akan menyelesaikan masalah dalam matematika, terlebih dahulu kita
menyatakan permasalahan itu dalam bentuk aljabar. Suatu misal, Intan
membeli 3 buah jeruk dan 2 buah apel. Bagaimanakah cara menuliskan
banyaknya buah jeruk dan buah apel yang dimiliki oleh Intan dalam bentuk
Aljabar ?
Dalam aljabar terdapat cara untuk mempermudah atau menyederhanakan
dengan menggunakan notasi aljabar, contohnya yaitu:
3 buah jeruk + 2 buah apel
Keterangan: = buah jeruk
= buah apel
Jadi, 3 buah jeruk + 2 buah apel = 3 +2
Namun cara diatas sedikit menyulitkan karena perlu menggambar. Maka
dari itu dalam matematika pada aljabar mengenal istilah variabel, dan
Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.
Misal Intan membeli 3 buah jeruk + 2 buah apel. Misalkan x menyatakan
buah jeruk dan y menyatakan buah apel maka dapat ditulis untuk bentuk
aljabarnya yaitu 3x + 2y.
Jadi, 3 buah jeruk dan 2 buah apel dapat ditulis 3x + 2y.
Bentuk aljabar lainya yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yaitu :
20

Banyak boneka Rika 5 lebihnya dari boneka Desy. Jika banyak boneka
Desy dinyatakan dengan x maka berapa banyak boneka Rika ?
Diketahui :
X = Desy
Jawab : banyak boneka Rika 5 lebihnya dari boneka Desy.
X+5
Jika boneka Desy sebanyak 4 buah maka berapa banyak boneka Rika ?
X+5
4+5=9
4. Variabel, konstanta, koefisien, faktor, suku, dan suku sejenis dan
bukan sejenis.
a. Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum
diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah.
Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a, b, c, ..., z.
Contoh : x2, x, y2, y, dsb.
b. koefisien adalah faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk
aljabar.
Contoh : 2x + 3y, koefisien 2 untuk variabel x, koefisien 3 untuk
variabel y.
Perhatikan koefisien masing-masing suku pada bentuk aljabar
6𝑥+3𝑦 6 3 6 3
= x + y, koefisien untuk variabel x, koefisien untuk
2 2 2 2 2
variabel y.
c. Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada
bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
1) Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh
operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3x, 2a2, –4xy
2) Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu
operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x + 3, a2 – 4, 3x2 – 4x
21

3) Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua


operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x2 – x + 1, 3x + y – xy
Bentuk aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku disebut suku
banyak
Suku-suku pada bentuk aljabar dikatakan sejenis bila terdiri dari
variabel yang sama.
Perhatikan suku 4a2 dan –a2. Pangkat dari a pada kedua suku
tersebut sama, yaitu 2.
Sehingga kedua suku tersebut dinamakan suku sejenis.
Dua suku dikatakan tidak sejenis jika variabel yang terlibat pada
suku tersebut berbeda atau variabel sama tetapi memiliki pangkat
berbeda.
Contoh: 2x dan –3x2, –y dan –x3, 5x dan –2y,
d. Konstanta adalah suku dari suatu bentuk aljabar yang berupa
bilangan dan tidak memuat variabel.
Contoh :
1). x2 + x – 2 konstanta pada bentuk aljabar tersebut yaitu -2
6𝑥+3𝑦−4 −4
2). konstanta pada brntuk variabel tersebut yaitu .
2 2
e. Faktor adalah bilangan yang membagi habis suatu bilangan lain
atau suatu hasil kali. Contohnya :
2 x 3 x 5, memiliki faktor 2, 3, 5
(2x – 5) (3x + 15) memiliki faktor (2x – 5) dan (3x + 15)

5. Operasi hitung pada bentuk aljabar


a. Penjumlahan dan pengurangan
Amatilah bentuk aljabar 3x2 – 2x + 3y + x2 + 5x + 10. Bentuk aljabar
tersebut belum sederhana, bentuk yang paling sederhana adalah
bentuk aljabar yang tidak memiliki suku sejenis dan tidak memuat
22

tanda kurung. Dari bentuk aljabar tersebut suku-suku 3x2 dan x2


disebut suku sejenis, demikian juga suku-suku – 2x dan 5x.
Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat
dari masing-masing variabel yang sama.
Pemahaman mengenai suku-suku sejenis dan suku-suku yang tidak
sejenis sangat bermanfaat dalam menyelesaikan operasi penjumlahan
dan pengurangan dari bentuk alajabar. Operasi penjumlahan dan
pengurangan pada bentuk aljabar dapat diselesaikan dengan
memanfaatkan sifat komutatif, asosiatif, dan distributif dengan
memperhatikan suku-suku yang sejenis.
Contoh :
1. Tentukan hasil penjumlahan 3x2 – 2x + 5 dengan x2 + 4x – 3.
Penyelesaian :
(3x2 – 2x + 5) + (x2 + 4x – 3)
= 3x2 – 2x + 5 + x2 + 4x – 3
= 3x2 + x2 – 2x + 4x + 5 – 3
= 4x2 + 2x + 2
2. Tentukan hasil pengurangan 4y2 – 3y + 2 dari 2(5y2 – 3).
Penyelesaian :
2(5y2 – 3) – (4y2 – 3y + 2)
= 10y2 – 6 – 4y2 – 3y + 2
= 10y2 – 4y2 – 3y – 6 + 2
= 6y2 – 3y – 4
b. Perkalian
1. Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar
Jika a, b, dan c bilangan bulat maka berlaku a(b+c) = ab + ac.
Sifat distributif ini dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
operasi perkalian pada bentuk aljabar.
Perkalian suku dua ( ax + b ) dengan skalar/bilangan k dinyatakan
sebagai berikut.
K ( ax + b ) = kax + kb
23

Contoh : Jabarkan bentuk perkalian 2(3x – y)


Penyelesaian :
2(3x – y)
= 2 . 3x + 2 (-y)
= 6x – 2y
2. Perkalian antara bentuk aljabar dan bentuk aljabar
Perkalian antara bilangan skalar k dan suku dua ( ax + b ) k ( ax + b
) = kax + kb. Dengan memanfaatkan sifat distributif pula,
perkalian antara bentuk aljabar suku dua ( ax + b ) dan suku dua (
cx + d ) diperoleh sebagai berikut.

( ax + b ) ( cx + d )
= ax ( cx + d ) + b ( cx + d )
= ax (cx) + ax (d) + b (cx) + bd
= acx2 + (ad + bc)x + bd

Sifat distributif dapat pula digunakan pada perkalian suku dua dan
suku tiga.
(ax + b) (cx2 + dx + e)
= ax (cx2) + ax (dx) + ax (e) + b (cx2) + b (dx) + b (e)
= acx3 +adx2 + aex + bcx2 + bdx + be
= acx3 + (ad + bc)x2 + (ae + bd)x + be

Contoh :
Tentukan hasil perkalian bentuk aljabar (x + 2) (x + 3)
Penyelesaian :
(x + 2) (x + 3)
= x (x + 3) + 2 (x + 3)
= x2 + 3x + 2x + 6
= x2 + 5x + 6
24

c. Perpangkatan
Opersi perpangkatan diartikan sebagai operasi perkalian berulang
dengan unsur yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku

an = a x a x a x . . .x a

Contoh:

1. (3x)2 = 3x . 3x = 9 x 2

2. (2xy)2 = 2xy . 2xy = 4x2y2


a) Pemangkatan bentuk aljabar
dalam bentuk x + y contoh:

(x + y)2 = (x+y) (x+y)


= (x+y) x + (x+y) y

= x2 + xy + xy + y2

= x2 + 2xy + y2
b) Pemangkatan bentuk aljabar
dalam bentuk x - y contoh:

(x -y)2 = (x - y) (x - y)
= (x- y) x - (x - y) y

= x2 - xy - xy + y2

= x2 - 2xy + y2
25

Pemangkatan bentuk-bentuk aljabar dapat dilakukan dengan


menggunakan kaidah Segitiga Pascal sbb:

(x+y)0 = 1 à 1

(x+y)1 = x + y à 1 1

(x+y)2 = x2 + 2xy + y2 à 1 2 1

(x+y)3 = x3 + 3x2y + 3xy2 + y3 à 1 3 3 1

(x+y)4 = à 1 4 6 4 1

(x+y)4 = x4 + 4x3y + 6x2y2 + 4xy3 + y4


dan seterusnya

Perpangkatan bentuk aljabar (x-y)n dengan n bilangan asli juga


menggunakan kaidah Segitiga Pascal, akan tetapi tanda setiap
koefisiennya berganti dari (+) untuk suku ganjil dan (-) untuk suku
genap.

(x - y)0 = 1

(x - y)1 = x - y

(x - y)2 = x2 - 2xy + y2

(x - y)3 = x3 - 3x2y + 3xy2 - y3

(x - y)4 = x4 - 4x3y + 6x2y2 - 4xy3 + y4


dan seterusnya.
26

d. Pembagian
Perhatikan uraian berikut.
2x2yz2 = 2 . x2 . y . z2
x3y2z = x3 . y2 . z
pada bentuk aljabar diatas, 2 , x2 , y , dan z2 adalah faktor-faktor dari
2x2yz2, sedangkan x3 , y2 , z adalah faktor-faktor dari bentuk aljabar
x3y2z .
faktor sekutu ( faktor yang sama ) dari 2x2yz2 dan x3y2z adalah x2, y,
dan z, sehingga diperoleh
2 𝑥 2𝑦 𝑧 2
=
𝑥 3𝑦2𝑧

𝑥 2 𝑦𝑧 (2𝑧)
=
𝑥 2 𝑦𝑧 (𝑥𝑦)
2𝑧
=
𝑥𝑦

Contoh :
Sederhanakan bentuk aljabar 6x3 : 3x2
Penyelesaian :
6𝑥 3
=
3𝑥 2
3𝑥 2 2𝑥
=
3𝑥 2
= 2x

C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan observasi di lapangan, sebagian besar siswa
beranggapan bahwa matematika itu berisi rumus, sulit, dan membosankan.
Pada saat pembelajaran matematika berlangsung semua siswa hanya duduk
pasif mendengarkan penjelasan guru. Selain itu, siswa sangat sedikit
memiliki inisiatif untuk bertanya kepada guru bila ada penjelasan yang
tidak dimengerti, hal tersebut menggambarkan masih rendahnya rasa
percaya diri siswa. Hasil wawancara dari guru matematika SMP Negeri 3
27

Kajen memberikan informasi bahwa tingkat pemahaman konsep siswa


masih relatif rendah. Padahal kemampuan pemahaman konsep merupakan
salah satu aspek yang harus dicapai siswa dalam mempelajari matematika.
Materi aljabar merupakan salah satu materi yang membutuhkan
pemahaman konsep, jika siswa telah memahami konsep-konsep
matematika maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-
konsep matematika berikutnya yang lebih kompleks. Untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat. Menurut
teori belajar Bruner, alangkah baiknya bila sekolah dapat menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan
siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses belajar Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik
adanya perbedaan kemampuan.
Dalam penelitian ini model pembelajaran yang digunakan yaitu
pembelajaran partisipatif. Pembelajaran partisipatif (Participative Teaching
ang Learning) adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dalam model
pembelajaran partisipatif setiap siswa didorong untuk ikut aktif dalam
pembelajaran, sehingga terciptanya pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan diharapkan mengurangi citra negatif siswa terhadap mata
pelajaran matematika. Supaya pembelajaran lebih efisien maka dibutuhkan
sarana pendukung media pembelajaran yaitu salah satu medianya adalah
powerpoint. Dengan media powerpoint, materi yang dapat disajikan akan
lebih menarik dan bervariasi.
Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan model
partisipatif (Participative Teaching ang Learning) dengan berbantuan
Multimedia Presentasi diharapkan dapat meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep siswa pada materi aljabar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau
Classroom Action Research. Menurut Sanjaya (2009 : 26), penelitian
tindakan kelas merupakan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran
di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan sebagai strategi
pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata kemudian
merefleksi terhadap hasil tindakan. Penelitian tindakan cocok untuk
meningkatkan kualitas subyek yang akan diteliti. Penelitian ini dilaksanakan
untuk meningkatkan percaya diri dan pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Participative
Teaching and Learning.

