NIM : 16380054
Prodi : Muamalat B
Tema Skripsi !
Gadai secara umum yang diatur dalam Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUH Perdata), :“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas
suatu barang bergerak yang bertumbuh maupun tidak bertumbuh yang diberikan
kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang,
dan yang akan memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan
dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya-
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
memelihara benda itu, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.”
Makna gadai menurut istilah ahli fiqh adalah “barang yang dijadikan sebagai jaminan
hutang apabila tidak dapat melunasinya”.
Dalil-dalil
1. Dalil dari al-Qur’an
Dan jika kamu dalam perjalanan (dan sedang bertransaksi tidak secara tunai),
sedang kamu tidak mendapati penulis, maka hendaklah ada barang gadai
(tanggungan) yang dipegang. (QS. Al-Baqarah [2] : 283)
2. Dalil dari Sunnah
Dari Aisyah Radhiyallahu’anha bahwasanya Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam
pernah membeli makanan dari seorang Yahudi, kemudian beliau menggadaikan
perisai perangnya. (HR. Bukhari 3/73, 81, 101, 186, 187, Muslim 3 / 1226)
Rukun Gadai
1. Shighat (ijab dan qabul).
2. Al-‘aqidan (dua orang yang melakukan akad ar-rahn), yaitu pihak yang
menggadaikan (ar-râhin) dan yang menerima gadai/agunan (al- murtahin).
3. Al-ma’qud ‘alaih (yang menjadi obyek akad), yaitu barang yang
digadaikan/diagunkan (al-marhun) dan utang (al-marhun bih). Selain ketiga
ketentuan dasar tersebut, ada ketentuan tambahan yang disebut syarat, yaitu harus
ada serah terima.
Permasalahan