Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam reumatik akut merupakan penyakit peradangan akut yang
dapat menyertai faringitis dan ada pada 0,3% kasus faringitis yang
disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A.
Penyakit ini bisa terjadi secara akut atau berulang dengan satu atau
lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea, nodul
subkutan, dan eritema marginatum.
Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab
terpenting penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh
dunia. Puncak insiden demam reumatik akut terdapat pada kelompok usia
5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun
dan penduduk di atas 50 tahun.
Demam reumatik akut yang menimbulkan gejala sisa pada katup-
katup jantung disebut sebagai penyakit jantung reumatik (PJR).
Demam reumatik akut dan penyakit jantung reumatik sering terjadi
pada daerah kumuh dan padat. Di negara berkembang, demam reumatik
akut merupakan penyebab utama dalam kelainan kardiovaskular (25%-
45%)
Prevalensi demam reumatik akut/penyakit jantung reumatik yang
diperoleh dari penelitian World Health Organization (WHO) mulai tahun
1984 di 16 negara sedang berkembang di Afrika, Amerika Latin, Timur
jauh, Asia Tenggara dan Pasifik Barat berkisar 0,1 sampai 12,6 per 1.000
anak sekolah, dengan prevalensi rata-rata sebesar 2,2 per 1.000. Prevalensi
pada anak-anak sekolah di beberapa negara Asia pada tahun 1980-an
berkisar 1 sampai 10 per 1.000. dari suatu penelitian yang dilakukan di
India Selatan diperoleh prevalensi sebesar 4,9 per 1.000 anak sekolah,
sementara angka yang didapatkan di Thailand sebesar 1,2 sampai 2,1 per

1
1.000 anak sekolah.Prevalensi pada orang dewasa homogen dan stabil
pada beberapa negara yang berbeda sejak 1980.
Namun, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa screening
dengan echocardiografi akan memberikan hasil 10 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pemeriksaan klinis biasa.
Jadi, cara screening pun akan mempengaruhi prevalensi dari
demam reumatik akut dan penyakit jantung reumatik anak ini.Prevalensi
demam reumatik akut di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun
beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi
penyakit jantung reumatik anak berkisar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak
sekolah.
Dengan demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa
prevalensi demam reumatik akut di Indonesia pasti lebih tinggi dan angka
tersebut, mengingat penyakit jantung reumatik anak merupakan akibat dari
demam reumatik akut.
Pada penelitian yang dilakukan oleh John H Kennel, Eleanor
Soroker, Paula Thomas, dan Marvin Wasman9 didapatkan bahwa
pengetahuan orang tua tentang demam reumatik akut dan manajemen
profilaksis untuk demam reumatik akut ini masih rendah. Rendahnya
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor lingkungan
serta kurangnya komunikasi antara dokter-pasien, dokter-orang tua, dan
orang tua-anak (pasien). Demam reumatik akut dan penyakit jantung
reumatik anak merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada
anak. Namun, pada kenyataannya pengetahuan orang tua tentang demam
reumatik akut dan penyakit jantung reumatik anak masih rendah
Sebenarnya penyakit ini dapat dicegah jika masyarakat pada umumnya dan
orang tua pada khususnya memiliki pengetahuan yang baik tentang demam
reumatik akut dan penyakit jantung reumatik anak karena masyarakat,
khususnya keluarga, memiliki kedekatan dengan penderita sehingga semua
gejala dan tanda yang mengarah pada demam reumatik akut dan penyakit

2
jantung reumatik anak dapat diketahui sejak dini dan penderita bisa
mendapatkan penanganan secepatnya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan demam rematik (DR)?


2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan demam rematik (DR) ?
3. Bagaimana tanda dan gejala demam rematik (DR) ?
4. Bagaimana patofisiologi demam rematik (DR) ?
C. Tujuan Umum
Membuat laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada anak dengan
demam rematik.
D. Tujuan Khusus
Makalah ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut :
1. Agar pembaca dan penulis mengetahui maksud dari demam rematik
(DR)
2. Agar pembaca dan penulis mengetahui faktor yang menyebabkan
demam rematik (DR)
3. Agar pembaca dan penulis mengetahui tanda dan gejala demam
rematik (DR)
4. Agar pembaca dan penulis pathofisiologi demam rematik (DR)
5. Agar pembaca dan penulis memahami asuhan keperawatan pada anak
dengan demam rematik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama dikenal.


Demam rematik (DR) dan atau Penyakit jantung rematik (PJR) eksaserbasi
akut adalah suatu sindroma klinik penyakit akibat infeksi kuman
Streptokokus β hemolitik grup A pada tenggorokan yang terjadi secara
akut ataupun berulang dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
poliartritis migrans akut, karditis, korea, nodul subkutan dan eritema
marginatum.( Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas
Sumatera Utara)

Penyakit Jantung rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai


akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari DR, yang ditandai dengan
terjadinya cacat katup jantung 2,3,5. Demam rematik terjadi sebagai
sekuele lambat radang non supuratif sistemik yang dapat melibatkan sendi,
jantung, susunan saraf pusat, jaringan subkutan dan kulit dengan frekuensi
yang bervariasi. Jauh sebelum T. Duckett Jones pada tahun 1944
mengemukakan kriteria Jones untuk menegakkan diagnosis demam
rematik, beberapa tulisan sejak awal abad ke 17 telah melaporkan
mengenai gejala penyakit tersebut. Epidemiologis dari Perancis de Baillou
adalah yang pertama menjelaskan rheumatism artikuler akut dan

4
membedakannya dari gout 1,7 dan kemudian Sydenham dari London
menjelaskan korea, tetapi keduanya tidak menghubungkan kedua gejala
tersebut dengan penyakit jantung. Pada tahun 1761 Morgagni, seorang
patolog dari Itali menjelaskan adanya kelainan katup pada penderita
penyakit tersebut dan deskripsi klinis PJR dijelaskan setelah didapatinya
stetoskop pada tahun 1819 oleh Laennec.