B. Setting Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 3 Kajen. Pelaksanaan
penelitian ini yaitu pada bulan Juli s/d Agustus 2017. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang
efektif di kelas. Rencana penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklusnya
dilaksanakan 2 kali pertemuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

28
29

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen
tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa dalam kelas ini yaitu 23 siswa yang
terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Keputusan ini
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti melihat pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa cenderung pasif, siswa terlihat
takut dan malu bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru, dan pada saat
mengerjakan latihan soal yang diberikan diberikan guru masih banyak siswa
yang tidak bisa menjawab dan cenderung melihat jawaban temannya. Dari
hal tersebut bahwa siswa kelas VIII masih rendah dalam hal percaya diri dan
pemahaman konsep, maka peneliti berkeinginan untuk memperbaiki
permasalahan tersebut.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu sebagai berikut:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada saat
akhir siklus, dan untuk tes evaluasi diberikan pada akhir pembelajaran.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep
siswa terhadap materi yang telah diberikan.
2. Instrumen Non-Tes
Dalam instrumen non-tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Participative Teaching and Learning terlaksana dengan baik,
bagaimana interaksi yang terjadi dikelas, serta untuk mengetahui
kekurangan dalam proses pembelajaran.
30

b. Lembar Angket Percaya Diri


Angket ini bertujuan untuk mengukur rasa percaya diri siswa dalam
upaya meningkatkan percaya diri mereka dalam belajar matematika.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Angket Percaya diri

No Dimensi Indikator
1. Percaya pada kemampuan Yakin pada diri sendiri
diri sendiri Bertindak putus asa
2. Mandiri Tidak bergantung pada orang lain
Bertanggung jawab
Ingin berprestasi
3. Memiliki keberanian untuk Berani mengungkapkan pendapat
bertindak

(Chodijah, 2010)

E. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif.
1. Data kualitatif: hasil observasi proses pembelajaran, hasil angket percaya
diri belajar matematika siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan
pembelajaran).
2. Data kuantitatif: nilai tes siswa pada akhir siklus.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti.
Teknik pengumpulan data yang dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Nilai pemahaman konsep siswa; data diperoleh dari tes akhir siswa yang
dilakukan pada setiap akhir siklus.
2. Angket percaya diri; angket diberikan kepada siswa di setiap akhir siklus
yang dijadikan sebagai acuan untuk mengukur tingkat percaya diri siswa
dalam belajar matematika.
3. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
4. Hasil dokumentasi; berupa foto-foto yang diambil pada saat proses
pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.
31

Setelah data terkumpul, peneliti bersama guru melakukan diskusi dan


menganalisis data, untuk mengetahui kekurangan dalam proses
pembelajaran dan membuat rencana untuk tindakan siklus berikutnya.

F. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu dengan
menganalisis data. Analisis data dalam PTK bisa dilakukan dengan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Menurut Sanjaya (2009 : 106-107), analisis data bisa dilakukan
melalui tiga tahap. Pertama, reduksi data, yaitu kegiatan menyeleksi data
sesuai dengan fokus masalah. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua
instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kemudian
dikelompokkan berdasarkan fokus masalah atau hipotesis. Tahap kedua,
mendeskripsikan data sehingga data yang telah diorganisir jadi bermakna.
Mendeskripsikan data bisa dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik,
atau menyusun dalam bentuk tabel. Pada tahap ketiga, yaitu membuat
kesimpulan berdasarkan deskripsi data.
Untuk menghasilkan informasi yang akurat, agar tidak salah dalam
pengambilan keputusan dapat menggunakan teknik triangulasi, yaitu suatu
cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan
berbagai metode agar informasi tersebut dapat dipercaya kebenarannya
sehingga peneliti tidak salah dalam mengambil keputusan (Sanjaya, 2009 :
112).
32

Terdapat beberapa cara menggunakan teknik triangulasi, yaitu sebagai


berikut:
1. Menggunakan waktu yang cukup dalam penelitian
2. Membandingkan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian
3. Mencari data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat, sehingga dapat
dilakukan pengecekan atau membandingkan data yang diperoleh
4. Mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi
5. Mencari data dari berbagai sumber
6. Menggunakan berbagai metode dan teknik analisis data
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran tentang
peningkatan pemahaman konsep matematika pada materi Aljabar. Hasil
analisis ini akan disajikan dalam bentuk presentase. Dalam penelitian
analisis data hasil tes siklus I san II ditetapkan sebagai berikut:
a. Analisis Data Hasil Observasi Pembelajaran
Berdasarkan pedoman observasi pembelajaran, data hasil observasi akan
dianalisisِ yaituِ untukِ jawabanِ “ya”ِ akanِ diberiِ skorِ 1ِ danِ jawabanِ
“tidak”ِdiberiِskorِ0.ِSedangkanِpresentaseِketerlaksanaanِpembelajaranِ
partisipatif dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛


y= 𝑥 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛

Selanjutnya presentase tersebut dikategorikan sesuai dengan kualifikasi


hasil observasi yaitu sebagai berikut (Arikunto dan Safrudin, 2004: 18-
19) dalam Wahyuli (2011).
Tabel 3.2. Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi
Presentase Kategori
90 <ِِِyِِِِ≤ِ100 Sangat Tinggi
75ِ<ِِِyِِِِ≤ِ90 Tinggi
65ِ<ِِِyِِِِ≤ِ75 Sedang
35ِ<ِِِِyِِِ≤ِ65 Rendah
0ِ≤ِِِِِyِِِ≤ِ35 Sangat Rendah
33

b. Analisis Data Hasil Angket


Dalam penelitian ini skala likert digunakan untuk mengukur sikap dan
persepsi siswa terhadap rasa percaya diri siswa dalam pelajaran
matematika.
Tabel 3.3. Skala Likert
No Simbol Keterangan Skor
1 SS Sangat Setuju 5
2 S Setuju 4
3 N Netral 3
4 TS Tidak Setuju 2
5 STS Sangat Tidak Setuju 1

Untuk mengetahui jumlah skor ideal (kriterium) seluruh item yaitu


sebagai berikut:
Y = (Skor Tertinggi Likert X Jumlah Responden)

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛


Rumus Index = 100%
𝑌
Setelah skor kriterium didapat, skor jawaban tersebut dimasukan kedalam
bentuk interval rating scale untuk mengetahui apakah termasuk kategori
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Bentuk
interval rating scale sebagai berikut.

Keterangan:
A : ( 5 x Jumlah Responden )
B : ( 4 x Jumlah Responden )
C : ( 3 x Jumlah Responden )
D : ( 2 x Jumlah Responden )
E : ( 1 x Jumlah Responden )

(Sugiyono, 2015: 93-95)


34

c. Analisis Data Hasil Tes


Hasil pengerjaan tes pada siklus I dan II dianalisa untuk menghitung
presentase pencapaian seluruh siswa untuk pemahaman konsep dengan
rumus sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛
y= 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

G. Analisis Hasil Uji Coba Soal


Analisis uji coba soal dilakukan sebelum tes digunakan untuk
mengukur pemahaman konsep di dalam kelas. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda butir
soal maka dipilih soal yang akan digunakan untuk mengukur pemahaman
konsep siswa.
1. Validitas
Di dalam buku Encyclpedia of Educational Evaluation yang ditulis
oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan: A test is valid if it
measures what it purpose to measure. Atau jika diartikan lebih kurang
demikian : sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yangِhendakِdiِukur.ِDalamِbahasaِindonesiaِ“valid”ِdisebutِdenganِistilahِ
“sahih”ِ(Arikunto,ِ2013ِ:ِ80).ِ
Sebelum alat ukur atau instrumen diujicobakan kepada responden,
butir-butir yang disusun terlebih dahulu dikonsultasikan kepada para pakar
untuk dilakukan pengkajian terhadap kesesuaian item-item instrumen
dengan kisi-kisinya. Dalam hal ini, pengkajian dilakukan oleh dua orang
pakar (expert judges). Untuk menentukan koefisien validitas ini, hasil
penelitian dari kedua pakar dimasukan ke dalam tabulasi silang (2x2) yang
terdiri dari 2 kolom A, B, C, dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan
ketidaksetujuan antara kedua penilai. Kolom B dan C adalah sel yang
menunjukkan berbedaan seseorang antara penilai pertama dan kedua
(peneliti pertama setuju, penilai kedua tidak setuju atau sebaliknya). Kolom
D adalah sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai
35

(judges). Setelah butir soal vallidasi kedua penilai, selanjutnya dianalisis


menggunakan perhitungan menurut Gregory sebagai berikut:
Tabel 3.5. Formula Gregory
Judges I
Penilai Judges
Kurang relevan Sangat relevan
Kurang relevan A (- -) B (+ -)
Judges II
Sangat relevan C (- +) D (+ +)

Dari tabel di atas dapat dicari validitas isi (content validity) dengan
menggunakan rumus Gregory:
𝑫
VC =
( 𝑨+𝑩+𝑪+𝑫 )

Nilai validitas isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang
dihasilkan. Untuk mengklasifikasikan di kategori mana koefisien validitas
itu berada, maka diketahui berdasarkan kriteria di bawah ini.
Tabel 3.6. Koefisien Validitas
Koefisien Validitas
0,80ِ<ِِِyِِِ≤ِِ1,00 Validitas isi sangat tinggi
0,60ِ<ِِِyِِِ≤ِ0,80 Validitas isi tinggi
0,40ِ<ِِِyِِِ≤ِ0,60 Validitas isi sedang
0,20ِ<ِِِyِِِ≤ِ0,40 Validitas isi rendah
0,00ِ≤ِِِyِِِ≤ِ0,20 Validitas isi sangat rendah

(Sutama, Suranata, dan Dharsana: 2014)

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrumen (Arifin, 2009 : 258). Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada
waktu atau kesempatan yang berbeda.
Untuk mengetahui reliabilitas tes pemahaman konsep digunakan
dengan teknik Cronbach’s Alpha atau Koefisien Alpha. Teknik ini tidak
hanya digunakan untuk tes dengan dua pilihan saja, tetapi penerapannya
36

lebih luas, seperti menguji skala pengukuran sikap dengan tiga, lima atau
tujuh pilihan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung Koefisien
Alpha adalah:
R 𝛴𝜎𝑖2
Rumusِαِ= (R − 1) (1 − )
𝜎𝑥2

Dimana:
R = Jumlah butir soal.
𝜎𝑖2 = Varian butir soal
𝜎𝑥2 = Varian skor total
Untuk sebuah butir tes yang ideal, tingkat reliabilitas berkisar antara
0,7 sampai 1. Adapun indeks reliabelitas tes diklasifikasikan sebagai
berikut:
Tabel 3.7. Klasifikasi Reliabelitas
Reliabelitas Keterangan
0,90ِ<ِِِαِِِ≤ِ1,00 Sangat Tinggi
0,70ِ<ِِِαِِِ≤ِ0,90 Tinggi
0,40ِ<ِِِαِِِ≤ِ0,70 Sedang
0,20ِ<ِِِαِِِ≤ِ0,40 Rendah
0,00ِ≤ِِِαِِِ≤ِ0,20 Sangat Rendah

(Sutama, Suranata, dan Dharsana: 2014)

3. Daya pembeda
Menurut Arifin (2011 : 133), daya pembeda tes adalah kemampuan
sesuatu tes untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan
tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Suatu
butir tes dikatakan memiliki daya beda yang baik artinya butir tes tersebut
dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa yang sudah paham dan
yang belum paham.
37

Perhitungan daya beda butir tes menggunakan rumus sebagai berikut:


̅ KA− X
X ̅ KB
DP =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
̅
XKA : Rata-rata kelompok atas
̅KB
X : Rata-rata kelompok bawah
Untuk butir tes yang ideal, daya bedanya berkisar antara 0,2 sampai 1.
Adapun daya pembeda butir tes diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 3.8. Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Keterangan
0,00ِ≤ِِِDPِِِ<ِ0,20 Kurang
0,20ِ≤ِِِDPِِِ<ِ0,30 Cukup
0,30ِ≤ِِِDPِِِ<ِ0,40 Baik
0,40ِ≤ِِِDPِِِ≤ِ1,00 Baik sekali

(Arifin, 2011 : 133)

4. Taraf kesukaran
Arikunto (2013 : 222) mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal
yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Taraf kesukaran butir tes melukiskan derajat proporsi rata-
rata jumlsh skor jawaban benar pada butir tes yang bersangkutan terhadap
jumlah skor idealnya. Semakin banyak peserta tes yang menjawab benar
berarti soal semakin mudah, sebaliknya semakin banyak peserta tes yang
menjawab salah, maka soal semakin sukar (Arifin, 2011 : 134).
38

Untuk mengetahui indeks kesukaran butir soal uraian digunakan


rumus sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝑀𝑒𝑎𝑛 =
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠

Kemudian dilanjutkan dengan proses sebagai berikut:


𝑀𝑒𝑎𝑛
𝑇𝑎𝑟𝑎𝑓 𝐾𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 (𝑃) =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙

Untuk sebuah butir tes yang ideal, tingkat kesukaran butir berkisar
diatas 0,3 sampai 0,7. Adapun indeks kesukaran butir tes diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 3.9. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Kriteria Keterangan
Sukar 0,00ِ≤ِِِP ≤ِ0,30
Sedang 0,30 < P ≤ِ0,70
Mudah 0,70 < P ≤ِ1,00

(Arifin, 2011 : 135)

Kriteria soal yang akan digunakan untuk tes siklus I dan II yaitu sebagai
berikut :
a. Validitas soal berkisar diatas 0,6 sampai 1.
b. Reliabilitas soal berkisar antara 0,7 sampai 1.
c. Daya bedanya berkisar antara 0,2 sampai 1.
39

H. Indikator Kinerja
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kriteria
yang telah ditentukan. Kriteria keberhasilan tindakan tersebut yaitu:
1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata persentase indikator
percaya diri siswa mencapai 70%.
2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila peningkatan pemahaman
konsep siswa hingga 70% siswa di kelas memenuhi ketuntasan
minimal yakni 70.
3. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila guru melaksanakan model
pembelajaran Participative Teaching and Learning di kelas mencapai
70%.
40

I. Prosedur Dan Rencana Penelitian


1. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau
Classroom Action Research Pada penelitian tindakan dibagi menjadi 4
tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (action) dan observasi
(observe), serta refleksi (reflect). Model Penelitian Tindakan Kelas yang
akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Penelitian Kemis
dan McTaggart ( Huda, 2015 : 49).

REPLECT PLAN

Siklus 1
OBSERVE

ACTION

REPLECT
PLAN

Siklus 2 OBSERVE

ACTION

Gambar 3.1. Penelitian Tindakan Kelas


Model Spiral Kemmis dan McTaggart
41

2. Rencana Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berdasarkan 2 siklus, tiap-tiap siklusnya
dilaksanakan 2 kali pertemuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Untuk dapat melihat tingkat pemahaman konsep siswa, dilakukan tes yang
berfungsi sebagai mengukur tingkat pemahaman konsep siswa. Sedangkan
untuk melihat tingkat percaya diri siswa diberikan angket di akhir setelah
tes di tiap siklusnya yang berfungsi untuk mengukur tingkat percaya diri
siswa.
Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi
antara peneliti dengan guru. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru
bertindak sebagai pengajar. Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan
guru dengan tujuan agar lebih mudah dan teliti dalam kegiatan observasi.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti melakukan tahapan-tahapan
rencana tindakan kelas, sebagai berikut:

Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
a) Peneliti bersama dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Participative Teaching And Learning.
b) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari:
1) Lembar observasi aktivitas belajar siswa.
2) Lembar observasi kegiatan guru.
3) Soal tes.
4) Lembar Angket
c) Melakukan koordinasi dengan guru sebagai kolabolator.
42

2. Implementasi Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan implementasi tindakan adalah
melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
direncanakan dengan menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching And Learning, yakni:
1) Guru mengkondisikan siswa dan mengucapkan Salam, doa, dan
absensi.
2) Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis sebagai tanda siswa
siap mengikuti pembelajaran.
3) Guru menyampaikan bahwa apabila materi ini dikuasai dengan baik
maka siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya yaitu guru mengemukakan beberapa permasalahan yang
dapat di sampaikan dengan sederhana menggunakan notasi aljabar.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Selanjutnya guru menawarkan kesepakatan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu guru dengan memberikan alternatif
yang ditawarkan diantaranya yaitu:
1. Game
2. Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya
guru menyampaikan aturan mainnya.

Untuk aturannya yaitu:


1. Game : siswa dibentuk kelompok, setelah itu tiap kelompok di
tandingan dengan kelompok lainnya dengan teknis fase gugur
dimana setiap kelompok saling memberikan soal dan
menjawabnya dengan cepat, kelompok yang menjawab dengan
cepat dan benar maka kelompok tersebut sebagai pemenangnya,
sebagai tanda apresiasi guru memberikan reward kepada
kelompok yang menjadi pemenang.
43

2. Latihan soal biasa : siswa dibentuk kelompok, setelah itu tiap


kelompok diberi tugas untuk membuat soal. Setiap kelompok
saling memberikan soal dan menjawabnya. Pada kegiatan ini
tidak ada kelompok yang menjadi pemenang.
6) Guru menerima pilihan yang telah dipilih siswa kemudian
menyepakati kegiatan pembelajaran yang telah terpilih bersama
siswa.
7) Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar mengenai
materi aljabar dan contoh soal yang sudah dikemas dalam bentuk
Power point sebagai medianya.
8) Guru membentuk siswa kedalam kelompok kecil.
9) Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang telah di
sepakati pada tahap perencanaan.
10) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit.
11) Guru memberikan penjelasan terhadap pertanyaan tersebut.
12) Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan memberikan
penguatan.
13) Guru memberikan tugas kepada siswa berupa proyek.
14) Ditahap evaluasi ini guru memberikan ruang (alternatif) kepada
siswa mengenai sistem penilaiannya, agar siswa juga terlibat dalam
menentukan penilaian sebagai nilai hasil belajarnya.
Misalnya : siswa diminta mencari permasalahan di sekitarnya yang
dapat dinyatakan dengan bentuk aljabar.
Selanjutnya guru memberikan alternatif aturan penilaiannya :
1. Ketepatan penggunaan variabel.
2. Banyak sedikitnya variabel, dsb.
17) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi pertemuan
selanjutnya
18) Guru menutup pembelajaran.
44

3. Observasi dan Tindakan


Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan
pengamatan terhadap guru apakah dalam proses belajar matematika di
kelas benar-benar menerapkan pembelajaran partisipatif. Diakhir siklus I
diberikan evaluasi dengan memberikan tes kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa secara kuantitatif dan
untuk mengukur tingkat percaya diri siswa diberi angket.
4. Refleksi
Refleksi adalah merupakan tahap akhir kegiatan observasi, dengan cara
mengumpulkan berbagai hasil yang diperoleh guna melihat dan
menilai apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar di kelas VIII B mampu meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pendekatan
Participative Teaching And Learning. Selain itu refleksi dilakukan untuk
mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada saat
pembelajaran berlangsung. Hasil pemikiran reflektif kemudian digunakan
sebagai dasar untuk menentukan siklus berikutnya apakah tindakan perlu
dilakukan modifikasi maupun perbaikan dari siklus sebelumnya.

Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan apabila pada siklus
I masih adanya kekurangan yang perlu diperbaiki. Pada dasarnya kegiatan
pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pembelajaran
siklus I.
1. Perencanaan (Planning)
a) Melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada siklus I
b) Peneliti bersama dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terkait pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Participative Teaching And Learning.
45

c) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari:


1) Lembar observasi aktivitas belajar siswa.
2) Lembar observasi kegiatan guru.
3) Soal tes.
4) Lembar Angket.
d) Melakukan koordinasi dengan guru sebagai kolabolator
2. Implementasi Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan implementasi tindakan siklus II
ini berdasarkan identifikasi masalah yang terjadi pada siklus I yaitu
melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
direncanakan dengan menerapkan model pembelajaran Participative
Teaching And Learning, untuk langkah-langkah pembelajarannya masih
sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:
1) Guru mengkondisikan siswa dan mengucapkan Salam, doa, dan
absensi.
2) Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis sebagai tanda siswa
siap mengikuti pembelajaran.
3) Guru menyampaikan bahwa apabila materi ini dikuasai dengan baik
maka siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya yaitu guru mengemukakan beberapa permasalahan yang
dapat di sampaikan dengan sederhana menggunakan notasi aljabar.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Selanjutnya guru menawarkan kesepakatan kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, yaitu guru dengan memberikan alternatif
yang ditawarkan diantaranya yaitu:
1. Game
2. Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya
guru menyampaikan aturan mainnya.
46

Untuk aturannya yaitu:


1. Game : siswa dibentuk kelompok, setelah itu tiap kelompok di
tandingan dengan kelompok lainnya dengan teknis fase gugur
dimana setiap kelompok saling memberikan soal dan
menjawabnya dengan cepat, kelompok yang menjawab dengan
cepat dan benar maka kelompok tersebut sebagai pemenangnya,
sebagai tanda apresiasi guru memberikan reward kepada
kelompok yang menjadi pemenang.
2. Latihan soal biasa : siswa dibentuk kelompok, setelah itu tiap
kelompok diberi tugas untuk membuat soal. Setiap kelompok
saling memberikan soal dan menjawabnya. Pada kegiatan ini
tidak ada kelompok yang menjadi pemenang.
6) Guru menerima pilihan yang telah dipilih siswa kemudian
menyepakati kegiatan pembelajaran yang telah terpilih bersama
siswa.
7) Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar mengenai
materi aljabar dan contoh soal yang sudah dikemas dalam bentuk
Power point sebagai medianya.
8) Guru membentuk siswa kedalam kelompok kecil.
9) Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang telah di
sepakati pada tahap perencanaan.
10) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit.
11) Guru memberikan penjelasan terhadap pertanyaan tersebut.
12) Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan memberikan
penguatan.
13) Guru memberikan tugas kepada siswa berupa proyek.
14) Ditahap evaluasi ini guru memberikan ruang (alternatif) kepada
siswa mengenai sistem penilaiannya, agar siswa juga terlibat dalam
menentukan penilaian sebagai nilai hasil belajarnya.
47

Misalnya : siswa diminta mencari permasalahan di sekitarnya yang


dapat dinyatakan dengan bentuk aljabar.
Selanjutnya guru memberikan alternatif aturan penilaiannya :
1. Ketepatan penggunaan variabel.
2. Banyak sedikitnya variabel, dsb.
19) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi pertemuan
selanjutnya
20) Guru menutup pembelajaran.

3. Observasi dan Tindakan


Observasi pada tindakan siklus II masih sama dengan siklus I yaitu
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan
pengamatan terhadap guru dalam proses pembelajaran matematika di
kelas apakah benar-benar menerapkan pembelajaran partisipatif. Diakhir
siklus II diadakan evaluasi dengan memberikan tes kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman konsep siswa secara kuantitatif dan
untuk mengukur tingkat percaya diri siswa diberi angket.
4. Refleksi
Pada tahap refleksi siklus II peneliti melakukan diskusi dengan guru
selaku kolaborator untuk mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil pemikiran
reflektif kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan siklus
berikutnya. Pelaksanaan tindakan selanjutnya yaitu siklus III, tindakan
ini akan dilakukan apabila pada tindakan siklus II masih belum
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, jika pada
pelaksanaan tindakan siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditentukan, maka penelitian akan dihentikan pada siklus II.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas di kelas VIII B terlebih
dahulu peneliti melakukan uji coba soal tes yang dilaksanakan pada kelas
VIII A sebelum soal tes tersebut digunakan untuk mengukur pemahaman
konsep siswa kelas VIII B di akhir siklus I dan siklus II. Hal ini untuk
mengetahui soal yang nantinya di jadikan sebagai soal tes pada kelas VIII B
di akhir siklusnya.
Soal uji coba tes siklus I berjumlah 10 butir soal, dari hasil analisis
melalui pengukuran validitas, taraf kesukaran, daya pembeda dan
reliabilitas, soal nomor 4, 5, 6, 7, dan 10 dibuang karena memiliki kriteria
daya pembeda yaitu kurang yang artinya soal tersebut harus dibuang dan
tidak bisa digunakan. Soal yang bisa digunakan yaitu soal nomor 1, 3, 8, 9
memiliki kriteria daya pembeda yaitu baik, dan soal nomor 2 memiliki
kriteria sangat baik.
Penafsiran untuk membandingkan daya pembeda :
0,40ِ≤ِِِDPِِِ≤ِ1,00ِ=ِSangatِBaik
0,30 ≤ِِِDPِِِ<ِ0,40ِ=ِBaik
0,20ِ≤ِِِDPِِِ<ِ0,30ِ=ِCukup,ِsoalِperluِperbaikan
0,00ِ≤ِِِDPِِِ<ِ0,20ِ=ِkurang,ِsoalِharusِdibuang
(Arifin, 2011 : 133)
Soal uji coba tes siklus II berjumlah 10 butir soal, dari hasil analisis
melalui pengukuran validitas, taraf kesukaran, daya pembeda dan
reliabilitas, soal nomor 1, 2, 5, 7, dan 8 dibuang karena memiliki kriteria
daya pembeda yaitu kurang yang artinya soal tersebut harus dibuang dan
tidak bisa digunakan. Soal yang bisa digunakan yaitu soal nomor 3, 4, 6, 9
memiliki kriteria daya pembeda yaitu sangat baik, dan soal nomor 10
memiliki kriteria baik. Untuk lebih jelasnya analisis data bisa dilihat pada
bagian lampiran halaman 164.