Pada tahun 1886 dan 1889 Walter Butletcheadle mengemukakan


“rheumatic fever syndrome” yang merupakan kombinasi artritis akut,
penyakit jantung, dan belakangan termasuk manifestasi yang jarang
ditemui yaitu eritema marginatum dan nodul subkutan sebagai komponen
sindroma tersebut. Pada tahun 1931, Coburn mengusulkan hubungan
infeksi Streptokokus grup A dengan demam rematik dan secara perlahan-
lahan diterima oleh Jones dan peneliti lainnya.

B. ETIOLOGI
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan
akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan.
Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas
oleh Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan
glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit
maupun disaluran nafas.
Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya
demam reumatik dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individu
serta pada keadaan lingkungan.
Faktor-faktor pada individu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap
demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik
dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Jenis kelamin

5
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan
dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak
ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin
lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun
ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam
dibanding dengan orang kulit putih.

4. Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering
mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun. Tidak ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan setelah 20
tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi
streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan
bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6
tahun.
5. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat
ditentukan apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya
demam reumatik.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein
dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan
valvulitis pada reumatik fever.

Faktor-faktor lingkungan :
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

6
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam
reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era
antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi
lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat,
rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati
anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua
hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam
reumatik.
2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak
didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang
tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi demam reumatik lebih tinggi
daripada didataran rendah.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam
reumatik juga meningkat.

C. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah
infeksi streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini
menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan
sub kutan. Gejala demam reumatik bermanifestasi kira-kira 1 – 5 minggu
setelah terkena infeksi. Gejala awal yang paling sering dijumpai (75 %)
adalah arthritis. Bentuk poliarthritis yang bermigrasi. Gejala dapat
digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat berkembang
secara bertahap.

7
Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung.
Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap
kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat,
namun mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk
dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20
produk ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O,
streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase,
dioksiribonuklease serta streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk
tersebut merangsang timbulnya antibodi.
Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat
kira-kira 20 sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih
lama daripada yang lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa
bulan dan berguna untuk penelitian terhadap penderita yang menunjukkan
gejala korea sebagai manifestasi tunggal demam reumatik, saat kadar
antibodi lainnya sudah normal kembali.
ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling
dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi
streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit
jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila
dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada
95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan
peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.

Patologi anatomis
Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi
eksudatif dan proliferasi jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap
hanya terjadi pada jantung; organ lain seperti sendi, kulit, paru, pembuluh
darah, jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversibel.
Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari

8
American Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua
kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik.
Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

D. MANIFESTASI KLINIS
Secara objektif :
- Anak mudah tersinggung
- Berat badan menurun
- Anak kelihatan pucat karena anemi
- Bertambahnya volume flasma
- Benjolan kecil dibawah kulit (nodul)
- Ruam kulit (eritema marginatum).
Pada saat gejala lainnya menghilang, timbul ruam datar dengan pinggiran
yang bergelombang dan tidak disertai nyeri. Ruam ini berlangsung
pendek, kadang kurang dari 24 jam.
Secara subjektif :
- Nyeri persendian dan demam
- Anak menjadi lesu
- Anoreksia
- Artralgia
- Kadang anak mengalami nyeri perut yang hebat dan nafsu makannya
berkurang.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pada pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop mungkin akan
terdengar bunyi jantung tambahan (murmur).
 Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan tanda-tanda reaksi
peradangan akut berupa terdapatnya C-reactive protein dan
leukosiosis serta meningginya laju endap darah (LED), antibodi
terhadap streptokokus.

9
Perjalanan klinis demam reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium, antara
lain:
a. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman beta-
Streptococcus hemolyticus grup A.
Keluhan berupa batuk, demam, sakit saat menelan, dan tidak jarang
disertai muntah dan diare. Dan pada pemeriksaan fisik terdapat
eksudat pada tonsil serta pembesaran pada kelenjar getah bening
submandibularis.
Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan.

b. Stadium II
Stadium ini juga disebut periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik.
Biasanya periode ini berlangsung antara 1-3 minggu.
c. Stadium III
Stadium ini adalah fase akut demam reumatik, saat timbulnya berbagai
gejala demam reumatik. Pada fase ini timbul gejala mayor seperti:
artritis, Karditis, Korea (gerakan-gerakan cepat tanpa tujuan pada
ekstrimitas, muka serta kerangka tubuh lainnya dan sukar
dikendalikan), Eritema Marginatum (bercak-merah muda pada kulit),
dan Nodul Subkutan.
d. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif, pada stadium ini penderita demam
reumatik tanpa disertai dengan kelainan jantung atau tanpa gejala sisa.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Siregar. A. A., 2008., demam rematik dan penyakit jantung rematik
permasalahan indonesia., universitas sumatera utara.,
Febri. A. K ., 2012., pengaruh penyuluhan tentang demam rematik akut
dan penyakit jantung rematik anak terhadap peningkatan pengetahuan orang
tua., jurnal media medika muda., program pendidikan sarjana kedokteran
fakultas kedokteran universitas diponegoro.

11
Hasnul. M ,dkk., 2015., karakterikstik pasien penyakit jantung rematik
yang dirawat inap di RSUP Dr. M Djamil Padang., jurnal kesehatan andalas .,
vol 4(3) hal 895.

12

Anda mungkin juga menyukai