48
49

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing – masing siklus


dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu kali
pertemuan selama 2 x 40 menit.
Tabel di bawah ini menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran
matematika di kelas VIII B.
Tabel 4. 1
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Di Kelas VIII B.

Siklus Pertemuan Hari / tanggal Pukul Materi


1 1 Sabtu, 29 Juli 10. 20 WIB s.d Mengenali
2017. 11. 40 WIB bentuk
aljabar dan
unsur –
unsurnya.
2 Selasa, 1 Agustus 08. 45 WIB s.d Melanjutkan
2017. 09. 25 WIB pertemuan
pertama.
10.20 WIB s.d
Sabtu, 5 Agustus 2017 Tes Siklus I
11.00 WIB
2 1 Selasa 29, 09.40 WIB s.d Melakukan
Agustus 2017 11. 00 WIB operasi pada
bentuk
aljabar
2 Selasa, 5 09.40 WIB s.d Melakukan
September 2017 11. 00 WIB operasi pada
bentuk
aljabar
10.20 WIB s.d
Sabtu, 9 September 2017 Tes Siklus II
11.00 WIB

Berikut ini penjabaran kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan


pada masing-masing siklus.
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, pertemuan pertama mempunyai
alokasi waktu 2 x 40 menit dan pertemuan kedua mempunyai alokasi waktu
1 x 40 menit.
Pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
50

a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I adalah
peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi
yang diajarkan pada siklus I ini adalah memahami maksud dari bentuk
aljabar, menghitung nilai bentuk aljabar, menyatakan permasalahan
sehari-hari dalam bentuk aljabar, menjelaskan pengertian variabel,
konstanta, koefisien, suku. Untuk memudahkan siswa memahami
materi yang akan dipelajari peneliti menyiapkan media pembelajaran
berupa Power Point. Selain itu, peneliti juga telah menyiapkan lembar
observasi kegiatan pembelajaran guru dan siswa untuk setiap
pertemuan, angket percaya diri diberikan pada akhir siklus I dan lembar
soal tes siklus.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan I
Pembelajaran matematika di kelas VIII B adalah hari Sabtu, tanggal 29
Juli 2017, pukul 10.20 WIB sampai dengan 11.40 WIB. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini adalah guru melakukan tindakan sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun atas kerja sama
peneliti, guru kelas, dan dosen pembimbing. Materi yang diajarkan
pada pertemuan ini adalah memahami maksud dari bentuk aljabar,
menghitung nilai bentuk aljabar, menyatakan permasalahan sehari-hari
dalam bentuk aljabar, menjelaskan pengertian variabel, konstanta,
koefisien, suku. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan ini adalah siswa dapat memahami maksud dari bentuk
aljabar, siswa dapat menghitung nilai bentuk aljabar, siswa dapat
menyatakan permasalahan sehari-hari dalam bentuk aljabar, siswa dapat
menjelaskan pengertian variabel, konstanta, koefisien, suku. Dalam
pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru dibantu guru
matematika sebagai observer.
51

Aktivitas – aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini


sebagai berikut :
a) Kegiatan pendahuluan
Sebelum kegiatan dimulai peneliti mengkondisikan siswa untuk
duduk rapi, selanjutnya peneliti memberikan salam kepada siswa
dan guru matematika yang bertindak sebagai observer yang turut
serta dalam kelas. Peneliti menanyakan kabar siswa, kemudian
peneliti mengecek kesiapan siswa dan kehadiran siswa.
Pada pertemuan pertama semua siswa hadir semua dengan jumlah
siswa yaitu 23 siswa. Setelah selesai mengecek kehadiran siswa
peneliti yang bertindak sebagai guru meminta siswa untuk
mempersiapkan alat tulis sebagai tanda siswa siap mengikuti
pembelajaran dan semua siswa menyiapkan alat tulis untuk
mengikuti pembelajaran. Sebelum peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran, peneliti menyampaikan bahwa apabila materi ini
dikuasai dengan baik maka siswa mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu peneliti memberikan gambaran
beberapa permasalahan yang dapat di sampaikan dengan sederhana
menggunakan notasi aljabar.
“misalnya,ِ masِ Tegarِ (ِ salahِ satuِ siswaِ VIIIِ B)ِ membeliِ 2ِ baksoِ
dan 2 es teh dengan harga Rp 24.000.00. dalam aljabar kata bakso
dan es teh bisa dikatakan sebagai variabel, selanjutnya kata bakso
dan es teh juga dapat diganti dengan lambang kotak untuk bakso dan
segitiga untuk es teh, namun hal ini akan menyulitkan apabila
mengerjakan soal yang begitu banyak karena perlu menggambar
bentuk kotak maupun segitiga. Maka dari itu dalam matematika pada
aljabar bentuk kotak maupun segitiga tersebut bisa dilambangkan
denganِhurufِkecilِa,ِb,ِc,....,ِzِ“.ِDariِpenjelasanِiniِsiswaِterlihatِ
memahami apa yang telah disampaikan oleh peneliti yang bertindak
sebagai guru.
52

Kemudian peneliti menjelaskan kepada siswa tentang tujuan


pembelajaran yaitu adalah siswa dapat memahami maksud dari
bentuk aljabar, siswa dapat menghitung nilai bentuk aljabar, siswa
dapat menyatakan permasalahan sehari-hari dalam bentuk aljabar,
siswa dapat menjelaskan pengertian variabel, konstanta, koefisien,
suku.
Sebelum memasuki pembelajaran inti, peneliti menawarkan
kesepakatan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu
guru dengan memberikan alternatif yang ditawarkan diantaranya
yaitu:
1. Game
2. Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya
guru menyampaikan aturan mainnya. Dari alternatif yang diberikan
oleh peneliti, semua siswa memilih kegiatan pembelajaran yang
bersifat game. Siswa dengan peneliti yang bertindak sebagai guru
sepakat dengan kegiatan pembelajaran yang bersifat game.

b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini peneliti menjelaskan materi pelajaran secara garis
besar mengenai materi aljabar dan contoh soal yaitu contoh bentuk
aljabar, cara menghitung nilai bentuk aljabar, contoh permasalahan
sehari-hari dalam bentuk aljabar, menjelaskan pengertian variabel,
konstanta, koefisien, suku beserta contohnya yang dikemas dalam
bentuk Power point sebagai medianya. Selama peneliti menjelaskan
materi, peneliti memberikan beberapa pertanyaan dengan tujuan
siswa ikut serta dalam pembelajaran. Respon siswa cukup bagus,
dimana beberapa siswa ikut merespon walaupun masih ada yang
tidak memperhatikan.
Setelah selesai menyampaikan materi peneliti membentuk siswa
kedalam kelompok, dari 23 siswa dibentuk 6 kelompok setiap
53

kelompok ada yang berisi 4 siswa dan ada yang 3 siswa. Kegiatan
selanjutnya yaitu peneliti meminta siswa untuk melakukan kegiatan
yang telah disepakati pada tahap perencanaan yaitu game. Peneliti
mempersilahkan masing-masing siswa untuk berkumpul dalam
kelompoknya masing-masing, semua siswa langsung berkumpul
dengan kelompoknya namun masih ada beberapa siswa yang tidak
langsung bergegas kekelompoknya.
Setelah semua kelompok telah siap, peneliti meminta setiap
kelompok membuat soal mengenai bentuk aljabar, setelah semua
kelompok sudah membuat soal, soal tersebut diberikan kepada lawan
tandingnya untuk dikerjakan, karena pembelajaran bersifat game
maka yang cepat menjawab dan benar maka kelompok tersebutlah
yang menang. Pada pembagian lawan tandingnya diperoleh yaitu
kelompok 1 melawan kelompok 4, kelompok 2 melawan kelompok
5, kelompok 3 melawan kelompok 6 pembagian ini sudah disepakati
oleh tiap – tiap kelompok dan peneliti.
Pertandingan pertama yaitu antara kelompok 3 dan kelompok 6,
dalam pertandingan ini dimenangkan oleh kelompok 3, pertandingan
selanjutnya yaitu antara kelompok 2 dan kelompok 5 dimana
kelompok 2 berhasil mengalahkan kelompok 5. Dari kedua
pertandingan tersebut maka yang berhak lolos ke babak selanjutnya
yaitu kelompok 3 dan kelompok 2. Peneliti menghentikan
pertandingan untuk sementara, untuk kelompok yang belum
bertanding dilanjut pertemuan kedua karena keterbatasan waktu.
Setelah itu, semua siswa kembali ke tempat duduknya masing-
masing. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit.
Siswa dalam kesempatan ini masih sedikit malu dan takut untuk
bertanya. Sebelum penutup, peneliti memberikan penjelasan dari
materi yang sudah disampaikan dan kegiatan pembelajaran yang
sudah dilakukan, peneliti memberikan evaluasi mengenai percaya
54

diri dan pemahaman konsep. Pada pertemuan pertama siklus I ini


percaya diri siswa belum terlihat, siswa masih malu, rasa memiliki
keberanian untuk bertindak belum muncul sebagai contoh pada saat
menuliskan jawaban dipapan tulis siswa masih saling menunjuk
teman satu kelompoknya. Dari segi pemahaman konsep siswa masih
kurang, masih banyak siswa yang tidak bisa mengerjakan soal dan
siswa perlu diberi penjelasan ulang.
c) Penutup
Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti meminta siswa untuk tetap
belajar dirumah dan meminta kelompok yang belum bertanding dan
kelompok yang sudah lolos ke babak selanjutnya untuk
mempersiapkan pada pertemuan berikutnya. Pembelajaran diakhiri
dengan doa dan sekaligus siswa berpamitan pulang kerumahnya
masing-masing dengan bersalaman dengan peneliti.

Pertemuan II
Pertemuan kedua untuk siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa,
tanggal 1 agustus 2017, dari pukul 08.45 WIB sampai dengan pukul
09.25 WIB yaitu hanya 1 jam pelajaran. Pertemuan ini adalah lanjutan
dari pertemuan pertama.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut :
a. Kegiatan pendahuluan
Seperti kegiatan pembuka pada pertemuan pertama, guru
memberikan salam, menanyakan kabar siswa, kemudian mengecek
kehadiran siswa. Karena pertemuan kedua adalah lanjutan dari
kegiatan inti pertama yang tertunda, maka peneliti tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak menawarkan
alternatif kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan karena
kegiatan pembelajaran sudah disepakati pada pertemuan pertama.
55

b. Kegiatan inti
Pada pertemuan kali ini, peneliti tidak kembali menyampaikan
materi pembelajaran karena sudah disampaikan pada pertemuan
pertama. Peneliti langsung meminta siswa untuk kembali
kelompoknya masing-masing yang sudah terbentuk pada pertemuan
sebelumnya. Kelompok yang belum bertanding yaitu kelompok 1
dan kelompok 4, pada pertandingan antara kelompok 1 dan 4
berakhir imbang mengingat jawaban kedua kelompok tersebut sama-
sama benar, maka peneliti menyatakan kedua kelompok tersebut
berhak lolos kebabak selanjutnya. Maka kelompok yang lolos ke
babak selanjutnya yaitu kelompok 2, 3, 1, 4. Selanjutnya ke empat
kelompok tersebut dilakukan pengundian untuk mendapatkan lawan
tandingnya. Dari hasil undian diperoleh kelompok 2 melawan
kelompok 3, dan kelompok 1 melawan kelompok 4. Selanjutnya
masing-masing kelompok membuat soal dan diberikan ke lawan
kelompoknya. Pada pertandingan pertama yaitu antara kelompok 1
dan kelompok 4 keduanya melakukan kesalahan, dimana kelompok
4 salah dalam membuat soal yaitu tidak sesuai dengan materi yang
sedang berlangsung, namun di lain pihak kelompok 1 justru
menjawabnya, dari sini bisa dikatakan kedua kelompok tersebut
sama-sama belum memahami materi. Atas kesepakatan bersama
siswa maka kedua kelompok tersebut dinyatakan gugur, dari hasil
tersebut maka kelompok 2 dan kelompok 3 berhak lolos ke final.
Disinilah letak pembelajaran partisipatif, dimana guru benar-benar
memberi ruang kepada siswa dan siswa ikut serta dalam
pembelajaran. Pada pertemuan ke-2 siklus I, percaya diri siswa
sudah mulai muncul, siswa saling bekerja sama dalam satu
kelompoknya, siswa sudah tidak saling menunjuk temannya untuk
maju menuliskan jawaban dipapan tulis. Selain itu, pemahaman
konsep siswa sudah lebih baik dibandingkan pada pertemuan
pertama, beberapa kelompok sudah bisa mengerjakan soal yang
56

diberikan oleh kelompok yang lain, walaupun masih ada kelompok


yang salah dalam membuat soal dan salah dalam menjawab.

Gambar 4.1
Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang Menulis
Jawaban di Papan Tulis

Pada babak final mempertemukan kelompok 2 dan kelompok 3.


Seperti aturan main sebelumnya, setiap kelompok membuat soal dan
saling memberikan soal kepada lawannya serta mengerjakan soal
yang telah diberikan. Pada babak final kelompok yang menjawab
cepat dan benar dalam mengerjakan soal dinyatakan sebagai
pemenang. Dimana kelompok 3 sebagai pemenangnya dalam game
pada kegiatan pembelajaran tersebut. Maka kelompok 3 berhak
mendapatkan reward yang sudah disediakan oleh peneliti.

Gambar 4.2
Dokumentasi Saat Kelompok 3 Menerima Reward.
57

Peneliti meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya masing-


masing. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dianggap sulit.
Pada pertemuan ini ada beberapa siswa yang menanyakan masih
sedikit kebingungan apabila bentuk aljabarnya berupa pecahan.
Kemudian peneliti memberikan penjelasan dari pertanyaan tersebut
serta memberikan penekanan pada materi yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada
siswa untuk tetap semangat belajar.
c. Penutup
Sebelum menutup pelajaran peneliti memberikan tugas, dimana
tugas ini individu. Tugasnya yaitu siswa diminta untuk membuat
soal bentuk aljabar sebagai evaluasi. Dalam penilaiannya peneliti
memberikan alternatif aturan penilaiannya bersama siswa. Dimana
peneliti menawarkan kepada siswa untuk aturannya semakin banyak
soal semakin bagus nilainya, semakin bervariasi jenis variabelnya,
dan ketepatan dalam menentukan variabel maka akan menjadi nilai
lebih. Dari alternatif yang diberikan oleh peneliti semua siswa
menyepakati walaupun masih ada siswa yang merasa keberatan.
Ditahap evaluasi ini tujuan peneliti memberikan ruang (alternatif)
kepada siswa mengenai sistem penilaiannya yaitu agar siswa juga
terlibat dalam menentukan penilaian sebagai nilai hasil belajarnya.
Jadi nilai tidak murni dari gurunya, tetapi hasil dari mereka yang
telah dikerjakan.
Kemudian peneliti mengingatkan siswa untuk membaca dan
memahami materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan, diharapkan siswa
belajar bersungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran hari ini
ditutup dengan salam.
58

c. Tahap Observasi dan Analisis


1) Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan oleh guru matematika yang menjadi pengamat
terhadap keseluruhan aktivitas yang terjadi selama berlangsungnya
proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan untuk setiap
kali pertemuan berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun oleh
peneliti sebelumnya.
Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran matematika pada
pertemuan pertama diperoleh keterangan diawali dengan peneliti
membuka pelajaran dan memberikan gambaran tentang kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan menawarkan alternatif pilihan
kegiatan pembelajaran yaitu diantaranya game dan latihan soal biasa
kepada siswa.
Mayoritas siswa memperhatikan penjelasan dari peneliti dan
sepakat memilih pilihan kegiatan pembelajaran game. Pada saat
memasuki penjelasan materi, masih ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari peneliti. Pada saat belajar kelompok,
setiap kelompok diminta membuat soal untuk lawan tandingnya begitu
pula sebaliknya lawan tandingnya membuat soal untuk lawannya lalu
dikerjakan di depan kelas. Rasa percaya diri sebagian dari perwakilan
kelompok masih malu untuk menuliskan jawabannya di papan tulis,
siswa masih saling menunjuk teman satu kelompoknya. Siswa yang
masih kesulitan tidak mau bertanya kepada temannya yang sudah
paham dalam satu kelompoknya. Setelah itu, pemahaman konsep siswa
masih rendah, siswa masih perlu diberikan penjelasan ulang untuk bisa
mengerjakan soal yang telah diberikan oleh peneliti yang bertindak
sebagai guru.
Pada pertemuan ke-2, perwakilan dari masing-masing kelompok
sudah mulai tidak malu dengan maju untuk menuliskan jawabannya
dipapan tulis. Dalam proses pembelajaran, siswa sudah mulai ambil
bagian dalam pembelajaran secara aktif walaupun belum secara
59

keseluruhan. Pemahaman konsep siswa sudah lebih baik dari pertemuan


pertama, siswa sudah bisa mengerjakan soal tanpa perlu diberikan
penjelasan ulang oleh peneliti.
Di akhir pembelajaran inti, peneliti memberikan tugas mandiri.
Dalam penilaiannya, peneliti menawarkan sistem penilaiannya kepada
siswa, hal ini agar siswa ikut serta dalam menentukan kriteria nilai dari
hasil pekerjaan siswa.
Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran peneliti
menggunakan lembar observasi pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana penerapan model pembelajaran partciipative teaching and
learning dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan.
Keterlaksanaan pembelajaran observasi pada siklus I menunjukan
persentase sebesar 66,67% pada pertemuan pertama dan meningkat
menjadi 75% pada pertemuan kedua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi Pada
Siklus 1.
Jumlah Jumlah
Keterlaksanaan
Pertemuan Skor Skor
Pembelajaran.
Maksimal Observasi
8
Pertemuan I 12 8 𝑥 100% = 66,67 %
12
9
Pertemuan II 12 9 𝑥 100% = 75 %
12

2) Data Angket
Angket percaya diri belajar matematika siswa diberikan pada akhir
siklus 1 untuk mengetahui tingkat percaya diri belajar matematika siswa
kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen. Angket dikerjakan oleh 23 siswa
kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen.
60

Hasil analisis angket percaya diri belajar siswa pada siklus I dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3
Hasil Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa
Siklus I
No Indikator Persentase
1 Yakin pada diri sendiri 51, 17 %
2 Tidak putus asa 72, 17 %
3 Tidak bergantung pada orang lain 74, 34 %
4 Bertanggung jawab 60, 29 %
5 Ingin berprestasi tinggi 62, 60 %
6 Berani mengungkapkan pendapat 64, 78 %
Jumlah rata-rata 64, 22 %

3) Data Evaluasi Akhir Siklus


Tes siklus I diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus I,
sedangkan pada setiap pertemuan hanya diberikan tugas mandiri saja.
Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus I yaitu siswa yang tuntas
hanya 9 siswa dan 14 siswa lainnya masih belum tuntas, hal itu terlihat
pada nilai rata-rata tes yang menunjukkan nilai 56,52. Siswa yang
tuntas hanya 39,13 %. Untuk lebih jelasnya ada pada bagian lampiran
halaman 188.

d. Tahap Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, angket dan
hasil evaluasi akhir siklus, ternyata masih terdapat kekurangan yang
menyebabkan terhambatnya tujuan penelitian. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan refleksi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Refleksi
dilakukan bersama-sama dengan guru yang bersangkutan. Kendala
yang muncul selama pembelajaran berlangsung pada siklus I yaitu
sebagian siswa masih banyak yang diam dan malu untuk
menyampaikan pendapat.
61

Dari akhir siklus I ini, dapat dikatakan bahwa percaya diri belajar
matematika siswa selama proses pembelajaran masih kurang optimal.
Presentase rata-rata dari indikator percaya diri belajar matematika siswa
yaitu hanya sebesar 64,22 %, masih kurang dari indikator keberhasilan
penelitian yaitu 70 %.
Pada siklus I pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang menyatakan ulang sebuah
konsep rata-rata mencapai skor 2,82
2) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek
menurut sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 4,65
3) Siswa yang menjawab soal tentang menyajikan konsep dalam
bentuk representasi matematis rata-rata mencapai skor 2,91
4) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep
atau algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 0,43
Pada tes siklus 1 ada satu indikator yang tidak ikut serta karena soal
yang berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya
pembeda memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut
dibuang dan tidak bisa digunakan pada tes siklus I. Yaitu indikator
mengenai memberi contoh dan non contoh dari konsep.
Nilai rata-rata tes pada akhir siklus I sebesar 56,52 hal ini masih
kurang dari indikator keberhasilan penelitian yaitu sebesar 70.
Dari analisis dan refleksi di atas, maka peneliti masih perlu untuk
memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam tindakan I untuk lebih
meningkatkan dan memaksimalkan percaya diri dan pemahaman
konsep siswa dalam mata pelajaran matematika. Tindakan lanjutan atau
tindakan siklus II merupakan tindakan modifikasi rancangan
pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran
participative teaching and learning.
Rencana perbaikan untuk siklus selanjutnya yaitu diantaranya :
62

1) Alokasi waktu perlu diperhatikan untuk menghindari waktu yang


terbuang pada pembelajaran di siklus II.
2) Perlu ditingkatkan antusias siswa dalam mengumpulkan tugas,
karena pada siklus I masih ada beberapa siswa yang tidak
mengumpulkan tugas.
3) Modifikasi pada kegiatan inti, dimana pada siklus I siswa yang
membuat soal pada kegiatan game, namun pada siklus II di variasi
yaitu soal disiapkan oleh guru. Hal ini untuk menghindari kesalahan
seperti siklus I dan menghindari terbuangnya waktu pembelajaran.
Dari rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus II diharapkan dapat
mengoptimalkan usaha dalam meningkatkan kepercayaan diri dan
pemahaman konsep siswa dalam pelajaran matematika.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II


Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan
mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit.
Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada tindakan
siklus I, peneliti memutuskan untuk mengadakan tindakan lanjutan
untuk memaksimalkan peningkatan kepercayaan diri dan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Tindakan siklus II ini
menggunakan metode yang sama dengan siklus I, namun dimodifikasi
menyesuaikan kondisi siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen pada
siklus I sebelumnya. Materi yang diberikan pada tindakan siklus II
adalah lanjutan dari siklus I.
Perencanaan tindakan pada siklus kedua didahului pada perbaikan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pertimbangan dari
dosen pembimbing dan guru matematika kelas VIII B SMP Negeri 3
Kajen. Peneliti juga menggunakan pedoman lembar observasi kegiatan
63

pembelajaran guru dan siswa, angket percaya diri dan lembar soal tes
siklus II yang telah disetujui oleh dosen pembimbing.

b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan I
Pembelajaran matematika dikelas VII B SMP Negeri 3 Kajen adalah
hari Selasa, tanggal 29 Agustus 2017 pukul 09.40 WIB sampai dengan
pukul 11.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
pelaksanaan tindakan RPP yang telah disusun. Materi yang diajarkan
pada pertemuan ini yaitu operasi bentuk aljabar. Tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pertemuan ini adalah siswa dapat
menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian.
Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru dan
dibantu oleh guru matematika yang sebagai observer atau pengamat.
Aktivitas-aktivitas yang terjadi pada pertemuan 1 ini sebagai berikut :
a) Kegiatan pendahuluan
Sebelum kegiatan dimulai peneliti mengkondisikan siswa untuk
duduk rapi, selanjutnya peneliti memberikan salam kepada siswa
dan guru yang bertindak sebagai observer yang turut serta dalam
kelas. Selain salam peneliti juga menanyakan kabar siswa pada hari
itu. Kemudian peneliti mengecek kesiapan siswa dan kehadiran
siswa. Pada pertemuan pertama semua siswa hadir semua dengan
jumlah siswa yaitu 23 siswa. Peneliti yang bertindak sebagai guru
meminta siswa untuk mempersiapkan alat tulis sebagai tanda siswa
siap mengikuti pembelajaran dan semua siswa menyiapkan alat
tulis untuk mengikuti pembelajaran. Sebelum peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti menyampaikan
motivasi apabila materi ini dikuasai maka siswa mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu peneliti
mengemukakan beberapa soal yang bisa diselesaikan dengan
operasi hitung aljabar.
64

“misalnya,ِmas Gunawan ( salah satu siswa VIII B) membeli 3 apel


dan 4 jeruk, sedangkan mas Afazi ( salah satu siswa VIII B)
membeli 2 apel dan 3 jeruk. Berapakah jumlah apel dan jeruk yang
dibeli mas Gunawan dan Afaziِ ?“,ِ namunِ sebelumِ mengerjakanِ
soal tersebut siswa harus mengerti suku sejenis dan tidak sejenis
terlebih dahulu untuk mengetahui suku mana yang bisa di
jumlahkan. Maka dari itu kemudian peneliti menjelaskan kepada
siswa tentang tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menentukan
suku sejenis dan tidak sejenis, siswa dapat menyelesaikan operasi
penjumlahan pada bentuk aljabar, siswa dapat menyelesaikan
operasi pengurangan pada bentuk aljabar, siswa dapat
menyelesaikan operasi pembagian pada bentuk aljabar.
Sebelum memasuki pembelajaran inti, peneliti menawarkan
kesepakatan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu
guru dengan memberikan alternatif yang ditawarkan diantaranya
yaitu:
1) Game
2) Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya
guru menyampaikan aturan mainnya. Dari alternatif yang diberikan
oleh peneliti, semua siswa dengan sangat antusias memilih kegiatan
pembelajaran yang bersifat game dan siswa dengan peneliti sepakat
dengan kegiatan pembelajaran yang bersifat game.
b) Kegiatan inti
Pada kegiatan ini peneliti menjelaskan materi pelajaran secara garis
besar mengenai materi aljabar dan contoh soal yaitu pengertian
suku sejenis dan bukan sejenis, contoh soal penjumlahan,
pengurangan dan pembagian dalam bentuk aljabar yang dikemas
dalam bentuk power point sebagai medianya pembantunya dalam
menyampaikan pembelajaran. Selama peneliti menjelaskan materi
seringkali melemparkan beberapa pertanyaan dengan tujuan agar
65

siswa ikut serta dalam pembelajaran. Respon siswa cukup bagus


dibandingkan dengan siklus I. Setelah selesai menyampaikan
materi peneliti membentuk siswa kedalam kelompok, dari 23 siswa
dibentuk 4 kelompok setiap kelompok ada yang berisi 6 siswa dan
ada yang 5 siswa. Pada siklus II hanya 4 kelompok dikarenakan
untuk membatasi waktu. Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti
meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang telah disepakati
pada tahap perencanaan yaitu game. Peneliti mempersilahkan
masing-masing siswa untuk berkumpul dalam kelompoknya
masing-masing, semua siswa langsung berkumpul dengan
kelompoknya, pada siklus II ini siswa sudah mulai antusias
dibandingkan pada siklus I namun masih ada beberapa siswa yang
tidak langsung bergegas kekelompoknya.
Setelah semua kelompok siap, peneliti meminta setiap perwakilan
dari masing-masing kelompok untuk mengambil undian yang
sudah di sediakan peneliti yang sebagaimana undian tersebut
adalah berisi soal, sistem undian ini agar nantinya setiap kelompok
mendapat lawan tandingnya. Karena pembelajaran bersifat game
maka yang cepat dalam menjawab dan benar maka kelompok
tersebutlah sebagai pemenangnya. Pada hasil pengundian diperoleh
yaitu kelompok 1 melawan kelompok 3, kelompok 2 melawan
kelompok 4. Selanjutnya ke empat kelompok tersebut langsung
mengerjakannya.
66

Gambar 4.3
Dokumentasi Salah Satu Kelompok Yang Sedang Berdiskusi Mengerjakan
Soal Dari Lawan Tandingnya.

Dari hasil jawaban yang ditulis di papan tulis antara kelompok 2


dan kelompok 4, dalam pertandingan ini dimenangkan oleh
kelompok 2, sedangkan antara kelompok 1 dan kelompok 3
dimenangkan oleh kelompok 3.

Gambar 4.4
Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang Menulis
Jawaban di Papan Tulis

Dari kedua pertandingan tersebut maka yang berhak lolos ke babak


final yaitu kelompok 3 dan kelompok 2. Selanjutnya, kedua
kelompok tersebut mengambil soal yang sudah disediakan oleh
67

peneliti setelah itu kedua kelompok tersebut langsung


mengerjakannya. Dari hasil jawaban kedua kelompok tersebut
diperoleh kelompok 3 dinyatakan sebagai pemenang dan
mendapatkan reward pada pembelajaran game tersebut. Pemberian
reward tidak diberikan pada saat itu, namun diberikan pada hari
Sabtu tanggal 9 september 2017.

Gambar 4.5
Dokumentasi Saat Kelompok 3 Menerima Reward.

Setelah pembelajaran game selesai peneliti memberikan kesempatan


kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
dianggap sulit. Pada pertemuan ini ada beberapa siswa yang
menanyakan masih sedikit kebingungan pada suku sejenis dan bukan
sejenis sehingga salah dalam mengoperasikan terutama pada variabel
yang sama namun berbeda pada pangkatnya. Kemudian peneliti
memberikan penjelasan dari pertanyaan tersebut serta memberikan
penekanan pada materi yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk tetap
semangat belajar serta meminta siswa untuk kembali pada tempat
duduknya masing-masing. Pada pertemuan pertama siklus II,
percaya diri siswa lebih baik dibandingkan pada pertemuan-
pertemuan sebelumnya pada siklus I. Siswa sudah mulai berani
70

68

mengungkapkan pendapatnya. Pemahaman konsep siswa pada


pertemuan pertama siklus II mengalami perubahan lebih baik
dibandingkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa sudah
mulai bisa mengerjakan soal secara mandiri tanpa peneliti
memberikan penjelasan ulang. Rasa ingin berprestasi siswa mulai
muncul, sebagai contoh siswa meminta penjelasan dari peneliti yang
bertindak sebagai guru apabila siswa merasa belum paham mengenai
materi yang sedang dipelajari.
c) Kegiatan penutup
Sebelum menutup pelajaran peneliti memberikan tugas, dimana
tugas ini individu. Tugasnya yaitu siswa diminta untuk membuat
soal bentuk aljabar agar siswa terbiasa mengerjakan soal serta
sebagai evaluasi. Dalam penilaiannya peneliti memberikan alternatif
aturan penilaiannya bersama siswa. Dimana peneliti menawarkan
kepada siswa untuk aturannya semakin banyak soal semakin bagus
nilainya, semakin bervariasi jenis variabelnya, dan ketepatan dalam
menentukan variabel maka akan menjadi nilai lebih. Dari alternatif
yang diberikan oleh peneliti semua siswa sepakat walaupun masih
ada siswa yang merasa keberatan. Ditahap evaluasi ini tujuan
peneliti memberikan ruang (alternatif) kepada siswa mengenai
sistem penilaiannya yaitu agar siswa juga terlibat dalam menentukan
penilaian sebagai nilai hasil belajarnya. Jadi nilai tidak murni dari
gurunya, tetapi hasil dari siswa yang telah dikerjakan.
Kemudian peneliti mengingatkan siswa untuk membaca dan
memahami materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan, diharapkan siswa
belajar bersungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran ditutup
dengan salam.
69

Pertemuan II
Pertemuan kedua untuk siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 5 September 2017, dari pukul 09.40 WIB sampai dengan pukul
11.00 WIB.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut :
a) Kegiatan pendahuluan
Seperti kegiatan pembuka pada pertemuan pertama, guru
memberikan salam, menanyakan kabar siswa, kemudian mengecek
kesiapan siswa dan kehadiran siswa. Pada pertemuan kedua semua
siswa hadir semua dengan jumlah siswa yaitu 23 siswa. Setelah
selesai mengecek kehadiran siswa peneliti meminta siswa untuk
mempersiapkan alat tulis sebagai tanda siswa siap mengikuti
pembelajaran dan semua siswa menyiapkan alat tulis untuk
mengikuti pembelajaran. Sebelum peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran, peneliti menyampaikan bahwa apabila materi ini
dikuasai dengan baik maka siswa mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu peneliti mengemukakan beberapa soal
yang bisa diselesaikan dengan operasi hitung aljabar. Sebelum
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti
menyampaikan bahwa apabila materi ini dikuasai dengan baik
maka siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu peneliti mengemukakan beberapa soal yang bisa diselesaikan
dengan operasi hitung aljabar. Kemudian peneliti menjelaskan
kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat
menyelesaikan operasi perkalian pada bentuk aljabar dan siswa
dapat menyelesaikan operasi perpangkatan pada bentuk aljabar.
70

Sebelum memasuki pembelajaran inti, peneliti menawarkan


kesepakatan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu
guru dengan memberikan alternatif yang ditawarkan diantaranya
yaitu:
1) Game
2) Latihan soal biasa
Setelah siswa memilih salah satu dari alternatif diatas selanjutnya
guru menyampaikan aturan mainnya.
Dari alternatif yang diberikan oleh peneliti, semua siswa dengan
sangat antusias memilih kegiatan pembelajaran yang bersifat game
dan siswa dengan peneliti sepakat dengan kegiatan pembelajaran
yang bersifat game. Dari pertemuan sebelum-sebelumnya,
pembelajaran bersifat game lebih disukai siswa. Siswa lebih
memilih pembelajaran game dibandingkan latihan soal biasa.
b) Kegiatan inti
Pada kegiatan ini peneliti menjelaskan materi pelajaran secara garis
besar mengenai materi aljabar yaitu contoh soal perkalian dan
perpangkatan dalam bentuk aljabar yang dikemas dalam bentuk
power point sebagai medianya. Selama peneliti menjelaskan materi
seringkali melemparkan beberapa pertanyaan dengan tujuan agar
siswa ikut serta dalam pembelajaran. Respon siswa sudah cukup
bagus dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Setelah selesai menyampaikan materi peneliti membentuk siswa
kedalam kelompok, pembagian kelompok ini masih sama dengan
pertemuan pertama yaitu dari 23 siswa dibentuk 4 kelompok setiap
kelompok ada yang berisi 6 siswa dan ada yang 5 siswa. Pada
siklus II hanya 4 kelompok dikarenakan untuk membatasi waktu.
Kegiatan selanjutnya yaitu peneliti meminta siswa untuk
melakukan kegiatan yang telah di sepakati pada tahap perencanaan
yaitu game. Peneliti mempersilahkan masing-masing siswa untuk
berkumpul dalam kelompoknya masing-masing, semua siswa
71

langsung berkumpul dengan kelompoknya. Seperti pertemuan


pertama, pada siklus II ini siswa sudah sangat antusias
dibandingkan pada siklus I.
Setelah semua kelompok telah siap, peneliti meminta setiap
perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mengambil undian
yang sudah disediakan peneliti yang sebagaimana undian tersebut
adalah soal, sistem undian ini agar nantinya setiap kelompok
mendapat lawan tandingnya. Karena sifatnya game maka yang
cepat menjawab dan benar maka kelompok tersebutlah yang
menang. Pada hasil undian diperoleh yaitu kelompok 1 melawan
kelompok 2, kelompok 3 melawan kelompok 4. Selanjutnya ke
empat kelompok tersebut langsung mengerjakannya soal yang telah
diterima. Pada pertemuan kedua siklus II percaya diri siswa sudah
lebih baik. Dalam bekerja kelompok siswa sudah saling bekerja
sama dalam satu kelompoknya. pada saat menuliskan hasil
jawabanya dipapan tulis sudah tidak saling menunjuk teman satu
kelompoknya. Pemahaman konsep pada pertemuan kedua siklus II
lebih baik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Siswa sudah bisa
mandiri dalam mengerjakan soal, siswa yang tadinya belum bisa
dalam mengerjakan soal pada pertemuan kedua sudah mulai bisa
mengerjakan soal tanpa diberikan penjelasan ulang oleh peneliti
yang bertindak sebagai guru.
72

Gambar 4.6
Dokumentasi Salah Satu Kelompok Yang Sedang Berdiskusi Mengerjakan
Soal Dari Lawan Tandingnya.

Dari hasil jawaban yang ditulis di papan tulis antara kelompok 1


dan kelompok 2, dalam pertandingan ini dimenangkan oleh
kelompok 2, sedangkan antara kelompok 3 dan kelompok 4
dimenangkan oleh kelompok 3.

Gambar 4.7
Dokumentasi Saat Perwakilan Kelompok Sedang Menulis
Jawaban di Papan Tulis

Dari kedua pertandingan tersebut maka yang berhak lolos ke babak


final selanjutnya yaitu kelompok 2 dan kelompok 3. Selanjutnya,
kedua kelompok tersebut mengambil soal yang telah disiapkan oleh
peneliti dan langsung mengerjakannya. Dari hasil jawaban kedua
kelompok tersebut diperoleh kelompok 2 dinyatakan sebagai
73

pemenang pada pembelajaran game tersebut. Pemberian reward


tidak diberikan pada saat itu, namun diberikan pada hari sabtu
tanggal 9 september 2017.

Gambar 4.8
Dokumentasi Saat Kelompok 2 Menerima Reward.

Setelah pembelajaran game selesai peneliti memberikan kesempatan


kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
dianggap sulit. Pada pertemuan ini siswa sudah tidak malu-malu
bertanya dibandingkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,
secara umum siswa sudah mulai bisa dan paham, namun masih ada
beberapa siswa masih sedikit kebingungan pada suku sejenis dan
bukan sejenis sehingga salah dalam mengoperasikan. Kemudian
peneliti memberikan penjelasan dari pertanyaan tersebut serta
memberikan penekanan pada materi yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada
siswa untuk tetap semangat belajar serta meminta siswa untuk
kembali pada tempat duduknya masing-masing.
74

c) Kegiatan penutup
Sebelum menutup pelajaran peneliti memberikan tugas, dimana
tugas ini individu. Tugasnya yaitu siswa diminta untuk membuat
soal bentuk aljabar agar siswa terbiasa mengerjakan soal serta
sebagai evaluasi. Dalam penilaiannya peneliti memberikan alternatif
aturan penilaiannya bersama siswa. Dimana peneliti menawarkan
kepada siswa untuk aturannya semakin banyak soal semakin bagus
nilainya, semakin bervariasi jenis variabelnya, dan ketepatan dalam
menentukan variabel maka akan menjadi nilai plus. Dari alternatif
yang diberikan oleh peneliti semua siswa menyepakati walaupun
masih ada siswa yang merasa keberatan. Ditahap evaluasi ini tujuan
peneliti memberikan ruang (alternatif) kepada siswa mengenai
sistem penilaiannya yaitu agar siswa juga terlibat dalam menentukan
penilaian sebagai nilai hasil belajarnya. Jadi nilai tidak murni dari
gurunya, tetapi hasil dari mereka yang telah dikerjakan.
Kemudian peneliti mengingatkan siswa untuk membaca dan
memahami materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan ulangan, diharapkan siswa
belajar bersungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran hari ini
ditutup dengan salam.

c. Tahap Observasi dan Analisis


1) Data Hasil Observasi
Guru matematika yang berperan sebagai observer mengamati
proses pembelajaran sama seperti siklus I yang menggunakan
lembar observasi. Keterlaksanaan pembelajaran participative
teaching and learning berdasarkan observasi pada siklus II
menunjukkan presentase sebesar 83,33% pada pertemuan pertama,
dan meningkat menjadi 91,67% pada pertemuan kedua. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
75

Tabel 4.4
Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi Pada
Siklus II
Jumlah Jumlah
Keterlaksanaan
Pertemuan Skor Skor
Pembelajaran
Maksimal Observasi
10
Pertemuan I 12 10 𝑥 100% = 83,33 %
12
11
Pertemuan II 12 11 𝑥 100% = 91,67%
12

2) Data Angket
Angket percaya diri siswa diberikan pada akhir siklus II untuk
mengetahui tingkat percaya diri belajar matematika siswa kelas VIII B
SMP Negeri 3 Kajen. Angket dikerjakan oleh 23 siswa kelas VIII B
SMP Negeri 3 Kajen. Hasil analisis angket percaya diri belajar siswa
pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.5
Hasil Persentase Angket Percaya Diri Belajar Matematika Siswa
Siklus II
No Indikator Persentase
1 Yakin pada diri sendiri 61,36 %
2 Tidak putus asa 75,12 %
3 Tidak bergantung pada orang lain 86,08 %
4 Bertanggung jawab 66,05 %
5 Ingin berprestasi tinggi 66,95 %
6 Berani mengungkapkan pendapat 66,08 %
Jumlah rata-rata 70,27 %

3) Data Evaluasi Akhir Siklus


Tes siklus diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus II.
Sedangkan pada setiap pertemuan hanya diberikan tugas mandiri saja.
Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus II menunjukkan nilai rata-
rata kelas sebesar 75,65, hal ini menunjukan hasil tes siklus II
meningkat dari siklus I. Ada 4 siswa yang mendapat nilai kurang dari
76

rata-rata ketuntasan yang ditentukan sekolah yaitu 70. Artinya


terdapat 17,40 % siswa yang belum tuntas, jadi sebanyak 82,60 %
siswa berhasil mengerjakan tes siklus II. Data nilai tes siklus II dapat
dilihat pada lampiran halaman 189.

d. Tahap Refleksi
Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan siklus I.
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru pada akhir
siklus II menunjukan bahwa secara umum pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus II telah berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Percaya diri belajar matematika siswa dalam
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang cukup tinggi, hal
ini dapat dilihat dari hasil angket siklus II. Pada siklus II percaya diri
siswa lebih baik dibandingkan dengan siklus I yaitu rata-rata presentase
percaya diri tiap indikatornya sebesar 70,27 %. Dalam bekerja
kelompok siswa sudah saling bekerja sama dalam satu kelompoknya.
Pada saat menuliskan hasil jawabanya dipapan tulis sudah tidak saling
menunjuk teman satu kelompoknya. Siswa sudah tidak takut bertanya
apabila siswa merasa tidak paham mengenai materi yang sedang
dipelajari terhadap peneliti yang bertindak sebagai guru. Pemahaman
konsep siswa pada siklus II mengalami perubahan yang cukup baik
dibandingkan pada siklus I. Siswa sudah bisa mandiri dalam
mengerjakan soal, siswa yang tadinya belum bisa dalam mengerjakan
soal pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sudah mulai bisa
mengerjakan soal tanpa diberikan penjelasan ulang oleh peneliti yang
bertindak sebagai guru.
77

Pada siklus II pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek
menurut sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 5
2) Siswa yang menjawab soal tentang memberi contoh dan non
contoh dari konsep rata-rata mencapai skor 4,17
3) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep
atau algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 4,08.
Pada tes siklus II ada dua indikator yang tidak ikut serta karena soal
yang berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya
pembeda memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut
dibuang dan tidak bisa digunakan pada tes siklus II. Yaitu indikator
mengenai menyatakan ulang sebuah konsep dan menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematis.
Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus II menunjukkan nilai rata-
rata kelas sebesar 75,65, hal ini menunjukan hasil tes siklus II
meningkat dari siklus I
Pada siklus II alokasi waktu pembelajaran sudah cukup baik
dibandingkan dengan siklus I. Antusias siswa dalam mengumpulkan
tugas sudah cukup baik, selain itu, dalam mengerjakan tugas siswa
memperhatikan aturan yang telah disepakati bersama, yaitu hampir rata-
rata siswa membuat soal lebih dari 2 soal dan variabelnya bervariasi.
Hal ini membuktikan bahwa pada siklus II siswa sudah mulai paham
maksud dari tujuan penelitian
78

Gambar 4.9
Dokumentasi Hasil Tugas Dari Siswa Kelas VIII B
79

B. Pembahasan
Dari deskripsi hasil penelitian telah dipaparkan bagaimana proses
pembelajaran matematika dengan mengunakan model pembelajaran
patisipative teaching and learning untuk meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep matematika siswa di SMP Negeri 3 Kajen. Berdasarkan
hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
partisipative teaching and learning dalam pembelajaran matematika telah
mampu meningkatkan percaya diri belajar siswa dan juga pemahaman
konsep matematika siswa SMP Negeri 3 Kajen kelas VIII B. Hal ini nampak
berdasarkan data yang diperoleh baik melalui hasil observasi, hasil angket,
maupun hasil nilai tes siklus yaitu siklus I dan II.
Pada proses pembelajaran siklus I, siswa masih kurang bertanggung
jawab dengan apa yang akan siswa pelajari, belum ada kesiapan siswa
dalam pembelajaran, dan ketika siswa mengalami kesulitan, siswa masih
kurang percaya diri untuk bertanya kepada guru. Siswa masih saling
menunjuk teman satu kelompokya untuk menuliskan jawaban dipapan tulis.
Sehingga peneliti yang bertindak sebagai guru harus menunjuk salah
seorang siswa dari perwakilan kelompok untuk maju menuliskan
jawabannya. Hal tersebut menunjukkan percaya diri siswa masih rendah.
Selain itu, pemahaman konsep siswa masih kurang hal ini ditandai masih
banyaknya siswa yang tidak bisa mengerjakan soal. Siswa masih perlu
diberikan penjelasan ulang dan belum bisa mengerjakan soal secara mandiri.
Pada siklus II, siswa mulai bertanggung jawab dengan materi yang
mereka dapat. Siswa juga mulai mempunyai rasa percaya diri untuk maju
kedepan kelas untuk menuliskan jawabannya dipapan tulis dari hasil diskusi
kelompoknya tanpa saling menunjuk temannya untuk maju kedepan kelas.
Siswa yang berpartisipasi dalam pembahasan dari hasil jawaban masing-
masing kelompok juga mengalami peningkatan dibanding siklus I. Rasa
ingin berprestasi siswa mulai terlihat, dimana pada saat siswa mengalami
kesulitan siswa tidak takut meminta bantuan pada peneliti yang bertindak
sebagai guru. Pada siklus II pemahaman konsep siswa lebih baik dibanding
80

siklus I, siswa sudah mulai bisa mengerjakan soal walaupun masih ada
beberapa siswa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus. Siswa sudah
bisa mengerjakan soal secara mandiri tanpa perlu diberikan penjelasan ulang
oleh peneliti. Selain itu, siswa juga menjadi percaya diri, dimana ketika
siswa tidak bisa mengerjakan soal siswa meminta bantuan kepada guru dan
siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
partisipative teaching and learning di SMP Negeri 3 Kajen kelas VIII B
mengalami peningkatan. Pada siklus I presentase keterlaksanaan
pembelajaran berdasarkan observasi dengan penerapan model partisipative
teaching and learning sebesar 66,67 % pada pertemuan 1 dan 75 % pada
pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 83,33% pada pertemuan 1
dan 91,67 % pada pertemuan 2.
Tabel keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi dengan
penerapan model partisipative teaching and learning dapat dilihat pada
lampiran sedangkan grafik peningkatan dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :

91.67%
100.00% 83.33%
90.00% 75%
80.00% 66.67%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Pertemuan pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 2 1 2
SIKLUS 1 SIKLUS 2

Gambar 4.10
Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi
Dari Siklus I Ke Siklus II
81

Berdasarkan hasil angket percaya diri belajar matematika siswa yang telah
dikerjakan oleh siswa, nampak adanya peningkatan pada masing- masing
indikator kepercayaan diri dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan yang terjadi pada masing-masing indikator percaya diri adalah
sebagai berikut :
1) Yakin pada diri sendiri mengalami peningkatan sebesar 10,19 % dari
51,17 % menjadi 61,36 %
2) Tidak putus asa mengalami peningkatan sebesar 2,95 % dari 72,17 %
menjadi 75,12 %
3) Tidak bergantung pada orang lain mengalami peningkatan sebesar
11,74 % dari 74,34 % menjadi 86,08 %
4) Bertanggung jawab mengalami peningkatan sebesar 5,76 % dari 60,29
% menjadi 66,05 %
5) Ingin berprestasi tinggi mengalami peningkatan sebesar 4,35 % dari
62,60 % menjadi 66,95 %
6) Berani mengungkapkan pendapat mengalami peningkatan sebesar 1,30
% dari 64,78 % menjadi 66,08 %
Kenaikan rata-rata presentase dari dari siklus I ke siklus II sebanyak 6,05 %
dari siklus I rata-rata sebesar 64,22 % menjadi 70,27 % pada siklus II.
82

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan presentase peningkatan percaya


diri belajar siswa untuk masing-masing indikator.
Tabel 4.6
Presentase Peningkatan percaya Diri Belajar Siswa Berdasarkan
Indikator Percaya Diri Belajar Siswa
No Indikator Siklus I Siklus II Peningkatan
1 Yakin pada diri sendiri 51,17 % 61,36 % 10,19 %
2 Tidak putus asa 72,17 % 75,12 % 2,95 %
3 Tidak bergantung pada
74,34 % 86,08 % 11,74 %
orang lain
4 Bertanggung jawab 60,29 % 66,05 % 5,74 %
5 Ingin berprestasi tinggi 62,60 % 66,95 % 4,35 %
6 Berani mengungkapkan
64,78 % 66,08 % 1,30 %
pendapat
Jumlah rata-rata 64,22 % 70,27 % 6,05 %

Dari tabel di atas nampak bahwa rata-rata presentase indikator percaya diri
belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen dari siklus I
sebesar 64,22 % menjadi sebesar 70,27 % pada siklus II. Hal ini
menunjukkan bahwa Pembelajaran partisipative teaching and learning dapat
memberikatan peningkatan percaya diri dalam belajar matematika.
Berdasarkan hasil tes siklus I dan siklus II, nampak bahwa terjadi
peningkatan nilai. Untuk lebih jelasnya bisa melihat tabel berikut ini.
Pada siklus I pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang menyatakan ulang sebuah konsep
rata-rata mencapai skor 2,82
2) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 4,65
3) Siswa yang menjawab soal tentang menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematis rata-rata mencapai skor 2,91
4) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 0,43
83

Pada tes siklus I ada satu indikator yang tidak ikut serta karena soal
yang berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya
pembeda memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut
dibuang dan tidak bisa digunakan pada tes siklus I. Yaitu indikator
mengenai memberi contoh dan non contoh dari konsep.

Pada siklus II pemahaman konsep siswa masih rendah, hal ini bisa
dilihat dari tiap-tiap indikatornya, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor 5
2) Siswa yang menjawab soal tentang memberi contoh dan non contoh
dari konsep rata-rata mencapai skor 4,17
3) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 4,08
Pada tes siklus II ada dua indikator yang tidak ikut serta karena soal yang
berhubungan dengan indikator tersebut pada analisis daya pembeda
memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu soal tersebut dibuang dan tidak
bisa digunakan pada tes siklus II. Yaitu indikator mengenai menyatakan
ulang sebuah konsep dan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis.
Dari hasil diatas maka ada dua indikator yang masuk pada siklus I dan
siklus II, yaitu sebagai berikut :
1) Siswa yang menjawab soal tentang mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu rata-rata mencapai skor Siswa yang menjawab soal
tentang mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu rata-rata
mencapai skor 4,65 pada siklus I dan meningkat mencapai skor 5.
2) Siswa yang menjawab soal tentang mengaplikasikan konsep atau
algoritma pemecahan masalah rata-rata mencapai skor 0,43 pada siklus
I dan meningkat mencapai skor 4,08 pada siklus II.
84

Tabel 4.7
Nilai Rata-rata Matematika Kelas VIII B Berdasarkan Hasil Tes Akhir
Siklus I Dan II
Siklus Rata-rata nilai tes
Siklus I 56,52
Siklus II 75,65

Tabel 4.8
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII B Berdasarkan Hasil Tes Akhir
Siklus I Dan II
Siklus Ketuntasan Belajar
Siklus I 39,13 %
Siklus II 82,60 %

Dari segi presentase ketuntasan belajar siswa dalan satu kelas, ketuntasan
belajar siswa mengalami peningkatan yakni pada siklus I hanya sebesar
39,13 % dan meningkat pada siklus II menjadi sebesar 82,60 %.
Hasil dari penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Sidiq (2012),
bahwa penerapan model pembelajaran participative teaching and learning
dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa. Sedangkan pada
penelitian ini penerapan model pembelajaran participative teaching and
learning berbantuan multimedia presentasi meningkatkan rasa percaya diri
dan pemahaman konsep siswa. Dapat dilihat rata-rata presentase indikator
percaya diri belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen
dari siklus I sebesar 64,22 % menjadi sebesar 70,27 % pada siklus II. Selain
itu, untuk mengetahui pencapaian pemahaman konsep siswa dilakukan tes
pada akhir siklus, hasil tes siklus I menunjukan rata-rata nilai matematika
siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen sebesar 56,52 dan meningkat pada
siklus II menjadi sebesar 75,65. Sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat
adanya peningkatan antara percaya diri dengan pemahaman konsep siswa
kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada BAB IV, bahwa pembelajaran matematika di kelas VIII B SMP
Negeri 3 Kajen yang dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap model
pembelajaran partisipatif (Participative Teaching and Learning )
berbantuan multimedia presentasi dapat meningkatkan percaya diri dan
pemahaman konsep sebagai berikut :
1. Hasil observasi yang dilakukan dalam penerapan pembelajaran partisipatif
(Participative Teaching and Learning ) berbantuan multimedia presentasi
sudah terlaksana dengan baik. Siswa lebih antusias dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa menggunakan media Power Point. Hal ini ditunjukkan
dengan peningkatan pada setiap pertemuannya Presentase hasil obeservasi
pembelajaran pada siklus I sebesar 66,67 % pada pertemuan 1 dan 75 %
pada pertemuan 2. Pada siklus II presentase hasil observasi pembelajaran
sebesar 83,33 % pada pertemuan 1 dan 91,67 % pada pertemuan 2.
Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan guru berhasil dalam
melaksanakan pembelajaran Participative Teaching and Learning yang
telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu
70 % .
2. Hasil angket pada pada masing-masing indikator kepercayaan diri yang
diberikan kepada siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Kajen mengalami
peningkatan. Masing-masing indikator percaya diri adalah sebagai berikut
:
1) Yakin pada diri sendiri mengalami peningkatan sebesar 10,19 % dari
51,17 % menjadi 61,36 %
2) Tidak putus asa mengalami peningkatan sebesar 2,95 % dari 72,17 %
menjadi 75,12 %

86
87

3) Tidak bergantung pada orang lain mengalami peningkatan sebesar


11,74 % dari 74,34 % menjadi 86,08 %
4) Bertanggung jawab mengalami peningkatan sebesar 5,76 % dari 60,29
% menjadi 66,05 %
5) Ingin berprestasi tinggi mengalami peningkatan sebesar 4,35 % dari
62,60 % menjadi 66,95 %
6) Berani mengungkapkan pendapat mengalami peningkatan sebesar
1,30 % dari 64,78 % menjadi 66,08 %
Hal ini dibuktikan dengan kenaikan rata-rata presentase dari siklus I ke
siklus II sebanyak 6,05 % dari siklus I rata-rata sebesar 64,22 % menjadi
70,27 % pada siklus II.
3. Nilai rata-rata tes akhir pada akhir siklus I sebesar 56,52 , sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 75,65 dengan peningkatan sebesar 19,13.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 3
Kajen menjadikan dasar bagi peneliti untuk memberikan saran :
1. Bagi guru
a. Diharapkan kepada guru untuk model pembelajaran partisipatif
berbantuan multimedia presentasi dapat dijadikan salah satu pilihan
yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika.
b. Diharapkan penggunaan model pembelajaran partisipatif
berbantuan multimedia presentasi dapat terus digunakan dalam
proses pembelajaran di kelas bukan hanya pada materi pokok
aljabar tetapi pada materi pokok lainya.
88

2. Bagi pihak sekolah


a. Perlu memperhatikan hambatan yang dialami oleh guru dan siswa
dalam penerapan model pembelajaran partisipatif pada
pembelajaran matematika, sehingga selalu ada perbaikan terhadap
metode-metode yang digunakan.
b. Perlu melakukan pembinaan kepada guru mata pelajaran
matematika dalam menggunakan berbagai metode pada penerapan
model pembelajaran partisipatif. Sehingga terjadi proses
pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton.
3. Bagi peneliti lain
Pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran
partisipatif dapat digunakan sebagai salah satu alternatif upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep matematika dan percaya diri siswa.
Untuk penelitian-penelitian berikutnya, hendaknya menggunakan
metode yang tepat sesuai karakteristik siswa sehingga dapat
dikembangkan kembali agar jauh lebih baik dan tercapai tujuan yang
diharapkan. Sehingga siswa jauh lebih antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran, dan pada akhirnya prestasi belajar siswa yang diperoleh
dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Zubaidah dan Risnawati. 2016. Psikologi Pembelajaran Matematika.


Yogyakarta: Aswaja Presindo.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Chodijah, Siti. 2010. Pembelajaran Berbasis DAP Untuk Meningkatkan
Percaya Diri Siswa Dalam Belajar Matematika. Skripsi. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah. Tersedia di
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1390 [diakses
23 Maret 2017]
Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hernita, Rini. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Pada Siswa Kelas III D
Sekolah Dasar Negeri 1 Tampan. Skripsi tidak di terbitkan. Riau :
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Tersedia di
http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/10 [diakses 22 Februari
2017]
Huda, Miftahul. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Multi Presindo.
Kusumawati, A. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Partisipatif
Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Batukliang. Jurnal Ilmiah
Pendidikan. 1(2): 74-79. Tersedia di
http://ejournal.pkpsmikipmataram.org/index.php/lensa/article/view/7
[diakses 27 Maret 2017]

89
90

Mahanani, E.P. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran CRH Berbantuan


Powerpoint Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII
Materi Lingkaran. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rusman. Kurniawan, Deni dan Riyana, Cepi. 2012. Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Seregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2011. Teori Belajar Dan Pembelajaran.
Bogor: Ghalia.
Sidiq, Muhamad. 2012. Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika
Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar (Segi Empat) Melalui
Penerapan Model Participative Teaching And Learning. Jurnal.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di
http://eprints.ums.ac.id/19781/ [ diakses 23 Oktober 2016]
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan RND.
Bandung: Alfabeta.
Sutama, G.A. Suranata, Kadek dan Dharsana, Ketut. 2014. Penerapan
Teori Behavioral Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatan
Kemandirian Belajar Siswa Kelas AK C Smk Negeri 1 Singaraja.
Jurnal. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Tersedia di
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/view/3960[
diakses 20 Maret 2017 ]
Wahyuli, E.B. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams–Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika Pada Materi Persamaan Dan
Pertidaksamaan Kuadrat Pada Peserta Didik Kelas X Teknik
Komputer Jaringan (TKJ) di Smk 45 Wonosari. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia di
http://eprints.uny.ac.id/1697/1/ISI.pdf [ diakses 24 Maret 2017 ]

Anda mungkin juga menyukai